Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tongkat Ceng Umar

Selamat malam suhu2 semua.
Maaf ane baru bisa update lagi, karena kemaren-kemaren kondisi badan ane kurang sehat.

Masih bercerita tentang jagoan kita, Si Aceng Umar ini dengan beberapa tokoh dalam cerita. Masih sekitar mereka-mereka aja sih karena ane bingung mau nambahin atau kembangin karakter juga. Hehehe maklum masih amatiran.

Pada intinya, setelah kemaren jagoan kita ini menolong Suami Bossnya, Pak Felix. Akhirnya suami Bu Kristin itu dapat tertolong, kembali sehat dan bisa berbisnis seperti biasanya. Dari sinilah hubungan Aceng bersama Boss nya itu makin dekat. Bukan hanya dengan Bu Kristin, tapi dengan Pak Felix juga.

___________________________________________
Ilustrasi


Nama : Felix Andreas Manopo
Umur : 40 tahun
TB/BB : 180cm / 75 kg
Deskripsi : Seorang Pengacara Sukses,
Suami Ibu Kristin


Empat bulan berlalu setelah kecelakaan naas itu, suami Bu Kristin sudah pulih kondisinya. Kejadian itu membuat hubungan kami makin akrab. Bukan hanya dengan Bu Kristin tapi juga dengan suaminya, Pak Felix. Tidak jarang Bu Kristin dan Pak Felix mampir ke rumah ane, memberi oleh-oleh buat anak-anak ane, atau mampir hanya sekedar ngobrol. Kadang juga Pak Felix minta ane menemaninya ngegym, suntuk katanya kalo ngegym sendiri. Dan kebetulan aku pas bujangan dulu ane emang suka ngegym jadi ya bisa nyambung kalo pas ngobrol di gym.

Pak Felix orangnya tinggi, gagah. Di usianya yang sudah 40 tahun, dia masih menjaga badanya seperti fitness model. Ya, duit berbicara. Selain rajin ngegym, pola makan diet dan suplemennya ane yakin tidak murah. Gak akan cukup lah kalo gaji ane mah. Mereka berdua betul-betul pasangan yang serasi. Sama-sama pintar, sama-sama cerdas dan sama-sama sukses baik dalam karir dan bisnis.

Sabtu ini ane gak jadwal lembur, jadi weekend ini ane gak ada kerjaan di kantor. Namun bukan berarti ane gak ada kerjaan sama sekali. Ane diminta boss ane, Bu Kristin dan Pak Felix untuk menemaninya ke luar kota. Ke puncak lebih tepatnya, ke Bogor. Tentu Evi tak keberatan karena memang kondisi suami Bu Kristin itu belum pulih seutuhnya kurang memungkinkan juga untuk nyetir ke luar kota. Selain itu juga "lumayan buat tambahan belanja" kata Evi. Sementara itu Evi dan anak-anak bersama Teh Ida nginep di rumah mertua ane. Sebab mertua ane lagi kangen cucu-cucunya.

"Mas Aceng nanti jadi kan?" Bu Kristin memastikan.
"Iya Bu." jawab ane.

Jum'at sore itu pekerjaan sudah selesai, karena memang masih awal bulan juga. Para karyawan tampak senang ceria karena besok weekend libur. Ane pun pamit ke kawan-kawan satpam karena pulang duluan, dengan alasan mau mengantar Bu Kristin. Tentu mereka gak tau kalo ane diajak ke puncak oleh Bu Kristin.

"Gua duluan ya Bro. Mau nganter Bu Kristin balik." kata ane.
"Alaah, sekalian balik lu ya." kata kawan ane.
"Tenang, entar gua ke sini lagi kok." jawab ane menenangkan.


"Beneran lu?"
"Iya, gua ke sini lagi. Besok senen. Hahahahahh"
"Sialan!"

Ane mengantar Bu Kristin ke kantor suaminya, menjemput suaminya terlebih dahulu.

"Muach, sudah siap sayang?" tanya Pak Felix sambil mencium istrinya itu. Mereka tidak sungkan berciuman walau ada ane di dekat mereka.

"Oke honey." jawab Bu Kristin.
Kami pun berangkat menuku puncak.

Suasana bener-bener berubah sejak berangkat dari kantor Pak Felix tadi. Pak Felix dan Bu Kristin tidak mengucapkan sepatah kata pun. Berbeda dengan sebelumnya yang tampak mesra. Suasana dalam perjalanan itu justru terasa sangat dingin.

Pukul 19.00 kami tiba di puncak. Rupanya Pak Felix sudah memesan cottage sebelumnya. Setelah chek in, ane arahkan mobil ke cottage yang sudah dipesan itu. Pondok yang asri, nyaman, dilengkapi tempat berendam air hangat privat di dalamnya. Benar-benar cocok untuk suasana romantis atau yang lagi berbulan madu.

"Kamu suka honey?" tanya Pak Felix ke Bu Kristin. Bu Kristin hanya menganggukan kepala sambil tanganya terus menggandeng tangan suaminya itu.

Tak lama setelah itu, beberapa pelayan datang sambil membawa peralatan makan dan hidangan. Mereka begitu sibuk menata tempat makan kami. Berbagai macam daging, ikan dan sayuran segar tersaji dan tertata di meja. Rupanya Pak Felix juga sudah memesan makanan ini. Paket makan ala korea-koreaan, berbeque-an daging, wagyu, dan apa tuh istilah rebus-rebusannya? Shabu-shabu kalo gak salah ya. Jarang banget ane makan enak kayak gini.

Dan tak lupa Pak Felix juga memesan Soju untuk minuman mereka. Tentu ane gak minum, karena ya tau lah biar ane orang yang sering khilaf tapi kalo pantangan agama ane ya tetap ane jaga. Ane mah teh aja. Setelah selesai sembahyang, ane diajak makan malam bareng Pak Felix dan Bu Kristin.

"Mari makan Mas Aceng." ajak Pak Felix.
"Iya Mas, jangan sungkan." Bu Kritin menegaskan.

Gak akan mundur lah ane diajak makan gini mah. Bener-bener enak, daging wagyu nya bener-bener empuk. Kata orang-orang mah ada harga, ada rupa, ada rasa. Benar sekali ungkapan itu.

Jujur, ane sebenarnya ada feeling kurang enak katika Pak Felix dan Bu Kristin mengajak ane ke puncak ini. Tapi mengingat makanan yang lezat tadi, perasaan gak enak itu ane abaikan.

Namun dugaan ane itu terbukti, setelah kami beres makan malam Pak Felix dan Bu Kristin tampak serius mengajak ane bicara.

Suasana kembali menegang setelah sebelumnya cair saat makan malam.

"Ceng, aku mau ngomong sama kamu" kata Pak Felix sambil menenggak botol soju nya.

Bu Kristin duduk merapat ke suaminya. Mereka berdua menghadap ke arah ane. Sehingga posisinya seakan-akan ane lagi disidang oleh mereka berdua.

"Begini Ceng, kamu kan tahu kami sudah lama menikah, tapi belum juga kami belum dikaruniai anak. Kami sudah mencoba berbagai macam metode, namun hasilmya nihil. Entah sudah berapa biaya yang kami keluarkan. Rasanya, semua kekayaan yang kami miliki dan semua pencapaian kami ini sia-sia belaka apabila tak ada keturunan yang meneruskan keluarga kami." kata Pak Felix. Bu Kristin terlihat menggenggam tangan suaminya yang berbicara sambil berkaca-kaca itu.

"Tentu kami tak menyerah berusaha untuk mewujudkan impian kami punya anak. Namun, kecelakaan kemarin benar-benar menghapus impian kami ini. Puji Tuhan aku selamat, berkat kamu. Namun kecelakaan itu telah merampas kejantananku. Organ kejantananku ini sudah tidak bisa berfungsi total. Bagaimana kami bisa punya anak dengan kondisiku seperti ini?"

"Nyawaku selamat karena bantuan darahmu. Karena golongan darahmu sama denganku. Jadi, aku pikir kami bisa minta bantuanmu agar kami bisa mempunyai keturunan. Itu sebabnya kami mengundangmu datang kemari,” tutur Pak Felix panjang-lebar.

“Jelasnya, kami ingin sekali punya anak walau seorang. Walau anak itu dari Mas Aceng,” tutur Bu Kristin lagi menjelaskan.

“Bapak sama Ibu mau mengadopsi anak saya? Terimakasih sebelumnya atas kebaikan Bapak dan Ibu. Saya menghargainya. Saya juga yakin dengan diadopsi Bapak dan Ibu kehidupan dan pendidikan anak saya kelak akan terjamin. Namun maaf Bu, Pak, saya tentu tidak bisa memutuskannya sendiri. Saya harus membicarakan dengan istri saya." tentu ini sebenarnya alasan ane, menolak secara halus permintaan mereka. Gak mungkin ane menyerahkan anak ane begitu saja untuk diadopsi. Biar pun ane bisa dibilang susah, mereka kaya raya, tapi ane gak mau mengorbamkan keutuhan keluarga ane.

Apa pula nanti jawaban Evi. Ane yakin Evi pun tak akan setuju.

"Bukan begitu maksud kami Mas Aceng." Bu Kristin menyela.

"Lalu maksud Ibu bagaimana?" tanyaku.

“Ah kamu ini memang nggak tahu atau pura-pura nggak tahu. Begini, yang kuminta darimu adalah, kesediaanmu menggantikan diriku sebagai suami dari istriku, untuk membuahi rahim istriku agar kami bisa punya anak." jawaban Pak Felix begitu vulgar dan jelas.

"Tentu kamu tidak perlu menikahi istriku. Cukup membuahinya saja. Membuahinya. Gantikan aku yang tidak mampu ini, agar kami bisa punya anak." jawaban penegasan Pak Felix benar-benar membuat aku kaget. Ide gila macam apa ini?

Terlihat Bu Kristin menteskan air mata, namun dia tetap berusaha terlihat tegar dan tersenyum.

"Kami sudah berunding membicarakan hal ini sebelumnya. Opsi untuk asopsi pun sudah pernah kami bahas. Namun adopsi akan lebih merepotkan, lagi pula saya juga ingin punya anak dari rahim saya sendiri. Dan demi keinginan kami itu, saya rela menyerahkan tubuh saya ini untuk dibuahi Mas Aceng..” jelas Bu Kristin dengan suara pelan.

Ane paham maksud mereka. Tapi ane tak segera menjawab, mendadak terpampang buah simalakama di mata ane. Jika ane terima, ah.. itu berarti ane harus "khilaf" lagi mengkhianati istri ane. Namun bila ane tolak, Pak Felix dan Bu Kristin pasti kecewa, mereka sudah sangat baik ke ane. Itu yang pertama. Yang kedua, ane terlanjur datang jauh-jauh ke sini. Dan ketiga ane udah pernah ngentot Bu Kristin sebelumnya, saat kejadian perampokan Bank dulu, walau gak sengaja.

“Sudahlah Mas, aku harap kamu bersedia membantu kami. Nggak usah risau, kami pun tak ada perasaan apa-apa atas bantuanmu, malah kami akan sangat berterimakasih” ucap Pak Felix meyakinkan.

Ane pun tanpa sadar berucap,
"Baiklah Pak, saya bersedia membantu Bapak dan Ibu. Tapi bagaimana nanti kalau gagal?”

“Seandainya kali ini gagal, nanti bisa dicoba lagi. Kalaupun terus gagal itu bukan kesalahanmu, itu takdir Tuham. Nanti kami akan senantiasa berdoa semoga keinginan kami ini dikabulkan,” ucap Pak Felix dengan arif.

Dengan kesepakatan itu, ane diminta untuk memulai malam ini juga. Begitu mendengar kesediaan ane Pak Felix permisi hendak pulang ke Jakarta.

"Aku sengaja memesan pondok ini agar kalian bisa berbulan madu akhir pekan ini. Dan sekali lagi, tolonglah saya Mas Aceng" kata Pak Felix menegaskan ketika hendak pulang.

Tampak Bu Kristin memeluk dan mencium bibir suaminya itu. Seakan mereka akan dipisahkan dalam tugas. Pak Felix membelainya sambil menatap mata Bu Kristin dalam-dalam. Bu Kristin mengangguk penuh arti. Lalu setelah itu, Pak Felix memacu mobilnya pulang ke Jakarta.

Praktis sekarang cuma ada ane dan Bu Kristin.

“Bu, apakah Ibu yakin saya bakal bisa memberi anak untuk Ibu nantinya..?” tanya ane

“Mas, secara pribadi saya yakin Mas Aceng bakal bisa memberi anak untuk saya nantinya.” ucapnya mulai manja.

“Mas, demi keinginan kami berdua. Tubuh saya ini rela saya serahkan pada Mas Aceng. Kemarilah Mas. Tak usah malu-malu, saya sudah siap Mas..” ucapnya lagi sambil menarik tangan ane ke kamar.

“Mas, saya sudah tidak tahan, ayo kota selesaikan malam ini juga! ” ucapnya sambil membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya yang mulus itu. Tubuhnya yang mulus dengan susunya yang begitu montok dan vaginanya yang menantang. Panas dingin aku memandangnya. Lutut ini gemetar dan tubuhku meriang bak kena setrum listrik 1,000 watt.

Bu Kristin mendekati ane yang masih mematung memandang tubuhnya. Tiba-tiba dia melepaskan seluruh pakaian ane yang sejak tadi belum ane buka. Ane cuma terbengong-bengong saja. Lalu..

“Sekarang.. coba Mas berbaring saja..” ucapnya sambil mendorong tubuh telanjang ane ke kasur. Aku menurut saja. Penis ane segera menegang ketika merasakan tangan lembut Bu Kristin mulai beraksi.

“Wah.. wahh.. besar sekali penismu, Mas Aceng.” tangan Bu Kristin segera mengusap-usap penis ane yang telah mengeras tersebut. Segera saja penis ane yang sudah berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Kristin. Ia segera menjilati penis ane itu dengan penuh semangat. Kepala penis ane dihisapnya keras-keras, hingga membuat ane merintih keenakan.

"Shh... Ouh,, aahhhh"
Tanpa sadar ane mulai mendesah keenakan.

Namun entah kenapa pikiran waras ane malah datang melintas begitu saja. Pikiran waras bahwa Bu Kristin adalah atasan yang ane hormati. Pikiran waras Pak Felix yang baik pada ane. Pikiran waras tentang Evi istri ane. Semua itu membuat tongkat ajaib ane menciut. Yang tadinya tegak perkasa sekarang terkulai lemas tak berdaya.

Semua jadi serba salah seperti ini.
Perasaan ini membuat Tongkat Sakti ini tak berfungsi. Bingung apa yang harus ane lakukan sekarang. Mungkin suhu-suhu bisa memberi masukan ane dalam kondisi ini bagaimana?

Bersambung.....
 
Bimabet
Mulustrasi

Bu Kristin

Tongkat sakti ane terkulai lemas karena pikiran ane yang kacau galau ini. Bu Kristin melepas kulumannya dan memandang ke arah wajah ane.

"Maaf, Bu. Saya...."
"Tidak apa-apa Mas. Mungkin Mas Aceng capek kerja seharian, apalagi tadi nyetir sampai ke sini. Mending Mas Aceng berendam dulu, biar segar." potong Bu Kritstin.

Ah benar juga, mungkin karena ane capek juga ini. Ane pun menuruti saran Bu Kristin untuk berendam dulu di belakang. Di belakang pondok ini memang dilengkapi tempat berendam air hangat privat. Ah rasanya segar sekali, badan ane terasa rileks.

"Srek!" suara pintu dibuka.
Rupanya itu Bu Kristin masuk hendak ikut berendam bersama ane. Tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh sexy nya itu, Bu Kristin dengan percaya diri melangkah masuk ke kolam pemandian air panas bersamaku. Kami sama-sama telanjang berendam di kolam aor panas ini. Suasana sepi, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulut kami.

Tubuh Bu Kristin terlihat begitu sexy dan menantang. Kulitnya mulus, perutnya ramping, pinggulnya sintal. Dan yang paling menarik setiap mata lelaki adalah nuah dadanya yang besar itu. Begitu besar seperti buah semangka yang matang. Namun, dengan tubuh sesexy itu masih belum bisa menaikan nafsu birahi ane yang terhalang oleh kegalauan pikiran ane saat ini.

Ane memejamkan mata merasakan hangatnya kolam air panas ini. Sebelum ane akhirnya tersadar ketika jari-jari lentik Bu Kristin menyentuh konti ane. Jari-jari itu memijati konti ane, mengurutnya dari pangkal hingga ke atas. Turun dan naik lagi secara teratur. Pelan tapi pasti penis ane ini mulai berdiri tegak kembali.

Setelah dinilai cukup tegak, Bu Kristin berinisiatif menduduki ane. Siap-siap memasukan penis ane ke vaginanya. Namun, susah sekali penis ane menembus vaginanya. Penis ane seakan menjadi lembek dan terkulai lemas kembali. Bu Kristin tampak kecewa.

"Mas, suami saya memohon pada Mas Aceng untuk melakukannya. Dan saya pun sudah merendahkan diri saya seperti ini. Tolong kerjasamanya Mas." nada Bu Kristin mulai meninggi karena kecewa.

Ane menundukan wajah ane karena malu.

"Maaf Bu, saya tidak bisa..."
"Apa saya kurang menarik? Apa tubuh saya ini tidak bisa membangkitkan birahi Mas Aceng?" tanya nya.

"Saya begitu menghormati Ibu, juga Bapak."

"Saya benar-benar tidak bisa melakukan ini Bu."

"PLAK!!!!"
sebuah tamparan mendarat di pipi ane.

"Omong Kosong!!!"
bentak Bu Kristin.

"Memangnya ini pertama kali kita melakukanya? Tak usah sok suci Mas! Apalagi bertingkah seperti perjaka yang tak berdosa gitu!"

"Toh Mas Aceng sudah pernah menyetubuhi tubuh saya ini. Mas masih ingat kan kejadian itu? Saya tidak pernah melupakan kejadian itu, Mas. Lantas apa bedanya dengan sekarang?" cerocos Bu Kristin yang kesal dan kecewa sama ane.

Bu Kristin langsung beranjak dari kolam dan segera keluar ruangan meninggalkan ane sendiri.

Ane masih di dalam dan memikirkan kata-katanya itu. Benar yang dia bicarakan, ini bukan pertama kali ane menikmati tubuhnya. Kejadian perampokan bank saat itu, Bu Kristin masih mengingatnya.

Cukup lama ane di dalam, lalu ane putuskan untuk menyusul Bu Krtistin ke kamar.

Di kamar, ane dapati Bu Kristin masih telanjang di atas tempat tidur. Isak tangisnya masih terdengar. Lalu ane inisatif naik ke tempat tidur dan memeluk tubuh telanjangnya dari belakang. Tentu saja, ane pun dalam kondisi telanjang saat itu.

Bu Kristin memindahkan tangan ane yang tadinya melingkar di perutnya ke buah dadanya yang montok itu. Ane paham maksudnya. Hangat terasa tubuh Bu Kristin, buah dadanya sungguh kenyal dan empuk. Sehingga ane merasa lebih nyaman di posisi ini.

Bu Kristin memalingkan wajahnya ke ane. Dia sorongkan wajahnya dekat sekali dengan wajah ane dan tiba-tiba bibir kami sudah merapat dan saling menghisap.

Lama juga kami berciuman dan juga saling memilin lidah sementara tangan kami saling membelai dan mengusap. Ane kecup lehernya turun ke bawah ke buah dadanya yang besar dan lalu ke puting susunya. Sampai disini, ane memainkan lidah ane dan menijilat-jilat puting susunya.

"Aahhh Mas..." desah Bu Kristin.
"Maafkan sikap saya tadi Bu. Saya.."
"Sstt. Jangan panggil ibu, panggil aku Kristin saja Mas. Aku milikmu malam ini." potong Bu Kristin.

"Baiklah, Kristin." jawab Ane.
"So, you're ready to fuck me Honey." kata Bu Kristin sambil mengedipkan matanya.

Duh, pake bahasa inggris segala lagi.
Aura sensual terpancar dari wajahnya. Ekspresi genit-genit manjanya itu membuat titid ane langsung menegang, sangat keras. Dan semakin keras karena titid ane mulai diremas-remas lagi olehnya.

Singkat kata, ane segera menindih badannya yang kenyal dan padat itu. Karena ada sisa kegugupan, ane terburu-buru langsung mencoba memasukkan penis ane ke dalam vaginanya.

“Tunggu, pelan-pelan saja Mas,”
"Take it slow.." bisiknya sambil mengigit kecil telinga ane.

Tatapanya sugguh binal saat kepala kemaluan ane digosok-gosokan di depan lubangnya. Pelan-pelan sekali. Terasa lubang kemaluan
nya semakin basah dan licin.

“Slepp..” kepala burung ane mulai menyeruak masuk ke dalam sangkarnya.

"Mmpph.. That's it!"
Racau Bu Kristin sambil memejamkan matanya. Merasakan penis ane mulai memasuki vaginanya yang sempit. Betul-betul sempit.

"Krek.. Krek.."
Pelan tapi pasti penis ane terus merangsek jauh ke dalam. Mengisi tiap relung vaginanya. Ane tarik lagi, lalu ane tekan lagi lebih dalam. Pelaan dan lembut.

Otot-otot vaginanya bereaksi. Berkedut-kedut menerima penis ane yamg terus merangsek masuk. Rasanya seperti penis ane disedot oleh daya tarik magnet dari dalam vaginanya. Sampai akhrnya..

"Blesss!!!"
Amblas sudah seluruh penis ane ditelan vaginanya. Vagina Bu Kristin mencengkram penis ane sangat kuat. Ane diamkan penis ane didalam, merasakan kehangatan dari vaginanya. Ane kecup bibirnya dan Bu Kristin membalas ciuman ane. Kaki jenjang itu, ia lingkarkan di pinggang ane. Seakan mengunci tidak melepas ane.

Lalu ane mulai menggenjotnya perlahan-lahan. Naik turun, naik turun. Sementara itu bibir kami berdua tetap saling bertaut. Saling kecup, saling hisap. Tangan Bu Krisin meramgkul ane, memeluknya dengan erat. Sementara tangan ane sibuk mengelus kepalanya dan rambutnya. Semua kami lakukan dengan pelan dan lembut.

Bu Kristin tidak melepas ane, ia terus memeluk dan menciumi ane. Sementara pantatnya ikut bergoyang-goyang mengikuti irama penis yang yang sedang menggenjot dirinya.

"Plok.. Plok.. Plok.. Plok.. Plok.. Plok.."
Suara genjotan penis ane yang sedang beradu dengan vaginanya yang makin basah itu. Buah dadanya yang besar itu pun ikut bergoyamg-goyang mengikuti irama.

Dan semakin lama, persetubuhan kami semakin bersemangat.

"Enngghhhhh,,, aaahhhh,, yeaaah..."
"Fuck me hhhh... Fuck meeeehh. Mmmpphh."
"My God Fuuuck!!! Yeaaaahhhh. Aaaaaahhhh.."
"Yess.. Yess.. Yeeeeeaaassshhhhh.. Aaaahhh"

Kacau nih, berisiki banget sumpah nih Bu Kristin. Beda banget sama dulu ketika ane entot pas kejadian perampokan. Sekarang bener-bener berisiki, teriak gak jelas. Pake bahasa inggris lagi. Berasa ngentot kayak di film bokep barat, Bangbross dkk.

"Aaaarrhghhhh.." tanpa sadar ane ikut mengerang kencang.

Ane merasakan tubuhnya mulai mengejang, mulutnya berdesis-desis dan kepalanya bergoyang-goyang liar ke kiri dan ke kanan. Ane peluk dia dan genjot terus makin kencang mengejar puncak kenikmatan.

"That's it!!!"
"Fuck me, fuck me, fuck me, fuck me, fuck me.."
"Nggghhhhhh.. Aaaaaaaaahhhhhhhhhhh.."

Bu Kristin berteriak sekencang-kencangnya saat tubuhnya meledak dalam pelukan ane. Matanya terbelalak, bola matanya yang hitam itu tak terlihat, hanya memperlihatkan bagian putihnya saja. Bu Kristin seperti orang kesetanan saat badai orgasme itu menerpa dirinya.

Ane yang sudah tidak tahan menekan penis ane kuat-kuat di dalam vaginanya. Melepas benih-benih ane ke dalam rahimnya, saat puncak kenikmatan itu juga menerpa diri ane.

"Crott.. Crott.. Crottt!!!"
Penis ane menembakan laharnya ke dalam vagina Bu Kristin. Banyak sekali cairan sperma ane di dalam vaginanya, terasa sebagian merembes keluar.

Ane terkulai lemas menindih tubuh Bu Kristin. Tak sanggup rasanya ane menggerakan tubuh ane setelah pertempuran ini. Sementara Bu Kristin pun sama, ia tergeletak lemah telentang dibawah tindihan ane.

Nafasnya masih ngos-ngosan memburu. Buah dadanya ikut naik turun seirama dengan nafasnya. Sementara matanya menatap nanar ke langit-langit kamar.

"You're an animal.."
katanya dengan suara lemah.


Bersambung.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd