Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

BAB XXI


Tetanggaku musuhku


Dua orang suami istri terlihat tergopoh gopoh dari parkiran dan masuk ke dalam bangunan rumah sakit. Mereka adalah Jafar dan Annisah yang siang ini mendadak harus ke rumah sakit, setelah mendengar kalau anaknya Nafia kembali pingsan hari ini.

Setelah hampir seminggu kembali dari liburan memang kondisinya membaik dan terlihat bahagia dan badannya enak, makanya hari ini dia pingsan lagi saat dinas, membuat kaget kedua orangtuanya. Jafar dan Annisah yang sedang dalam perjalanan menuju acara rekanan bisnis mereka di sebuah pabrik di Bojonegoro - Merak, terpaksa memutar balik ke Bekasi.

Setibanya di rumah sakit, Nafia ternyata sudah diruangan perawatan.

“gimana De?” tanya Annisah yang tergopoh gopoh.

Nafia yang sedang memegang ponsel, tersenyum melihat orangtuanya

“sudah tadi MRI, Mi....”

“MRI? “ tanya abahnya

“iya Bah... biar kita tahulah apa yang sakit...”

“kenapa ngga tunggu abah dan umi?”

Nafia tersenyum

“sama aja Bah... toh nanti juga harus MRI atau scan....”

Jafar lalu duduk di sofa ruangan perawatan anaknya

“Hanif sudah tahu?”

Nafia tidak menjawab

“ De... itu ditanya abah?”

Dia mengangkat wajahnya

“aku ngga ngasih tahu dia.....”

“lho? Gimana kamu, sakit dia ngga tau, kamu ke Bali dia ngga tau... hubungan kalian memang bagaimana sekarang?”

“udahlah Bah... sakit kepalaku tambah nambah kalo ingat itu....”

“apa hubungannya?”

“yah... disuruh mikir itu aku malas Abah....”

Jafar heran melihatr perubahan Nafia sekarang.

“abah heran lihat kamu sekarang... banyak yang aneh.....”

Nafia hanya diam sejenak

“udahlah Bah... abah dan umi konsen dengan sakit aku atau Hanif?’

“dua-duanya dong.... “

Nafia langsung membaringkan badannya, rasa sakit kepalanya kini terasa semakin menekan kepalanya, pandangannya juga sering kabur, meski dia menggunakan kacamatanya

“ ya sudah jika begitu biarin aku istirahat dulu.....”

Jafar jika tidak dalam kondisi sakit, mungkin dia sudah marah ke anaknya ini. Nafia memang beda dengan kakaknya yang energik dan sangat progresif, dia lebih tenang dan kalem, banyak mengalah dan jarang dia berargumen dengan siapapun.

Hanya saja Jafar dan istrinya selama ini selalu membanggakan anak-anaknya, termasuk menantu dan calon menantu mereka yang dinilai sebagai pengusaha sukses, sehingga terjadi sesuatu hal yang aneh seperti saat ini bagi diri Fia dan Hanif, jelas itu diluar dari apa yang mereka harapkan selama ini.

“hasilnya kapan, De?”

Nafia diam sejenak

“aku minta istirahat 2 hari... hasilnya MRI sih seminggu, tapi aku udah minta dokter Ari supaya 3 hari kita sudah dapat hasilnya...”

Dr. Ari Tanita adalah dokter neurologi yang spesial untuk pasien seperti Fia.

“ya sudah... istirahatlah kamu....’

“makasih Abah, Umi....”

Dia mencium tangan orangtuanya

Ponsel Fia nampak bergetar, dan sebuah nama muncul disana, ada dua nomor Aslan yang dia simpan, yang satunya diberi nama My Lovely Lion, dan yang berbunyi di ponselnya ini ialah nama My Aslan, dan itu terbaca oleh Umi.

“siapa itu....”

Fia gugup seketika

“ngga teman aku....”

“jangan bohong kamu De....”

“ngga Mi....”

“siapa emangnya Mi?” tanya Abah yang tadi lagi mengetik whatsapp

“ngga tau Bah.... tanya aja ama dia langsung...”

Jantung Fia serasa mau copot, dia sangat teledor ada orangtuanya malah layar ponselnya terbuka leabr, membuat Umi yang melihatnya jadi bertanya tanya.

“siapa De?” tanya Abah

“ngga Bah... bukan siapa-siapa....”

Nafia terdiam

“lagipula masa semua yang telpon aku Umi dan Abah harus tahu sih??”

Umi masih memandangnya dengan tajam

“udah ah...aku sakit kepalaku, mau istrirahat.”

Dia lalu memiringkan kepalnya dan dan berpura pura tidur. Jafar dan Annisah slaing berpandnagan dengan tatapan heran, lalu segera keluar dari ruang perawatan.

“kenapa Mi?” tanya Jafar ke istrinya

“Umi curiga anak kita itu ada hubungannya dengan si anak sialan itu...”

“anak sialan?” Jafar terhenti sejenak

“iya... anaknya si Ulfa...”

Jafar kaget

“kok bisa?”

“yah ngga tau... udah jaman medsos begini.... semua gampang dikases”

“ dia ngga mungkin tinggalin Hanif... standard anak kita kan tinggi....”

“abah, kita harusnya waspada dengan ini.....”

Jafar berpikir sejenak, apalagi saat dia hubungkan dengan sudah tidak munculnya Hanif selama ini.

“biar dia sehatan dulu baru kita bicara....”

Mereka lalu masuk ke dalam lift

“lagian anak itu ngga tahu diri.... udah tahu kita ngga suka, masih saja mengejar ngejar Fia....”

“anak kecil itu.... “

“iya..sudah besar sekaranglah... sudah kerja juga.....” sungut Annisah

“orangtuanya harusnya tanggungjawab masalah ini....”

“kita lihat nanti..... mereka harusnya juga tanggung jawab... sudah mempermalukan dari dulu, lalu sekarang anaknya malah tetap saja mendekati....”

Annisah manyun wajahnya

“aku curiga diguna gunain anak kita.....”

Jafar diam saja sambil menghidupkan mobilnya

“coba Abah pikir, langit dan bumi bedanya... usia, pendidikan, pekerjaan, derajat keluarga sampai Fia tega lho meninggalkan Hanif.....”

“emang bagaimana hubungan dia dengan Hanif...”

“yah Abah lihat saja... apa pernah Hanif datang sekarang?”

Jafar dalam hatinya membenarkan, memang Hanif sudah lama sekali tidak pernah datang, biasanya hampir setiap minggu pria itu pasti datang antar Fia pulang. Dia merasa pasti ada sesuatu yang terjadi diantara mereka.



**********************​

“ayang, tadi pas telp hampir ketahuan lho ama Umi...”

“masa sih?”

“iya... soalnya tadi screennya ngga dikeatasin...”

“trus gimana Ka?”

“ngga apa-apa...”

“ kaka ngga diomelin?”

“ah.... aku udah ngga peduli Yang....”

“maaf yah Ka...”

“maaf kenapa?”

“gara-gara aku kaka jadi ribut ama Abah dan Umi...”

“Nggalah sayang....”

“kaka gimana sekarang”

“masih sakit sih... Cuma mendingan sekarang... tadi udah MRI...”

Aslan terdiam

“doain yah ngga ada apa-apa...”

“ia Ka.... selalau dalam doa aku nama kaka aku bawa.....’

“senangnya aku...”

“aku ngga perlu ke Bekasi?”

“ngga usah sayang...aku baik-baik aja kok...”

Aslan terdiam

“sayang kerja aja sepeti biasa.... “

“beneran Ka..?”

“bener... ada apa-apa aku kasih tahu pasti ke sayang....”

“aku kutir soalnya Ka, kuatir banget dengan kondisi Kaka...”

“ngga apa-apa sayangku, aku baik-baik saja”

“baik Ka....”

“i love you sayang....”

“i love you, Ka....”



***********************

Setibanya di rumah, Annisah sepertinya curiga dan tetap bertanya tanya, dia masih tetap mencurigai bahwa ada hubungan antara Aslan dengan anaknya Fia. Telpon di layar Fia tadi jelas-jelas nama Aslan yang muncul. Aslan mana lagi kalau bukan yang disebelah rumahnya.

Paginya, setelah semalaman dia susuah tidur, akhirnya dia kemudian memutuskan untuk mengeceknya sendiri. Dia masuk ke kamar Fia, karena dia yakin ada yang Fia sembunyikan disana.

Dia membongkar koper Fia yang dipakainya ke Bali, namun koper tersebut sudah kosong dan tersimpan di samping lemarinya. Dia lalu membongkar tas tentengannya Fia diatas meja riasnya.

Dan matanya nanar saat membuka tas tersebut. Dia shock berat

Boarding pass yang ada didalam tas tersebut jelas tertulis, Fia tidak ke Bali, tapi ke tempat lain.

Yang bikin shock ialah foto yang dicetak diatas tempat tidurnya , foto Fia dengan Aslan yang sedang bepelukan. Sepertinya Fia lupa menyimpannya dan Mbak yang merapihkan, meski sudah dirapihkan kasurnya, foto itu tetap ditaruh di kasur.

Darahnya serasa mendidih melihat foto tersebut.

Dia lalu segera turun kebawah dan menemui suaminya, lalu dia setengah membanting foto itu didepan suaminya yang sedang di meja makan

“apa nih Mi?”

“Abah lihat saja itu....”

Dia meletakan tabsnya, lalu melihat foto anaknya Fia yang sedang memeluk seoarang pria.

My God, that’s Aslan

“beraninya dia menipu kita......”

Umi juga memberikan boarding pass nya dua buah saat ebrangkat dan kembali.

“dia ngga ke Bali, tapi ke Kendari menemui anak itu......”

Amarahnya Jafar sekeitika menggelegar. Dia meraih ponsel, ingin segera menelpon Fia.

“abah mau telp siapa?”

“fia dong...”

“jangan dulu... anak lagi sakit nanti tambah stress dia....”

Dia menghentikan gerakannya yang akan memencet nomornya Fia

“trus??”

“ngga ngerti aku....”

“dia benar-benar mempermalukan kita....”

“iyalah...”

“mau ditaruh dimana muka kita kalau semua tetangga disini tahu dia jalan dengan Aslan.....”

Annisah pun tidak kalah gemas dengan suaminya

“ngga ada apa-apanya itu anak dengan Hanif.... kenapa dia sampai bisa berpaling dari Hanif....???”

Annisah terdiam sejenak

“aku curiga anak kita kayak diguna guna...”

Jafar terdiam, matanya kini terarah keluar rumah

“masa dia bulan lalu masih bersama Hanif, tau-tau sekarang sudah main nyusul anak kemarin sore ini ke Kendari? Apa bukan di lagi kena pelet??”

Nafas Jafar naik turun menahan emosi

“coba abah pikir, dimana keunggulan anak kemarins ore itu, tukang ngintip itu.....”

Annisah seperti menambah bensin untuk supaya amarah suaminya berkobar

Dia lalu mengambil ponselnya

“mau telp siapa Abah?”

“RT....”

Annisah diam saja

“ Te, lu dirumah kan?”

Tidak lama kemudian dia mengajak istrinya, setelah dia selesai menelpon ketua RT.

“ayo....”

“kemana?”

“ke tetangga....” jawabnya sambil beranjak keluar

Annisah merapikan hijabnya sebentar, lalu menyusul suaminya yang berjalan dengan cepat ke arah rumah disebelah rumahnya mereka.

“assalamulaikum..” suara salam yang keras dan pintu pagar seperti dibuka dengan paksa.

Ulfa yang di kamar dan akan siap-siap ke pasar, kaget medengar ada tamu pagi-pagi.

“walaikumsallam....”

Linda yang masih diatas yang juga sedang bersiap hendak berangkat kuliah sampai kaget dan turun.

Melihat sepasang suami istri yang kehadirannya bukan membawa berita baik, pastinya ini mengagetkan dan juga membuat mereka berdua bertanya – tanya. Apalagi sepagi ini pasangan suami istri ini sudah ada di depan rumahnya

“iya Bu Annisah... ada perlu apa yah....”

Melihat wajah perang dari mereka berdua, sedikit banyak dia sudah bisa menyimpulkan bagaimana kira-kira yang akan mereka bicarakan. Pasti tidak jauh dari masalah anak mereka, seperti yang sudah pernah mereka lalukan dulu.

“kita tunggu RT datang....” ujar Jafar

“silahkan duduk...”

Ulfa hanya diam menunggu, dia duduk di kursi depan teras mereka, sedangkan tamunya hanya berdiri dan tidak mau duduk. Linda yang mencium gelagat yang kurang bagus juga memilih berdiri didepan pintu, dia menemani ibunya

“masuk aja De.... “ ujar mamanya pelan

Dia hanya menggeleng menyatakan penolakannya atas perintah Ulfa. Dia melihat gejala yang kurang bagus dan dia merasa wajib ada disamping ibunya.

Tidak lama datang Pak Teddy, RT setempat yang sepertinya ditelpon oleh Jafar untuk datang kesitu.

“assalamualaikum....”

“waalaikumsalam, Te....”

Dia menyalami semua yang hadir, lalu duduk di hadapan Ulfa. Ada 4 kursi berbentuk L disitu, namun Annisah dan Jafar memilih berdiri

“gini yah Ulfa.... gue minta lu kasih tau anak lu supaya jangan ganggu anak gue.....” suara Jafar menggelegar, dan Ulfa hanya diam mendengarkan

“dalam segala sisi anak lu itu ngga pantas mendekati anak gue......”

Ulfa masih diam, meski dia mulai agak kesal dengan kata-kata Jafar, yang terkesan merendahkan sekali.

“sudah Pak Jafar... kita bicara baik-baik... apa duduk maslaahnya....” RT mencoba melerai

“ngga bisa bicara baik-baik dengan keluarga pervert kayak begini...”

Linda mendengarnya langsung emosi

“maksud Bapak keluarga pervert itu apa?” tanya dia dengan beraninya

“Linda.... ngga usah turun campur De...” tegur Mamanya

“ya Pervert.... cabul...“ ujar Jafar

Emosi Linda benar-benar naik saat keluarganya dibilang seperti itu

“udah Pak.... kita bicara baik-baik... apa masalahnya....” ujar RT lagi

Dia melihat gejala yang sudah tidak sehat, makanya dia cepat menengahi. Sebagai warga yang sudah lama disini, dia sangat kenal dengan keangkuhan Jafar dan istrinya, dan juga kenal baik dengan kebandelan Aslan.

“jadi gini Pak RT, saya mau Bu Ulfa ini bilang ke anaknya untuk berhenti ganggu anak saya....” ujar Jafar.

Ulfa meski sudah menduga, tapi tak urung dia juga ikut terkesiap mendengar ucapan Jafar.

“anak kami itu sudah mau menikah... jadi tolong lu kasih tau anak lu agar berhenti menelpon dan menghubungi....” tandasnya lagi

“tahu malu dan tahu dirilah...” sambung Annisah

Ulfa mencoba menurunkan tensinya untuk tidak ikut naik juga

“sebentar Pak, ini apa sih masalahnya...”

“lu jangan pura-pura ngga tahu, Ulfa....”

Gaya Jafar memang dari dulu selalu suka merendahkan orang

“maksudnya apa? Aslan? “

“iye, siapa lagi??” ujar Annisah

“lho... masih mau bahas lagi masalah yang lau? Yang sudah puluhan tahun lewat?”

Jafar berang mendengarnya

“bukan.... “

“lah? Trus apa? Aslan ada di Kendari.....”

Annisah menengok ke wajah suaminya, emosi mereka seperti mau meledak

“ngga usah pura-pura ngga tahu....”

Linda yang dari tadi diam juga emosi jadinya

“Bapak dan Ibu ini yah datang pagi-pagi ke rumah orang marah –marah ngga jelas....”

“kamu ngga tau masalah diam aja....”

“eh.... sembarang yah....”

“linda, sudah.....” Ulfa segera meredakan anaknya yang ikutan emsoi

Lalu

“ini apa sih masalahnya.....??” tanya Ulfa

Jafar dengan cepat menyerocos

“lu kasih tau anak lu.... jangan ganggu anak gue....” suaranya agak keras dan kasar kini.

“ganggu?? Aslan aja di Kendari.....”

“iya dia di Kendari.... tapi dia bawa si Fia kesana.....”

Ulfa langsung terdiam, dia sudah tahu masalah ini akan seperti ini saat mereka tahu kejadiannya. Aslan, kamu terlalu nekad nak..... bisik hatinya dia.

“sebaiknya diklarifikasi dulu....”

“Klarifikasi? Klarifikasi ke anak lu tuh....” Jafar benar-benar kasar

“asal lu tahu Ulfa.... Fia itu calon suaminya pengusaha, sukses, jauh diatas dari anak lu yang pervert itu.... tahu diri lu ama keluarga lu....” sembur Jafar

Ulfa jadi bingung melihat emosinya Jafar, dia lama –lama emosi juga

“ini apa sih maksudnya....”

“eh Ulfa, anak sialan itu bawa si Fia kesana.....”

Ulfa kehabisan kata-kata mendengar itu. Teddy selaku RT juga bingung melihat suami istri ini ngegas.

“ pasti diguna guna anak gue ama anak lu.....”

Ulfa kaget bukan kepalang

“ih... ibu jangan sembarang nuduh.... kami ini taat beragama semua... mana ada kita main-main begitu..

“issss... anak gue itu pacarnya jauh kemana - mana dari anak lu.... tiba-tiba mau diajak kesana apalagi kalo bukan dipelet??”

“masyaallah.... istigfar Bu....” ujar Linda kaget mendengar tuduhan keji seperti itu ke abangnya.

“iyalah.... semua juga tahu anak lu naksir anak gue.... tapi dia itu dokter, pendidikan tinggi... ngga DO kayak anak lu....”

Ulfa rasanya ingin menangis diserang seperrti ini

“calonnya kaya raya, pengusaha sukses... bisa mau kesana kalo ngga diguna guna... apalagi??” dengan berangnya kali ini Annisah menyemburkan kata-katanya ke Ulfa

“jadi lu kasih tahu ama anak lu... masih ganggu anak gue, gue lapor polisi..... biar masuk bui anak lu...” ancam Jafar

“ngga mungkinlah Aslan begitu...” kilah Ulfa bingung

“ngga mungkin gimana??? Bisa mau anak gue kesana dia pake apa coba kalo bukan ilmu hitam...” ujar Jafar lagi

“ih bapak jangan sembarang nuduh yah...” jawab Linda

“diam lu... anak ingusan aja lu turut campur....”

“eh bapak yang diam... enak-enak aja datang ngina keluarga kami...”

“emang keluarga lu pervert....”

RT langsung menegahi

“udah –udah...cukup Pak Jafar... cukup Mbak Linda...”

“kurang ajar lu... anak kemarin sore berani ngejawab....”

Ulfa langsung menahan :Linda

“udah De.....” dia membelalakan matanya ke Linda untuk diam

“kasih tau anak lu...ngga laki ngga perempuan ngga ada didikan.....”

Draah Ulfa kini mendidih mendapat hinaan

“udah Bu Ulfa....Udah pak Jafar... kita bicara baik-baik disini....”

“kagak Te... lu suruh dia bikin surat pernyataan bahwa anaknya ngga akan ganggu gue....”

Ulfa kaget

“pernyataan? Pernyataan apa...?”

“yah pernyataan, kalau anak lu stop hubungin anak gue.... “

Ulfa kini gantian yang emosi

“udah Bu Ulfa....” tahan Teddy

“ngga Te... ngga bisa begini.....”

“lah... emang lu ngga ada aturan... makanya ngga mau buat surat...” cecar Jafar

“dengar yah Pak....”

“lu yang dengar.....” bentak Jafar

“lu yang dengar.....” kali ini Ulfa membentak

“dari tadi lu berdua laki bini datang ngina-ngina keluarga gue... anak gue, gue diam...sekarang lu dengar.....” suara Ulfa kini menggelegar

“iya, anak gue ngga ada aturan.... gue juga dari keluarga miskin... tapi ngga ada kita ngemis minta-minta makan ama lu... kalo masalah Aslan dulu masih kecil lu bawa-bawa sampe sekrang, terserah lu...” emosinya kini mengganas

“ lu mau sombong apa sih?? Lu pun ya rumah gue juga punya...lu punya mobil anak gue juga beliin gue mobil.... anak gue gitu-gitu juga ganteng, punya kerjaan juga... manager cabang..... lu tanya ama anak lu kenapa mau dia diajak ke Kendari... emang dia anak kecil apa dipaksa paksa....”

“yah diguna gunain.....”

“Lu tanya ama anak lu dia diguna-gunain ngga ama anak gue....”

“pastilah.....”

“ngaco lu... sekalian lu tanya, berapa hari dia disana... tidurnya dimana.....”

Linda langsung menarik mamanya

“udah mah.... cukup Ma....” melihat ibunya yang emosi Linda langsung menarik ibunya

“dasar keluarga cabul...”

“lu yang cabul.....”

“apa lu bilang.....” Jafar emosi naik dan seperti hendak mengambil tindakan fisik

“apa lu... beraninya ama perempuan.....”

RT langsung menenaghi dengan cepat, karena tetangga lain sudah pada berkumpul mendengar keributan itu

“udah Pak Jafar balik sana.... malu kita...”

Jafar langsung menarik tangan istrinya

“awas nanti... gue laporin polisi kalian

“lapor sana..... anak lu juga demen ama anak gue”

Linda memeluk mamanya yang emosi

“Udah Ma......” Linda memeluk mamanya sambil menangis

“sialan... sombong banget sih jadi orang.....” masih saja mulut Ulfa ngoceh

“udah Bu......”

Teddy mencoba menenangkan emsoi Ulfa....

“tadi kalau ibu langsung okein untuk buat surat pernyataaan sih ngga akan panjang...”

Ulfa kembali mendelik matanya

“surat pernyataan apa????”

“bapak jadi RT yang netral dong... jangan belain orang kaya.... lihat dulu masalahnya apa...”

RT bingung jadinya

“bukan gitu Bu....”

“ jangan sampai saya cerita ke Aslan kalau Bapak ngga netral jadi RT yah.....” ancam Ulfa

“udah Ma....” bujuk Linda lagi kali ini

Memang ketua RT Teddy ini sedikit ngeri dengan Aslan. Dulu gara- gara Lomba tingkat RT, anaknya yang laki-laki Roby,usianya 3 tahun diatas Aslan, tanpa sengaja meledek Linda adiknya Aslan dengan panggilan cabe-cabean. Aslan yang dalam persiapan berangkat kuliah ke Makasar, mendengar adiknya dibilang seperti itu, mengejar Roby di lapangan RT ketika itu. Roby yang takut dengan Aslan, kabur kerumahnya, dan karena rumahnya dikunci, kaca jendelanya dihancurin oleh Aslan.

Bahkan saat dimediasi, Pak RT didepan masyarakatnya diajak duel oleh Aslan. Semua warga yang tahu bandelnya Aslan memang agak segan berhadapan dengan anak itu.

“udah Ma......” Bujuk Linda selepas RT pergi.

Ulfa hanya bisa menangis tersedu, dia merasa sangat terhina dengan ucapan Jafar yang merendahkan anaknya. Dia tahu, meski Aslan suka dengan Fia, tapi tidak mungkin Aslan menggunakan black magic hanya untuk memikat Fia, toh anaknya juga ganteng dan sudah bekerja, tidak dengan Fia pun banyak gadis yang mau.

“jahat banget mulutnya mereka....” sedu Ulfa

“iya Ma.... keterlaluan emang...”

Linda pun tidak terima, dan dia tahu bagaimana abangnya. Lagipula juga tanpa dipelet kelihatan kok Fia juga suka dengan Aslan. Kata hatinya Linda.

Jika sudah begini, Ulha hanya bisa mengeluh diatas sajadah dalam sholatnya dengan Allah. Dia seketika rindu dengan suaminya yang sduah meninggalkan dia selamanya, mungkin jika suaminya ada, tidak akan mungkin Jafar atau siapapun berani menghina mereka seperti ini.

Jangan kasih tahu Abang, pesan Ulfa ke Linda. Jangan rusak konsentrasi dia, biar dia tenang bekerja, selama kita masih bisa hadapi, kita hadapi sendiri masalah ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd