Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY Tiga Bidadari dari Kampung Kandang Kebo ( comedy sex, no sara )

Hehheee
Banyak ngakaknya bacanya
Anyway bagus kok cuman hilangin binti nya
 
3. Pulang Ngaji


"Nah, aku nunggu di luar ya..!" seru Icoh mengabaikan pelototan Inah karena ditinggal sendiri. Icoh menarik tangan Atin keluar rumah Ustadzah yang bagian sampingnya dijadikan ruangan mengaji. Suara kodok yang kegirangan setelah sore tadi diguyur hujan. Dan Icoh selalu merasa suara kodok yang kegirangan selalu membuatnya menderita, membayangkan binatang kecil melompat menghampirinya. Hiii, jijik.

"Tin, emang kamu pernah lihat Inah ngintip Kang Uju?" tanya Icoh penasaran. Mumpung Inah belum selesai ngaji, tidak ada salahnya menanyakan hal yang mengusik hatinya. Aneh, kenapa Inah mempunyai hobi unik, mengintip Kang Uju
mandi. Biasanya cuma cowok yang punya kebiasaan ngintip, termasuk mengintip nya mandi.

"Pernah dua kali, kamu nggak percaya?" Atin balik bertanya, dia menatap Icoh yang melongo kaget. Mulutnya terbuka dan mengeluarkan suara Ooooo yang unik, konon suara seperti itu akan membuat bayi tidur pulas. Itu sebabnya dia dipercaya merawat dan meniduri, ech salah. Maksudnya ngelonin anak Kang Uju yang baru berusia 8 bulan. Menjengkelkan, dia seperti babysitter yang kadang kala harus menyusui anak Kang Uju agar mau tidur, padahal Icoh yakin payudaranya belum mengeluarkan ASI.

"Pulang, yuk...!" ajak Inah mengagetkan ke dua sahabatnya, bibirnya monyong karena dia jadi orang terakhir mengaji, hilang sudah kesempatannya pulang lebih awal agar bisa mengintip Emak dan Bapak bikin adik, karena kesempatan berduaan hanya ada pada saat semua anaknya mengaji. Kalau malam mereka tidak mungkin melakukannya, Emak dan bapak harus berbagi ranjanf dengan dua adiknya. Sedangkan Inah harus berbagi ranjang dengan adik perempuannya di dalam kamar yang hanya disekat sebuah bilik yang mulai renggang anyamannya dan sudah banyak yang bolong.

Akhirnya Tiga Bidadari dari Kampung Kandang Kebo berjalan pulang beriringan, terpaksa mereka berjalan beriringan karena jalan yang mereka lalui hanyalah jalan setapak tanpa aspal. Jadi mereka tidak mungkin jalan berdampingan,mereka berjalan dengan urutan Icoh berjalan paling depan karena tubuhnya lebih besar sangat cocok menjadi bodyguard, terutama payudaranya sehingga hantu pun akan berpikir dua kali menakutinya karena menganggap Icoh masih kerabatny Kelongwewe dengan payudara jumbo yang bisa menyembunyikan anak nakal.

Urutan ke dua yang berjalan di belakang Icoh adalah Inah, tubuhnya paling kecil sehingga apa bila angin bertiup kencang akan mampu menerbangkannya entah ke mana, kalau hal itu terjadi mereka akan kehilangan sahabat yang lucu, menggemaskan dan terlebih menyebalkan. Tiga kata yang lumayan cocok menggambarkan Inah, si gadis kerempeng sehingga membuat Emak nya berjuang keras memaksanya makan banyak biar tubuhnya bisa tumbuh seperti gadis lainnya dan orang tidak selalu menganggapnya kurang makan.

Yang berjalan di belakang Inah sudah tentu si Atin, ingat, bukan Atin si Tukang Angon Kebo, tapi Atin binti Oding. Atin selalu berada di posisi paling belakang bertugas menjaga Inah agar tidak terbawa angin, ech bukan itu maksudnya. Atin memang selalu memilih berada paling belakang, alasannya sangat sederhana karena.pantatnya yang besar akan menghalangi siapa saja yang berusaha mendahului mereka, sehingga mereka akan bisa berjalan dengan nyaman di jalan setapak.

"Nah, tititnya Kang Uju gede nggak?" tanya Atin iseng, selama ini dia belum pernah melihat alat vital pria dari kalangan manusia, paling hebat dia melihat alat vital kambing jantan Bapak yang sedang birahi. Maklum dia tidak punya adik laki laki yang bisa dijadikannya bahan praktek biologi, bahkan dia juga belum pernah melihat dari gambar karena malu.

"Gede. Ech, kamu ngomong apa sich?m !" seru Inah, kelepasan bicara. Secara tidak langsung Inah mengakui perbuatannya. Dasar Atin, dia berhasil menjebaknya. Nggak percuma namanya Atin, sehingga dia mewarisi kejelian Kang Atin si tukang angon kebo yang tahu rumput yang bisa dimakan atau tidak.

"Apa, kamu ngintip Kang Uju mandi !" seru Icoh membalikkan badan sehingga Inah menabrak payudara jumbo Icoh yang membusung menggoda Kang Uju untuk mengintipnya mandi.

"Eh, enggak." jawab Inah keki, boroknya terbongkar karena mulutnya ketularan idolanya si Omas.

"Nggak sekali, tapi berkali kali." jawab Atin, dia masih sempat menahan langkahnya sehingga tidak menabrak Inah. Atin menarik nafas lega berhasil terhindar dari tabrakan beruntun di jalan setapak, di kiri jalan ada sebuah parit kecil yang airnya deras mengalir. Sungguh tidak lucu kalau terjadi tabrakan beruntun mereka terjatuh ke dalam parit yang lebarnya 50 centi, sedangkan Atin sama sekali tidak bisa berenang.

"Cuma tiga kali, jangan fitnah kamu." Inah menutup mulutnya, kembali dia mengakui perbuatan yang seharusnya tidak boleh diketahui orang lain. Huf, berita ini pasti akan tersebar di seantero Kandang Kebo, gadis cantik yang imut ternyata hobi ngintip cowok mandi, apa kata Kampung Kandang Kebo??????

"Innnnnnahhhhhhh....!" seru Icoh jengkel, Inah sudah menggunting dalam lipatan. Padahal selama ini dia berjuang mati matian untuk tidak mengintip Kang Uju mandi, takut ada orang yang melihatnya.

"Iya, aku akan lebih berhati hati supaya nggak ada yang tahu." jawab Inah kaget, ketika setiap apa yang sedang dipikirkan pasti diucapkannya. Sepertinya dia harus mengganti bintang idola supaya mulutnya lebih bisa dijaga, tapi kira kira siapa idola baru yang akan dipilihnya.

"Nah, gede mana titit Kang Uju dengan titit kambing bapakku?" tanya Atin penasaran, dia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Masalah Icoh gampang, dia pasti tidak akan marah.

"Aku belum pernah lihat titit kambing, aku cuma tahi titinya Kang Uju dan Bapakku." aduh, ini mulut terus ngoceh nggak karuan, tidak semua kejujuran itu baik.

"Gelo kamu Nah, bapak sendiri juga diintip..!" seru Icoh, dia tidak bisa berkata yang lain, Inah lebih berpengalaman dan punya nyali, jauh bertolak belakang dengan tubuhnya yang mungil. Sedangkan Icoh, hanya payudaranya saja yang besar, dia tidak punya keberanian ngintip Kang Uju, padahal dia sangat ingin tahu.

"Udah, pulang yuk..!" seru Imah, dia ingin secepat pulang. Semoga masih sempat melihat Emak dan Bapak bikin anak sebelum adik adiknya pulang.

"Nanti dulu, kenapa kamu berani ngintip Kang Uju mandi?" tanya Icoh penasaran, dia ingin mendengar alasan Inah kenapa mengintip Kang Uju.

"Iya, iya nanti aku ngajakin kalian kalau mau ngintip Kang Uju, biar kamu tahu kenapa aku suka ngintip.." jawab Inah jengkel, apa salahnya dengan kebiasaannya mengintip, ini kan berguna sebelum dia punya pacar.

"Inahhhhh...!" seru Icoh dan Atin berbarengan, sungguh tega Imah, dia ingin menjerumuskan ke dua sahabatnya. Mengintip Kang Uju mandi, hiiiik Atin merasa hal itu sangatlah mungkin dicoba, bukan hanya ngintip kambing Bapaknya yang sedang birahi.

"Jangan sembarangan kamu Nah, aku nggak mau. !" seru Icoh ketus, mengintip Kang Uju mandi bukanlah solusi terbaik untuk melihat bentuk titit cowok.

oooooOooooo​

"Coh, nitip si Uus..!" kata Kang Uju mengangsurkan anaknya yang baru berusia 8 bulan dan terpaksa ditinggal ibunya yang menjadi seorang TKW demi kompor di dapur tetap menyala, alasan yang menurut Icoh tidak masuk akal. Mereka tidak pernah menggunakan kompor, tapi tungku kayu bakar yang dibikin dari tanah liat dan campuran sekam. Bahan bakarnya, ya kayu bakar yang bisa di cari tanpa membeli.

Yang jelas, Kang Uju sangat mengidolakan Kang Aceng di Sinetron Dunia Terbalik. Tebar pesona ke setiap wanita yang ditemui, siapa tahu ada yang bersedia dijadikan istri dan kemudian dikirim jadi TKW, sebuah investasi jangka panjang yang menggiurkan.

Dengan bersemangat Icoh mengambil Uus yang sedang menangis dalam gendongan Kang Uju yang sedang mupeng melihat tonjolan payudara Icoh, sayang Kang Uju hanya bisa menelan air liur melihatnya.

"Akang, mau ke mana ?" tanya Icoh curiga, ada kabar burung yang didengarnya. Kang Uju sedang bersemangat PDKT dengan janda kaya yang punya Kebo 10, padahal janda itu nggak cantik, cakep aja enggak. Sungguh rendah selera Kang Uju, padahal banyak gadis cantik yang bersedia jadi pacar Kang Uju.

"Nggak ke mana, Akang nggak tahu caranya bikin Uus diam." jawab Kang Uju, matanya terus tertuju ke arah payudara Icoh.

"Akang, ngapain ngeliatin tetek Icoh terus..!" seru Icoh tersipu, jantungnya berdebar kencang. Siapa cewek yang nggak senang melihat pandangan kagum cowok pada bagian tubuh yang dibanggakannya.

"Tetek kamu gede banget, Akang." Kang Uju tidak berani meneruskan kalimatnya, sekilas dia melihat bayangan Emak semakin mendekati pintu yang terbuka. Urusan akan jadi runyam kalau sampai Emak tahu, bisa kelaparan kalau Emak tahu. Duh, kapan si Acoh istrinya mengirim uang bulanan seperti yang dijanjikannya.

"Makkkkk..!" seru Icoh melihat ke arah pintu, melihat Emak dan Bapak pulang kondangan. Icoh yakin, di tas Emak banyak makanan kesukaannya, bolu dan kue cucur. Air liurnya menetes tidak terkendali, berharap Emak segera memberinya bagian paling banyak.

"Kamu Icoh, bukannya ngelonin si Uus dulu.!" seru Emak yang mengerti arti tatapan mata Icoh yang penuh harap, Emak memeluk tasnya menggoda Icoh yang kecewa bagiannya terpaksa ditunda. Urusan Uus jadi prioritas buat Emak, Icoh membawa masuk Uus. Dia harus segera berhasil meniduri Uus, eh salah. Maksudnya membuat Uus segera tidur dengan jurus pamungkasnya yang tidak pernah gagal.

Setelah pintu tertutup rapat, sayang tidak ada kunci yang menghalangi orang masuk dengan bebas ke dalam kamarnya. Icoh membuka kancing bagian dada dan mengangkat jilbab syar'inya yang lebar ke pundak, tanpa ragu Icoh mengeluarkan payudara jumbonya dari balik BH. Icoh menyodorkan puting payudaranya ke mulut Uus yang langsung terbuka menyambutnya dengan lahap, menghisapnya dengan rakus. Bocah malang, sudah sering dia dibohongi dan masih tetap percaya akan ada ASI yang keluar dari dalam payudara Icoh yang sedang memejamkan mata menikmati sensasi geli geli enak dan membuatnya ketagihan.

Icoh tidak sadar di luar, Kang Uju mengurungkan niatnya masuk ke dalam kamar Icoh, dia penasaran apa yang membuat Uus bisa dengan mudah ditaklukkan Icoh. Kang Uju melihat sekeliling, Emak dan Bapak ada di ruang depan, semoga mereka tidak masuk ke dalam dan memergoki perbuatannya yang ke sekian kalinya.

"Icoh...!" seru Kang Uju melihat dari lubang kecil di dinding triplek yang sengaja dibuatnya agar bisa mengintip Icoh, matanya terbelalak takjub melihat Uus begitu bernafsu menghisap payudara Icoh.

Akhirnya Uus tidur, bukan karena kenyang tapi lelah berharap dan usahanya sia sia karena tidak ada setetespun ASI yang keluar dari payudara Icoh. Icoh tersenyum, dia tidak pernah gagal menipu Uus dengan harapan palsu. Perlahan Icoh menaruh tubuh mungil Uus di atas kasur miliknya.

"Emakkkkk...!" Icoh berteriak nyaring, sibuk memasukkan payudaranya dari pandangan tikus yang berada di atas mejanya, tajam dan licik menatap payudara Icoh yang sudah kembali pada tempatnya. Hilang sudah harapannya untuk bisa ikut mencicipi ASI yang tersimpan di payudara jumbo Icoh, ASI yang sudah membuat anak kecil itu tidur karena kenyang. Andai tikus itu tahu, ukuran payudara jumbo Icoh sudah menipunya, tidak ada setetespun ASI yang keluar, Uus tidur karena kelelahan berusaha mendapatkan ASI.

Wajah Icoh pucat ketakutan, makhluk menjijikan dan mengerikan itu tetap memandang penuh hasrat ke payudara jumbo Icoh, .engharapkan Icoh luluh hatinya dan memberikannya sedikit ASI untuk mengganjal perutnya yang kelaparan.

Mendengar teriakan Icoh, Kang Uju kaget setengah mati. Secepat kilat lari tunggang langgang sebelum Emak dan Bapak melihat perbuatannya mengintip, Kang Uju memaki dalam hati, kapan Acoh istrinya akan mengirim jatah bulanan sehingga dia tidak perlu numpang makan di rumah orang tua. Andai, dan andai.

"Ada apa, Icoh.. !" teriak Emak dan Bapak berbarengan, keduanya berlari masuk ke dalam kamar membuat tikus kaget dan lari tunggang langgang masuk ke kolong ranjang Icoh.

oooooOooooo​

Inah masuk ke dalam rumah dengan wajah kecewa, ternyata ritual rutin Emak dan Bapak baru saja selesai. Terlihat jelas Emak berusaha merapikan rambutnya yang acak acakan dan Bapak keluar kamar sambil membetulkan celana pangsinya yang kedodoran. Wajah mereka terlihat sumringah setelah ritual yang dilakukan serba cepat sehingga Bapak tidak sadar celana pangsi yang dipakainya sobek lumayan besar tepat bagian benda pusakanya membuat mata Imah melotot takjub.

"Bapak, itu burungnya kelihatan..!" seru Emak memegang burung bapak agar tidak terlihat oleh Imah yang sudah terlanjur melihatnya. Emak menarik burung Bapak ke kamar sebelum Inah ngiler melihatnya, bahaya sungguh berbahaya kalau burung bapak salah masuk lobang. Aduh, amit amit jabang bayi, seru emak dalam hati.

"Aduhhhh Mak, jangan ditarik, sakit tahu!" protes Bapak terpaksa mengikuti tarikan Emak agar burungnya tidak copot, bisa dibayangkan kalau burung Bapak copot ! Emak dan Bapak akan kehilangan satu satunya hiburan yang mereka miliki. Hm, tanpa hiburan, apa jadinya kehidupan mereka yang sudah susah akan semakin susah.

"Buruan masuk Pak, nanti si Inah kepengen..!" seru Emak tidak memperdulikan proyek bapak, Emak tetap menarik burung bapak dengan keras.

"Emak, ngomong apa sich? Inah nggak doyan sama burung peot..!" seru Inah merasa dilecehkan, Emak menganggap dia tidak bisa mencari burung muda yang masih kencang.

"Euleuh euleuh, burung bapakmu nggak peot, masih kuat ngebor emak tujuh ronde semalam. Iya kan, Pak?" tanya Emak berbalik ke arah Inah, maj tidak mau bapak mengikuti gerakan Emak agar burungnya tidak benar benar copot, dunia akan kiamat kalau burungnya copot.

"Ampunnnn Mak, burung bapak copot." jawab bapak, wajahnya meringis menahan sakit.

"Bapak, jangan sampai copot...!" seru Emak, reflek melepaskan burung bapak, dan Inah melongo melihat burung Bapak yang berubah warna menjadi merah karena kencangnya genggaman Emak.


Bersambung.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd