Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

BAB XXX


Dimana dirimu, disitu cintaku berada



Dulu……


Aku berpikir jika aku akan menikah dengan pria yang aku cintai

Ternyata aku akan menikah dengan pria yang sangat mencintaiku dengan hebatnya

Saking hebatnya cintanya, sampai aku berpikir bahwa aku tidak akan mampu hidup tanpa dirinya…..

Because of you….. I can feel the greatest love that I ever had……

Love you, My Lion……..



Caption di foto bersama Aslan dengan mesranya diposting Fia dan terlihat terpampang di postingan Instagram Nafia yang diposting subuh ini. Sebelum dia bangun dari tidurnya, dia beranjak meraih dasternya yang berserakan di lantai akibta sisa pertempuran dirinya dengan Aslan tadi malam.

Sekujur tubuhnya hanya menyisahkan celana dalam putih. Dia lalu tersenyum melihat Aslan yang terlelap di sampingnya dengan selimut yang kini turun hingga ke perutnya. Dia tahu betapa lelahnya Aslan dengan pekerjaannya, ditambah lagi dengan kewajibannya harus mengurus Fia, memang tenaga Aslan terkuras banyak.

Wajah yang terlihat lelah namun damai itu membuat senyuman Fia tersungging.

How can I am not love you, Ayah??

Bathinnya berbisik dan senyumnya mengembang bercampur bahagia dan galau…..

Kebahagiaan yang dia rasakan saat ini memang membawanya ke nuansa indah yang belum pernah dia rasakan selama ini. Merasakan dicintai dengan hebat dan kuatnya oleh sosok pria yang yang hanya punya mata dan hati untuk satu wanita, rasanya wanita mana yang tidak mempunyai impian akan hadirnya pendamping sehebat ini dalam hidupnya?

Namun segera kesedihan itu muncul di benaknya saat dia kemudian merasa bahawa indahnya rasa dan kehangatan ini akan segera berakhir dengan tanpa dia tahu kapan itu usai, meski dia sadar bahwa masa itu akan datang tidak lama lagi.

Waktu memang terasa lama bagi mereka yang menunggu, namun akan terasa cepat bagi mereka yang merasakan indahnya sebuah kebahagiaan. Langit adalah limit sebuah panorama nirmala sebuah kisah cinta, namun semua yang indah di dunia ini akan ada akhirnya yang harus berhenti di sebuah titik dengan restu Sang Pencipta

Telapak tangannya lalu bergerak menyeka butiran airmata yang turun di pipinya. Dengan penuh kehati - hatian, dia lalu mencium lembut pipi Aslan yang terlihat lelap akibat padatnya aktivitasnya. Sudah sibuk dengan kerjaan, harus mengantar Fia ke ruko baru mereka, menjaga dan melindungi Fia, masak dan bahkan harus melayani Fia diatas ranjang semalam.

Senyuman Fia tersipu mengingat betapa indahnya percintaan semalam. Begitu lembut, bercinta sambil sesekali mereka berbincang, hingga akhirnya diselesaikan dengan klimaks yang indah bagi keduanya. Yang Fia rasakan ialah Aslan yang sangat hebat dalam mencintainya. Begitu tulus dan sangat memperhatikannya dengan begitu penuh ketelitian.

Guyuran air menyapa sekujur tubuhnya dari rambut hingga ujung kakinya. Mandi wajib setelah bercinta ialah keharusan karena dia ingan sholat subuh pagi ini. Ingin rasanya membangunkan Aslan, namun dia mengurungkan melihat betapa pulasnya tidurnya dia.

Nanti saja menjelang akhir batas waktu sholat subuh dia akan bangunkan agar Aslan juga bisa mandi bersih dan sholat subuh. Membangunkannya sekarang saat dia belum puas menikmati masa tidurnya rasanya tidak tega bagi Nafia melakukan itu.

Saat mengeringkan badannya dengan handuknya, dia sempat memperhatikan tubuhnya yang makin terlihat kurus dari biasanya. Rambutnya yang banyak rontok juga sudah menjadi pemandangan sehari hari. Sakit kepala dan perih juga makin sering dia rasakan, meski dia selalu tahan dan berusaha kuat didepan Aslan.

Setelah mengambil air wudhu, memakai daster bersihnya, lalu Nafia masuk ke kamar dengan hati-hati agar tidak membangunkan Aslan. Dia lalu melebarkan sajadah di lantai kamarnya, mengenakan mukenah dan memulai sholat subuhnya hari ini. Doa dan dzikir dia lantunkan selesai sholat subuhnya.

Nafia tidak sanggup membendung airmatanya saat dia dalam larutan rasa dan indahnya bisa berbicara dan mengadu ke Allah tentang dirinya. Airmatanya bagaikan tidak mau berhenti mengalir dan terus mengalir, saat rasa syukur dan indahnya cinta yang dia syukuri, lalu dibarengi dengan rasa sakitnya yang dia rasakan, ditambah dengan tidak ada restu yang kunjung datang dari Abah dan Umi nya untuk hubungannya ini, membuat dadanya serasa sesak dan membuncah semua rasa yang muncul.

Dia sementara tenggelam dalam tangisannya. Airmata turun membasahi mukenanya, dan bahkan tumpah ke sajadahnya. Sedih rasanya mengingat waktunya yang tinggal menunggu keajaiban dari Allah. Keajaiban akan indahnya memiliki waktu untuk bisa lebih lama lagi bersama calon keluarganya kelak.

Aku minta sehat, Ya Allah………

Aku minta sakitku Engkau angkat Ya Rabbi…..

Aku minta keluargaku Engkau lindungi, jaga dan selalu, dan berkahi, Ya Tuhan

Doa dan ucapan syukur yang dipanjatkannya membawanya ke tangisan dan sebuah derai guliran butiran airmata yang dia sendiri sukar untuk tahan dan artikan. Dia merasa damai dan lega sudah mengadu ke Sang Pemilik Hidup pagi ini.

Tanpa dia sadari tangisannya yang berusaha dia tahan ternyata membuat Aslan terbangun. Dia kaget karena Nafia malah sudah mandi dan sholat subuh duluan. Sambal mengenakan celana pendeknya, memakai kaosnya, lalu duduk di pinngiran Kasur, menunggu Nafia selesai dengan doa dan dzikirnya.

Fia yang sudah selesai dengan dzikirnya, kaget melihat Aslan yang sduah bangun dan duduk memendangnya dari samping.

“ayah…… udah bangun…” sapanya dengan cepat dia menghapus airmatanya yang bertebaran di pipinya

Aslan tersenyum melihat Nafia yang sedang membuka mukenanya

“iya Bun….”

Nafia lalu bangun dan beranjak menhampiri Aslan. Dia menyodorkan tangannya menyalami Aslan, mencium tangan Aslan sebagai bentuk penghormatannya kepada Aslan, calon imamnya. Aslan lalu dengan erat memeluk Nafia, yang disambut dengan tangisan kembali oleh Nafia

Aslan membelai kepala Nafia dengan lembut. Dia memeluk dengan erat sambil menepuk punggungnya Nafia dengan penuh kelembutan. Dia seperti ingin memberi kekuatan bagi Nafia untuk tetap kuat dan selalu berserah dengan apa yang sudah Allah gariskan bagi mereka.

“bun….”

Tangisan Nafia masih terdengar

“bunda sayang…….” Sapa Aslan dengan lembut

Nafia menganggukan kepalanya

“udah dong….. jangan nangis yah….” Bujuk Aslan dengan lembut

Nafia masih mencoba menahan tangisnya

Aslan lalu melepas pelukannya, dia merenggangkan pagutan tangannya, memegang pipi Nafia yang basah dengan airmata. Menatap dengan penuh cinta mata indah yang dia kagumi bertahun tahun tanpa pernah bosan, lalu kemudian mengambil kedua tangan Fia, mengganggamnya dengan lembut, lalu kembali dengan memeluk wanita itu.

Nafia masih menahan isak tangisnya

“bun….. jangan nangis lagi yah….”

Nafia menganggukan kepalanya

“ maafin bunda……”

Aslan tersenyum

“maafin kenapa?”

Fia memeluk leher Aslan

“iya… udah nagis pagi-pagi… pasti Ayah jadi kuatir…..”

Aslan tersenyum

“ngga Bunda….. Cuma mau bilang ke Bunda untuk jangan kuatir dengan hari esok….” Bisik Aslan di dekat kuping Nafia

“Allah pasti punya rencana indah buat kita……”

Optimisme Aslan membuat Nafia tersentuh

“Bunda takut Yah……”

“takut kenapa?”

“takut Bunda bakal pergi…….” Suara Nafia terputus, nadanya seperti tercekat di lehernya

“ngga lah Bunda….. kita punya Allah yang kuat dan Maha Pemurah….” Bisik Aslan kembali

“ngga akan Dia tinggalin kita yang sudah minta dengan sungguh-sungguh lewat sholat dan dzikir kita…..” hibur dia lagi

Nafia tersenyum manis. Cengkraman tangannya masih memeluk erat leher Aslan.

“ayah……”

“ya sayang……”

“ayah tetap cinta Bunda kan…..?”

Aslan tersenyum

“selalu Bunda….”

“beneran?” cengkaraman lengannya seperti meminta kepastian

“hingga maut memisahkan kita……..”

Nafia meneteskan airmatanya ditengah senyum bahagianya. Dia tahu betapa dahsyat Aslan mencintainya. Satu hal yang dia sesali ialah dia membuang waktu yang lama hanya untuk menunggu akan hadirnya cinta yang luarbiasa ini, dan harus meluangkan waktunya menunggu sesuatu yang sia-sia, padahal cinta yang hebat ini sudah menunggunya sekian lama.

“bun……”

“iya sayang…..”

“ayah mau sholat boleh?”

Nafia segera tersadarkan

“maaf sayang…..” dia tersenyum dan melepaskan pelukannya

“mandilah……”

Aslan tersenyum

“Bunda siapin handuknya yah….”

“ngga usah… aku bisa sendiri…..”

Nafia agak gusar mendengarnya

“kok aku sih….?” Protesnya dengan mata agak disipitkan

Aslan segera tersadar

“iya…maaf Bunda… ayah bisa kok sendiri…..”

Nafis manyun

“kan Bunda istri ayah… masa siapin keperluan Ayah aja ngga boleh?” rajuk Fia

Mendengar Bahasa dan mood Nafia kali ini, Aslan memilih mengalah. Dia tersenyum manis dan menganggukan kepalanya

“baik Bunda….. “

Senyuman manis kini tersungging di bibir Nafia

“nah gitu dong……”

Dia lalu bangun, menuju kamar belakang, mengambil handuk, mempersiapkan sarung, celana dalam dan kaos buat Aslan untuk sholat nanti. Aslan tersenyum melihat Nafia yang bersikeras melayaninya. Dia lalu masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya

Selesai sholat subuh, Aslan kaget medengar suara dari dapur. Dia segera bangun dan bergegas menuju dapur. Dia lihat sudah ada roti dua tangkap diatas meja makan, dan Fia sedang didepan kompor membuat omelet, dan menebar senyuman ke arahnya, yang kuatir dengan kondisinya.

“ayah mau teh atau kopi?” senyuman itu muncul dibalik sapaannya

Aslan tersenyum

“teh aja Bunda…..”

Dia lalu menghampiri Nafia

“duduk lah…. Nanti Bunda siapin…..” ujar Nafia

Aslan menuruti apa yang disampaikan oleh Nafia, dia dengan penuh kehati hatian tetap memperhatikan Fia yang sedang sibuk didapur dengan dasternya yang tanpa lengan. Buah dada indahnya terlihat membusung dibalik daster itu, putingnya menonjol karena Nafia memang tidak memakai beha pagi ini.

Dia lalu membuka whatsapp lewat ponselnya, sambil menunggu Nafia yang sedang membuatkan sarapan dan juga minuman buat dirinya. Dan dia menscroll semua pesan yang masuk dari semalam, hingga dia terhenti di pesan yang dikirim oleh oleh adiknya, Linda.

Aamiin yah, Bang…… tulis Linda dibawah foto yang dikirim oleh adiknya. Foto itu adalah tangkapan layar di Instagram milik Nafia, yang merupakan foto mereka berdua di depan ruko saat selesai serah terima ruko, dan berisi kata-kata yang ditulis oleh Nafia, yang sudah disukai oleh ratusan orang sepagi ini.

Instagram Fia memang tidak dinonaktifkan, tapi kolom komentar semuanya dikunci oleh Fia, sehingga followernya hanya bisa bereaksi saja tanpa bisa memberi komentar apapun. Nafia memang sengaja menguncinya, agar saudara-saudaranya dan teman-temannya tidak berkomentar disitu.

Membaca kata-katanya, Aslan dibuat terharu oleh apa yang ditulis oleh Nafia. Kata-kata indah penuh makna dan pujiannya untuk dirinya membuat Aslan bagaikan menjadi pria yang paling bahagia saat ini. Tanpa dia rasakan matanya jadi agak sembab menahan haru, menahan sedih dan juga bahagia akan cinta sejatinya yang akhirnya bisa dia genggam kini.

Cinta yang dia kejar dan damba selama ini, bagaikan impian yang jadi nyata. Nafia bagaikan enigma dulunya bagi Aslan, namun kini misteri itu sudah menjadi sebuah wujud nyata yang bagaikan jadi bagian yang tidak terpisahkan dari dirinya akhir-akhir ini.

I love you, Bunda…. Bisik hati Aslan

Dia lalu bangun dari kursinya, mendekati Fia yang sedang menuangkan gula diet ke gelas berisi teh untuk Aslan. Pelukan Aslan dengan erat kemudian membetot Nafia dengan eratnya dari belakang. Pundaknya yang terbuka itu menjadi tempat bibir dan dagu Aslan bersandar

“ayah…..” Nafia tersenyum mendapat pelukan dari Aslan

“I love you, Bunda…..” bisik Aslan

“I love you, too Ayah……”

Ciuman di pipinya dibalas dengan dengan gemggaman tangannya ke tangan Aslan, dan mencium punggung tangan Aslan.

“ini tehnya sayang….” Tawar Fia

Aslan menggeleng

“nanti aja….. mau meluk Bunda aja dulu….”

Sambil berdiri di kitchen set, Fia lalu berbalik badan, kini mereka saling berhadapan, dan dengan lembut tangannya melingkar di lehar Aslan, lalu bibirnya melekat di bibir Aslan. Ciuman lembut saling menautkan bibir mereka, dan sejenak terlepas lalu disambung dengan ciuman yang agak lama dibalik melekatnya bibir mereka

“makasih yah Bun……”

“untuk apa Yah…..” tanya Fia

Aslan tersenyum

“sebelum sholat subuh sempat-sempatnya update status yah…..” ledek aslan

Nafia tersenyum dan tertawa

“emang ngga boleh?”

“boleh dong…..”

“ayah suka ngga…?”

Ciuman lembut Aslan mendarat di bibir Nafia kembali

“ bersyukur Bunda…….” Tatapan mata yang lembut ke arah mata sang dokter ini

“karena dicintai Bunda…..”

Nafia memeluk Aslan

“Bunda yang bersyukur…. Dicintai dengan hebatnya sama Ayah……”

Kepalanya Nafia menempel di dada Aslan

“jangan berhenti mencintai Bunda yah…..” pintanya pelan

“iya sayang…… ngga akan pernah….” Jawab Aslan yang disambut oleh ciuman Fia di pipinya

“banyak yang like?” tanya Fia

“bunda belum lihat lagi?”

“belum… tadi posting langsung ditinggal sholat…..” alis Fia terangkat

“oh….”

Aslan lalu mengambil ponselnya

“banyak nih…. Seratus limapuluhan follower Bunda…..”

Fia tersenyum

“Ade Linda sudah kirim wa….. mengaminkan….”

Nafia tersenyum terharu

“dia adik yang baik banget…….”

Nafia menscroll layer ponsel Aslan

“Yah…. Disukai sama Endah tuh…..”

“bunda…..” Aslan meperingatkan Nafia….

“iya iya…..” Nafia tertawa melihat wajah Aslan yang sedikit mendelik. Dia tahu Aslan agak kuatir kalau dirinya cemburu, padahal di awal-awal dia juga yang menjodohkan Endah dengan Aslan.

“ayah mau diminum sekarang teh nya?”

Aslan mengangukan kepalanya

“apa mau susu?” goda Fia

Aslan dengan gemesnya lalu memeluk Nafia.

“ayah….. geli…..” teriak kecil Fia saat ciuman Aslan mendarat di lehernya, badannya menggeliat kegelian

“ayah…. geli sayang…..” tanganya mengusel usel rambut Aslan

Aslan tersenyum dan melepaskan ciumannya di leher Nafia yang kegelian

“ayah nakal ih…..”

“abisnya Bunda makin cantik sih…. Makanya gemas lihatnya….”

“boong… pintar gombal sekarang…”

Nafia mencolek bibir Aslan dengan gemasnya

“ apa mau susu?” godanya lagi

“bunda…….”

Dengan nakalnya Fia meluncurkan tali dasternya yang sebelah kiri, membuat bulatan dada indahnya melompat keluar, dengan puting pinknya ikut terlihat menggoda Aslan

“mau ngga…..?” goda nakal Fia

“bunda yah……”

Aslan dengan pelan lalu meremas buah dada Fia, bibirnya melumat bibir Fia dengan ganasnya, semetara tangan kanannya meremas buah dada dan putingnya yang sudah tegang yang melompat dari ujung atas dasternya.

Lidah mereka bertautan dengan liarnya, bibrinya saling melumat dan dengan membuka mulutnya, buah dada Fia. Lidahnya menjilati putingnya, bergantian dengan bibirnya yang menjepit, sambil kemudian disedot dengan ganasnya.

Fia dengan nafas yang mulai tidak teratur karena mendapat sedotan di dadanya, meremas rambut Aslan, sambil menekan wajah Aslan ke dadanya yang membusung, sambil bersandar di kulkas, mereka berdiri dan badan Aslan setengah tertekuk…..

Lalu…….

Ponsel Aslan tiba-tiba berbunyi dengan kencang, ponsel pribadinya memang tidak disilent seperti ponsel kantornya. Bunyi kencang ponselnya membuat mereka terkaget dan tersenyum kecut karena saat mulai naik tensi dan asyik bermesraan malah terganggu dengan bunyi ponselnya.

Nomor dengan awalan +65 terlihat di layer ponselnya itu. Tanpa mengecek lagi, Aslan dan Fia sudah bisa menebak siapa pemilik nomor yang menelpon mereka berdua. Aslan menghentikan seketika cumbuannya ke Fia, dan Fia juga menaikkan tali dasternya lagi, sambil memeluk Aslan dari belakang, dia berbisik pelan

“ngga usah diangkat Yah……”

Aslan menganggukan kepalanya tandanya menyetujui

Aslan lalu duduk di meja makan, sementara Fia menghidangkan teh manis buat Aslan, sekalian memberi selai di oti Aslan, juga meletakan omelet yang dia buat di meja, dan kemudian ikut duduk bersama Aslan disampingnya.

Setelah berbunyi sekian kalinya, ponsel Aslana akhirnya hening, dan tidak lama terdengar bunyi suara pesan masuk..

“makan yuk Yah……”

Aslan menganggukan kepalanya

“ habis makan yah……” bisik Aslan

“siap sayangku….” Senyum manis Fia menyambut ajakan Aslan

Aslan meraih ponselnya sambil meneguk teh manisnya, dan sekilas dia menunjukan ke arah Fia

Kalian berdua jangan bikin orangtua sakit yah dengan tindakan kalian.

Fia, Umi sudah seminggu sakit, malas makan karena mikirin kamu. Mohon kamu segera kembali ke Bekasi sekarang juga. Jangan Umi kenapa-kenapa karena tingkah kamu.


Fia terdiam sesaat. Dia antara percaya atau tidak dengan kata-kata di WA oleh Ka Diba. Memang sedikit tersengat saat dia membayangkan Umi sakit karena dia. Namun dia juga tahu bahwa dia tidak ingin terjebak dengan kata-kata Adiba yang perlu dia klarifikasi lagi kebenarannya nanti.

“bun…..”

Fia terdiam

Aslan menyentuh tangannya, membelai mesra

“Bunda mau telp Umi?”

Masih terdiam Fia seperti tidak perduli dengan pertanyaan Aslan

Aslan memilih melanjutkan sarapan omeletnya

“Yah…..”

“iya sayang…..”

“ayah kapan mau telp Mama?”

Aslan tersenyum

“pagi ini……”

Fia tersenyum

“kalau Mama bisa datang besok, segera kita atur…….”

Nafia tersenyum lega…..

Rasanya dia bisa lega dan nyaman mendengarnya. Dia tentu ingin kembali ke Bekasi untuk melihat kondisi Umi dan Abah. Namun dia ingin kembali ke sana dengan situasi yang berbeda, situasi yang dia inginkan selama ini, yaitu sudah terikat dengan pernikahan dengan Aslan, sehingga jikapun Umi dan Abah marah atau melarang, namun statusnya sudah bukan yang dulu lagi, tapi sudah jadi Nyonya Aslan.

“makasih sayang……” tatapan penuh haru Fia dengan lembut ke arah Aslan

“iya Bunda …..”

“bahagia banget dengarnya Yah…….” Telaga bening kembali menghiasi wajahnya

Aslan tersenyum

“impian ayah juga selama ini……”

Ganggaman tangan Aslan meremas tangan Fia

“mendampingi Bunda….. dan tidak akan terpisah lagi…..” suara penuh keyakinan dari Aslan yang selalu membuat Fia merasa kuat dan punya asa yang baru dalam hidupnya

“beneran Yah?”

“yup….”

Nafia tersenyum penuh haru.

Where you have been so far, Love?

Bathin dan angan Nafia kembali bergelora berhamburan ke semua arah, seakan balik menyesali kenapa waktu indah ini baru sekarang dia sadari bahwa ada kekuatan cinta dahsyat yang sebenrnya dia tidak sadari ada dan membayanginya. Dia malah sibuk dengan mencintai orang lain yang hanya menghabiskan waktu untuk sesuatu yang akhirnya fana dan tidak berujung.

Cinta sejatinya justru datang dari sosok yang tidak jauh dari letaknya dia berada, hanya saja datangnya belakangan, yang membuat dia kerap muncul penyesalan dan rasa sakit, merasa sudah tidak adil selama ini karena memberi diri yang sudah tidak seindah dulu ke tangan kuat yang menopangnya yang harusnya berhak mendapatkan sisi terbaik Nafia dari awal, bukan Nafia yang sekarang yang sakit, waktu mencintainya sudah tinggal sedikit, dan hanya berharap keajaiban.

Rengkuhan penuh cinta dia rasakan dari belakangnya membelit badannya yang sedang duduk di kursi. Tangannya membelai lengan kokoh itu, dan mencium punggung tangan yang selalu menyemangatinya dengan kekuatan cintanya. Dia hanya bisa meteskan airmatanya kembali, keharuannya selalu hadir disaat ada kabar bahagia menyeruak, dua sisi yang senantiasa muncul belakangan ini di benak dan hari-hari Nafia.

Bahagia dengan dahsyatnya cinta yang dia rasakan dari Aslan, namun juga kesedihan yang menghantuinya karena dia tahu, bahwa dentang waktu yang terus berjalan, seperti mengingatkan dirinya bahwa tanpa dia sadari rentang hari selalu membawanya semakin dekat ke sebuah titik, titik yang dia tidak ingin pergi kesana, setidaknya disaat dia bahagia saat ini dengan Aslan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd