Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

TERLANJUR NYEBUR (TAMAT)

~ TERLANJUR NYEBUR ~

II



Merasakan penisnya yang sudah menegang lagi, racun birahi kembali meninggi seiring bayangan tubuh montok sang Ibu. Mendadak Said terlonjak senang.

“Masih ada 3 jam lagi,” hatinya bersorak. Si Mesum itu segera loncat dari tempat tidurnya. Dengan langkah pasti menuju kamar ibunya kembali.

Dengan hati-hati dia menyibakkan gorden yang menjadi penutup pintu kamar kontrakan tersebut. Di sana, di atas tempat tidur, Bu Ani masih tergolek dalam cengkraman obat bius.

Walau pun dirinya masih yakin, ibunya itu masih dalam pengaruh obat bius, demi keamanan dan kenyamanannya, dia kembali menggoyang-goyangkan tubuh ibunya tersebut dengan keras.

Bu Ani tetap tak bereaksi.

Said yang sudah kembali dikuasai nafsu berahi, cepat memelorotkan kolornya. Dengan tangan gemetar dan hati berdebar keras, dia memeluk tubuh montok itu. Penisnya yang sudah keras menekan di belahan dua bongkah bulat milik Bu Ani. Digesek-gesekan naik-turun. Jari-jari tangannya sibuk merayap dan mengelus-elus dari paha ke pangkalnya, naik ke perut, lalu sampailah ke dua bukit kenyal yang masih terbungkus daster dan BH.

“Owhhh, Maaa… nikmat sekali, Maaa… enaaak!” racau Said dengan napas menderu-deru. Mulutnya menciumi tengkuk Bu Ani dan lehernya pun tak luput dari sapuan ciuman dan jilatan pemuda itu.

Tangannya sibuk meremas-remas payudara Bu Ani kuat-kuat. Perlahan tapi pasti, daster Bu Ani kembali tersingkap, tergulung ke atas pinggang. Penis telanjang Said kini bersentuhan langsung kulit halus paha dan pinggul ibunya. Tekanan pinggulnya makin kuat, gesekan penisnya makin cepat. Terasa desakan dari dalam penisnya.

Said bertahan, dia tindak ingin secepat itu kembali menyemburkan cairan kenikmatan seperti yang pertama. Dia segera melepaskan dekapannya, telentang sejenak sambil menggengggam penis besarnya yang kepalanya kembang kempis. Dia mencoba meredakan napasnya yang tersengal-sengal. Desakan yang tadi hampir tak tertahankan, mulai mereda.

Dia masih belum puas. Waktu masih ada sedikitnya dua jam lagi. Segera dia merangkak bangkit. Posisi tubuh ibunya yang menyamping dibalikan agar telentang.

Sesak kembali napas si Mesum itu. Menatap pemandangan tubuh molek nan montok itu tergolek pasrah. Pusing kepala atas dan bawahnya Ketika melihat gundukan bukit kecil yang masih terbungkus celana dalam hitam tersebut. Menyembul terjepit dua paha gemuk putih mulus. Daster yang tergulung sampai ke pinggang, memperlihatkan pinggang yang memang tidak ramping, namun bisa disebutkan mempunyai bentuk yang bagus dan mulus untuk perempuan seusia Bu Ani. Naik ke atas lagi, dua gundukan besar tersembul dibalik balutan daster dan BK, dua buah kancingnya memang tidak terkait. Hingga bisa dibayangkan dua sembulan merangsang, mengintip dan menggoda.

“Owh, Ma. Kamu sangat cantik dan menggairahkan sekali,” gumam Said sambil mengelus-elus pipi tembem ibunya. Jari-jarinya iseng menelusuri bibirnya. Kalua menurut Hasrat hatinya, ingin sekali dia melumat bibir merah basah yang menggairahkan itu.

Namun dia tetap tidak berani dan malu hati.

Said merangkak, menaiki tubuh molek itu. Dia merasakan ketegangan di hatinya. Dengan hati-hati Said menindih tubuh ibunya perlahan-lahan. Ketika tubuhnya sudah begitu rapat menindihnya, terasa hangat dan empuk. Kedua kakinya menjepit di samping ke dua kaki ibunya, sementara penisnya yang kaku maksimal, menekan keras selangkangan yang yang masih terbalut celana dalam tersebut.

Pantatnya mulai mengayun naik-turun.

Said berusaha keras menahan hasratnya untuk mencium bibir ibunya, hatinya masih memiliki sedikit kewarasan untuk merasa malu dengan perbuatan mesumnya itu. Tapi tidak ada rasa malu untuk kedua tangannya. Kedua tangan kurang ajar itu, mencengkram dan meremas kuat-kuat ke dua gumpal daging pejal yang masih terbungkus BH tersebut.

Dia menunduk, menciumi leher samping yang gemuk itu, menjilat-jilatnya, dengan napas mendengus-dengus, menghirup wangi tubuh alami ibunya. Said sedikit mengangkat tubuhnya, agar dia bisa membuka beberapa kancing atas daster ibunya. Dengan tidak sabar, dia menyibakkan daster bagian atas itu,

Napasnya makin sesak melihat dua gumpal besar nan kenyal, menggodanya untuk segera menarik BH yang yang masih membungkusnya. Dengan sedikit menraik kea rah bawah, dua payudara montok itu memberojol tumpah.

Dua putih lunak sedikit mengacung dikelilingi bulatan hitam. Begitu menggoda, begitu merangsang.

Dengan gemas, jari-jari Said menjepit, memelintir dan memainkan ke dua putting tersebut. Akhirnya, karena tidak tahan, mulut Said menyerbu ke situ. Menghisap, mengigit dan menjilat. Dia kembali harus berjuang menahan keinginannya untuk mengigit gemas gumpalan daging pejal tersebut. Sementara pantatnya tetap aktif mengayun naik turun.

Hingga beberapa saat kemudian, Said bangkit. duduk di antara ke dua paha gempal ibunya, kedua lututnya ditekuk ke atas, ditahan oleh kedua pahanya sendiri. Penis kakunya digesek-gesekkan perlahan di bukit membusung yang masih terbungkus celana dalam hitam tersebut. Belum puas, kedua paha sekalnya ditekan agar menjepit penisnya.

“Ouwhhh, nikmaaat!” lenguh Said, mendongakkan wajahnya sambil meram-melek.

Otak mesumnya yang sudah dibakar api berahi, ternyata masih memiliki sedikit kewarasan, walau setan mesum terus membisiki dirinya agar menarik lepas saja celana dalam hitam itu.

Dia masih malu, masih takut di pengalaman pertamanya ini. Jadi saat itu, hanya kegiatan itulah yang bisa dilakukannya.

“Hosh! Hosh!” Said mendengus-dengus, di sela-sela pantatnya bergelora menuntaskan hasrat berahinya.

Tubuh molek Bu Ani tersentak-sentak seirama hentakan pantat anaknya yang kurang ajar itu. Termasuk dua bongkah payudaranya terayun-ayun bergelombang.

Dengusan Said makin kencang. Dia merasakan desakan tadi kembali menerjangnya. Penisnya yang dijepit ketat, dua paha pejal itu berdenyut-denyut kencang.

“Hrrrhhhsh!” Said mengejang. Tangannya secepat kilat meraih celana kolornya untuk membungkus penisnya agar semburan air maninya tidak kemana-mana.

“Serrr!”

Air maninya begitu banyak tertampung di celana kolor pemuda itu.

Said menghirup napas dalam-dalam. Setelah melempar celana kolor yang penuh dengan air mani ke lantai, tubuhnya ambruk menindih tubuh ibunya.

“Owh, nikmat sekali, Maaa!” desis Said dengan napas masih terengah-engah. Mencium pipi tembem ibunya, kemudian dengan nekat dia mencium bibirnya tanpa ada sedikit pun reaksi.

Dia menjilati sepasang bibir seksi yang merah, hangat dan lembut itu. Kemudian menghisap bibir bawahnya dengan suara berdecap-decap.

Hingga akhirnya, tubuh si Anak Mesum ini, terguling di samping tubuh montok Bu Ani. Mencoba meredakan napasnya. Kewarasannya berangsur-angsur mulai normal. Takut ibunya keburu siuman, dia merapihkan kembali BH dan daster ibunya yang acak-acakan. Lalu kemudian kabur ke kamarnya sendiri.

*​

Pengalaman pertama begitu menggoda dan menggairahkan bagi Said. Membuatnya bisa tidur sangat nyenyak sekali malam itu.

Dan dia bangun kesiangan! Agak heran hatinya. Rumah kontrakannya masih terasa sepi. Kecuali ramainya keributan aktiftas di luar. Dengan hati masih heran, Said keluar kamar. Dan mendapati rumah kontrakannya itu terasa sepi. Apa ibunya sedang keluar rumah? Katanya dalam hati.

Dengan hati malu dan takut Ketika teringat kegiatan mesumnya semalam, Said pergi ke kamar mandi. Selesai mandi dan berganti pakaian. Dia nekat mengintip ke dalam kamar ibunya. Dan kagetlah hatinya, ibunya saat itu masih tergolek di kamar tidur.

Dengan hati ketakutan, Said bergegas masuk ke dalam kamar, menggoyang-goyangkan tubuh ibunya dengan panik.

“Maaak! Maaak!” Said berseru-seru.

Dan napasnya sedikit lega ketika tubuh itu sedikit bergerak.

“Mak…! Bangun! Udah siang,” kata Said dengan suara aneh melihat tubuh ibunya yang masih tergolek itu. Teringat akan kegiatannya semalam, diikuti reaksi dari penisnya yang mengembang.

“Sial! Jangan sekarang!” Said menahan birahinya yang hampir menggelegak.

“Ohhh!” terdengar keluhan dari Bu Ani, mencoba membuka matanya. Kepalanya terasa pusing sekali.

“J-jam berapa sekarang, Nak?” tanya Bu Ani sedikit meringis, tubuhnya terasa lemas dan pegal-pegal.

“Jam 9, Ma,” sahut Said pendek.

“Owhh, Emak kayaknya sakit nih,” kata Bu Ani sambil mencoba bangun, terduduk sambil bersandar di dinding kamar.

“Oh, ya sudah. Mak istirahat aja dulu, biar Said beli sarapan atau bubur,” kata pemuda itu dengan hati merasa bersalah. Dia segera pergi keluar kamar dan berangkat untuk membeli sarapan.

Apa aku terlalu banyak memberi obat bius semalam? Pikir Said di sela menunggu pesanan nasi uduk Mbak Narti yang kebetulan masih tersedia.

Dia tentu ingat petunjuk dari Bang Anton, bahwa hanya cukup 2 tetes saja untuk membius manusia dalam durasi 4 jam. Dan dia kalua tidak salah sudah memberi 4 tetes, 8 jam! Untung saja ibunya tidak sampai ‘lewat’, pikir Said berkeringat dingin.

Ketika kembali ke rumah dengan membawa bungkusan nasi uduk, di kamar mandi terdengar suara guyuran air. Tentu ibu sedang mandi, pikir Said sambil duduk melamun. Otaknya tak ada henti-hentinya memikirkan kemolekan dari tubuh ibunya tersebut.

Yang pasti, dia tidak mungkin memberi obat bius kembali. Karena efek terlalu sering dibius akan berakibat ke jantung si korban, begitu peringatan dari Bang Anton.

“Sabarrr! Sabarrr!” kata hati si Mesum itu sambil mengelus-elus penisnya dari balik celana pendeknya.

“Apanya yang sabar, Nak?” tanya seseorang. Membuat Said terhentak kaget.

Di depan pintu dapur, ibunya berdiri terbalut handuk. Sementara tangannya sibuk menggosok-gosok rambutnya menggunakan handuk kecil.

Said merasakan penisnya menegang. Untung, saat itu mata Bu Ani tidak menatap anaknya yang sedang terbelalak melahap tubuhnya dengan tatapan mesum. Dan karena tidak ada kecurigaan apapun darinya, dengan tenang Bu Ani melenggang masuk ke dalam kamarnya. Said menelan ludah, melihat pantat bulat terbungkus handuk itu bergoyang-goyang menantang.

Kalua saja kewarasannya tidak melarang, ingin hatinya menyerbu ke dalam kamar. Membanting tubuh montok itu ke atas kasur. Dan menyetubuhinya sepuas-puasnya.

“Sabar! Sabarrr! Tiga hari lagi!” bisik Said dalam hatinya.



Said memang harus sangat bersabar. Dia tidak ingin resiko terburuk dialami ibunya karena nafsu birahinya. Jadi yang sanggup dilakukannya adalah menumpahkan hasratnya di kamar mandi sambil berfantasi dengan kemolekan tubuh ibunya.

Sayangnya, dia lupa merekam kegiatannya semalam, sehingga dia hanya bisa membayangkan tanpa mempunyai rekaman foto-foto dari tubuh ibunya untuk menambah daya khayalnya. Dia berjanji, 3 malam selanjutnya dia akan membuat rekaman menggunakan HP-nya agar dirinya mempunyai kenangan.

Begitulah siasat dari si Mesum itu.

Sambil menunggu saat yang tepat. Said makin keranjingan browsing situs mesum dan situs cerita maksiat. Film-film tersebut didownload untuk menambah fantasinya.

Dan di situs cerita dewasa, dia mendapat teman cerita. Mereka berdua mengobrol melalu DM. Teman yang menurutnya lebih gila dari dirinya. Teman itu mengaku bahwa dia memang sudah memiliki seutuhnya tubuh ibunya sendiri. Said merasa tidak yakin. Bahwa teman ‘maya’-nya itu mengarang cerita.

Tapi ketika teman dengan nickname, ‘Oedipus’ itu mengirim foto. Seorang pemuda hampir sebaya dengannya sedang memangku perempuan dewasa berwajah cantik berambut panjang. Kedua tangannya memeluk pinggang si perempuan, keduanya menatap kamera sambil tersenyum. Kalua diperhatikan lebih seksama, memang ada kemiripan antara keduanya. Si perempuan merangkul mesra, kedua pipi mereka rapat.

“Kok bisa?” tanya Said pada kolom chat.

Dibalas emo tertawa terbahak-bahak.

“Gw beli mama gw dari bokap, Bro!” balas si ‘Oedipus’. Diakhiri emo mengedipkan mata.

“Beneran tuh?” tanya Said kembali.

“Lah, bener! Bokap gw ketauan selingkuh. Berantem mereka, gw yang ngambil untung. Wkwk,” emo terbahak-bahak.

“Ceritain dong!” balas Said penasaran.

“Nanti lah gw ceritain. Udah sampe mana obsesi lu ke nyokap lu?”

Ya, Said memang berhasil mendapat teman karena kesamaan obsesi mereka terhadap ibu sendiri.

“Masih tahap gerilya!” emo nyengir.

“Jangan klamaan, ntar air mani lu basi!” emo terbahak-bahak kembali. “Ngewe, mana nikmat, kalo cuma sebelah pihak mana enak, ga tau rasanya digoyang pantat semok!”

“Ahhh, sialan.” Emo sedih.



Tiga hari itu serasa lama sekali bagi Said. Dia sudah membayangkan ingin ngapain saja ketika saat itu tiba. Membayangkan dia akan menelanjangi seluruh tubuh ibunya, menikmati sekujur tubuh molek itu. Menjilatnya, menciumnya. Uhhhh! Maka larilah si Mesum it uke kamar mandi.

Mohon maaf, ‘belah duren’-nya belum ada di bagian ini ya, Gan. Harap bersabar, alon-alon ajah. Biar lebih terlihat ‘real’… ahaha.

:beer: :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd