Update 4
Hani Novita Dewi
Semakin hari, aku semakin dekat dengan Hani. Hampir setiap hari aku mengantarkanya pulang. Sementara hubunganku dengan Mey semakin tak jelas, walaupun satu sekolah kami jarang ketemu. Entah kemana dia.
Malam ini aku sedang duduk di depan teras rumah, bersama Rio yang sedang menghibur Laras.
" sudahlah tante jangan sedih " ujar Rio pada Laras.
" kamu kenapa sedih gitu? Tambah serem tau " tambahku.
" hiiikk.. hiiiikkk... " tangisan laras, siapapun yang mendengar akan langsung merinding. Tapi aku sudah terbiasa mendengarkan semua itu.
" Rio, kenapa Laras sedih " tanyaku.
" aku gatau kak, tiba-tiba tante nangis " jawabnya.
" udah berhenti serem tau denger kamu nangis, untung kita gapunya tetangga. Kalo ada pasti mereka pada pergi denger suara kamu " ujarku.
" aku sakit hati.... hikssss.... hiksssss... " jawab Laras masih tetap menangis.
" sakit hati kenapa tante? " tanya Rio.
" pacarku ternyata sudah punya anak istri.. hikssss hikssss... " jawabnya, semakin kencang tangisanya.
" kemarin anak dan istrinya datang mencari pacarku kerumah keluarga Kurent.. " lanjutnya.
" apa istrinya kuntilanak sepertimu dan anaknya ada enam? " tanyaku pada Laras.
" hiks.. hikss.. darimana kau tau? " tanyanya.
Akupun menceritakan tentang bagaimana hantu itu mengganggu rumah Hani dan alasanya datang ke kota ini. Sampai aku mengusir dan memberitahukan dimana rumah keluarga Kurent. Tentu tanpa menceritakan tentang kejadian Sinta dan pacarnya.
" kau keterlaluan Hiro, gara-gara mu aku jadi sedih hiksss.. hiksss.. " ujarnya.
" kenapa aku yang disalahkan? " tanyaku.
" apa yang dilakukan Kaka sudah benar tante, kasian istri dan anaknya mencari suaminya yang pergi " tambah Rio.
" ah kalian tidak pernah mengerti perasaanku hikss... hikss... " jawab Laras tetap menangis.
" mending sama paman Tomi saja, dia itu baik dan suka banget sama tante " ujar Rio.
" apah ? Sama pocong jelek itu. Ga level banget yah " jawab Laras, tiba-tiba menyentak.
Hantu yang satu ini memang kacau, dia merasa hantu paling cantik di kota ini. Padahal kalo buat manusia, wajahnya itu menakutkan, tapi mungkin bagi hantu wajah seperti itu cantik.
Ketika kami bertiga sedang mengobrol, dari arah gerbang terdengar suara geraman seekor harimau. Aku mengenal suara harimau itu. Dia paman Rodat, sesepuh Harimau dari hutan Sancang Garut. Umurnya sekitar 700 tahun, sudah sejak lama paman Rodat dipercaya menjadi penyampai pesan dari pemimpin keluarga Kwehni.
" ada apa paman, apa ada pesan dari ayah? " tanyaku, ketika Rodat sampai didepan teras.
" benar Hiro, tapi hanya kau saja yang boleh tau " jawabnya.
" baiklah, ayo kita bicara didalam " ujarku, mempersilahkanya masuk kerumah.
" Rio, kau tunggu disini. Temani Laras biar ga nangis " lanjutku pada Rio.
Kulihat Rio menatapku dengan penuh tanya, sepertinya diapun ingin tau. Apa pesan dari ayah untuku, maklum lah Rio sudah lama tidak bertemu ibu dan ayah.
Aku tidak memperdulikan Rio, dan bergegas masuk kedalam rumah menyusul Rodat.
" Apa pesan dari ayah? " tanyaku.
" Ayah dan ibumu saat ini berada di Surabaya, mereka sedang mengadakan pertemuan dengan keluarga Kupaku dan Krisan "
" untuk apa pertemuan itu di adakan? " tanyaku memotong ucapan Rodat.
" sejak kejadian dua tahun lalu, dimana kerajaan Leak menghianati aliansi Timur. Dan mencuri obor api abadi dari madura, yang saat itu kurang penjagaan. Karena keluarga Krisan ikut berperang membantu aliansi Timur. " dia mulai bercerita.
" Keluarga Krisan, dibantu beberapa mantan pasukan aliansi timur, mencoba merebut kembali obor api abadi. Namun upaya itu gagal, karena dengan obor api abadi kekuatan kerajaan Leak semakin tangguh. Dan apa kau tahu kalau kerajaan Barong kalah, dan sekarang mereka hidup bergriliya "
" apa? " aku kaget dengan apa yang ku dengar. Karena yang aku tau Barong adalah kerajaan kuat, bahkan bisa selalu unggul jika terjadi perang kecil dengan kerajaan leak.
" bukankah mereka sedang melakukan gencatan senjata? " lanjutku bertanya.
" seharusnya kau bisa menebak, jika kerajaan Leak melanggar perjanjiaan. Disaat kerajaan Barong lengah, mereka menyerang " jawabnya.
" jadi sebenarnya apa yang ayah inginkan dariku " tanyaku.
" ayahmu ingin kau pergi menemui kerajaan-kerajaan, bekas aliansi barat. Bujuk mereka agar mau membantu menyerang kerajaan Leak " tuturnya.
" itu jelas sangat sulit paman..! Tidak mungkin mereka mau mengirimkan pasukan ketempat yang jauh, apalagi tidak ada untungnya bagi mereka " ujarku.
" ayahmu pun tau itu, tapi kau cobalah dulu. Kau sudah dianggap sangat berjasa bagi mereka " lanjutnya.
" baiklah akhir bulan aku pergi, karena seminggu ini aku masih ada urusan " jawabku.
" baiklah Hiro, aku percaya padamu. Tapi usahakan secepatnya " ujarnya.
" oh iya, ada pesan dari ibumu. Jaga Rio baik-baik dan juga jika kau akan pergi. Titipkan Rio kerumah nenekmu di Lembang " lanjutnya.
" Baik paman aku mengerti " jawabku.
" kalo begitu aku pergi dulu " dia meninggalkan rumah, sesekali terdengar geramanya.
Sepeninggal paman Rodat, aku duduk di sopa ruang tamu, banyak yang sedang aku pikirkan saat ini. Belum juga hubunganku dengan Mey yang membuatku pusing menjalaninya, sekarang ditambah ada tugas dari ayahku, yang sebenarnya sulit untuk berhasil. Belum, tentang kedekatanku dengan Hani akhir-akhir ini.
Terkadang aku menyesal harus terlahir dari keluarga ini. Dengan tugas yang menyulitkan dan berbahaya, belum lagi harus hidup berdampingan dengan berbagai jenis Hantu. Yang paling aku sesali adalah ketika tidak bisa bersama dengan orang yang aku sayangi. Dengan alasan keluarga.
" Kak " tiba-tiba Rio sudah ada didekatku.
" Ada apa ? " tanyaku.
" ehm tadi paman Rodat ngapain kesini? " tanyanya.
" dia menyampaikan pesan dari ayah " jawabku.
" pesan apa? " tanyanya penasaran.
" pesan itu hanya untuku dan kau tak boleh tau " jawabku.
" ayolah Ka, kasih tau aku " rengeknya.
" tidak bisa Rio " tolaku.
" oh iyah, ibu berpesan kalo akhir bulan nanti, kau disuruh kerumah nenek di lembang " lanjutku.
" emang ada apa kak disana " tanyanya lagi.
" aku tak tau pastinya Rio, ibu hanya berpesan seperti itu " jawabku.
" baiklah Ka, aku masuk kamar dulu yah " ujarnya berlalu pergi.
Adiku selalu menuruti perkataanku. Namun kadang aku jarang bersama denganya, ditambah ayah dan ibu yang sering pergi. Pasti kadang dia merasa kesepian. Hanya Laras dan hantu-hantu lain yang suka menemaninya. Teman sekolahnya tak pernah sekalipun dia ajak kerumah.
Aku baru ingat, tadi Hani menyuruhku datang kerumahnya. Entah apa alasanya dia menyuruhku datang kerumahnya. Mungkin dia ketakutan sendirian dirumah, apalagi setelah ada hantu yang mengganggu rumahnya beberapa hari yang lalu. Dan Sinta teman serumahnya jarang ada dirumah. Kalaupun dirumah sibuk sama pacarnya dikamar.
Aku pun meminta Faruk untuk mengantarkanku ke Kota. Dengan menaiki Faruk, aku hanya butuh 10 menit untuk sampai. Sedangkan jika jalan kaki butuh waktu sampai setengah jam. Sesampainya dibatas kota, akupun menyuruh Faruk kembali Pulang.
Aku berjalan menyusuri sepinya Kota, ditengah perjalanan aku disapa oleh paman Sukma, saudara sepupu ayahku. Dikota ini dia tinggal bersama anak tertuanya, dengan membuka bisnis arena pertarungan para Hantu. Banyak hantu kuat yang sudah datang ketempatnya.
" Hai Hiro " sapanya.
" eh paman, dari mana naik sepeda malam-malam gini " tanyaku.
" aku habis dari kota sebelah, menelepon anak bungsuku yang tinggal bersama ibunya dijakarta " ujarnya.
" kau sudah lama tidak datang ketempat paman " lanjutnya.
" hehe maaf paman, lain kali aku pasti sempatkan datang " jawabku.
" datanglah akhir bulan nanti, ada pertarungan besar " ujarnya.
" wah pasti seru itu paman " ujarku.
" tapi akhir bulan ini aku ada tugas dari ayahku " lanjutku kecewa.
" aku faham Hiro " ujarnya tersenyum.
" sekarang kau mau kemana? " lanjutnya bertanya "
" aku mau kerumah teman, sudah ada janji " jawabku.