Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

BAGIAN XIV



This all love i have


Tubuhnya kini terbaring lagi di kamar perawatan, tadi siang dia kembali jatuh pingsan. Sakit kepalanya kembali menyerang lagi tadi dan dia terbangun sudah di tempat tidur perawatan. Umi dan Abah yang datang dengan penuh kekuatiran kini sudah pulang, dan sosok yang dia tunggu, Hanif, malah tidak datang sama sekali. Ditelpon Umi malah tidak diangkat sama sekali.

Kepalanya meski masih sedikit sakit, namun dia sudah merasa lebih baik lagi. Dia mendapat ijin sakit selama 3 hari, dan besok dia ingin segera pulang, beristirahat di rumah akan lebih baik baginya. Dia lalu melihat ponselnya. Ada whatsapp dari Hanif, yang mengatakan bahwa dia tidak bisa datang ke rumah sakit karena masih ada kerjaan, akan datang besok.

Lalu yang membuat senyuman dia merebak ialah whatsapp dari Aslan dan juga miss called darinya. Whatsapp nya yang membalas wa dia tadi siang sebelum pingsan, hingga terakhir dia wa berkali kali menanyakan kondisinya, karena sepertinya dia tahu dari Endah, jika Fia pingsan. Fia tersenyum senang melihat kekuatiran Aslan terhadapnya

Hi, maaf baru siuman.... tumben whatsappnya banyak

Ka, sudah sehat?

Sudah dong.....ini sudah bisa balas wa

Aku telp ya?

Masih simpan no aku

Kaka yah.... orang kuatir juga


Tidak lama kemudian bunyi ponselnya dan nomornya Aslan muncul

“gimana Ka?”

“udah mendingan”

“oh, alhamdulillah....”

Fia entah kenapa dia senang malam ini ditelpon oleh Aslan

“udah selesai nelpon dia?”

“siapa Ka?”

“kok siapa? Sampe bela-belain orang lagi di toilet ditelpon”

Suara Aslan tertawa diujung sana

“ngga lah Ka...khan disuruh Kaka berteman...”

“berteman? Orang sudah sampai janjian begitu....”

“yah....kan wajar aja kali Ka.... kalo dia nanya kapan aku pulang Bekasi...”

“oh gitu... jadi janjian mau ketemuan nih...”

“hmmmm.... tergantung Ka...”

“kok tergantung....”

Fia sebenarnya benci akan situasi ini dimana dia seperti agak cemburu nadanya disitu, tapi tanpa dia sadari kata-katanya keluar begitu saja

“ kalo Kaka ijinin...”

“lho... berdua yang punya diri kok nanya ke aku...?”

Aslan tertawa

“udah dong Ka... gimana Kaka udah sehat...”

“suka motong jalur yah sekarang....”

Tawa Aslan kembali terdengar

“kaka sudah sehat sekarang?”

“sudah mending.... besok pulang... mau istirahat palingan beberapa hari...”

“ ngga ada yang jagain?”

“ngga ada.... kalo ada ngga bisa terlpon kali....”

“oh.....” ada suara lega disana

“eh... ditanya juga....”

Aslan tertawa kencang

“nanya apa Ka...?”

“udah janjian berdua? Kayaknya udah berbunga bunga tuh.....”

“ngga lah Ka......”

“kok ngga... dia bilang tadi katanya minggu depan mau datang, mau ketemuan.....”

Aslan menarik nafasnya

“kalo Kaka ngga ijinin.... aku ngga akan temuin....”

“kok aku yang harus ijinin?”

“khan kaka yang kenalin... aku ikut aja disuruh...”

“oh gitu yah.... sekarang lempar ke aku.....”

Suara tawa Aslan kembali terdengar

Kini suara dan tawa Fia mulai terdengar meski masih belum lepas. Dia senang akhirnya bisa menelpon Aslan lagi. Dia seakan tidak perduli dengan Hanif yang juga seperti tidak memperdulikannya lagi. Dia merasa Hanif jika menggapnya masih orang nomor satu dalam hidupnya, pasti akan segera datang ke rumah sakit saat dia jatuh seperti ini.

“memang kalo ngga dijinin ngga jadi nemuin Endah?”

“hmmmm.... engga....”

“kenapa??”

“hmmmm...... ngga tau sih Ka.... aku ngga mau aja kalo ngga diijinin ama Kaka.....”

Fia terdiam sesaat, dia meski tahu aslan menyukainya, namun kali ini dia seperti disadarkan bahwa cinta dan rasa yang anak itu bawa bukanlah main-main.

“Ka....”

“ya Aslan.....”

“kalo Kaka ngga ijinin.... aku ngga akan lakukan itu kok......” suara Aslan disana mantap...

Fia tersenyum, ada rasa haru di ujung matanya. Ternyata yang dia sia-siakan dan anggap cuma anak bawang malah kini spertri mengajari dirinya akan arti besarnya sebuah cinta yang kadang kekuasaannya sulit untuk dipercaya.

“Aslan.....”

“ia Ka....”

“ aku cuma ingin..... kalo kamu datang.... selain mama dan Linda... aku jadi orang diluar mereka yang kamu temuin......”

Aslan bagaikan dihantam badai yang membuat dia kaget mendengar kata-kata tersebut

“aslan....”

“iya Ka....”

“boleh.....”

“ sangat boleh Ka.....”

Ada rasa haru diujung telpon disana, sama dengan rasa haru yang dimiliki Fia saat ini

“makasih Ka......” isak pelan terdengar

“aku yang makasih Aslan...... udah ajarin aku apa yang namanya Hope....”

Mata Fia berkaca kaca kini.....rasa haru dan bahagia yang lain kini merasukinya.... dia seperti tidak peduli dengan statusnya sebagai calon istri Hanif, atau sebagai anak yang diharapkan oleh orangtuanya, dia tidak perduli dengan sengketa bertahun tahun antara keluarga mereka... yang dia inginkan saat ini adalah segera bertemu dengan Aslan.......



********************


2 hari kemudian.....

Pesawat yang mendarat pukul 17.10 WIB sudah merapat ke garbarata di terminal 2 Bandara Sukarno Hatta, dan salah penumpangnya ialah Aslan Syahril. Dengan cepat dia berjalan sambil memencet ponsel ditanganya, di punggungnya ada tas yang lumayan banyak isinya.

Dia dalam tugas menuju Batam sebetulnya, namun dia memanfaatkannya untuk jalan lebih dahulu sore ini, sebelum besok siang dia akan terbang ke Batam lagi.

“halo Ka.... udah jalan ke depan mau cari taksi...”

“oke... aku di Artha Gading yah.....”

“oke Ka....”

Sebetulnya Fia ingin menjemputnya di bandara, namun Aslan kuatir kondisi kesehatannya yang belum pulih lalu menyetir jauh-jauh dari Bekasi. Dan sebenarnya juga Fia tidak diijinkan keluar rumah, namun karena Abah dan Umi sedang keluar, maka dia juga keluar. Kondisinya dia rasakan sudah sangat membaik saat ini.

Pelukan hangat langsung menyapa Aslan saat dia melihat Fia yang menunggunya di mobil di parkiran. Matanya terharu melihat kondisi Fia, yang masih sedikit terlihat belum begitu sehat, dipeluknya dengan erat.

“makasih yah Ka.....”

“iya Aslan.... aku yang makasih... sudah menyempatkan singgah...”

Gezzz, sungguh cantik wajah pujaan hatinya ini

“kenapa? Kucel yah...” tanya Fia

“ngga... kaka cantik banget....”

Puji Aslan sambil mengusap rambut Fia

“makan yuk....” ajak Aslan

“yuk.....”

Menikmati makan bersama setelah terakhir mereka duduk makan bersama saat di Makasar, kini di sebuah resto di sebuah mall di Jakarta. Sambil menyuapkan makanan, tatapan Aslan tidak lepas dari sosok pujaan hatinya. Meski terlihat agak lemas, namun kecantikan sang dokter ini tidak pudar di mata Aslan.

Fia seperti tidak peduli lagi dengan situsinya dengan Hanif, calon suami idamannya yang sepertinya berjalan ke arah yang tidak tentu. Hingga sekarang pun dia keluar dari RS, Hanif tidak sedikitpun menengoknya, bahkan dia sempat terlihat di account IG temannya sedang berfoto bersama teman-teman sesama pengusaha muda yang digagas oleh salah satu brand kecantikan. Saat kekasihnya galau dan berjuang dengan sakitnya, dia bisa tertawa tawa dengan banyak wanita cantik disana.

Meski caranya juga dengan berjalan berdua Aslan salah, namun dengan kondisinya yang sering sakit, pertengkaran mereka belangan ini, cara Hanif memperlakukannya, Fia seperti sudah punya feeling bahwa masa depannya dengan Hanif sepertinya tidak akan cerah seperti udara malam ini.

Dengan Aslan? May yes maybe not.

Tapi bersama Aslan dia yakin bahwa dia kaan jadi ratu di hati bocah ini. Dia akan dicintai dengan sepenuh hati. Aslan selalu memandangnya dengan penuh cinta dan sayang, selalu ada untuk dirinya dan mau berjuang mendapatkannya, ini yang dia sulit tolak rasanya.

“ aku ngga pernah pacaran Ka.....”

Pengakuannya di usia 24 tahun ini sungguh nyaris sulit dipercaya

“dekat-dekat adalah.... sempat penjajakan yah ada....”

“trus.....”

“akunya udah mau.... dianya udah ama yang lain....”

“kasihan....”

Aslan tersenyum manis

“mungkin karena aku susah move on kali yah....”

Fia tertawa

“dengan gadis yang dulu diintip yah....”

Aslan tertawa ngakak

Lalu

“aku penasaran... emang mau diintip apanya sih?” ledek Fia

Aslan tertunduk malu

“yah.... namanya usia segitu khan lagi pubernya.... rasa ingin tahu besar....”

Fia tersenyum

“sampe harus jadi musuh abah bertahun tahun.....”

Aslan tertunduk

“tapi kamu ngga dendam sama abah dan umi kan....”

Aslan terdiam sesaat, lalu

“ngga Ka... malahan aku ingin buktiin kalau aku layak dan pantas untuk dapatkan Kakak....” ucapan Aslan kali ini sangat serius

“aslan... jujur saja... aku bangga bisa disukai dengan hebatnya oleh pria seperti kamu.... tapi usia aku jauh lebih tua.... aku juga ringkih badanku, sakit-skaitan sekarang.....”

“ka... ini aku bukan bicara emosional.... tapi rasanya sekian tahun waktu sudah menguji rasa sayangku ke kaka.....”

Fia termenung

“ini bukan masalah usia, bukan masalah fisik... ini masalah hati.... “ ujar Aslan pelan tapi tegas

“aku berusaha lakukan semua hal agar bisa lupain Kaka...... tapi aku selalu gagal saat lakukan itu....” tatapan Aslan lurus ke arah mata Fia

“kaka kasih tau sekarang aku harus bagaimana......”

Mendengar kata-kata Aslan, mungkin bagi Fia yang sudah berada di usia yang matang maka celotehan ala abg seperti ini rasanya geli, namun di momen seperti ini, disaat dia menyaksikan bagaimana perkasanya sebuah rasa yang disebut dengan cinta itu dari titik yang dia anggap sebagai ompolan bayi, hingga kini keluar dari mulut matang bagaikan sebuah metafora yang dirasa sangat indah oleh dirinya.

“besok jam berapa ke bandara?”

“jam setengah 1....”

“mau aku antar?”

“ngga usah Ka.....”

“kenapa?”

“aku naik grab aja.... lagian Kaka masih belum sehat betul....”

Agak manyun Fia

“ada yang ngantar yah?”

Aslan tersenyum

“ngga lah.....”

“ya sudah kalo gitu biar aku antarin.....”

“ya sudah..... siap”

Sikap Aslan sebagai anak sulung, yang dipaksa dewasa sebelum waktunya memang membuat dia terlihat lebih dewasa dari usianya. Tekanan hidup membuat dia harus bisa keluar dan jadi pemimpin di keluarganya. Ini yang membuat Fia merasa rasa kolokannya yang tidak bisa dia keluarkan saat bersama Hanif, justru malah datang disaat dia bersama dengan Aslan. Terlihat kalau Aslan yang kini seperti ngemong dengan Fia.

Genggaman tangan kiri Aslan dengan erat memegang tangannya Fia, tangan kanannya menyetir mobil HRV Fia, sambil sesekali bertatapan mesra, mereka menyanyikan lagu dari dalam music player di mobil....

I’ll drove all night.... to get to you.....

Senyuman Fia dan Aslan lebar sekali sambil ikut bernyanyi lagunya Celine Dion....



*********************

Ciuman di pipi kiri dan kanan serta jidat Fia mengakhiri kebersamaan mereka malam ini. Untung tadi satpam depan tdia begitu meperhatikan. Aslan turun di belokan masuk gang rumah mereka, karena rumah mereka se gang. Dan saat Fia lanjut dan pindah menyetir ke samping kanan, Aslan turun mengambil tas nya dan jalan perlahan ke rumahnya.

Ulfa yang sedang duduk depan teras rumah, karena tahu anaknya mau datang malam ini, sempat melihat HRV putih melintas di depan rumahnya, sebelum masuk ke garasi di rumah pojokan hanya hanya beda satu rumah dengan rumahnya.

Dan tidak lama pintu pagarnya berbunyi

“assalamualaikum Ma....”

“walaikumsallam Nak....”

Aslan mencium tangan ibunya, lalu memeluk ibunya dengan erat

“gantengnya anak mama.....” puji Ulfa melihat anak kesayangannya

“bang.....” Linda keluar dan segera lompat memeluk kakaknya

Dia mencium tangan kakaknya, lalu membantu menurunkan ranselnya

“mandi.... udah sholat isya?”

“belum Ma.....”

“naik apa tadi?”

“oh....ehhhh...grab...”

“dari bandara?”

“iya.....”

“katanya tadi pesawat sore..... kok jam segini baru nyampe? Macet?” tanya Mama lagi....

“oh....iya Ma.....” agak gelagapan dia menjawab

“ya sudah sana mandi.... nanti ade siapkan makan malamnya.... beli sambal roa kesukaan abang.....”

“wih... makasih yah.....”

Aslan lalu masuk ke kamarnya dibawah dan bersiap mau mandi.

Ulfa sejenak meperhatikan anaknya yang tidak pintar berbohong. Bagaimanapun bagi dia tanda tanya saat mobil Fia lewat, lalu tidak lama Aslan muncul. Aduh nak, kamu akan memicu perang lagi dengan caramu ini, demikian bathin Ulfa.

Dan setelah makan, Ulfa yang hendak masuk istirahat, karena kamarnya didepan mendengar pintu pagar terbuka, dia mengintip dari balik gorden, Aslan terlihat keluar dengan celana pendek, sambil menelpon seseorang. Dilihatnya Aslan nampak duduk diluar pagar dibawah pohon mangga depan rumah. Dari jendelanya terlihat Aslan seperti sedang mengahadap ke arah kiri dari rumahnya, dan insting Ulfa pun bergerak.

Dia naik ke lantai 2, Linda yang kamarnya diatas kaget mamanya naik.

“kenapa Ma?”

“ssssttttt” Ulfa memberi kode agar Linda tidak berisik.

Dia lalu mengikuti mamanya yang mengendap ke balkon depan yang suka dipakai untuk jemur pakaian. Dari balkon mereka terlihat ke arah balkon rumahnya Jafar, dan dibalkon sebelah nampak seorang wanita sedang menelpon, sambil tatapannya ke arah bagian depan rumahnya. Dari atas mereka juga bisa melihat Aslan sedang duduk, berhadapan dan segera mereka tahu, apa yang sedang terjadi.

Tatapan heran dan kaget diantara Ibu dan anak tersebut, dan buru-buru masuk mereka sebelum kepergok oleh dua sejoli yang sedang dimabuk cinta itu.

Paginya harinya...

“pamit yah Ma...” ucap Aslan

“hmmm... hati-hati.... Cuma semalam disini...”

“makasih Ma.... De, abang pamit yah....”

“mau ade antar?”

“ngga usah.... naik grab aja....”

“Pesan aja kalo gitu...”

“ngga...dari depan aja biar lebih gampang....”

“trus kedepan?”

“naik ojek....”

Linda dan mamanya bingung, tidak lama gojek muncul

“pamit ma....”

“hati-hati bang.....”

Pelukan buat mamanya dan adiknya

“udah abang trasnfer tadi buat ade.....”

“masih ada juga bang....”

“buat pegangan aja....”

“buat mama?” ledek Ulfa

“itu dimeja makan....” dia menunjuk amplop buat mamanya

Ulfa tersenyum sambil menahan haru. Aduh anakku, aku kenal banget dirimu semenjak dari dalam perutku..... dia hanya bisa mendoakan anak kesayangnya ini selalu dalam lindungan Allah.

Sejenak setelah Aslan berlalu, mobil HRV putih juga keluar, dan Ulfa dengan jelas melihat Fia masuk ke belakang kemudi setelah tadi sempat turun menutup pintu pagar, dengan pakaian santai bukan dengan pakaian kerja.

“De.... antar mama naik motor.....”

“kemana ma.... ?”

“ayo...”

Setelah mobil HRV putih itu lewat, Linda dan Ulfa keluar juga dan ikut dari belakang

“jaga jaraknya De.... jangan sampe kelihatan...”

“iya ma....”

Dan setelah keluar kompleks, mobil itu keluar ke arah kanan, dan benar saja berhenti di dekat sebuah sekolah SD. Dan apa yang mereka lihat, sesuai dengan apa yang mereka perkirakan, Fia lalu turun dari pintu depan, dia jalan ke sebelah kiri, dan Aslan muncul taruh tas nya di kursi belakang. Memeluk Fia, lalu Fia masuk ke ke kursi penumpang depan, dan Aslan yang ganti jadi pengemudi.

Tangan Ulfa gemetar melihatnya, untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia melihat anak laki-lakinya memeluk wanita lain selain ibunya dan adiknya. Dan bukan itu yang membuat dia tambah kuatir, dia segera sadar bahwa sebentar lagi akan ada perang dunia yang akan terjadi, yang sudah ditabuh lewat pemandangan barusan di depan mata dia dan Linda.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd