Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TIARA... (No Sara)

,,biar gimanapun,,membuat suatu karya tulis,apapun istilah nya,,apapun penyebutan nya,,juga pakai pemikiran/mikir,,kalo saya,,kalo saya,,berfikir simpel,,mungkin,,takut lupa,,biar ada ide cerita sedikit,,lalu,,sang juragan meng upload nya,,saya melihat nya juga bagus,,dalam artian gini,,biar next cerita lanjutan nya,ga melenceng jauh dari alur cerita sebelum nya,,gitu cara pandang saya,,maaf,,
 
CHAPTER 4-B
Maaf.... Nyaris saja!



“Pak... Tia boleh muter lagi, gak?” satu seruan akhirnya menyadarkanku dari lamunan.

“Iya.” Balasku singkat, sedikit saja menoleh padanya. Tanpa menurunkan sedikit pun pandanganku ke bawah.

Dan pada akhirnya, gadis itu pun mulai mengutak-atik layar entertainment mobil yang sudah ku modifikasi sebelumnya menggunakan jasa bengkel variasi langgananku. Rupanya Tiara mengonect-kan dengan kabel USB ke ponselnya, dan mulailah terplay beberapa lagu yang sejujurnya, lagu-lagu yang di minati gadis ini cukup berat. Seperti lagu ‘Mika – Berjudul Grace Kelly’, dan beberapa lagu yang sejenis.

Ketika lagu Mika tadi terplay, aku pun cukup takjub di saat gadis itu mengikuti setiap bait lagu alias sedang ikut menyanyi. Suaranya bagus. Amat sangat bagus malahan. Andai dia tak memiliki impian menjadi dokter, mungkin ikut ajang pencarian bakat adalah pilihan yang baik, mengingat suaranya cukup oke ku dengar.

Oh iya....

Sedikit berkomentar....

Jika ingin mendengar bagaimana suara Tiara saat menyanyikan lagu Mika – Grace Kelly, silahkan searching di youtube, dengan kata kunci “X-Factor Febri Mika GraceKelly”. Suaranya, bahkan penampilan lucunya, mungkin nyaris sama.



Karena hal itulah, memancing mulut ini untuk memberinya komentar.

“Suara yang bagus”

“Eh?” Tiara merespon, menoleh secara spontan kepadaku. Bahkan ia mengecilkan volume lagu dari ponselnya. “Astagaaaa.... jadi pak ayah suka ama suara Tia?” meski ia menatap dari samping, tapi tatapannya sukses mematok jantungku. Nyaris menghentikan detakannya barusan.

“Iya....” balasku.

Dari ekor mata ini, aku sempat menyadari jika respon yang ku berikan padanya menghadirkan mimik lucu pada wajahnya. Di tunjukkan juga dengan bibir bermerah jambu-nya yang mungil, mengerucut lucu. “Always.... and always” lagi, gadis itu bergumam.

Tiara...

Maafkan aku.... Aku sengaja membalas hanya seperti itu, karena caramu menatap mengganggu konsentrasiku, dek. Aku membatin.

Ada gerakan kecil yang gadis itu lakukan di sebelahku.

Hmm, apakah dia lagi kesal karena aku meresponnya seperti tadi?

Setelah beberapa jenak aku mencoba untuk tak menghiraukannya, gadis itu bergumam sendiri. “Udah ah, mending dengerin lagu lagi....”

Aku menoleh padanya, lagi.

“Kamu kenapa, Ra?”

Dia mengecilkan kembali volumenya.

Setelahnya, dia membalas tatapanku. Kepala bertopi coklatnya itu menggeleng pelan. “Pak Rudi menyeramkan...”

Ha? Aku sampai mengernyit mendengarnya. “Ada-ada aja kamu”

“Seriusan....” Kenapa dia sampai menahan nafas? Terlihat jelas dari lehernya yang agak terpekik. “Ataukah... Tia yang terlalu takut?” dia melanjutkan.

“Tidak perlu takut kepada saya, Ra.”

“Hmm.... iya kah?” dia membalas, tatapannya menyipit, seakan ingin mencari tahu sesuatu, yang entah apa yang ingin ia cari padaku. Apakah keseriusan?

Untungnya percakapan yang menurutku aneh ini, yang di selingi dengan acara tatap-menatap, akhirnya terhenti juga di saat mobil mulai memasuki area kampus.

Tak begitu lama, aku memarkir mobil di pelataran fakultas kedokteran.

“Sudah sampai.” Aku berucap, pelan, sambil menarik tuas rem. Masih belum meng-off-kan mesin.

“Iya, hehehe” balasnya. “Mau nemenin Tia ke dalam, gak, pak?”

“Ha? Buat apa?”

Dia cemberut. Bibirnya itu loh, oh tidak. Kenapa aku kembali bergejolak saat menatap bibirnya yang kembali mengerucut lucu itu?

“Tia takut kalo jalan sendirian pak, apalagi udah mau... mau magrib....” kepalanya sedikit tertunduk. Kemudian terangkat kembali, untuk sekedar menunjukkan ekspresi penuh harapnya itu kepadaku.

“Ohh....” tanpa ngomong lagi, aku segera membuka pintu mobil, keluar dari mobil.

Begitu aku sudah berada diluar....

Nah loh, dia malah diam saja di dalam mobil sambil menatapku dengan ekspresi yang sulit buat ku narasikan pada kalian saat ini. Ekspresinya, hmm, tidak seperti ekspresi periang nan lucu yang selalu dan selalu ia tunjukkan.

Aku mengernyit.

“Kenapa?”

Dia mengeleng tanpa suara. Kemudian, samar ku dengar gadis itu menarik nafas.

“Gak apa-apa.... hehehehe, yuk pak ayah.” loh? Jenak berikutnya, aku merasa lega, karena sikapnya sudah kembali seperti semula lagi. Gila sih ini anak. Sepertinya punya kepribadian lain yang ia sembunyikan selama ini. Tepok jidat!



Sambil berjalan ini, sepertinya aku terlalu cepat. Karena beberapa kali, ku sadari saat gadis itu ingin menyejajarkan langkah kami, justru tertinggal. Aku pun memelankan langkahku, membuat gadis itu berhasil menyejajarkan langkah kami berdua.

Dia mendongak. Menatapku.

“Heheheh....” sambil tertawa renyah, tangannya memegang topinya.

“Kenapa ketawa?”

“Gak apa-apa” dia membalas, sambil menggeleng.

“Ohhhh....”

Again....

Gadis itu kembali cemberut.

Karena tak ada kejadian yang berarti, maka aku tak perlu menjelaskan panjang lebar ke kalian ya. Hanya sekedar proses di mulai dari mengambil laptop gadis itu yang tertinggal di ruang sekret, lalu berjalan kembali menuju ke parkiran, menuju ke mobil, yang lagi-lagi, semakin dan semakin membuatku merasa gemas padanya, karena sikap malu-malu nan lucu yang kerap ia tunjukkan padaku. Apalagi di saat ku beri respon singkat, ketika ia selesai berbicara panjang lebar. Sudahlah, intinya yang ku lakukan, hanya berusaha untuk tidak bertindak lebih. Apalagi sampai ku rangkul tubuh mungilnya, merapatkan kepadaku, untuk sekedar melampiaskan perasaan gemas dan gejolak dalam dada ini, terhadapnya.

...

...

...

“Makasih pak ayah....” ujarnya ketika kami telah duduk di dalam mobil. Masih bersisian.

Aku menoleh, “Untuk?”

“Gak apa-apa.... makasih aja”

“Ohhh...”

“Oh iya, kata kak Dini tadi, bapak mau ke mall belanja gitu ya?” dia mengalihkan, dan sepertinya gadis itu tak ingin berlama-lama menatapku.

Makanya...

Kini....

Gadis itu pun mulai membuka topinya. Menggerakkan badannya, lebih ke mengangkat tubuhnya sedikit saja, buat sekedar menaruh topinya di jok belakang.

Karena hal inilah....

Seperti gerakan slow motion, di saat aku juga baru saja menoleh ke samping, sekedar ingin melihatnya, begitu ia ingin mengembalikan badannya seperti semula, tiba-tiba saja, posisi kami sudah amat sangat dekat.

Tiara....

Ahhhh, jangan menatapku seperti itu, dek. Sungguh, aku tak sanggup bertahan lagi jika kamu tak mengalihkan pandanganmu itu, dariku.

Jangan tanyakan bagaimana kini detak jantungku di dalam sana, di saat, Tiara masih saja tak merubah posisinya. Posisi yang setengah menyerong ke samping, tapi wajahnya, hanya berjarak sesenti saja dari wajahku. Yang juga kebetulan, posisi kepalanya agak berada di atas. Tak sejajar dengan kepalaku.

Yang bodohnya...

Aku menengadahkan kepala ini, buat sekedar menatap ke dalam matanya.

Tidak....

Aku harus mampu mengontrol diri ini. Karena semakin lama kami membeku seperti ini, maka, aku tak mampu menggaransi loyalitas pernikahanku akan terjaga dengan baik.



Andini....

Tolong suamimu...

Ya Allah, berikan hamba kekuatan untuk segera melepaskan diri dari sihir pesona gadis ini.

“Pak Ayah.... ke... kenapa li... liatin Tia ka.... kayak gitu?”

Alhamdulillah, wasyukurillah....

Syukurlah, dengan suara yang mulai samar terdengar di indera pendengar ini, mengharuskanku memberinya respon. Aku tersenyum, meski sekali lagi, jarak kami berdua hanya terpisahkan sesenti saja.

“Maaf...” hanya itu yang mampu terucap, lalu, akupun berhasil mengembalikan fokusku, menjauhkan posisi kepala ini darinya. “Ayo jalan lagi....”

Samar....

Aku mendengar, tarikan nafas panjang di samping, di iringi gerakan tubuhnya yang kembali duduk seperti semula.



Tiara.....



Apakah kamu sadar, kita berdua tadi, nyaris bersentuhan, dek?

Nyaris saja bibir ini mengecap bibir mungilmu, yang kemerahmudaan itu.....




Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd