Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tetangga Montok Bikin Imanku Rontok

penyuka abg

Semprot Lover
Daftar
5 Nov 2011
Post
279
Like diterima
274
Lokasi
jakarta
Bimabet
Aku bertetangga dengan Bu Yus (bukan nama
sebenarnya) sudah lama. Ia sudah pernah
menikah dua kali. Suami yang pertama
meninggal, sedangkan suami kedua merantau ke
Malaysia. Anaknya ada 3, yang pertama sudah
kerja di Jakarta. Anak kedua, sebut saja
namanya Bam, adalah teman mainku sejak kecil.
Aku sering bermain ke rumahnya. Sejak lulus
SMP Bam sekolah di kota lain. Tapi aku masing
sering datang ke rumah Bu Yus untuk
menjemput adikku yang sebaya dengan adik
Bam.
Aku sering dibuat “gemes” oleh Bu Yus karena
gerak-geriknya yang mengundang birahiku.
Kalau di rumah ia suka pakai baju seenaknya,
duduk atau tiduran juga seenaknya, sehingga
sering terlihat buah dadanya yang ranum atau
pahanya yang mulus. Bukan sekali dua kali aku
melihatnya sedang tiduran dan bajunya
tersingkap. Mungkin ia lupa kalau sudah remaja
dan sudah punya nafsu.
Sekali waktu aku pernah melihat Bu Yus lagi
nyuci baju di sumur belakang rumahnya sambil
jongkok dan bugil. Sayang ia menghadap ke
tembok, jadi aku hanya bisa melihat pantatnya
yang aduhai. Gara-gara itu aku jadi suka
berkhayal tentang Bu Yus. Aku suka deg-degan
kalau mau menjemput adikku.
Pada suatu hari waktu mau menjemput adikku
ke rumah Bu Yus, hujan turun tiba-tiba dan
sangat deras. Otomatis aku lumayan basah
kuyup. Bu Yus menyuruhku untuk ganti baju dan
celana pendek milik Bam. Tadinya aku mau
menolak tapi Bu Yus memaksa. Adikku dan anak
Bu Yus masih saja asyik bermain di ruang tamu.
Bu Yus menggandengku ke kamar Bam. Tak lupa
ia menutup pintu dan setelah itu melepas baju
kaos yang kupakai. Aku seperti terhipnotis, diam
saja. Apalagi waktu Bu Yus jongkok di depanku
lalu dengan tiba-tiba memelorot celanaku dan
kemudian celana dalamku. Aku diperlakukan
seperti anak kecil. Mula-mula dipakaikan baju
milik Bam, lalu celana.
Aku terkesiap waktu wajah Bu Yus bersentuhan
dengan “anuku” saat ia memakaikanku celana.
Otomatis “anuku” membesar. Ketika celana baru
sampai ke lututku tiba-tiba Bu Yus meremas-
remas “anuku”. Ia menatapku dengan raut
wajah gemas. Aku tak tahu apa yang harus
kuperbuat selain diam saja. Apalagi ketika
kurasakan nikmat di balik remasan Bu Yus.
Tak lama kemudian Bu Yus berdiri lalu jalan
menuju pintu sambil menarik “anuku”. Aku
berjalan terseok-seok akibat celana yang masih
nyangkut di lutut. Kemudian Bu Yus jongkok lagi
sambil menyingkap roknya, sehingga terlihat
celana dalamnya berwarna ungu. Punggungnya
disandarkan ke pintu, mungkin maksudnya untuk
menahan agar pintu tidak bisa dibuka. Setelah
meremas-remas sesaat, tiba-tiba Bu Yus
memasukkan “anuku” ke mulutnya. Aku pernah
nonton adegan seperti itu di HP temanku, tak
kusangka aku akhirnya mengalami sendiri.
Bu Yus mengulum dan menghisap “anuku” yang
membuatku megap-megap dilanda nafsu. Dengan
agak ragu aku membungkuk dan kuarahkan
tanganku ke dadanya. Bu Yus diam saja saat
kuremas-remas dua bukit ranumnya. Nikmat
yang kurasakan saat meremas membuatku makin
terangsang. Ditambah lagi dengan hisapan Bu
Yus yang makin gencar. Akhirnya aku tak tahan
lagi. Cairan spermaku tumpah di mulut Bu Yus.
Bu Yus membiarkan mulutnya penuh dengan
cairanku, lalu ia berjalan menuju jendela yang
tertutup, membukanya sedikit dan meludah di
situ. Dengan tubuh gemetar kupakai celana
pinjaman. Bu Yus menghampiriku dan
mengajakku keluar kamar.
“Jangan bilang siapa-siapa lho, ya”, pesan Bu
Yus sambil membuka pintu. Aku hanya
mengangguk. Bu Yus meminjamiku payung lalu
kuajak adikku pulang.
Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan Bu
Yus dan kenikmatan yang diberikannya. Sampai
beberapa hari memori tentang kejadian di kamar
Bam terus membayangiku. Rasanya aku ingin
mengulangi lagi. Setiap kali ke rumah Bu Yus
aku berdebar-debar, berharap ia melakukannya
lagi padaku. Sayangnya kesempatan itu tidak
pernah ada. Kadang di rumah Bu Yus ada tamu,
entah itu tetangga atau dari luar kampung,
kadang adikku langsung minta pulang begitu aku
muncul di pintu rumah Bu Yus.
Aku gelisah setiap kali keinginan itu muncul
lagi. Kalau aku tak tahan kubelai-belai dan
kukocok sendiri “anuku” sambil membayangkan
dihisap oleh Bu Yus. Tapi meskipun aku orgasme,
kurang afdol rasanya dibandingkan kalau diemut
Bu Yus.
Suatu hari waktu aku baru pulang sekolah Bu
Yus datang ke rumahku dan minta tolong untuk
memasang almari knock down yang baru
dibelinya. Waktu itu adikku dan anak Bu Yus
sedang ada les di sekolah, jadi ia sendirian di
rumah. Aku cepat-cepat ganti baju lalu
mengikutinya pulang. Sampai di rumahnya aku
langsung mulai bekerja memasang-masang
lembaran papan yang diletakkan di dapur.
Bu Yus masuk ke kamarnya sebentar lalu keluar
lagi menemaniku sambil duduk di bangku kayu
persis di depanku. Sebelum duduk ia menyibak
lebih dulu dasternya ke atas. Aku terkesima
waktu duduknya agak mengangkang. Ternyata
ia tidak pakai celana dalam. Aku langsung
ereksi, tapi berusaha pura-pura sibuk meskipun
sebenarnya nafsuku sudah menggebu-nggebu.
Ketika aku sedang asyik merakit sambil duduk di
lantai, tahu-tahu Bu Yus sudah berdiri di
depanku. Lalu ia menarik bagian bawah bajunya
ke atas hingga terlihat kemaluannya.
Rambutnya lebat. Aku melongo melihatnya.
Sesaat kemudian Bu Yus menarik kepalaku
sampai mulutku menempel di kemaluannya.
“Jilatin, Moes …”, pintanya saat aku
menengadah menatap wajahnya. Aku pun
langsung menciumi dan menjilati “milik” Bu Yus.
Kemudian Bu Yus duduk di meja dapur sambil
mengangkang lebar-lebar lalu memintaku
melanjutkan lagi jilatanku. Bu Yus tampak
menikmati sekali. Desahannya membuatku makin
bernafsu. Sesekali kumainkan jariku di “milik”
Bu Yus. Lama-lama Bu Yus tidak tahan. Ia
turun dari meja dan langsung melepas celanaku.
Ganti aku yang mengerang keenakan saat
“senjataku” dihisap olehnya.
Setelah puas menghisap, Bu Yus berdiri
membelakangiku sambil membungkuk. Tangannya
bertumpu di meja. Pantatnya yang bersentuhan
dengan “senjataku” digoyang-goyang. “Cepet
masukin, Moes …” katanya. Aku berusaha
mencari-cari sasaran, tapi tidak bisa. Akhirnya
Bu Yus membantuku hingga berhasil masuk. Oh,
rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata-
kata. Nikmat sekali. Apalagi ketika Bu Yus
bergerak maju-mundur. Aku mengikuti
gerakannya. Lama-lama aku tahu caranya.
Berkali-kali Bu Yus mengerang, sehingga aku
jadi tambah bernafsu.
Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka.
Ternyata anak Bu Yus datang. Bu Yus cepat-
cepat membenahi bajunya. Aku juga buru-buru
memakai celanaku lagi lalu pura-pura merakit
almari, sementara Bu Yus keluar dari dapur
menyambut anaknya. Aku berusaha mengatasi
nafasku yang ngos-ngosan sambil mengumpat
dalam hati, kenapa anak itu cepat sekali
pulangnya.
Bu Yus menyiapkan makan siang buat anaknya di
ruang tamu. Setelah itu ia ke dapur lalu
menyeretku ke kamar mandinya. Di situ aku dan
Bu Yus melanjutkan kenikmatan yang tertunda
sampai cairanku keluar. Lega sekali rasanya. Bu
Yus mengingatkanku untuk tidak cerita ke orang
lain tentang hal itu.
Sejak saat itu, setiap kali ada kesempatan, aku
dan Bu Yus melakukannya. Kadang di dapur,
kadang di dekat sumur. Kami tidak pernah
melakukan di kamar Bu Yus, karena kamarnya
tidak berpintu. Hanya ditutup kain korden
tebal.
Sayangnya, hubungan gelapku dengan Bu Yus
hanya sebentar. Tak sampai 6 bulan. Itu karena
suaminya kembali dari Malaysia dan membuka
bengkel di dekat rumahnya. Sejak itu aku hanya
bisa merasakan kenikmatan bersama Bu Yus
dalam angan-angan. Tubuhnya yang montok
berisi terus terbayang-bayang di pelupuk
mataku.
Aku sekarang bekerja di kota lain. Setiap pulang
kampung dan bertemu Bu Yus, ingin sekali
rasanya aku langsung memeluknya dan
mencumbuinya seperti dulu. Ia selalu tersenyum
setiap kali bertatap muka denganku. Entah apa
arti senyuman itu, tapi aku yakin ia tidak akan
melupakan kenangan manis bersamaku begitu
saja, seperti halnya aku.
 
rontokkan imanmu.... Bagus ceritanya...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd