Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Bimabet
Enam Belas​



Siang ini ansel berniat mengambalikan mobil sendiri ke singkawang. Awalnya anggit mau ikut, kondisi anggit kurang sehat, mau tak mau ansel kesana sendiri.

“lo gak apa-apa gue tinggal sendirian?”

“ngak kok, kenapa mau ajak gue main di mobil?’ tanyanya menyeringai.

“iah, tapi kasian deh gak jadih” ledeknya mengecup bibir anggit pelan,

“mama lo, kemana? Gak keliatan?” ansel memeriksa kondisi mobil yang lebih kotor dari sebelumnya.

“katanya mau ke rumah sodara, mau kasih beras, tadi aja bawa troli buat bawanya” jelas anggit,

“kalau pulangnya malam?”

“yah gak apa-apa, udah biasa kali sendiri, yang ada lo berani gak pulangnya?”

“semogaaaa” ucapnya dengan yakin, tapi jujur memang masih takut melewati perkebunan karet malam-malam.

“bletaaaakkkkkk” suara sesuatu di belakang mobil saat ansel tak melihat tanggul. Dengan cepat ansel menepikan mobilnya.

“gila kayak nabrak gue” gumamnya melihat kolong mobil tak ada apa-apa, dan tak ada yang penyok juga di body mobil. Merasa iseng ansel memilih melanjutkan perjalanan apa yang terjadi.

Tepat jam satu sore ansel sudah sampai di tempat dimana mobil di antar, sebelum orangnya datang ansel kembali memeriksa kondisi mobil, dari ban, kolong mobil,

“ohh.. shiit mayat?” gumamnya terkejut melihat seseorang di bawah kursi belakang.

“ohh, sejaka apa ada orangg” dengan sedikti panik ansel langsung melihat siapa yang di dalam sana. Dan ansel kembali terkejut karena itu adalah mamanya anggit.

Ansel menjulurkan tangannya mengecek nafas di hidungnya, untungnya masih ada nafasnya. Yang bearti mamanya anggit pingsan saat melewati tangul yang tinggi tadi.

“tanteee.. tantee” ansel melipat kursi tengahnya, mencoba membangunkannya dengan menepak pelan pipinya.

“ayo tante bangun, mobilnya mau di ambil” ansel mulai panik belum ada tanda-tanda mama anggit sadar.

“enggh” suara desis mama anggit membuka matanya perlahan, dengan sigap ansel mebantu mamanya duduk di kursi belakang.

“aw awa awh” desisnya lagi memgang kepala belakangnya.

“tante gak apa-apa?” angguknya menyipitkan matanya yang memang sudah sipit, tetapi tanganya terus memegang kepala belakangnya.

Tak lama seseorang mengambil mobilnya dan mengembalikan KTP ansel. Untungnya dua orang itu tak curiga mobilnya habis di isi beban yang sangat berat.

“pakai ini tante,” ansel memebrikan air meneral dingin agar kepalanya di kompress, entah kenapa mamanya sedikit berbicara, mungkin ini karena efek terbentur.

Ansel dan mamanya anggit duduk di emperan toko yang sedang tutup. Menunggu kondisi mamanya lebih baik.

“gimana sekarang?” tanya ansel yang memerphatikan pakaian mama anggit yang memakai pakaian mau ke kebun, kaos yang agak ketat dan celana panjang.

“lebih baikan,” ansel sedikit lega mendengar suaranya.

“tapi kenapa kok tante ada dalam mobil?” tanya ansel penasaran. Mama anggit kembali diam.

“kita makan siang dulu yah, ada makanan enak disana” tunjuknya ke rumah makan bakso sapi dan mie ayam.

Rasanya sedikit canggung berjalan berdua seperti ini, sama yang di rasakan mamanya juga. ansel memesan dan memilih duduk di tempat agak sepian.

“wooo enaknyaa” seperti biasa ada makanan enak pasti ansel nambah sama halnya bubur pedas. Mereka saling tak berbicara sampai selesai makan.

“kita langsung pulang tante?”

“nanti aja, udah lama udah gak kekota kayak gini” senyumnya melihat keramaian di kota singkawang.

“nanti anggit nyariin tante?”

“kamu khwatir?”

“iah khwatir kalau kepergok mamanya ada disini hehehe”

“kesana yuk, “ ajak mamanya pegang tanganya, ansel merasakan hal ini seperti sedang pdkt dengan seseorang. Jantungnya sedit berdebar.

“apa mungkin mamanya anggit suka gue juga?” pikiran yang campur aduk, sambil mengikuti langkah mamanya anggit keliling kota dengna jalan kaki. Sampai keringet membasahi bajunya. Tetap saja mamanya tak terlihat capek.

“tante isrihata dulu,” ansel melihat sudah jam empat sore, mamanya anggit menyetujinya duduk di pedangang kaki lima sambil minum es.

“tante namanya siapa?” tanya ansel penasaran?

“buat apa?”

“buat lebih akrab eheh” pertanyaan yang biasa ansel buat untuk menyamankan pelanggannya dengan pujian dan pancingan.

“nessa, panggil aja itu” senyumnya menyeruput es.

“oke tante nessa”

“umur kamu berapa memang ansel?” tanya balik tante nessa.

“dua enam tante, dan tante sendiri?”

“tiga puluh empat, tua yah?” tawanya menyeringai, dugaan ansel benar umurnya tak jauh beda dari tebakannya.

“muda lah tante, anak cuman satu dan jarang di jamah” ucapan yang keluar begitu aja, ansel pikir itu aka menyingungnya, tapi malah membuat tante nessa tertawa geli mendengarnya, dan sekarang pembicaraanya mereka berdua tak secanggung tadi.

“kita pulang naik apa tante?” tanya ansel mengahlihkan perhatian ke belahan buah dadanya yang tercetak jelas karena keringat. Abang-bang es juga pasti curi-curi pandang.

“naik travel bisa, taksi juga ada,” jawabnya, ansel langsung memegang tangannya pergi ke tempat dari situ, karena tau abang-abang es lagi memperhatikan buah dadanya.

“eh kenapa?”

“gunung tante membuat perhatian abangnya” bisik ansel, sekejap tante nessa menyilangkan tanganya menutup buah dadanya. Sambil menyari taksi.

“kamu mau tau alasan aku masuk ke mobil?” nada pembicaraan berubah menjadi seolah sudah saling kenal dekat.

“mau dong tante”

“mau pergokin kamu sama anggit” senyumnya.

“haa?”

“kenapa terkejut?”

“tante jaga-jaga agar hubungan kamu sama anggit sehat, buat habis pakai tinggalin gitu aja” lanjutnya membuat ansel sedikit paham, ia sendiri takut ansel meninggalkan anggit gitu aja.

“tante tau kalau aku sama anggit.....” ucapnya langsung terdiam.

“pastilah, kamu udah sodok dia kan?” raut wajah tante nessa menjadi serius,

“heehe, maaf tante, itu terjadi gitu aja,” jawab ansel pelan,

“tapi aku cukup kagum sama sikap kamu di gudang, kamu memilih tinggalin daripada ambil kesempatan” lanjutnya.

“itu.. karena aku udah janji ke anggit juga, jadinya aman.” ansel mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi tapi ini bukan waktu yang tepat. Taksi sudah datang.

“kemana cici?” tanya sang driver taksinya.

“sambas mas ke bukit liteng”

“wah, kejauhan kalau ke sana lagi” ucapnya.

“saya tambahin nanti, yah please” ansel menyodotkan dua lembar duit merah, taksi pun setuju setelah ansel membayar uang muka dua ratus ribu. Ansel dan tante nessa duduk di belakang. Dan tak ada pembicaraan seintim tadi selama perjalanan.

***​

Matahari mulai tenggelam, ini baru setengah perjalanan, tante nessa yang tertidur menyandarkan kepalanya di bahu ansel,

“kalau umur nya tiga puluh empat, bearti pas lahir anggit umur dua puluhan”

“wahh masih mengkel udah bunting” gumamnya memperhatikan wajah tante nessa, memikirkan apanyang terjadi di usia dua puluh tahun.

Fokusnya kini terbagi ke arah bibirnya yang ternyata tebal memerah, walau kulitnya tak seputih orang-rang singkawang yang ia temui tadi.

“masih pasangan baru yah?” tanya sang driver saat suasan hening.

“iah baru merid kemarin, sekarang lagi honeymoon mas” jawab ansel merangkul pundak tante nessa agar lebih erat,

“wah laagi hot hotnya itu haha”

“yoiii mas,” jawab ansel tertawa menanggapi pembicarannya, lagi pula sekilas memang gak keciri umur tante nessa segitu,

Tak lama terasa lengan kiri ansel merasa sesuatu yang kenyal. Ternyata buah dada tante nessa, reflek ansel menocba memegangnya diam-diam.

“Eheenm” dehem driver. Ansel pun tak berani melakukanya.

“Saya gak lihat kok, asal ada rokoknya hehe” ansel langsung kasih seratus ribuan begitu aja.

“Ada juga kok pasangan yang baru nikah suka jail gitu, ada juga malah yang main di taksi” jelasnya.

“masa?”

“iah.. Saya beberapa kali. Ninggalin pasangan muda di mobil, ketempat sepi”

“mas sama cici nya mau?” tawar drivernya.

“Ha ngak.. Kok. Hehe”. Sang driver pun memutar spion tengahnya agar tak melihat ke belakang.

Ansel langsung merebahkan tante nessa, meletakannya kepala di kedua pahanya.. Buah dadanya semakin menggoda. Tanganya langsung reflek memegang pelan.

“mas ini kemana lagi?” tanya driver berhenti di persimpangan dekar rumah besar.

“ke kiri, ya ke kiri” jawab ansel yakin, karena memang patokannya rumah besar ini.

“okelah, mas tau aja tempat sepi” kedipan mata driver membuat ansel sedikit aneh, tapi memang ini jalannya. Mobil pun mulai masuk ke perkebunan karet.

“kok berhenti mas?” tanya ansel bingung.

“loh bukannya mau basakian?” celetuknya.

“apa lagi itu?” sang driver tertawa geli mendengarnya,

“itu bahasa banjar, gak jauh beda sama berhubungan intim ” jelasnya langsung keluar dari mobil,

“wah,, apa dia pikir gue mau ML sama tante nessa lagi?”

“ANjirr kenapa kalau berurusan dengan tante- tante, janda, itu selalu buat gue gak bisa nahan”

“maafin gue yak anggin, terlanjur” remasan pelan langsung di kedua buah dada tante nessa yang kenyal dan juga besar. Tangannya kini mengelus perlahan belahan vaginanya dari luar celana.

Ansel menyingkap kaosnya dan juga bra yang tante nessa pakai, tak telalu gelap, karena cahaya lampu kabin mobil. Posisi tante nessa sekarang menjadi rebahan di kursi belakangan. Dengna cepat ansel berusaha membuka pengait bra yang ia pakai.

“Ansel?” ucap tante nessa yang sadar dari tidurnya

“ngapain?” tanyanya belum sadar apa yang di lakukan ansel. Ansel yang sudah terbawa suasana langsung melumat bibirnya dengan penuh nafsu.

“engggghh” tante nessa tak semudah yang ansel bayangkan, ia memberontak saat bibirnya di cium,

“tante butuh juga kan?” pinta ansel coba menahan kedua tangan tante nessa, tapi sayang tenaga tante nessa lebih besar membuat tubuh ansel terdorong ke pintu, seketika membuat mobil bergoyang.

“yehaaaaaa, ganassss sekalii” teriak sang driver yang asik merokok melihat mobil taksinya sedang bergoyang-goyang.

“anseell,, tante marah yah!!” ucapnbya mulai serius, tapi ansel tak memperdulikan,

“ihhh bukan gini caranyaa ansell!!!” tante nessa terus berontak, ansel terus bergerlut berusaha menjinakan tante nessa. Tetap saja tenaga tante nessa tak seperti yang lainnya. Beberapa kali ansel terdorong kepintu.

“plaaakkkkk!!!!” tamparan sangat keras di pipi kanannya, ansel langsung terdiam sejenak.

“gila kamu,, ansel !!” teriaknya benar-benar marah, tante nessa langsung keluar mobil sambil merapihkan pakaian dan celananya yang tersingkap.

“tante tunggguu” ansel mengejarnya dengan terus memegang pipinya yang terasa sangat nyeri.

“loh mas udahan??” crotnya cepet ya? Pacar mas marah?” tanya driver melihat kejadian ini tampak bingung.

“ahh udahlah,, “ ansal tak memperdulikan ucapan sang driver dan langsung mengejar tante nessa yang berjalan sangat cepat melewati perkebunan karet.

“tanteeee tungggguuu!!” ansel langsung berlari mengejarnya, suasana yang gelap yang hanya di terangin cahaya malam membuat ansel merinding.

“haaa.. kekejar juga, tanteee” panggil ansel, tetapi tante nessa masih terlihat marah dan kesal, sesekali ia berjalan sambil mengaitkan bra yang di copot ansel.

“tantee.. please, ansel ke hasut sama driver tadi.” lanjutnya tak percaya, baru kali ansel merasakan penolakan yang sangat pedas, ansel pikir tantr nessa tak jauh beda dengan tante lainya. beberapa kali mencoba tetap saja tante nessa tak memperdulikan ansel dan terus berjalan cepat.

Sampai dua puluh menit berlalu, dengan keringat yang mengalir keseluruh tubuh akhirnya ansel bisa melihat desa,

“tante!!”

“brrukk” salah satu kakinya terkilit membuat ansel tersungkur, tante nessa berhenti sebentar menoleh kearah ansel yang tersungkur, dan kembali berjalan , setelah melihat ansel berdiri lagi.

“Maaa.. Ih darimana aja sih~” desis anggit. Yang sengaja menunggu di teras depan.

“Loh, kok kalian berdua jalan bareng?” lanjut anggit melihat ansel berjalan menahan kakinya yang terkilir tadi.

“mama dari tetangga kok” senyum mamanya berusaha tak menunjukan kekesalannya terhadap ansel,.

“lo kenapa? Capek banget?” tanya anggit,

“gue jalan kaki, dari depan mau masuk desa, sampai sini” jelas ansel langsug merebahkan tubuhnya di teras. Nafasnya benar-benar mau habis.

“kok bisa?”

“ia gue di turuinin sama taksi, gak mau kesini kejauhan katanya” jelas ansel sebisanya, dan gak mungkin dia bilang soal tadi. Dengan polosnya anggit tak curiga sama sekali.

“ini pipi lo merah kenapa?” anggit memeriksa pipi yang garis merah panjang dan jelas seperti telapak tangan.

“ohh tadi ada nyamuk banyak, gue tampar ke pipi sendiri” jelas ansel berbohong lagi,

“ohh pantes, lo sih pea gak pelan-pelan pukulnya” anggit kasih tau kalau bekas tamparannya cukup terlihat jelas. Bearti tamparan tante nessa benar-benar keras.

***​

Efek kelalahan semalam, ansel bangun lebih siang kali ini, ansel merasakan beberapa bagian tubuhnya terasa nyeri, seperti punggung, kaki dan juga pergelangan kakinya yang agak bengkak.

“ahh sial sakitt” desis ansel aga kesulitan berjalan.

“anggit” panggil ansel yang ternyata itu tante nessa yang sedang masak nasi.

“anggit lagi ke rumah sodara, bawain nasi” jelasnya dengan wajah yang datar, tapi rasa kesalnya sudah mereda.

“tante,, ansel mau soal”

“allalalaallaaaa” ucapnya terpotong pas kakinya di pukul jagung oleh anggit yang baru pulang.

“ih lebay” ucapnya memkukul sekali lagi. ansel tak bisa menutupi rasa nyeri.

“sakit tau,” jawabnya memegang kedua pahanya.

“ini,, atau yang ini?” anggit beberapa kali menoleh pahanya dengan batang jagung,

“dua-duanya, ini efek jalan semalam tau, jangan toel lagi, gue sentil nih” jawab ansel beberapa kali menepis jagung yang mau di toel lagi ke kakinya.

“hahaa,, iah ngakk,” anggit tersenyum melihat ansel berjalan seperti aki-aki.

“kita masak apa ma hari ini?”

“masak nasi, sama tahu, tempe, ikan goreng” jelas mamanya sesekali memperhatikan ansel yang berjalan pincang kembali memasuki kamar.

“ma, kayaknya kaki si ansel ke sleo” kata anggit di sela-sela bantuin masak.

“terus? “

“hhehe” Anggit hanya tertawa.

“Mama urutin kakinya? “angguk anggit senyum lebar.

“Mama kan jago urut gitu, ya ya ya” pinta anggitt memegang pundaknya.

“terus yang antar rantang nasi ke bibi sri siapa?”

“ rumah bibi kan paling ujung” lanjut mamanya.

“gak apa-apa, sekalian anggit jalan-jalan yah”. Rayu anggit berharap mamanya mau urut kaki ansel.

“Ya udah, “

“kamu bangunin ansel sana, udah siang” angguk anggit langsung ke kamar.

Benar saja, ansel tidur terlentang dengan bantal mengganjal satu kakinya yang bengkak.

“hoii keboo bangun~~” anggit menoel pipi ansel sambil tersenyum.

“kalau gini pasti bangun” desis anggit meremas penis dari luar celana kolor. Tak berhasil juga, tangannya langsung menyingkap celana kolor sampai ke pahanya.

“ihh nyebelin, gak mau bangun juga” Bukan ansel yang bangun, tapi penisnya yang sebagi tegak dan keras. Senyum anggit melirik kiri kanan.

“Slssshrrruppssssd” anggit menghisap kelapa penisnya sambil terus mengocok dengan cepat.

“uhm baunya” gumamnya mencium kepala penis ansel beberapa kali, menikmati aroma khasnyaa dan kembali melumat penisnya.

“ssshhhh,.. “ desah ansel muali terbangun..

“Akhirnya bangun juga, dasar otak mesum” tawa kecilnya terus mengocok penis ansel.

“anggit, udah belum bangunin ansel?, ini rantang buat bibi sri “ ucap mamanya tepat di pintu kamar, reflek anggit langsung menarik bantal yang menjadi tatakan kakinya, menutupi selangkangannya.

“hehehe, maap gak sengaja” sambung anggit melihat ansel menahan rasa nyeri di kakinya setelah menghantam lantai.

“iah ma, udah, baru bangun dia” anggit keluar kamar begitu aja, tanpa memperdulikan ansel.

“ma berangkattt” teriaknya terdengar sampai kamar,

“masih nyeri?” tanya tante nessa pas ansel keluar perlahan untuk mandi.

“iah bengkak juga tante,”

“tante.. maaf tante soal semalam” ansel menarik nafas dalam-dalam,

“kamu mandi dulu, nanti tante urutin yang bengkaknya,” jawabnya pelan langsung kembali ke dapur.

Selesai mandi ansel hanya memakai kolor, secara tak langsung memamerkan lagi bentuk tubuhnya ke tante nessa yang sedang menutupi meja makan.

“urutnya dimana tante?” tanya ansel,

“di ruang depan aja, kamu tunggu sana, nanti tante bawain minyak urutnya” ucapnya tak berani menatap wajah ansel.

“Duduk disitu, tante mau liat kaki kami” ansel sedikit meringis saat tangan tante nessa menarik kakinya sejejar dengan posisi duduk.

“Awwwh tante pelan.. Sakit” desis ansel menahan rada sakit di pergelangan kakinya. Padahal tante nessa hanya mengoleskan minyak sambil menekan pelan.

“tulang kamu geser dikit”

“Tahan dong. Kamu kan cowok”

“tapi beda cerita kalau iini” ansel meringis menahan rasa yang tak karuan di kakinya.

“tante harap kamu gak main-main yah sama anggit” ucapnya tiba-tiba.

“iah tante, ansel bakal nahan kakau liat bening-bening demi tante”.

“eh angit maksudnya”

“bukan itu”

“kreteeekkkk” tiba-tiba tante nessa memelintir kakinya sampai berbunyi.

“arrgggghhhhhhh”jerit ansel sekeras-keras, ia merasakan seperti ada tulang yang bergerak di pergelangan kakinya.

“jangan sampai anggit hamil” ucap tante nessa tanpa memperdulikan ansel menahan rasa sakitnya.

“iah tante.. Gak akan ansel hamilin kok.. “

“tunggu kalian nikah baru boleh, “ Senyum memegang kembali kaki ansel.

“sayang cuman menyayangkan, anggit melakukannya di umur yang baru enam belas tahun”

“ansel juga menyesal tante kebawa nafsu” jawab ansel menghela nafas panjang.

“tadi kamu juga di oral kan sama anggit? “ pertanyaan membuat ansel terdiam.

“Lallalalaaaaa tan tanteee.. Alala sakit ohhh” teriak ansel lagi ketika pergelangan kakinya di putar perlahan.

“Tantee. Iah tadi anggit bangunin nya di gituin” jawab ansel, seketika tante nessa menghentikan menggerakan pergelangan kakinya. Secara gak langsung ansel di intograsi.

“Tante mau liat? “ celetuk ansel. Tante nessa menjawab dengan mengurut paha ansel sampai ke betis.

“Uhhhhhhhhhhhhh, “

“maaf tante.. Reflek dari sananya ngomong gitu uhh” ansel terus menahan rasa sakitnya.

“mana lagi yang sakit?”

“ Paha atasan dikit tante. Pas tante urut itu sakitnya sampai ke pinggul”. Ucapnya gak bohong.

Tante nessa kembali mengoleskan minyak urut ke pahanya. Mengurut ke bagian atasnya. Dan tak sengaja ia menyenggol penis ansel yang setengah terbangun

“apa itu”

“kamu gak pakai celana dalam?”

“hehe iah. Biasa kalau urut gitu cuman di tutupin handuk tante, terus di urut samlai keluarr” ucap ansel.

“lalalalaaaaa aahh ssa saakit tsntee uuhhhhhh” lenguh sakit ansel, merasakan ini jawaban secara gak langsung dari ucapannya.

“kamu benar - benar mesum yah, pantes anggit kena rayuan buaya kayak kamu”. Desisnya kembali memasukan tanganya.

“Lebih baik jujur apa adanya tante”

“ansel nurutin apa kata tante, gak bakalan lakuin lebih” tante nessa diam sejenak, tanganya yang sudah masuk pahanya kini lebih dalam menyentuh penis ansel yang masih tertidur.

“Kecil ya tante?” celetuk mesum ansel merasakan tangan tante nessa menggengam penisnya.

“uhmm lumayan, “ senyumnya diam-diam mengocoknya sampai telapak tanganya semakin susah menggengam.

“kamu jangan salah paham, tante lakuin ini buat minta maaf soal tamparan kemarin” senyumnya lagi langsung turunin celana kolornya.

“plaakk” penis ansel tak sengaja menampar wajah tante nessa.

“Kenapa tante? “ raut wajahnya langsung salah tingkah melihat ukuran penisnya yang sudah tegak sempurna

“Ukurannya hehee. “

“tante mau bikin ansel klimaks?”

“iah sebagai ucapan maaf, tapi hanya sebatas itu okeh gak lebih” ucapnya.

“ansel paham kok, ansel gak bakal lakuin lebih tanpa izin tante” gumamnya sedikit mendesah pelan.

“ Gak bakalan cepet kelusr tante kalau di kocok gitu doang” ucap ansel saat tangan tante nessa naik turun mengocok dengan cepat, apa lagi sudah ada pelumasnya, minyak urut.

“Belum tentut ukuran besar tahan lama, lima menit paling dah keluar” ucapnya melirik arah ansel yang dengan santai beradandar di bangku.

“Kalau gak juga pakai yang lain yah? “ tawar ansel.

“okeh” tantes menyetujinya secara gak langsung termakan hasutan mesum ansel. Kini jari-jari tanganya bermain di kepala penisnya yang mengkilam karena minyak.

Ucapannya benar, lima menit tak kunjung klimaks. Tante nessa terus mengocoknya dan ragu-ragu melumat penis ansel.

Tanpa sadar tangan satunya mengelus selangkanganya sediri.

“Lsrrruuppppssshjpp” lumatan hanya sebatas kepala penisnya. Dan semakin berani semakin dalam memasukan penis ansel.

“Nnggghh mpaaahh” ansel menekan kepala tante nessa sampai kepala penisnya masuk ke kerongkongannya

“ngghhnngghh”

“plopppp” tante nessa langsung melepaskan penisnya. Nafasnya benar-benar pendek.

“kamu gila yah. Kamu mau bunuh tante masukin sedalam. Itu?”. Ini pertama kalinya tante nessa meradakan seperti menelan penis ansel. Seluruh mulutnya penush oleh penisnnya.

“reflek tante, biasanya yang lain suka tertantang. Seberapa dalam” jawab ansel membela diri, tante nessa meregangkan kedua kaki ansel dan mengingat menguncir rambutnya.

Kocokan pelan, sampai kembali melumat, menghisap penisnya sekuat tenaga, tapi tak ada tanda ansel mau klimaks.

“pakai yang lain tante,”

“enak aja, kamu berharap pakai vagina tante?” ansel teratawa geli, sepertinya otak mesumnya terbaca.

“jangan harap yah, itu tak akan terjadi” tante nessa langsung berdiri membuka kaosnya, menyisakan bra cream. Pemadangan gunung yang indah, terlihat sekal dan kenyal.

“tante banyak pengalaman juga ternyata” puji-pujian bejat ansel, tante nessa tertawa geli mendengarnya dan memposisikan kembali berlutut sambil menyelipkan penisnya di belahan buah dadanya.

Secara perlahan tante nessa menggerakan buah dadanya naik turun, dan akhirnya membuat ansel mendesah menikmatinya.

“ohh yeah tante,” tangan ansel diam-diam melepaskan kaitan tali bra nya sampai terlepas jatuh.

“enggghh.. ansel” celetuk tante nessa kaget dan menghentikan gerakan buah dadanya.

“hehe, soalnya sesek tante, kasian gunungnya” jawabnya lagi, wajah tante nessa sedikit memerah dan melanjutkan menjempit penis ansel.

“ohh ya tanteee,, nikmat banget” desah ansel merasakan jepitan buah dadanya dan juga leumatan di kepala penisnya secara bersamaan.

“ohh yah dikit lagiii,” ansel bersiap menyemprotkan spermanya saat kepala penisnya masuk ke dalam mulutnya.

“Crotttttttttzzzz”

“crrrottt,” sperma ansel masuk sebagian kedalam mulutnya, sisanya membasahi wajah, leher, dan buah dada tante nessa.

“ih,, gak bilang mau keluar” gumamnya dengan mulut berisi sperma ansel.

“maaf tante, enak banget lumatan tante, “ senyum ansel, di balas senyum tante nessa yang menelan spermanya dan menjilatin sekitar bibirnya. Tanpa sepatah kata tante nessa langsung kembali ke dalam.

Bersambung....



Note, update ya hu....
 
hajaaaar terus ansel..
pasti kamu dapat pagina nya nessa..
puaskan dia seperti kamu memuaskan anaknya..
hamili dia seakan tiada lelaki lain didunia ini yg mampu melakukannya..

:konak:
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @zhuquejr92 ..
Mahal jg yak dari Singkawang ke Sambas, kirain ada bis gitu, atau travel yg lebih murah..

Yakin sih kedepannya tante Nessa akan takhluk jg, yakin penasaran apalagi punya Ansel di atas rata2,
Dan terbukti tahan lama, dengan bukti di BJ biasa ga croot .

Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd