Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

The Nymph of Mountain

Bimabet
-------------------------------------------
// Rendezvous Memoar //

“mungkin
dan
ternyata..
bagian tersulit
dari sebuah pendakian
bukanlah trek terjal 80 – 100 derajat
tebing curam berduri
bergelayut akar
atau
tubir terjal berkontur tanah rentan
bukan..

melainkan mendaki hatimu, duhai..!”

Ugh..
------------------------------------------


Dalam hatiku senang sekali merasakan kekenyalan si prajurit digelinjangi pangkal kewanitaan.. si Cipet yang meskipun ’kembali tertutup’ berbalut celana dalam tipis membasahnya.. namun tetap saja mampu membakar gairah.. mengirimkan jutaan denyar nikmat.. Ahh..

Perlahan kedua ibu jariku kutekankan pada sisi luar sepasang bukit kenyal..
sedangkan jemari lainnya mengurut mesra sisi punggung Riza yang seketika meregang bagai terpercik sengatan listrik..
gairah birahi yang kuletupkan.

Berulang-ulang perlahan.. pijatan dan remasan lembut jemariku mendaki dan lalu menuruni sisi tubuh sekal Riza..
membuat Riza terpejam-pejam mata.. seolah malu menatap wajahku.. lelaki ’sahabatnya’ yang kini rapat di hadapannya.. atau.. apa..? Entahlah.

Setiap sengatan listrik pangkal susunya kutekan.. maka kurasakan pula tubuh Riza terkejang.. terjengit..
Entah berapakali tubuh indah itu menerima sengatan.. kurasakan tubuhnya mulai melemas..
tangannya mulai merangkul leherku.. mencari tambatan.

Jelujuran jemariku mendaki dan menuruni sisi tubuh si gadis cindo..
berkali-kali merambah di ladang nikmat membukit nan kenyal pangkal payudaranya..
Kedua jempolku itupun telah cukup puas menikmati kekenyalan sang ibu buah dada

Tetapi dengan sabar aku berkutat di sekitar pangkal payudara..
berusaha terus memancing-mancing gairah si gadis cindo untuk nantinya meledak lagi dengan hebat.

Hingga suatu saat.. kurasakan tubuh gadis cindo sahabatku ini mulai menggelinjang..
itu ketika sepasang jempolku tiba.. menggerus lebih keras pangkal buah dadanya.

Seraya memejamkan mata.. gelinjangannya merapatkan dadanya ke wajahku. “Nghhhh..!”
Nah.. saat tubuh indah ’setengah telanjang’ itu menggelinjang..
saat itu pula jempolku semakin keras menekan hingga ke putik kedua putingnya.

Reaksi yang entah disengaja atau ngga.. Riza sontak menduselkan sebelah susunya ke wajahku ..
yang pasti memicu kenikmatan lebih buat dirinya.. lalu perlahan-lahan dia ulangi lagi.

Serta merta.. dengan senang hati kuimbangi.. dengan membenamkan wajahku sedalamnya ke lembah pemisah kedua daging kenyal..
sembari kedua telapak tanganku langsung bergeser ke belakang tubuhnya.. menekan-tarik punggungnya..
membantu menekankan tubuh bagian depannya ke wajahku.

Kemeja pink berbahan katun yang ’dikenakannya’ tersampir.. melambai-lambai di sisi kanan-kiri tubuhnya..
sementara sang beha telah tak melapisi.. tak pula sanggup mengganggu kenikmatannya saat payudaranya ’terbenam’ di wajahku.

“Ohhh..Barr..ahh...!” Riza kembali melenguh saat kutekan kuat jidatku di sebelah payudara kenyalnya itu.

Jadilah kini.. Riza bagai memassage wajahku dengan bungkahan kenyal payudaranya.
Berulang-ulang ’diduselkannya’ bukit kenyal yang telah ga berbalut bra itu secara bergantian ke wajahku.
Tentu saja setiap Ia menduselkan.. mulai mengakumulasi tiap denyar dan impuls nikmat birahi.

Merespon gairah Riza.. kutambahi dengan jelujuran jemari di sisi punggung dan payudara..
menggandakan geli nikmat yang Ia nikmat-rasakan.

“Oughh..nghh..!” Gerakan tubuh Riza kurasakan mulai liar.

Seiring rasa nikmat yang menderanya.. semakin kuat pula tangannya membekapkan kepalaku ke dadanya.

Hingga suatu saat, seolah tercapai suatu titik pengejaran pendakian birahinya.. kendali dirinya telah lepas sama sekali..
dan itu sama artinya dengan raga yang menuntut pemenuhan percik bara birahi.. kian menggelegak berkobar.

”Hhhh.. ngghh..!” Keluh rintih bibirnya.. menahan rasa.. bagai memohon tindaklanjut lebih..

Seolah tak sabar.. dikarenakan –mungkin..– Riza hanya beroleh geli-geli nikmat terbatas akibat terhalang carik kain tipis celana dalamnya..
Hingga pada akhirnya.. secara sadar pinggulnya makin Ia rapatkan ke sisi perutku.

Kali ini pinggulnya menggeliat lembut.. menekankan pangkal pahanya itu pada pangkal pahaku yang dikangkanginya.

Jelas aku sadari apa yang Ia cari.. Hehe. Ya.. rasa nikmat tersumbat pada liang nikmatnya.

Sebuah tonjolan keras yang kini pas menyentuh sisi kewanitaannya..
yang mampu menyentakkan voltase nikmat lebih tinggi pada gairah di sekujur tubuh dan jiwanya.

Hingga.. masing-masing kami kehilangan rasa malu.. pangkal kewanitaannya mengejar sumber nikmatnya itu.

Matanya semakin terpejam-pejam menahan nikmat setiapkali tubuhnya menggelinjang..
ketika pangkal pahanya berhasil menekan tonjolan keras di bawahnya..
Yups.. lonjoran tegang si prajurit gebleg.

So.. Praktis Riza yang kini bergerak memacu hasratnya

Dua tubuh.. dua pinggul.. kini bergoyang-goyang di antara gemuruh hujan yang turun belum kunjung reda..
meramaikan segala bunyi yang meraja dari mana-mana..

Lenguh nikmat dan jerit kecil menghiasi setiap gerakan kami berdua.

Tau-tau Riza menarik daguku ke atas. Menengadahkan wajahku.. lalu mengecup keningku perlahan.. dan lembut sekali..
Untuk beberapa jenak berikutnya pandangan kami bertemu.. terkait satu sama lain.. sama menemukan hasrat.. gairah dan nafsu di sana.
Riza menempelkan dahi ‘jenongnya’ pada keningku.

Di remang cahaya dalam ruang gerbong.. 2 pasang mata kami bertatapan lekat..
saling memandang bola mata masing-masing.. saling merogoh kedalamannya.. teramat dekat.. begitu lekat..

Sementara itu.. kurasakan dahi ‘jenong’ Riza semakin kuat menekan keningku.. berbarengan dengan pelan terangkatnya punggung..
lalu pinggul.. kemudian pantatnya.. seolah mengurai kerapatan tautan kedua pangkal paha kami..

Beberapa jenak berikutnya.. bayangan kedua lengannya perlahan menyatu dengan bayangan tubuhnya..
kini keduanya berada di sebalik bayangan tubuh indah di hadapanku ini..

Rupanya jemari dan telapak tangan kiri Riza menjulur ke bawah.. di belakang buah pantatnya.. seperti mencari-cari..
lantas menemukan sesuatu..
Ya.. Batang tegar si prajurit gebleg yang masih mengacungkan sangkurnya.. siaga tempur..! Hehe..

Beberapa detik berselang kurasakan jemari lentik yang tengah menggenggam kepejalan batang si prajurit itu..
perlahan mulai menempatkan ujung membola tersebut.. tepat di permukaan lepitan kewanitaannya.. di bibir Cipetnya..!?

Yups. Bersamaan dengan terulurnya tangan kiri tadi.. jemari tangan kanan Riza pun ikut menjulur..
dibantu dengan mengangkat tekukan lututnya yang bersimpuh dan tekanan dahi jenong-nya di keningku sebagai tumbuan berat..
Riza menarik.. dan lalu menahan carik kain penutup pada lepitan basah bibir vaginanya.. hingga terbukalah akses masuk si prajurit.. Aha..

Ough.. Riza menempatkan kembali batang tegar si prajurit pada posisinya semula.. terjepit oleh lepitan daging belah.. kewanitaannya.

Tak berselang lama.. Ia menggoyangkannya perlahan di sepanjang garis rekahan vagina..
melumasi ujung membola helm Darth Vader si prajurit.

Slebhh..! Sesaat berikutnya.. kurasakan bidang cembung berbelah vertikal menempel di helm Darth Vader si prajurit..
hangat dan membasah lendir permukaan kewanitaannya..

Benda tumpul yang basah.. si prajurit gebleg kembali menempel tepat di permukaan belahan vertikal vagina Riza..

Ia ga langsung menyelipkan helm Darth Vader si prajurit di pangkal liang kemaluannya..
melainkan ‘hanya’ digesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya.

Mungkin ragu masih bersisa di hatinya.. di otaknya.. namun –mungkin..– tidak dengan tubuhnya.

Semerta saja.. gerakan itu membuat bibir-bibir cipet itu monyong-monyong ke sana-ke mari..
seolah mengikuti arah gerakan helm Darth Vader digesekkannya.

Oughh.. Tak dinyana sosodara..!! Ternyata.. Pengaruhnya begitu luar biasa bagiku..
Sebab kini dapat kurasakan kenikmatan yang benar-benar bergerak cepat di sekujur tubuhku..

Dimulai dari titik gesek pertemuan 2 kelamin kami itu.
Kupikir pasti sama juga dengan yang dirasakan gadis cindo sahabatku yang kini meleader percumbuan..

Beberapa saat Riza melakukan itu..
“Ouhhh..!”
Erang Riza merasakan sesekali ujung membola pejal helm Darth Vader si prajurit menusuk-menumbuk lepitannya agak lebih dalam.

Riza terus bergerak, sementara kugenggam pinggang langsingnya.. ‘membantu gerakan pinggul’ yang gelisah di pangkuanku itu.

“Uhhh.. Barr.. ak-khu udah ga tahan begini.. masukin aja Barr, yaah..?”
Matanya menatap sayu.. penuh harap di tengah gemuruh nafsunya yang bertempur dengan akal sehat.

Aku tak menjawab.. tetapi kembali kulumat bukit payudara Riza yang membusung di dadanya.
Kebimbangan sesaat menusukku.. mendera hati dan otakku yang terus diipuk.. dibujuk-bujuk sang iblis mesum. Hadeww..
Sebab setauku.. Dia belum pernah sampai saat ini melakukan intercourse.. masih perawan..!?

Tetapi.. sepertinya hasrat gadis cindo sahabatku ini telah makin berkobar hingga Ia begitu menginginkan rasa itu.. nikmat itu.

Akhirnya pikiran.. logika atau apalah namanya.. kalah oleh tuntutan keinginan tubuh..
hasrat purba yang telah terpercik candu nikmat dunia.

Entahlah..
Entah Pikiranku yang kian terseret pada keinginan Riza.
Entah.. malah gairah Riza yang justru telah menyeret pikirannya sendiri..
Atau.. pikiran dan hasrat kami yang telah saling seret.. menuju ke suatu titik picu.. titik pacu..
Gairah Paling Purba.

Maka kuserahkan saja keputusan tersebut pada Riza.. Terserah.. apa yang nanti menjadi keputusannya.
Toh.. Dia juga adalah ‘pemeran utama’ pada drama percumbuan ini, kan..?
Bukankah kami sama-sama berpredikat Subjek.. bukannya Objek. Hehe..

Kalo sudah begini.. berarti ‘sudah bukan salahku’ lagi, ya ga..? Hihi..
Lagian juga.. ‘tugasku menyalakan’ sumbu hasrat dan gairah Riza..eh, kami.. maksudku.. telah sukses, ya kan..?
Artinya.. kini adalah saat untuk ‘menerima hukuman’ berupa luapan.. letupan.. dan ledakannya. Haha..

Aku benar-benar menanti puncak permainan dan ledakan gairahnya.

Riza menghentikan aktivitasnya itu.. lututnya menekuk agar pantatnya mendekati selangkanganku..
kembali diraihnya si prajurit.. diarahkan ke mulut liang cipetnya yang telah sangat basah.. lantas menempelkan lagi kepala kemaluanku.. helm Darth Vader si prajurit kini tepat di antara bibir labia mayoranya.. terasa bagiku tepat di ambang liang kewanitaannya.

Aku benar-benar menanti apa selanjutnya yang akan dia lakukan.
Oh.. God.. please..!

Taukah Anda para pejantan sekalian..?
Ga ada siksaan yang lebih membuat wanita menderita.. selain seperti dalam kondisi yang Riza hadapi saat itu.

Kenapa..?
Itu karena.. Pertengkaran Batinnya sendiri..!
Di mana.. satu sisi pingin ‘merasakan kenikmatan’ .. alias surga dunia berupa persanggamaan tuntas..
Sementara sisi lainnya terbentur norma.. ‘harga diri’ .. dan –mungkin..– kekhawatiran..!

Nah.. yang Betina.. Wanita.. Perempuan.. serta yang udah pernah melakukan sanggama dan menikmatinya pasti setuju.. ya nggak..!
Udahh.. akuin aja deh. Hehe.

Tanpa keraguan sepertinya.. kini.. dengan perlahan Riza mulai menurunkan tubuhnya..
menekankan pinggulnya.. merapat ke tubuhku.. pelan.. kian rapat..

Sambil tetap menatap.. –kurasa, soalnya tubuhnya kan menutupi cahaya lampu neon..– pantatnya Ia henyak-tekankan perlahan.. mengamblaskan liang hangat cipetnya dibelah kepejalan pancang otot batang si prajurit..

Kedua telapak tangannya kini mencengkram pada bibir atas sandaran kursi kereta..
Sementara kedua lengannya berada di samping telinga kiri-kananku.. sampiran celana dalamnya telah tak berfungsi lagi.. Hihi..

Clebb.. Slepph.. Clebh..
Perlahan-lahan dia menurunkan pantatnya hingga helm si prajurit menerobos liang cipetnya.

Gerakannya itu demikian perlahan.. sedemikian gemulainya..
sehingga penerobosan helm Darth Vader si prajurit pada liang cipetnya begitu lama dan teramat sangat nikmat..

Mataku sampai terpejam-pejam.. ‘menikmati nikmat’ yang kurasakan..
Bahlan dengan pelan mulutku tak mampu untuk menahan merapal lenguh nikmatku.. “Ughhh..hhh..”

Gerakan penerobosan itu terhenti.. ketika kedua buah pantatnya menekan sangat rapat pertemuan kedua pahaku..
sehingga batang si prajurit amblas hingga ke pangkalnya.

Kunikmati benar-benar saat-saat Riza menekan cukup lama belahan cipetnya.. rapat.. pedat..
Kurasakan sambutan meriah dilakukan oleh dasar liang cipetnya terhadap helm Darth Vader, alias kepala si prajurit di dalam lubuk liangnya sana.

Helm Darth Vader si prajurit gebleg serasa diisap.. diremas-remas nikmat oleh vagina sahabatku nan cindo ini.
Dinding-dinding liang cipetnya tak henti-hentinya berkedutan..
memberikan sensasi nikmat pada ujung-ujung syarat nikmat yang ada pada seluruh permukaan kepala dan batang si prajurit.

Beberapa saat berselang.. secara perlahan pinggulnya berputar..
agar batang si prajurit mengucek dan mengocok dinding-dinding liang cipetnya..
Seketika kenikmatan menyerbu.. semakin melambungkanku.

Semakin lama gerakan pinggulnya semakin bervariasi.. berputar.. melonjak.. bergoyang.. terpatah-patah bahkan maju-mundur..
membuat batang si prajurit seperti dipelintir dan digiling oleh mesin penggilingan daging.. nikmat tiada terperi.

Semakin lama gerakannya semakin cepat.. nafasnya kian terburu..
Hingga.. tak lama kemudian kurasakan tubuhnya melonjak-lonjak keras di pangkuanku.. disertai lenguh tertahannya..

“Nghh.. Ugh-ughh-ughh-ughh..”

Diakhiri dengan tekanan vagina yang sangat kuat.. membenamkan si prajurit terperosok tandas masuk sedalam-dalamnya..
dinding cipetnya dengan dahsyat memeras-remas dan menjepit batang si prajurit dengan sangat kuat..
serta kedutan-kedutan dinding vagina yang begitu cepat.

Sampai pada tubuhnya terdiam kaku.. mulutnya terkatup rapat menahan agar jeritan nikmatnya tak keluar..
Sedangkan kepalanya ditekankan pada pundakku..
Lalu beberapa detik kemudian tubuhnya terhempas lunglai di atas tubuhku dengan nafas terengah-engah.

Kutangkupkan kedua telapak tangan di keduabelah wajahnya..
kucium mesra mulut yang bibirnya tengah gemetar menahan deraan nikmat ekstase persanggamaan..
Sambil berciuman begitu.. kurasakan bahwa jepitan dan kedutan dari dinding cipetnya semakin melemah..

Pelan dan lembut.. kembali Riza bergerak.. tidak tergesa-gesa.. Ia menurunkan tubuhnya.. pelan dan seolah penuh penghayatan banget.. seperti merasakan benar-benar.. batang liat si prajurit makin terdesak masuk.. bergerak.. meliukkan pinggul.. pantat.. tubuhnya.. perlahan.

Merasakan.. setiap urat pada batang tegang tersebut menggesek tonjolan-tonjolan lembut di ruang dalam kewanitaannya.
Rasa nikmat tak terperi.. menghantarkan pada gerakan menuju penuntasan.

“Arghh..Barr..!” Pekik Riza.. antara nikmat yang nyeri..? Antara percaya dan tidak.. atas peristiwa kancitan kami ini.

Meski remang lampu neon di atap gerbong berada di sebalik tubuh Riza...
tapi masih dapat kunikmati kedua bola matanya yang terpejam-mendelik.. lalu terpejam beberapa saat..
tatkala pinggulnya mendesak.. menuntaskan hasratnya.
Membenamkan seluruh panjang batang tegar si prajurit pada lepitan kewanitaannya.

Balas kuhentakkan pantatku ke atas..
sehingga batang si prajurit yang masih tegang menggesek dinding vagina yang semakin basah dan licin..

Rasa nikmat kembali menjalar di tubuhku.. mengakibatkan pantatku tanpa dapat kukendalikan menghentak-hentak agar gesekan dan kocokan si prajurit di dalam cipetnya.. terus-menerus memberikan rasa nikmat pada si prajurit.

“Nghh..ahh..ahh..ahh..ahh..hhh..” Tanpa mampu dia tahan.. Riza mendesahkan derita nikmatnya.. lepas..

Rupanya.. hentakan-hentakan tubuh bagian tengahku itu menyebabkan gairahnya kembali bangkit..
Tak lama berselang.. Riza mulai membalas hentakan-hentakan pantatku dengan gerakan pinggul yang liar..

Semakin lama semakin liar.. hingga tak lama kemudian kembali dia mengejang..
menggapai tapal batas nikmatnya dengan mulut yang terkatup rapat..
ditandai dengan remasan dan jepitan yang kuat dari dinding cipetnya pada batang si prajurit.

Sambil mendesakkan pinggulnya kuat-kuat, Riza terpekik panjang ketika kembali mencapai puncak kenikmatannya. Ekstasenya.
"Oohh.. Barra..arrghhh..!" Jeritnya lepas tak tertahankan.

Hampir bersamaan.. entah sengaja atau ngga Riza terkejang-kejat.. seperti menahan kencing.. –katanya–
Akibatnya luar biasa.. otot-otot liang vaginanya berkontraksi elastis.. bagai mulut bayi yang mengemut-emut puting buah dada ibunya.. seperti meremas batang kejal si prajurit gebleg di dalam liang nikmatnya sana. Oughh..!

Aku bahkan belum lagi sempat untuk bergerak lebih lanjut. "Aduhh.. Zahh.. k-kamu..ap-paiin..!?"
Sontak saja aku jadi ikutan menegang.. mengerang nikmat.. akibat kejangannya tadi.

Tubuhnya menyentak..! Punggungku melenting..!
Ohh.. malaikat hatiku sempurnalah kini.. Rintih batinku.. membuncahkan bahagia penuh nikmat

“Ufghh..” Lenguhku terlepas lagi.. merasakan betapa kelembutan yang lembab kembali mencekal erat batang kejantananku..
si prajurit gebleg di sana.

Ohh.. betapa nikmatnya.. sebuah persetubuhan dengan seseorang yang dicinta..!
Betapa.. kenikmatan raga-fisikal ini terlalu singkat, terlalu jasadi..
Bersifat begitu materialistis.. dan temporer..
Berbanding kenikmatan jiwa-emosional yang merekamnya menjadi atom-atom.
Inti ledak.

Kecil.. memang, tetapi tak dapat lagi dibagi.
Ia mengendap.. terkontemplasi.. menjadi elemen-elemen batiniah paling indah..
Bersifat kekal.. dengan kenangan sebagai pemicu ledaknya.

Mungkin itukah sebabnya.. Hubungan Kelamin.. pada pasangan menikah sering disebut dengan ‘Nafkah Batin’ ya..!?
Qalbuku riuh bertanya dalam euforia kebahagiaan batin maha indah.

Kurasakan tubuh Riza mulai mengejang.. kedua tangannya meremas-remas lenganku.. bahuku..
bahkan sesekali mencakarnya.. disertai jatuhnya butir keringat di dada dan perutku.

Riza bagai tak peduli lagi.. kini malah secara tak sadar Ia seperti memerintahku. "Cepetin Barr..ahh.. hhh..!"

Kian ga terkontrol lagi.. suara rintih.. dan engahan napas Riza terdengar kian cepat..
Makin kuhentak-hentakkan pula si prajurit lebih keras berkali-kali.

“Bara.. Ugh.. enak banget, Barr.. ahh.. Aughh..” bisik Riza di telingaku yang tengah meringis-ringis.. mengerang lirih..
menyuarakan ‘siksa nikmatku’ pada tubuhnya.

Mana sempat aku menjawab.. di tengah kesibukan dan buncahan rasa nikmat yang terus mendera seluruh tubuhku ketika itu.

Tiba-tiba saja Ia meraih gemas wajahku dengan kedua telapak tangannya.. dan tau-tau langsung melumat bibirku tak kalah gemasnya.
Dibarengi dengan gerakan tubuh sintalnya naik-turun di pangkuanku..
kembali kedua lidah kami berpalun panas.. merenda denyar nikmat saliva di kedua lidah basah yang tengah berlaga.

Di bawah sana.. gerakan pinggul yang naik-turun terkadang maju-mundur menghentak-hentak..
dinding lepitan basah Riza mengisap batang tegar milikku ‘sang prajurit gebleg’ dengan gerakan peristaltik pada setiap milinya.

Gelinjangan yang kini berubah menjadi gerakan-gerakan teratur.. mendaki birahi..
mencari kekerasan yang mampu memberikan sensasi penuh nikmat.

Wuahh.. Betapa indahnya tarian erotis tubuh gadis cindo sahabatku ini.. Bisikku terpana.. dalam hati.

Sesosok tubuh sintal gadis cantik.. menggeliat-geliat di pangkuanku.. yang dari posisiku ’terduduk’ saat itu menjelma siluet indah.. lantaran tubuhnya menghalangi jatuhan cahaya neon dari atap gerbong..

”Nghh-hhh-nghh-hhh-nghh..hhh..”

Dengusan-dengusan nikmatnya memperindah penampilan erotis Riza.. yang menggelinjang-gelinjang kuat..
mendaki trekking kenikmatannya.

Hingga akhirnya gerusan daging keras di kewanitaannya sudah tak mampu lagi memberikan voltase birahi yang semakin tinggi diinginkannya.. di ujung pendakiannya.

Kadang pula tubuhnya diam.. hanya kedut-kedut jepitan kenyal terasa olehku seakan memeras batang kejantananku di dalam sana.

“Ouhhh.. ahh.. uhh.. hehh..!” Desah tak beraturan di sela gerakan tubuhnya kian sering terdengar.

Kedua bukit dadanya yang membusung bergoyang–goyang seirama gerakannya.
Kedua tanganku menggenggam pinggang ramping gadis ningrat tersebut.

Sinar kilat yang sesekali memercik menimbulkan siluet yang seksi sekali.
Kecipak–kecipak terdengar dari dari pertemuan kelamin kami.

Clebb.. Clebb.. Crebb.. crebb.. cleeb.. crebb..
Bertubi-tubi Ia lesakkan.. Ia henyakkan pinggulnya.. menggoyangnya sekendak arah..

Bujug dah nih gadis cindo.. nekad juga akhirnya.. dia.. Haha.. Batinku senang.. atas kenekatan gadis cindo sahabatku ini.

Dan.. Auhh.. bebunyian itu.. semakin menambah riak dan gemuruh gairah.. menjadi bumbu sedap pergesekan gerakan kami..
bagai dialog mesra antar 2 kelamin dalam nikmat persanggamaan..

Makin cepat dan liar gerakan Riza. Memacu langkahnya berlari menuju garis akhir hasrat kami berdua.
Begitu juga denganku.. Secara naluriah dan pengalamanku.. kugerakkan pinggul menyentak-hentak ke atas perlahan..
seiring berlawanan arah dengan gerakan Riza.

“Ouhh.. ahh-ahh-ahh..!” Napas Riza terengah-engah dalam tarikan pendek-pendek serupa desah.

Crubb-crebb-crebb-crubb-crebb-crubb..!

Garis akhir makin mendekat.. bagai tak sabar Ia lantas memacu gerakannya lebih cepat.. makin cepat..
lupa ritme hingga bagai kehilangan ketukan.

Dahi dan pelipisnya mengkerut.. dengan bibir terbuka.. tak hentinya erang-merintih dalam tiap desahnya.
“Ngggh..hhh-hh-hhh.. Ohh.. Barra..hhh..!”

Rengekan lirih dan membakar gairah Riza itu.. membuatku makin bersemangat.. mengantarnya ke depan pintu gerbang kenikmatannya.. haha..

Pinggulku bergerak.. mendorong-tarik makin cepat.. hingga hampir kehilangan ritme.. lantas kuhentikan..
hampir bersamaan ketika kudapati tubuh indah yang bergerak gemulai itu terasa mulai terkejang-kejat pelan disertai lirih suara desah-erangnya agak terputus-putus..

“Nghh-nghh-nghh.. nghhh.. Ahhh..!” Rengek dan pekik Riza saat garis akhir hasratnya Ia rengkuh sepenuhnya.

Tubuh indah yang kini berpeluh tipis itu terkejat-kejat.. menggeliat sekira 20-an detik.. dihajar badai nikmatnya..
semerta sentakan lembut kepala dan punggungnya ke belakang.. Ia mendesakkan pinggulnya.. liar..
mencengkeram bahuku dengan keras.. bagai menyuarakan dahaga birahi yang telah terpenuhi.

Suatu perasaan.. yang mampu melontarkan tubuh immaterinya pada suatu tempat yang berwarna-warni..
lalu meledakkan perasaannya itu di tempat tersebut..
hingga seolah pecah berkeping dalam riak-riak nikmat jasadi berselimut nikmat batiniah.

Di bawah sana.. terasa pula olehku denyut-denyut sporadis.. mencekal lonjoran batang pejal si prajurit gebleg yang blingsatan nikmat.. termegap-megap.. diperah-peras-remas otot-otot kenyal nan selembut beludru di dalam liang Cipet membasah.

Hingga pada akhirnya gerakan pinggul Riza makin lama kian melemah..
Entah berapakali Riza mencapai orgasme dalam posisi seperti itu dalam jeda waktu hanya beberapa menit untuk setiap pencapaian orgasme berikutnya.

Ough.. Sungguh luar biasa sahabatku terkasih ini..!
Hingga akhirnya dia benar-benar terkulai lemah.. ga mampu membalas hentakan-hentakanku.

Kubiarkan dia terkulai beberapa menit di atas tubuhku.. sambil tubuhnya kupeluk-dekap dengan mesra..
Kucium pipinya.. semerta perlahan kuremas-remas kedua buah pantatnya.. mengiring desakan rapat dua kelamin kami.

“Nghhhhh..!” Riza kontan menggelepar tak sadar.. dibasuh puncak nikmatnya.

Tubuhnya rebah lemas di dadaku yang tersandar berselonjor mungkin di sandaran kursi.
Kedua tangannya meremas kuat sandaran kursi.. seolah mencari kekuatan didera kenikmatan seperti ini.

Kunikmati indahnya sensasi denyutan-denyutan hangat kewanitaan Riza di batang keras si prajurit..
Dibarengi gemetarnya tubuh itu.. meresapi letupan-letupan nikmat bobolnya puncak kenikmatan.

Setengah menit.. akhirnya getar-getar tubuh mulai mereda.. dengusan nafasnya terdengar mulai kembali normal..
Kubiarkan Riza sejenak terlena.. sementara.

Tapi hanya sebentar. Meredanya badai nikmat Riza.. menjadi sinyal bagiku untuk mulai menyerang balik.
Nah.. kini tiba saatnya penuntasan bagiku.. semakin mendekati garis akhir perpacuan birahi dan gairah.

”Heghh..!”
“Aghhhh..!” Riza mendadak terpekik.. ketika sontak kugenggam keras pinggulnya dan lantas menghujamkannya kuat-kuat ke bawah..
di atas pangkuanku bak sepasang tangan menghantamkan alu menumbuk lesung.

Kubarengi dengan tunjang pinggulku menghujam ke atas.. kuulanginya kembali.. membuat Riza kembali menjerit nikmat.

Entah berapakali pula Riza ’terpaksa’ harus melenguh-lenguh keenakan.. kuhujani hujaman tonggak kejal di selorong liang nikmatnya..
Memaksa tubuhku untuk bergerak makin ganas.. merasakan gumpalan gelora mendesak-desak pedat.

Semua seperti memenuhi rongga paru-paru.. menghentak-hentak.. menjelma deguban jantung bertubi.
Yang aku tau.. itu akan menghantarkanku pada suatu perbatasan kefanaan.. tapal batas hasrat nikmat..
gairah paling purba manusia.

“Hughhh..!” Lenguhku lepas suara.. menggeram..
ketika merasakan aliran di sepanjang pembuluh berkejaran menuju pangkal paha mengumpul mendesak menuju letusan terakhir.

Sementara tubuh Riza bergetar-getar dalam orgasmenya.. sambil tetap menekan rapat-rapat si prajurit ke dalam lepitan Cipet Riza.. pinggulku membuat gerakan-gerakan memutar.. sehingga si prajurit yang berada di dalam lepitan Cipet Riza ikut berputar-putar..
seolah tonggak tunjang mengebor liang Cipetnya sampai ke sudut-sudutnya.

Kupercepat gerakan pantat dan pinggulku memompa si prajurit dengan cepat keluar-masuk di dalam lepitan Cipet Riza..
hingga akhirnya.. “Erghh..ahh.. Ouhh..oohh..!”
Crett.. crett.. crett.. crett..!

Tanpa sadar kupeluk lebih erat tubuh indah yang perlahan melemas dalam dekapanku..
seolah akan memasukkannya menembus.. dan lalu menyatu-padu dengan tubuhku.

Padahal.. di bawah sana.. memang ada bagian tubuh kami yang sungguh-sungguh tengah bertemuan..
berbelaian.. berdialog nikmat dalam sebuah pertempuran nikmat.
Sebuah persanggamaan.

Dengan erangan yang cukup keras.. diikuti oleh tubuhnya yang terlonjak-lonjak.. kutekan habis setandasnya si prajurit..
sebanding dengan hentakan pantat dan pinggul Riza yang juga menekan-menghenyakkan sedalam-dalamnya ke selangkanganku.. membuat si prajurit benar-benar termegap-megap nikmat.. terbenam tandas ke dalam lepitan Cipet Riza.

Menggeram.. melepas rasa.. semerta aliran yang mengalir di sepanjang batang tegar si prajurit seolah bergemuruh menyembur keluar.. memenuhi wadah.. tempat di mana memang seharusnya mereka harus memulai ‘perjuangan baru’ di lubuk rahimnya sana.

Pantat dan pinggulku terkedut-kedut beberapakali.. ketika si prajurit menyemprotkan sisa ‘ingus nikmatnya’ ..
jauh di relung lepitan cipet Riza..

Serta merta seakan menghantarkan jiwaku pada keheningan penuh damai.. sebuah ruang seputih awan.. laksana nebula..
lalu sayup-perlahan membening indah..

Masih pula tersisa.. terlepas desah dan gumam Riza.. “Sssh.. hhmm..!”
Merasakan semprotan hangat di dalam liang kewanitaannya. Spermaku itu.

Membasahi setiap mili dinding dalam kewanitaan gadis cindo ‘sahabatku’ hingga membanjir.. merembes ke bibir Cipetnya..
menambah basah bidang cembung sang surga dunia.

Letupan nikmat terjadi beberapakali hingga akhirnya mereda..
menyisakan materi hangat yang meleleh di sepanjang lereng lepitan basah Cipet Riza.

Campuran cairan nikmat pelumas dan spermaku itu membasahi hampir seluruh semak rimbun nan halus yang berada di sekitarnya.
Hingga akhirnya.. segala yang tadi hangat-panas-membara perlahan mendingin disaput sepoi angin.

Lalu.. terciptalah.. hening sublim nan syahdu diantara simfoni dan distorsi bebunyian di sekeliling kami..
memenuhi segala dengung di telinga.

Beberapa jenak berselang.. setelah badai nikmatku usai menghumbalang jiwa dan perasaanku ke puncak ekstase mereda..
dengan malas.. aku membuka mata yang tadi terpejam..

Blungg..! Kudapati ’pengung’ menguasai diri.
Mengerjap sebentar.. membiasakannya dengan keremangan ruang sekeliling bingkai pandangku.

Perlahan pula otakku yang tadinya dipenuhi hormon dopamin..
menganalisis segala bentuk impuls yang dikirim segala rasa dan sisa emosi nikmat ragawi.
Menganalisis semua yang dirasa setiap bagian tubuhku.. terutama tempat atau titik erotis pada tubuh.

Busett..! Ini apa ini..!? Celanaku basah..!?

Kuraba-raba perlahan bagian depan kanan celana lapanganku.. pada bercakan yang melengket di sana..
Ahh.. masih terpasang lengkap.. dari ritsleting hingga kancingnya..!

Dan lalu kuhidu sekilas.. aroma khas cairan hangat yang beberapa saat muncrat.. terasa membasah.
Spermaku.

Dengan wajah blo’on.. refleks aku menoleh ke kiri.. ke arah posisi gadis cindo sahabatku.. Riza.

Dari remang cahaya lampu kulihat wajah cindonya seperti berpendar cahaya.. refleksi bias lampu neon.. indah banget.
Mata indahnya yang kerap menujah kedalaman qalbuku itu tengah terpejam dalam damai tidur.. peacefull slumber.

Begitupula kulihat kondisi dan posisi Riza.
Malah tubuhnya kini telah lengkap dan sempurna terbungkus.. bergelung jaket bulu angsaku yang dia ’rampok’ untuk dia pakai sendiri.

Punggung dan sebagian bahu kirinya kini menyandar di sudut dinding gerbong.. di pertemuan sandaran kursi dengan dinding jendela.. sebagian pinggul dan pinggang hingga separuh punggung kirinya terganjal tas sandangnya.

Sementara tubuh bagian bawahnya Ia naikkan ke atas kursi kereta.. dengan kaki sebatas lutut ke bawah Ia lipat seperti duduk miring..
–persis seperti posisinya dalam adegan awal mimpiku tadi..–

Asyemm..!

Ahh.. jadi.. adegan penuh gairah dan pacuan adrenalin.. akibat bersambilan penuh kewaspadaan..?
Lalu.. persanggamaan penuh gairah dan pacu hasrat yang ’kami’.. eh, aku nikmati tadi..!?

Ayayay.. berarti.. keindahan penuh denyar nikmat .. cuma terjadi dalam mimpiku belaka..!?
Cuma sekedar refleksi ’alam bawah sadarku’ yang penuh kemesuman pada gadis cindo sahabatku ini..!?

Alamak.. jadii.. aku mimpi basah.. di atas kereta api..!?
A..su..dah..!
Ternyata.. semua itu tadi cuma luapan obsesi mesumku belaka..
Apa lantaran aku memang terobsesi karena endapan.. alias ’deep feeling’ pada sahabat cindoku ini, ya..?

Hal-hal erotis yang selama ini terpendam.. mengendap rapat.. jauh di endapan bawah sadarku saja..
terpicu hulu ledaknya oleh blitzkrieg.. alias serangan kilat, kecupan sekilas Riza di ujung bibirku..?

Sialan yang Nikmat..! Umpatku dalam hati. Pantesan aja aku dibuat terkaget-kaget.. plus termehek-mehek..
Kog bisa-bisanya.. Riza ujug-ujug jadi ’sebinal’ gitu..!?
Yang bahkan mampu mengimbangiku beradegan museum, eh.. mesum.. dengan kepiawaian seorang expert dalam percumbuan birahi..!

Terus.. juga tadi bisa ’langsung nyambung’ omongan.. menyelusupi khayalanku mengenai Panca segala.
Damn..! Untung dia ga sedang terbangun. Pikirku.. sedikit lega.. mengetahui bahwa Riza tengah lelap tertidur.

Kelegaan yang kontradiktif dan membingungkan, mungkin. Entah lantaran ternyata itu cuma ’sekedar bunga tidur’ atau ..
malah kecewa.. karena hal nikmat yang barusan kurasakan bukanlah kejadian yang sebenarnya..?
Entahlah. Ga tau apa yang bisa kuekspresikan saat itu.

Tersenyum atau Meringiskah..? Ahh.. nggetaudah..!
Ada ’emosi’ yang meluap-luap di dalam sana.. jauh pada palung hatiku.. Cintakah..?
Tetapi kenapa harus dicampuri Nafsu..?

Sayangkah..? Kenapa juga berbumbu Hasrat nan erotis..!?

Huahh..! Betapa pingin rasanya menumpahkan kekesalan.. berteriak-teriak bila perlu. Sungguh.
Melampiaskan buah kekecewaanku atas ‘kesialan nikmat’ tersebut dengan segala sumpah serapah yang sempat terlintas di otakku saat itu.

Eh.. tapi.. jangan deh. Ntar malah bisa membangunkan Riza, ya.. ga..?
Lontaran cegahan dari ‘otak waras’ yang perlahan reda kram-nya.

Bener juga sih. Lagian aku juga ga ingin mengganggu kelelapan.. peacefull slumber-nya..

Biarlah.. Biar sang Malaikat Hatiku ini ga usah tau.. ga perlu tau apa yang berkecamuk dan meluluhlantak qalbuku..
otakku.. jiwaku.. dan kini ‘membikin lemas’ seluruh temulang di rangka tubuhku.

Mémoire Qui Vont Tres Bien Ensemble..
Biar saja kenangan itu pergi bersama kebaikan. Bisik lirih qalbuku.. jauh di palung jiwa sana.

Ia terlalu indah.. terlalu berharga bagiku.
Ia memang tak pantas.. untuk menjadi sekedar objek imajinasi kotor otak iblisku..

Dan.. dengan setulusnya kubisikkan –dalam hati..– permohonan maafku atas ‘kelancangan khayal mesum’ pada gadis cindo sahabatku..
Malaikat Hati tersayang ini..

: akan selalu..
mimpi itu cuma ‘kesementaraan’
entah indah atau buruk, sekalipun

suatu saat dan ketika
'ngkau akan mendapati dirimu mendusin
terbangun tanpa 'ngkau maui

dan.. mimpi itu tertinggal
sumir dalam ingatan yang tiada..

– pecah berbayang..
seperti cuplikan
dan
fragmen film-film bisu
hitam-putih..–

Maafkan.. kelancanganku, sobat..


Maka jadilah.. Sediniharian terjelang subuh.. selama sisa perjalanan hingga tiba di Stasiun Lubuk Linggau aku lantas ‘mematikan diri..’ menekuk muka.. seolah kembali lelap tertidur.

Aku Tengsin Abiiss..!
--------------------------------
End Of ...
--------------------------------
 
Terakhir diubah:
bwahahaha ngimpinya aja bikin konak, apalagi pas beneran eksekusi...
 
Terakhir diubah:
------------------------------------------------

Mémoire Qui Vont Tres Bien Ensemble

Ada yang pernah bilang..
katanya ada tiga jenis
atau
cara orang ‘menanggapi cintanya'

Pertama..
terus berjuang..
berusaha menggapai,
meski aral rintangan kerap menghadang

Kedua..
memilih untuk melupakan
dan berjalan menjauh..
menghalau tanpa peduli..
–menghapusnya, bila perlu..–

Ketiga..
adalah orang yang berada 'di antara..'
–wilayah abu abu–
kedua jenis di atas..!
'tidak mendekat,
tetapi tak pula melupakan..!'

Termasuk yang manakah, anda..!?
Terserah..
Itu bukan urusanku.. ha ha..
---------------------------------------------


Hari terasa lamban bergulir. Meniti detak waktu yang merambat.
Masih hari yang sama.. pada senja menjelang maghrib hingga malam dijemba selimut gelap..
di kediaman Nyai –nenek, bahasa Palembang– Riza di Lubuk Linggau..

Perasaan kikuk dan ‘malu hati’ pada Riza atas ‘mimpi mesum basahku’ di kereta dinihari tadi telah jauh berkurang..
seiring ‘kebersamaan kami’ belasan jam mengelilingi kota Lubuk Linggau.. bersilaturrahmi ke keluarga Riza di sana..
ditambah pula keramahan Nyai dan keluarga Riza yang menempati rumah bari.

“Bar.. kamu ntar malam tidurnya di kamar ini, ya..?” Jelas Riza sambil menjatuhkan pantatnya di tepi tempat tidur..
ketika menunjukkan kamar paling depan di ‘rumah bari’ Nyai-nya.. untukku.. seusai acara mandi –sendiri-sendirilah.. hehe..–
dan makan malam bersama Nyai dan beberapa anggota keluarganya.

“Hoho.. santai aja.. di mana pun boleh, Za. Asal jangan di sumur..” ujarku.. mencoba bersikap sewajar mungkin di hadapan Riza..
sembari meletakkan carrierku di samping tempat tidur.. yang seharian tadi cuma ditaruh di ruang tamu.

Kamar tamu yang bakal kutempati terlihat rapi dan bersih. Nyaman untuk ditiduri.. eh, ditempati.
Sebuah gerobok –lemari, bahasa Palembang– antik bercermin besar terbuat dari kayu jati..
lalu beberapa lukisan pantai tertampang di kiri kanan dinding..
serta beberapa pernik hiasan dan guci antik tertata resik.. menambah suasana nyaman.

“Udah, ah. Istirahat. Aku juga sudah capek banget ini. Ngantuk..” Riza bangkit dari duduknya.. melangkah keluar kamar.

“Eh.. itu lukisan Pantai Panjang, kan..?”
Tanyaku.. menunjuk lukisan-lukisan yang terpajang di dinding.. sambil mengeluarkan beberapa helai pakaian dari carrier.

“Ho-oh. Lukisan paman bungsuku. Emang kenapa, Bar..?” Sejenak Riza menghentikan langkahnya.. menanggapi pertanyaanku.

“Ngga apa-apa, sih. Cuma ..” Jawabku menggantung.. ketika mataku terbentur pada sebuah lukisan pulau di tengah laut..
salahsatu lukisan.. selintas menggugah memori dari file otakku.

“Cuma apa, Bar..? Hadeww.. Kamu itu .. kalo ngomong suka sepotong-sepotong kayak puzzle..!” Hehe.. Riza gondok..

“Sudah ah. Tidur gih. Jadi kan besok mau ke Bukit Kaba-nya..?”
Lanjut Riza.. menghalau sejenak selintasan ingatan.. kenanganku pada sebuah pulau yang tergambar pada salahsatu lukisan tersebut.

“Oh.. eh. Iya. Jadi dong. Mumpung bentar lagi purnama. Bakal bagus banget panorama di sana..”
Jawabku.. baru teringat rencana mendaki Bukit Kaba.

“Ya sudah. Aku mau tidur, ya. Ngantuk banget ini..!”
Riza melanjutkan langkahnya keluar kamar. Menutup pintunya.. meninggalkanku terpaku mata pada sebuah lukisan di dinding kamar itu.
-----------------------

Malam merambat dan pasti. Aku masih belum juga mampu memejamkan mata..
Perjuangan untuk tidurku diganggu kilasan-kilasan kenangan setahun lalu..
dipicu sebuah lukisan berfigura antik sebuah pulau.. yang tergantung diam di dinding kamar itu.

Menekur langgam kenangan.. pada petang dijemput malam.. pasti berbeda.. Tak pernah sama, jelas.
Kabut asap tipis diseruput malam di helai tiap percik senja.. bergerak menuju kelam malam..
tak ada lagi teriak gempita atau hardikan penuh amarah.. cuma tenang yang damai.. sepi yang tak senyap.

Tempat yang sangat berbeda.. debur ombak menampar karang.. sunyi nan garang.. di sana.. dulu..
Hutan beton.. asap tipis buangan kendaraan.. kerlip lampu jalan.. di sini.. sekarang..
Berbanding sunyi nan ramah.. hijau gunung pasak bumi.. di situ.. nanti.. dan pernah.

Satu yang sama; Aku pernah berada di tempat-tempat itu.. beberapa waktu berselang.. Itu saja..!

Senja jatuh perlahan di lanskap Samudera Indonesia.. matahari tergradasi sinarnya..
njelma bagai borok bernanah dengan warna merah nan kental..
semerta sengak bau karbon dioksida akibat terbakarnya hutan hujan tropis Sumatera.. sebagai salahsatu kawasan vital paru-paru dunia.

Debur dan gemuruh ombak memecah pantai menemaniku.. menyaksikan mentari merebahkan dirinya di ‘kasurnya’ ..
lanskap Samudera Indonew-sia.. menuju kelam hari itu.

Menikmati Sunset dari ujung Pantai Panjang, Bengkulu.
Yups.. saat ini aku tengah berada di camping ground muara Sungai Kualo.. pada ujung Pantai Panjang..
menikmati riuh bunyi debur ombak.. dan alunan angin laut.. menyemai damainya.
-------------

Telah hampir sebulan aku di Bengkulu .. usai mengikuti UMPTN kesempatan kedua..
–1992.. setelah dipaksa-paksa dan diculik Sing-Go, sih..– plus menjalani PPH, alias Program Perbaikan Hati..
dan satu lagi.. menghindari fenomena kabut asap yang terjadi di Palembang pada saat itu. Hehe..

Sing-Go bahkan yang mendaftarkan.. ‘membelikan formulir’ UMPTN.. mengisikan data-dataku..
‘memilihkan’ Fakultas.. Jurusan dan Program Studi apa untukku.. kemudian meninjau lokasi di mana pelaksanaan ujian segala.. Hadeww..

“Sekalian saja, Bar. Lagian sayang kan.. kalo ga dimanfaatin kesempatan mengikuti UMPTN keduamu..” alasnya padaku.
Ya.. karena Sing-Go memang baru lulus SMA tahun itu.. dan langsung mengikuti UMPTN.

Sebenarnya yang ‘memilihkanku’ adalah Cicinya, Ping-Ping.. sih.
Sing-Go cuma mengisikannya ke formulir.. berdasarkan ‘arahan’ Ping-Ping.. yang telah melanjutkan kuliah di Aussie.

Jadi.. aku cuma harus datang ke lokasi ujian selama 2 hari berturut.. menjawab pertanyaan pada lembar jawaban..
lantas seusainya.. aku langsung minggat ke Bengkulu.

Ga usah aku ceritain deh perjalananku ke Bengkulunya, ya.
Soalnya aku turun-naik bus AKDP dan AKAP.. ga sempat mau ngapa-ngapain selama si jalan.
Alasanku.. selain bisa ngirit ongkos perjalanan..
aku lebih ‘menikmati petualangan’ juga bersosialisasi langsung dengan ‘manusia’ dan alam.

Bahkan dari Kepahyang –Kepahiang, salahsatu kecamatan di Bengkulu–
aku ‘menclok’ numpang di bak belakang truk pengangkut tabung elpiji.
Beuhh.. serem juga ternyata.

So.. dengan trip ala backpacker melarat gitu.. jelas ga ada cerita roman-romanan.. apalagi kancit-kancitan yang terjadi. Haha..

Ceritanya gini.. setamat SMA.. aku memang ga pernah mau ikut UMPTN.. –Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri–
sebab aku lebih tertarik untuk ke STSI –Sekolah Tinggi Seni Indonew-sia–
atau IKJ sekalian.. sayangnya itu ga ada –sampai sekarang..– di SumSel.

Keputusanku mengundang ‘kontroversi’. Hehe.. maksudnya aku langsung diledekin.
‘Mau jadi apa, coba.. setamat dari sana..?’ Kata mereka yang ‘awam’ .. alias ‘saklek’ dengan step-step prosesi hidup ‘manusia normal’.
Lahir.. Makan.. Besar.. ‘Sekolah’ .. Kerja.. Berumah Tangga.. Tua.. Mati.

Udah. Gitu doang. Tanpa riak.. tanpa gelombang. Flat. Datar.. ga berfluktuasi sama sekali.
Aduh.. maaf-maaf saja, dah. Itu bukan hidupku. Ga ada yang begitu-begitu dalam filosofi hidupku.

Jadinya aku sih cuek saja. Toh yang ngejabanin kan aku..? Ya, ga..?

Memang rupanya sifat keras kepala.. –mengenai pilihan belajar.. milih sekolah dan mencari ilmu..–
sejak kecilku memang sudah tabi’at yang ga bisa diubah.. apalagi dihilangkan.

Apalagi orangtuaku.. terutama ibuku.. lebih menginginkan agar aku berada dekat dengan mereka-mereka..
alias di Palembang saja, kalau bisa.
“Ngapain kuliah jauh-jauh, Bar..? Di sini saja kenapa..? Makan ga makan kumpul sama keluarga..”
Alasan ibuku waktu itu.. membuat hatiku ‘lumer’ tak tega menolak.

‘Patah Hatilah’ aku.. Makanya setahun belakang pas setamat SMA-ku.. aku lantas ‘memuaskan diri ber-XPDC’ ..
turun-naik gunung.. mampir sana-sini.. menggelandang di kota-kota yang berada dekat dengan sebuah gunung..
atau kota-kota yang punya ciri khas.. ga pulang-pulang ke Palembang.

Sekalinya aku pulang.. cuma buat ‘ngerampok’ ..
nyari logistik dan dana transport doang.. untuk kemudian minggat lagi XPDC ke gunung. Hihi..

Nah.. di Bengkulu aku nyariin temanku semasa SMP. Anak bengkulu asli.
Namanya Najamuddin. Ga mau dia disapa dengan panggilan nama belakangnya.. Udin.
Maunya dia disapa dengan panggilan nama depannya.. ‘Naja’. Lebih Cool dan modern.. katanya. Haha..

Profil.. alias tongkrongannya si Naja sebenarnya juga ‘ga jelek-jelek banget’ kog.
Walau hitam.. –eh, sawo kematangan.. mungkin, ya..!? Hehe..–
namun tubuhnya kekar berotot dan lontong kejalnya yang ‘jumbo punya’..menjadi andalannya.. haha..

Sebagaimana halnya dengan kebanyakan usia teman-teman satu angkatanku di sekolah..
usia Naja juga agak lumayan jauh di atasku.. sekitar 3 tahunan.. sebab aku memang ‘terlalu dini’ sekolah..
sedangkan Naja malah terlambat sekolah. Hehe..

Dulu.. saat di Palembang si Naja ini tinggal dengan pamannya yang kerja di PJKA.. –sekarang PT KAI– hingga tamat SMPnya.
Ia dipanggil pulang ke Kampung halamannya di Bengkulu karena keluarganya tertimpa musibah bencana alam..
sehingga dipindahkan semua.. alias bedol desa ke lokasi pemukiman baru bernama Teluk Sepang.

Teluk Sepang merupakan salahsatu kelurahan yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah kecamatan Kampung Melayu..
berjarak sekitar 24 km dari pusat kota Bengkulu.
Kelurahan Teluk Sepang ini.. sebenarnya adalah sebuah ‘daerah baru’ .. yang dibuka pada tahun 1989..

Naja punya seorang kakak laki-laki.. yang sudah berkeluarga punya anak dua.. namanya Syahbudin.
Usianya saat itu.. kalo ga salah hampir 28 tahun-anlah.. kami menyapanya dengan sebutan Bang Udin.

Nah.. bang Udin ini menjadi ‘anak buah perahu’ seorang kerabat dekat mereka.. yang ‘berlaku sebagai juragannya’ ..
Mereka biasanya berangkat melaut sore hari dengan perlengkapan lampu.. dan pulang keesokan harinya membawa hasil tangkapan.

Ga seperti si Naja.. yang mengambil pangkal namanya untuk sapaan.. Kakaknya, bang Syahbudin.. justru lebih suka dan terbiasa dipanggil dengan nama belakangnya.. Udin saja. Hehe..

Sebenarnya temanku si Naja ini.. –untuk ukuran usia di desa tersebut..–
sebuah kampung nelayan di Kampung Melayu.. sudah dianggap pantas untuk berkeluarga..
Tetapi.. hingga sekarang ia belum mau punya isteri dan berumah tangga.

“Aku masih pingin bebas..” katanya dengan santai. Halah kebanyakan nonton film India, dia..!

Naja yang selama di Palembang sempat menamatkan STM-nya sebelum bencana di kampung halamannya terjadi..
mencoba usaha sendiri.. buka bengkel motor dan mobil.

“Ya.. meski sederhana.. yang penting halal.. dan aku menyukainya.. mencintai pekerjaanku..”
Tegas Naja.. simpel, namun penuh filosofi yang dalam.. menurutku.

Oleh karena itulah.. dalam usianya yang ‘dianggap cukup’ bagi seorang pemuda dari kampung nelayan itu..
keluarga dekat dan teman-teman si Naja sudah menganjurkan agar dia cepat-cepat kawin saja.. supaya bisa hidup lebih tenang..
ditambah lagi telah ‘mapan’ pula secara materi..

Bahkan mereka sampai menyodorkan beberapa perempuan sebagai calon istrinya.
Yang jelas-jelas saja ditolak si Naja mentah-mentah.. ga pake bumbu malah.

“Aku sebenarnya bukan ga mau berumah tangga atau punya isteri.. Bar.
Cuma memang belum ada niatan, sih. Lagian ada ganjalan sedikit dari diriku sendiri..”

Alas si Naja ketika sudah dongkol.. akibat pertanyaan orang-orang padanya.. kenapa belum juga mau berumah tangga.
Ga ada seorangpun dari perempuan yang dicalonkan keluarga dan teman-temanya itu cocok dengan seleranya..!

“Ah.. sulit, Bar. Meskipun dikata mereka cantik.. ngebayangin mereka telanjang bulat pun rasanya tak akan bisa membangkitkan hasratku..”

Curhatnya berlanjut.. sembari mengisap asap tembakau kretek di tangannya.. lalu menambahkan ranting kayu ke api unggun di depan tenda dome kami yang menghadap laut.

“Lah.. terus gimana kamu melaksanakan kewajiban sebagai laki-laki.. eh, suami nanti Ja..?”
Tanyaku iseng.. sembari menyeruput kopi yang meruapkan aroma khasnya.

“Hei.. jangan kau salah-kira, Bar. Aku bukannya impoten, tau..!” Sanggahnya sewot atas pertanyaan isengku barusan.

“Tititku bisa ‘berdiri’. Ngaceng sekeras kayu..! Dan aku juga onani-ria kalo ada kesempatan..!
Tapi.. aku hanya bisa ‘berdiri’ kalaku beronani-ria.. swalayan.. memasturbasinya kalau membayangkan perempuan yang kusukai sajalah..”

“Haha.. percaya.. percaya kog. Gitu aja sewot..” Ledekku meladeni Curhatnya.

Hehe.. Apa punya selera terlalu tinggikah si Naja ini, ya..!?
Hmm.. Menurutku ga juga, sih.
Justru.. –menurutku lagi– seleranya pada wanita biasa-biasa saja.. malah di bawah rata-rata. Hihi..

Kenapa bisa begitu..?
Rupanya.. temanku si Naja ini jatuh cinta dengan seorang janda kaya paruhbaya .. mantan istri pengusaha, juga pejabat..
yang memiliki rumah peristirahatan semacam villa bagus.. tak jauh dari desa nelayan tempat tinggalnya sekarang.

Namanya Lestari. Almarhum suaminya, si pengusaha plus pejabat tersebut.. telah meninggal dunia 4 tahun lalu..
meninggalkan harta melimpah buat Yuk Tari.. –begitu aku menyapanya.. setelah dikenalkan oleh Naja..–
dan kedua putri mereka yang masih kecil.

Nah.. kepada kerabat dekat dan teman-temannya.. si Naja katakan bahwa Yuk Tari itulah perempuan yang pingin dia peristeri.

Haha.. ga kukut dah. Ternyata.. ‘seleranya’ si Naja rupanya tipikal yang STW. Hehe..
Tapi terserahlah. Itu kan hak pribadi dan privacy masing-masing orang, ya ga..?

Sebenarnya.. Yuk Tari ‘pacar si Naja’ ini belum tua-tua amat, kog. Baru juga pertengahan 30-an tahun.
Memang sih.. kalo untuk ukuran wajah.. biasa-biasa saja.. menurutku.

Cuma saja.. ukuran buah dadanya yang super montok.. sebanding dengan bentuk tubuhnya yang juga montok..
bahkan cenderung chubby.. mungkin yang membuat si Naja klepek-klepek..
Besar dan bulat.. seperti buah kelapa.. haha..
seolah ga muat.. dan terus-terusan mau meloncat keluar dari bekapan behanya.. ketika dia tertawa..!

“Iya.. sih. Aku sendiri juga sadar diri, Bar. Aku dan Yuk Tari itu seperti bumi dan langit. Aku hanya pemuda miskin yang cuma tamatan STM, Bar.. sedang Yuk Tari itu orang kaya, mantan istri orang berpangkat dan berpendidikan tinggi pula.. bikin terkadang aku ga pede.. huh..”

Lanjut si Naja sambil menengadahkan kepalanya.. memandangi bulan yang baru mau aplusan..
menggantikan shift matahari mengelilingi bumi.. hampir bulat.
Bulan tanggal 11.. berarti 2 hingga 4 hari lagi adalah purnama.. Fullmoon..! Ahh.. asyikk.

“Halah.. pake ga pede-an segala. Hajar saja lagi, kenapa..?” Provokasiku.. menyemangati.

“Eh.. Udah pernah ginian dengan dia, Ja..?” Selidikku.. sambil menunjukkan ibujari terselip di antara telunjuk dan jari tengahku..
terus memprovokasi Naja.. yang malah ga mau menjawab..

Ia cuma senyam-senyum.. larak-lirik kayak sapi jantan tengah ngepek..
–merayu, menandak, ngibing.. bahasa Palembang. Huruf ‘E’ dilafalkan seperti pada kata ‘efek’ ..– sapi betina..

Lalu Naja menggeleng.. dan sontak saja aku ketawa terbahak-bahak.. ga pernah terpikir.. kalo.. siapa tau si Najanya ngambek.

Eh.. ternyata ngga. Si Naja malah ikutan ketawa.. ngakak.. megangi perutnya yang berguncang-guncang..
bahkan sampai keluar airmata segala..

“Wadaww.. masih perjaka dong. Cuma dipake buat kencing sama 'nguncang' doang tuh pentungan kejalmu..?”
Ledekku makin asyik menggodai Naja.. yang justru kian kenceng ketawanya. Asyemm.

Setelah beberapa jenak tawa kami mereda.. si Naja membuang puntung kreteknya ke api unggun..
langsung nyambung menyulut sebatang lagi menggunakan bara dari ujung kayu bakar.. yang diambilnya dari unggunan api.

Kretik.. kretik.. kretik.. segera saja letikan bara api di ujung kreteknya berloncatan beberapakali..
mengiringi isapan asap tembakau di mulutnya.. terlihat nikmat banget dia.

“Hehe.. kalo yang ginian.. –menunjukkan ibujari terselip di antara telunjuk dan jari tengahnya.. meniruku– dengan dia.. aku memang belum pernah, Bar.
Tapi.. kalo.. ‘ah-uh-oh-eh-oh’ –menirukan suara orang sedang bersanggama..– sering sih..”
balasnya santai.. telak.. membuatku terbengong ga percaya.

“Ah.. masa’ sih..? Maksudmu kamu udah ‘ngancitin’ dia..?” Ledekku masih penasaran.. tetap bernada memprovokasi.

“Yaah.. ga percaya..? Ntar kita ke rumahnya, deh. Aku kenalin..” lanjutnya masih dengan santai.. sambil menyedot asap kreteknya..
lalu menghembuskannya perlahan.

Rupanya hubungan si Naja dan Yuk Tari itu sudah 2 tahunan berjalan.. backstreet..
lantaran keluarganya kurang menyetujui pilihan si Naja. Haha..
---------------------------

Awal kenalnya mereka 2 tahun belakang.. secara tak terduga.. juga di bengkel si Naja..
Waktu itu Naja sedang membetulkan kerusakan salahsatu mobil angkut ikan milik pamannya.. yang juragannya bang Udin dimintai tolong oleh Yuk Tari.

Yuk Tari saat itu bersama keponakan almarhum suaminnya, cewek.. yang main ke Bengkulu bersama 4 orang teman sekolahnya..
liburan kenaikan kelas sih, katanya.. baru naik kelas 2 sebuah SMA Swasta Favorit di Palembang, SMA Xaverius Bangau.

Keduanya secara ga sengaja ‘dipertemukan’ oleh keponakan cewek Yuk Tari tersebut yang pingin bertamasnya..
berkunjung ke Pulau kecil di seberang pantai..
hingga mereka lantas nyari-nyari pemilik sampan yang bisa disewa untuk mengangkut mereka ke sana.

Naja dengan senang hati lantas meminjam sampan yang biasa dipakai bang Udin melaut.. lalu ikut mengantarkan..
sekalian ‘bertamasya’ bersama mereka.

Nah.. dari situlah awal keakraban si Naja dan Yuk Tari terjalin.. dari kunjungan beberapa jam di Pulau Tikus nan indah.

Kalau dilihat-lihat.. Pulau Tikus tidak jauh dari pantai.. bahkan kelihatan jelas.. ya.. untuk ukuran para nelayan dan penduduk di desa nelayan itu. Hihi..
Hanya mendayung sekitar satu setengah jam dengan santai.. juga kalau ombak tidak besar.
Terkadang wisatawan lokal memang minta diantar ke sana.

Pulau kecil itu tidak berpenghuni –pada saat itu– pasirnya putih.. dikitari bunga-bunga karang dan ikan kecil aneka warna.
Pulau itu tempat penyu bertelur.. dan kalau nasib mujur juga bisa didapat kepiting besar di sana.. lantas dipanggang.. hmm.. nikmat.
Dibutuhkan waktu sekira 1 jam-an lebihlah untuk sampai ke pulau ini dengan menumpang –menyewa– kapal nelayan.. jika dari Pantai Tapak Padri.
-------

“Dia ga sombong, kog. Malah kelihatannya.. dari pertama ketemu dia sudah suka padaku..”
Cerita Naja sumringah.. di atas vespa modif-nya.. selama perjalanan menuju ke rumah Yuk Tari.. keesokan paginya.

“Aduhh Bar.. merdu banget suaranya. Bak suara bidadari surga. Dan aroma parfumnya itu, Barr.. adduhh mati makk.. harummnyaa.. aku serasa melayang..! Ohh.. berada di dekat dia rasanya benar-benar suatu keberuntungan.. kesempatan yang ga ada taranya.
Aku bersyukur kepada Yang Maha Kuasa.. telah diberi kesempatan begitu..”

Maka berkali-kalilah berondongan puji-pujian dan sanjungan terlontar.. meluncur dari mulut si Naja.. untuk pacar STWnya itu..
ga putus-putus.. kayak debur ombak di samudera sana.. kejar-kejaran menampar Pantai Panjang. Hadoww..

Aku yang digonceng cuma nimpalin Curhatannya dengan ogah-ogahan, sih.. malah kadang mental.. ga masuk beneran ke telingaku. Hehe..

Abisnya.. suara cempreng si Naja tabrak-tabrakan dengan bunyi mesin 2-tak vespa.. plus terpaan angin.. mana ga pake helm pula..
–pada zaman itu helm belum terlalu ketat penggunaannya..– ya gitu deh.. aku jawab sekenanya saja.
Yang penting aku masih bersuara. Haha..

Hari itu Yuk Tari sedang berada di villa pinggir pantai yang dulu dibangun almarhum suaminya.. di pinggir kampung..
khusus untuk istirahat akhir pekan doang.. menikmati suasana pantai sekitar desa si Naja yang memang indah permai..

Masuk melewati pintu gerbang.. vespa yang dikendarai Naja melaju pelan memasuki halaman depan yang lumayan luas..
terkagum juga melihatnya.

Agak dekat ke arah teras rumah.. di jalan masuk yang bertabur kerikil putih tampak 2 buah mobil terparkir rapi..
keduanya mobil mahal keluaran terbaru –saat itu, 1992–.

Kupandangi rumah peristirahatan semacam villa yang bagus di depanku itu.. sekalian orientasi medanlah.. hehe..
Sebab.. meski sudah sering melewatinya hilir-mudik selama aku di Bengkulu.. baru kali ini aku memasuki salahsatu villa di pinggir pantai seperti ini.
Rumah-rumah semacam villa itu nampak mewah.. gagah.. kontras.. dan agak berlebihan di daerah seperti desa nelayan ini..

Rumah-Villa milik Yuk Tari berdiri di atas lahan seluas 5.500 meter persegi.. ‘
paling kecil’ jika dibandingkan beberapa rumah-villa lainnya di sana.. tampak serasi dan terawat.. dengan tamannya yang luas dan indah.. yang penuh dengan deretan semak dan bunga.. melandai langsung ke pantai berpasir putih alami.

Belum lagi kami sampai di depan teras rumah-villa yang ketika itu terlihat agak ramai..
salah seorang perempuan yang terlihat paling dewasa.. berwajah oriental.. bertubuh tinggi besar.. dan bagian-bagian tubuh lainnya juga berukuran serba besar.. dari tempat duduknya tampak sudah menunjuk-nunjuk ke arah kami. Entah apa maksudnya.

Beberapa saat setelah Naja memarkirkan vespa modifnya.. kami segera menghampiri 5 orang yang tengah berkumpul di teras tersebut.. lantas saling berkenalan singkat..
berbasa-basi.. dan akhirnya suasana yang pada awalnya kaku mulai mencair.. seiring ‘kepandaian’ kami bersosialisasi.

Selain Yuk Lestari .. ‘pacar si Naja’ .. 4 ‘mahluk-mahluk bagus’ .. seorang cowok dan 3 gadis-gadis cantik..
yang akhirnya jadi akrab denganku dan si Naja.. 2 di antaranya ternyata adalah keponakan Yuk Tari.

Pertama si pria.. bernama Arman.. satu-satunya cowok di rombongan tersebut.. udah kuliah..
mahasiswa tingkat akhir sebuah universitas swasta bonafid di Palembang.. Universitas Tridinanti.

Yang kedua cewek.. salah seorang dari gadis cantik yang dari penampilan dan usianya paling muda di antara ketiganya..
tapi bertubuh paling tinggi.. adalah adik perempuan si Arman.. Diamonna namanya.. telah duluan kenal dan akrab dengan si Naja.

Nahh.. Diamonna.. biasa disapa Monna inilah ‘yang berjasa’ .. mempertemukan si Naja dengan tantenya 2 tahun berselang..
ketika dia liburan ke Bengkulu.. bertamasya ke Pulau Tikus bersama teman-teman sekolahnya..

Untuk kali ini.. Monna yang baru saja menamatkan sekolahnya di sebuah SMA Swasta Favorit di Palembang, SMA Xaverius Bangau..
dan juga baru mengikuti UMPTN –sama denganku– bertindak sebagai guide gratis buat kakaknya Arman dan 2 gadis cantik lainnya.

Para gadis yang cantik-cantik.. berdandan ala masa kini.. –ingat.. 1992, sosodara. Haha..– berusia sekitar 18 – 20 tahun-an..
sedang yang pria berusia sekitar pertengahan 20an.. ‘lumayan ganteng’ ..
tipikalnya rada mirip eksekutif muda.. biasa berdasi.. dan beraktivitas di belakang meja.

Gadis cantik yang pertama.. pada saat itu duduk agak dekat dengan Monna bernama Resti Pujianti.
Biasa disapa Resti.. atau Puji.. oleh orang-orang terdekatnya.

Berusia sekitar 20an awal.. berwajah ayu.. dagu bagus berbelah.. selaras dengan dawai tipis bibirnya.. nan merah membasah..
ditambah kulit kuning langsat.. cenderung putih.. menambah anggun gadis berambut hitam sebahu ini. Perpect.

Tubuhnya langsing sekira di atas 160 sentimeteran hampir 170.. namun sekal dan padat.
Payudara..? Cukupan dah. Yang pasti ga semontok punyanya Yuk Tarilah.. haha..

Sementara yang satunya.. yang paling montok di antara ketiga gadis cantik tersebut adalah teman Puji.. namanya Meyra.
Mungkin setara kecantikannya dengan Puji.. namun tubuh Meyra sedikit ‘lebih berisi’ dibanding Puji yang langsing.

Usianyanya lebih tuaan setahun dari Puji. Tampak lebih ‘dewasa’ dan berani dibandingkan Puji..
apalagi si Monna yang masih terhitung ABG.

Mulanya Meyra dan Arman kutebak memiliki hubungan khusus.. entahlah.
Sebab berkali-kali selama kami ngobrol di teras hingga makan siang bersama.. terlihat sekali jika Meyra kesengsem abis dengan Arman.. yang justru terlihat santai tapi ‘genit’ meladeninya.

Sabankali terjadi pembicaraan dua arah.. –bukan cuma aku yang mendengar..– muncullah suara Meyra yang ‘bernada mesra’ .. sepertinya pada Armanlah itu ditujukan..

Tapi.. ternyata aku keliru ‘membaca’ arah kesiur angin. Hehe..
Antara Puji dan Armanlah.. yang ternyata ‘menyimpan suatu rasa’ .. entah telah diproklamirkan atau belum.. saat itu aku belum tau.

Nanti.. pada saat yang tak kuduga dan tak tersangka sama sekali.. aku jadi tau ‘status’ antara mereka berdua. Kelak.

Dan.. terakhir gadis termuda.. paling ABG.. Diamonna.. alias Monna.. jelas jadi ‘primadona’ di mataku. Hehe..
Kan dia yang paling muda.. sebaya usianya denganku.. paling segar.. terfresh di antara 3 perempuan yang ada di sana saat itu.
Yang pasti dia memang cantik.

Ngga. Tidak seperti bidadari.. sih. Cuma.. ini ‘calon keponakan’ sahabatku, kan..!?
Makanya aku menahan diri. Ga mau macem-macem dengan ‘calon keponakan’ kecuali sekedar nyoba untuk membuat suasana yang akrab.. –kan ceritanya di Bengkulu si Naja tuan rumahnya.. hehe..– dengan membuat sambutan yang menyenangkan doang.

Maaf sebesarnya.. untuk penggemar fisikisme.. Amateramatsangat disayangkan pasti ga menyenangkan ya..
kalau aku ga mampu mendeskripsikan gimana fisik Monna sedetail-detailnya.
Lagian juga aku bukan tukang jahit yang bawa meteran ke mana-mana. Hehe. Sekali lagi Maaf.

Tapi yang pasti.. si Monna ini punya darah keturunan Ayib.. –Arab, istilah bahasa Palembang..–
Kupikir malah akan buang-buang waktu saja.. jika aku menjelaskan kecantikan khas yang dimilikinya.

Atau gini aja dah.. Coba sediakan saja syarat fisik wanita cantik idaman masing-masing. Imajinasi masing-masing.
Nah.. tampilan fisik si Monna ini.. aku yakin akan memenuhi syarat masing-masing.. di atas tiga per empatnya. Sungguh deh. Haha..
-------

Akhirnya.. sehabis makan siang yang riuh dan akrab..
terlontar juga perihal rencana yang menjadi salahsatu tujuan rombongan itu berlibur ke Bengkulu.

“Ja. Bisa ngebantuin kami, ga..?” Arman membuka pembicaraan santai siang menjelang petang itu.

“Ya, ada apa kak..?” Sahut Naja sembari mengisap dan menghembuskan rokok kretek kesukaannya.

“Ini Ja. Mereka-mereka ini bermaksud ke Pulau Tikus.. apa kamu bisa bantu mencarikan sampan yang bisa disewa kayak waktu itu..?”

Yuk Tari yang meneruskan permohonan keponakan laki-lakinya..
sembari ujung matanya melirik sekilas ke arah Arman.. lantas menatap mesra si Naja.

“Ouw. Itu. Untuk kapan kak..?” Balik Naja bertanya pada Arman.. setelah tatapnya membalas mesra binar mata Yuk Tari.

“Kalau bisa besok pagi bang.. pulang lusa paginya..” Suara merdu Monna yang menyambut pertanyaan Naja.

“Kami mau kemping di sana Ja. Bisa kan kemping di sana, Ja..? Kamu bisa ikut menyertai kami, Ja..?”
Tanya Arman pada Naja melanjutkan.. sekaligus menerangkan rencana liburan mereka.

“Ouw.. bisa. Bisa. Bawa peralatan kemping nih, kak..?”
Naja malah melirik ke aku yang masih ‘berjuang menghabisi musuh utamaku’ .. rokokku.

“Bawa..”
“Tapi cuma tenda ..”
“Dan peralatan kemping yang standar saja..”
Kali ini Meyra dan Puji yang menjawab bergantian.

“Eh.. tapi aku besoknya ya.. nyusul sama Tante Tari dan bang Naja..”
Monna menyela pembicaraan Arman dan Naja.. mengenai rencana persiapan tamasya ke Pulau Tikus.

Menjelang pukul 16-an.. akhirnya disepakatilah.. rencana tamasnya dan kemping ke pulau kecil di seberang desa si Naja itu..
Tamasnya ke Pulau Tikus.

Semangat banget si Naja.. tanpa buang-buang waktu.. sore itu juga si Naja segera menemui kakaknya, bang Udin.. berasan..
–meminta dengan cara merayu, membujuk, bahasa Palembang– meminjam sampannya plus sekalian bang Udinnya untuk mengantarkan rombongan ‘calon besan’ bertamasnya besok. Haha..
---------------

Malam harinya.. sekitar pukul 19-an kami, aku dan Naja.. menunggangi vespa si Naja.. kami kembali meluncur ke rumah-villa Yuk Tari..

Alasan si Naja sih.. mengabarkan keberhasilan usahanya berasan ‘meminjam bang Udin’ plus sampannya untuk dipakai besok.. lagian juga memang telpon pada zaman itu belum masuk di desa nelayan tersebut.

Malam masih muda.. bulan tanggal 12 kalender Komariah masih peyang.. tergantung anggun dikawal kerlip bintang-bintang.. namun cahayanya telah mampu menerangi lanskap kelam malam itu.

Yuk Tari terlihat segar dan penuh senyum.. apalagi ketika setibanya kami di rumah-villanya.
Bunyi mesin 2 tak vespa si Naja saja masih beberapapuluh meter di halaman..
Dia dengan sumringah telah berdiri di ambang pintu yang terbuka sebelah.. seolah memang tengah menantikan kedatangan kami, eh.. si Naja.. tentunya. Hehe..

Berbeda dengan suasana tadi siang yang ramai dan riuh canda tawa.. malam ini rumah-villa Yuk Tari terlihat lengang dan sepi..
Hanya deburan ombak dan binatang malam yang bercengkrama tak henti-henti.. bersama desau angin laut menelusupi gendang telinga..

Dia membuka pintu lebih lebar.. lalu menyilakan kami duduk di kursi teras yang menghadap laut di sisi kanan teras.
“Sebentar ya.. Ayuk ambilin minuman..” Yuk Tari sejenak berdiri.. lalu bergerak ke ruang dalam rumah-villanya.

“Kog sepi, Yuk..? Pada ke mana rombongan..?” Ujar Naja.. langsung membuka obrolan..
sembari meletakkan pantatnya di bangku terbuat dari bambu hitam.. yang terdapat di teras rumah-villa Yuk Tari.

Sementara itu matanya melotot.. merayapi setiap lekuk tubuh Yuk Tari.. akibat kain daster longgar yang dikenakan Yuk Tari tak mampu menyembunyikan lekuk tubuhnya yang begitu semok padat.. dan serba besar itu.. haha..

Jdall.. jdull.. Goyangan kedua puncak pantatnya yang berisi.. tampak jelas ketika Dia melangkah.
Kulirik ke sebelahku.. kulihat mata si Naja bagai ga berkedip.. melotot seperti akan keluar dari cangkangnya..

Sebab dari posisi duduknya tersebut.. Naja semakin leluasa memperhatikan bangun tubuh Yuk Tari dari belakang.. ga lepas..
terus melekat sampai Yuk Tari menghilang di ruang dalam rumah..

“Pada main ke rumah Pamannya di kota.. –Bengkulu, maksudnya– Tapi si Meyra ada kog di kamar.. istirahat. Lagi ga enak badan, katanya..”
Jelas Yuk Tari dari ruangan dalam.. untuk tak lama berselang kembali menemui kami di teras.. dengan nampan berisi cangkir dan kudapan.

Nahh.. ketika Yuk Tari membungkuk meletakkan nampan di meja.. mau ga mau belahan dada dasternya terbuka..
dan menyingkap dua bukit payudaranya yang putih besar.. dan sangat padat.

Meski dari posisi dudukku ga terlalu bisa menyaksikan ‘peristiwa 2 kelapa muda’ itu.. namun cukup mendesirkan darahku juga.. coy..
Segera saja aku membuang wajah.. menoleh ke arah laut..

Ga enak hati juga aku dengan ‘sahabatku’ si Naja.. yang ‘ditraktir’ dengan pemandangan yang menggiurkan itu.. soalnya..

Berusaha bersikap sewajar mungkin duduk di bangku bambu.. sembari mengeluarkan bungkus rokok.. mengambilnya sebatang..
lantas menyulutnya.. pura-pura saja ga tau, aku.. hehe..

Naja lantas menyampaikan hal yang berhubungan dengan rencana tamasya ke Pulau Tikus, besok.
Siapa-siapa saja yang jadi ikut.. dan sebagainya dst.

Beberapa jenak selanjutnya.. aku jadi ‘obat nyamuk bakar’ .. Si Naja sibuk dan asyik ngobrol.. cekakak-cekikik.. cubat-cubit..
sanggal-senggol dengan Yuk Tari.. meriah banget pokoknya. Sebel juga aku.

Pelan-pelan saja.. ga mau mengganggu keasyikan sejoli yang tengah terpengaruh ‘kutukan rembulan’ hampir purnama..
pada malam benderang itu.. aku melangkahkan kaki menyusuri halaman rumah-villa Yuk Tari menuju ke arah laut.. pantainya.

Sesampai bibir pantai.. aku duduk di pasir.. sekira belasan meter dari ujung lidah air laut terdekat yang menjilatnya.
Ombak tak begitu keras malam ini.. deburan bunyinya yang bergemuruh membuatku terlena dalam imajinasiku sendiri..
dibelai keindahan dan harmoni alami pasukan malam.

Kunikmati cahaya bulan terang yang melumur-mandikanku.. bersama isapan dan hembusan asap tembakau rokokku..
menyaksikan ‘sesuatu yang biasa’ namun jarang ‘terpikirkan’ atau ternikmati orang-orang awam..
--------------------------------------------
 
Bingung sy suhu....tapi makasih atas updatenya

:Peace: Hehe.. mangapkan kalo brada jadi bingung..
Kenapa 'tiba2' si Bara bisa ada di Bengkulu, ya..?

Tokoh Bara ini mengalami atau penderita Alzhemeir, brada..
Sedikit demi sedikit 'memori' di kepalanya akan 'musnah'.

Makanya dia selalu mengalami 'loncatan2' kenangan.
Cukup hanya dengan 1 hal yang memicunya.

Kalo dalam istilahnya.. penulisan cerita ini Nubi pake model 'cerita berbingkai' gitu.
Plotnya zig-zag.. hehe.. nggak hanya maju.. lalu flashback..

Contohnya: Berawal dari kondisi 'gawat' di tebing Bukit Lunjuk.. mundur/flashback ke keadaan sebelumnya di atas motor.
Lalu kembali ke kondisi di tebing.. terus begitu.

Nah.. untuk Chapter yang di atas.. yang menerangkan 'perpindahan' memori si Bara Ini scene pengantarnya:

“Ya sudah. Aku mau tidur, ya. Ngantuk banget ini..!”
Riza melanjutkan langkahnya keluar kamar. Menutup pintunya.. meninggalkanku terpaku mata pada sebuah lukisan di dinding kamar itu.
-----------------------

Malam merambat dan pasti. Aku masih belum juga mampu memejamkan mata..
Perjuangan untuk tidurku diganggu kilasan-kilasan kenangan setahun lalu..
dipicu sebuah lukisan berfigura antik sebuah pulau.. yang tergantung diam di dinding kamar itu.

Menekur langgam kenangan.. pada petang dijemput malam.. pasti berbeda.. Tak pernah sama, jelas.
Kabut asap tipis diseruput malam di helai tiap percik senja.. bergerak menuju kelam malam..
tak ada lagi teriak gempita atau hardikan penuh amarah.. cuma tenang yang damai.. sepi yang tak senyap.

Tempat yang sangat berbeda.. debur ombak menampar karang.. sunyi nan garang.. di sana.. dulu..
Hutan beton.. asap tipis buangan kendaraan.. kerlip lampu jalan.. di sini.. sekarang..
Berbanding sunyi nan ramah.. hijau gunung pasak bumi.. di situ.. nanti.. dan pernah.

Satu yang sama; Aku pernah berada di tempat-tempat itu.. beberapa waktu berselang.. Itu saja..!

Senja jatuh perlahan di lanskap Samudera Indonesia.. matahari tergradasi sinarnya..
njelma bagai borok bernanah dengan warna merah nan kental..
semerta sengak bau karbon dioksida akibat terbakarnya hutan hujan tropis Sumatera.. sebagai salahsatu kawasan vital paru-paru dunia.


Debur dan gemuruh ombak memecah pantai menemaniku.. menyaksikan mentari merebahkan dirinya di ‘kasurnya’ ..
lanskap Samudera Indonew-sia.. menuju kelam hari itu.

Menikmati Sunset dari ujung Pantai Panjang, Bengkulu.
Yups.. saat ini aku tengah berada di camping ground muara Sungai Kualo.. pada ujung Pantai Panjang..
menikmati riuh bunyi debur ombak.. dan alunan angin laut.. menyemai damainya.
-------------
 
:Peace: Hehe.. mangapkan kalo brada jadi bingung..
Kenapa 'tiba2' si Bara bisa ada di Bengkulu, ya..?

Tokoh Bara ini mengalami atau penderita Alzhemeir, brada..
Sedikit demi sedikit 'memori' di kepalanya akan 'musnah'.

Makanya dia selalu mengalami 'loncatan2' kenangan.
Cukup hanya dengan 1 hal yang memicunya.

Kalo dalam istilahnya.. penulisan cerita ini Nubi pake model 'cerita berbingkai' gitu.
Plotnya zig-zag.. hehe.. nggak hanya maju.. lalu flashback..

Contohnya: Berawal dari kondisi 'gawat' di tebing Bukit Lunjuk.. mundur/flashback ke keadaan sebelumnya di atas motor.
Lalu kembali ke kondisi di tebing.. terus begitu.

Nah.. untuk Chapter yang di atas.. yang menerangkan 'perpindahan' memori si Bara Ini scene pengantarnya:

“Ya sudah. Aku mau tidur, ya. Ngantuk banget ini..!”
Riza melanjutkan langkahnya keluar kamar. Menutup pintunya.. meninggalkanku terpaku mata pada sebuah lukisan di dinding kamar itu.
-----------------------

Malam merambat dan pasti. Aku masih belum juga mampu memejamkan mata..
Perjuangan untuk tidurku diganggu kilasan-kilasan kenangan setahun lalu..
dipicu sebuah lukisan berfigura antik sebuah pulau.. yang tergantung diam di dinding kamar itu.

Menekur langgam kenangan.. pada petang dijemput malam.. pasti berbeda.. Tak pernah sama, jelas.
Kabut asap tipis diseruput malam di helai tiap percik senja.. bergerak menuju kelam malam..
tak ada lagi teriak gempita atau hardikan penuh amarah.. cuma tenang yang damai.. sepi yang tak senyap.

Tempat yang sangat berbeda.. debur ombak menampar karang.. sunyi nan garang.. di sana.. dulu..
Hutan beton.. asap tipis buangan kendaraan.. kerlip lampu jalan.. di sini.. sekarang..
Berbanding sunyi nan ramah.. hijau gunung pasak bumi.. di situ.. nanti.. dan pernah.

Satu yang sama; Aku pernah berada di tempat-tempat itu.. beberapa waktu berselang.. Itu saja..!

Senja jatuh perlahan di lanskap Samudera Indonesia.. matahari tergradasi sinarnya..
njelma bagai borok bernanah dengan warna merah nan kental..
semerta sengak bau karbon dioksida akibat terbakarnya hutan hujan tropis Sumatera.. sebagai salahsatu kawasan vital paru-paru dunia.


Debur dan gemuruh ombak memecah pantai menemaniku.. menyaksikan mentari merebahkan dirinya di ‘kasurnya’ ..
lanskap Samudera Indonew-sia.. menuju kelam hari itu.

Menikmati Sunset dari ujung Pantai Panjang, Bengkulu.
Yups.. saat ini aku tengah berada di camping ground muara Sungai Kualo.. pada ujung Pantai Panjang..
menikmati riuh bunyi debur ombak.. dan alunan angin laut.. menyemai damainya.
-------------

oalah....jd gara2 lukisan trus ingat masa lalunya? Siplah suhu, dah paham sekarang.
Maklum saya cuma tukang baca aja, jd gak tau soal cara2 penulisan. Semangat hu, ditunggu update selanjutnya ya.
 
--------------------------------------------------

// Previks Minor //

"O, teach me how I should forget to think."
(William Shakespeare - Romeo & Juliet)

"Oh, tunjukkan bagaimana melupakan pikiran."

: pada angin dia datang
ketika ombak pecah buih
saat daunan jatuh
satu
satu
pantai sunyi..
gemericik air
pada bongkah karang
bangunkan lamun tentangmu

subuh datang dari hulu
pecah lagi malam
tinggalkan bekas ..
– tapak-tapak kaki
puntung korek
rokok
dan kayu bakar.. –

serta.. ketidakmengertianku
tentang-mu..

--------------------------------


Teringat ada kesadaran kuno berkenaan dengan pengaruh bulan purnama terhadap keseimbangan mental dan emosional.
Misalnya ketika ada seseorang yang melakukan hal-hal di luar kewajaran.. komentar yang muncul biasanya adalah:
‘Apakah sekarang sedang purnama..?’

Nahh.. 'kesadaran' itu memberi kata lunatic –orang gila– .. lunacy –kegilaan– .. dan loony –gila–.
Semuanya berasal dari kata latin, Luna.. –Nama Dewi Bulan dalam mitologi Romawi – yang menjadi lambang kecantikan..
kelembutan.. dan kegairahan..

Bumi dikelilingi oleh Bulan dengan orbit yang ellips. Pada titik terdekat, yang disebut perigee, jarak Bulan adalah 384.000 km..
sedang pada jarak terjauh, yang disebut apogee, adalah 406.700 km.

Efek utama dari adanya Bulan yang mengelilingi Bumi adalah terjadinya pasang surut muka laut.
Pasang surut terjadi sebagai efek dari gaya gravitasi dan sentrifugal dari Bulan yang mengelilingi Bumi.

Efek dari kedua gaya tersebut..
adalah terjadinya pasang pada bagian Bumi yang menghadap ke Bulan dan pada bagian Bumi yang membelakangi Bulan.
Gerak revolusi Bulan mengelilingi Bumi menyebabkan posisi pasang surut berubah setiap waktu.
Terdapat perbedaan waktu antara hari matahari –solar day– dan hari bulan –lunar day–.

Setiap tahun, pasang surut tertinggi terjadi bila Bumi.. Bulan.. dan Matahari berada pada posisi yang membentuk garis lurus.
Ketika posisi sejajar.. atau garis lurus tersebut terjadi.. maka banyaklah pasangan mesum bermunculan..
ikan-ikan pun berenang-renang dengan senang.. nelayan pun memancing dengan riang..
semuanya menikmati malam dengan cara yang beragam..

Ovulasi –dan hasrat seksual– tak pelak akan ikut memuncak pada saat purnama.. Fullmoon.
Pun siklus bio-ritmik emosional.. berjalan seiring dengan siklus bulan yang 28 hari itu.

Pengaruh bulan purnama lainnya pada bumi.. adalah berlakunya pasang surut air laut di pinggir pantai.
Ini terjadi karena pengaruh gravitasi bulan terhadap bumi.. menyebabkan air laut ditarik ke arah bulan.

Sebagai gambaran.. kita dapat membayangkan bentuk air laut yang lonjong ke arah khatulistiwa.
Inilah yang mengakibatkan air pasang terjadi.

Entah berapa lama prosesiku menikmati.. menekur irama deburan ombak dan desau angin laut..
ketika tersadar begitu saja kalo rokokku telah ‘tumpas’ tanpa sisa.. hanya menyisakan sekotak kosong.. langsung kuremas-buang.

Dengan malas mau ga mau kulangkahkan kaki kembali menuju rumah-villa Yuk Tari..
Setidaknya masih bisa ‘ngecengin’ kreteknya si Naja.. pikirku.

Dari jarak beberapa meter di halaman berkerikil putih rumah-villa itu..
mesti timbul tenggelam diseret desau angin laut.. mulai terdengar celotehan suara sejoli yang bercanda-ria.

Suara cempreng si Naja masih agak samar kudengar.. justru suara ‘bertone tinggi’ Yuk Tari yang sesekali menembusi desau angin..
"Emang gede banget .. Eh nggak .. Bisa aja sih begitu. Ahh.. kamu ada-ada aja nih..?”

Tuink..! Tuink.. !
Hehe.. otakku agak berkeredut juga mendengar kilas celotehan Yuk Tari barusan.

Kog Yuk Tari bisa bilang ‘memang gede banget..!?’
Apa yang memang gede banget, coba..?

Analisisku.. mungkin emang bener yang dibilang si Naja.. dia udah sering kancitan dengan Yuk Tari.

Cekakak-cekikik sejoli beda usia itu sontak terhenti.. menyisakan lengkungan garis bibir berupa senyum terkulum..

Cepat kuanalisis lagi situasi dan kondisi.. kulihat sekilas bungkus kretek si Naja terkapar..
menggumpal membentuk bola di dalam asbak besar berupa kulit kerang laut. Huh. Sama saja rupanya.

“Eh Ja.. aku pinjem motormu.. mau beli rokok..!”
Seruku di dekat vespa modif si Naja yang terparkir.. ga jadi masuk ke teras di mana kedua sejoli tengah berada.

“Iya..!” Teriaknya balik.

Anjirr..! Cuek banget. Awas kamu ya..!
Dendamku dalam hati.. merencanakan pembalasan untuk si Naja atas perlakuannya yang mentang-mentang itu. Hehe..

“Eh.. tunggu Bar..!” Panggil si Naja.. lantas bangkit berdiri dan melangkah cepat setengah berlari ke arahku.
Damn..! Apa lagi ini..? Geramku dongkol.

“Eh.. aku nitip kretek sebungkus, ya. Nih duitnya.. Buat rokok kamu sekalian..” ujarnya dengan wajah sumringah plus cengegesan..
bikin aku makin sebel.

“Hmm.. ga ada titipan lagi..!?”
Ketusku dengan nada menyindir.. sambil menyambar uang dari tangan Naja dari sadel vespa.. memasukkannya ke saku celana.

“Hehe.. support dong, Bar.. Temanmu sedang bahagia ini..” balasnya sembari tersenyum jelek.. mengajakku bercanda.
Brengg.. brengg... breng..! Glutakk..! Menstabilkan gas.. kutarik kopling.. lantas memasukkan persneling.. bersiap meluncur..

“Heh.. tunggu bentar, Bar..” tiba-tiba si Naja mendekat ke arahku.
“Apa lagi..!?” Mulai sewot aku.

Naja lalu mendekatkan mulutnya ke telinga kananku.. lantas berbisik..
“Hehe.. agak lama-lama ya beli rokoknya. Ke kota aja sekalian.. kalo perlu..” Bunyi kalimat bisikan si Naja di telingaku.

“Anjriittt..!!” Teriakku meluapkan kedongkolan sambil meluncurkan vespa modifan si Naja..
menjauhi rumah pantai yang mulai menyebarkan aroma mesum itu..

Meski hati dongkol.. namun bibirku menyunggingkan senyum. Aku tau apa yang beberapa saat lagi akan terjadi di rumah pantai tersebut..
Bakal ada peristiwa timpuk-timpukan buah kelapa.. dan gebug-gebugan pentungan kenyal.. antara si Naja dan Yuk Tari.. tentu saja.

Selamat bermesum-ria.. teman..! Haa..suuu..dah..lah.
---------------------

Angin laut segera terasa.. menerpa wajahku dari arah depan selaras laju kendaraan yang kukendarai..
Cahaya bulan peyang masih setia menyiram lanskap kelam malam itu.. aroma asinnya seketika menyerbu indra pencercap..
bibir dan lidahku.

Hadeww.. bangsat juga si Naja. Mau ke mana aku mencari masing-masing sebungkus rokok..?
Ke kota katanya.. !? Busett. 24 kilometer pulang-pergi.. !? Gila, apa..!? Sori aja, yaa..! Gerutuku dalam hati. Ya jelaslah aku ogah.

So.. super nyantai kulajukan saja vespa modif si Naja.. sedikit mengulur waktu.. melepas gondokku.
Aku yang ‘dipaksa’ pamitan.. meski cuma sebentaran.. jadi berpikir-pikir dan menganalisis.. teringat senyum yang lebar di bibir si Naja..
lalu Yuk Tari yang menyertainya mengantar ke teras rumah-villanya ketika aku pamitan akan beli rokok tadi..
atau si Naja yang ga lepas memperhatikan gundukan jumbo di dada Yuk Tari.

Keluar melintasi jalan di tepian pantai.. masih menyisakan beberapa pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih..
entah di atas motor atau mobil.. yang ‘sesekali bergoyang’ di sudut jalan yang sepi dan gelap..

Aha..! Ga perlu jadi jenius untuk sekedar menerka apa yang terjadi di dalam ‘mobil goyang’ tersebut, kan..? Hehe..

Ga terlalu jauh aku meluncur di sepanjang jalan beraspal di tepian pantai..
menikmati desau angin menampari pucuk-pucuk cemara.. yang berjajar rapi di kiri-kanan jalan.. romantis, sih.
Tapi.. jika bersama seseorang spesial.. beugh.

Setelah mendapatkan masing-masing sebungkus rokokku dan kretek si Naja yang kubeli di gerobak pedagang kakilima..
yang masih buka dekat simpang tiga gerbang masuk pantai.. aku kembali ke pantai searah rumah Yuk Tari..
ga perlu keliling-keliling lebih jauh.. atau ke kota seperti usulan konyol si Naja..

Selintas pikir.. apa aku kembali ‘nongkrong’ di tepi pantai.. menikmati malam terang dan desau angin laut lagi sembari ngudut, ya..?
Tapi.. apa enaknya sendirian gitu..?
pikirku senewen sendiri.

Hehe.. rupanya otak mesumku lebih menyarankan agar aku ‘mengintip’ aktivitas pasangan unik yang sedang dilanda asmara..
melihat dan menyaksikan dengan mata dan kepalaku.. apa yang terjadi selanjutnya antara pasangan unik itu.

So.. ga pikir panjang-panjang lagi.. kuputuskan untuk segera kembali ke rumah-villa Yuk Tari.
Menebak-tebak.. menduga-duga.. lantas merancang-rancang angan dalam imajinasi mesumku sendiri..
mengenai apa yang sedang dilakukan sejoli unik tersebut. Hehe..

Perlahan kudorong vespa modifan si Naja memasuki halaman rumah-villa Yuk Tari.
Dari luar gerbang villa mesin vespa modif si Naja kumatikan.. kulihat teras villa itu telah kosong..
menandakan bahwa sepasang sejoli itu telah memasuki ruang dalam rumah.

Busett.. pintunya ga dikunci..!? Dasar .. dumelku dalam hati menyumpahi sepasang mahluk yang tengah didera asmara..
kog malah jadinya ga konsen dan berhati-hati pada lingkungan, sih.

Perlahan kututup rapat daun pintu yang tadinya menyisakan lebar beberapa inchi itu.. aku pun masuk ke dalam rumah villa.
Ga kayak maling loh.. aku ga pake mengendap-endap masuk ke rumah-villa besar itu.

Baru kusadari.. bahwa rumah-villa Yuk Tari ini bentuknya seperti ‘huruf L terbalik’.
Jika dilihat dari depan atau masuk dari pintu depan.. kita ga akan dapat melihat tikungan serta koridor..
dan sebuah tangga kecil menuju ke lantai atas.. yang terdapat 2 kamar lagi..
dengan satu kamar yang terletak di ujung kaki.. tepat menghadap ke arah pantai.. dan samudera.

Nah.. antara kamar-kamar di lantai bawah dengan kamar di lantai atas..
terpisahkan oleh taman kecil dan kolam ikan yang cukup lebar.. sekitar 2 x 4 meter-anlah.
Sedangkan di lantai bawah sana terdapat 5 buah kamar. 3 kamar terletak berderet di ‘tubuh huruf L’.
Sedangkan 2 kamar lagi terletak di kaki huruf L terbalik. Salahsatunya menghadap ke arah samudera.

Tampak 2 kamar di lantar atas dari seberang taman kecil kelihatan gelap.. karena lampunya dimatikan.
Oh iya.. mereka kan sedang pergi ke kota.. –Bengkulu– Pikirku saat itu.. teringat apa yang tadi Yuk Tari sampaikan.

Aku lalu mulai ‘memeriksai’ kamar-kamar yang ada di lantai bawah rumah-villa Yuk Tari.. Kamar tamu di depan jelas kosong.. lengang.
Lantas beralih ke 2 kamar di sebelah-sebelahnya.. juga kosong. Tidak kutemukan keberadaan kedua sejoli unik itu. Mereka ga ada di sana.

Eh.. kan masih ada satu bagian lagi yang belum kulihat..
dua kamar di ujung rumah villa yang menyerupai huruf L terbalik dengan jendelanya menghadap ke arah pantai dan samudera.

Apa mungkin itu kamarnya Yuk Tari..? .. Atau ntar malah kamar pembantu, ya..? Analisisku berlanjut.

Ga mau buru-buru namun sedikit bernafsu..
aku lantas melangkah menuju ke arah 2 kamar yang berada di ujung dalam lekukan huruf L tersebut..
Di mana kulihat salahsatu pintu kamar paling ujung itu sedikit terbuka..
Dan meskipun agak remang terlihat dari posisiku saat itu.. ada cahaya lampu yang menyala.

Aku bergerak perlahan-lahan..
menaiki tangga kecil di belakang ruang serupa gudang kecil yang menuju kamar di lantai atas sudut rumah villa itu.

Perlahan aku menaiki tangga itu. Pada undakan anak tangga keenam.. di mana aku sedikit bisa mengintip dari kisi-kisi ventilasi udara..
aku mulai menangkap ada bunyi musik dan suara-suara.. Yah.. itu suara tawa kegelian Yuk Tari.

Menghentikan di anak tangga.. dengan seksama kudengarkan sumber bunyi musik yang lembut dan suara cekikik itu..
pintu tertutup.. sehingga musik itu hanya lamat kudengar dari posisiku ketika itu.

Hehe.. kira-kira taulah apa yang menyebabkan Yuk Tari cekikikan..?
Dan di sela timpaan bunyi alunan musik lembut.. kudengar lagi suara lelaki mendengus berat..
Iya.. ga salah lagi.. itu pasti suara cempreng si Naja yang sudah berubah kayak ‘mobil pecah mesin’.

Waah.. ketinggalan ronde.. nih.. batinku heboh dan mulai horni sendiri..
membayangkan si Naja sedang menggumuli dan ngancitin Yuk Tari. Hehe..

Dan kali ini senyumku kembali tersungging.. sebab baru beberapa langkah menuju kamar itu..
aku melihat sesuatu yang tadi dikenakan si Naja dan Yuk Tari.. tergeletak begitu saja di depan pintu..
yang ternyata juga ga benar-benar bisa terkatup rapat..

Dua pasang sandal.. pria dan wanita. Haha..

Beberapa langkah setelah itu aku pun melihat celana dalam berwarna krem.. yang tadinya mungkin juga dipakai Yuk Tari.. hihi..
Soalnya.. ukuran pinggang celana dalam tersebut ‘lumayan gede’ untuk ukuran 3 gadis yang bertamu dan menginap di rumah villa itu.

Celana dalam itu dalam posisi terselip di lantai.. jadi seperti pengganjal antara daun pintu dengan kosennya.

Wahh.. Jangan-jangan si Naja sudah mulai ‘melantak’ Yuk Tari nih..!? Gumamku lagi dalam hati.. kian tak sabar.

Hati-hati.. agar tak menimbulkan bunyi mencurigakan hingga akan menghentikan aktivitas di dalam kamar itu..
aku menuruni anak tangga.. bergerak ke halaman samping yang menghadap pantai.. di mana terletak jendela kaca cukup besar..

Berbekal cahaya benderang bulan peyang hampir purnama.. yang kini tegak lurus di atas ubun-ubun..
aku berusaha mencari celah yang mengeluarkan bias cahaya lampu dari dalam kamar tersebut..
sebab untuk mengintip dari kisi-kisi ventilasi udara terlalu tinggi letaknya.. tentu saja repot dan menyulitkan.

So.. akhirnya berhasil juga aku menemukan sebuah celah yang membias cahaya lampu dari dalam kamar..
Ketika kuintip dari celah gorden yang sedikit terbuka di ujungnya itu.. aku masih tak dapat melihat apa-apa..

Damn.. mana bisa aku membuat atau mendorong gorden itu lebih lebar lagi.. agar aku dapat melihat apa yang ada dalam kamar itu..!
Mengintip apa yang mereka lakukan di dalam sana.

Namun.. iblis mesum ternyata memang sedang berbaik hati.. dengan sukacitanya ia membantu niat mesumku..
caranya.. mengirimkan bala bantuannya berupa hembusan angin laut nan kencang melalui kisi-kisi ventilasi..
dus.. mengakibatkan gorden di dalam kamar tersebut berkibaran beberapakali tertembung hempasannya..

Dan.. dari beberapakali embusan..
menciptakan dan membukakan celah pada kain gorden yang tak tertutup rapat di sisi-sisi jendela bagian dalam kamar itu.
Yess..! teriakku senang.. dalam hati.. akhirnya.. hehe.

Hati-hati.. dengan perlahan aku mulai mengintip aksi kedua sejoli dari sisi kaca jendela.. di ujung sisi dinding jendela sebelah kanan..

Apa yang kulihat di dalam kamar sana.. Jiahaha..!
Beneran deh.. pemandangan yang kusaksikan memang bisa bikin heboh kalo ketahuan warga.. alias orang-orang kampung sana.

Aku benar-benar langsung ’terkonak-konak’ ketika aku berhasil melihat ke dalam kamar itu..!?

Ketika itu Yuk Tari memang belum bertelanjang bulat..
Ia saat itu sedang berdiri di sisi Naja.. perlahan Yuk Tari menanggalkan dasternya.. setelah itu..
dengan sama perlahannya ia menanggalkan beha.. menampakkan seluruh ketelanjangan tubuhnya yang sudah non celana dalam. Hihi..

Hehe.. berarti benar deh.. celana dalam yang mengganjal di pintu kamar itu memang milik Yuk Tari..

Agak tertutup cahaya lampu.. kulihat Yuk Tari mendekap tubuh si Naja yang masih bersimpuh..
menatap setiap gerakan dirinya.. dibenamkannya wajah Naja ke perutnya.

Si Naja membalas dekapan si janda bahenol kekasihnya dengan sama hangatnya..
bahkan tangannya ’seolah ga sengaja’ mencengkeram bokong.. belahan pantat si janda super montok.

Dikecupnya perut telanjang sang janda super montok kekasihnya itu..
dibelainya pangkal paha bagian belakang dan menyentuh menikmati hangatnya daging montok di sana.

Dengan sabar kedua tangannya membelai sekujur paha telanjang sang pacar.. memaksanya mendesah dan mendekap semakin erat.

Nahh.. karena SiKonTol PanJang.. alias Sitiasu Kondisi Toleransi Pantauan dan Jangkauan pendengaranku..
ga mampu terlalu clear memonitor suara-suara erotis yang mereka ciptakan..

Maka.. dialog-dialog di bawah ini dan seterusnya.. adalah murni interpretasi seadanya.. sekedarnya..
dari jangkauan visualku membaca gerak bibir dan bahasa tubuh kedua insan yang sedang diamuk birahi di ruang kamar itu..!

Yuk Tari yang bugil.. alias telanjang bulat.. telah bergerak untuk terlentang di atas kasur. Sedangkan Si Naja masih mengenakan kolornya..
namun nampaknya kolor bermerek buaya yang dikenakannya itu seolah ga mampu lagi menampung isinya yang telah melar..
bahkan bonggolan helmnya telah melewati karet kolor.. mengintip.. tegang.

Sementara itu Yuk Tari mulai berposisi sedikit mengangkang..
pahanya yang besar gempal memperlihatkan belahan cipetnya yang merah kecoklatan.

Yuk Tari tidak berusaha menutupi tubuhnya.. malah dengan lagak kuda –Nil..– betina.. membiarkan mata si Naja itu melotot..
melahap tubuh bugilnya yang kuning mengkilap bak pualam.. masih mulus dan terawat rupanya. Asyemm..

Ia pun sepertinya dengan sengaja.. pelan-pelan merentangkan kedua tungkai gempal pahanya di hadapan kambing mudanya.. si Naja.

Dengan lagak segenitnya Ia membuka-menutup kedua batang pahanya..
seperti mengipasi hasrat sang kambing jantan untuk segera menandaknya..

Waduhh.. Sialan..! Dengan posisi seperti begitu aku jadi ga dapat melihat wajah si Naja..
karena posisi badannya yang berperawakan tinggi kekar hitam itu membelakangi posisi intaiku.

Si Naja tengah asyik menciumi buah dada Yuk Tari yang putih dan super montok itu..
Well.. jelas saja aku berdebar-debar menyaksikan semua pemandangan sedemikian erotisnya..

Ga bisa kupungkiri.. bagaimanapun juga si prajurit segera merespon reaktif..
akibat mendapat Surat Perintah Mbalelo dari mata yang mengirim sinyal mesum ke otakku ..
meskipun sebenarnya Yuk Tari bertubuh super montok dan tinggi besar.. profil seperti perempuan India..
namun berkulit putih bersih.. tetapi wajah bertampang oriental itu bukanlah seleraku.

Apa yang kulihat saat ini membuktikan.. kalau ’tebakanku’ atas selera si Naja pada Yuk Tari, tidak keliru..
Yuk Tari benar-benar mulus.. meskipun perutnya agak gendutan –maklum sih, udah punya 2 putri..–
dan pinggangnya lebar.. tetapi bulu kemaluan, alias jembutnya.. amit-amit.. lebat banget..

Beugh. Sebaran bulu-bulu kemaluan di selangkangannya itu bahkan sampai menutupi cipetnya..
hingga mencapai pusarnya.. belum lagi yang di ketiaknya.. wuahh.. rimbun juga ternyata.

Ayayay.. betul-betul selera si Naja..!? Dan bener-bener bukan seleraku. Haha..

Si Naja itu dengan telaten menciumi buah dada Yuk Tari serta meremas-remasnya dengan kalem sekali..

Dari posisiku.. kulihat lidahnya menjulur-julur menjilati puting susu Yuk Tari dan terus bergerak ke bawah sampai ke pusar Yuk Tari..

Di antara bunyi deburan ombak yang menembusi telingaku.. samar kudengar erangan Yuk Tari..
Ya.. pastinya.. Ia merasa keenakan dengan rangsangan yang diberikan oleh si Naja.. ’kambing muda’ temanku itu.

Sepertinya Yuk Tari sudah ga mampu menahan dirinya lagi..
“Jaa.. enak.. Jaa..hhh.. mmm..” hingga Ia mendesiskan erangan nikmatnya.. lepas.

Agak lega mungkin.. dirinya.. mengakui rasa nikmat. Terlihat Yuk Tari semakin rileks.
Dijatuhkannya dirinya ke tempat tidur.. dengan kedua tungkai kaki menjuntai di tepian tempat tidur besarnya
Ia ’terpaksa’ bergerak beringsut.. mundur-mundur hingga ke tengah ranjang..
respons akibat deraan nikmat yang diberikan si Naja pada salahsatu pusat kenikmatan di tubuh perempuannya.

Hehe.. dalam hati harus kuakui dan kukagumi ketelatenan si Naja itu..
Ia benar-benar ’kalem’ .. karenanya.. semua gerakan yang dia lakukan serba tenang itu..
pastilah dengan intens memancing.. dan membuat Yuk Tari jadi makin bernafsu.

Ketika ciuman si Naja mencapai bagian selangkangan Yuk Tari.. kudengar Yuk Tari merintih agak keras..
rupanya si Naja mulai menjilati cipet Yuk Tari yang sudah merekah penuh dengan cairan.
Jilatannya itu.. sungguh membuat aku terkagum-kagum.. sumpah deh.

Jiahaha.. boleh juga kambing muda satu ini.. tenang dan santai banget dia.. ga sedikitpun terlihat buru-buru..

Setelah itu Naja mengangkat kedua kaki Yuk Tari tinggi-tinggi.. sehingga kemaluan Yuk Tari –meski ga lama terlihat olehku–
yang rada tembem.. jadi terangkat ke atas.. kemudian si Naja mengambil bantal.. lalu mengganjalnya di bawah pantat Yuk Tari.

Dengan posisi seperti itu kembali ia menjilati belahan cipet Yuk Tari.. sampai ke lubang dubur Yuk Tari..!
Yuk Tari kulihat hanya bisa menggerak-gerakkan pantatnya saja.. rupanya ia benar-benar kegelian oleh service yang diberikan oleh si Naja itu.

Mendadak.. terlihat Yuk Tari berusaha untuk bangkit.. Si Naja pun lantas mencondongkan tubuh bagian atasnya.. mendekati Yuk Tari..
yang kemudian seperti membisikkan sesuatu ke telinga si kambing muda.

Beberapa jenak si Naja mendengar.. memperhatikan apa yang dibisikkan Yuk Tari.. kali ini posisi wajahnya jadi agak menyamping..
dapat kulihat Ia lantas tersenyum.. setelah itu Ia mulai memelorotkan pakaian terakhirnya.. kolor bermerek buaya..! Haha..

Posisi Yuk Tari kini setengah bersandar.. Ia lantas menyeret wajah Naja terbenam di gundukan bukit yang dihiasi lebatnya bulu pepohonan.. seolah mengharapkan daerah pangkal pahanya untuk kembali dikecup.. dirambah rimbanya.

Naja tidak menyia-nyiakan undangan ini. Dia mulai melanjutkan aksinya..
Sambil tetap bersimpuh.. direnggangkannya kedua paha, mengangkang.

Tubuhnya bergerak.. masuk ke dalam kangkangan paha sang pacar.. si janda super montok..
memudahkan dirinya untuk mulai melakukan 'pembantaian'.

Lidahnya mulai menjelajahi sekujur paha kiri bagian dalam..
mulai dari lutut naik ke atas.. menyentuh pangkal paha.. berbalik turun.. berulang-ulang.

Tangan kanannya memegang lutut agar tetap mengangkang lebar.
Tangan kirinya mulai buas, meremas paha kanan.. sesekali menggaruknya.

“Oughhh..” Yuk Tari tersentak.. setiapkali lidah itu menghampiri pangkal pahanya.

Berkali-kali Ia tersentak dan melenguh.. didera nikmat.
Sedangkan si Naja kulihat berdisiplin.. Ia hanya menjarah area di luar liang kewanitaan Yuk Tari.

Aku yakin.. kian lama deraan nikmat semakin pasti akan membakar diri Yuk Tari..
Benar saja.. aku lantas melihat Yuk Tari seperti menguatkan diri.. mencengkeram rambut si Naja dengan kedua tangannya..
lalu dengan gemas Ia membenamkan wajah si kambing muda itu agar menyentuh daerah kewanitaannya lebih dalam.. lebih intens.

Kepala si kambing muda temanku itu ditahannya.. untuk tidak lagi pergi ke mana-mana..
seolah berkata.. ’cukup sudah kau merantau..’ hehe..

Hehe.. jelas saja si Naja menyambutnya dengan serangan berat..
lidahnya mulai membajak bibir kemaluan sang kekasih.. menjilat dan menghisapinya dengan rakus.

“Arghh.. Naja..” Pekik nikmat nan gemas terlontar dari mulutnya.

“Enak..? Apa sakit Yukk..?” Naja mendadak menghentikan serangannya dengan wajah khawatir dan bibir berlepotan.

“Ohhh.. ngga.. ngga sakit. Enak kog.. terusin Jaa..hhh..” Imbau Yuk Tari cepat.. tak ingin nikmat itu terputus tiba-tiba.

Naja kembali menyerang dengan lidah kasarnya.. membajak sisi dalam bibir kewanitaan Yuk Tari..
membuat pinggul janda montok itu meronta menerima deraan nikmat.

Beberapa menit berselang.. akhirnya Yuk Tari ‘terpaksa’ mulai membiarkan..
tubuhnya menggelinjang setiap didera kenikmatan ragawi pada tubuhnya.. yang lama merindukan belaian lelaki.

”Ohhh.. sayang.. oughhh..” Rintih dan erangnya kian ramai.. berceloteh.. meluapkan segala rasa nikmat.

Sedikit-demi sedikit Yuk Tari menyadari.. semakin ia merespon, reaksi deraan nikmatnya semakin berlipat.

Nafas Yuk Tari sudah terengah-engah ga karuan.. pinggulnya sudah bergejolak tak terkendali..
dan dengan cepat birahinya menjelang puncak pendakian.

Naja dengan sigap mengimbanginya dengan mulai menjulurkan lidahnya dalam-dalam ke liang kewanitaan si janda bahenol kekasihnya.. menitinya menuju sebuah titik yang diharapkan sang kekasih.

“Shhh.. shhh.. shhh..” Yuk Tari mengeluh tak kuat menahan siksa birahi..
Setiap lidah kasar itu menyeruak rongga kewanitaannya.. kekasaran lidah itu menimbulkan efek ganda yang tak terhanankan.

Naja terpaksa mulai menahan kelojotan pinggul Yuk Tari yang semakin kuat tak terkendali.
Sepertinya si Naja telah hapal tanda itu.. sang pacar jandanya mulai menjelang tiba di puncak ekstase.

Segera diangkatnya kedua paha sang pacar.. ke atas bahunya..
membuat pinggul itu terangkat ke atas dengan tubuh Yuk Tari selonjor di pembaringan.

Punggungnya tertekuk.. bertumpu dengan sikunya yang beberapakali harus terjajar rubuh ke keempukan kasur..
kini hanya atas pinggulnya yang masih menumpu di kasur.
Berat badannya menumpang di bahu si Naja. Yuk Tari mencari-cari pegangan di atas.. di kiri.. di kanan kepalanya.. tubuhnya. Tak tertemu.

Naja menarik nafas dalam-dalam.. sepertinya Ia mulai menyiapkan diri.. untuk melakukan pembantaian..!
Lidahnya mencari klit.. dihajarnya seperti orang menjilat es krim.. dengan jilatan panjang dan bertenaga, berulang-ulang

“Aghhh..!” Tubuh Yuk Tari menggelepar-gelepar dihajar nikmat yang menderanya.
Namun pinggulnya sulit menggelepar.. Ia hanya mampu mengejang kuat.. pahanya hanya mampu dijepitkan kuat-kuat pada leher si Naja.

“Nggggggg.. hhhhh..!” Yuk Tari meledak.. saat Naja semakin cepat menjilati klitnya.
Seluruh tubuhnya mengejang keras.. dihajar puncak kenikmatan.. ekstasenya.

Tangan Yuk Tari mencengkeram keras sprai yang mampu ia cengkram..
menahan ledakan yang merasuki seluruh tubuhnya.. pahanya menjepit dahsyat leher si Naja.

Dengan lihai, Naja semakin buas melakukan ‘pembantaian’ ..
lidahnya dicucukkan sedalam-dalamnya ke liang kewanitaan sang janda montok..
perlahan tetapi kuat menekan dinding-dinding kewanitaan sang kekasih.

Lidahnya merasakan betapa panasnya liang itu.. walaupun dibanjiri cairan kewanitaan yang sedari tadi sudah luber ke mana-mana.

Yuk Tari sepertinya sudah di awang-awang.. sebab Ia sudah ga menyadari..
tubuhnya kelojotan ke sisi kiri.. bak pegulat yang hendak membanting musuhnya dengan jepitan di leher.. mengejang kuat.

Dapat kulihat.. meski dari samping saja.. Si Naja laksana seorang gladiator menyaksikan tewasnya sang lawan..
Tetapi sekarang ini adalah kepuasan seorang laki-laki yang telah menuntun dan memberikan puncak nikmat pada wanita yang ia kasihi..
yang ia cintai.. yang tertakluk di ujung lidahnya. Hehe..

Dengan perlahan namun penuh tenaga lidah itu terus mengayuhkan birahi si wanita agar tetap di puncak nikmatnya.

Entah berapa lama berselang.. tubuh Yuk Tari melemas dan lunglai tak berdaya, tersengal-sengal.
“Ohhh Naja, enak sekali sayang.. hhh sudah.. sudah.. Makasih sayang..” Yuk Tari ga menahan luapan kebahagiaannya ..
dinyatakannya kepuasannya secara terbuka dan mesra pada si kambing muda kekasihnya itu.

“Iya Yuk..” balas Naja sembari beringsut.. menurunkan kedua paha gempal telanjang itu dari bahunya..
membuat si janda montok kekasihnya itu terlonjor lemas di atas pembaringan.. terlentang lemas di tepi tempat tidur.

Pelan si Naja bergerak.. naik ke atas tempat tidur.. duduk bersimpuh di sisi Yuk Tari.

“Naja.. mmphhh..” Yuk Tari mengecup bibirnya dengan penuh kasih-sayang..
seolah Ia berterimakasih karena telah dituntun sekian lama merasakan deraan nikmat.. yang mungkin saja udah lama pula ga Ia dapatkan.

Setelah sekian lama dalam keheningan.. Yuk Tari berhasil meredakan nafasnya..
“Jaa.. tadi Ayuk sudah puas sekali.. enak.. banget. Ayuk ga nyangka deh.. Kog kamu makin pintar, ya..?”

Itulah salahsatu trik ‘memuaskan’ cunning.. atawa nyiumin cipet perempuan..
Emang sih.. kalo dengerin cerita doang paling gampang.. cuma cium dan jilat.. katanya.. sih..
Nahh.. pas ketiban praktiknya yang rada berat.. ya ga..? Haha..
----------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
------------------------------------------------

Kontraharmoni

bincang tepian malam di ruang imaji
seorang perempuan berharap
sang lelaki mengimpi:

"Lelaki tergagah di hati wanita
bukanlah yang paling kekar
melainkan
yang mampu mendengarkan
dan
mengerti curahan hatinya.."

lantang
sang perempuan menegur lelaki pengimpi

"... sedangkan
Perempuan 'ter'indah di hati lelaki
bukanlah yang paling cantik wujudnya
melainkan
yang mampu menghargai
serta
memberinya semangat hidup..!"

bisik lirih lelaki pengimpi
meneruskan tidurnya yang terpotong..

-----------------------------------------------

Malam
terang beringsut menua.. renta dikejari waktu yang kejam memalu bertubi..
sementara cahaya benderang bulan peyang hampir purnama.. kini tegak lurus di atas ubun-ubun..
dengan pongah bersitahta.. bercumbuan riuh dengan debur ombak samudera di sebelah sana..

Di dalam kamar yang panas sana.. kini terlihat Si Naja tengah bergerak mengangkat tubuh si kekasih super montoknya..
lalu membaringkan Yuk Tari di tengah pembaringan.. dengan perlahan dan penuh sayang..

Jelas saja.. bersamaan gerakan tubuh Yuk Tari.. sepasang buah sebesar kelapa muda nan bulat di dadanya membal..
memantul-mantul indah.. membuat mata Naja makin melotot melihat buah dada Yuk Tari yang supersize.. Hehe..

Mungkin lantaran cuma diliatin saja.. Yuk Tari sepertinya menjadi jengah tapi excited gitu deh.
“Cuma mau diliatin Ja..? Kenapa say..? Kamu selalu nafsu kalau lihat Ayuk bugil, ya..?” katanya seraya menggoda Naja.
"I.. iyalah Yuk.. putih sekali.. montok.. cantik dan mulus..!”

"Yang bener.. Ja. Toket Ayuk gimana menurutmu..?”
Tanya Yuk Tari sambil membelai lalu meremas bungkalan daging sebesar kelapa muda di dadanya..

"Aduhh Yukk.. Luar biasa. Besar dan montok. Pentilnya ini lho.. panjang.. aku suka banget..”
Jawab Naja mengelusi paha putih gempal-montok Yuk Tari.. sambil melipat paha Yuk Tari dan merentangkannya..
jadinya si Naja dapat dengan jelas melihat vagina janda super montok itu.

"Coba Ja.. liatin lagi pepetku..” sahut Yuk Tari sambil membukakan bibir vaginanya dengan jemarinya.
– Pepet = vagina, kemaluan perempuan, istilah dalam bahasa Bengkulu –

"Iya Yuk.. Lah.. pepet Ayuk kog kembali kayak cuma segaris yah..?”
Jawab si Naja dengan suara bergetar.. entah gugup atau udah ‘berat ujung’ .. ga tau aku. Hehe..

"Eh.. kamu tuh suka ga kalau Ayuk pakai baju seksi..?” tanya Yuk Tari.
Naja cuma mengangguk.. mengiyakannya.

Lantas dengan suara bergetar dan rada serak menahan nafsu.. ia menjawab juga..
"Iyalah.. apalagi kalo udah kayak gini.."
ujar si Naja sembari kembali meremas bungkahan super di dada Yuk Tari.. yang sontak mengerang kegelian.

"Ayuk tuh seksi banget kalau pake baju rumah. Pentunganku selalu ngaceng kalo ingat Ayuk di rumah.. apalagi lihat Ayuk berenang. Adduhh.. bener-bener nggak kuat, aku Yuk..!” lanjut si Naja seperti ga sabar.

Haha.. dasar.. selera si Naja..! Sukanya yang jumbo-jumbo..
Itu toh akibat kalo Yuk Tari pakai baju super seksi di rumah, ya..?
pikirku.

Lalu tiba-tiba saja.. dengan sekali tarikan Yuk Tari berhasil ‘menyeret’ tubuh Si Naja nemplok ke atas tubuhnya yang terlentang.
Tubuhnya segera berposisi di bawah.. dengan Si Naja menindih dari atasnya.

Dipeluknya tubuh kambing muda temanku itu erat-erat.. seperti tak ingin lepas lagi.
Dibiarkannya Si Naja meraba seluruh tubuhnya sambil melancarkan ciuman ke segala arah.

“Hmmph..” dengan rakus Si Naja melumat seluruh bidang bibir Yuk Tari.

“Hhah..” Janda super montok itu membalas.. dinikmatinya permainan lidah Si Naja pada rongga mulutnya..
membuatnya jadi sedikit sukar untuk bernapas.

“Oughhh..” Yuk Tari akhirnya hanya bisa mendesah manja.

Meski sedikit terhalang gerai kain gorden.. dari posisi intaiku.. terlihat tangan Si Naja sudah merayap ke seluruh tubuh montok Yuk Tari.. terutama ke buah dada si Janda kekasihnya yang memang membulat berukuran super itu.

Ga berhenti di situ saja.. si Naja langsung meremas-remasnya penuh gemas.
"Jujur aja Yuk.. aku paling seneng lihat Ayuk melepaskan pakaian renang.. Lalu Ayuk handukan..”

"Hehehe dulu kan kamu cuma bisa lihat.. itupun nggak jelas, kan..? Kalo sekarang.. silakan kamu lihat sepuasnya..
Lihat payudara.. pepet.. tubuh Ayuk ini..!"

"Iya Yuk.. bagus banget.. Aku terusin yah..?” Si Naja mengajuk.. mengipasi hasrat yang semakin menggelora mereka berdua.

"Iya Ja.. rabalah sepuasmu. Nikmati tubuh Ayuk.. nikmati sepuasmu, sayang..”
Kata Yuk Tari lagi sambil mendesah.. ketika jari-jari Naja kembali mulai mengelusi bibir kewanitaannya.

Sepertinya temanku si Naja ini memang terkagum-kagum dengan payudara montok Yuk Tari.
Dirabanya lagi jugalah 2 bungkahan sebesar kelapa muda itu dengan gemas.

"Diremas Ja toket Ayuk. Kayak yang waktu itu tuh..!”
Jiahaha..! Rupanya Naja ga bohong. Berarti bener.. si Naja udah sering ngancitin Yuk Tari..
Tapi.. yah sudahlah.. si Naja memang beruntung.. mendapatkan apa yang selama ini menjadi obsesinya.

Yuk Tari juga beruntung.. ‘menemukan sesuatu yang pernah hilang’ ..
bahkan ditambah ekstra bonus.. pentungan jumbo dan stamina kayak badak..!

Atau.. keduanya beruntung..? Hehe.. Semacam simbiosis mutualisme, mungkin. Jadi saling menguntungkan.

Bergeraklah telapak tangan si Naja penuh gairah..
“Aduh.. ma-maaf ya.. Yuk. Ini indah banget. Besar dan bulatnya ini selalu bikin aku nafsu, deh..” ungkap Naja dengan gemas.. dan jujur.

Kedua tangan Naja langsung meraup kedua bongkahan bulat tersebut.. dan meremas-remasnya.. kini dengan penuh nafsu.
Gerakan memutar-mutar dari pangkal toked kemudian mengerucut ke putingnya.. sambil diremas-remas dengan gemas.

Yuk Tari sepertinya menyukai tokednya diperlakukan dengan gemas dan ‘agak kasar’ oleh si Naja.
Terbukti loh.. ia langsung memejamkan mata dan mengeluarkan rintih dan lenguhan tertahan.

“Uuuhh.. sshhh.. hmmpppfff..”
Puting Yuk Tari yang super sensitif tak lepas dari rangsangan Naja. Terus dipilin dan ditarik-tarik mesra namun tetap gemas.

Lidah Naja tak mau kalah.. terlihat bersigegas menjilatinya dan ditengahi oleh isapan-isapan sedotan-sedotan di dalam mulutnya.

Sensasi lidah Naja yang kasar di puting Yuk Tari.. belum lagi gigitan-gigitan kecil..
jelas membuat sensasi gatal yang menyenangkan menyebar ke seluruh tubuh si janda super montok itu.
Dan aku yakin.. itu pastinya membuat pepet Yuk Tari membasah dan berkedut-kedut.

Najapun terlihat kian gemas.. meremas-remas kedua payudara Yuk Tari yang bulat bagai buah kelapa muda..
sambil tangannya memijiti kedua putingnya.. bibirnya mencerucup berganti-ganti..

"Ahhh ee..ennakk Ja. Terusinnn.. ough..”
Wow.. dari desahannya terdengar kalau Yuk Tari sudah nafsu sekali.

"Terus isepin lagi yah.. Yuk..?” Goda si Naja lagi.. mendapati si kekasih kian panas terbakar birahi.
"Boleh aja say.. eehhh-aahhh-eehhh enak banget Ja..hhh..”

Naja tak membuang waktu.. kembali ia jajah puting payudara Yuk Tari. Dilahapnya payudara itu.
Diisapi dan digigit-gigit lembut.
Terus si Naja mencumbui payudara membal kekasihnya.. sambil tangannya meremasi ‘balon’ yang satunya lagi.

Hanya erangan yang keluar dari mulut Yuk Tari.. seperti orang kepedasan.
Sambil memejamkan matanya Yuk Tari terus-menerus mendesah keenakan.

"Enak yah Yuk..?” Ujar si Naja di tengah cercap-isapan mulutnya di pentil-pentil payudara Yuk Tari. Menggodanya.

“Nghh.. enak banget Jahh.. Suami Ayuk dulu.. sedotannya kurang mantap.. eehhh aahhh..!”
Terputus racauan Yuk Tari.. oleh isapan dan cerucupan si Naja pada kedua putik payudara.

Mendengar erangan penuh rintih Yuk Tari tersebut..
si Naja pun kelihatannya semakin bernafsu memberi service pada payudara super montok si janda kekasihnya.

Entah berapakali Yuk Tari terlepas suara.. mengerang.. merintih.. menyuarakan jerit dan pekik nikmat yang menderanya..
hingga tubuhnya berkejat-kejat dihantam badai nikmat.. orgasme. Ekstase.
Lalu regangan tubuhnya terhentak-hentak beberapakali.. lemas namun nikmat menyelimuti jiwa dan tubuh super montoknya.

Setelah situasi sudah tenang dan Yuk Tari tidak mengerang lagi..
tiba-tiba saja Naja menyambar bibir Yuk Tari yang sedang tenganga-nganga kayak ikan maskoki itu dengan bibirnya yang sedikit dower.

Bibir Naja menempel erat pada bibir Yuk Tari. Luar biasa.. mereka berciuman dari bibir ke bibir..
Ya.. seperti layaknya sepasang kekasih yang meluapkan segala rindu dendam karena lama ga ketemu.. Assuuu..dahh..!

Sambil mencium bibir Yuk Tari.. Naja berkali-kali meremas dada super montok Yuk Tari.
Beberapa jenak selanjutnya.. Naja kembali menjelajah.. menelusuri.. menjajah lembutnya perut Yuk Tari.
Memainkan jarinya di sekitar pusarnya. Lalu mengelus ketebalan bulu-bulu kemaluan di selangkangan Yuk Tari.

Kambing muda temanku yang sudah diselimuti oleh nafsu itu segera mengelus..
dan lantas meremas-remas gundukan berbulu hitam berbentuk segitiga terbalik di pangkal paha Yuk Tari..

Perempuan super montok kekasihnya itu sedikit mengerang.. menggelinjang-gelinjang..
merasakan nikmatnya permainan jari-jari si Naja di bibir kewanitaannya.

“Ooooouhhh...!!” Rintihan panjang Yuk Tari dengan mata terpejam-pejam.

Si Naja memasukkan satu jari lalu ditusuk-tusukkannya pelan dengan gerakan yang sangat halus..
seperti ingin mengetes kedalaman liang pepet Yuk Tari.

Sudah terasa basah dan berkedut-kedut pelan.
Aroma yang meruap dari sana juga sudah menunjukkan kalau Yuk Tari benar-benar bergairah.
“Oughhh.. sayang..” desis sang perempuan lagi terlepas suara penuh nikmat.

"Wuiihh pepet Ayuk tetep cantik, deh..!” Seruan kagum dengan suara bergetar.. juga terlepas begitu saja dari mulut naja.
"Eegghhh ahh ehh sssttt sstt..!” Yuk Tari makin mendesah kenikmatan.

"Enak ngga Yuk pepetnya diobok-obok gini..?”
Dengan nakal Naja menggoda vulgar.. memancing lagi agar gairah si janda kekasihnya kembali terbakar.

"Ahh.. naa..kkaall kammuu Jaa..hhhh..!”
Rintih lemas penuh nikmat meluncur lepas dari bibir Yuk Tari.. sembari menggeliatkan tubuh.. resah namun nikmat.

Muka Yuk Tari perlahan memerah lagi.. karena cipetnya terus diraba.. ditusuk-tusuk pendek..
diobel-obel klitnya dengan gemas oleh si Naja.
Lengan Naja yang hitam itu bermain di selangkangan putih dan vagina sempit itu.

Jari-jari Naja yang besar-besar kasar terus menggeseki lepitan vagina Yuk Tari.
Terlihat jari-jari yang besar dan panjang itu menggesek belahan cipet Yuk Tari yang makin membasah.

Akhirnya dengan telaten Naja membuka liang vagina Yuk Tari. Dipandanginya vagina itu dengan penuh kagum.
Liang yang menjanjikan nikmat itu terlihat masih seret dan sudah pula membasah..sah.. sah..

"Pepetnya kog tetap rapet Yuk..? Legit nih. Pegang lagi ah..!” Ujar Naja makin gemas.
"Eeeggghhh aaahhh..” Yuk Tari cuma mampu melenguh.. mengerang lirih.. kembali dihajar rasa nikmat di lepitan cipetnya sana.

Si Naja terus saj mengelusi liang vagina itu dengan penuh nafsu.
Yuk Tari mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya membiarkan vaginanya diobok-obok Naja.

"Wuiihh.. pepet Ayuk kok masih aja rapet banget. Cantik lagi..!” Rayuan Naja kian kacau..
"Eegghhh aahhh eehh sssttt sstt..!” Yuk Tari makin mendesah penuh kenikmatan.

"Ayuk udah pingin yah..?” Goda si Naja lagi.. sambil tetap memainkan jemarinya lembut di bibir dan liang vagina Yuk Tari.
"Hiyaahhh sayang..ngg..ehh. Enakkk..ohh..” timpal Yuk Tari kini dengan napas tersengal.

"Pepet Ayuk diongek –dientot, istilah dalam bahasa Bengkulu..– sama jari Naja dulu yah.. ?
Si Naja makin liar menggoda janda kekasihnya itu.
"Iyaa Jaaa.. Oohhhh puassin Ayukk..Jaaa..hhh.." Janda super montok lepas kontrol.

"Eghh aduhh Jaaa..hhh.. ennaakkk bangettss..hhhh..”
Mata Yuk Tari tiba-tiba mendelik.. karena Naja memasukkan jari tengahnya ke dalam vaginanya.
"Peret banget Yuk. Kog masih sempit aja ya..?" Godaan si Naja makin membuat Yuk Tari blingsatan ga keruan..

Sementara itu.. di luar sini.. aku ga bisa melihat dengan jelas bagaimana prosesi penusukan jari tengah Naja yang besar dan panjang itu perlahan-lahan masuk ke dalam vagina Yuk Tari.
Wuahh.. Baru masuk setengah saja sudah seperti cacing kepanasan.. apalagi semua.. Pikirku dalam hati.

"Ougghhh.. esssttt..!”
Lenguhan kencang diikuti mata Yuk Tari yang mendelik ketika akhirnya jari tengah si Naja itu masuk seluruhnya ke liang vaginanya.

Sekujur tubuh Yuk Tari dibasahi keringat dan dialiri nafsu birahi yang menggelegar ketika vaginanya digempur oleh jari tengah Naja.
Jari Najapun menyentuh klitorisnya dan memainkannya.

Yuk Tari kelihatan sudah dikuasai nafsu dan asmara.. Ia ga peduli lagi apapun..
status sosial.. perbedaan usia.. warna kulit.. cantik dengan jelek.. atau apapun.

Yang ada pada mereka saat itu adalah seorang perempuan dan seorang laki-laki tengah dilanda asmara dan gairah..
Berusaha untuk saling memberi.. menerima.. memuaskan.. dipuaskan.. menikmati kebersamaan.. itu saja.

Pelan namun pasti jemari Si Naja semakin dalam mengobok-obok liang vagina Yuk Tari.
Untuk meningkatkan nafsu ‘Ayuk tercintanya’ Naja pun terus menciumi payudaranya sambil menyedoti puting susu Yuk Tari.

Tanda-tanda kemerahan seperti cupangan di sekujur payudaranya membekas jelas di bungkahan payudara super size Yuk Tari.
Puting-putingnya sudah menegang keras.. tegang mengacung.. namun terus saja diisapin si Naja.

"Yuk.. pepetnya sudah basah nih. Enak yah Yuk..!?”
"Niikk.. mmaaatt Jaaa.. Ohgghhh..!”

Well.. well.. bisa dibayangkan.. betapa nikmatnya Yuk Tari sambil telentang di ranjang itu.. sedang dioboki Naja.
Reaksi Yuk Tari pun menaik-turunkan pantatnya mengikuti kocokan jari Naja.

"Ooogghhh Jjaaa.. Ayuukk .. mm.. aa.. uu ke.. lluu.. aaarrr ehhh..!”
"Ayo Yuk.. keluarin. Aku kocokin yah..!”

"Oohhh Jjaaa.. Ayukk keee.. llluuu.. aarrr.. ouugghhh..”
Yuk Tari menaikkan pantatnya, sedangkan Naja menekan jari tangannya dalam-dalam sambil mempermainkan klitorisnya.

Jari Naja masih berada di dalam liang senggama Yuk Tari. Tampak Yuk Tari sungguh puas akan kocokan jari Naja.
"Luar biasa Ja enak banget..!”

"Iya, nih jariku basah sama lendir pepetnya Ayuk..” kata Naja memperlihatkan lendir di jarinya kepada Yuk Tari..
Slrupp.. lalu Naja menjilat jarinya itu.
"Aduhh Ja.. jarimu saja bisa bikin Ayuk melayang-layang..” kata Yuk Tari.

Hehe.. tiba-tiba saja melintas.. cepat.. teringat pengalamanku dengan gadis-gadis yang pernah bercumbu denganku..
Coba membayangkan betapa nikmatnya sensasi yang tengah dialami Yuk Tari saat itu.
Membuat si prajurit yang telah demo di celanaku makin kalang-kabut menonjok-nonjok.. menyunduli. Hihi..

Kini terlihat wajah Yuk Tari sudah memerah.. karena vaginanya terus diraba dengan kasar oleh Naja.
Lengan Naja yang hitam itu bermain di selangkangan putih dan vagina sempit berbulu tebal itu.

Jari-jari Naja yang kasar.. besar dan panjang itu terus menggeseki vagina Yuk Tari.
Yuk Tari merespon.. melebarkan pahanya.
Sambil terus berpagutan.. Naja kian intensif merabai vagina Yuk Tari.

"Kog jembutnya belum dicukur, Yuk..?” Yuk Tari hanya bergumam lirih menahan nafsunya.
"Hiyyaa..ahhh.. Luppaa.. Oohhh ennaakk Jjaaa.. erghh.."

Seperti bisa membaca tuntutan hati –dan cipet Yuk Tari– jemari Naja mulai makin jahil menjamahi..
mengeksploitasi wilayah nikmat selangkangan Yuk Tari. Hihi..
Cipet yang sudah basah membanjir air cinta.. siap untuk segera ditusuk dan dijejali benda kenyal nan keras.. pentungan si Naja..

Nah.. ketika jari tengah Naja langsung menekan gundukan cipet Yuk Tari dan menggeseknya kuat-kuat..
seketika pula tubuh Yuk Tari terlihat agak melengkung oleh sensasi kenikmatan yang makin menjadi-jadi..

“Ouuhhh.. Jaa..hhhh..” lenguh Yuk Tari yang mencapai orgasme entah yang keberapanya hari itu.

Setelah kelojotan kecil.. Yuk Tari menghela napasnya.. panjang. “Ughh... enak bangett.. Jaa..hhh..” bisik Yuk Tari di telinga Naja.
“Ini baru pemanasan Ayukku sayang..” bisik Naja sambil meloloskan kolor bermerek buayanya.

Selanjutnya si Naja bergerak perlahan.. mengambil posisi berjongkok di depan Yuk Tari yang kini bertelekan siku lengan di tengah pembaringan.. ia memposisikan kepalanya di tengah-tengah di antara kedua paha gempal Yuk Tari yang dipentangkan lebar.

“Eh.. oh.. Kamu mau apain lagi Ayuk.. Ja..?”
Tanya Yuk Tari agak gemetar.. namun mata berbinar.. ketika muka Naja hanya sejengkal dari bibir cipetnya.

Naja tidak menjawab.. tapi langsung mengangkat paha Yuk Tari lebih tinggi.. sehingga pantat Yuk Tari agak terangkat dan belahan cipetnya lebih terekspos.

Naja melihat dua gundukan coklat yang montok berbulu hitam tebal.. dengan penuh nafsu.
Tanpa tedeng aling-aling Naja langsung melumat lagi bibir cipet Yuk Tari dengan ‘semangat bela negara kenikmatan’. Haha..

“Najaa..hhh.. Ayuk ga kuatt diginiin..!”
Jerit kecil Yuk Tari.. sambil berusaha –pura-puranya..– menjauhkan kepala Naja dari selangkangannya.

Tapi.. Naja tetap berkeras dengan incarannya.
Malah lidahnya mulai kembali menyelusup ke dalam cipet yang sudah basah kuyup itu..
sambil menggerakkan lidahnya naik-turun dengan cepat.

“Auffhh. Uahhhh.. ahhh..ahhh.. ouuhhhh..” Lenguh Yuk Tari lebih heboh lagi.. karena rasa gatal muncul lebih dahsyat.
Rasanya mungkin seperti ada yang berusaha hendak keluar dari cipetnya.. dan rasa itu berkumpul.. bergetar..
mengirimkan gelombang kenikmatan ke sekujur tubuh Yuk Tari.

Tangan Yuk Tari kini tidak lagi berusaha menjauhkan kepala Naja.. malah menekannya semakin erat ke selangkangannya.
Sambil menjilati klitoris Yuk Tari yang makin menonjol.. jari tengah Naja juga aktif mengocok lubang cipet Yuk Tari.

Suara becek berkecipakan.. ditingkahi oleh lenguhan Yuk Tari yang dibanjiri oleh sensasi birahi yang semakin memuncak.
Slepp-slepp-slepp-slepp-slepp.. ”Auhh.. Auhhh.. Erghhh.. Ehhffmmppp..”

Yuk Tari mendesah keenakan. Kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan. Punggungnya semakin melengkung.

Ga sampai 5 menit kemudian.. Yuk Tari kembali terlepas suara.. merintihkan gelora nikmatnya..
“Adduhh..uhh.. ehhmm.. Jaa..hhhh.. Ayuk ma..uuhhh.. keluar..” Yuk Tari mengerang.. terbata-bata.

Naja cepat mengocok liang cipet si janda kekasihnya yang semakin membanjir.
”Oughhh.. Haahhhhh..!”
Jeritan orgasme Yuk Tari keluar –lagi..– seiring banjir cairan orgasmenya.

Seolah ga ingin membiarkan Yuk Tari beristirahat..
ketika Yuk Tari mencapai orgasme.. Naja malah semakin kencang mengocok dan melumat klitoris Yuk Tari.

“Aughh.. ahh..ahh. Jaa.. Ahh..Yukkk.. gaa kuatt..” Rengek Yuk Tari yang dilanda gelombang orgasme dua sekaligus.. Dahsyat.
Pantat Yuk Tari sampai terangkat dan berkelojotan.. akibat sensasi orgasme bertubi-tubi yang menderanya tad..
baru si Naja melepaskan rangsangannya.

“Lebih enak lagi kan pas yang ini..?” Tanya Naja sambil nyengir-nyengir nakal menggoda.

Yuk Tari berusaha mengatur nafasnya yang memburu baru menjawab..
“Aduh Ja.. Ayuk udah ga kuat.. masih juga dikocok-kocok gitu..”

"Yuk.. kapan kita nikahnya, ya..? Ga enak rasanya kucing-kucingan gini terus..” Begitu permintaan Naja.. tiba-tiba saja terlontar.
"Iya sayang. Ayuk usahain secepatnya. Asal Naja bisa bikin Ayuk puas dulu..!”

"Oke Yuk. Pokoknya aku akan bikin Ayuk puas.. deh..”
balas si Naja sambil menekan-nekan dan merabai klit Yuk Tari yang hanya mampu melenguh lirih.

Walahh.. Ini baru dengan jari dan lidah.. loh. Belum pentungan kejal si Naja yang masuk nih..!
Pikirku ga habis-habis.. sambil memegangi si prajurit yang makin kencang berdemo-ria di dalam celana..
menuntut pertempuran dan pelampiasan.. a..su..dahh.. !

Kembali memantau keadaan di ruang kamar.. tempat di mana dua sejoli tengah memadu gairahnya.
Ketika itu pula aku menyaksikan Si Naja kembali telah mengelusi bulu jembut Yuk Tari yang lebat.

Tanpa malu-malu.. Yuk Tari lantas membuka bentangan pahanya.. membiarkan si Naja melihat vaginanya.
Jelas saja si Naja bukan cuma melihat.. Ia pun kembali menciumi paha dan selangkangan Yuk Tari.. menjelajahi dengan lidahnya.

"Adduhh Jaaa.. geli bangeeett..” rintih dan desisan Yuk Tari segera membaha lagi di kamar yang aku yakin telah beraroma mesum itu.
Lalu.. "Eeehhh..!” Rupanya Naja sudah menjilati vagina itu.
Jiaah..! Ga bosan-bosannya ya.. kambing muda berstamina badak temanku itu mengoral cipet Yuk Tari.

Maka.. kembalilah cipet itu diciumi dan dijilati Naja.
Lidahnya nampak bermain di dalam rongga vagina Yuk Tari.. menyentuh-nyentuhi klitorisnya.

"J-Jaa..?” tampak Yuk Tari seperti mau bicara.. "Penis.. eh.. pentungannya dong..!”
"Oh.. Ayuk sudah mau pentunganku..?” sahut Naja antusias.
“Ho-oh. Ayuk kangen sama pentunganmu.. Jaa..” Yuk Tari makin intens menggoda.

“Adduhh.. Yukk. Naja juga kangen berat nih.. Ayuk tuh selalu sukses bikin nafsu jadi menggelora..
Eh.. besar mana dengan yang pertama dulu, Yuk..?” tanya Naja menggoda.

"Ngghh. besar dan lebih nikmat pentungan yang sekarang Ja. Punya suami Ayuk dulu lebih kecil deh kayaknya..”
ujar Yuk Tari tersenyum genit.

"Hehe.. Ngga apa Yuk. Kalo pepet Ayuk mau ‘diongek-ongek’ sama pentungan Naja.. bilang aja.
Pokoknya Naja siap entotin Ayuk kapanpun juga..!” Jawab si Naja senang.. dipuji oleh si janda montok kekasihnya.

“Kalau begitu ayo.. dong sayang.. Kita hangatkan malam ini.. jangan buang waktu lagi..”
Ujar Yuk Tari lagi.. sembari mendorong dada si Naja hingga terduduk di pembaringan..
sementara satu tangannya mengelus pentungan si Naja yang kini berposisi menyamping dari tempat intaiku.

Wah.. sama-sama untung dong kalo begitu. kataku membatin.
Tuink..!
Maka terpancanglah pentungan kejal.. penis Naja yang hitam berurat.. besar dan panjang serupa siluet jika dilihat dari posisiku.

Aku jadi kagum juga loh.. ngeliat siluet pentungan si Naja. Tapi ga ada rasa iri, loh. Suer.
Ternyata pentungan si Naja kini terlihat lebih hebat dari yang pernah kulihat semasa kami SMP dulu..

Bentuknya sekarang jauh lebih kekar.. dan ujungnya yang plontos kelihatan lebih besar dari batang pentungannya..
hingga menyerupai jamur. Haha..

Begitulah.. Si Naja yang telanjang kini terduduk dengan kedua betisnya tertimpa pantat..
sementara pentungan kejalnya berdiri ngaceng sepenuh tiang.. mendongak ke atasnya..

"Nih pentungannya Naja. Isep dulu dong Yuk, kayak yang kemarin..!”
"Janji ya.. say. Ayuk juga udah kepingin nih..” Ujar Yuk Tari kemudian..
jari-jari gempal –namun aku yakin berkulit halus..– Yuk Tari memegang penis itu.. lalu mengurut-urutnya.

"Aku berdiri Yuk. Ayuk berlutut di depanku..” perintah Naja.
Yuk Tari terlihat mengikuti perintah Naja.. dia pun berlutut di depan Naja dan membuka mulutnya.

Seorang wanita dewasa montok.. dalam keadaan bugil.. polos berlutut di depan si Naja yang hitam.. memanggilnya dengan ‘say’ pula.. bulu kudukku mulai merinding-rinding menyaksikan aksi panas mereka.

Naja menyodorkan penisnya ke mulut Yuk Tari. "Sekarang mulut Ayuk Naja ongek-ongek yah..!”
Tanpa menjawab lagi.. Yuk Tari mencaplok tiang pancang di hadapannya.

"Oughh.." Segera saja lenguhan penuh nikmat si Naja lepas suara.. ketika merasakan nikmat penisnya dikulum dan diisap Yuk Tari.
Perlahan si Naja mulai memaju-mundurkan pantatnya seperti orang bersetubuh.. tapi dilakukan di mulut Yuk Tari.

"Slrupp.. slrupp.. slrupp.. Nghh..mmhh..mhh.." Gumaman terdengar dari mulut Yuk Tari yang tersumpal pentungan kejal.
"Augh.. enak bangetthh Yuukkhh.. Ayuk suka yah.. ?”

Saking nikmatnya Naja memegang kepala Yuk Tari sambil menekannya kuat-kuat supaya penisnya masuk ke dalam mulut,
bahkan kerongkongan Yuk Tari.
Gilanya Yuk Tari ini, kepalanya dipegang dan ditekan ke penisnya.

Bergantian tangan Naja kiri dan kanan meremasi rambut kepala Yuk Tari..
bahkan kedua tangan itupun menekan kepala dan sesekali agak menjambak rambut si janda montok kekasihnya itu.

Luar biasa pemandangan yang aku lihat.
Betapa nikmatnya Yuk Tari menikmati pentungan kejal nan jumbo si Naja itu.
Dan betapa nikmatnya si Naja menikmati service sepongan dari sang ‘Ayuknya’ yang super montok itu.

Beberapa jenak kemudian.. terlihat Naja melepaskan pentungan kejalnya dari ’bekapan’ mulut si janda montok..
lantas mengangkat tubuh Yuk Tari.. membaringkannya menelentang di ranjang..

Setelah itu Naja kemudian mendekatkan pentungannya ke dekat wajah Yuk Tari..
sementara dia sendiri mendekatkan wajahnya ke dekat belahan cipet Yuk Tari.

Nahh.. dengan posisi tersebut.. jelas keduanya jadi lebih bebas untuk ’saling menikmati’ alat kelamin pasangannya.

Benar saja.. dengan rakus Yuk Tari memasukkan pentungan si Naja tadi ke mulutnya.. menjilat.. mengisap..
menyedotinya sambil memejamkan mata..
Sementara si Naja.. kembali lagi asyik dengan menjilati cipet Yuk Tari yang makin menganga itu.

Aku lebih tertarik dengan cara si Naja itu menjilati cipet Yuk Tari..
karena kulihat lidahnya yang panjang itu menjulur masuk ke dalam liang nikmat cipet Yuk Tari..
dan bukan sekedar menjilati tepi-tepi cipet Yuk Tari yang sudah membengkak..

Sesekali dapat terlihat.. klitoris Yuk Tari justru dibiarkannya menganggur..
sehingga kadang-kadang justru Yuk Tari yang mengulurkan tangannya untuk menggosok klitnya sendiri.

Benar-benar hebat temanku si Naja, alias ’kambing muda’ ini..
pentungan jumbonya yang tegang lurus 60 - 70 derajat itu.. dengan lancar masuk ke dalam mulut Yuk Tari.. dan ketika dikeluarkan..

Sesekali Yuk Tari menarik kulitnya ke bawah.. sehingga ujungnya yang seperti topi baja itu terbuka lebar..
dengan guratan yang dalam memisahkan ujung pentungan dengan batangnya.

Di pusat rasa geli itulah Yuk Tari menjulurkan lidahnya dan menjilatinya berulang-ulang sampai si Naja menggeliat-geliat menahan geli.
----------------------

Wadoww.. betul-betul gila yang dilakukan sejoli ini..
Aku sudah ga kuat menyaksikan semua ini.. si prajurit yang telah solid dalam kembaleloannya.. bendenyut sampai terasa sakit..
karena terjepit celanaku.. tetapi aku ga bisa berbuat apa-apa.. kecuali melihat.. dan menikmati..!? Asyeemm..!

Tapi.. aku di luar sini.. di balik dinding berjendela kaca besar..
malah jadinya ga bisa melihat dengan jelas posisi saling isap kemaluan yang diperagakan sejoli unik tersebut..
Tapi biarlah.. yang penting si prajurit masih ’setia mbalelo’ meski mataku ga bisa lebih jelas menyaksikan, ya ga..? Haha..

Hebatnya lagi.. mereka seolah benar-benar menikmati permainan pendahuluan ini..
karena hingga sebegitu lama belum kelihatan gelagatnya mereka akan mulai bersanggama yang sebenarnya. Hadew..

Entah berapa menit pentungan si Naja diemut-emut.. dan pepet Yuk Tari digerumus.. dijilati.. diisap si Naja..
Akhirnya Yuk Tari bilang ke Naja.. "Ja.. Sekarang.. Jahh.. tusuk pepet Ayuk.. Jaa..hhh..!”

"Siaap..Yuk. Sekarang Ayuk telentang dan ngangkang, deh..” timpal Naja menuntun kekasihnya untuk memulai laga kelamin.

Segera saja Yuk Tari lantas menggeser rebahan tubuh montok mulusnya.. terlentang di tengah pembaringan..
memposisikan pepetnya untuk bisa dicoblos penis si Naja yang sudah ereksi full.. tegang mengacung.

Setelah mengangkangkan paha Yuk Tari .. kembali si Naja seperti bergumam-gumam..
sayangnya ga terlalu jelas apa yang ia gumamkan dari tempat aku mengintip.. siaall.. !

Aku yang jadi penasaran.. berusaha menggeser posisi mataku di sisi luar jendela..
pada geraian gonden yang melambai-lambai ditiup angin laut malam itu.

Ketika posisi gorden mantap.. aku lihat si Naja tengah memegang penisnya lalu mengarahkannya ke liang vagina Yuk Tari.

Slebb.. clebb.. "Eerrgghhhh..” erang Yuk Tari mengangkat dadanya.. sementara kedua telapak tangannya bergerak gelisah..
mencari pegangan di atas kepalanya.. ketika kepala pentungan kejal si Naja menyodok.. membelah kerapatan bibir vaginanya..

"Kog sempit terus Yuk pepet Ayuk..?” Desis Naja yang memasukkan kepala penisnya yang luar biasa besar itu.
Baru kepala penisnya masuk.. terlihat tubuh Yuk Tari mengejang..

"Pelan-pelan Ja.. phentung..aann..mmuu eehhh.. ggeeddee siiihh..”
"Iya Yuk.. ini juga sudah pelan..Kog. Naja tekan pelan-pelan yah.. tahan Yuk, yahh..!?” Rayu si Naja lagi.

Yuk Tari tampak mulai menikmati penetrasi pentungan kejal.. penis Naja yang mantap perkasa itu.
"Oughhh Jaa..hhh.. nghh. Phee..lllaann.. phee..lllaann Jjaa.. ng-ng-ngghh..!” Kelihatan penis Naja sudah masuk setengahnya.
"Iya Yuk. Pepet Ayuk juga peret sihh. Sempit banget. Coba Ayuk buka lagi pahanya agak lebar biar aku tarik dulu ya.. ?”

"Iyaa Jjaa..hhh. K-ka..mmuu ttarrikk dulluu yahh..”
"Ughh.. Yukk.. luar biasa pepet ini.. nikmat banget..hhh..!”

Tadi saja.. dimasukin jarinya.. si Naja sudah koar-koar bahwa cipet Yuk Tari itu peret banget.
Nahh.. apalagi kalau dimasukin pentungan jumbonya itu.. !?
Bagaimana yah reaksi Yuk Tari nanti..? Lamunku tiba-tiba.. membayangkan kejadian selanjutnya.

Aku kini jadi makin percaya.. kalau sebenarnya si Naja dan Yuk Tari telah sering kancitan.. melaga kelamin mereka..
Tadinya sih aku merasa benar-benar kecolongan..
karena ga pernah nyangka kalo ternyata sekarang si Naja begitu ahli dalam hubungan seks.

Lamunanku seketika buyar.. saat kulihat Yuk Tari berdiri sambil melap cipetnya dengan sehelai handuk..
yang dia ambil di samping tempat tidur..
sementara si Naja juga telah berdiri di dekatnya.. sambil memperhatikan semua gerakan Yuk Tari itu.

Ga berapa lama kemudian.. Yuk Tari selesai membersihkan cipetnya..
Ia lantas terlihat setengah berjongkok di depan si Naja.. dan.. mulai mengulum pentungan kenyal si Naja..!

Busett.. mulai lagi deh.. babak keberapa, nih..! Batinku senang.. menyaksikan aktivitas kedua sejoli di dalam sana.

Maka mulailah.. dari kejauhan kulihat si Naja yang lantas memegang kepala Yuk Tari..
yang ternyata telah ’menelan habis’ batang pentungannya itu.

Rupanya.. Yuk Tari hanya sekedar membersihkan pentungan si Naja agar tidak berlendir..
karena setelah itu ia mengeluarkan pentungan si Naja dan langsung memeluk si Naja sambil berdiri serta mengangkat kaki kirinya ke atas tempat tidur.

Dengan posisi seperti itu.. si kambing muda temanku itu lantas menggenggam pentungannya..
dan menepatkannya di antara selangkangan Yuk Tari.. dengan bersambil memegang pantat Yuk Tari..
sementara Yuk Tari merangkulkan tangannya di pundak si Naja.. keduanya lalu asyik berciuman.

Yuk Tari kemudian mengangkat tubuhnya merespon.. menurut menggeser-geserkan pantatnya ke satu arah..
sampai dirasakannya segumpal daging keras menempel di mulut liang kewanitaannya yang perlahan kemabali membasah cairan nikmat.

Sepertinya ia menyadari.. akan segera dimasuki benda seperti yang dimiliki suaminya dulu..
namun sedikit berbeda.. baik bentuk.. warna.. maupun ukurannya. Benda yang pastinya begitu Ia rindukan. Haha..

Mata Yuk Tari terpejam.. dengan napas terengah.. dua bungkah benda jumbo di dadanya terlihat bergerak naik-turun seirama napasnya.. Ia tengah menanti apa yang akan selanjutnya terjadi.. sesaat gerakannya berhenti.

Tangan Naja yang tadi mengangkat bokongnya.. sekarang mencengkram.. Menuntun Yuk Tari menurunkan badannya.
Yuk Tari bagai tersadar.. dengan birahi yang membara diturunkan tubuhnya..
menekan daging keras yang mengganjal di mulut kemaluannya.

Slepp..! Masuk sedikit. Nyangkut, terganjal.
Ohh.. pasti hangat sekali anu si Naja di dalam cengkraman liang nikmat Yuk Tari yang bagai vacuum itu.
“Yukk..” Si Naja bagai mendesiskan nikmatnya ketika kepala pentungan bersentuhan dengan daging belah sang kekasih.

Slepp.. Blebb..! ”Hegghh..” Lenguh nikmat si Naja..
ketika kepala lonjoran pentungan kejalnya menusuk menyelinap di lipatan sempit liang pepet janda montok si kekasih..

”Nghh..hhh..” Rintih Yuk Tari penuh nikmat..
ketika pentungan kejal si kambing muda kekasihnya kembali menelusupi liang nikmatnya.. hampir bersamaan.

Setelah dirasakan agak masuk dan terjepit.. Yuk Tari langsung mengangkat kedua kakinya..
dan Ia segera melingkarkannya ke pantat si Naja..
sementara.. dari posisi intaiku.. kulihat juga pentungan kejal si Naja itu perlahan lenyap di antara selangkangan Yuk Tari.

Beberapa jenak kemudian Yuk Tari seperti menarik nafas.. untuk selanjutnya ditekannya kembali bagian bawah tubuhnya dengan kuat..
Slepp.. Jlegg..! Berhasil memaksa otot kejal.. pentungan jumbo si Naja itu memasuki kedalaman tubuhnya.
Ohh.. sepertinya terlihat cukup menyesakkan.. Hehe..

Otot kejal pentungan si Naja itu kenyal menyumbat liang kewanitaan Yuk Tari.. membuatnya terlihat sesak.. jadi seperti susah bernafas.
Walaupun terlihat sesak begitu.. tapi aku yakin.. Yuk Tari pasti merasakan kelegaan.. kerinduan yang terobati. Hehe..

“Yukk..aa..hhh..” Naja kembali menyuarakan penderitaan nikmatnya.
“Hhhhh.. sabar yaa sayang.. hhh..” Balas Yuk Tari tak kalah nikmat..

Di tengah kesesakannya didera ganjalan keras pentungan kejal..
Yuk Tari memohon kambing muda temanku itu menjatuhkan pantatnya.. terduduk di tepian pembaringan..
Selanjutnya.. tanpa membuang waktu sedetik pun..
dengan tubuh terlihat bergetar ia berusaha menekan lebih keras dengan mengedan panjang.

“Ngghh..aahh..” Jlebb..! Berhasil amblas sebagian besar pentungan kejal si Naja.

Yuk Tari terengah-engah.. megap-megap bagai kehabisan nafas.. ga kuat lagi untuk menekan lebih lanjut..
seolah-olah tongkat keras itu mati-matian menolak dibenamkan lebih lanjut di lepitan liang pepetnya.

Tapi menurutku.. sebenarnya kewanitaan si janda montok itu belum sepenuhnya ‘menyesuaikan dirinya‘ ..
makanya jadi seperti terasa penuh menyumpal gitu. Hehe..
Ditambah pula posisi pahanya yang agak rapat.. membuat hambatan justru semakin kuat.

Mencari pegangan di leher Naja.. Yuk Tari mulai memacu diri..
seolah menunggang kuda ala wanita bangsawan dengan kedua kaki terjuntai di sisi kiri kuda tunggangan.
Sedikit saja pinggulnya bergerak menghasilkan ledakan birahi yang hebat. Memaksanya merintih.

Tertatih-tatih Yuk Tari memacu diri menunggangi kejantanan Naja..
terengah-engah nafasnya.. saat kewanitaannya dalam kesesakan berupaya merejam tongkat pentungan kejal yang terpancang di sana.

Pinggulnya diputar sekuat tenaga, sesekali mengejan.. menahan derita nikmat. “Shhh.. shhh.. shhh..!”
Perlahan tapi pasti.. kewanitaanya akhirnya mampu mengerami kerasnya kejantanan si Naja.

Dengan semangat luar biasa akibat ledakan birahi kewanitaannya..
akhirnya ia mulai mampu menandingi keperkasaan sang tongkat.. pentungan kejal.. penis si Naja.

Yuk Tari memutar pinggulnya.. bila dibandingkan dengan alu menghantam lumpang.. atau ulegan menggerus atau menguleg cobek..
yang tampak adalah lumpang atau cobeg kemaluannya memutar atau menguleg alu kejantanan Naja.

Aku dapat melihat.. kini si Naja sudah merem melek sedari tadi..
sejak kejantanannya berhasil dibenamkan di liang nikmat janda montok kekasihnya itu.

Sekarang dirinya santai saja menikmati gerusan atau ulegan kewanitaan si pacar super montok.
Dengan mesra didekapnya tubuh telanjang itu erat-erat.. seolah memberi semangat.. ‘Ayo uleg.. ayoo uleg terus..!’

Sesekali ditimpalinya dengan keluhan manja.. yang terdengar bagai teriakan cheer leader memompa semangat Yuk Tari yang memang sudah kepayahan sedari tadi.. akibat dirinya menerima desakan kajantanan nan keras kejal.

Sesaat berjuang menguleg alu kejantanan dengan kewanitaannya.. Yuk Tari merasakan dirinya sangat lemas..
serasa lepas sendi-sendi seluruh tubuhnya.. memaksa kewanitaannya menggerus tongkat yang perkasa.

Tetapi karena nikmat yang dihasilkan setiap geliatan pinggulnya mendorongnya tetap memacu kenikmatan.
Sepertinya tubuh super montok itu melemas.. ditikam rasa nikmat bertubi.. tapi oh.. oh.. oh..

Di tepi puncak pendakiannya dalam sisa-sisa tenaganya.. Yuk Tari menyentak-nyentakkan dengan buas pinggulnya ke kiri ke kanan.. seperti berusaha untuk menyeret tonggak itu merebah ke kiri atau ke kanan.. sekaligus menghasilkan gesekan keras batang kajantanan dengan otot dinding kemaluannya.

Dirinya tidak mampu mengamblaskan lebih jauh tongkat keras itu..
tak kuat rasanya menahan kesesakan di selorong liang nikmat pepetnya yang kian membasah namun mengempot-empot.

Terdengar si Naja berdesis-desis keenakan.. merasakan gilasan di kemaluannya.
Tetapi lebih dari itu.. kulihat juga dirinya yang sangat senang memangku sesosok tubuh indah telanjang yang kelojotan berjuang menggapai nikmat.. dengan menggeliat-geliat memeras kejantanannya dengan kewanitaannya.

Naja tidak perlu bekerja keras.. dirinya cukup memangku dan memberikan dekapan mesra..
membiarkan sendiri wanita itu tersengal-sengal menggapai puncak kenikmatannya.

Hingga akhirnya.. “Hhhhh.. Jaa..hhhh..!” Dengan setengah menjerit panjang dan parau..
Yuk Tari kembali meledak dalam luapan kenikmatan yang mengharubiru seluruh sel-sel daam tubuhnya.
Sensasi yang luar biasa, mungkin dia belum pernah mengalami sensasi ini seumur hidupnya.

Tubuhnya loyo ambruk dalam dekapan si Naja yang dengan penuh kasih memberikan dorongan semangat..
dalam mengarungi deraan nikmat di puncak birahi..

Yuk Tari merasakan kejantanan si Naja yang semakin kokoh tertanam..
sekarang seolah-olah mengejek si liang kemaluan yang telah takluk.. dengan berkedut-kedut penuh nikmat.

Naja dengan penuh kemesraan membimbing si pacar tetap bertahan dalam orgasmenya melalui denyutan-denyutan kejantanannya.

Bagi Yuk Tari yang setengah mati liang kewanitaannya disesaki si tongkat jantan..
kedutan itu bagai memeras dari dalam seluruh dinding kewanitaanya.

Yuk Tari hanya mampu meresapi nikmat orgasme berkepanjangan dengan terengah-engah mendekap tubuh si Naja.
Dengan penuh kemesraan.. tanpa melepas tautan kelamin.. si Naja perlahan beringsut ke tengah pembaringan..

“Ngghh..hhh..“ Rintihan tertahan tak pelak meluncur jua dari bibir Yuk Tari..
ketika mau tak mau pentungan kejal yang tengah tertancap di liang nikmatnya terlepas tautan..
saat Naja membalik tubuhnya untuk terlentang di tengah ranjang.. terkangkang.

Perlahan-lahan si Naja merebahkan tubuh super montok Yuk Tari di tengah pembaringan..
lalu segera ia tindih kembali.. dengan ujung penis tepat mengarah ke liang cipet.

Meski masih terlihat lemas.. Yuk Tari membantu dengan memegangi penis Si Naja..
lalu menariknya ke lubang yang tepat. Nampaknya ia sudah tidak sabar ingin segera kembali ditusuk pentungan kejal si Naja itu.

Bahkan Yuk Tari sudah membentangkan kedua pahanya lebar-lebar..
hingga lubang cipetnya yang gatal terlihat menganga luas.. siap menelan senjata milik si Naja yang terus bergerak mendekat.

“Aughhh..” rintih Yuk Tari saat pentungan panjang si Naja kembali berhasil menembus gua miliknya.
Hanya dalam satukali hentakan.. kini cipet Yuk Tari sudah bobol sepenuhnya.

“Aku goyang lagi ya, Yukk..?” Ujuar si Naja.. sembari perlahan-lahan mulai mengayunkan pantatnya naik-turun..
menyetubuhi Yuk Tari.. merasakan lagi jepitan.. serta kehangatan lorong kemaluan janda montok kekasihnya itu.

“Oouughhh.. Ja..hhh..” Desah Yuk Tari kembali.. begitu pentungan si Naja semakin cepat bergerak keluar-masuk di lorong gua miliknya.
“Goyangin pantatnya.. Yukk..” pinta si Naja sambil meremas-remas lagi bulatan payudara Yuk Tari untuk menahan perasaan nikmatnya.

Mendengar perintah tersebut.. Yuk Tari meski terlihat masih agak lemas.. buru-buru memutar pantatnya ke kiri dan ke kanan.
Kadang ia juga menghentaknya dengan cepat sambil sesekali diangkat-angkat.

Akibatnya hujaman pentungan kejal si Naja jadi lebih terasa keras.. bahkan beberapakali bagaikan mentok di mulut rahim.
Crebb..crekk..crekk.. clebb..clebb.. bebunyian nikmat pertemuan dua kelamin kembali ramai terdengar.

“Oughhh.. Yukk..hhh..” Si Naja melenguh keenakan.. sedangkan Yuk Tari juga mendesis-desis tak kalah nikmat.
“Tekan lebih keras lagi.. sayang..” dia meminta.

Si Naja mengabulkan dengan menekan batang kejal panjangnya sedikit lebih dalam.
Kini semuanya masuk tak tersisa.. bahkan biji pelirnya juga seperti hilang ditelan oleh celah cipet Yuk Tari..
yang langsung mendekapnya erat karena kaget sekaligus juga keenakan.

Mata perempuan super montok itu terpejam dengan mulut mendesis bagai ular.
“Sshht.. Yah begitu sayang.. Terus.. Tusuk yang keras. Ughh.. Enakk..hhh..” rintih Yuk Tari meluapkan rasa nikmatnya.

Si Naja yang juga merasakan perasaan yang sama.. terus menghujamkan pentungan kejalnya dengan liar dan ganas.
Bahkan kaki Yuk Tari diangkatnya ke atas pundak.. sehingga pantat janda super montok kekasihnya itu jadi sedikit terangkat..
dengan bibir kemaluan terasa kian menjepit erat.

Persetubuhan mereka jadi berkali-kali lipat nikmatnya.. dan rasanya tak ingin diakhiri dalam waktu cepat.
“Oohhh... Aku sudah tak tahan lagi.. Jaa..hhh..” Namun desahan Yuk Tari membuyarkan semua rencana itu.

Di saat si Naja kian kuat menghentakkan penisnya.. dia malah memejamkan mata.. menikmati desakan birahinya yang semakin memuncak.
Dengan posisi yang lebih nyaman ini.. Naja kelihatannya semakin ganas mengocok dan mengobel-ngobel cipet Yuk Tari.

Gerakan naik turun pantatnya.. diselingi gerakan memutar-mutar yang heboh..
membuat Yuk Tari memasuki fase birahi yang lebih tinggi lagi.. dan lagi..

“Auhh.. Jaa..ahh.. Enak Banget.. Jaa..hhh. Enak Bangett..! jerit Yuk Tari kian penuh nafsu.
Payudara super montok Yuk Tari sudah penuh bekas cupangan Naja.. yang ga bosan-bosannya mengerjai sepasang dogan..
–degan, kelapa muda, bahasa Palembang– itu.

Selang dalam beberapa menit saja.. Yuk Tari telah mengalami dua orgasme lagi.. yang dicapainya nyaris tanpa jeda..
karena Naja tetap menggenjot dengan ritme tinggi ketika Yuk Tari mencapai orgasmenya.

“Aduhh.. sayang.. break bentar.. uhhmm. bentar aja..” pinta Yuk Tari tersengal-sengal.
Naja menghentikan goyangannya dan menarik keluar pentungannya dari jepitan hangat cipet Yuk Tari.

Yuk Tari memanfaatkan waktu itu untuk memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam.
Kepalanya terasa ringan.. karena sensasi orgasme bertubi-tubi yang melantak jiwa dan tubuhnya barusan.

Rasa bahagia dan nikmat masih meliputi seluruh tubuhnya.. sehingga udara dingin malam itu ga terasa..
malah ruang kamar itu bagai terbakar saking hangatnya..

Dengan tak disangka.. tiba-tiba si Naja memiringkan tubuh telanjang janda super montok kekasihnya ke kanan..
dan kaki kirinya diangkat lebar-lebar.

Membuka matanya..
dengan kelopak mata berat.. Yuk Tari melihat Naja sedang berusaha memasukkan pentungannya dari posisi menyamping.

“Ahh.. masih pingin ya sayang. Tapi jangan keras-keras ya.. Ja..” pinta Yuk Tari merajuk.
Tapi.. mana mungkin Naja memenuhi permintaan seperti ini.

Ujung pentungannya sudah terasa semakin berdenyut-denyut..
dan semakin gatal ingin digaruk oleh cipet sempit janda super montok kekasihnya itu.

Dengan lemas Yuk Tari lantas mengangkangkan pahanya lebih lebar..
maksudnya supaya Naja menarik dulu pentungan kejalnya dari liang vaginanya..

Tapi apa yang terjadi.. justru tanpa tedeng aling-aling lagi..
si Naja kembali langsung membenamkan seluruh batang pentungannya menyeruak lepitan cipet membasahnya..

Blesss..Sleppp..! “Aughhh..!” Pekik Yuk Tari seperti terkaget.. akibat serangan tiba-tiba si Naja.

Dalam posisi menyamping begini.. pentungan kejal Naja ternyata mampu masuk menyelusup lebih dalam di selorong liang..
dan lebih mudah menggesek-gesek g-spot Yuk Tari.
Di samping itu juga.. tangan kirinya pun jadi lebih mudah meraih toked super sizenya Yuk Tari. Hihi..

Sambil meremas toked Yuk Tari.. Naja menggerakkan pinggulnya maju-mundur dengan kecepatan tinggi.
Plak..Plak.. Plak.. Slepphh.. Slepphh.. Clebb.. clebb..
Pertempuran kelamin ala laga penuh nikmat kembali terjadi di ruang tersebut..

“Hhh..Hhh.. Hhh.. sempit terus pepetnya Yukk.. Pentunganku kaya diperet-peret. Iihhh..hhh..” ujar Naja penuh birahi..
ditambah pemandangan raut muka Yuk Tari yang juga tengah diliputi nafsu.. dan guncangan kedua tokednya yang bergerak naik-turun ga karuan.. akibat pengaruh goyangan dan sodokan pentungan kejal si Naja di liang vaginanya.

Ucapan Naja yang rada vulgar itu.. mungkin membuat sensasi gatal di sekujur selangkangan Yuk Tari semakin menghebat.
Setelah keluar-masuk beberapakali.. dan sudah keluar lagi minyak pelumasnya..
kini Yuk Tari mulai terlihat tidak lagi merasa kesakitan. Malah justru kenikmatan yang luar biasa yang dia rasakan saat itu.

"Enak yahh Yukk.. pentunganku..?” Gurau si Naja di tengah sodokan pentungannya di lepitan pepet Yuk Tari..
"Nghh..hhmm ttee..rrruss Jaa..hhh..!” rintihan nikmat Yuk Tari cukuplah.. sebagai jawaban pertanyaan konyol si Naja.

“Ahhhh.. Ahhh… Ouuhh..Ouugghhhh..! Yuk Tari melenguh hebat..
ketika rasa gatal di cipetnya digaruk-garuk kasar oleh pentungan jumbo si Naja..
sehingga meledak tanpa bisa dibendung.. lemas lagi deh.. hehe.. Orgasmenya kali ini lebih hebat dari yang sebelum-sebelumnya.

Dengan masih membiarkan pentungannya di dalam cipet Yuk Tari.. kulihat si Naja mengangkat tubuh lunglai Yuk Tari..
lantas Ia kembali membaringkan tubuh telanjang kekasihnya tersebut di tengah-tengah pembaringan.

Si Naja yang nafsunya sudah mentok di ubun-ubun.. langsung menindih tubuh Yuk Tari yang lemas terlentang.
Batangan pejal penisnya menyundul-nyunduli bibir vagina sang janda montok.. mencari-cari celah nikmat pasangannya di sana..
Pantatnya semakin ditekan lagi ke arah selangkangan Yuk Tari.

Maka.. sekejap kemudian ujung helm pentungan jumbo si Naja sudah kembali mencium bibir cipet Yuk Tari..
Slepph.. Clebb.. Slebbhh..! Meluncurlah pentungan kejalnya itu disambut liang nikmat daging belah membasah.

"Oughh.. na..kkall k-kkammuu J-Jaa..hhh.. Jjeebboolll deehh.. peppetthh Ayukk..”

Naja bukannya menarik penisnya.. tapi justru menekan pantatnya sedalam-dalamnya ke selangkangan Yuk Tari..
sehingga penis yang hitam dan besarnya itu kembali menelusup masuk sepenuhnya di liang hangat Yuk Tari.

Selanjutnya kembali si Naja mengenjoti vagina Yuk Tari dengan lontong pejalnya.. berkali-kali.. bertubi-tubi..
Crekk-crebb-crekk-crekk-crekk-crebb-crebb.. “Ohh.. ahh.. ahh.. Nghh.. nghh.. aahh.. ahh..”
Bunyi unik beradunya laga dua kelamin diselingi erangan dan rintihan keduanya memenuhi ruang kamar.

Woww.. bisa kubayangkan betapa nikmatnya cipet Yuk Tari digenjot oleh penis si Naja yang jumbo itu.
Terdengar suara mendesah kenikmatan dari mereka berdua.. Yuk Tari dan si Naja.

Tubuh kuning mulus nan jumbo..
ditindih tubuh hitam legam dengan penis yang mengacung besar menancap di vagina sang janda super montok.

Tubuh Yuk Tari ditindihnya sambil mendesak-desakkan penisnya masuk mengobrak abrik vaginanya.
Goyangan pantat kedua insan itu terlihat bersemangat.

Ngga tau berapa lama pentungan kejal si Naja menggenjoti cipet Yuk Tari..
mungkin sekira belasan menit kemudian.. kelihatannya Yuk Tari telah pula orgasme beberapakali saja.
Dan.. mungkin saja hal ini ga pernah ia dapatkan dari suaminya dahulu.

Akhirnya si Najapun seperti mempercepat genjotan lonjoran pejalnya di liang nikmat cipet Yuk Tari..
“Adduhh.. Yukk.. pepetnya kog makin sempit aja..!?” Ungkap Naja keenakan.

Yuk Tari sebenarnya sadar kenapa Naja merasa cipetnya semakin sempit.
Itu karena aliran spema Naja sudah berada di batangnya dan siap menyembur keluar.

Berlawanan arah dengan sodokan pentungan pejal si Naja di liang nikmatnya..
Yuk Tari malah semakin heboh melenguh-mengerang dan bergoyang pinggul sedapat-dapatnya.. semampu-mampu yang ia bisa..

“Shhh.. Oughh..hhmm.. ohhh..” Erangnya terpaksa lepas.. tak mampu ia tahankan.
Rasa gatal yang memuncak dan berkumpul di cipetnya membuat Yuk Tari semakin histeris ingin cepat-cepat dipuaskan.

"K-ke.. luarin di ma.. na nih Yukkk..!?” Erang nikmat si Naja tiba-tiba..
sambil tetap menujahkan pentungan kejalnya di lepitan pepet si janda montok kekasihnya.

Halahh.. sempat-sempatnya si Naja nanya..!? Rutukku dalam hati.
Kalo aku dalam posisi dan situasi kayak gitu.. entahlah. Masih bisa ga ya ngontrol diri pake nanya-nanya kayak si Naja..? Hehe..

"Di dalam aja Jaaa.. Oughhh..!”
"Ng.***k ta..khuut hamm..miil Yuk..!?”

"Biarrin..! Ayuk juga p-pakkaaii kab..bbe.. khan..?”
"Ouhh..iyyaa..yaahh.. lebbiihhh.. enakk did-dalam yahh..Yukk.. Ohh a-kkuu.. khe..lluu..arr Yukh.. ohh.."

"Hiyaaaa Jaaa.. nngg.. Ayukhh.. juggaa en..nakkk laghhhiii.. ouughhh..!”
Terdengar lenguhan mereka berdua. Kembali Yuk Tari orgasme.. entah untuk keberapakalinya.

Naja pun sepertinya sudah akan tiba pada puncak birahinya. Clebb-crebb-clebb-crebb.. Sambil Naja menekankan pantatnya..
Yuk Tari menaikkan pantatnya.. sehingga kelihatan gerakan turun-naik yang penuh nafsu itu.

“Aouhhh… Hhheehh.. hhhh.. Enakknnyaa..sayanghh..”
Lenguhan Yuk Tari yang lebih keras lagi menandakan Yuk Tari kembali mencapai klimaksnya.

Tiba-tiba Naja meremas dogan Yuk Tari kuat-kuat.. dan menekan kuat-kuat pentungannya ke dalam cipet Yuk Tari..
sambil melenguh puas.. pentungan Naja menyemburkan pejunya kuat-kuat..

Crett.. crett.. crett..
Pentungan kejal si Naja akhirnya muntah-muntah nikmat juga.. menyemburkan spermanya di dalam himpitan vagina Yuk Tari.

Semprotan sperma dan tekanan kuat pentungan Naja menjebol dinding pertahanan Yuk Tari.
“Oahhh.. hhahh.. hhhh.. ahh-ahh-ahh..” Yuk Tari kelojotan selama beberapa saat sampai akhirnya tenang setelah badai orgasme berlalu.

Beberapa jenak berselang tubuh mereka pun melemas..
Dengan masih menindih tubuh Yuk Tari.. tampak Naja memeluk Yuk Tari dan Yuk Tari pun menyambut pelukan itu.

Dalam keadaan bugil mereka berpelukan. Yang terlihat adalah kepuasan dalam diri mereka.
“Makasih ya sayang.. Nikmatnya luar biasa..” bisik Yuk Tari lirih pada Naja yang terlentang di sebelahnya.

“Aku juga nikmatin banget Yuk..” Bisik Naja tak kalah mesra pada telinga si janda super montok kekasihnya..
seolah pengantar membubungnya jiwa Yuk Tari.

Ya.. dinikmatinya berlama-lama denyutan pentungan kejal kejantanannya dalam kehangatan kewanitaan si kekasih.
Dengan penuh rasa empati kembali didekapnya tubuh telanjang Yuk Tari dalam pangkuannya.. seolah-olah berbisik..
‘Ayo istirahat sayang..’

Lelah jiwa raga.. penantian panjang penuh gundah gulana sejak kematian sang suami..
berujung pada ledakan kenikmatan berkepanjangan di akhir pertarungan birahi.. dengan seekor kambing..
eh, seorang anak muda.. yang Ia tau.. mencintainya dan dicintainya.

Terengah.. meredakan nafas yang tersengal.. Yuk Tari terlena.. serasa menemukan tambatan batin dan tertidur kelelahan..
telanjang dalam pelukan si kambing muda kekasihnya. Haha..

Dan si kambing muda.. Naja, dengan puas menikmati hal tersebut..
menikmati setiap senti kulitnya yang bersentuhan dengan tubuh telanjang si janda super montok..
apalagi pentungan kejalnya terbuai kehangatan mempesona pepet perempuan super montok yang dicintainya.
Asyeemm..!
----------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd