Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Tetanggaku pensiunan (Real story') /TAMAT

Bimabet
Part 1:
Berawal dari pengakuan istri saya di suatu malam beberapa hari lalu.

Cerita ini ejawantah dari thread saya di room gambar. https://www.semprot.com/threads/pengakuan-yang-bikin-deg2-crot.1394845/

Saya dan keluarga tinggal di sebuah kompleks perumahan menengah di daerah Surabaya pinggiran barat. Mau beli di Citraland, ketinggian segalanya hahahaha… Walaupun ini kompleks sudah lama ada, tapi masih banyak kavling yang kosong, bahkan rumah yang sudah berdiri pun banyak yang ditinggal kosong. Saya tinggal di cluster yang posisinya di depan tapi bukan di sekitar boulevardnya. Agak pinggir dan sepi, suasana lumayan adem.

Deretan cluster saya ini terdiri dari 20 rumah, dengan tembok yang menjulang di bagian belakang dan samping. Gambarannya di cluster saya ini tiap rumah tidak beradu tembok dengan rumah tetangga, masih ada sisa tanah lumayan lah daripada lumanyun. Saya bertetangga dengan keluarga yang hanya terdiri dari suami istri. Si suami merupakan pensiunan aparatur Negara, sedangkan istrinya ibu rumah tangga. Usia mereka terpaut jauh, dari hasil obrolan dengan si bapak, selisih usia mereka sekitar 15 tahun. Pantesan saya lihat istrinya kok muda dan terlihat tidak jauh usianya dari saya. Bisa nih kapan2 di apa2in hehehehe… Di belakang rumah kami ini masih berupa tanah kosong dengan tumbuhan semak belukar dan pohon pisang (bisa jadi sarang kuntilanak nih).

Kejadian ini berawal beberapa hari lalu, ketika istri si Bapak pension ini pulang kampong ke Jawa Tengah. Otomatis si bapak ini home alone lah. Kegiatan orang pensiunan bersih-bersih rumah, pekarangan, ngopi dan main HP di teras. Owh iya, di rumah saya dan si bapak ini, depannya belum ada pagar pembatas dengan jalan kompleks. Eh malah iklan property ya hehehe… Hal-hal tersebut diatas membuat si bapak yang selalu ada di rumah menjadi terbiasa berinteraksi langsung dengan istri saya.

Kejadian berikut dari cerita istri saya.

Hari Pertama

POV Fitri (istri)

Hari kedua PPKM, istri Pak Huda (tetangga sebelah) pulang ke Semarang nengok orang tuanya yang sakit parah. Pak Huda ini tidak ikut karena tidak bisa melakukan perjalanan jauh dengan kendaraan umum. Sedangkan dengan mobil sendiri belum mendapat sopir untuk luar kota. Pagi itu aku lihat pak Huda membersihkan pekarangan depan seperti biasa. Aku yang beberapa hari tidak membersihkan pekarangan berniat ikutan juga karena ada temannya. Kebetulan masakan pun sudah tinggal nunggu mateng aja. Hari itu aku masak pepes ikan lumayan banyak karena mama datang dan masak dibantu adik bungsu yang notabene nya adalah istri kedua suami. Nah bingungkan? Setelah masakan matang kami sarapan, suami sarapan dibawa ke kantor. Selesai sarapan mama dan si bungsu pulang ke rumah nya yang di kontrakan suami di cluster sebelah. Anak2 ikut “tantenya” ke rumahnya karena ada neneknya datang. Singkat kata, aku bersih-bersih pekarangan depan yang lumayan kotor oleh daun. Si bapak ini lihat saya bersih-bersih sendiri. Lalu menghampiri dan menawarkan bantuan, aku pun dengan senang menerima tawaran tersebut hehehe… Setengah jam kemudian selesailah acara bersih-bersih pekarangan. Aku kemudian menawarkan kopi kepada si bapak, dan mempersilahkan ke rumah sebagai ucapan terimakasih. Awal nya si bapak ini ragu-ragu. Katanya tidak enak dilihat tetangga. Padahal lo tetangga depan rumah kosong samping kiri rumah dengan tembok menjulang ke angkasa. Pekarangan depan rumahku adalah tanaman buat pagar hijau, ide suami. Setelah agak memaksa akhirnya si bapak mau juga aku ajak ke rumah, dan duduk di teras depan. Kemudian aku siapin kopi dan cemilan. Saat lihat meja makan, aku menebak pasti si bapak belum sarapan. Kan home alone. Saat aku tanya sudah sarapan atau belum, benar si bapak belum sarapan. Saya ajak si bapak ke meja makan buat sarapan. Ketika akan saya tinggalkan ke ruangan lain, si bapak mencegah saya pergi. Bilangnya: “temenin saya makan mbak”. Aku pun bilang: “iya pak, saya ganti baju dulu ya pak, soalnya kotor tadi bersih2”. Aku pun masuk kamar, bukannya ganti baju tapi mandi juga hehehe… (kamar mandi ada di dalam). Selesai mandi dan ganti baju aku keluar kamar menuju meja makan. Disitu aku lihat si bapak agak melongo dan bengong kayak ada yang aneh di diriku. Aku pun tersadar, rupanya bajuku yang bikin si bapak begitu. Aku Cuma pakai baju terusan pendek tanpa lengan, leher agak rendah. Sewaktu ganti baju tadi aku benar-benar lupa kalau ada si bapak di dalam rumahku, aku seenaknya aja memakai baju yang emang biasa aku pakai di dalam rumah. Masya Allah benar-benar lupa, tapi dah terlanjur duduk didepan si bapak, ya sudahlah. Rejeki si bapak.
Selesai si bapak makan, saya beres-beres meja makan dan niatnya mencuci yang ada di tempat cucian piring. Eh si bapak malah bangkit dan membantu aku beres-beres. Aku sudah cegah tapi si bapak tetap dengan niatnya tadi. Ya sudah lah, kebetulan lagi hehehehe… Cuci piring pun dibantu si bapak. Nah saat cuci piring ini entah sengaja atau tidak tangan si bapak kadang nyenggol badanku, karena kita berdirinya sebelahan. Akupun sadar si bapak ini kadang melirik ke tubuhku terutama dada yang emang agak terbuka dikit. Selesai cuci piring kami pindah ke ruang depan, sambil bawa kopi si bapak. Malah jadilah kami ngobrol-ngobrol lama. Si bapak ini malah curhat soal rumah tangganya ke aku. Waduh, jadi ga enak lah. Dia bilang istrinya masih kayak ABG sering main kemana-mana, reuni ketemuan dengan teman sekolah. Kadang sampai nginep di Batu atau Pacet. Dan si bapak juga mulai keluar sungutnya dengan gombalan-gombalan khas pria kepada wanita hehehe…

B:” mbak Fitri ini sama mas Dimas selisih berapa umurnya? Kok kayaknya masih muda”
F:” selisih 5 tahun pak, kelihatan tua banget ya”
B:”ndak lah, berarti 35 ya mbak, kan mas Dimas 40 tuh” (si Bapak tau usia suami karena dia sekretaris RT)
F:”iya sekitar itu pak”
B:”tapi kok penampilan dan penampakannya ga beda jauh dengan mbak Laila, dia kan blm ada 25 ya?”

Laila adalah si adik bungsu yang jadi istri kedua, pas jadi istri kedua suami statusnya janda, usia 22 tahun.

F:”alah bapak ngrayu nih, ya jelas jauh lah pak dengan Laila”
B:”eh beneran kok, tapi kayaknya mas Dimas lengket ke mbak Fitri ya?”
F:”kok bisa lihat gitu darimana pak?”
B:”hhhmmmm…. Bapak lihat sih dari body mbak Fitri ini pinter muasin mas Dimas”

Gubrak! Akhirnya si bapak keluar tanduknya hehehe… Aku pun senyum-senyum saja mendengar gombalan si bapak. Ternyata orangnya agak nakal juga kelihatannya. Obrolan pun terus berlanjut mulai dari soal keluarga, pekerjaam, lingkungan, sampai soal jatah menjatah suami-istri. Tampaknya si bapak ini kurang terpenuhi kebutuhan biologisnya oleh sang istri. Tapi aku pun tak maulah jadi sarang pelampiasan si bapak.

Lama kelamaan si bapak duduknya geser ke sampingku. Dia mau coba-coba rupanya hehehe… Pasti karena terbawa suasana, jadi nya ada niatan. Aku sudah nyiapin benteng pertahanan lapis tujuh. Ngobrol kami jadi berjarak sangat dekat, sesekali si bapak mencolek lengan ataupun pahaku, karena emang pahaku kesingkap kalau duduk. Mudah-mudahan si bapak tidak tau kalau aku tidak pakai CD.

Makin lama, si bapak ini jago ngrayu dan ngegombal juga, pantesan bisa dapat istri usianya jauh lebih muda. Kami ngobrol kayak orang sudah kenal lama dan akrab. Aku berpikiran, kenapa ga dinakalin sedikit aja nih si bapak. Aku pun sesekali dalam ngobrol pegang tangan dan paha si bapak, sengaja hehehe… Makin kesini si bapak makin berani, duduknya sudah mepet ke tubuh ku. Sudah kayak bapak-anak aja hehehe… Akupun sedikit ladenin biar dia penasaran juga. Tapi terus terang aku tidak berani menatap mata nya, karena aku tahu senjata playboy macam si bapak ini kayak suamiku, senjatanya ada di mata mereka.

Aroma tubuh si bapak ini lumayan wangilah untuk lelaki, dah aku pastikan ini bapak macam buaya juga. Makin panas obrolan si bapak, yang tampaknya emang haus soal biologis. Melihat aku seperti mau menerkam saja. Tapi untuk nekad, dia mungkin masih takut dan ragu. Untuk manasin si bapak, sesekali dan sesering mungkin aku pura-pura mbenerin baju, entah lubang leher yang aku sengaja turunin, atau kaki yang aku silangkan hingga pahaku kemana-mana. Aku sekilas lihat, jakun si bapak naik turun lihat pemandangan tanggung ini.

Hingga saat disuatu momen si bapak curhat serius tentang istrinya yang dia rasa punya Pria Idaman Lain. Wajah mesum si bapak berubah menjadi wajah sedih. Dan pecah lah tangisan sang buaya eh si bapak. Akupun berusaha menghibur si Bapak sebisa mungkin, karena kelihatannya dia curhat sepenuh hati mengeluarkan segala bebannya. Entah disengaja atau tidak, si bapak nangisnya sambil agak bersender ke bahu ku. Mau gak mau lenganku nyambut si bapak. Aku berpikir ini bisa saja akal-akalan si bapak agar bisa menyentuhku. Tapi biarlah, tampaknya dia benar-benar butuh tempat melampiaskan bebannya.

Mau tak mau kami berposisi berpelukan akhirnya. Duh kan harusnya cewek yang dipeluk kalo pas nangis, ini kok kebalik. Kami berpelukan tanpa berkata apa-apa, hanya isak tangis si bapak yang kedengeran. Si bapak meluk aku lumayan erat, mana bajuku serba agak terbuka gini. Aku peluk si bapak seperlunya, sambil aku elus-elus punggungnya. Beberapa saat isaknya mereda, pelan-pelan pelukannya yang erat mulai mengendor. Aku merasakan si bapak ini tangannya malah meraba-raba punggungku. Mau gerak mundur, ketahan sandaran sofa di belakangku. Pelan-pelan aku lepaskan pelukanku ke si bapak. Dia pun melepaskan pelukannya, dan memegang kedua bahuku. Disini aku merasa terkena jebak, karena dia bisa langsung menatap mataku yang dari tadi aku hindarin. Sambil memegang kedua bahuku dengan kedua tangannya, dia berkata “maaf ya mbak bapak terbawa suasana dan tidak sopan”. Eh setelah ngomong gitu, si bapak majukan wajahnya dan ngecup bibirku. Reflek aku mundur, sengaja biar ga dikira gampangan.

B:”eh maaf mbak, bapak kebablasan”

Dalam hati aku ini mah dia sengaja, dasar buaya darat. Tapi sebenarnya aku agak tertantang dengan permainan si bapak. Setelah situasi normal kembali, si bapak minta maaf lagi karena peristiwa tadi. Beberapa saat kemudian si bapak minta pamit. Untuk mencairkan suasana, aku bilang ke si bapak kalau bapak butuh apa-apa kemari saja, jika belum ada makan kesini saja pak. Si bapak mengiyakan perkataan aku. Terakhir dia bilang “ Mas Dimas beruntung banget ya, istrinya dua, cantik, dan sexy semua”.

Setelah itu si bapak beranjak pulang ke rumahnya. Aku pun segera masuk rumah, sebenarnya deg-degan juga dengan peristiwa tadi, antara penasaran dan harap-harap cemas. Yang lebih deg-degan lagi adalah menceritakan peristiwa ini ke suami. Pastinya di awal akan sok marah-marah, tanya macam2 sepanjang malam, dan pastinya kalo dah cemburu mainnya dilama-lamain.

POV Saya

Malam hari saat mau tidur, niatnya saya emang tidur dan ga minta jatah. Saat ngobrol, istri membuat pengakuan tentang peristiwa dengan si bapak sebelah rumah. Saya tanya detil sedetilnya, segamblangnya, serincinya. Hingga akhirnya jadilah tulisan diatas. Saya yang sudah lama tidak ada niatan cuckold maupun exhib, malah muncul kembali keinginan tersebut. Saat pengakuan istri, yang terjadi adalah ngaceng yang tak tertahankan. Bukan emosi yang meledak ledak, tapi lahar panas yang mau muncrat hehehe… Akhirnya agar interogasi berjalan secara jujur, terbuka, dan ringan, saya lancarkan serangan ke seluruh tubuh istri dengan ciuman, rabaan, jilatan, dan tusukan konti. Alhasil semua pengakuannya adalah jujur hahahaha… Saat dia sudah jujur dengan pengakuannya, istri melakukan serangan balik yang cukup frontal yang membuat saya kewalahan.

Part 2 adalah hari kedua, nunggu waktu longgar nulisnya lagi

Maaf belepotan nulisnya, semoga berkenan


Part 5 (PENUTUPAN) di halaman 35

Maaf baru selesai ngeditnya suhu ...

Part 2

Hari Ke-2

POV Saya
Pagi-pagi habis subuh, selesai mandi junub dan sholat subuh, saya iseng keluar ke halaman. Sambil sedikit olahraga (maksudnya bersih-bersih halaman hehehe…), saya ngamati rumah si bapak. Pembatas halaman kami hanya tanaman sebagai pagar hijau dan ada celah di antaranya. Tak lama kemudian, si bapak keluar mau bersih-bersih halaman juga. Untuk catatan tadi malam saya tidur di cluster sebelah.
B:” lo mas Dimas, tumben tidak hari libur kok bersih-bersih pekarangan?”
S:”buat olahraga sekalian pak, daripada ngantuk lagi…”
B:”lah ga olahraga malam to mas?”
S:” kalo itu mah hampir tiap malam pak”
Jawab saya sambil nyengir kuda, niatnya mancing si bapak juga hehehe…
B:”duh sampean masih kuat banget ya, sampai-sampai bini nya 2 sekaligus hehehe…”
S:”wah ya harus donk pak, ga gitu ambyar dah hahaha…”
S:”kan bapak juga strong tu, dulu bisa dapat istri jauh lebih muda”
B:”di jodohkan mas, saya dan istri masih ada kaitan saudara”
S:”owh pantesan, kirain buat bayar hutang?”
Langsung kami berdua tertawa ngakak.
B:”bisa aja sampean hahahaha…”
B:”sampean ga kewalahan ngladenin wik-wik istri-istri pean?”
Mulai nih si bapak mancing-mancing saya soal urusan pribadi ranjang saya.
S: “ ya kalo barengan jelas KO saya pak, apalagi mereka tu jenis gelandang bertahan yang tangguh, kalo gentian ya sudah jelas siapa yang menang hehehe…”
B:” pakai obat kuat apaan mas?”
S:”obatnya tiap hari makan sate kambing usahakan jangan terlalu matang, no drugs, no alcohol, no smoking, istirahat cukup, dan yang penting Percaya Diri hehehe…malah saya menggurui bapak…”
B:”tiap hari sate kambing bisa langsung stroke saya hahahaha….”
S:”ya udah cukup satu istri saja kalo gitu bapak hehehe…”
B:” tapi itu bisa akur gitu ya… saya lihat istri yang sini juga masih hot lo mas?”
S:”lo kok tau pak?” (pura-pura kaget)
B:”nebak aja mas hehehe…”
S:”wah bapak mupeng yaaaa…hehehehe…” (langsung saya smash aja si bapak)
B:” hahaha…. Saya mah nyawang aja mas …” (pinter beralasan juga nih si bapak)
Dalam hati saya, iya nyawang dan ngintip karena istri pakaian di rumah ya ala kadarnya gitu. Salah sendiri lihat-lihat yang bukan miliknya, akhirnya mupeng kan?
Hampir satu jam saya ngobrol-ngobrol sama si bapak. Kemudian saya akhiri karena istri manggil. Eh istri manggilnya dari teras dan bajunya masih baju tidur yang aduhai. Saya pikir ini pasti dia sengaja untuk mancing si bapak.
Kami masuk rumah untuk sarapan. Ibu mertua dan istri muda juga sudah di rumah. Memang saya yang minta mereka untuk pagi/ sarapan di rumah ini saja. Otak saya pun bernyanyi lagu yang di cover Ahmad Dhani…”hey senengnya dalam hati…” hehehehe…
Kemudian selesai sarapan saya siap-siap berangkat kerja. Di kamar saya tanya istri.
S:”tadi sengaja keluar pakai baju sexy gitu?”
F:”itu tau hehhehe…”
S:” tu si bapak mupeng gara-gara mama hahaha…”
F:”biarin aja, sengajalah… boleh ya yah?”
S:”boleh apaan? Mancing si bapak?”
F:”iya hehehe…”
S:”awas jangan kebablasan ntar si bapak nya baperan?”
F:”tenang aja ayah, gak usah cemburu gitu napa?”
Malah ngeledek dia, ya saya uwel-uwel lah. Eh tau tau si Laila masuk kamar. Wajahnya manyun lihat saya dan fitri malah uwel-uwelan.
L:”gitu ya, aku di cuekin terus?” (waduh protes lah si istri muda)
Saya hanya bisa senyum dan diam. Si Fitri yang njawab:”duh jangan cemberut gitu napa dek?”. Mas mu ni yang usil, kurang kamu jatah mungkin hehehe…”. Si Fitri malah ngomporin Laila, waduh bakal rame nih saya pikir. Laila:” apaan tadi malam mau tidur 2x, bangunin jam 3 minta sekali lagi! Itu masih kurang???”. Agak sewot lah ismud ku ini hehehe… Gantian si Fitri melotot ke saya. Fitri:”segitu masih kurang ayah? Subuh2 kesini masih minta lagi??? Dassssarrr yaaaa….”. Kena deh saya hahaha… Tapi omelan mereka sebenarnya tidak serius, sebatas canda tapi beneran. Inilah lika liku poligami tapi masih saudaraan dan dekat segalanya.
Selesai siap-siap, sayapun berangkat ke kantor.

POV Fitri
Setelah suami berangkat kerja, akupun beres-beres2 rumah dibantu si Laila. Saat mau nyuci pakaian dengan mesin cuci, ternyata mesin cucinya bermasalah. Duh batal nyuci deh, masak harus cuci manual. Begitu tahu mesin cuci bermasalah, Laila menawarkan nyuci bajunya dengan mesin cuci di rumahnya saja. Dia juga minta ke aku kalau boleh anak-anak dibawa ke rumahnya, buat pancingan katanya dan agar aku bisa istirahat. Dalam hati aku kebetulan nih. Setelah Laila dan mama kembali kerumah nya sambil bawa anak-anak dan setumpuk cucian, aku telpon suami. Bilangin ke dia kalau mesin cuci rusak. Di jawab suruh telpon tukang service aja. Tapi aku ada ide lain hehehe…
Begitu nutup telpon, aku yang sudah mandi dan wangi ke rumah si bapak sebelah. Minta tolong ngecek mesin cuci.
F:”pak, bisa minta tolong cek mesin cuci saya? Ini tadi ga bisa keluar air kotornya”
B:”baik mbak, sebentar saya mandi dulu”
F:”ga usah pak, mandi di rumah saya saja”… (sengaja aku pancing hehehe…)
B:”mau mandi bareng? hehehe…”
F:”ihhh ya ndak lah, lihat aja hihihihi….” (kepancinglah dia)

Si bapak kemudian dengan peralatannya masuk ke rumahku. Ngecek sana sini, ini itu.
B:” ini yang ga bisa keluar air buangannya ya mbak?”
F:”iya pak, tadi di pencet ga keluar-keluar, sama kayak punya bapak tuh ga pernah keluar”
B:” hahahaha… bisa aja si mbak Fitri ini… sekali keluar bahaya lo hehehe…” (ngekek si bapak)
F:”ah paling sudah keruh pak, kan lama ga dikuras hehehe…” (sengaja aku panas-panasin)
B:”mbak Fitri mau bantu ngurasin ta? Hehehe…”
Mulai dah si bapak keluar tanduk mesumnya. Dari tadi si bapak main lirik-lirik aja ke aku. Ya pastinya karena aku Cuma pakai baju terusan pendek yang tipis. Harusnya luarnya ada cardigannya tapi sengaja tidak aku pakai.
B:”mas dimas kasih jatahnya rutin y mbak?”
F:” iya harus rutin pak…ga rutin ya awas aja hehehe…”
B:” kapan terakhir mbak?”
F:”tadi pagi, kenapa pak?”
B:”wah wah every day ta mbak?”
F:”ga juga pak..”
Sambil ngobrol-ngobrol ngalor ngidul, aku lihat diam-diam celana pendek si bapak nggelembung bagian depannya. Pasti berdiri tu si joni., rasain dah!
Ini menurutku mbenerin mesin cucinya sebenarnya agak sepele, tapi sama si bapak pasti dilama-lamain. Dasar modus buaya wal playboy tua. Aku nungguin si bapak di dekatnya, siapa tau dia butuh minta tolong, sambil manas-manasin hehehe… Saat si bapak minta tolong hidupin kran untuk ngetest saluran buangnya, tiba-tiba krannya terlepas dan nyemburlah air dengan lumayan deras ke tubuhku. Dan basah dah sebagian tubuhku, termasuk baju yang aku pakai. Si bapak buru-buru nutup airnya dengan plastic seadanya dulu. Otomatis baju yang basah tadi membuat lekuk tubuhku semakin nyata di mata si bapak. Dan semakin melotot lah si bapak seolah menelanjangi tubuhku ini. Si bapak kemudian berinisiatif mengambilkan handuk untukku. Eh kemudian malah membasuh tubuhku dengan handuk tersebut. Tentu dengan jurus nakalnya dia berusaha menyentuh payudaraku yang nyembul setengah. Agak geli yang aku rasakan, tangan tua itu masih saja halus. Ya karena si bapak ini orangnya bersih, dan kerjanya dulu kebanyakan di dalam kantor. Si bapak melakukan itu sambil menatap wajahku. Aku tahu lah maksudnya, tapi aku tak segampang itu hehehe… Kemudian si bapak mbenerin kran yang tadi lepas, lalu kembali finishing mesin cucinya.
Aku bilang ke bapaknya mau ganti baju dulu, tapi sama si bapak dicegah, bilangnya gak usah ganti baju, gini aja buat pemandangan yang indah. Duh dasar buaya tua! Ya udah aku batalin ganti baju, lagipula tidak basah-basah amat dan karena tipis jadi cepet kering. Si bapak selesai mbenerin mesin cuci, kemudian mau saya buatin minuman, dia mintanya teh anget. Sekalian katanya tadi boleh numpang mandi disini saja. Huh, dasar masih inget aja si bapak.
B:”mbak, bapak numpang mandi ya, tadi disuruh mandi disini ta?”
F:”eehh iya pak, silakan saja…”
Ngeloyorlah si bapak masuk kamar mandi belakang, saya juga ke dapur yang kebetulan bersampingan dengan kamar mandi belakang ini. Mungkin karena mendengar saya bikin minuman si bapak ini buka pintu sambil nongolin wajahnya, dia minta pinjam handuk. Duh bikin deg-degan aja.
Kemudian aku ambilkan handuk yang tadi aku pakai dan aku serahkan ke si bapak. Aku lanjutkan bikin minumannya. Yang bikin aku kaget, si bapak handukan sambil membuka pintu kamar mandi. Ini orang pasti sengaja buka pintu. Terlihat tubuhnya yang sebenarnya tidak kurus, Cuma terselubung posturnya yang tinggi. Kulit coklat tua kayak suamiku. Yang bikin aku kaget, burung si bapak sudah menjuntai, kecil tapi lumayan panjang. Dengan santainya dia lakukan handukan dengan bugil di depan mataku. Saat dia melihatku, aku buru-buru mengalihkan pandangan. Dia pasti tau aku sudah melihat semua, kemudian eh dia Cuma melilitkan handuknya ke tubuhnya. Dia lalu berjalan ke arahku, aku semakin deg-degan dibuatnya. Lalu di depanku dia berkata
B:”mbak, bapak minta tolong bisa?”
F:”aa…aapa ya pak?”
B:”bapak minta tolong keluarin itu bapak donk…?” (katanya memelas)
F:”eh bapak jangan aneh-aneh ya…” (pura-pura panic hehehe…)
B:”plis mbak, sekali ini aja, sudah 1 bulan lebih saya tidak ML dengan istri…”
F:”kok saya pak?”
B:” bapak suka dengan mbak, body mbak sangat menggairahkan bapak…” (sambil terus mendekati saya)

Duh ini skenarionya kecepetan jalan ceritanya. Harusnya aku masih manas-manasin aja. Tapi sebenarnya pancinganku berjalan cepat juga hehehe… Begitu tepat berhadapan denganku, si bapak merengkuh aku. Dipeluknya tubuhku erat. Bayangin dah, dia cuma pake handuk, aku Cuma pake baju terusan pendek, tanpa lengan. Aku kemudian berpura-pura melepaskan pelukan si bapak. Tapi lumayan kenceng juga pelukannya.
F:” bapak, jangan gini pak, nanti ibu tau saya ga enak…” (kayak film2 jadul aja kalimatnya hehehe…)
B:” tolong donk mbak…bapak ga aneh2 kok…” (masih memelas)
F:” terus gimana saya cara nolongnya bapak? Kalo tidur dengan bapak, saya tidak mau…” (kata-kata saya agak tegas, tapi sebenarnya karena belum dapat ijin dari suami).
B:” hhmmm…gini deh, bapak ngocok sendiri, tapi bapak boleh lihat mbak Fitri bugil?”
Jder!!!! Mulailah si bapak berani ngomong permintaannya, pasti karena sudah terbawa nafsu setinggi langit.
F:”ih jangan bugil donk pak… nganu, saya lihatin dada aja gimana?”
B:” iya udah deh, gapapa, tolong ya mbak…”
Sebenarnya saya gak panik, Cuma biar ga dikira gampangan aja hehehe… Feeling aku mungkin ni bapak cepet ngecrotnya hehehe… Senggol dikit muncrat, apalagi dia lama ga ML. Ya udah aku tolong aja lah. Kemudian aku turunin tali bajuku dan aku turunin baju setengah badan. Lalu BH aku lepasin pelan-pelan biar dia penasaran. Dan terpampanglah kedua payudaraku di depan si bapak yang mupeng berat. Dia buru-buru lepasin handuk, penis yang kecil tapi panjang itu mencuat kencang. Kepalanya lebih besar daripada batangnya, mirip punya suamiku, hanya lebih kecil punya si bapak. Pelan tapi pasti si bapak mulai megurut batang penis nya sendiri sambil melototin payudaraku. Sambil ngocok dia beberapa kali menelan ludah sendiri melihat dua gunung terpampang kencang di depannya. Aku tatap penis nya , lama-lama jadi mengkilap dan licin. Sebenarnya gemas juga lihatnya, pengen aku remes aja. Sudah lebih dari 5 menit si bapak belum muncrat juga. Aku yang awal nya biasa aja, jadi agak terangsang sebenarnya lihat si bapak mainin burungnya sendiri.
Hampir 10 menit, si bapak terengah-engah sambil terus ngocok. Terlihat kecapekan, karena lama ga keluar. Saya jadi sedikit tahu, permasalahan si bapak ada di staminanya yang mudah drop. Lama-lama saya kasihan juga lihat si bapak. Saya ajak si bapak duduk di kursi meja makan. Daripada kelamaan, aku inisiatif pegang penis si bapak. Aku kocok pelan-pelan tapi berirama. Si bapak yang mengharapkan hal tersebut bersemangat menyambut kocokan saya. Biar nambah cepet saya bilang ke si bapak.
F:”bapak boleh pegang susu saya, tapi jangan diremas ya pak…”
B:”bbo..bo…boleh beneran mbak?” (seperti ga percaya)
F:”iya beneran pak…” (sambil aku condongkan badan kearah si bapak)

Dengan tangan gemetaran dia pegang payudaraku, awalnya Cuma pegang dan tidak menggerakan tangannya. Aku bimbing tangannya agar berani mengelus dan mainin putingku. Aku bersimpuh di depannya, depan penisnya tadi. Aku kocok dengan berirama, sedang dia masih aktif mainin payudaraku dengan semangat 45. Aku belum niat main oral tu penis si bapak, buat babak selanjutnya aja hehehe… kadang aku remes dengan gemes, dan dia kelojotan kalo aku perlakukan gitu. Ini harus dipercepat, karena aku mulai terangsang dengan permainan ini.
Dan benar, tidak sampai 5 menit, tubuh si bapak mengejang dan kelojotan. Lahar panas muncrat dari dalam penisnya, yang sesaat sebelum muncrat sangat keras dan membesar. Sebelum benar-benar muncrat, penis si bapak aku tutupin handuk tadi, biar tidak muncrat kemana-mana, tapi masih tetap aku genggam. Sekitar sekian detik tubuh si bapak kaku mengejang, seolah hilang kesadaran. Sperma yang keluar sangat banyak, sampai handuk basah kuyup. Nafas si bapak terengah-engah, lega tampaknya. Akupun segera bangkit membenahi bajuku dan menuju wastafel buat cuci tangan. Si bapak kemudian berdiri dengan lunglai. Penis nya masih memanjang, tapi tidak sekencang tadi. Dia menuju kamar mandi, aku berniat ngerjain dia lagi ah.
F:” sini saya bantu bersihhin pak…” (kaget dia mendengar tawaran saya)
Ga usah menunggu jawaban si bapak, aku ambil sabun dan air, lalu saya cuci tu penis si bapak. Terlihat si bapak meringis kegelian. Ini biasa aku lukakan ke suami jika selesai ML. Setelah ML, pasti penis sangat sensitive. Saat membersihkan penis si bapak, sebenarnya vaginaku agak mulai basah. Sebelum terlanjur basah banget, aku selesaikan adegan mencuci penis si bapak. Aku keluar kamar mandi, dan nyiapin minuman yang tadi tertunda. Si bapak selesai bersih-bersih dan sudah memakai baju. Minuman aku siapkan di meja makan.

Tampak wajah yang lega dan sumringah si bapak setelah hajatnya terlaksana.
B:” duh makasih ya mbak,jadi enak bapak hehehe…”
F:” sama-sama pak, dah gak pusing tu pak?” hehehe…
B:”kepala bawah lega mbak, kepala atas lumayan hehehe…” (dasar buaya!)
F:”beneran pak, dah gap using tuh?”
B:” mbak Fitri sendiri gimana, ga becek tuh hehehe…”(mulai nakal dengan mancing saya)
F:”hehehe… mau mincing ya pak?”
B:”usaha boleh donk mbak…”
Kami pun tertawa bersamaan, dasar buaya darat tua.
B:”mbak, tapi ini rahasiakan kita berdua ya…”
F:” ya jelas lah pak, emang saya mau bunuh diri apa kalo suami tau?” (padahal saya nunggu balas dendam suami kalo cemburu berat hehehe…)

Tiba-tiba telponku berdering, rupanya si Laila yang nelpon. Dia bilang si kecil rewel minta tidur rumah. Telepon ditutup tak lama kemudian, karena di sebrang sana si kecil nangis ngantuk.
Si bapak pun pamitan begitu tau saya mau jemput anak di cluster sebelah.
B:” mbak, besok lagi yaa…”
F:” yeee ga janji pak…” (dasar dah dikasih paha, minta dada, padahal tantangan belum selesai bagiku)

Sebelum jemput si kecil, aku WA suami, aku bilang nanti malam tidur rumah, aku mau cerita soal dengan si bapak. Dia ngejar dengan pertanyaan macam-macam. Agar dia semakin penasaran, aku jawab “pokoknya pulang ke rumah, nanti mama certain lengkap dan detil. Akhirnya nyerah dia hehehe…

POV Saya
Sebelum istirahat istri WA, yang intinya nanti malam harus pulang ke cluster A (istri pertama). Dia mau cerita kejadian dengan si bapak siang ini. Jadi semakin penasaranlah aku dengan kejadian hari ini. Semakin penasaran, semakin ga karuan lah pikiran dan si joniku.
Malam selesai makan malam, aku ke kamar nyusul istri. Anak-anak sudah tidur duluan. Aku berondong istri dengan macam-macam pertanyaan dimana munculah semua pengakuannya diatas. Aku yang merasa sangat cemburu dibikin panas dalam, terutama si joni hehehe…
F:” ayah, cemburu berat yaaa…”
S:” huh, tau aja mama…”
F:”sini mama praktekin mama ngocok si bapak tadi hihihihi…”
Saya pun ngikutin aja kemauan istri, kayak kebo di cocok hidungnya. Kemudian istri nyuruh saya duduk di kursi rias. Dia bersimpuh di depan saya, tapi kali ini istri bugil. Istri kemudian ngocok si joni dengan gemas, dimainin sesuka hati dia. Karena ini dengan saya suaminya, dia pun mengeluarkan keahliannya dengan mengoral si joni.
Kejadian selanjutnya seperti yang ada di gambar thread sebelah hehehe…

Di bawah ini adalah foto istri berpakaian jika dirumah





Part 3
Hari Ke-3

POV Saya

Setelah pertempuran semalam, pagi-pagi subuh saya kembali pura-pura bersih-bersih halaman. Berharap ketemu si bapak. Benar saja, si bapak pagi ini bersepeda muter kompleks. Sepulang muter nyamperin saya yang mbersihin mobil di pinggir jalan, sengaja ga masukin kandang, males. Batin saya, pasti si bapak mau tanya-tanya soal urusan ranjang lagi nih. Begitu dekat, langsung saya sindir.
S:” olahraga pagi terus nih pak? Olahraga malamnya kapan?” (nah loh hahaha…)
B:” alah nyindire kok beneran mas Dimas kie…!” (kena mental kan?)
S:” hahaha…. Dah berapa lama tuh pak? Sejak ibu mudik ya?”
B:”weh, sok tau, ya jelas lebih lama dari itu…”
S:” waduh kok kasiyan bener ya…pusing tujuh dunia tu atas bawah pak?hehehehe…”
B:”situ enak, ga bisa satunya yak e satunya…” (intonasinya menandakan si bapak iri)
S:”rejeki anak mami pak hehehe…”
B:”eh hot mana mas, mbak Fitri atau mbak Laila?”
S:” ya jelas Fitri lah pak, dia tau yang kumau hehehe…” (saya sengaja jawab gitu biar dia tambah penasaran dengan istri pertama saya, padahal dua-duanya gaya dan keahlian sex nya hampir sama).
B:”wah yang pertama jelas lebih pengalaman ya mas?” (makin penasaran ga tu?)
S:”iya lah pak, bapak juga pasti lebih pengalaman dari saya kan?” (mancing dengan sekedar memuji palsu hehehe…)
B:”pengalaman usia saja, pengalaman wanita sampean lebih pengalaman..”
S:” maksud saya pengalaman kelon pak…” (tunjepoin lah saya hehehe…)
B:”hahaha bisa aja sampean, jelas kalah sama sampeanlah…”
S:”lah itu istri kan masih muda pak, mgkn seusia saya kan? Pasti masih hot-hotnya pak hehehe…”
B:” masih hot mbak Fitri mas…” (keceplosan lah dia hahaha….)
S:” apaan pak?” (pura-pura kaget)
B:” eh…eng…enggak mas, kan mudaan mbak Fitri, pastinya lebih maknyus kan?” (agak gugup si bapak hehehe…)
S:” hayo bapak sering ngintip istri saya yaaa…” (gua cecar dengan maksud Cuma bercandain tapi beneran hehehe…)
B:” huss apaan sie mas Dimas ini…ngawur aja..”(wajahnya pias nahan sesuatu hahaha…)
S:” hayooo saya bilangin ibu lo pak hahahaha….” (saya bully si bapak akhirnya hehehe…)
B:”eh huss ojo ngono mas…ga ngintip aku, tapi ga sengaja lihat…” (nyengir kuda si bapak ini)
S:”eits saya lapor beneran ke ibu nih…”
B:”ehh nek gitu ya saya intip beneran lagi aja, kadung di laporin hahahaha….”
Kena deh si bapak saya kerjain dan pancing-pancing. Jelas dia takut-takut tapi ngarepin yang dia harapin.
S:” ibu kapan baliknya pak? Saya kan siap-siap bikin laporan secara tertulis hahaha…”
B:” rahasia lah, nanti kalo ibu pulang, ga saya bolehin keluar, ndak di laporin sampean hahaha…”
S:”alah, ga boleh keluar karena mau dipuas-puasin kangennya ta?hehehe…”
B:”bukan, takut kalo sama-sama ketemu mbak Fitri, saya salah gandeng hahaha…” (mulai berani si bapak ngomong gitu)
S:”itu mah niatnya bapak hahaha… Emang gimana bedanya ibu sama istri saya?” (pancing terus ah)
B:”ya jauh bagai sabang dan merauke lah mas, istri saya pertumbuhannya ke samping, mbak Fitri tumbuhnya Cuma di beberapa bagian hehehe…” (ketawa sambil malu-malu ni si aki bandot)
S:”kan malah enak pak, semok dan empuk hehehehe…”
B:”semok apaan, kendor semua… pean dua istri masih kenceng, seger dan sexy semua gitu ya?”
S:”dirawatin lah pak, mereka cantik dan sexy kan buat saya juga hehehe…”
B:”wah anggarane guedhe banget yo mas…”
S:”klo bicara anggaran besar atau kecil kita lihat kegunaan dan hasilnya pak hehehe… hasil kerja kita buat nyenengin istri, pasti diberikan lebih banyak lagi rejekinya…”(jawaban saya sangat diplomatis)
B:”lha sampean enak udah jabatan tinggi, diluar punya usaha besar, rumah 3, mobil 4, belum yang saya ga tau tuh… pastinya ekonomi aman lah..”
S:”nah itu pak, jawaban dari ALLAH, jerih payah kita buat keluarga,, pasti diganti lebih banyak. Itu baru 2 istri, gimana kalo 4 istri? Pasti lebih banyak hahahaha…” (malah saya yang ceramah)
B:”asumsi pean benar, tapi ngawur, alasan waton suloyo hehehe…”
S:”hahahaha…. Asal jangan dibicarakan depan mereka, bisa tidur luar kita hahaha…”
S:”ibu diajak olahraga, nge-gym atau ke klinik saja pak…”
B:” lo iya kalo ke klinik bisa cantik dan sexy lagi ta mas?”
S:”ya bapak lihat sendiri si Fitri, usia 35, kayak gmn tu? Ga kalah sama Laila kan?”
B:”oh iya iya, nanti saya coba ajak istri ke klinik cantik deh…”
S:”tapi kalo udah kembali cantik dan sexy, jangan sampai di pakai orang lain hehehe…” (sengaja saya sindir halus si bapak, karena saya sudah tau sedikit cerita dari Fitri)
B:” woooo awas ae…hahaha…”
S:”baru trend lo pak, istri cantik tu nyediain tetangga…” (sindir terus ah)
B:” artinya mbak Fitri nyediaan saya ya… hahahaha…” (ketawa lepas seolah proposalnya lolos persetujuan saya)
S:”enak aja hahaha… mulai ngarep pak?”
B:”siapa yang tergoda tu sama istri pean, bilangin ke mbak Fitri dong kalo ga boleh digodain jangan mancing – mancing enak gitu hahahaha…”
S:” nah kan, ngaku ga kalo bapak nggodain istri saya?” (nada saya tegas, tapi bercanda hehehe…)
B:” kalo boleh ama pean lah mas hehehe…”
S:” kalo boleh gimana pak?” (serius ngomong, tapi buat mancing aja)
B:” ya lanjut hahaha…” (munculah sifat asli nya kucing garong hahaha…)
S:”lha ibu kapan pulang kesini?”
B:”ndak tau mas, mungkin sebelum kurban” (idul adha=red)

Aku malah punya ide, bagaimana si bapak biar lebih berani lagi mendekatin istri saya. Perlu skenario dadakan yang cepet nih. Tapi saya mau bikin sealami mungkin. Setelah berpikir sekian detik, saya punya ide yang cukup jahat.

S:”pak, boleh ga saya minta tolong bapak…”
B:”…apaan ya mas?”
S:”bapak tau saya punya istri 2 kan?”
Si bapak mengangguk
S:”…saya mau ngetest si Fitri… soal kesetiaan…”
B:”terus?”
S:”bapak bisa godain Fitri ?” (pura-pura dengan nada serius)
B:”waduh saya ga tau caranya mas…”
S:” pasti bisa pak, bapak kan jaman mudanya seorang playboy hahahaha…” (kena ga tu si bapak)
B:”duh saya ga bisa janji deh mas, nanti kalo ada apa-apa dengan mbak Fitri, saya yang pasti kena lah!” (pura-pura ngegas si bapak, padahal mimiknya seneng banget)
S:”tenang saja pak, saya Cuma mau ngetest aj, apapun yang terjadi Fitri akan tetap jadi istri saya…” (sok bijak euy!!!)

Setelah negosiasi yang pura-puranya agak alot, terjadilah kesepakatanbawah tangan saya dan si bapak. Intinya si bapak saya minta mendekati istri pertama saya, dan nanti saya kasih cara PDKT nya. Selesai negosiasi dan untungnya sudah selesai, Fitri memanggil saya. Dan pastinya dengan sengaja dia memanggil saya dari teras dengan pakaian aduhai. Saya pamitan ke si bapak, sambil kasih kode hehehe… Eh malah si Fitri lambaikan tangan ke si bapak.

Masuk ke rumah saya malah di tanya macam-macam ama istri, dari A sampai A minor. Mulailah saya jelasin ke istri tentang rencana saya tadi. Awalnya dia ragu-ragu dengan rencana saya, karena bingung skenarionya. Tapi saya jelasin dengan detil, akhirnya paham juga. Pesannya “awas jangan marah kalau mama akhirnya tidur dengan si bapak”. Saya jawab “siapa takut?”. Karena saya sudah tahu ending nya. Setalah sarapan dan siap-siap, serta berpamitan dengan istri pertama dan kedua saya berangkat kerja. Rutinitas yang terjadi setiap hari.




POV Fitri (Istri)

Setelah suami berangkat kerja, aku kembali ke rutinitas seperti biasa sebagai ibu rumah tangga. Aku sengaja tidak keluar rumah dulu, biar dikira jaim sama si bapak hehehe… Selesai berberes aku duduk teras, nunggu anak main di halaman sekalian nunggu abang sayur keliling lewat. Si Laila sebenarnya ngajak ke pasar, tapi aku yang agak males keluar rumah, cuacanya puanas. Lagipula mobilku terparkir di ujung garasi ketutupan mobil bongsor suami.
Tak sampai 30 menit mobil abang sayur datang. Saya dan Laila langsung membeli segala kebutuhan yang cukup untuk 3 hari-an. Ternyata ada yang dicari Laila tidak ada di abang sayur. Akhirnya mau gak mau dia harus ke pasar. Aku tawarin pake mobilku, tapi kayaknya dia gak enak, akhirnya pulang ambil mobil dia sendiri (red: dibeliin suami). Anak-anak ngikut “tantenya” dan neneknya ke pasar. Saya mau ngikut, tapi tumpukan cucian seabrek gunung. Bisa kena omel tuan besar kalau cucian setumpuk gitu masih nampak di depan matanya nanti.
Selesai cuci baju, untung mesin cuci ga rewel lagi, rehat sejenak sambil nge-teh sambil nonton TV. Tak lama kemudian, ada yang ucapkan salam di pintu depan. Rupanya si bapak tua sebelah, tau aja dia kalau rumah gak ada orang. Aku persilakan dia masuk, lalu aku buatin teh sekalian.
B:”kok ga ikut yang lain tadi mbak?” (rupanya dia mengamati)
F:” cucian numpuk banyak pak, kalo saya ikut, ga selesai kerjaan rumah…”
B:”enak ya jadi istri mas dimas, full akomodasi, dari rumah sampe kendaraan dipenuhi…”
F:”kok bisa gitu pak? Lihat dari mana nya?”
B:”lha itu, mobil dibeliin sendiri-sendiri, rumah sudah sendiri-sendiri…”
F:”owh rumah Laila masih kontrak, tapi ada klausul 1 tahun kontrak lalu dibeli…”
B:”lah malah kayak beli pemain bola aja…pinter juga suami pean hehehe…”
F:”kata suamiku biar penyesuaian dan betah atau tidaknya di rumah itu, kalo ga betah ya pindah, kalo betah ya di bayari…”
B:”owh gitu ya,,,”
B:”mbak kalo bisa omongin mas dimas kalo-kalo aja ada kerjaan buat bapak…”
F:”lo bapak kan sudah ada pensiunan, saatnya istirahat di rumah…”
B:” lama-lama nganggur di rumah juga ga enak mbak…”
F:”kan ada ibu, atau cari hiburan lain pak…”
B:”hiburan saya Cuma mbak Fitri...” (mulai dah ilmu rayuan gombalnya keluar)
F:”nah mulai lagi kan?”
B:”hehehe… masih ternguing-nguing yang kemarin mbak…”
F:”ah dasar lelaki mau nya mah enak gitu…”
B:”hehehe… ya maaf non…”
B:” tapi tadi bapak ngobrol ama mas dimas, dia bilangnya titip mbak Fitri ke bapak…” (si bapak mulai memelintir niat suami hahahaha…)
F:”ih masak gitu pak, ya ga mungkin pak..nitip rumah sih iya kali…” (pura-pura bloon)
B:”iya beneran mbak, dia bilang gitu…”(sambil senyum nyungir)
F:”saya telpon suami saya ya, buat konfirmasi…” (pura-pura kroscek)
B:”lo saya yang ga enak ntar…”
F:” nah boong kan?” (pura-pura mbantah hehehe…)
B:”tapi beneran mbak, suerr ewer ewer…”
F:” iya deh percaya percaya…”
F:” terus kalo dia sudah nitipin saya ke bapak, mau bagaimana?” (pura-pura nantang)
B:”mau njagain dan minta jatah hehehe…” (ketawa liciknya keluar)
F:” jatah ke suami hahaha…”
B:” eh eh emang saya homo yaaa…” (sambil berusaha nyubit lengan saya dengan gemas)

Sesuai intruksi suami, saya pura-pura aja curhat macam-macam ke si bapak. Tentunya tidak semua diungkapkan secara gamblang dan terbuka. Yang paling mudah adalah soal poligami suami dan segala permasalahannya. Lelaki manapun pasti mudahlah nebak jika wanita tak mau dimadu, dan ada jurus-jurus jitu sebagai obat curhat si wanita. Bisa jadi senjata sebagai pahlawan kurang gizi hehehe… Begitu pula si bapak, kasih masukan macam-macam dan nasehat panjang lebar. Padahal poligami suami ini bukan juga kemauan suami, walau dia emang dulunya bisa dibilang playboy dan penjahat kelamin. Suami sempat marah besar ke saya saat diminta menikahi Laila. Dia mengira aku masih meragukan pertobatannya soal perempuan. Tapi aku kasih penjelasan jika ini karena menolong si Laila saja, akupun sudah berpikir jutaan kali soal ini, apalagi yang jadi madu ku adik sendiri. Butuh waktu hampir 6 bulan buat meyakinkan suami sebelum dia benar-benar mau.
Akupun sebenarnya antara yakin dan tidak yakin dengan hal ini. Tapi demi adik sendiri yang waktu itu memang butuh pertolongan dari aku dan suami. karena kami rembugan secara keluarga besar (minus suami), solusinya hanyalah di suamiku. Garis besarnya mantan suami Laila yang notabenenya preman kampong udik masih sering neror dan ngancam segala macam. Jika terjadi gegeran dengan pihak mantan suaminya dulu, suamiku lah yang sering dimintai tolong. Walau jarak Surabaya – Kraksaan sekitar 100km, kadang tengah malam pun suami berangkat ke sana. Kakak-kakak pun ga bisa ngatasi hal ini. Preman kampungan harus dilawan dengan preman yang ga kampungan.
Saat curhat itu aku pura-pura sedih ke si bapak. Bak pahlawan dalam buku dongeng, si bapak seolah bisa menjadi superhero legend bagiku hehehe… Melihat mataku yang sembab (padahal pura-pura aja), dia merengkuh aku, berniat menghiburku dengan pelukan. Padahal niatnya dah jelas dia hehehe… Masukan dan nasehatnya khas laki-laki dewasa, atau seperti bapak ke anak perempuannya. Aku pun agak terbawa suasana diperlakukan istimewa oleh si bapak.
Hingga di suatu saat, pelukan si bapak berubah jadi rabaan mesum ke tubuhku. Tangannya menjelajahi punggungku dari atas sampai bawah. Untungnya aku memakai cardigan di luarnya. Si bapak dengan lihainya berpindah ke bagian depan tubuhku. Sesaat kemudian wajahnya berhadapan dengan wajahku, di kecupnya bibirku lembut. Kecupan kedua di hisapnya bibirku lama. Mau tak mau aku meresponnya juga. Makin lama ciumannya tambah ganas, dan tangannya pun sekarang bergerilya ke dadaku. Dia kaget, baru menyadari rupanya aku tidak pakai BH dari tadi. Dia melepas cardiganku dan menarik baju tipisku ke bawah. Hingga kedua payudaraku mencuat di hadapannya. Tanpa permisi lagi dia serang payudaraku dengan ganas.
Kadang aku harus bilang ke si bapak, jangan digigit kencang, karena si bapak kadang lepas kendali. Akupun penasaran dengan penis nya, aku beranikan pegang buah zakarnya dari luar celana, sudah kencang menantang. Tapi aku tak mau melepas celana si bapak, biar dia sendiri aja. Mendapat remasan dariku di penisnya, si bapak akhirnya ngeluarin tu si mini joni hehehe… Penisnya ga gedhe tapi panjang dan nggemesin bagiku. Si bapak dengannya rakusnya masih melahap payudaraku, dan tangannya aktif menjamah seluruh bagian tubuhku. Sampailah tangannya di memeku, agak kaget dia karena memeku agak gundul dan tembem. Yang bikin dia bersemangat lagi karena memeku sudah basah dan lembab. Dielus-elusnya memeku dengan telaten, sambil masih rakus melahap dadaku.
Mau tak mau akupun mengikuti permainan si Bapak. Akupun aktif ngocok penis si bapak dan sengaja aku bikin tidak berirama teratur. Mungkin karena saking semangatnya dan dia sudah kebelet juga, penis si bapak mengejang dan muncrat lah isinya. Hadeuh padahal belum apa-apa bagiku. Cairan kental dan lengket menempel di tangan kananku. Aku beranjak ke wastafel cuci tangan. Sedang si bapak yang masih ngos-ngosan terduduk lemas di sofa. Setelah dia cuci penisnya, kembali menuju sofa. Aku sambut dengan senyum manis (hehehe…). Sebenarnya akupun sudah terangsang dengan permainan si bapak, missal si bapak menjebol memeku dengan penisnya aku sudah pasrah aja. Tapi ini belum apa-apa sudah muncrat duluan. Si bapak mendekatiku dan mulai akan mencumbuku, dan tiba-tiba dia sudah melorotin celananya. Si mini Joni sudah kembali tegak berdiri. Wah hebat pikirku, baru keluar sudah bisa on lagi. Tapi ternyata belum keras banget.
Si bapak membimbingku ke pangkuannya ambil berhadapan, dilepasnya bajuku hingga dia bebas melumat payudaraku. Kembali rakuslah dia dengan dua gunung kembarku. Penisnya berusaha dia gesek-gesekan ke memeku yang ada diatasnya, seperti orang petting. Betapa gelinya memeku digesek-gesek macam gitu. Udah on fire jika tiba-tiba penis si bapak menusuk ke dalam.
Dalam situasi yang sangat hot itu, tiba-tiba terdengar suara klakson mobil si Laila. Kaget kami berdua, terutama si Bapak. Buru-buru kami berpakaian lagi. Si bapak tampak panik, aku pun menunjukkan jalan pintu belakang bagi si bapak. Pintu belakang ini terhubung dengan tanah kosong belakang. Akhirnya lolos lah si bapak kabur dengan aman. Macam orang selingkuh mau ketahuan warga aja hehehe… Laila mematikan mesin mobilnya, kemudian mereka keluar. Si kecil ternyata tidur lelap, digendong ama Laila, dan aku sambut si kecil dari Laila. Aku tidurkan si kecil di kamar anak-anak. kemudian Laila dan mama pamitan mau pulang. Si anak yang besar ngotot ikut tante dan neneknya, ya udah aku kasih ijin aja.
Setelah mereka pulang, aku kembali ke kamar. Aku masih merasa tanggung dengan aksi si bapak tadi, merasa nggantung. Mau main sendiri, kok rasanya bagaimana. Akhirnya aku pun mandi untuk menghilangkan rasa yang menggantung tadi. Selesai mandi, eh tetiba suami pulang, ternyata sudah jamnya istirahat siang. Padahal aku belum nyiapin makan siang, waduh! Ternyata suami pengertian juga, dia bawa makan siang untuk berlima. Aku yang masih pakai handuk saja, langsung disergap ama suami. rupanya sudah on dia lihat istrinya habis mandi Cuma pakai handuk.
Sebagai istri yang baik, aku layanilah suamiku apalagi aku belum tuntas soal dengan si bapak tadi. Dan sebagai seorang istri yang berbagi ranjang dengan wanita lain, melayani suami dengan service terbaik juga bentuk sebuah persaingan dengan istri kedua. Siang itu suami sedang on fire, ampe minta tambah mainnya. Akibatnya datang ke kantor lagi telatlah dia.

POV Saya

Aku penasaran dengan apa yang akan terjadi antara si bapak sebelah dengan Fitri istriku. Aku telpon Fitri dar jam 9 lebih tidak diangkat. WA pun ga dibaca. Saking penasarannya aku putuskan istirahat siang pulang ke rumah. Sebelum jam 12 aku sudah tancap gas ke rumah. Sampainya di rumah, si Fitri habis mandi dan masih berlilit handuk di tubuhnya. Otomatis si Joni langsung tancap gas tak terkendali. Saya sergap Fitri, dan terjadilah yang harusnya terjadi. Sampai aku lupa untuk menginterogasi dia tentang si bapak sebelah. Saking on nya, aku pun juga telat sampai kantor lagi hehehe…



Note:
Saya dikirimi beberapa foto yang diambil si bapak saat ngerjai istri saya. Ini memang saya minta ke si bapak, karena untuk minta ke istri agak sulit. Barbuk chat, terpaksa tidak saya tampilkan, demi kepentingan bersama

PART 4
Hari ke 3,5

Sebelumnya saya klarifikasi dulu ya suhu sekalian. Cerita ini fokus nya ke istri pertama, tidak ada hubungan dengan istri kedua, walau dalam cerita disebutkan. Jadi next nya yang tanya soal urusan sex istri kedua. Jika masih ada yang bertanya demikian, mohon maaf saya abaikan. Dikarenakan dia anak baik-baik (semoga seterusnya jadi istri yang baik hehehe…). Kenapa hal ini saya perlu saya sampaikan, karena ada yang DM dan WA soal hal ini. Perlu saya sampaikan juga, saya bukan sultan yang bejibun pundi-pundi emas nya. Saya hanya jongos di sebuah perusahaan manufaktur dan usaha sampingan saya juga tidak besar-besar amat, tapi lumayan lah untuk menghidupi keluarga (.
Terkait ada nya tulisan dari perkataan si bapak bahwa saya punya 4 mobil, 3 rumah. Faktanya untuk mobil, memang masing-masing istri saya kasih 1 mobil. Tetapi mobil untuk kedua istri ini saya beli dari sebuah pangkalan taxi di Darmo Kali. Orang Surabaya pasti tahu hehehe… Dengan sedikit upgrade dan modifikasi, jadilah mobil yang lumayan cantik untuk dipakai sehari-hari. Harga 2 mobil tersebut tidak sampai melebihi harga 1 avanza baru hehehe… Untuk mobil saya hanyalah Toyota tua buatan tahun 1998 yang biasa diajak buat nengok kebon dan sedikit main lumpur. Satu-satunya mobil yang saya pegang dari baru hanyalah innova reborn 2020 yang merupakan kendaraan dinas dari kantor, itupun bukan type tertinggi. Untuk rumah baru bisa beli 1 yang saya tempatin, 1 kontrak untuk istri kedua (dengan opsi dibeli), 1 rumah warisan dari babe saya di ibukota sono, dan 1 rumah warisan dari ortu istri di Surabaya utara yang ruwet jalannya hehehe…
Nah itu sedikit klarifikasi saya ya suhu sekalian. Jangan tanya soal kerjaan juga, karena bukan nya tak mau menolong, tapi perusahaan dan saya juga sedang efisiensi besar-besaran di tengah pegebluk ini.

Kembali ke cerita
POV Saya

Setelah istirahat siang yang hot saya kembali ke kantor terlambat. Melanjutkan aktivitas kerja seperti biasanya. Tapi di tengah kerja, saya baru ngeh, tadi kenapa Fitri mandi di siang bolong. Pas ML pun lebih hot dari semalem. Ada 2 kemungkinan, dia baru masa subur atau ada aktivitas sex yang belum tuntas. Saya malah tidak terlalu konsentrasi kerja dengan munculnya pertanyaan di kepala saya tadi. Tak lama, saya pun telpon istri, tanya yang sebenarnya terjadi. Awalnya belepotan pengakuannya, akhirnya ngaku juga seperti yang terjadi di part 3.
S:”kenapa tadi mama ga ngaku pas ayah di rumah?” (agak tegas saya nadanya)
F:”ihh salah sendiri ga tanya, lagipula main tabrak aja sih?” (malah ngeles)
S:” nah balik ngeles kan?”
F:” gal ah ayah sayang, nanti mama certain deh di rumah…”
S:”lo kan malam ini ayah di rumah Laila ma…?”
F:”ya udah, mama lanjutin ama pak Huda aja deh…!” (lah malah ngancem balik hehehe..)
S:”emang bisa total puasnya?” (saya goda balik lah)
F:”kalo bisa puas total dengan dia, sudah mama tinggalin ayah…” (ancaman part 2 hahaha…)
S:”hahaha…jangan sampe lah… ya udah nanti ayah ke mama dulu pulangnya…”
F:”nah gitu donk, tapi jangan sampai Laila tau, ntar ribut ayah ama dia…” (nah itu pengertian?)
S:” iya, tapi malam ayah tetep di Laila…” (negosiasi ulang)
F:”iya iya, dasar lelaki maunya ke yang muda terus!”
Padahal jatah ke Fitri saya itung-itung lebih banyak ke dia daripada Laila. Lagipula yang minta saya nikahin adiknya kan si Fitri sendiri. Itulah aturan dalam hidup. Pasal pertama: wanita tidak pernah salah. Pasal kedua: jika wanita salah, lihat pasal 1. Hahahaha…..
Jam 16.00 WIB saya cek kerjaan dan tanya staf apa masih ada yang perlu saya cek dan tandatangan. Jawaban mereka sudah tidak ada berkas dan cek data lagi. Sayapun pulang lebih cepat tanpa ijin komando hehehe… Tak sampai 15 menit sudah sampai rumah. Fitri pun bercerita ulang kejadian tadi siang.
S:” beneran si bapak udah sejauh tadi ma?”
F:’ iya ayahku sayang…”
S:”ga tuntas donk si bapak hahaha….”
F:” apaan di pegang aja dah muncrat gitu….”
S:” mama juga belum tuntas dong tadi…”
F:” kan dituntasin sama ayah hehehe…”
S:” wooo pantesan ganas tadi goyangnya hehehe…”
F:”ayah suka kan? Dan kalah sama Laila ta?” (senyum manis)
S:”udah gak usah banding-bandingkan dengan Laila, semuanya istri ayah yang terbaik…”
F:”sok bijak,,,sok adil ih…hehehe…”
S:”ya harus gitu lah ma, kalo ga adil, di akhirat nanti ayah yang kena tampar malaikat hehehe…” (bercanda tapi beneran lo ini)
Habis itu nglendot manjalah dia ke badan saya. Mau saya uleng-uleng tapi ada si kecil yang minta gendong juga.

S:”terus rencana mama gimana?” (saya buka pertanyaan)
F:” ga tau ayah, tertantang sih sampai sejauh mana si bapak ini mainnya hehehe…” (nah kan, dia yang mulai tantangan)
S:” hhhmmm …gini aja, nanti malam lanjut aja sama si bapak…” (ide jahat muncul begitu saja)
F:”lah ada anak-anak, terus gimana?”
S:” anak-anak tidur di Laila aja, biar tidur sama neneknya, ayah mah tetep tidur ama Laila hehehe…”
F;” dasar! Enak nya aja!” (sewot lah dia)
S:” lha terus gimana…”
F:” mmmm…si kakak aja yang tidur sana, soal nya si kecil pasti nyariin mama bangunnya…”
S:” ok deh, manut”
F:” tapi nanti mama aja yang nganter kesana, sambil jalan nidurin si kecil…”

Setelah pembicaraan selesai, saya lanjut ke rumah Laila, pas sebelum maghrib. Disambut dengan senyuman hangat nan manis hehehe… Jangan iri ya, anan aja. Setelah saya mandi, dilanjut sholat berjamaah dengan Laila. “Fabiayyi ala irobbukuma tukadziban”.
L:” mas latihannya malam ini agak malam, gimana? Juan infonya bisanya jam 8 malam”
S:” lo kenapa dia dek? Biasanya paling on time?”
L:” ini masih otw dari Jombang katanya…”
S:” ow ya udah, nanti si kakak mau tidur sini dek…”
L:” iya mas, nanti biar sama nenek dulu ya…”
S:” kita berangkat habis isya aj ya…”
L:”ok, makan dulu yuk…”
Kami lanjut makan malam bertiga, saya telpon Fitri agar makan di rumah Laila saja. Untuk latihan yang dimaksud Laila tadi adalah latihan dance. Sewaktu belum nikah pertama dulu, ketika masih di Palembang, Laila ini ikutan klub dance dari sejak SMA. Saya menikahi Laila belum genap satu tahun. Saat nikah dengan saya, minatnya tentang dance belum padam. Akhirnya saya ikutkan ke sebuah klub dance di Surabaya, tentunya modern dance untuk mengusir jenuhnya di rumah terus. Latihan nya 1 minggu 2-3x, dan selalu saya yang mengantar. Kadang kami anter rame-rame bersama Fitri dan anak-anak. Untuk latihan selalu saya ijinkan, tapi untuk perform diluar, harus saya seleksi ketat, mulai dari tempat, EO nya, dan kostum. Saya tidak mau istri kedua ini terkontaminasi hal-hal yang tidak baik. Cukup saya dan Fitri saja yang punya pengalaman yang memicu adrenalin luar dalam.
Fitri datang bersama anak-anak, ramailah rumah ini dengan suara anak-anak. Si kakak yang emang deket dengan neneknya, bermanja-manja dengan beliaunya. Fitri dan Laila berbincang di luar rumah, momen ini saya ambil gambar di bawah ini ya.




Saatnya adzan isyak berkumandang, saya ajak mereka sholat berjamaah. “Nikmat mana lagi yang engkau dustakan”. Selesai sholat, Laila menyiapkan peralatannya untuk latihan. Saya pun juga bersiap. Kemudian saya pamitan kepada Fitri (cipok sana sini) dan anak, si kecil udah tertidur rupanya. Saya tau Fitri tidak ikut ada alasan tertentu dan saya pun tahu itu hehehe… Saya dan Laila berangkat dengan mobil Laila yang tak terlalu besar dan bisa lincah di lalu lintas Surabaya yang lumayan padat mala mini.
L:”enak ya jadi mas, pergi sama istri pertama, pamitannya cipokan ama istri kedua, pergi ama istri kedua pamitan cipokan ama istri pertama…” (sambil manyun cemburu)
S:” eh eits jangan gitu, semua harus di perlakukan adil dan merata…”
L:” curang ya lelaki tu…” (malah protes dia)
S:” lo curang gimana? Ini namanya tanggungjawab sayang…”
L:”@#$%^&*()_+!
Saya pun dengan sabar mendengar omelan Laila. Maklum lah diusia nya sekarang ini pastinya sedang manja-manjanya. Mau gimana lagi, dijawab pastinya akan tambah panjang kali lebar hahaha…
L:”kok diem mas? Ga terima ya…?”
Aku hanya senyum aja deh. Biarkan bibirnya yang mengomel asalkan hatinya tetap selembut salju … cieee…hahaha…
L:”ihh mas ini ngeselin, di prank ga pernah bisa!”
Kamipun tertawa lepas, bercandaan macam ini membuat perjalanan terasa singkat.


POV Fitri

Habis maghrib aku dan anak-anak ke rumah Laila, bukan karena ditelpon suami, tapi mau nitipin si kakak. Aku tahu malam ini jadwal Laila latihan dance. Tapi aku sengaja tidak ikut, karena ada rencana lain. Setelah mereka berangkat dan si kakak bersama mama, akupun pulang dengan si kecil yang kebetulan sudah tidur.
Pas perjalanan pulang, dengan sengaja aku lewat depan rumah si bapak. Kebetulan juga pas si bapak pulang dari masjid jalan kaki. Ini aki-aki bandot tapi rajin ke ibadah, top dah.
B:” kok sendirian mbak?”
F:” iya pak, dari rumah Laila…”
B:”owh jatahnya si Laila ya mala mini..” (nyungir kuda)
F:”iya pak…” (agak males jawabnya)
B:”bisa donk hehehe…” (rayuan buaya nya keluar)
Akupun malah tertantang dengan kata-kata si bapak. Sampai sejauh mana sih semangatnya, imbang dengan amunisinya enggak sih?
F:”masih kurang yang tadi pak?”
B:” kan belum masuk mbak hehehe…” (nyengir culun)
F:”ayuk, siapa takut, kuat berapa kali dan berapa lama hayo…”
B:”buktikan saja mbak…”
B:”sebentar ya mbak, saya pulang dulu…” (sambil ngeloyor)
Akupun juga masuk ke rumah, nidurin si kecil di kamar anak-anak. Lalu berganti pakaian tidur yang sexy, biar tambah mupeng tu si bapak.
15 menit kemudian si bapak muncul di depan pintu. Setelah tolah toleh sekiranya aman, dia masuk rumah. Langsung terlihat mupeng si bapak liat pakaianku yang serba transparan. Sebelum lebih lanjut, aku buatin kopi dulu si bapak. Kemudian kita ngobrol di depan TV. Sengaja aku ulur-ulur biar dia makin mupeng. Karena penasaran si bapak makin nempel ke aku. Di rangkulnya bahuku, supaya aku rebahan di pundaknya. Sok so sweet… Aku lirik ke celananya, nampaknya sudah bangun si mini joni hehehe… Aku tahu si bapak ga pakai CD di bawah celana pendeknya. Nafasnya terdengar berat, menandakan nafsunya sudah di ubun-ubun.
Tangan si bapak mulai menjelajah tubuhku, mulai dari rambut turun ke leher finish di dada. Disini dia mainin payudaraku dengan telaten dan lama. Mendapat perlakuan seperti itu, akupun mulai terangsang. Si bapak melucuti pakaianku yangs sexy, dan segera juga dia melucuti pakaiannya. Duh mainnya langsungan gak pakai sentuhan-sentuhan lembut macam suamiku. Tapi akupun menikmati permainan si bapak yang rakus ini. Aku ditidurkan di sofa, dia diatasku menciumi seluruh tubuhku. Lumayan lembutlah si bapak ini. Nafasnya makin ngos-ngosan dan berat. Si bapak menciumi payudaraku sangat lama, rupanya si bapak suka dengan buah dadaku ini.

Lama memainkan gunung kembarku, lidah si bapak berlanjut ke bagian tubuhku yang bawah. Memeku sudah sangat basah, tapi si bapak sama sekali tidak menyentuh memeku dengan lidahnya. Hanya tangannya saja yang menggosok-gosok memeku dengan gemes. Ada kemungkinan si bapak ini belum pernah jilmek ke istrinya. Memekku makin gatal dan penasaran karena biasanya menu favoritku adalah jilmek dari suami yang bisa bikin melayang, selain penisnya.

Di bawah sana, aku lihat penis si bapak yang panjang menjuntai sudah kencang menantang. Dia sudah ga sabar masukin penisnya ke memeku. Tapi aku tidak ingin secepat itu si bapak menjebol memeku. Aku bangkit dan duduk di sofa. Si bapak aku minta berdiri di depanku. Penisnya aku pegang dan genggam dengan kencang tapi lembut. Aku mainin pelan-pelan tapi pasti, lama-lama kocokanku makin kencang. Penis si bapak berubah jadi coklat mengkilap. Saat itulah penis si bapak aku masukin mulutku. Aku kulum pelan-pelan dulu. Setelah bisa masuk full, aku mainin dengan aku kenyot-kenyot. Si bapak tampak mendelik aku perlakukan gitu. Aku yakin, dia belum pernah diperlakukan seperti ini. Tubuh si bapak bergetar aku oral penisnya. Kocokan mulutku semakin berirama dan cepat, si bapak ga tahan berdiri. Akhirnya dia duduk di sofa, aku gentian yang simpuh di depannya. Eh si bapak malah rebahan sambil ngos-ngosan. Aku permainkan emutanku di penis nya.

Lenguhan-lenguhannya terdengar maracau dari mulutnya. Sesekali badannya seperti mengejang. Tak sampai 5 menit penis si bapak terasa mengeras dan kencang. Aku tahu pasti mau muncrat, aku lepas emutanku, lalu ganti tanganku yang ngocok penis si bapak. Baru 5 kali kocokan tangan, muntahlah penis si bapak, berbarengan dengan lenguhan panjang si bapak. Nafas si bapak tambah ngos-ngosan sambil batuk-batuk khas orang tua. Aku segera mencuci tanganku di kamar mandi. Agak kesel juga karena ga pernah tuntas dengan si bapak. Setelah itu, si bapak bersih-bersih penisnya di kamar mandi. Lalu dengan kondisi bugil dia menuju sofa lagi. Aku pun sengaja masih dalam kondisi bugil. Setelah ngopi dan istirahat sejenak, si bapak kok mulai loyo matanya. Waduh ga boleh dibiarin.

Sebelum si bapak tertidur, aku sergap penisnya. Aku kocokin lembut dan berirama, si bapak otomatis terangsang lagi. Kali ini terpaksa aku yang aktif lebih dulu. Tapi aku focus ke sekitar selangkannya. Wuih si bapak sampai melotot matanya aku permainkan daerah sensitifnya. Karena gemes, aku gigit penis si bapak sampai dia teriak kesakitan, rasain lu hehehe... Penis si bapak mulai tegak dan kencang, badan penis nya sudah basah kuyup akibat emutanku. Memeku makin basah dan becek. Karena ga tahan lagi, aku bangkit dan menduduki penis si bapak. Dengan sekali gesek, masuklah penis itu ke memeku. Sesaat aku terdiam, mengepaskan si penis di memeku. Si bapak mulutnya terbuka menganga sambil melotot seakan ga percaya.
B:”…mmmmbak…sssempittt bangetttt…”
Aku tidak menjawab hanya tersenyum menang. Kedua tanganku bertumpu di dadanya. Pelan-pelan aku goyangin pinggulku. Walau tidak sebesar punya suami, tapi penis si bapak lumayan penuh di memeku. Goyanganku kadang berhenti sesaat, dan aku mainkan empot ayam andalanku. Semakin tak karuanlah si bapak. Tangannya aku bimbing ke payudaraku, aku minta dia remas-remas payudaraku. Setelah muncrat tadi, aku harap si bapak tidak cepat muncratnya. Goyanganku semakin berirama dan cepat. Sudah lebih dari 5 menit aku rasa, belum ada tanda-tanda si bapak mau muncrat. Semakin gatal memeku dan sangat banjir. Tapi aku pun belum ada tanda-tanda mau orgasme.

Kira-kira 10 menitan aku goyang, si bapak mulai goyah tampaknya. Penisnya menandakan adanya penumpukan sperma yang banyak di ujung penisnya. Aku pun menggoyang lebih agresif lagi, mengejar orgasme bersama-sama. Tapi tampaknya pertahanan si bapak jebol tidak sekuat benteng takeshi. Diiringi teriakan kecil yang panjang kembali muncrat lah si bapak. Aku yang belum orgasme, tetap menggoyangkan memeku di penis si bapak, ga peduli dia kegelian dan ngilu. Sperma si bapak meleleh di keluar di memeku. Semakin aku goyang, si bapak makin ngilu hehehe… Tetapi apa mau dikata, penis si bapak mulai mengecil dan loyo. Menyisakan memeku yang gatal dan belum tuntas. Dengan kecewa aku turun dari tubuh si bapak, menuju kamar mandi yang di dalam kamar tidur aku dan suami. Aku nyalain shower dan mengguyur tubuhku dengan air dingin supaya berkurang birahiku. Belum pernah aku ML berakhir sekecewa ini.

Tapi pembuktianku pun sebenarnya sudah cukup. Si bapak cuma semangatnya aja yang tinggi, stamina dan tekniknya sangatlah primitive. Tentu saja aku bandingkan ini dengan suamiku. Terus terang sangat jauh berbeda bagaikan langit dan bumi. Dalam hati, aku tidak akan main lagi dengan si bapak ini karena pasti akan kecewa. Pasti saja istrinya ada PIL karena hal ini. Besok aku akan cerita ke suami dan menghentikan permainan ini.

Aku keluar kamar dengan berpakaian lengkap. Aku lihat si bapak mungkin sudah bersih-bersih, dia tertidur di sofa. Sekarang sudah tengah malam, mau aku bangunin juga ga enak. Maka aku biarin saja dia tidur ngorok di sofa, aku masuk kamar anakku, nemenin si kecil.

Sesaat sebelum adzan subuh, ada yang manggil namaku, rupanya si bapak sudah bangun. Tergopoh-gopoh dia mencari saya.

B:”mbak, maaf bapak ketiduran,sampai lupa pulang…”
F:” eh iya gpp pak, tadi malam mau saya bangunin, tapi nyenyak banget tidurnya bapak…”
B:”hehehe…iya, maaf mbak…”
F:”dah lega ya pak?”
B:” hehehe… lega banget, uenak banget vagina mbak Fitri…”
B:” belum pernah saya ML seenak ini, baru ini saya diemut kontolnya…” (nah terjawab kan?)
F:”minta sama ibu donk pak…” (nada biasa, tapi agak kesel)
B:” duh mana mau dia, maunya mengkangkang langsung coblos…”
Tapi aku tidak sependapat dengan si bapak. Dari yang aku alami tadi, si bapak kurang kreatif dan monoton mainnya.
Belum sempat aku menjawab tiba-tiba HP si bapak berdering. Si bapak buru-buru angkat sambil kasih kode diam ke aku. Tak lama, telepon selesai. Rupanya istri si bapak sudah balik lagi ke Surabaya dan sekarang sudah sampai Mojokerto. Dia minta dijemput di terminal Bungurasih, karena dia naik Bus Eka. Si bapak tergopoh-gopoh pulang, sambil lihat situasi aman atau tidak.

Selesai sholat subuh aku nyiapin masakan buat sarapan suami dan anak-anak. Pastinya aku minta dituntaskan birahiku oleh suami karena sangat tidak tuntas dan mengecewakan.

POV Saya

Keluar dari latihan dance sekitar jam 11 kurang. Kami tak langsung pulang, tapi cari tempat makan di sekitar Darmo. Laila tidak makan, hanya minum saja. Takut gemuk kalo makan tengah malam. Selesai makan lanjut pulang ke rumah, kompleks sudah sangat sepi. Hanya security depan tadi yang masih ada orang. Setelah memasukan mobil, kami bersih-bersih dan istirahat. Selanjutnya tidak usah di ceritakan, SKIP KERAS! (
Pagi sebelum jam 6 aku pulang ke rumah Fitri. Sesampai disana, aku diceritain kejadian tadi malam seperti diatas. Terlihat dia sangat kecewa sekali. Walau pun ini salah, tapi setidaknya harus ada kepuasan yang tercapai. Begitulah kira-kira keluhannya. Kamipun sepakat menghentikan permainan ini selain karena hal diatas, juga karena istri si bapak sudah pulang. Saya lihat tadi si ibu sudah di depan rumah nunggu tukang sayur shift 1.
F:”ayah harus tanggungjawab!” (begitu tegas nadanya)
S:” pastilah mama sayang hehehe…” (saya sudah paham maksudnya)
F:”ga peduli tadi malam main berapa kalia ama Laila, sekarang harus nuntasin mama!” (kalo sudah on, galaknya keluar)
S:” ayuk istriku cantik…”
Kamipun masuk kamar pengantin hehehe… Fitri sangat agresif kalo belum tuntas gini sperti kemarin. Dia minta aku jilmekin sampai orgasme. Jika jilmek, dia tidak membutuhkan waktu lama. Aku ladenin kemuauan dia. Ternyata memeknya sudah sangat basah. Karena aku sudah tau titik lemahnya dimana, langsung saja aku serang dengan gencar. Tubuh si Fitri kelojotoan menerima jilmek ku. Tak butuh waktu lama, tubuhnya mengejang dan panggulnya terangkat disertai teriakan kencang. Menandakan istriku ini mendapat orgasme besar. Lidahku masih tetap aku tempelin ke memeknya, yang membuat dia makin teriak-teriak geli.
F:” ayah ayuk tusuk…”
Tak perlu menjawab, langsung saja aku naikin tubuh Fitri. Kontolku yang sudah ngacung siap tempur langsung melesak ke dalam memeknya yang sempit. Tusukan ku aku buat biar dia kegelian, dia sempat protes. Aku tahu karena pasti mau orgasme lagi. Dikarenakan waktu juga mengejar, aku makin percepat tusukanku ke memek istriku. Hampir 30 menit kami bercinta. Tiba saatnya Fitri kasih kode dia mau orgasme, aku pun mengejar supaya orgasme bersamaan. Seiring tubuh Fitri yang mengejang dan kaku, kontolku pun memuntahkan lahar enak di memeknya. Tapi tidak sebanyak semalem. Sssttt…skip! Jika tanpa jilmek dulu, Fitri ini keluarnya lama dan ada kemungkinan saya KO kalo tidak dalam kondisi fit hehehe…
F:”makasih ayah sayang, uh ilang deh pusingnya…” (wajahnya tampak lega)
S:” sama-sama mama cantik…” (sambil kukecup keningnya)

Saya pun mandi lagi dan bersiap-siap ke kantor. Untuk sarapan karena waktunya sudah mepet tersita hal yang mengenakan tadi, terpaksa dibawain bekal untuk sarapan di kantor.

Untuk cerita ini saya hentikan sampai disini karena kondisi seperti diatas. Untuk kelanjutannya belum tahu pasti. Dikarenakan sabtu-minggu hari libur, makanya harinya untuk keluarga full. Malam minggu pun si Laila ada perform jadi saya mendampingi dia sepenuhnya.
Mohon maaf jika ada kekurangan dan salah kata.

PART 5

Hari ke 5 (Penutupan)

POV Saya

Kejadian Fitri dengan si bapak adalah kamis malam alias malam jum’at. Setelah kejadian malam itu, Si Fitri lebih banyak di dalam rumah, tidak banyak akitifitas diluar rumah, kecuali beli kebutuhan di abang sayur yang lewat. Jumat pagi itu juga saya tidak keluar rumah karena terlibat balas dendamnya si Fitri atas birahinya. Hari Jum’at ini tak ada kejadian istimewa, rutinitas seperti hari-hari biasa.

Malam ini masih jadwal nya saya di rumah Laila. Tapi sore harinya saya ke rumah Fitri dahulu, sekedar melepas kangen sama anak-anak dan ibunya. Sebelum maghrib saya pulang ke rumah Laila, anak-anak dan Fitri ikutan juga. Sholat maghrib dan makan malam kami lakukan bersama-sama. Selesai itu, waktunya ngumpul di ruang tengah, ngobrol, ngrumpi, dsb. Saya yakin pasti hampir tidak ada keluarga yang berpoligami seperti ini. Makanya tetaplah bersyukur, tapi jangan dikira tidak ada masalah. Hidup berumah tangga tanpa masalah, rasanya sangat hambar. Porsi masalah setiap rumah tangga pasti beda-beda. Jika keluarga macam saya ini, pastilah titik beratnya di keadilan bagi seluruh istri hehehe…

Sedang asyik ngobrol-ngobrol, HP saya bordering keras, lupa saya silent. Saya lihat di layar ada nama “Cak San”. Lalu saya angkat.
S:”halo cak, ono opo?”
CS:”ini bang, besok Abah Pi’i yang mau ambil sapi nya datang sekalian bayar… saged kesini bang?”(dengan logat khas maduranya).
S:”duh iya lupa cak, wes pikun aku hahaha…”
CS:” nek sampean pikun aku yo melok, kan seumuran hahaha…”
S:”hahaha… ya wes, besok saya ke sana, tapi bilang Abah Pi’i saya bisanya agak sorean…”
CS:” siap ndan …”
S:” eh minta tolong sekalian bersihin gubuk nya ya cak! Saya mungkin nginep sana sekalian…”
CS:”iya bang, beres…sama rombongan besar?”
S:”iyup… tim komplit cak…”
Setelah memberikan beberapa instruksi ke Cak San, saya tutup telponnya. Kembali ke ruang tengah dimana kami masih ngobrol asyik, dan akan saya tambahin asyik.
S:” kita semua besok tengok kebon ya…”
L:”lo kok mendadak? Ada apa mas disana?”
S:”ada pohon duren, ada pohon pete, ada sapi, ada kambing hehehe…”
L:”ih ini orang kalo ditanya asal jawab…” (nyonya muda agak kesel)
F:” ya itulah mas mu, klo dah 3 tahun keatas hidup sama dia, baru paham kamu dek…” (Fitri memprovokasi Laila)
S:”lah kan bener disana ada itu semua… mana yang salah…”
F&L: “klo salah ya liat pasal 1!!!” (lah kompaklah mereka?)
S:” udah udah, ngaku salah wes….”
S:” dek kamu tampilnya masih minggu depan kan?” (saya bertanya kepada Laila)
L:” iya mas, tapi latihannya ditambah jamnya…”
S:”besok latihan jam berapa?”
L:” jam 7 mas, pematangan koreo…”
F:” ada apa sih disana yah?” (Fitri nimbrung)
S:” sapi yang Jawa di borong Bah Pi’i…” (sambil senyum lebar)
F:” kan bulan kemarin sudah dia borong juga tu…”
S:”bulan kemarin kan yang kualitasnya bagus-bagus yang dibawa, ni dia kekurangan dagangan lagi, jadi sapi-sapi yang kurang bagus kemarin terpaksa dia ambil…”
L:” baguslah, ga bau sapi kalo kesana…” (Laila dan Fitri ini memang tak suka bau ternak)
S:” masih ada kambing weks,,, sengaja ayah ga bolehin bawa semua…ntar gak ada bau buat kalian hahaha….”
F&L:!@#$%^&*()_+... (hahahaha …)
Akhirnya diambil keputusan sabtu siang kita berencana nengok kebon di probolinggo arah bromo. Sabtu pagi Laila harus latihan pemantapan koreo. Tapi terpaksa dia berangkat sendiri, karena saya harus menyiapkan si bongsor. Jam 21 Fitri pulang ke rumahnya, bersama anak-anak, si nenek juga ikut mereka. Tinggalah saya dan Laila. SKIP

Sabtu pagi setelah subuh, saya dan Laila ke rumah Fitri. Laila sudah bawa peralatan latihannya plus boilnya. Fitri dan Laila menyiapkan sarapan, saya mengeluarkan si bongsor dari pertapaannya. Kemudian saya panasi, cek sana sini. Bersihin debu yang nempel di body nya. Saat saya manasin si bongsor ini si bapak pensiun menghampiri saya.

B:”wah tumben yang ini metu mas?biasae di eman-eman…” (celoteh si bapak)
S:”iya pak, sekali-sekali diajak olahraga biar sehat….”
B:”yang ini boros bensinnya boros banget ya mas?”
S:”Ini solar pak, ya cc besar pastinya boros pak… Makanya jarang saya bawa keluar hehehe…”
B:”lah terus go ngopo duwe kok ga di pake?”
S:”lha bapak punya istri, kenapa ga pernah dipakai juga? Hahaha….” (Saya bales nyahok tuh)
B:”asyem kie, malah ngece…”
S:” dah dibilangin, makanya istri tu kayak mobil, perlu di rawat maximal, biar nyaman tumpakaane …”
B:”lah mobil saya tua, istri juga udah berumur hahahaha…Ngrawat dobel …”
S:”tuker tambah aja semua pak…”
B:”gundulmu somplak mas hahaha….”
S:” sssttt…diliatin istri pean pak…hehehe…”
B:” ben, pura-pura ga eruh ae mas…”
S:” gimana kemarin malam? Dapat berapa?” (tanya kejadian dengan si Fitri)
B:” woh, uenak pol mas, ga pernah saya ML kayak mbak Fitri…”
S:” makanya sampean yang aktif dan aktraktif pak sama bojo… Jangan Cuma suruh ngangkang langsung coblos!” (sindir langsung)
B:” sampean klo diladeni sama istri-istri pean juga gitu mas ?” (pinisirin si bapak)
S:”iya donk, lebih hot hot hot lagi lah pak… sama sampean pasti belum apa-apanya hot nya dia pak…” (sombong dikit)
B:”kuat lama ya pean?”
S:”gal ah pak, standart aja pak, paling ya sktr 20-30 menit an…”
B:”sue kui mas…aku ampe isin karo mbak Fitri…”
S:” lo kenapa pak?” (pura-pura bloon)
B:” lah, goyang sithik crottt!!!”
Ketawalah kami berdua ngakak ampe si bapak batuk-batuk. Sadar diri juga rupanya di kucing garong tua ini. Saya sudah tau ceritanya tapi pura-pura ga tau. Karena skenario saya kan si Fitri tidak cerita kalau selingkuh dengan si bapak. Dia cerita dari A sampai K, karena sebelum tamat ceritanya, istrinya menghampiri kami.

Bu Huda (BH): “ ini ngomongin apa ya kok saya perhatiin serius banget…”
S:” ini bu, pak huda tanya bagaimana caranya poligami…hehehe…” (sengaja saya plintir faktanya)
B:” lo bukan bukan, ngawur pean kie…” (paniklah si bapak, si ibu udah pasang muka jelek)
BH:”woooo awasshhh aja nek wani, sido aku gunting manukmu pak…”
Saya ketawa aja lihat situasi kayak gini, si bapak panik, si ibu sewot kuadrat.
B:” ah mas dimas kie gawe gara-gara aja, aku sek kena gupake…”
S:” hahaha… piss bapak ibu, guyon bu…”
BH:” pancen wong lanang kie gatelan, bapak kie dekat-dekat mas dimas mesti yo ketularan rabi maneh!!!” (masih nada tinggi dan malah nyalahin saya)
BH:”!@#$%^&*()_+!@#$%^&*()_+!@#$%^&*()_”:?><

Aku sama si bapak diem seribu bahasa aja, si bapak tampak gak enak denganku terkait situasi ini. Saya tahu bu Huda ini tidak begitu suka dengan saya, sebabnya ya karena saya beristri 2. Sebelum berpoligami, beliaunya sih biasa dan asik-asik saja ngobrol dengan saya. Setelah saya beristri 2, sikapnya berubah. Saya sih nanggepinnya biasa, wajar aja perempuan kan rata-rata tidak ingin dimadu, dan kalo denger ada tetangga yang punya istri 2, mereka repot sendiri. Padahal yang nafkahi dobel kan saya hehehe…

BH:” ayok muleh!!!” (bu huda nyeret si bapak pulang ke rumahnya)

Sayapun kembali mberesin si bongsor, saya cuci body dan bersihin interiornya. Biar agak wangun lah diajak keluar. Hampir jam 6.30 saya masuk rumah. Laila tanya penuh selidik.

L”mas, kenapa si ibu tadi kok ngegas?”
S:”biasa, mas kerjain si bapak…”
L:”kerjain gimana mas?”
S:”mas bilang ke ibu, si bapak pengen poligami kayak mas…”
L:”ihhh dasar ni orang usilnya minta ampyun! Jelas marah lah,,,dasar orang ini ga bisa liat orang lain tenang…” (ngocehlah si nyonya muda)

Fitri yang mendengar itu langsung melotot ke saya, dia lebih paham karakter saya daripada Laila. Ya jelas lah, lebih lama tidur sama Fitri daripada Laila hehehe… Begitu dekat dengan, si Fitri langsung nyubit perut saya. Kagetlah saya dibuatnya. Laila yang lihat hal tersebut malah memprovokasi agar lebih keras nyubitnya. Kemudian kami lanjut sarapan sekeluarga. Selesai sarapan Laila pamitan ke tempat latihan dance nya.

L:”pamit dulu ya mas…” (cium tangan, cipika cipiki, lalu saya anter ke mobilnya)
S:”hati-hati dek, maaf ga bisa anter, nyiapin buat ke kebon nanti…”

Begitu mesin nyala, si kecil tiba-tiba lari dari dalam rumah, nangis minta ikutan “tantenya”. Situasi repot kalau kayak gini dah. Setelah dibujuk tidak bisa, malah tantrum. Akhirnya nenek, si kecil, dan si kakak ikutan Laila. Pas mau tancap gas, si Laila nyeletuk.

L:”mas, itunya mas adek bawa aja ya…”
S:”apanya dek?” (bingung)
L:”itu tu…”(sambil matanya nunjuk ke penis saya)
S:”enak aja, emang copotan apa…lah kenapa emangnya dek?”
L:” biar ga di pake mbak Fitri pas kami tinggal ini hehehe…” (malah bercanda dia)

Saya jewer hidung mancungnya karena bikin gemes aja. Belum sempat saya muntir tu hidung, dia langsung tancap gas sambil ketawa-ketawa. Saya dan Fitri kembali masuk rumah, niatnya bersiap-siap segala perbekalan yang mau di bawa ke kebon. Si Fitri berniat mandi dulu.

Di dalam rumah saat berberes barang-barang di kamar, HP saya nyala, ada notifikasi WA. Saya baca dari si bapak.
B:”mas, maaf kejadian tadi ya…istri saya malah ngamuk-ngamuk ke mas dimas…”
S:” gpp pak, santuy aja pak…” (nyengir kudalah saya bacanya sambil balas)
B:”salah sendiri pean yang mulai mbangunin mak lampir semedi…”
S:” sengaja pak hahaha…biar mak lampir segera berubah jadi Nyai Ronggeng yang sexy…”
B:”pean iku, bikin repot aku ae…”
S:” lah saya malah sedang dibikin enak lo pak…” (sengaja saya pancing si bapak)
B:”lo pean enak-enakan karo mbak Fitri, mbel tut…”
S:”ga percaya ya lihat saja sendiri…” (nantang balik)

Saya awalnya ga punya rencana apapun tentang hal ini. Malah jauh dari angan, tapi ada bahan scenario mancing mupeng si bapak dan pembuktian ke si bapak. Saya lihat Fitri yang masih memakai handuk sedang pilih-plih baju dari lemari. Aku kemudian membuka jendela kamar yang memang langsung menghadap ke rumah si bapak, mungkin juga langsung ke kamarnya juga. Mengingat batas tanah kita hanya tanaman pagar, itupun tingginya seperut saya. Perkiraan jarak tembok rumah saya ke tembok rumah si bapak tak sampai 5 meter. Jendela di rumah saya ini besar-besar karena desain rumah saya ini model loji belanda jaman baheula, istilahnya arsitektur kolonial/indische, biar sirkulasi udaranya lancar dan hemat AC hehehe… Sebagiab besar dinding rumah saya full jendela yang gedhe-gedhe. Termasuk jendela di kamar saya juga besar dan ada 4 daun jendela full kaca yang lebar masing-masing 60 cm. Saya buka dua daun jendela, lainnya saya buka tirai saja.

Pikiran saya yang ingin membuat mupeng si bapak membuat si joni bereaksi bisa diajak kompromi. Saya hampiri Fitri dari belakang, dan langsung saya peluk dari belakang. Terkejut dianya, tapi langsung menguasai diri. Gak pake lama, handuk yang dia pake sudah saya lepas.

F:”masih kurang ayah tadi malam ama Laila???”
S:” kan beda mama sayang…”
F:”dasssarrr!!! Mandi dulu sana ayah!”
Langsung ngloyor saya ke kamar mandi dalam kamar. Ga sampe 10 menit selesai dan keluar sambil bugil. Saya hampiri Fitri di meja rias yang berada di dekat jendela. Oleh Fitri jendela di tutup rapet. Saya buka lagi tu jendela, diprotes sama Fitri.
F:”ayah ih kok dibuka sih, kita bugil ini!”
S:”biarin aja ma, gak ada yang lihat juga kan?”
F:” kata siapa??? Si bapak ngintip tuh dari sono..”(sambil kasih kode ke rumah si bapak di lantai 2)
Saya coba clingak clinguk ke arah yang dimaksud istri saya. Jendela lantai 2 emang kayak ada bayangan orang berdiri. Dengan sengaja aku buka 2 jendela dekat meja rias, dengan kondisi Fitri hampir bugil di depan meja rias. Saya juga sudah bugil. Kagetlah si Fitri karena saya buka jendela.

F:”ayah apa-apaan sih!!!”
S:” biarin aja, kita bikin mupeng si bapak ma hehehe…”
F:” Oke siapa takut?” (mungkin dia juga masih jengkel sama si bapak)

Saya ambil posisi duduk di kursi rias, Fitri saya pangku berhadapan dengan saya. Kami berpagutan bibir, lidah. Saya telusuri wajah dan leher Fitri dengan bibir dan lidahku. Sengaja kami ambil posisi nyamping jendela, biar lebih jelas aksi kami terlihat si bapak. Saatnya bibirku memainkan payudara Fitri. Jilatanku di payudaranya membuat Fitri kegelian tingkat dewa, sehingga badannya menggelinjang dalam pangkuanku. Dia seolah lupa jika jendela terbuka. Mulutku mencaplok puting si Fitri yang semakin membuatnya menggelinjang dan mendesah kencang. Kedua tangannya bertumpu ke belakang, di meja rias. Hal itu semakin membuat saya bebas mengeksplore bagian dada sampi perut Fitri. Penis yang sudah setengah ngaceng, bergesekan dengan memek Fitri yang sudah basah. Saya jilatin payudara Fitri turun ke perut dan naik lagi ke dada sampai leher, begitu seterusnya untuk beberapa saat. Ini untuk merangsang Fitri agar lebih tinggi lagi gairahnya, selain itu juga untuk nunjukin ke si bapak kalo ML itu bukan cuma urusan titit nyoblos vagina tok.

Kemudian Fitri bangkit, dia membalikan tubuh menghadap cermin meja riasnya, kedua bertumpu di bangku. Mau tak mau akupun bangkit berdiri. Sekarang aku explore tubuh belakang Fitri dengan setengah berdiri, sama seperti yang aku lakukan dengan bagian tubuhnya tadi. Saat ini pantat mengkel Fitri terpampang di depanku, karena posisi dia setengah nungging. Pelahan tapi pasti aku jilatin pantat mengkel istriku dari belakang. Puas dengan bongkahan pantatnya, aku beralih ke memek dan bagian sun hole nya. Lidahku menjalar di sepanjang garis dari anus sampe memeknya, yang membuat Fitri makin mendesah kencang dan ngos-ngosan. Pantatnya bergoyang tak karuan hingga kadang saya harus menahannya dengan kedua tangan.

F:” ayyahhhh…gha kuattt…”

Kami bangkit dan berpindah ke kasur. Fitri terlentang dengan memasrahkan memeknya kembali aku explore. Aku tiarap di bawah selangkangan si Fitri, bersiap menyantap memeknya yang nggemesin bagi saya. Pertama saya jilatin sekitar paha dalemnya, jelas dia sangat kegelian ampe pahanya gerak sana sini dan menjepit kepala saya. Saya lihat dia sudah sangat on, maka ambil keputusan langsung tunjep poin lidah ke memeknya yang banjir. Lidah ku sibuk mencari g-spot, menari-nari didalam memeknya. Erangannya berubah jadi teriakan liar yang bisa terdengar sampai dinding sebelah hehehe… Semakin bersemangatlah saya mengobok-ngobok memeknya. Sekitar 10 menit saya bermain lidah di memeknya. Saatnya focus ke g-spotnya yang sebenarnya sudah hafal titiknya. Sebelum benar-benar ke titik G-spotnya, saya hisap lembut tapi kuat bibir lebianya. Teriak histeris lah istriku cantik ini, karena kaget saya hisap begitu. Lidah ku berhenti sejenak biar dia reda gelinya dan biar bertambah rasa gatal memeknya. Tangannya memegang kepalaku, dia berusaha membenamkan kepalaku lebih mendekati memeknya. Saya tahu, jika saya serang G-spotnya sekarang, tak lama pasti orgasme. Tapi itu yang saya cari, biar saya tak KO diatas. Segera saja saya tempelkan ujung lidah saya ke bagian atas memek Fitri. Lalu si lidah menyeruak pelahan dan lembut, menyentuh G-spot, titik terlemah seorang wanita. Teriakan keenakan yang terdengar saat G-spotnya saya tekan dan gesek dengan si lidah sakti. Dititik ini saya tek perlu mengeluarkan energy terlalu besar, karena digesek sedikit dengan lidah saja sudah membuat yang punya memek ga karuan teriakan dan gerakannya, kelojotan seperti cacing kepanasan. Tidak sampai 5 menit, seiring teriakan kenikmatan setengah histeris, panggul istriku terangkat keatas beberapa saat. Memeknya berkedut kencang (terasa di lidah saya) dan menyemburkan cairan kental agak gurih cenderung asin. Tangannya menahan kepala saya agar menjauh dari memeknya, karena kebiasaan saya kalo dia sudah orgasme, lidah saya tetep menari-nari di permukaan memeknya, dan hal itu membuat sangat geli. Fitri kemudian terlentang setelah berhasil membebaskan dirinya dari lidah saya. Saya kasih waktu dia istirahat beberapa saat sambil menurunkan tensi orgasme nya.

Setelah beberapa saat, nafas Fitri kembali agak normal, pertanda tensi orgasme nya menurun. Fitri kasih kode saya, dengan sigap saya menaiki tubuh istri saya. Si joni yangsudah kenceng maximal saya arahkan ke memek si Fitri. Karena memeknya sudah banjir, maka si joni dengan mudah menyeruak masuk. Hanya masalahnya si kepala joni yang membesar bikin sesek saat masuk. Setelah masuk semua, giliran saya yang kegelian karena Fitri memainkan empot ayamnya. Segera saja saya gerakan maju mundur si joni kebanggaan bangsa dan Negara. Gerakan menusuk ini saya lakukan dari pelahan tapi stabil, semakin lama semakin cepat. Kemudian kaki Fitri saya angkat satu, saya kembali tusuk memeknya agak menyamping. Posisi ini membuat titik lemahnya tadi gampang tersentuh. Erangannya kembali memenuhi kamar yang tidak begitu luas ini. Secara tak sadar gerakannya menjadi liar. Kaki yang saya angkat tadi diturunkan oleh Fitri. Kini saya berposisi MOT missionaries, tapi saya salah. Fitri mendorong tubuh saya ke belakang, dia bangkit dan segera naik keatas tubuh saya.

Waduh kalo sudah posisi WOT gini mah dia jadi ratunya. Fitri ngejar orgasme lagi rupanya. Gerakannya jika diatas jangan ditanya lagi seperti apa. Saat si joni masuk lagi ke memeknya, terdengar lenguhan panjang dari bibir nya. Pastinya karena kepala si joni yang mencari jalan menembus memeknya. Setelah dirasa nyaman, mulailah live show kuda-kudaan. Dengan irama sedang dan konstan goyangannya membuat si joni ga karuan. Kadang geraknya naik turun, kadang memutar-mutar panggulnya, kadang maju mundur. Tanganku pun tak tinggal diam. Kedua payudaranya menjadi sasaran tanganku. Saat dia menghentakan memeknya, aku remas kencang payudaranya. Putingnya adalah titik lemahnya juga. Saat aku pilin makin tak karuan lah suara erangan dari mulut si Fitri. Kira-kira hampir 10 menit, ada tanda-tanda Fitri mau orgasme kembali. Diawali dari erangan panjang berubah jadi teriakan kencang nan sexy, kemudian tubuhnya bergetar hebat diatasku. Sesaat kemudian tubuh istriku roboh ke tubuhku bersimbah peluh. Nafasnya tersengal-sengal tapi menandakan kelegaan. Saat mulai reda orgasme nya, dia mau turun dari atas tubuhku, sengaja aku tahan.

S:” jangan curang, mama dah 2x ayah belum nih…”
F:” hhhh…capek ayah…”
S:” yee ga bisa gitu, curang ah…”
F:” iya iya…kok lama banget sih keluarnya…”
S:” ayah gitu lo…”
Sombong dikit tak apalah hehehe… Saya bisa lebih lama karena tadi malam dah main 1x dan sebelum subuh 1x sama Laila. Jadi nya penis saya tidak terlalu sensitif saat bergesekan dengan memeknya Fitri. Fitri kembali terlentang siap menerima penis saya yang protes ga keluar-keluar. Tapi saya punya rencana lain. Fitri saya ajak bangun dari ranjang. Saya duduk di bangku kursi rias dan Fitri kembali saya pangku. Kali ini bukan main payudara, tapi si joni yang kembali masuk ke memek si Fitri. Fitri kembali menggoyangkan pinggulnya, mengaduk-ngaduk penis saya. Saya sengaja ambil posisi disini, biar yang ngintip di jendela lantai 2 rumah sebelah makin mupeng. Aku minta Fitri bangun dari pangkuanku, dan meminta dia menghadap meja rias dengan posisi nungging. Tak perlu waktu lama-lama, langsung aku sodok memeknya dari belakang. Kembali lenguhan keluar dari bibir nya. Rpm ku semakin lama semakin kencang. Aku lihat dari cermin, wajah Fitri kelelahan tapi juga keenakan. Kedua payudaranya bergoyang-goyang seiring sodokanku ke memeknya. Sungguh sexy sekali penampakan istriku ini. Kira-kira lebih 10 menit belum ada tanda-tanda si joni mau muntah, RPM nya aku tambah dan masuk persneling top speed. Erangan dan teriakan Fitri makin tak karuan lagi.

Aku lihat keluar jendela, cuaca agak mendung. Bayangan di lantai 2 rumah sebelah tampak jelas si bapak. Aku lepas si joni dari memek si Fitri. Aku bisikin ke Fitri.

S:” ma…pindah ke jendela yuk, biar kita kasih pelajaran si bapak yang terakhir kali…”

Fitri tak menjawab, dia segera pindah ke jendela yang terbuka menghadap rumah si bapak. Tubuh bugilnya harusnya terlihat jelas dari posisi si bapak. Daun jendela ini terbuka keluar jadi aman dari pandangan orang di jalan. Fitri berdiri agak nungging di depan jendela menghadap luar. Si joni kembali berulah menyodok memek Fitri yang sudah basah kuyup. Kali ini Fitri paham maksud saya, saat sodokan-sodokan si joni menyeruak ke dalam memeknya, lenguhan keras terdengar kembali. Kali ini Fitri memegang payudaranya sendiri, kadang-kadang dia remas-remas keenakan. Aku tahu dia sengaja melakukan ini biar si bapak makin mupeng. Gerakan meremas payudaranya dia lakukan seerotis mungkin, seperti sexy dance diatas panggung. Aku yang menyodok memek nya dari belakang, melihat aksinya malah jadi gak karuan. Tapi si joni aku tahan-tahan dulu biar ga muntah. Sekitar 15 menitan aksi sodokku, Fitri kembali menunjukkan tanda-tanda mau orgasme lagi. Waduh, gawat kalo aku belum muncrat pula. Terpaksa top speed dengan melanggar batas kecepatan aku lakukan. Fitri tak lagi melakukan gerakan remas payudara lagi, tapi kedua tangannya bertumpu di jendela. Sodokanku makin kencang agar mengejar klimaks bersamaan dengannya. Tapi apa mau dikata, badan Fitri bergetar hebat dan mengejang duluan disertai teriakan kencang lagi. Aku yang sudah super tanggung tetap melanjutkan sodokan mautku. Fitri yang sudah orgasme merasa geli karena aku tetap melakukan penetrasi brutal ke memeknya. Tak sampai 2 menit, si joni pun memuntahkan lahar putih nan panas. Kakiku bergetar menahan enak. Belum selesai muntahnya, eh si Fitri kembali melakukan aksi empot ayam. Penisku serasa diremas-remas enak banget, dan geli banget. Saat mau aku cabut, ga di bolehin ama Fitri. Terpaksa menerima hukuman di remas dengan empot ayamnya hehehe… Sekitar 1 menit lah si joni berdiam di dalam memek istriku. Saat mau dicabut…

GUBRAK!!!!!

Terdengar suara keras dari jendela lantai 2 rumah sebelah. Jendela itu tiba-tiba terbuka, dan si bapak tampak terhuyung-huyung mau jatuh. Kemungkinan si bapak pegangan di daun jendelanya, dan tak sengaja terbuka mendadak. Kapok mu kapan? Hahahaha…

Aku sama Fitri ketawa lihat kejadian itu, dan buru-buru nutup daun jendela kamar serta menutup semua tirainya. Kami tetawa ngakak gka ketahan, kami perkirakan si bapak di atas sana sedang ngocok penisnya sendiri lihat aksi kami tadi, lalu lupa pegangan di daun jendela yang tidak di kunci. Atau saat sedang ngintip kami, dia ketahuan istrinya dan dihajar habis-habisan hehehe… Kita mana tahu lah.

Setelah itu kami mandi lagi, tapi mandi berdua bersamaan. Sudah agak lama kami tak mandi berdua. Tak terasa kami tadi main sekitar 1 jam lebih. Selesai mandi dan berpakaian perutku terasa laper lagi. Fitri menyiapkan indomie rebus telur plus segelas kopi. Kami membahas kejadian si bapak tadi, intinya buat pelajaran si bapak agar tak main coblos saja. Tapi saya dan Fitri tetap dengan keputusan mengakhiri permainan dengan si bapak. Selesai saya makan, kami kembali beres-beres perbekalan yang akan dibawa nengok kebon.

Jam 11 kurang, Laila, si nenek, dan anak2 sudah pulang kembali. Laila sudah menyiapkan baju dan peralatan yang akan di bawa. Setelah segala sesuatu nya beres, aku berniat balikin mobil Laila ke rumahnya dan mengecek rumahnya. Eh ternyata Laila ikutan, katanya ada ketinggalan. Tapi feelingku mengatakan lain. Di mobil si Laila bertanya…
\
L: “mas tadi main ama mbak Fitri kan?” (menginterogasi)
S:”iya dek…”
L:” semalam tu masih kurang???”
S:”ehh ya gak papa kan? Kak Fitri juga istri mas?”
L:” dasssarrr ihhh…!!!”
S:” kenapa adek sayang? Mau lagi?”
L:” gak, capek adek…”

Untungnya dia gak mau, kalo mau, wassalam gemporlah saya. Setelah selesai masukin mobil dan sekiranya rumah aman, kami jalan kaki bergandengan mesra berdua ke rumah Fitri. Sepanjang jalan diliatin orang-orang lewat dan warga kompleks hehehe…

Akhirnya setelah sholat dhuhur, kamipun berangkat dengan menaiki si bongsor. Soal makan siang nanti saja mampir warung pinggir jalan.

Sekian cerita saya mengakhiri cerita dengan tetangga sebelah yang seorang pensiunan.

Foto di bawah ini adalah kebersamaan Fitri dan Laila saat tengah malam bikin makanan berdua. TKP nya di rumah kecil di dalam kebon yang kami temgok. Saya pura-pura tidur di kamar, capeknya baru kerasa sekarang hehehe…

kisahnya sungguh menarik suhu, sayang harus berakhir berharap ada lanjutannya hehehe
semoga langgeng suhu dengan istri istrinya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd