Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

BAGIAN III


MARRY ME, PLEASE


Fia menempelkan kartu scanning di lift lobby. Dia tersenyum sendiri. Sepulang kerja dia diminta datang ke apartmentnya Hanif. Dasar laki laki egois, kemarin minggu ditungguin malah tidak muncul dengan banyak alasan, kini dia malah diminta datang ke apartmentnya sepulang kerja.

Hubungan mereka memang sudah lumayan lama, dan orangtua sudah saling tahu. Hanya saja Hanif memang seperti belum terpikir untuk menikah. Dia mencontohkan kakak-kakanya yang memang menikah diusia yang snagat matang dan rata-rata diatas 30 tahun. Makanya hubungan dia dengan Fia puna dibuat demikian olehnya.

Kesibukan bisnisnya dia memang jadi salah satu alasan kenapa dia menunda pernikahan mereka. Bisnis klinik dan apotiknya dia kini maju pesat, karena memang Hanif sangat piawai dalam berbisnis. Berbicara dalam 4 bahasa dia sangat lincah, selain Inggris dan Arab, lulusan Plymouth UK ini juga jago berbahas Jerman dan Spanyol.

Ini yang mebuat Fia tergila gila dengan pria tampan ini. Selain ganteng, kaya, pintar. Syarat apalagi yang membuat wanita jatuh cinta? Semua itu ada di diri Hanif. Dia pun sangat bangga memiliki Hanid, meski perjalanan cinta mereka masih belum juga berujung ke pernikahan.

Lift membawa dia ke lantai 27, dan dengan santai dia berjalan ke arah unit milik Hanif, menempelkan kartunya, lalu masuk

“ Assalamualaikum Pi….” sapanya

“wasalaikumsalam, Mimi sayang….” teriak Hanif

Melihat Hanif sedang di sofa dengan bertekanjang dada, Fia hanya mengelengkan kepalanya. Bulu dadanya lebat segera menyambutnya

“pasti belum mandi….” sambil menhyamali dan mncium tangan Hanif

“nunggu Mimi….” jawab Hanif.

“hmmmmm….gitu yah….”

Pelukan Hanif dirasakan begitu hangat bagi Fia. Ciuman di dahinya sedikit meredakan tensi akibat tekanan kerja hari ini, dan dia merasa sedikit lebih nyaman

“mandi yuk…..”

“Ayo……”

Mereka lalu segera masuk ke kamar, untuk mandi di kamar mandi yang menyatuh dengan kamar utama. Satu persatu pakaian mereka buka, hingga akhirnya sama-sama polos. gemericik shower membuat gairah mereka semakin membara, ditambah licinnya sabun, himpitan tubuh mereka yang saling berdempetan membakar birahi bercinta mereka.

Remesan lembut tangan Hanif ke buah dada indah Fia dengan penuh kelembutan dan kadang agak keras seiring gemasnya dia akan sekalnya buah dada gadisnya, disambut desahan penuh desisan dari mulut Fia. Bibir Hanif menyusuri leher dan tengkuk Fia dengan liarnya bibir dan lidah, sedangkan uratnya yang tegang menempel di pantat besar Fia.

Tangan Fia kini menjangkau urat kemaluan Hanif yang tegang. Batang berurat yang berukuran lumayan besar ala-ala pria keturunan, selalu membuat dia kelimpungan jika digempur oleh Hanif

“pindah di kasur yuk....” bisik Fia

Handuk besar segera dibalutkan ke tubuh mereka, dengan cepat Fia menyeka badannya dengan handuk, demikian juga Hanif, lalu mereka segera pindah ke tempat tidur. Handuk yang melingkari badan mereka diletakan begitu saja.

Kini Fia telentang pasrah di kasur. Tubuh mulusnya yang putih bersih dilengkapi buah dada indah dengan puting yang masih kecil, membuat tangan nakal pria itu tertantang untuk meremasnya dan memilin putingnya yang berwarna coklat kemerahan itu.

Perutnya rata dan indah, dan bulu vaginanya yang tercukur rapih meperlihatkan belahannya yang terlihat membujur di tengah. Sebuah keindahan wanita yang sangat menggoda terbaring pasrah, emnanti sentuhan sang pujaaan hati.

Hanif yang kini merangkang diatas Fia, dengan tubuh tinggi kekar, dadanya berbulu lebat, jambangnya belum dicukur dan batang kemaluannya yang kini bergeliat kencang, menandakan dia siap untuk bertarung.

Hisapan di pentil buah dada Fia, diiringi remasan di kepala Hanif dan membuat dia semakin bersemangat melumat buah dada indah itu. Bergantian dia melumat buah wanita yang mengerang dan bergeliat tidak henti akibat jilatan dan hisapan yang terus menyerangnya.

Buah dada yang kian membesar dan puting yang menegang, vaginanya kini mulai becek dan basah akibat rangsangan dari jilatan di ujung buahdadanya, dia hanya bisa meremas punggung Hanif, dan pasrah dengan semua sentuhan dari kekasihnya.

Kini lidahnya turun ke perutnya yang rata, masuk ke pusarnyanya. Lidahnya melatah disitu, bermain di perut yang menggeliat kegelian akibat jilana dan sapuan lidah. Kamar nya kini makin riuh rendah dengan suara erangan dan rintihan.

Kini bibirnya Hanif mencium dan menyetuh bibir bawah yang basah milik Fia. Harum aroma dari memek yang kemerahan itu membuat Hanif semakin bersemangat untuk mejilatinya. Kini lidahnya juga ikut bermain menyentuh kelentitnya yang terbuak lebar. Teriakan lirih dari Fia dan pahanya bergerak tiada tentu akibat tusukan lidah Hanif

Vagina itu kini basah dan becek. Mulutnya terbuka, matanya terpejam dan tangannya mendekap kapal Hanif, seakan tidak ingin lidah itu lepas dari vaginanya, dan rintihannya semakin melengking keras saat lidah itu menempel dan bermain di lubang kenikmatannya.

“oh pi......enak sayang.......” desahnya

Lidah dan bibir Hanif masih bermain dilubang basah itu, dia semakin bersemangat dan tidak hentinya menjilati sambil tanganya meremas buah dada Fia, dan jari-jarinya menyentuh dan memilin pentil yang kini menegang.

Aroma kamar yang harus akibat semprotan pewangi ruangan menyelimuti dan aroma wangi lemon seakan ikut larut dengan birahi kedua insan ini. Kulit putih mulus sang wanita kini ditimpah oleh kulit coklat dari sang pria yang badannya sangat terawat dan berotot dengan rajinnya berolahraga.

Kini batang kemaluannya sudah sangat maksimal dan tegang. Dia kini berdiri dan bersimpuh di dekat wajah Fia, dia menyodorkan batangnya untuk diciumi oleh bibir indah milik Fia. Dan dengan lembut bibir itu mencium kepala kontol yang sudah berkilat tegang. Matanya memandang sayu ke arah wajah Hanif, tangannya memegang batang yang berurat itu, dan lidahnya dikeluarkan untuk menjilat kepala kontolnya, bagaikan menjilati es krim.

“masukin pi......” bisik Fia pelan

Hanif segera memasangkan posisinya agar tepat berada di atas Fia.

Paha Fia kini terlentang bebas dan siap menyambut masuknya batang kemaluan yang sudah menganggukan kepalanya dibawah itu. Dan dengan setengah putaran lingkaran Hanif menggosok kepala kemaluannya di bibir vagina yang sudah licin dan basah, siap menerima sodokan yang keras.

“pih.....aouch.......”

Rintihan mengiringi masuknya batanga kemaluan yang keras ke dalam vaginanya yang basah. Peluakn erat dari Fia dan jepitannya membuat mata Hanif terpejam dan dia mengerang sedikit akibat jepitan vaginanya ke batang kontol yang tegang itu.

Kini pantat dan pinggul Hanif secara beraturan mulai menggoyang dan naik turun diatas badanyanya Fia. Jepitan vagina dan rapatnya lubang menjepit erat batang kemaluannya, membuat irama persetubuhan ini jadi semakin bergairah

Bibirnya melumat bibir Fia, bertautan dan lidah mereka saling memilin dengan erat, sambil dadanya yang berbulu emyentuh kerasnya dada dan puting Fia, sementara pantanya dan pinggulnya naik turun teratur.

Kamar apartemen ini kini berisik akibat suara rintihan dan erangan, serta bunyi bertumpunyanya kedua belah pinggang yang berhamtaman secara berirama, mengiringi keluar masuknya batang kemaluan ke lubang nikmat yang basah dan becek, membuat simponi birahi mereka semakin intim dan mendekat ke puncaknya.

Rangsangan dan tusukan yang teratur dan menyenggol kelentit Fia, membuat dia semakin sulit menahan datangnya orgasmenya, ditambah dengan eratnyanya urat vaginanya mencengkram batang kemaluan berurat yang tegang dan tidak mengendur sedikitpun

Dan akhirnya puncak itu pun mendekat

“pi.... ouh.....”

Makin kencang sodokannya.....

“pi...aku mau keluar.....”

Puting susunya dipilin dengan jari tangan kanannya, lehernya kini jadi sasaran cumbuan sang pangeran

“ngga kuat pi... ouh... auh....... oh.....”

Cengkeraman di batang yang kencang itu membuatnya akhirnya melepaskan kedutan penuh kenikmatan

“pih....auuuuuucchhhhh....ahhhhhhhh......”

Teriakan kencang sambil memeluk erat tubuh Hanif, kukunya sedikit mencengkram punggung pria itu, dan badan Hanif menempel ketat di badan Fia, goyangannya seketika berhenti seperti memberi jeda agar kepuasan dan puncak birahinya bisa dirasakan tanpa terganggu oleh goyangannya.....

‘oh.... enak banget pi.....”

Kini ciuman di bibirnya menmpel dan lidahnya saling bertautan

Lalu goyangan pantat itu kembali bergetar menggoyang, vagina yang sudah basah kuyup kini semakin licin dan becek, memudahkan batang besar itu masuk keluar didalam lubang sempit dan merah merekah

Uratnya yang terstimulasi dengan jepitan dinding vagina Fia sekaan mengirim signal akan meledaknya sebuah puncak birahi sang pangeran. Batangnya kini teratur keluar masuk dengan cepat, goyangannnya makin cepat dan himpitannya makin kencang menimpa Fia, dan kini dia tidak meperdulikan bagaimana mengontrolnya, yang dia ingnkan ialah puncak kenikmatan segera tiba.

Dan akhirnya batangnya mulai dialiri air kenikmatan yang kemudian keluar dari puncak batang tepatnya di kepala topi bajanya, dan sambil memeluk erat kekasihnya yang menelentang pasrah, dia lalu dengan cepat mencabut batang kemaluannya, lalu memuntahkan cairan kenikmatan diatas perut rata dan indah yang kini sedikit berkeringat.

Nafasnya mengebu gebu seperti baru selesai melaksanakan sprint, wajahnya terengah engah, dan sambil menyentuh wajah kekasihnya, dia tersenyum penuh warna, karena kenikmatan puncak yang batru diraihnya. Batangnya yang tadi mengencang kini mulai mengendur, sedangkan vagina indah itu mulai menutup seperti biasanya lagi

Nafas mereka kini mulai teratur

“banyak banget pi....” komentar Fia melihat tumpahnya air mani Hanif di perutnya

Hanif hanya tersenyum

“udah mau seminggu tidak dituntaskan....”

Dia memeluk Fia, lalu mencium bibirnya

“i love you, Mi....”

“i love you, too Pi....”

“cuci yuk.....” ajak Hanif

Dia segera berdiri menuju kamar mandi, membiarkan Fia yang masih menelentang akibat kelelelahan selesai mengangkangkan pahanya. Dia menatap lirih ke perutnya yang masih dipenuhi air pejuh dari Hanif.

Setelah Hanif keluar dari kamar mandi, Fia lalu berdiri, mengambil handuk, dan mengikat rambutnya dengan ikatan rambut yang di meja rias kamar apartemen, lalu beranjak ke kamar mandi untuk mencuci perut dan kemaluannya.

Setelah selesai, dia keluar dan dilihatnya Hanif sudah tidak kamar lagi. Dia lalu memakai daster yang dia taruh di apartement yang tersimpan di lemari pakaian. Memakai celana dalamnya juga, lalu tanpa memakai bra dia menyusul Hanif yang sedang merokok di balkon.

“pi.... mau kopi?” tawarnya

“boleh Mi....”

Tidak lama kemudian dia menyusul, meletakan kopi di pagar balkon, lalu memeluk Hanif dari belakang. Sambil merokok dan seperti tidak memperdulikan Fia, dia menyeruput kopinya sedikit demi sedikit.

“besok dinas apa?”

“sore.....”

“oh.... nginaplah disini.....”

“hmmmm.... oke....”

Tepukan lembut di lengannya yang melingkari badan yang tidak berbaju itu

“ pi....”

“ya...”

“bisnis gimana?”

“lancar sayang.....”

“alhamdulillah yah”

Elusan lembut di lengannya

“pi....”

“ya...”

“minggu depan kita kondangan yah....”

“iyakah? Dimana?”

“ Balai Sudirman...”

“oke. Nanti aku cek jadwal aku. Kayaknya sih sudah balik dari Medan...”

Ciuman lembut di punggungnya

“siapa yang nikah?’

“dokter Citra....”

“dokter Citra? Bukannya dia baru masuk yah?”

“iya...adik kelasku di UI....”

“oh.....”

Pelukannya erat sambil sesekali digangkan badannya

“pi....”

“yes....”

“kita kapan?”

Pertanyaan klasik yang sering kali ditanyakan dan seharusnya Fia sudah tahu jawabannya

Senyuman Hanif tersembul

“mi.... berapa kali kita diskusikan ini?”

Tatapannya tetap kedepan ke arah kawasan Jakarta yang indah jika dilihat malam hari

“ ka Aira nikahnya saja usia 35 tahun, Bang salam 38 tahun.... aku baru juga 32 tahun.... masih banyak yag harus aku achieve, yang mungkin saja marriage bikin yang seharusnya 2 tahun aku dapat malah nunda sampe 4-5 tahun.....”

Fia terdiam, karena diskusi ini sudah sering mereka bahas

Secara perlahan Fia lalu melepaskan pelukannya dari tubuh Hanif. Dia lalu masuk ke dalam lagi. Setiap kali dia bertanya dia berharap Hanif merubah pendiriannya, karena dia ingin sebenarnya status yang jelas, bukan jadi sekedar cinta liar yang kemudian sex yang menyatukan mereka, tapi ada aspek legal dan moral yang mereka bisa leluasa untuk bertindak kemana mana jika ada ikatan.

Anak mungkin mereka bisa tunda, yang penting dia menikah. Dia sering malu jika ditanya teman atau keluarga, apalagi keluarga sudah tahu jika mereka pacaran sudah sekian lama, dan sudah jadi rahasia umum jika mereka sering liburan bareng, dan Fia sering menginap di tempat Hanif.

Hanya memang status Hanif sebagai pengusaha, dan ada sentimen kesukuan membuat Jusuf ayah Fia suka dan sangat merestui hubungan mereka, meski putrinya belum juga diikat dengan tali pernikahan, baginya Hanif adalah sosok yang tepat untuk jadi menantu karena punya visi hidup yang jelas, makmur secara bisnis, dan punya bobot yang sangat mumpuni sebagai turunan dari keluarga yang punya naluri bisnis yang bagus.

Dan akhirnya hanya dilema yang muncul di diri Fia. Dia terlalu mencintai Hanif, dia takut kehilangan sosok sehebat Hanif sebagai kekasih, dan hubungan mereka yang sudah sedemikian jauh, membuat dia jadi tidak percaya diri jika harus memulai lagi nantinya dengan pria lain. Dan akhirnya dia hanya bisa memilih pasrah, di usia menjelang memasuki dekade baru, teman-temannya sudah punya anak 2-3 orang, dan dia masih menepi dengan statusnya sebagai dokter muda, cantik, dan belum menikah.

Hiburannya hanyalah pandangan orang bahwa mereka berdua sosok hebat yang sedang meniti karir, membuat semua anggapan orang tentang pernikahan tereduksi sejenak dengan gemilangnya karir mereka, dan anggapan orang bahwa sebagai sosok-sosok modern, karir jauh lebih penting untuk dikejar dan keluarga akan bisa menyusul jika kariri hebat sudah ditangan mereka.

Hembusan nafas berat dari Fia menandakan bahwa ada kekesalan di hatinya yang hanya dia yang tahu. Percintaan hebat yang barusan dia rasakan seakan hilang kenikmatannya, tersapu oleh kalimat Hanif yang kerap dia ulangi setiap pertanyaan serupa diajukan oleh Fia, dengan harapan akan ada jawaban yang berbeda muncul.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd