Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TIARA... (No Sara)

CHAPTER 5 - B
Ada apa denganmu, Tiara?


Akhirnya, aku pun berhasil menghindari pandanganku ke arah roknya. Lebih tepatnya ke arah sepasang paha mungil nan proporsional itu, namun, sialnya, malah berhenti tepat pada bibir bermerah jambunya itu, yang amat sangat menggugah kelelakianku.

Lama kelamaan, aku tak sanggup. Aku tak sanggup untuk tidak sekedar bergerak, menggerakkan lengan kiri ini untuk sekedar menyentuh wajahnya yang damai itu. Meski terpejam, meski ku sadari jika gadis ini sudah nyenyak dalam tidur, tapi, untuk sekedar menyentuh di pipi buat mengobati gejolak ini, tak mengapa ku lakukan.

Maka hal itu akhirnya ku lakukan.

Yah, aku menggerakkan tanganku secara perlahan untuk memberikannya sentuhan kecil.

Jangan tanyakan bagaimana suasana jantung dan paru-paruku di dalam sana. Ritme kerjanya meningkat pesat. Bahkan aku sampai menahan nafas sambil tetap terus melakukan tujuanku ini.

Sedikit lagi....

Ah sedikit lagi, maka jemari ini akan menyentuh, sekedar bersentuhan saja dengan wajahnya.

...

...

...



Hingga.......

Ahhhhhh, lega......


Puas. Sungguh, ada kepuasaan yang tak terkira ketika jemari ini berhasil menyentuh di pipi. Lembut. Amat sangat lembut sentuhan yang ku lakukan, selembut pipi putih miliknya.

Tak ada gerakan yang kulakukan. Hanya sekedar menyentuh saja, tidak lebih.

Jenak berikutnya, aku tersentak, ketika wajah damai terpejamnya mulai membentuk sebuah senyuman. Yah! Tiara senyum dalam tidurnya. Tapi, itu amat sangat berefek padaku.

Ada apa ini? Apakah dalam tidurnya, dia merasakan sentuhan ini. Memimpikan jika aku menyentuhnya? Itu artinya, apakah dia selama ini mendambakan untuk ku sentuh?

Belum kawan....

Aku masih belum berhenti mendapatkan efek kejut kali ini, karena nyatanya, setelah itu, bibir mungil yang begitu menggemaskan jiwaku ini, mulai bergerak pelan, hanya untuk sekedar berucap, โ€œMaafkan Tia, kak.... ma... maafkan Tiara, kak Din.โ€



Degh!





Pelan. Suara itu amat sangat pelan terucap, lebih ke berbisik.

Ya Allah....

Apakah aku baru saja melakukan kesalahan? Ataukah, gadis ini pun merasakan atau menyadari perbuatanku, itu akhirnya ia meminta maaf kepada Andini? Atau dia, sedang bermimpi yang tidak benar, hingga membuatnya merasa bersalah?

Tak ingin berlama-lama di kuasai oleh perasaan menyesatkan ini, segera ku jauhkan tanganku dari wajah cantik gadis ini. Begitu berhasil ku lepaskan, aku akhirnya berhasil melancarkan pernafasanku yang sebelumnya nyaris berhenti.



Yang sialnya.....

Tidak lebih dari dua detik setelah berhenti ku sentuh, mata menyipitnya membuka. Perlahan, amat sangat perlahan, sepasang mata mungil itu mulai bergerak ke arahku. Dan semua itu, menjadi perhatian penuhku saat ini.

Dalam suasana pencahayaan yang temeram, kami bersitatap. Posisinya yang lagi menyandar, menyerong ke arahku, menatap dalam, amat sangat dalam ke mataku. Begitupun sebaliknya. Jenak berikutnya, wajah cantik menggemaskan itu, mulai membentuk sebuah senyuman.

โ€œKamu.... tertidur barusan, Raโ€ aku bergumam.

Dia mengangguk, pelan. โ€œIya pak. Ma... maafkan Tiaraโ€

Semua kekakuan, kebekuan yang terjadi hanya beberapa jenak lamanya ini, harus terhenti di saat lampu stopan pada akhirnya berubah warna. Aku lega, amat sangat lega, karena itu artinya, aku pun telah berhasil untuk tidak bersikap aneh lagi pada gadis ini.

Maka segera ku jalankan kembali mobil ini, tapi, tetap samar, ku sadari jika dari ekor mata ini melihat, gadis itu masih saja menatapku dari samping, sambil menyandar, sambil menyerong ke sisi kanan.

Anehnya.....

Keceriaan yang sedari awal, malah memudar. Keadaan yang kini terjadi, benar-benar semakin menyiksa. Sikap Tiara yang tak lagi seperti biasanya, lebih banyak diamnya, malah memberikan efek yang teramat sangat.

Malah menimbulkan pertanyaan demi pertanyaan di dalam benak. Apakah ia mengetahui dengan jelas tindakanku tadi padanya?

Lalu, kalo memang dia menyadari, lantas mengapa ia tidak melarang atau sekedar menegur, jika yang kulakukan padanya tadi amat sangat salah?

Jika memang ia tidak melarang, apakah ia juga memang menginginkan sebuah sentuhan?

Arghhhhh....

Perasaan.... oh perasaan.

Ku mohon, hilangkan semua perasaan menyesatkan ini dalam hati, gusti.

Aku tak mau, dan tak ingin terjerumus terlalu dalam dengan perasaan menyiksa ini. Dan buat engkau, wahai Tiara. Ku mohon, berhentilah bersikap mendiam seperti ini. Kamu sadar, jika ini semakin menyiksaku?

...

...

...

...

โ€œPak ayah.....โ€ dia memanggil setelah beberapa lama kami hanya diam.

Aku tak jawab, tapi menoleh.

โ€œHmm.... Tia pengen minta sesuatu dari pak ayah, bo... boleh?โ€ Jantungku, kembali lagi dan lagi, bergerumuh di dalam sana. Apa yang ingin ia pinta padaku?

โ€œTiara suka banget sama suara pak ayah.... jadi, Tia mohon.... boleh gak, nyanyiin satu lagu aja buat Tiaโ€

Waduh....

โ€œSaya... tidak bisa menyanyi, Raโ€

โ€œBoโ€™ong....โ€ dia bergumam.

โ€œSerius...โ€ aku membalas.

โ€œBoโ€™ong....โ€ again, dia hanya membalasku seperti itu.

Aku menarik nafas dalam. Amat sangat dalam. Apa sebenarnya yang tengah ia pikirkan, ia rencanakan sih? Masa, iya. Aku kalah hanya oleh seorang gadis sepertinya? Apakah memang, sosoknya begitu memukau, begitu mempesonanya kah, hingga membuat seorang Rudi harus kembali merasakan bunga asmara yang mulai timbul dan menyiksa sekarang ini?

โ€œTiara mohon, nyanyiin satu aja lagu buat Tiara, pak ayah.... pleaseโ€

Fiuh.....

Aku menghembuskan nafas gusar. Kemudian, tanpa sadar, kepala ini teranggukkan. Sejujurnya, aku memang pada dasarnya tak suka menyanyi. Bahkan, aku sendiri tidak menyukai suaraku saat bernyanyi. Tapi kenapa justru gadis ini sangat menginginkan mendengarnya?

โ€œGak usah pake musik.... pleaseโ€

Sekali lagi. Aku menarik hembuskan nafas ini yang semakin berat dan menyiksa.

Baiklah. Agar kamu tidak kecewa, maka aku akan lakukan, Tiara.

Aku mulai memikirkan lagu apa yang ingin ku nyanyikan. Hingga tercetuslah sebuah judul yang juga, sama seperti nama gadis yang menginginkanku bernyanyi.

Perlahan.... amat sangat perlahan, aku mulai bernyanyi, mendendangkan sebuah lagu khusus untuknya.





Tiara oleh Kris



Tiara, menggamit kenangan zaman persekolahan

Tiara, ku mimpi kita bersanding atas kayangan

Seakan bisa kusentuh peristiwa semalam

Di malam pesta engkau bisikkan

Kata azimat di telinga



Kita, terpaksa berpisah untuk mencari arah

Kita, dipukul ombak hidup alam yang nyata

Engkau jauh meniti puncak menara gading

Yang menjanjikan hidup sempurna

Tapi aku hanya, tunduk ke bumi

Hidup tertekan





[Chorus]

Jika kau bertemu aku begini

Berlumpur tubuh dan keringat membasah bumi

Di penjara terkurung terhukum

Hanya bertemankan sepi


Bisakah kau menghargai

Cintaku yang suci ini

Oh! Tiara, pedihnya

Dapatkah kau merasakan



[Chorus]

Jika kau bertemu aku begini

Berlumpur tubuh dan keringat membasah bumi

Di penjara terkurung terhukum

Hanya bertemankan sepi


Bisakah, masih bisakah

Engkau hargai cintaku lagi

Oh! Tiara pedihnya dapatkah kau merasakan

Oh! Tiara pedihnya dapatkah kau merasakannya

Tiara, Oh!





Ku akhiri lagu tersebut, dengan pelan. Dengan perlahan, hingga berakhir dengan satu tarikan nafas panjang.

Begitu ku tolehkan wajah ini, untuk sekedar mendapatkan komentar darinya.

Aku di buat membeku.....

Dari sepasang mata menyipitnya itu, tubuh yang masih berposisi menyandar di jok dengan nyaman, sepasang tangan yang melipat โ€“ perlahan, ku sadari jika mulai menitihkan air mata di sana.

Dia menangis....

Menangis dengan wajah yang begitu meneduhkanku.

Membiarkan titihan air mata yang begitu menyesakkan dada ini, menjadi perhatianku.



Ada apa denganmu, Tiara?

Dan, kenapa engkau sampai menitihkan air mata hanya karena mendengarkan aku bernyanyi barusan?


Bukankah, lagu yang ku nyanyikan pun, hanyalah lagu dari negeri seberang yang menurutku, gadis di jaman sekarang tentu tak akan menyukai lagu sejenis itu. Tapi nyatanya, apa yang engkau tunjukkan detik ini, jauh, amat sangat jauh berbeda dari yang ku pikirkan.

Sebegitu dalamnya kah lagu itu?

Sebegitu luar biasanya kah, efek dari lagu tersebut untukmu, wahai Tiara?



Dan.....



Detik itupun, mulai ku sadari jika aku..... kini, telah terjatuh oleh pesona............

Gadis bernama Tiara....................




Bersambung............
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd