Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY Tiga Bidadari dari Kampung Kandang Kebo ( comedy sex, no sara )

Bimabet
Kayaknya menarik ijin nongkrong dimari suhu
 
Menarik, apa mereka punya kelebihan masing"? Toge, booty?
 
Anjaaay mang .. ngaran akun didinya parah pisan ..
..
Nu kabayang Naha kampungna dingaranan kandang kebo ..
..
Pakasaban warga na ngukut jeung ngangon kebo
..
Mun ieu alesan warga semprot .. kalakuan warga na resep milampah kumpul kebo .. hahaha
 
three angels from kandang kebo village....ada cerita kumpul kebo nya ga suhu....
 
di awal menjanjikan cara bercerita yang niatnya bnyak humor, semoga ke depannya banyak humor
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
2. Tiga Sahabat atau Tiga Serangkai



5w05sl.jpg

Icoh binti Ja'i.

avg4n8.jpg

Inah binti Ji'ih.

5caeme.jpg

Atin binti Oding.


"Icoh binti Ja'i, kita berangkat yuk." teriak Inah binti Ji'ih dan Atin binti Oding berbarengan, selalu begitu karena mereka sudah terlatih mengucapkan koor panggilan yang membuat ayam yang sedang asik mencari makan lari ketakutan karena terkejut oleh suara sumbang ke dua gadis cantik itu.

"Kenapa sich kalian selalu memanggil dengan binti Jai, cari panggilan yang lebih keren." omel Icoh, dia membuat bibirnya menjadi monyong menunjukkan rasa tidak sukanya yang dibuat buat.

"Emang nama Bapak kamu, siapa?" tanya Inah dan Atin berbarengan, perlu latihan keras untuk bisa mengucapkan kalimat dalam waktu bersamaan dan mereka berhasil melakukannya.

"Ja'i." jawab Icoh ketus, dia tidak bisa mengelak lagi, ke dua sahabatnya tidak salah. Nama ayahnya memang Ja'i dan nama di KTPnya adalah Icoh binti Ja'i.

"Icohhhhh, jangan panggil nama bapakmu dengan nama, bisa kualat kamu.!" teriak Emak dari dalam sehingga kucing yang sedang kawin lari terbirit birit menabrak Atin.

"Emakkkkk tolong.!" jerit Atin memanggil Emaknya yang berada di rumah, panggilannya sia sia karena Emaknya tidak akan bisa mendengar panggilannya. Jarak rumah Icoh binti Ja'i dan rumahnya sekitar 300 meter, perlu TOA agar suaranya terdengar Mang Iteung.

"Coh, Si Atin kenapa manggil Emaknya? Kamu apain?" tanya Mak Inong Emaknya Icoh muncul dengan mulut yang merah karena sedang mengunyah sirih, cara praktis membuat bibir merah tanpa gincu. Dan kebiasaan itu diwarisinya dari Emaknya Emak, alias neneknya Icoh binti Ja'i.

"Ditabrak kucing Mak, kucingnya tidak mau bertanggung jawab dia malah melarikan diri." jawab Icoh tersenyum geli, ini akibat mempermainkan nama orang tua, kata orang namanya kualat. Itu harus jadi pelajaran buat kita semua.

"Och, ya sudah kalian berangkat, nanti telat." kata Mak Inong, tangannya menggosok gigi dengan bako yang dipenuhi daun sirih, ternyata bukan hanya bibirnya saja yang menjadi merah. Giginya Pun berubah warna, hilang sudah kesempatan Mak Inong menjadi bintang iklan pasta gigi seperti di tv.

"Iya Mak, kami berangkat dahulu. Assalam mu'alaikum..!" jawab ke tiga gadis itu berbarengan, hasil latihan mereka semakin menunjukkan hasil. Mungkin suatu saat kalau ada lomba vocal group, mereka akan keluar sebagai juara terakhir. Percayalah juara terakhir akan membuat orang lain tidak bisa mendahului kita. Filosofi sederhana dan tidak terlalu muluk, ibarat pembalap juara terakhir dengan urutan paling belakang tidak perlu khawatir akan ada pembalap di belakangnya yang akan mendahuluinya.

Sepanjang jalan mereka riuh bergosip layaknya para abg labil, hal yang paling menarik tentu berita di Kampung Kandang Kebo, Mak Ijah janda berusia 57 tahun menikah dengan seorang pemuda berusia 25 tahun. Berita yang membuat heboh seisi kampung, sampai Kang Atin yang biasa cuek dengan gosip, ikut nimbrung ditemani Kebonya yang selalu setia menemaninya ke manapun dia pergi. Mungkin karena itulah nama desa ini menjadi Kampung Kandang Kebo.

"Aneh ya, nenek nenek bisa dapetin bujangan, ilmu peletnya pasti hebat. Sepertinya punya ilmu pelet Mak Rongge deh." kata Icoh mulai pembicaraan, dia merasa ada yang janggal dengan semua ini. Mereka bertiga yang mendapatkan julukan Tiga Bidadari Kampung Kandang Kebo, hingga kini tetap menjomblo. Atau mungkin mereka kualat dari Kang Atin si tukang angon kebo yang sering mereka ledek, tanpa mereka tahu Kang Atin si tukang angon kebo sudah mendoakan mereka menjadi jomblo.

"Iya, padahal aku cantik, tapi sampe sekarang masih jomblo." timpal Inah manyun, bibirnya berusaha menyaingi Omas si bintang sinetron idolanya.

"Kata siapa kamu cantik, kurus kerempeng gitu ngaku cantik." goda Atin binti Oding, dia paling suka menggoda Inah. Gaya monyongnya selalu membuatnya tertawa geli, membandingkan Inah dengan omas bintang idolanya. Kalau tidak percaya, lihat saja di kamar Inah penuh dengan poster Omas.

"Aku nggak kerempeng, tapi langsing. Dari pada kamu ndut, pantat segede tampah." balas Inah tidak mau kalah, dia sendiri heran melihat pantat Atin bisa sebesar itu. Cocok kalau dibandingkan dengan pantat kebonya Kang Atin, mungkin karena itu Mak Iteung memberinya nama Atin karena pantat Atin sudah besar sejak lahir.

"Bohay, tahu !" seru Atin berjalan mendahului Icoh dan Imah, dia masih sempat meraba payudara besar Icoh yang membuatnya iri. Pantatnya yang besar berlenggak lenggok meniru peragawati yang berjalan di pematang sawah, berjalan melayang menghindari batu batu besar yang berserakan.

"Atinnnnn !" teriak Icoh jengkel, dia memegang payudaranya yang terasa sakit.

"Ada apa Icoh, kalau manggil yang lebih tua nggak boleh memanggil nama. Kalian mau kualat?" kata Kang Atin muncul dari samping kanan mereka dengan menuntun kebonya yang selalu setia menemaninya ke manapun dia pergi.

"Icoh bukan manggil Kang Atin, tapi Atin.!" seru Icoh lari mengejar Atin, bulu kuduknya meremang melihat wajah Kang Atin dengan senyum khasnya. Senyum yang membuat Mandra jadi terkenal, ya seperti itulah wajah Kang Atin si tukang angon kebo.

"Mangga, Kang Atin..!" Inah bergerak cepat menyusul Icoh dan Atin yang berjalan cepat meninggalkannya, wajahnya menjadi pucat seperti melihat hantu di tengah hari bolong.

Ketiga bidadari dari Kampung Kandang Kebo berlomba saling mendahului, olahraga pagi yang cukup melelahkan. Olahraga yang terpaksa mereka lakukan di bawah tatapan penuh hasrat Kang Atin si tukang angon kebo.

"Udah, capek..!"seru Icoh setelah mereka jauh berlari meninggalkan Kang Atin dengan kebo kesayangannya, ketegangan berangsur mereda. Dia mengatur nafasnya yang tersengal, hingga tanpa disadari seekor nyamuk kebun tertarik masuk ke dalam mulutnya.

"Uhuk, uhuk.. Owek... Owekkkk!" Icoh binti Ja'i berusaha mengeluarkan nyamuk yang bersarang nyaman di dalam mulutnya, tentu saja su nyamuk tidak sudi keluar. Hm, sepertinya nyamuk yang masuk ke dalam mulut Icoh binti Ja'i berjenis kelamin jantan.

"Icih, kamu kenapa? Jangan jangan kamu sedang....!" Inah binti Ji'ih langsung menutup mulutnya, matanya terbelalak ngeri.

"Hamilllll !" seru Atin binti Oding tidak kalah kaget. Spontan dia menepuk pantatnya, begitu yang selalu dilakukannya setiap kali kaget, takjub, melupakan sesuatu, ingat sesuatu dan saat sedang bingung.

"Sembarangan..!" seru Icoh binti Ja'i, matanya melotot marah saat dirinya sedang menderita, kedua sahabatnya malah membuat praduga yang tidak benar. Mustahil, seekor nyamuk jantan yang masuk ke dalam mulut bisa membuatnya hamil.

"Itu kamu owek owek, biasanya yang begitu orang hamil." kata Atin dan Inah berbarengan, mereka tetap pada prinsipnya menganggap Icoh binti Ja'i hamil.

oooooOooooo​

"Si Atin binti Oding kok belum muncul juga, kita bisa diomelin Ustadzah kalau telat ngaji." kata Icoh jengkel, kebiasaan Atin yang dandan lama. Padahal biar bagaimanapun wajahnya tidak pernah berubah, bahkan kaca yang berada di hadapannya akan semakin menjadi buram seiring bertambahnya waktu yang digunakan Atin mengaca.

"Kaya yang nggak tahu kelakuan pantat kebo, kalo sudah dandan lupa waktu." gerutu Inah binti Ji'ih, panggilannya berubah saat jengkel, menjadi pantat kebo. Panggilan yang menurutnya cocok untuk Atin binti Oding.

"Hus ari kamu, biar bagaimanapun pantat si Atin lebih sexy dibanding pantat tepos kamu. Hihihi." goda Icoh binti Ja'i, lumayan menghilangkan suntuk dengan menggoda Inah binti Ji'ih saudara sepupunya. Dibilang saudara sepupu karena ayah mereka adik kakak walau bukan kembar, namanya saja hampir mirip, Ja'i dan Ji'ih. Ingat, bukan Ji'ih titisan si Pitung. Takutnya pembaca menganggap seperti itu, bisa jadi berita hoax yang akan tersebar dengan cepat di Kampung Kandang Kebo.

"Kamu, masih mending pantatku dari pada pantatnya Si Atin binti Oding. Pantatku itu pantat peragawati, coba liat aja di TVnya Mang Ujang." kata Inah binti Ji'ih tidak mau kalah. Dia terpaksa membawa bawa TV Mang Ujang tempat mereka menumpang nonton, walau mereka terpaksa harus berpura pura tidak melihat tatapan liar Mang Ujang yang menelan air liurnya melihat kecantikan Tiga Bidadari Kandang Kebo. Bahkan Inah sempat melihat Mang Ujang meneteskan air liur saat melihat ke arahnya.

"Mana ada peragawati dengan tinggi 150 centi, kamu ada ada aja." kata Icoh binti Ja'i tertawa kecil, dia mengusap kepala Inah binti Ji'ih. Icoh menganggap Inah lucu, persis seperti bintang idolanya si Omas.

"Masih mending aku, kecil mungil. Dari pada kamu, tetek segede baskom, cocoknya jadi bintang film porno." balas Inah binti Ji'ih, dia berusaha membalas ledekan Icoh binti Ja'i. Bintang film porno, hanya di dengar dari bisik bisik tetangga yang merasa bangga karena bisa menonton film porno di rumah Mang Ujang setiap tengah malam dengan bayaran 5000 per orang.

"Sok tahu kamu, memang pernah liat film porno?" tanya Icoh binti Ja'i tidak merasa tersinggung dengan guyonan Inah binti Ji'ih, dia sudah hafal dengan saudara sepupunya setiap kali sedang jengkel, kucing yang sedang tidur pun bisa kena makiannya.

"Dengar bisik bisik tetangga, katanya bintang porno biasanya kalau yang cewek teteknya segede baskom, yang laki kontolnya segede pentungan hansip." jawab Inah binti Ji'ih lugu, wajah polosnya membuat Icoh binti Ja'i tidak jadi marah. Tapi bukan berarti kemarahannya hilang sama sekali, dia menendang Si Manis kucing kesayangannya yang berjalan melintas.

"Ngeongngng...!" si Manis lari tunggang langgang kesakitan sehingga dia tidak sadar menabrak seekor anjing sedang tidur.

"Guk guk guk..!" si Anjing marah, segera mengejar si Manis yang berlari menaiki pohon.

"Kamu kenapa, Coh?" tanya Inah setelah reda rasa kagetnya melihat kejadian singkat, hampir saja jantungnya copot. Kalau sampai itu terjadi, kasian calon suaminya yang belum pernah dikenalnya. Dia tentu akan rugi karena gagal mendapatkan istri secantik Inah binti Ji'ih. Ngawur, jangankan calon suami, pacar saja dia tidak punya.

"Kamu ada ada aja, masa percaya sama bisik bisik tetangga." kata Icoh binti Ja'i, dia tidak merasa bersalah sudah menendang si Manis, salah sendiri lewat pada waktu yang tidak tepat.

"Coh, beneran kamu nggak sedang hamil?" tanya Inah binti Ji'ih, dia teringat kejadian tadi pagi saat mereka berangkat sekolah.

"Astaghfirullah hal adziim. Memekku masih tersegel, kalau nggak percaya lihat nih..!" Icoh binti Ja'i melihat sekelilingnya memastikan tidak ada orang lain, setelah yakin Icoh mengangkat rok lebarnya hingga perut membuat Inah binti Ji'ih melotot kaget dan takjub melihat paha Icoh binti Ja'i yang putih mulus tanpa perlu di cat.

Bukan hanya Inah binti Ji'ih yang terbelalak kaget dengan kenekatan Icoh binti Ja'i, ada mata lain yang segera menghentikan langkahnya melihat pemandangan yang berada tidak jauh di depannya. Orang itu ternyata Uji bin Ja' kakak kandung Icoh binti Ja'i. Uju bin Ja'i tidak mau melepaskan kesempatan langka ini, dia langsung bertiarap agar kehadirannya tidak diketahui. Dia tidak sadar, ada tai kebo besar di hadapannya hingga saat dia bertiarap, tai kebo yang masih hangat tepat menyentuh dagu nya.

"Kebo...!" teriak Uju bin Ja'i, dia segera berdiri sebelum seluruh wajahnya terkena tai kebo yang masih hangat.

"Kang Uju...!" teriak Icoh binti Ja'i dan Inah binti Ji'ih berbarengan, suara mereka melengking mengalahkan suara tonggeret. Tidak disangka, tidak dinyana Kang Uju memanfaatkan kesempatan di balik penderitaan Icoh binti Ja'i.

"Eh, Akang tadi jatuh gara gara liat celana dalam Icoh..!" seru Kang Uju segera berbalik mengambil langkah seribu sebelum Emak muncul dan mengetahui perbuatannya seperti saat dia sedang mengintip Icoh binti Ja'i mandi. Hukuman yang diterimanya sangat menakutkan, tidak boleh numpang makan di rumah Emak selama seminggu sedangkan istrinya belum bisa mengirim uang.

"Kang Ujuuuuuuu...!" maki Atin binti Oding yang tertabrak oleh Kang Uju, untung dia tidak sampai jatuh karena tepat di belakangnya ada pohon jengkol yang menahan tubuhnya.

"Maaf..!" kata Kang Uju tidak berusaha menolong Atin binti Oding, dia melompati parut dan dan kembali dia menginjak tai kebo yang berada di seberang parit.

"Atin, kamu tidak apa apa?" tanya Inah binti Ji'ih segera memapah Atin binti Oding yang baru datang langsung terkena musibah.

"Kenapa Kang Uju lari ketakutan, apa kalian akan memperkosanya?" tuduh Atin binti Oding kepada kedua sahabatnya, hal yang tidak mustahil terjadi. Sekarang jamannya emansipasi, wanita punya hak yang sama termasuk memperkosa seorang pria jantan.

"Eling Tin, eling..!" gerutu Icoh binti Ja'i, seharusnya dia sebagai korban, bukannya Kang Uju. Dunia sudah terbalik, seperti judul sinetron.

"Itu kenapa Kang Uju lari ketakutan seperti dikejar hantu kelong wewe?" tanya Atin masih tetap pada pendiriannya. Jaman emansipasi, bukan hanya wanita yang selalu diperkosa, bahkan wanita bisa memperkosa pria dan di antara kedua sahabatnya yang mempunyai kecenderungan seperti itu adalah Inah binti Ji'ih. Dia pernah melihat Inah binti Ji'ih mengintip Kang Uju sedang mandi.

"Kamu, Nah?" tuding Atin binti Oding, dia semakin yakin penyebab Kang Uju lari terbirit birit. Pasti ulah Inah binti Ji'ih, tampangnya saja yang imut tapi kelakuannya amit amit.

"Maksudnya, apa?" jawab Inah binti Ji'ih, mulutnya monyong, tidak curiga dengan arti tatapan mata Atin binti Oding.

"Kamu mau merkosa Kang Uju ya, sampe Kang Uju lari terbirit birit. Aku pernah lihat kamu ngintip Kang Uju mandi." kata Atin membuat Inah melotot, sampai sampai matanya mau lepas.

"Gila kamu, mana berani aku mau merkosa Kang Uju. Malah aku berharap, Kang Uju yang merkosa aku..!" seru Inah membuat Icoh binti Ja'i dan Atin binti Oding melotot kaget.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd