Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Duapuluh Tiga

Terlihat dari luar rumahnya sudah terlihat megah, memang mirip rumah-rumah orang kaya di kota, dari segi bangunannya.

“tok tok tok tok” tante nessa mengetuk pintu yang terlibang sangat besar, mirip pintu istana. Mengetukanya pun menggunakan besi bulat yang tersambung dengan kepala singa.

“kreeeeekk” pintu mulai terbuka, udara dingin langsung menerpa ansel dan tante nessa.

“Tolooonnggggg” suara teriakan pria yang lari keluar dengan memakai celana kolornya pria itu lari terbirit-birit keluar dari rumah.

“glegggg” ansel menelan ludahnya, karena pria satunya lagi keluar tanpa menggukanan celana,

“yuk masuk,” ajak tante nessa masuk keruang tengah, kesan pertama benar-benar megah, guci guci tua menghiasain bagian ruang tengah, dari guci yang kecil sampai besar.

“Mama lagi di kamarnya, cece tunggu aja yah” suara seorang cewek berjalan kearah ansel dan tante nessa.

Ansel tak berkedip melihatnya ke arah cewek itu, dengan pakaian tangtop dan celana hotpants yang bisa di bilang ketat, dan juga puting kecil mengintip dari tangtopnya.

“iah, cecil, “ tante nessa mengajak duduk di sofa yang terasa sangat empuk, tapi tak jauh terlihat celana dalam yang basah,

“anggap aja gak lihat aja” bisik tannte nessa, ansel menagguk memperhatkan dari jauh orang yang bernama cecil, bisa di bilang buah dadanya lebih besar di banding yang lainnya,

“gede” gumam ansel,

“apanya gede”

“rumahnya tante,, “ ansel melirik lagi sekitar ruang tamu, tapi tetap saja matanya terfokus ke cecil yang berdiri dekat tangga sampai memainkan ponselnya.

Lima menit menunggu, sesorang turun dari tangga, turun seseorang wanita menggunakan gaun tidur yang memperlihatkan buah dadanya yang tak jauh beda dengan cecil, gaun merah begitu menggoda,

apa lagi terlihat samar-samar seperti memakai lingrie, atau satu set gaun malam yang biasa di pakai tante-tante di kota. ansel tak asing dengan pakaian seperti ini, tapi tak tante nessa yang terlihat tidak percaya diri melihatnya.

“madam” ucap tante nessa,menarik nafas dalam-dalam saat madam erna berdiri di hadapannya,

Dari sini terlihat dari raut wajahnya, umurnya sekitar empat puluh lima ke atas, tapi tubuhnya benar ideal di umur segitu

“dia siapa?” tanyanya, nadanya yang agak bergema terdengar beribawa seperti seseorang yang punya jabatan, ansel merasakan ada aura karismatik dari madam erna.

“ini, yang kemarin nessa bilang madam,” matanya langsung melirik ke arah ansel, tak hanya madam erna, dari kejauhan cecil pun mengintipnya di balik tembok.

“ohh dia, “ mata madam erna melirik dari ujung kaki sampai ujung kepala,

“urusan apa kamu tinggal di desa ini?” lirikan mata beberapa kali dari madam erna ke arah tante nessa, tak lama tante nessa pergi ke dalam. Sekarang tinggal madam erna dan ansel di ruang tamu.

“perkenalkan saya ansel, bisa di bilang saya pacarnya anggit,” madam erna tertawa lepas mendengarnya,

“kamu gila? Bocah masih kecil itu udah pacaran?”

“kehidupan kota benar-benar bisa merubah seseorang” lanjutnya menggeleng-gelengkan kepalanya.

“bukan bukan itu, awalnya saya berutang budi terhadap anggit, dan mulai menyukainya,”

“setelah di desana ini beberapa minggu, melihat kondisi desa yang seperti desa terpencil, membuat saya mau membantu dengan ikhlas”

“bantu apa?”

“bantu membeli kebutuhan pokok, yang tak bisa di dapat dari rumah ini”

“maksud kamu saya tak urus mereka?”

“pria muda yang berani, kamu tak tau apa-apa tentang desa sini, jadi jangan sok bantu apapun” lanjutnya dengan nada cukup tinggi, itu membuat ansel sedikit down.

“tapi saya sudah memperbaiki salah satu mobil, dengan bantuan warga desa lainya, mobilnya ada di luar”

“dengan itu, saya akan memasok kebutuhan pokok warga desa sini, dan hasilnya mereka semua gak bakalan harus makan singkong setiap hari” jawab ansel dengan sunguh-sungguh, tekadnya sekarang lebih kuat di banding nafsunya melihat madam erna,

“silahkan, lanjutkan bila mampu,” ansel terdiam sejenak, madam erna terasa menang saat ini melihat ansel terdiam.

“gimana?”

“biarkan saya tinggal beberapa bulan, kasih waktu enam bulan” ucap ansel pelan.

“ohh tidak,, saya tak mau orang-orang di desa ikut pemikiran kamu, yang berasal dari kota,”

“empat bulan!”

“noooo..”

“Dua bulann”

“No....

“satu minggu” lanjutnyaa.

“mana bisaaa satu minggu, dandan mobilnya aja butuh segitu, kalau ke kota” jawab ansel,

“kamu benar-benar kerasa kepala yah,” desis madam erna mulai kesal.

“demi tante nessa sama anggit, saya gak akan pergi dari sini sampai mereka setiap hari makan nasi, bukan singkong” ansel berdiri dan mendekati madam erna.

“saya mohon, bantuaannyaaa” tanpa terduga ansel berlutut sambil bersujud di hadapan madam erna, sikap yang tak bisa di duga, keras kepalanya berubah saat memikiran tante nessa dan anggit.

“hahahahaaaaa” tawa lepas madam erna melihat sikap ansel yang masih bersujud. Dan salah satu kakinya menginjak kepala ansel. Tante nessa yang mau mencegahnya di tahan cecil.

“saya akan melakakan apapun, asal memberikan kesempatan untuk membuktikan orang di di sana lebih layak hidup dengan makan nasi” ucap ansel dengan wajah yang menempel dengan ubin.

“apa pun?” senyum merekah madam erna terus menekan kepala ansel,

“eaaaahhh” jawabnya dengan bibir menempel di ubin.

“bangun” pinta madam erna, dengan cepat ansel menegapkan badannya dengan posisi berlutut, tak lama kaki kanan madam erna di taruh di pundak kiri ansel, dan di susul kaki kirinya di pundak kanan ansel.

Ansel pun langsung terfokus ke arah selangkangan madam erna, ia melihat libat tebal di celana dalamnya, dan sedikit basah.

“kamu boleh pulang, besok kamu sendiri kesini,” pintanya menekan kedua kakinya di bahu ansel,

“tapi ini,”

“lepasin aja, kalau kamu cowok,” senyum sinisnya, ansel pun memegang kedua betisnya dan mengangkatnya ke atas,

“ahhhh” jertinya terkejut saat ansel bukan hanya mengangkat kedua kakinya melainkan melebarkan kedua kaki jenjangnya, dengan begitu ansel bsa melihat lepitan vagina madam erna. Dengan perlahan ansel menurunkannya dan berdiri.

“kalau gitu saya pamit,” senyum ansel berjalan keluar, madam erna pun berdiri, tinggi mereka tak jauh beda, tinggi madam erna sebatas hidung ansel, cukup tinggi untuk wanita.

***

Di dalam mobil ansel memegang wajahnya yang terasa sakit saat di injak, madam erna benar-benar tak ragu mengingjaknya.

“gilaa,, gue baru pertama kali ketemu wanita kayak gini,” jantung ansel langsung berdebar kencang, ini membuat ragu, yang jelas madam erna seorang hypersex dari cerita tante nessa.

Matahari mulai tenggelam, tante nessa pun keluar dari rumah membawa sesuatu. Memang agak lama tante nessa keluar dari rumahnya.

“maaf lama ansel, hehe”

“pasti tante di omelin yah, ansel minta maaf yah soal tadi” ucap pelan ansel,

“enggak, tadi madam kasih ini lagi” tunjuknya ke bungkusan yang berisi obat untuk asma,

“buat ansel?” angguknya.

“buat kamu, takutnya kamu kesini sendirian, asma kamu kambuh” tawa kecil tante nessa.

Matahari benar-benar tenggelam sekarang, jalan juga mulai gelap. Ansel berusaha menancap gas agar lebih cepat, tetapi mobil seperti kehilangan tenaga.

“ya yah jangan dong, masih setengah jalan” mobil benar-benar mati sekarang, lampu kontak masih menyala, menandakan bukan masalah arus listrik.

“bensin pasti habis” ansel langsung mengeceknya, untungnya dia membawa bensin cadangan satu dirijen penuh.

“udah?” tanya tante nessa, angguk ansel siap menyalakan mesin,

“tunggu” pintanya,

“ada yang ketinggalan?” tante nessa hanya senyum, dan langsung merangkak duduk di pangkuan ansel,.

“aku mau kasih sekarang, sebelum besok kamu ketemu madam erna” ucapnya pelan. Langsung mencium bibirnya, ansel pun membalasnya sambil memegang pinggulnya, semakin lama tangannya semakin menjalar ke buah dadanya.

“eengggh,, buka ajah” pintanya, ansel tak membuka kaos tante nessa, hanya menyingkapnya di atas dada, termasuk bra yang ia pakai, lidahnya langsung melumat buah dada tante nessa bergantian.

“uhhhh,, gelii nggghhh ohh” racaunya merangkul leher ansel, perlahan ansel mendudukan tante nessa dan mendorong jok kebelakang, tapi saat terdorong joknya langsung terhempas kebelakang,

“aaaahhhh” jerit seseorang di belakang jok, ansel dan tante nessa pun panik, langsung merapihkan pakainnya.

“anggitt, lo ngapain?” itu benar-benar anggit yang tiduran di belakang jok, anggit pun bangun dengan wajah tanpa ekpresi dan hanya diam saat di tanya.

“kita bicaraain di rumah aja” ucap pelan tante nessa melihat wajah anggit yang muram, jantung mereka berdua benar-benar berdetak kencang, mereka seperti di pergoki, yang berarti anggit sudah berada di dalam mobil sejak tadi,

Selama perjalan mereka saling diam, terutama anggit, ansel tak tau harus darimana menjelaskannya nanti di rumah. Begitu pun tante nessa. Perasaannya kini campur aduk.

***

Saat sampai mereka bertiga masih saling diam, anggit sendiri demikian. Ia merasa bingung apa yang harus di katakan. Ia telah mendengar semuanya. Tante nessa pegang tangan anggit ke dalam kamar untuk membicarakan hal ini, ansel mengerti memilih di luar sementara waktu.

“kamu udah dengar semuanya tadi?” anggit mengangguk, tante nessa menarik nafas dalam-dalam, ada perasaan bersalah terhadapnya,

“maafin mama yah, mama udah tau kamu sama ansel punya hubungan spesial”

“mama gak salah kok, anggit cuman kecewa sama diri anggit, harusnya anggit gak diam-diam ikut”

“anggit yang salah, karena mengetahui hal yang gak pantas anggit tau,” ucapnya agak terisak,

“mama gak bakalan ambil ansel dari kamu,” elusan di rambutnya,

“bukan itu.. hikss” ucapnya terbata-bata dengan air mata yang sedikit menetes.

“teruss?”

“anggit takutt,, ansel benar-benar pergi dari sini, karena madam, “ anggit tak bisa menahan air mataya lagi, rasanya benar-benar takut andai memang ansel pergi dari sini.

“kamu bisa ikut ansel kan?”

“tapi mama?”

“kalau madam tau, semua bantuan dari madam bakalan di cabut, mama bisa kehilangan tempat tinggal gara-gara anggit” di peluknya erat.

“anggit gak mau,, anggit gak mau mama begitu, angggit gak mau kehilangan ansel jugaa” ucapnya sambil tak kuasa menahan nangis, terlihat seperti anak kecil yang meninginkan sesuatu. Tapi ini perasaan paling jujur dari anggit sekarang.

“tapi kamu harus memilih, ansel apa mama” bisik tante nessa.

“ngak mau, anggit gak mau memilihh” anggit tak mau lepas dari pelukan tante nessa, suara tanggisannya pun terdengar keluar, membuat ansel diam-diam menguping pembicaraannya.

“gue bakalan usahain, gue bakal keluarin kemampuan yang gue bisa selama ini” potong ansel membuka pintu kamar, anggit dan tante nessa menatapnya dengan tatapan terkejut.

“gak segampang itu, udah puluhan lelaki, gak bakalan bisa ngalahin,” jelas tante nessa.

“bisa di bilang madam erna itu hypersex, alat bantunya aja sampai ada yang rusak gara-gara dia puas” lanjut tante nessa. Ansel terdiam sejenak dan melangkah kearah mereka berdua.

“apapun terjadi, ansel gak bakal tinggalin desa ini demi kalian berdua,”

“kalian berdua sekarang orang paling terpenting di hidup ansel sekarang” ansel reflek memeluk mereka berdua.

“ansel sayang anggit, dan juga tante nessa” lanjutnya terus memerat pelukannya,

“dan apapun hasilnya besok, ansel tetap berusaha membuat kalian berdua hidup lebih baik dari sebelumnya, itu mimpi ansel sekarang” bisiknya. Anggit menatap ansel dengan tatapan nanar, air matanya sudah berhenti sekarang.

Tiba-tiba ansel mencium bibir anggit lembut, kali ini kecupan penuh perasaan. Tante nessa yang melihatnya tersenyum lebar,

“gue percaya lo, lo bukan pria brengsek yang doyan tante-tante” ucap anggit senyum lebar.

“haaa tante-tante?” potong tante nessa terkejut. Hal itu membuat anggit dan ansel meringis, karena tante nessa sendiri belum tau pekerjaan ansel sebelumnya.

“maksud kamu gigolo gitu atau sejenisnya?” raut wajah tante nessa terkejut, menatap kearah ansel,

“dulu kok ma, setelah ketemu anggit, sekarang anggit yakin ansel berubah” anggit memegang kedua tangan tante nessa erat, tapi matanya terus menatap ansel dengan tatapan tajam.

“haaaaaa~~~” hembusan nafas panjang tante nessa, melirik kearah anggit.

“jadi jelasi latar belakang kamu sampai kesini” senyumnya kembali menarik nafas panjang.

“jadi gini ma..” potong anggit.

“gue aja yang jelasin” potong ansel saat anggit membela dengan mejelaskan versi dirinya. Ansel pun langsung menceritakan apa yang pernah di ceritakan ke anggit. Tapi bedanya sekarang dengan alasan ia ikut anggit kesini. tante nessa sedikit menghela nafas setelah mendengar ceritanya.

“jadi kita sama-sama dari latar yang sama”

“sama-sama dari panti asuhan kan?” jelasnya.

"jadi madam pemilik panti asuhan??"

"apa kita sama-sama di panti asuhan yang sama ?" ucap ansel,

"jangan bercanda, emang kamu ingat panti asuhan namanya apa?, terus daerah mana?"

"ehehe enggak, " senyum menyeringai ansel,

“jadi mama jangan marah yah, ansel pasti berubah” ucap anggit pegang tangan tante nessa.

“iah, mama gak marah, karena ansel sudah jujur"

“jadi apa harus di keluarin besok biar kamu susah keluar?” tanyanya sedikit ragu.

“uhmm itu, jangan tante, kalau stamina ansel agak down, ansel susah nahan klimaks, kalau lagi fit, bisa buat keluar lima kali klimaks sekali main” jelasnya buat tante nessa menggigit bibirnya.

“itu kalau normal, entah madam erna, bisa-bisa gak berpengaruh banyak”

Mereka bertiga duduk berbairs sambil memikirkan cara untuk ansel mampu bertahan, yang jelas madam erna yang akan lebih dominan.

“ahaaaa, tante ingat, dulu pernah liat bibi buatin minuman,”

“minuman apa?”

“jahe, telur setengah matang, sama madu, dulu madam sering minum itu kalau menginap di panti”

“apa jangan-jangan itu yang di minum setiap hari sama madam”

“bisa jadi, tante buatin yahh” tiba-tiba tante nessa semangat untuk membuatnya, untungnya semua bahan ada, jadi tak butuh keluar meminta bahannya.

“siapa tau bisa membantu,” gumamnya selesai membuatnya, ansel sedikit ragu awal meminumnya, dan langsung di habiskan dalam satu tahan nafas.

“rasanya gimana?”

“mirip wedang jahe, tapi kerasa telornya” jawabya sambil mengecap beberapa kali,

“besok pagi tante buatin lagi” angguk ansel setuju.

Sebelum tidur ansel mengambil nafas dalam-dalam, itu untuk mengecek kembali nafasnya. Ansel merasakan dirinya sudah kembali normal seperti kemarin. Alat nebulizer benar-benar membantu.

“kok keluar lagi? minta jatah?” tanya ansel pas mau masuk ke kamar.

“isssh geer banget, ini ponsel lo bunyi, gak ada nomornya” anggit langsung kasih ponselnya, ansel sendiri juga tak tau ini nomor siapa.

“nanti lo tidur di tengah lagi yah, mau peyyuuukk sambil bobo” ucapnya manja langsung masuk ke kamar. Saat masuk benar kasurnya sudah ada di tenga-tengah seperti kemarin.

Senyum ansel lebar saat tangan tante nessa dan anggit memeluk pinggangnya, dan tak lupa meletakan tangan ansel ke buah dadanya yang tak memaki bra. Remasan kecil dan ciuman di pipinya bersamaan sebelum ansel tidur nyenyak.



Bersambung....

#Note, update dikit ya hu.... terima kasih
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd