Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terlahir Kembali Menjadi Pria Tamvan

Chapter 6: Tak Bisa Menghapus Pikirannya

“Uhh..” desah Dinda kemudian mendorong Budi yang berada di atasnya. Budi yang sepertinya mengerti, segera bangun dan duduk kembali di kursi yang sebelum dia duduki.

“Kamu ke toilet dulu, sana,” ucap Dinda, dia ingin menciptakan suasana agar Riko tidak curiga.

“Hihihi, udah sange ya kamu?” tawa Dinda ketika melihat tonjolan di celana Budi. Budi yang memang sudah setengah berdiri kontolnya hanya bisa tersenyum masam.

Sedikit lagi…

Padahal sedikit lagi dia akhirnya bisa melepaskan keperjakaannya!

Dengan hati yang kesal karena dibuat kentang, Budi akhirnya pergi ke toilet sesuai yang diinstruksikan oleh Dinda.

“Kamu udah balik, sayang?” tanya Dinda yang langsung membukakan pintu begitu Budi telah masuk ke toilet.

“Iya, udah kelar, kok lama bukanya?” tanya Riko yang menunggu lama di depan kamar.

“Aku kayaknya ketiduran deh, oh ya, temenmu udah datang. Mana ya dia?” ucap Dinda yang berpura-pura mencari Budi di dalam kamar itu.

“Oh mungkin lagi di toilet,” ucap Dinda akhirnya.

Riko hanya mengangguk dan mulai memasang laptopnya.

Sementara Budi yang berada di kamar mandi, hanya bisa mengelus-elus kontolnya.

“Duh lo padahal segede gini, tapi susah ya buat nyari lobang,” ucap Budi pelan sambil kemudian mulai mengocok-ngocok kontolnya sendiri.

“Uhh… itu toketnya si Dinda gede banget anjir! Coba aja kalo nih kontol dijepit di toketnya!” pikir Budi yang mulai berfantasi sambil mengocok-ngocok kontolnya.

“David! Masih lama gak?” tiba-tiba suara Riko terdengar sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.

“Ah iya kak, bentar,” jawab Budi kemudian terpaksa memasukkan kembali kontolnya ke dalam celana. Tidak ingin melanjutkan untuk mengocoknya karena takutnya dia akan lebih lama berada di dalam kamar mandi.

“Itu laptopnya udah nyala, coba cari aja dulu tugasnya, di local disk D, folder Tugas, gue mau ke toilet dulu,” ucap Riko yang sepertinya sakit perut.

Budi akhirnya mengangguk dan kembali duduk di kursi tadi untuk mencari tugas yang dimaksud Riko.

“Hihihi,” lagi sibuk mencarinya, tiba-tiba suara ketawa Dinda terdengar. Budi kemudian menoleh dan bertanya “kenapa?” tanpa suara.

Dinda hanya tersenyum kemudian menunjuk ke arah selangkangan Budi. Budi mengikuti arah yang ditunjuk oleh Dinda dan melihat cetakan kontolnya yang miring ke kiri dan terlihat sangat jelas dibalik celana jeans yang dia gunakan.

Ternyata dari arah tempat duduk Dinda, Dinda bisa melihat cetakan kontol itu dengan jelas, makanya dia tertawa geli begitu melihatnya.

“Gara-gara kamu nih,” ucap Budi lagi tanpa suara, Dinda hanya memeletkan lidahnya.

“Sesak ya?” tanya Dinda tanpa suara.

“Hah?” tanya Budi masih tanpa suara.

“Se sak ya?” tanya Dinda yang kali ini mengucapkannya pelan.

Budi mengangguk, “Sakit,”

“Buka aja kalau gitu,” ucap Dinda pelan.

Budi terdiam sejenak. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dan pembicaraannya dengan Dinda membuat kontolnya semakin mengeras.

Entah datang dari mana, tiba-tiba Budi bertanya, “Kamu pengen lihat?”

Dinda yang penasaran dan sejak tadi sudah sange, mengangguk.

Budi melirik sebentar ke belakang untuk melihat apakah Riko sudah selesai, tapi setelah mendengar suara Riko yang sepertinya lagi buang air besar, Budi melepaskan kancing celananya, dan mengeluarkan kontolnya.

Dinda tertegun ketika melihat kontol itu, itu seperti kontol yang dia lihat di film porno. Setelah Riko memperkenalkan betapa enaknya seks itu, Dinda sepertinya menjadi seorang maniak dan makin penasaran. Dia kemudian secara diam-diam mulai menonton film porno dan mulai membayangkan bagaimana jika seorang bule yang mengentotnya.

Ukuran kontol Riko yang standar terkadang sudah tidak memuaskan dirinya.

Dan sekarang dia melihat kontol besar yang dia idamkan!

“Gimana?” tanya Budi yang mulai mengocok-ngocok pelan kontol itu. Dia sendiri tidak tahu kenapa dia menjadi berani seperti ini. Tapi yang jelas, dia makin terangsang ketika melakukannya.

Dinda hanya diam saja dan memperhatikan bagaimana tangan Budi yang mengocok-ngocok kontol tersebut.

“Andai aja aku yang mengocoknya…” pikir Dinda. Tapi pikiran itu seketika buyar ketika suara siraman dari toilet terdengar dengan jelas.

Budi yang juga mendengar hal tersebut, memasukkan kontolnya kembali ke dalam celana.

“Gimana? lo ngerti gak sama tugasnya?” tanya Riko begitu keluar dari kamar mandi.

Budi melihat kembali tugas itu dan langsung mengerti. Itu adalah pemrograman sederhana yang dilakukan dengan bahasa C++. Tapi untuk menyamarkannya pengetahuannya dan ingin melihat Dinda lebih lama lagi, Budi menggeleng dengan malu-malu.

“Duh, yaudah dengerin. Gue cuma ngajarnya sekali aja. Jadi yang ini hasilnya dari ini…” Riko kemudian mulai menjelaskan sambil menunjuk-nunjuk dengan kursor komputer.

Budi yang sudah mengerti tidak terlalu memperhatikan penjelasan Riko dan hanya sesekali melirik ke arah Dinda.

Dinda terkikik pelan ketika melihat Budi yang berusaha mencuri pandang padanya. Dia bahkan sengaja meremas-remas sendiri dadanya untuk menggoda pria itu.

“Gimana? Lo udah ngerti gak?” tanya Riko setelah selesai menjelaskan tugas yang dia buat.

“Ah, iya kak, ngerti,” jawab Budi yang mencoba kembali fokus untuk menatap layar laptop di depannya.

“Yaudah copy aja tugas dan file ppt nya, udah gue buat,” ucap Riko kemudian mendekati Dinda yang berada di tempat tidur.

Budi kemudian mengambil flashdisk yang dia bawa dan mulai mengcopy file yang dimaksud oleh Riko.

“Ahh yang… udah ah, malu,” tiba-tiba desahan Dinda mulai terdengar. Budi yang sedang mengcopy file itu melirik ke arah mereka.

“Gak apa-apa yang, dia suka cowok, kok,” ucap Riko, yang mulai meremas-remas dada Dinda.

Dinda sedikit terkejut, sudah jelas bahwa tadi pria itu terangsang ketika sedang berciuman dengannya, tapi dia tidak memikirkannya lagi karena sekarang Riko sudah mengeluarkan dadanya dan mulai memainkan puting pacarnya itu.

Budi menelan ludahnya ketika akhirnya dada besar Dinda akhirnya terungkap!

Ini adalah pertama kalinya dia melihat dada wanita secara langsung, biasanya dia hanya melihatnya lewat film porno yang sering dia tonton untuk menuntaskan nafsunya.

Karena takut Riko melihat dia sedang menatap dada pacarnya, Budi memutuskan untuk menatap layar laptop itu kembali sambil sesekali mencuri pandang.

“Yang ihh!” ucap Dinda yang sedikit kesal karena Riko mengeluarkan salah satu dadanya.

“Kan katanya tadi kamu lagi sange, gimana sih,” ucap Riko yang masih mempermainkan puting Dinda dengan jarinya.

“Hmm.. ahh.. tapi gak gini juga yang,” desah Dinda yang mulai keenakan.

“By the way, lo kalo udah kelar copy, cepat balik gih, gue sibuk ini,” ucap Riko yang kini mengeluarkan dada Dinda yang satunya.

“Ah, iya kak,” jawab Budi yang masih menatap layar laptop.

“Yang ihh, maluu,” ucap Dinda lagi ketika Riko mulai menghisap putingnya.

“Santai aja yang, dia suka cowok kok, tuh lihat aja. Dada kamu udah keluar gini tapi dia cuma liatin layar laptop,” ucap Riko yang melihat Budi hanya menatap layar laptopnya.

“Ada dada cewek yang terlihat jelas gini tapi dia cuma menatap layar laptop! Berarti rumor kalau tuh anak suka cowok ternyata bener!” pikir Riko yang sebenarnya ingin membuktikan rumor tersebut.

Dia awalnya tidak yakin kalau maba itu, yang terlihat tampan dan gagah, menyukai seorang cowok. Tapi setelah mengujinya sendiri, Riko akhirnya menjadi yakin bahwa maba itu memang menyukai cowok.

Dinda yang sudah terlanjur sange, akhirnya membiarkan perbuatan pacarnya itu dan kemudian berusaha meraih kontol Riko.

“Bentar yang, masih ada dia,” ucap Riko yang enggan mengeluarkan kontolnya. Bagaimana jika maba itu melihat kontolnya dan mulai naksir padanya?

Kan gawat!

Setelah file itu telah selesai di copy, Budi akhirnya mencabut flashdisk itu. Dia melirik sekilas lagi ke arah Dinda yang kini sedang keenakan di isap puting dadanya oleh Riko.

Dari arah posisinya, Dinda juga bisa melihat bahwa Budi sudah mencabut flashdisknya dan melirik ke arahnya. Dia juga bisa melihat bahwa Budi mulai meremas-remas kontolnya dari luar celana.

“Apa benar dia suka cowok?” pikir Dinda tidak yakin.

Budi yang takut bahwa Riko akan bangkit dan menangkap basah dirinya sedang menatap pacarnya, akhirnya bangkit berdiri dan memutuskan untuk pulang.

Lagipula kontolnya saat ini sudah sesak di dalam celana dan ingin segera dikeluarkan!

“Aku pulang dulu ya, kak, permisi,” ucap Budi yang berjalan ke arah pintu.

“Ahh.. iya, hati-hati, ahhh,” jawab Dinda karena mulut Riko masih sibuk pada puting dadanya.

Setelah yakin bahwa Budi telah keluar,, Riko akhirnya mengeluarkan kontolnya.

Dinda sedikit kecewa ketika melihat kontol berukuran standar itu, dibandingkan film porno yang dia tonton… ukurannya tidak seberapa.

Dibandingkan punya cowok tampan tadi…

“Jepit di dada ya yang,” ucap Riko kemudian mulai mengangkangi badan Dinda dan menjepit kontolnya dengan dada Dinda.

“Ahh.. Anjirtt!” desah Riko yang mulai keenakan.

“Yang, kamu coba isep dong, katanya kamu mau coba untuk isep kontol aku,” ucap Riko yang tiba-tiba teringat bahwa Dinda berjanji akan mengisap kontolnya karena selama ini Dinda masih jijik untuk melakukannya.

“Iya deh,” ucap Dinda akhirnya. Riko tersenyum puas ketika mendengarnya dan kini mulai mengangkangi wajah Dinda.

“Kalau aja kontolmu panjang kayak punya David, pasti sambil digesekin di dada, bisa masuk ke mulut aku,” pikir Dinda yang tak bisa menghapus pikirannya pada kontol panjang yang tadi dia lihat.

***
Maafkan telat yaa u,u
Kritik dan sarannya ditunggu!
Salam,
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd