Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT TETANGGA PERKASA

Kecolongan
___________




Didalam persembunyian, Pak Wijoyo terlihat gusar sekali. Wajahnya kelam membesi. Baru saja dia menelpon backingnya di kepolisian resort. Dan polisi korup yang menjadi pemback up bisnis Pak Wijoyo itu jelas sekali mengatakan kalau tidak ada razia ataupun rencana penggerebekan dari pihak mereka.

Artinya bisa dipastikan karir Pak Wijoyo di pemerintahan telah berakhir. Meskipun katakanlah dia dan para anak buahnya berhasil meloloskan diri, tapi jabatannya sebagai kepala desa dipastikan tidak akan bertahan. Warga mana yang mau di pimpin oleh bandar narkoba....?.

Lagi pula, dalam beberapa waktu kedepan, tentu saja Pak Wijoyo tidak akan berani menampakkan batang hidungnya di Desa Rahayu. Bagaimana dia menjalankan tugasnya...?.

Dan semua ini ulah Kyai Thoriq.

"THORIQ BANGSAT.. SIALAN.. !!! ". Pak Wijoyo memaki jengkel dalam keputusan asaan. Sementara para anak buahnya hanya mampu menunduk diam. Semua seperti berubah bisu.

"Ini salahku, terlalu yakin dan percaya diri. Jarot sudah memperingatkan, tapi aku Menyepelekan.. Ternyata Zaid memang berbahaya.. ". Lekaki tua itu seperti berbicara sendiri. Otaknya berputar liar, sebagai bandit besar, dia tak mungkin kabur begitu saja. Dia akan melakukan pembalasan. Tunggu saja sampai ada ide yang muncul.

"Hei... Bukankah Si Thoriq anjing itu punya anak gadis...? ". Pak Wijoyo berkata seraya menatap anak buahnya.

"Benar bos.. ". Alek yang menjawab.

"Hmmmmm... Aku ada ide.. Dan ini pasti akan membuat bangsat itu hancur... ". Pak Wijoyo melangkah mondar mandir didalam rumah papan yang tak seberapa besar di dalam parit sepuluh, sekitar dua kilometer dari perbatasan Desa Rahayu. Senyumnya terlihat tipis tapi menakutkan.

"Alek, bawa beberapa teman. Culik anak gadis Si Thoriq.. Dan usahakan datang lagi kesini sebelum jam tiga. Jarot akan menjemput kita, nanti kita akan ke tempat Bondan. Disana lebih aman.... ".

"Baik bos... ". Alek sumringah. Dia tau Latifah Putri Kyai Thoriq adalah gadis yang cantik, menculik gadis itu pasti akan menyenangkan. Pemuda itu pun berangkat dengan penuh semangat ditemani tiga orang anak buah Pak Wijoyo yang lain.




_______________



Tidak perlu waktu yang terlalu lama, Alek dan kawan kawan sudah berada tak jauh dari jembatan kayu yang sedang dibangun dan terlihat belumlah rampung dikerjakan. Di kejauhan mereka melihat ada keramaian di depan rumah Zaid yang tepat berada disamping Masjid. Lampu rumah menyala terang dengan pintu dan jendela yang terbuka lebar. Entah apa yang mereka lakukan dini hari begini.

Beberapa sosok yang tampak mengenakan seragam kepolisian terlihat cukup sibuk. Ada juga beberapa pria yang memakai pakaian biasa, mungkin bukan termasuk anggota kepolisian.

Melihat itu, tak urung Alek sedikit down. Mental nya jatuh mendapati betapa banyak polisi dirumah itu, polisi yang berniat memburu dan memberantas mereka.

"Hei...bukankah jika mereka berkumpul disini, berarti rumah Kyai Thoriq sepi...? ". Alek meminta pendapat kawan disebelahnya.

"Benar Kang, tugas kita jadi enteng... ". Jawab sang kawan dengan wajah menyeringai.

"Ayo, kita memutar lewat seberang sana,... ".

"Ok... ".



____________



Benar saja. Rumah Kyai Thoriq sepi senyap. Bahkan Kyai Thoriq pun tidak ada dirumah. Bersama Amin yang tadi menunggu di rumahnya, mereka berdua ikut berkumpul di rumah Zaid. Belumlah lama mereka berangkat.

Latifah pun belum tidur. Dikamar Sang Dara terdengar suara dua orang wanita muda yang sedang berbicara dengan suara pelan tapi cukup jelas terdengar. Suara Latifah dan Nirmala.

Nirmala menginap dirumah itu atas permintaan Latifah tadi sore.

"Mala,.. Menurut kamu Kang Amin gimana orangnya...? "

"Gak tau... ". Nirmala menjawab dengan tersenyum senyum.

"Kok gak tau sih... Ganteng gak..? ".

"Ganteng sih.. Tapi udah tua... Hahaha.. ". Nirmala tertawa cukup keras.

"Tapi duitnya banyak... ". Latifah menimpali sebelum kemudian ikut tertawa.

" Denger denger, Kang Amin itu pacarnya Mbak Asty lo...? ". Nirmala berucap pelan.

"Eh, beneran..? ". Latifah tentu saja kaget.

"Mbak Asty kan udah bersuami.. ". Tambahnya lagi.

"Kang Deni kan di penjara. Yah... Siapa tau saja, namanya kesepian, trus ada cowok yang ngedeketin... ". Pandangan Nirmala lurus menatap langit langit kamar. Ada sedikit rasa sedih di hatinya mengingat jalan hidup yang harus dilalui oleh Asty.

Nirmala sangat akrab dengan Asty. Bahkan sudah dia anggap seperti kakak sendiri. Mau tak mau ada sedikit nada pembelaan dalam ucapan Nirmala barusan. Tak tega dia semata mata mwyalahkan Mbak Asty nya yang tersayang.

"Benar katamu, lagipula, Mbak Asty harus memutar otak menghidupi anak anaknya, pasti semua yang terjadi bukan sengaja diniatkan.. ". Latifah mencoba memahami apa yang terjadi antara Asty, Amin dan Deni. Tapi tetap saja jalan fikirannya yang masih hijau dalam hal kehidupan tidak mampu untuk memahami terlalu jauh.

Kedua gadis jelita itu semakin asyik tenggelam dalam obrolan ringan di dalam kamar. Mereka berdua tidak menyadari ada beberapa sosok tengah mendengarkan obrolan mereka dari balik dinding.

"Bu Hamidah sudah tidur bersama anaknya yang bungsu... ". Seseorang berkata berbisik.

"Kau yakin tidak ada orang lain dirumah ini selain mereka....? ".

"Aku sudah memeriksa.. Kita bergerak sekarang... ". Alek yang berbisik barusan kemudian memberi kode kepada teman temanya untuk memutar menuju pintu dapur.

Kemudian dengan sedikit dobrakan pintuk kayu itu terbuka lebar. Sehingga keempat kawanan itu bisa masuk kedalam dengan leluasa.

"Suara apa itu, Mala...?.". Latifah sedikit kaget mendengar keributan dari arah dapur. Tapi dia takut untuk memeriksa.

"Kucing mungkin...? ". Nirmala sedikit tegang. Pengalaman kamarnya dimasuki Jarot tempo hari meninggalkan trauma.

Dan ke kagetan mereka berubah menjadi panik ketika tiba tiba pintu kamar yang memang jarang dikunci itu lantas terbuka. Kedua gadis membuka mulut ingin berteriak minta tolong, tapi mulut itu terkunci rapat ketika empat buah pistol tertodong kearah mereka.

"Jangan berisik, atau kalian kutembak... ". Alek mengancam meski dengan suara yang sangat pelan.
Membuat kedua gadis hanya bisa terdiam dalam ketakutan dengan jantung berdetak kencang. Airmata meleleh dipipi mulus keduanya.

Tanpa banyak bicara kemudian kedua gadis jelita itu sudah berada diatas bahu dua orang pria paling kekar diantara mereka berempat. Tubuh Latifah dan Nirmala yang kecil dan langsing memudahkan pria pria itu memanggulnya.

Sejenak kemudian dijalan setapak dikegelapan malam, terlihat empat sosok berjalan cepat setengah berlari menuju ke ujung Desa. Dua diantaranya terlihat memanggul sesosok tubuh dipundak.

"Kalian siapa..? ". Nirmala yang memberanikan diri bertanya.

"Kami Empat brewok dari goa sangreng...hahahaha... ". Pria pemanggul menjawab asal yang kemudian disusul tawa mereka berempat.

"Lepaskan kami... ". Latifah memohon. Suaranya seperti hendak menangis.

"Nanti, kalau sudah sampai. Sekarang kalian diam saja. Nikmati perjalanan ini... Hahahaha... ". Tawa itu semakin menjadi ditengah jalan setapak sunyi sepi ini. Mereka telah melewati perbatasan Desa, dan sekarang memasuki daerah sepi yang merupakan wilayah pertambakan tradisional milik perorangan yang sudah lama terbengkalai karena jarang panen. Sehingga tambak tambak itu berubah menjadi seperti hutan karena Ditumbuhi pohon pohon bakau dan pidada.

Dengan langkah tergesa gesa keempat lelaki muda itu menyusuri tanggul kecil pembatas antara tambak dan parit yang tadinya digunakan sebagai saluran air bersih dari sungai untuk mengisi tambak. Tapi parit kecil itu sekarang penuh ditumbuhi rerumputan dan semak belukar.

Latifah dan Nirmala sendiri diam membisu diatas bahu. Masing masing menyadari tak ada gunanya berontak dan berteriak teriak karena tak mungkin juga para penculik akan melepaskan mereka. Lagi pula ditengah hutan ini siapa yang akan mendengar teriakan mereka..?. Yang ada malah bisa saja penculik ini emosi dan menyakiti keduanya.

Tak sampai setengah jam kemudian rombongan kecil itu sampailah ke sebuah gubuk tempat Pak Wijoyo bersembunyi.

"Hahaha... Kalian memang bisa diandalkan... ". Pak Wijoyo tertawa puas melihat keberhasilan Alek dan kawan kawan.

Kedua gadis yang sekarang telah diturunkan dari panggulan kaget bukan main menyadari siapa dalang penculikan.

" Pak Kades...? ".

"Ya... Kenapa...? ". Pak Wijoyo masih saja tertawa tawa.

"Apa maksud semua ini....? ". Latifah seakan tak percaya Kepala Desa yang selama ini terlihat berwibawa ternyata seorang penjahat.

"Kenapa kami diculik...? ". Nirmala bertanya galak. Dia tahu Pak Wijoyo adalah paman dari Jarot, orang yang paling dia benci saat ini.

"Jangan banyak tanya dulu anak manis.. Aku begini karena bapakmu.. Dan ini adalah pembalasan ku.. Hahaha... ". Pak Wijoyo kembali tertawa terbahak bahak.

"Lantas, apa hubungannya dengan saya...? ". Nirmala kembali bertanya. Sepertinya dia tidak takut sama sekali.

"Kebetulan kau ada bersama Latifah, jadi ya.. Kita bawa aja sekalian... ". Alek yang menjawab sembari tangannya menjawil pinggang sang gadis.

"Apalagi kau sangat cantik, tidak rugi menculikmu... Hahaha... ".

Nirmala mengibaskan tangan Alek yang berada dipinggang nya kemudian tangan kanannya bergerak seperti hendak menampar..

"Jangan konyol,.. Kau mau kepalamu ditembak dan mayatmu jadi umpan buaya...? ". Pak Wijoyo yang berkata begitu seraya tangannya mencekal pergelangan tangan Nirmala.

"Kau cantik sekali Nirmala.. ". Pak Wijoyo seperti baru menyadari.

"Tidak ada yang boleh menyentuhmu nanti sebelum aku... Hahahaha... ". Tawa memuakkan itu terdengar lagi, membuat Nirmala bergidik ngeri membayangkan apa yang bakal terjadi.

"Kalian jahat.... !! ". Putri Pak Mardikun itu memaki. Tapi suaranya tenggelam dalam gelak tawa para bajingan yang dilanda kepuasan karena berhasil menculik kedua gadis itu sebagai pembalasan dendam.

"Ayo siap siap.. ". Pak Wijoyo kemudian berucap sebagai perintah kepada para anak buahnya.

"Sebentar lagi jemputan datang. Kita harus segera pergi dari sini.. ". Selarik senyum terukir dibibir Pak kepala desa itu, dia membayangkan betapa hebohnya nanti jika Kyai Thoriq dan para polisi keparat itu tahu kedua gadis ini telah berada ditangannya.

Benar saja, tak lama kemudian dua buah Speedboat meluncur cepat masuk kedalam parit kecil dan berhenti didepan gubuk. Muara parit cukup lebar, dan gubuk tempat persembunyian itu tidak terlalu jauh masuk kedalam. Sehingga Speedboat bisa masuk dengan kecepatan penuh. Lampu sorot bercahaya kuning bersinar terang menyilaukan mata.

"Hei... Ada gadis tambahan rupanya... ". Jarot berteriak girang melihat dua orang gadis cantik didorong masuk kedalam Speedboat.

" Bakal pesta besar nih... ". Katanya lagi sambil menatap kearah Dodo yang berada disamping kendaraan nya.

Pemuda bernama Dodo yang menjadi pengemudi Speedboat satunya hanya tersenyum saja. Belum tentu juga aku bakal kebagian.. Pikirnya dalam hati.

"Nirmala sayang.. Kita ketemu lagi... ". Jarot tertawa lebar sementara Sang Gadis memaki panjang pendek mengetahui siapa yang sekarang ada didepannya. Sang gadis yang tak berdaya itu kemudian memutar tubuhnya dan duduk di bangku Speedboat paling belakang tepat di depan Jarot yang mengemudi.

"Apa sih... ". Sang gadis sedikit membentak dan melotot tajam kearah Jarot ketika dia merasakan sebuah kecupan tipis mampir dipipi mulusnya.

"Hehehe... " Sang pemuda durjana tertawa kecil dengan mata dikedip kedipkan. Tak sadar dia kalau kedipan itu percuma karena didalam gelap tak mungkin Nirmala sempat memperhatikan. Apalagi Sang Gadis tercantik di Desa Rahayu itu sekarang telah menatap lurus kedepan. Tak sudi dia berlama lama beradu pandang dengan si bangsat Jarot.

Latifah sendiri digandeng tangannya oleh Pak Wijoyo memasuki Speedboat yang dikemudian Dodo. Lelaki tua itu seperti berubah fikiran. Sekarang dia lebih terfokus pada Latifah karena dia ingin membalaskan sakit hatinya kepada Kyai Thoriq secara langsung lewat anak gadisnya yang kecantikannya tak kalah jauh dengan Nirmala.

"Meski sedikit kalah cantik, tapi putri Thoriq ini masih perawan.. ". Begitu Suara hati Pak Wijoyo. Dia bermaksud untuk mengoyak selaput dara Sang Perawan terlebih dahulu sebelum nanti gadis ini dinikmati oleh para anak buahnya.

Lelaki tua yang sangat bejat...



________________



Ditengah kegelapan malam Speedboat itu melaju kencang beriringan. Pak Wijoyo sengaja menyuruh untuk tidak menyalakan lampu sorot, supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Toh melaju ditengah sungai yang lebar, tidak berlampu pun pemandangan didepan mata terlihat cukup jelas.

Latifah meringkuk dalam pelukan Pak Wijoyo, bahkan posisi duduknya berada diatas paha lelaki tua itu. Tubuhnya didekap erat sehingga dia sama sekali tidak bisa bergerak.

Gadis Perawan itu bergidik dan panik merasakan sebuah tonjolan keras mengganjal tepat di pantatnya. Sementara tangan Pak Wijoyo asyik bergerilya merayap dibalik pakaian Sang dara.

Diperlakukan sedemikian rupa membuat Latifah blingsatan tak karuan. Dirinya yang selama ini baru sekali disentuh pria,yaitu ketika bersama Zaid tempo hari, sekarang harus merasakan lagi rangsangan demi rangsangan yang membangkitkan gairah kewanitaan.

Sekuat apapun Latifah berusaha menolak, tetap saja nafsu birahi Sang Dara terpancing. Tubuhnya menggeliat geliat menahan gejolak yang berlahan semakin membuai. Sedangkan Pak Wijoyo sendiri semakin jauh beraksi. Tangan kanannya telah berhasil masuk kedalam celana kulot yang dipakai Latifah. Mudah sekali tangan itu menyelusup kemudian meluluh lantakkan segala pertahanan Sang Gadis. Mata Latifah terbeliak menahan geli ketika jari besar itu mulai menyentuh lobang kewanitaan nya yang masih suci. Sedikit Perih.. Tapi tak seberapa dibandingkan sensasi selanjutnya yang gadis itu rasakan.

"Enak....? ". Pak Wijoyo berbisik ditelinga Latifah ketika melihat Sang gadis perawan berhasil dia bangkitkan gairahnya.

Latifah tak menjawab. Gadis itu menggigit bibir kuat kuat berusaha menekan gairahnya yang semakin lama semakin menjengkelkan.

"Ya Tuhan..Kenapa tubuhku mudah sekali terangsang... ". Latifah mengeluh dalam hati. Segala do'a yang dia hafal dari tadi sudah dibacakan. Tapi rangsangan demi rangsangan dari Pak Wijoyo tak mampu dihindarkan. Pria tua itu mahir sekali, dia tahu dimana letak kelemahan wanita, setiap gerakan tangannya tidak asal sentuh saja, tapi memang mengarah ke titik titik terlemah ditubuh Latifah yang membuat gadis itu benar benar tenggelam dalam arus pusaran nafsu yang sebenarnya sama sekali tidak dia inginkan.

Latifah benci lelaki tua ini. Dia muak dan jijik. Tapi Latifah juga tak mampu keluar dari pusaran badai nafsu yang telah berhasil terbangkitkan. Gadis itu hanya menurut ketika Pak Wijoyo memutar badannya menjadi berhadap hadapan dengan posisi Latifah masih duduk diatas paha. Tangan Pak Wijoyo merangkulnya sedemikian erat sampai sesak rasanya nafas Sang Gadis dibuatnya.

Latifah berusaha mati matian untuk tidak membuka mulut ketika Pak Wijoyo berusaha melumat bibirnya. Tapi lelaki tua itu tak kehabisan ide. Kini leher jenjang Latifah yang jadi sasaran.

Gadis itu dan juga Nirmala memang tidak memakai jilbab. Tak sempat, karena mereka disini kerena diculik, bukan berangkat dengan sengaja. Tadi didalam kamar mereka berdua telah bersiap siap untuk tidur. Dan memang kebiasaan Latifah dan Nirmala untuk melepas jilbab ketika tidur.
Jadilah sekarang kecantikan Latifah terekspos bebas didepan mata Pak Wijoyo yang membuat nafsu lelaki tua itu semakin menjadi jadi.

Ditengah deru mesin Speedboat yang melaju kencang membelah malam, semakin tinggi pula nafsu Pak Wijoyo menyelusuri tubuh perawan Latifah yang menggairahkan. Hidung lelaki itu tak henti hentinya mengendus aroma tubuh Latifah yang harum semerbak. Bahkan kejantanan Pak Wijoyo telah dia keluarkan dari dalam celananya melalui ritsleting yang terbuka.

Latifah terkesiap kaget ketika merasakan batang yang keras dan panjang serta besar itu menabrak tepat ditengah tengah selangkangannya yang masih terlapisi celana. Sedikit sakit, tapi juga ada rasa geli.

"Pegang punya ku... ". Pak Wijoyo berbisik, Latifah menggeleng.

"Ayolah... ". Pak Wijoyo berbisik lagi, latifah menggeleng lagi.

Jauh didalam hati Sang Gadis mati matian menolak, tapi gesekan batang kejantanan Pak Wijoyo di permukaan vaginanya membuat Sang Dara tidak bisa berfikir jernih. Sisi liar Sang Perawan diam diam bangkit menguasai alam sadarnya. Meski masih terlapisi kain celana, tapi sentuhan batang itu membuat Latifah terlena.

Dengan dada berdegup kencang, berlahan sekali tangan kanan Latifah turun kebawah, menjemput pengalaman baru yang membuat sisi kotor hatinya penasaran. Sementara tangan kirinya bergelung dileher Pak Wijoyo dengan erat, sapuan sapuan lidah Pak Wijoyo diwajahnya membuat Sang Perawan semakin jauh tenggelam dalam Alunan badai birahi.

Sesaat Latifah lupa diri. Lupa segalanya.

Tangannya telah sampai ke tujuan. Jemari halusnya telah menyentuh ujung kepala yang sedari tadi membuainya dengan bayangan bayangan kenikmatan. Sejenak Latifah meragu, gerakan tangannya terhenti.

"Anak pintar, kau tau apa yang harus kau lakukan.. ". Pak Wijoyo kembali berbisik sembari mengecup telinga Latifah dengan lembut. Membuang segala ragu di hati Sang Gadis, membuang segala macam kesadaran tentang siapa aku dan siapa kamu, berganti dengan siapa kita dan apa yang bisa kita nikmati saat ini.

Berlahan tangan itu kembali bergerak. Kali ini menggenggam, kemudian lambat laun mengelus ke bawah menuju pangkal batang perkasa. Pak Wijoyo tersenyum puas, Latifah menghela nafas.

" Anak pintar... ". Kembali kata kata itu yang terucap. Melambungkan jiwa Latifah kelangit tertinggi, jiwa yang telah hilang kesadarannya. Jiwa polos yang telah terperangkap jebakan nikmat gejolak birahi.

Ciuman bibir yang sangat dalam membuat sesak nafas Latifah. Tapi ketika bibir itu bertemu lagi, tak ada sama sekali reaksi penolakan darinya. Latifah telah pasrah. Pasrah dalam kenikmatan tak berujung. Dia ingin merasakan lebih jauh dan lebih jauh lagi. Latifah tak lagi perduli meski pandangan matanya sempat melihat Dodo Sang pengemudi speedboat tersenyum tipis melihat kelakuannya. Dan ketika lumatan bibir Pak Wijoyo berakhir, Latifah bahkan melayangkan senyuman manis kearah Dodo membuat pemuda itu salah tingkah jadinya.

Pemuda lugu berusia belum ada dua puluh tahun anggota perompak anak buah Bondan itu sedikit kerepotan mengatur posisi kemaluannya ditengah fokusnya mengendalikan laju Speedboat. Tangannya berulang kali merogoh celana, meluruskan kemudi, lalu merogoh celana lagi ketika dirasa posisi Sang Batang belum juga pas.

Latifah yang telah dirasuki nafsu setan tersenyum kecil melihat tingkah Dodo yang dianggap nya lucu itu. Sementara lidahnya mendesis menahan nikmat akibat rabaan, elusan dan remasan serta tusukan jemari besar milik Pak Wijoyo. Ya, tusukan.. Tusukan jari tengah Pak Wijoyo yang entah sejak kapan telah meraja lela dilobang Perawan Latifah. Mungkin bisa jadi selaput itu telah terkoyak, tapi Latifah tidak mau ambil peduli. Sampai detik ini dia tidak merasakan perih di lobang Perawan nya. Yang ada hanya nikmat, yang semakin lama semakin memuncak, mengambil alih segala macam fikiran waras, merubah pandangan Latifah tentang seks, menebalkan rasa penasaran untuk merasakan sampai dimana kenikmatan itu bisa dia rasakan.

Latifah melenguh ketika tusukan itu terasa semakin dalam. Sempat timbul rasa sesal dan sedih, tapi setan teramat pandai, dimunculkannya perasaan tak bersalah dibenak Latifah. Toh ini bukan keinginan mu. Ini kehendak takdir yang tak bisa kau elakkan. Begitu tipu daya setan bernyanyi dibenaknya. Membuat Latifah kembali terbenam dalam belenggu kenikmatan. Dan tentu saja Pak Wijoyo bersorak kegirangan melihat mangsa nya telah pasrah tanpa perlawanan.


Perjalanan telah terlewati separuhnya. Sekitar Lima belas menit lagi mereka akan sampai ke perkampungan kecil markas Bondan.

"Tak akan ada cukup waktu untuk bersenang senang.. ".keluh Pak Wijoyo. Ingin sekali dia menyuruh Dodo menghentikan kendaraan air itu dan mencari tempat untuk menggarap Latifah, tapi ada rasa malu jika dia harus bersetubuh dengan disaksikan banyak orang. Apalagi mereka semua adalah anak buahnya. Paling tidak Pak Wijoyo harus menjaga wibawa. Itulah akhirnya yang membuat lelaki tua itu memutuskan menunda niatnya.

"Nanti saja ya nduk.. Sabar sedikit lagi.. Hehehe.. ".

Latifah memaki dalam hati. Kalimat Pak Wijoyo seolah olah Latifah lah yang menginginkan.

"Dasar lelaki tua bajingan... ".



________________



Sementara itu sebuah rumah di perkampungan kecil markas perompak. Sepasang anak manusia tengah bergulat liar memacu raga menuntaskan hasrat diantara keringat keringat yang membanjiri tubuh telanjang.

"Kau hebat Asty... ". Sosok lelaki yang berada diatas tubuh perempuan mungil telanjang sedikit mengeram menahan agar laharnya tidak muncrat, setidaknya jangan sekarang. Karena kenikmatan ini terlalu indah untuk diakhiri cepat cepat.

Berlahan sekali pinggul itu menekan kebawah, disusul erangan menghiba dari sosok perempuan yang seperti tak lagi mampu menahan terpaan gelombang nikmat yang telah empat kali dia rasakan sejauh ini. Wajah Sang wanita yang tak lain adalah Asty adanya terlihat memucat, terlalu banyak sudah cairan cintanya yang tersemprot keluar, sementara Bondan terlihat masih mampu bertahan.

"Kang... ". Asty memanggil pelan Sang pejantan.

"Hmmmm.... ".

" Kang Bondan pernah melakukan ini dengan Kak Ambar...? ". Entah kenapa Asty sampai kepikiran untuk bertanya hal seperti itu. Mungkin kehabisan bahan untuk dibicarakan.. Entahlah..

"Hehehe... Kakakmu itu sombongnya minta ampun... ". Bondan menjawab dengan tawa kecil sementara pinggulnya terus mengayun lembut.

" Hmmm... ". Gantian Asty yang menjawab hanya dengan deheman.

"Iya, sombong sekali. Padahal aku tau saat kejadian dia diculik itu, kakakmu itu sudah kehilangan keperawanannya, tapi dia tak pernah mau kuajak bercinta.. ". Bondan berucap dengan pandangan sedikit menerawang mencoba membayangkan kejadian yang telah berlalu dua puluh tahun lebih itu.

"Jelas saja kak Ambar tak sudi, kau kasar begitu. ". Asty membathin.

"Penolakan kakakmu lah yang membuat aku frustasi, dan akhirnya bergabung dengan kelompok bajak laut ini.. ". Bondan melanjutkan cerita sambil tetap mengayunkan pinggul menusukkan kejantanan ke lobang kenikmatan milik Asty yang bagi Bondan adalah lobang ternikmat yang pernah dia rasakan. Maklum karena sampai sekarang Bondan belum juga beristri. Trauma ditolak Ambar membuat lelaki ini tak pernah berniat untuk menikah. Jadilah lobang wanita yang pernah dia nikmati hanyalah sebatas milik para wanita nakal penjaja cinta yang rata rata sudah berumur sehingga jepitannya tidak lagi terasa begitu nikmat. Tidak jauh beda dengan beronani. Begitu anggapan Bondan. Sehingga ketika bertemu Asty yang notabene adalah wanita baik baik, Bondan pun menjadi sangat bernafsu. Berharap lobang kenikmatan Asty belum terlalu kendor. Dan ternyata benar, lobang surga wanita ini luar biasa. Bisa menjepit dan mwngempot empot membuat Bondan benar benar jatuh cinta. Bondan pun sampai bertekad untuk tidak akan melepaskan Asty, bila perlu dia akan menikahi wanita ini. Bagaimanapun caranya.

Sedangkan Asty sendiri merasakan sedikit ada kedekatan antara dia dan Bondan, selain karena Sang pemimpin bajak laut ini pernah mencintai kakak perempuannya, Asty juga masih ingat dengan jelas dulu Bondan bisa dibilang adalah salah satu pengasuh nya. Ketika dulu berusia lima tahunan, sering sekali Bondan datang bermain main kerumah dalam rangka pdkt dengan Ambar, karena itulah Bondan pun sering sekali menyempatkan diri bermain main dengan Asty kecil, menggendong Sang bocah kadang kadang sampai Asty tertidur dipangkuannya. Selain Ardi, Bondan dulu sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Pak Dahlan, sehingga Asty pun merasa memiliki seorang kakak laki laki tambahan selain Ardi.

Dan laki laki yang dulu dia anggap sebagai kakak, sekarang sedang berkerja keras membimbingnya mendaki puncak kenikmatan. Asty terombang ambing dalam diantara dua perasaan. Rasa marah dan benci karena diperkosa, juga rasa nyaman dan terlindungi didalam dekapan lelaki perkasa yang sedari dulu memang sudah sangat dia kenali dan pernah dia anggap sebagai kakak laki laki yang melindungi dan juga mengayominya.

Lelaki perkasa berusia 45 tahun yang sekarang sedang menikmati tubuh nya, dan juga memberikan kenikmatan kepada tubuhnya.




_________________



Desa Rahayu heboh dini hari menjelang subuh itu. Putri Kyai Thoriq diculik orang. Bersama Nirmala malahan. Tidak cuma satu gadis yang di culik. Tak urung hal itu membuat warga yang baru saja bangun untuk menunaikan shalat subuh menjadi gempar.

Amin, Zaid dan terlebih Pak Hermanto panik bukan main. Ini kesalahan mereka. Kenapa tidak waspada dan justru meninggalkan rumah Kyai Thoriq tanpa pengawasan.

Bu Hamidah menangis sedih meratap ratap. Nurul yang berada dalam pelukan Sang Ibu pun tak kuasa menahan sedih dan ikut tenggelam dalam tangisan.

Kyai Thoriq termangu dengan wajah merah padam. Dia kecolongan. Semuanya kecolongan. Mereka semua berkumpul dirumah Zaid,Terlalu sibuk mereka mengurusi soal Asty yang dibawa kabur sebagai sandera, sibuk pula Pak Hermanto dan anak buahnya menginterogasi istri Pak Wijoyo dan juga Jeki Sang pengemudi Speedboat yang tertangkap didermaga tua tadi, sampai hal sepenting itu bisa luput dari perhatian.

Tapi sejujurnya semua orang disitu tidak ada yang menyangka jika Pak Wijoyo dan komplotannya akan bertindak senekad itu. Mereka menduga Sang Kepala Desa itu telah kabur jauh. Ternyata mereka justru malah mengintai dan kemudian mendapat kesempatan untuk melakukan pembalasan.

"Kurang ajar... ". Pak Hermanto menggerutu kesal. Zaid yang mendengar kemudian mendekat.

" Seumur umur, baru kali ini aku menghadapi lawan yang senekad ini.. ". Ucapnya kepada Zaid ynag telah berdiri disamping nya.

"Perkerjaan kita semakin berat... ". Keluh Sang Komandan.

Zaid cuma menghela nafas berat. Dia tak tau harus berkata apa. Saran....?. Tentu tidak ada, karena hilangnya Asty saja telah membuat otak Zaid buntu, apalagi sekarang ditambah lagi hilangnya Latifah dan Nirmala. Tambah buntu fikiran Zaid, seperti mau pecah saja isi kepalanya.

Mata Sang pria muda tak sengaja menatap Amin yang bersandar di dinding dengan lesu. Pandangan matanya aneh, ada rasa kesal dan juga ada rasa kasihan. Kesal karena Amin nekad mengajak Asty keluar selepas maghrib tadi, padahal Asty sudah menolak, setidaknya begitu tadi Amin sendiri yang bercerita. Kasihan juga ada, karena Amin yang pada dasarnya hanya orang lain, harus berulang kali terlibat hal hal berbahaya berkaitan dengan Asty.

Zaid sampai detik ini tidak tau pasti sejauh mana hubungan yang terjadi diantara Amin dan Asty. Sepanjang pemikirannya, paling paling yang telah terjadi adalah Amin yang terus merayu Asty, tapi Asty terus saja mencoba untuk tidak terlalu jauh meladeni Amin.

Seburuk buruknya prasangka Zaid, mungkin bisa jadi mereka telah berhubungan badan sekali dua. Itupun karena rasa balas budi Asty yang membuat Sang Wanita tak bisa menolak. Tapi dalam hati kecil Zaid tetap berharap prasangka terburuk nya itu tak pernah terjadi. Kalaupun terjadi, Zaid sendiri tak tau pasti bagaimana dia harus bersikap, karena tak bisa dipungkiri, Amin telah sangat berjasa besar dalam hidup Asty. Mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan Sang Wanita, tentu hal itu tidak bisa diukur atau dibalas dengan imbalan materi. Bahkan jika saja Asty sendiri yang memutuskan untuk menceraikan suaminya dan menikah dengan Amin, Zaid merasa tak bisa untuk tidak menerima dengan lapang dada.

Memikirkan itu Zaid akhirnya mendekati Amin, manatap pria itu sejenak. Kemudian menepuk pundaknya berlahan.

"Sepertinya kau harus berjuang lagi... ". Bisiknya pelan. Pelan sekali tapi akibatnya sungguh dahsyat didada Amin. Dada pria itu bergemuruh dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Amin seperti akan membuka mulut untuk berkata sesuatu. Tapi senyum Zaid yang terkembang tipis disertai dengan gerakan jari telunjuk yang melintang di bibir membuat Amin terpaku diam. Terpaku dalam kepanikan luar biasa. Sementara Zaid sendiri kemudian melangkah menjauh dengan tersenyum perih.

"Saatnya menentukan sikap.. " Gumam Sang Pria gondrong itu berlahan sekali hingga gumaman itu tidak ada yang mendengar.



Bersambung..
 
Terakhir diubah:
Terima kasih updatenya Suhu @Lidause. Mantap Hu. Gak sabar ngliat amin dan zaid beraksi. Tapi lebih gak sabar lagi liat Pak Wijoyo ngasih pengalaman pertama buat Latifah wkwkwkwk...
4K sampe gak berasa bacanya
Monggo dilanjut Suhu
 
Asty dikelilingi tetangga²nya yg perkasa.. Waah bakal pilih siapa niiih...

Ikut mengarungi lautan birahi bersama bajak laut bondan?
Lanjut merawat benih² nikmat udangnya mas amin?
Atau kembali membuka ladang sawahnya untuk ditanami kang deni lagi?

Wiuwiu semakin seruu ini... :pedang:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd