Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tongkat Ceng Umar

Yah, Umi sama anak-anak malam ini mau nginep di rumah Teteh. Kasian sepi katanya. Besok ayah jemput yaa..." tulis pesan singkat istri ane.

Malam ini ane jadi bujangan, kesempatan buat nongkrong di Angkringan. Sambil godain yg punya angkringan, wkwkwkwk. Gk laaah, masa ane godain istri orang. Hehehe

Hari ini sibuk sekali, maklum mau weekend. Banyak nasabah yang mengantri untk setor, menabung atau membawa uang untuk bekal liburan.

Bu Kristin:
"Liburan mau ke mana nih Bang?.."

Ane:
"Saya mah di rumah aja Bu.."

Bu Kristin:
"Kirain Bang Aceng ada rencana liburan ke manaa gitu..

Ane:
"Gak ada sih, emang Ibu mau ngajakcsaya liburan ya?."

Bu Kristin:
"Ih ngarep. Yuk ah saya ke dalam dulu.."

"Awwh.."
Bu Kristin berlalu sambil mencubit perut ane. Emang akhir-akhir ini kita jadi agak sering ngobrol kalo jam istirahat, tentu kalo situasi agak sepi biar gak diliat karyawan lain.

Hari ini berjalan sangat sibuk namun pada akhirnya pekerjaan hari ini dapat diselesaikan. Dan untungnya, weekend ini bulan bagian ane yg jaga sehingga ane bisa libur sabtu mimggu ini.

Rumah sepi karena istri dan anak-anak ane nginep di rumah Teh Ida. Haruskah ane nyusul mereka ke rumah Teh Ida? Lalu kembali merasakan memek sempit Teh Ida yang jarang dikasih jatah suaminya yang pelaut? Ahh, enggak lah. Daripada pikiran ane kotor gitu mending ane nongkrong di Angkringan Mbak Maya aja. Hehehe
-------------------------------------------------
Mulustraai Mbak Maya


Suasana gerimis sepi cocok banget minum susu hangat sambil ngeliatin susu yang punya warung. Hehe.

Ane:
"Susu hangatnya satu Mbak.."

Tak lama Mbak Maya pun menyodorkan segelas susu hangat buatanya. Suasana malam ini sangat sepi, jangankan yang jajan yang lewat pun tak terlihat. Ditambah hujan gerimis menambha suasana sepi malam ini.

Ane:
"Tumben sepi ya Mbak?"

Mbak Maya:
"Iya, udah beberapa hari ini Angkringan sepi terus."

Kali ini suasana di Angkringan ini sangat berbeda dengan sebelumnya. Selain suasananya yang sepi, juga kali ini, Mas Narto ada di sini. Gak kerja. Dan Duh! Mbak Maya malah masuk ke rumah dn Mas Narto yang malah menemani ane.

Mas Narto:
"Apa kabar nih Ceng, lama gak keliatan.."

Ane:
"Baik Mas, masnya yang jarang di rumah sih. Hehehe"

Mas Narto:
"Yah tau sendiri kamu kerjaanku Ceng.."

Ane:
"Ngomong-ngomong kok tumben sepi ya Mas? Biasanya gak sesepi ini Mas."

Mas Narto:
"Yo ndak tau, kok tanya saya."
"Ya mungkin emang jatahnya lagi sepi aja Ceng, masa rame terus.."

Jawab Mas Narto. Mas Narto orangnya memang selalu berfikiran positif.

Mas Narto:
"O iya Ceng, mumpung sepi ku mau minta tolong jahain warungku sebentar ya.. "

Ane:
"Lah emang mau ke mana Mas?"

Mas Narto:
"Tak tinggal ke dalem sebentar. Gk lama kok."

Hmmm..
Bisa dibilang Mas Narto beruntung bisa menikahi Mbak Maya. Selain punya kulit mulus dan body semok kakak gitar spanyol, Mbak Maya juga wanita yang mandiri bisa usaha punya penghasilan sendiri.

Sudah 5 menit berlalu ane ditinggal sendiri. Dan, belum ada satu pun pembeli lagi yang datang. Aneh, ngapain sih mereka di dalem.

"Ahhh.."
Terdengar samar suara lenguhan Mbak Maya dari dalam Rumah. Waaaah, insting naluri ane pun langsung bereaksi. Dengan rasa penasaran, ane mengendap-endap menuju sumber suara.

Sumber suara itu berasal dari samping rumah mereka. Sisi bagian rumah yang menyambungkan dengan kamar tidur Mas Narto dan Mbak Maya. Beruntung, jendela kamar tidak tertutup rapat.

Dan benar saja dugaan ane, Mas Narto terlihat sedang meremasi buah kelapa Mbak Maya. Bibir mereka berpagutan penuh nafsu. Asem, ane malah ditinggal buat ngentod ternyata.

Tangan Mas Narto membuka dasater Mbak Maya. Ternyata Mbak Maya sudah tidak memakai BH dan celana dalam. Sambil berciuman, tangan Mas Narto terus memainkan kedua susu Mbak Maya.

"Terus masssh.. Remas lebih kerash.. Ohh.."
Terdengar lenguhan pelan dari mulut Mbak Maya.

Mas Narto yang sedang asyik memainkan mainannya itu seakan tak peduli dengan perkataan Mbak Maya. Dia terus saja meremas dan sesekali memelintir-melintir puting istrinya itu.

"Oh, Mas masukin maaa..sss.."

Mas Narto berpindah posisi, kali ini giliran mulutnya yang memainkan susu Mbak Maya. Terlihat Mas Narti nyusu, menyedot dan, mengenyot susu itu dengan kencang.

"Masukin aja masshh, aku gk tahan.."
Mas Narto terus saja mengenyot susu Mbak Maya, tak peduli dengan perkataan Mbak Maya itu.

Bosan susunya dikenyot Mbak Maya mendorong, tubuh Mas Narto. Tubuh kurus kering itu akhirnya terhempas ke kasur karena didorong istrinya.

Lalu dengan sigap Mbak Maya langsung menaiki tubuh suaminya itu. Dia langsung memegang batang suaminya yang berukuran standar itu. Mengarahkan batang itu ke lubang sorgawinya. Dan...

"Blessss"
Batang itu langsung menghilang menembus gundukan daging yang dihiasi bulu-bulu halus itu.

Mbak Maya terlihat memejamkan matanya ketika memeknya ditembus oleh batang suaminya. Mimpi apa ane hingga ane bisa melihat tubuh telanjang Mbak Maya dengan sempurna. Tubuh sintl yang dihiasi buah kelapa yang besar padat itu, dengan puting berwarna coklat muda, dan vagina yang ditumbuhi bulu halus yang kini tengah berada di atas tubuh suaminya.

Ane sempat menahan nafas melihat adegan itu. Sehingga ane tak sadar, terhipnotis ketika pandangan Mbak Maya ternyata menuju ke atah sini. Ke arah jendela, ke arah ane.

"Anjrittftf"
"Sialan"
Kutuk ane dalam hati, ketauan kalo ane sedang, ngintip mereka berdua.

Sepersekian detik, suasana terasa hening. Sorot mata Mbak Maya tajam ke arah ane. Ane yg terbujur kaku tak kuasa mengambil tindakan. Entah itu segera kabur atau sekedar menunduk agar tak terlihat. Percuma juga pikir ane, Mbak Maya sudah memergoki ane. Menangkap basah ane yang tengah mengintip adegan percintaan mereka.

Namun.....
Senyum tipis terlihat di bibir Mbak Maya.
Bukanya berteriak atau segera beranjak dari tubuh suaminya, Mbak Maya malah mulai menggoyang. Sambil matanya tertuju ke arah ane.

Sambil menggigit bibir bawahnya, mata Mbak Maya masih tetap tertuju ke arah ane. Pandangan kami saling bertemu, saat Mbak Maya bergoyang meliuk-liuk di atas tubuh suaminya itu. Menggenjot dengan sangat liar seakan disemangati oleh ane yang sedang mengintip ini. Tentu saja Mas Narto tak menyadari kehadiran ane.

"sshhh.. Aaaahahhh.."
Mbak Maya terus bergoyang dengan liar dan penuh semangat. Buah kelapanya ikut bergoyang gondal-gandul seirama dengan goyangan Mbak Maya.

Mbak Maya dengan semangat 45 mempertontonkan aksi erotisnya ke ane. Goyangannya tak kalah dengan biduan dangdut profesional. Matanya yang terus menuju ke arah ane selama aksi menggenjotnya seakan menggoda dan menantang ane.

Tak sadar ane sudah mengocok tongkat ajaib ane. Entah kapan tongkat ajaib itu keluar dari sarangnya.

Tak lama setelah itu tubuh Mbak Maya mengejang bersamaan dengan suara lenguhan Mas Narto menembakan mani nya. Sementara tongkat ajaib ane pung menyemprotkan isinya ke dinding rumah Mbak Maya. Praktisnya, kita bertiga keluar hampir bersamaan....
---------------------------------

Ane segera kembali ke warung. Tak lama Mbak Maya pun keluar dari dalam rumah. Tampak aura kepuasan memancar dari wajahnya. Wajahnya memerah ketika betemu ane.

Suasana hening, karena kami sama-sama diam.

Ane inisiatif sekedar membuka pembicaraan agar suasana tidak kaku.

"Mas Narto ke mana Mbak?"
Tanya ane basa-basi.

Mbak Maya:
"Masnya tidur, kecapean tadi."

"Kecapean habis ngapain sih Mbak?"
Tanya ane pura-pura ngak tau.

"Ah Mas.."
Mbak Maya hanya senyam-senyum, saja dengan rona wajahnya yang memmerah.

Mulustrasi Live Show Mbak Maya


To be Bersambung
 
Terakhir diubah:
Wow mulus bgt mbak Maya...pengen ngenyot nih
 
Kenikmatan Perampokan Bank
POV Sang Satpam

Perampokan bersenjata di bank siang itu membawa pengalaman traumatik bagi Kristin (40), seorang Kepala Cabang BUMN. Siang itu ia bersama semua karyawan karyawati di Bank tersebut tengah memberikan pelayanan kepada para nasabah seperti biasa.

Suasana bank cukup ramai, tiga kasir bank sibuk melayani nasabah, satu persatu.

Lima orang lelaki perbusana serba hitam ditutup jaket kulit hitam tiba-tiba masuk ke ruang tunggu dan langsung mengeluarkan senjata api jenis pistol dan sebuah laras panjang.

“Jangan ada yang bergerak.. semuanya diam, jangan membuat tindakan ceroboh atau kepala kalian akan pecah,” teriak seorang lelaki yang memimpin.

Kawanan rampok itu kemudian menyebar, dua orang masuk ke sisi kasir, sedangkan tiga lainnya sibuk mengacungkan senjata ke nasabah. Seorang lainnya mengejar nasabah yang lari ke lantai dua.

Mulustrasi

Bu Kristin


Nama : Kristina Amelia Manopo
Umur : 40 tahun
TB/BB : 165cm / 55kg 113-62-91
Deskripsi : Seorang wanita karir, Kepala Cabang Sebuah Bank. Istri Seorang Pengacara Sukses namun belum diberi keturunan.
-------------------------------------------------------------
Pov Ane

Terikat di sebuah ruangan dengan tubuh berdempetan berhadapan dengan seorang wanita membuat risih bukan kepalang, apalagi ane cuma mengenakan kaos singlet dan celana dalam. Semua ini gara-gara kejadian perampokan yang baru saaja terjadi. Sebenrnya ane udah berusaha melawan, ane berhasil membanting salah satu perampok itu. Mamun ane dipukul dari belakang hingga ane tak sadarkan diri.

Sekitar tiga menit berbaring berhadapan seperti itu, ane berhasil membuka lakban di mulut ane setelah beruang keras mendorong lakban itu dengan lidah.

Ane:
"Tenang bu..
Maaf pakaian saya tadi dilucuti rampok itu. Sepertinya sekarang mereka sedang menggasak brangkas dan tak mungkin kembali ke mari, lebih baik kita lepaskan ikatan ini bersama."

Perempuan itu bernama Bu Kristin, Kepala Cabang di Bank tempat ane kerja, dan dia hanya mengangguk saja.

Ane kemudian melepaskan lakban di mulut Bu Kristin dengan cara menggigit sisi lakban dan menariknya. Bu Kristin sempat terpekik merasakan perih bibirnya tertarik rekatan lakban, tapi kemudian berusaha tenang.

Bu Kristin:
“Terus bagaimana caranya? "

Memang, sepertinya sulit karena masing-masing tangan kami terikat ke belakang dililit lakban, sementara lakban lainnya melilit rapat menyatukan bagian pinggang, perut kami berdempetan.

Ane:
"Bu sifat karet pada lakban ini kan elastis, dapat kita digunakan sebagai kesempatan untuk lolos dari ikatan ini. Caranya kita dengan terus bergerak agar lakban menjadi molor dan longar elastis.

“Kita masih punya kaki yang bebas Bu. Saya akan membalik badan dan ibu harus berusaha berposisi di atas saya. Setelah itu kaki ibu bisa menjejak lantai mendorong ke arah atas tubuh saya… mungkin akan berhasil,”

Kami pun segera mengubah posisi dari yang sebelumnya berbaring miring berhadapan, menjadi saling tindih, Bu Kristin berada di atas ane. Ini dilakukan agar Bu Kristis tidak merasa berat jika ane yang berada di atas, bobot ane yang besar tentu akan menyesah Bu Kristin bila tertindih.

Posisi Bu Kristin sudah di atas tubuh ane. Ia menuruti perintah ane dan mulai menggerakan badannya ke arah atas tubuh ane dengan menjejakkan kaki di lantai. Namun rok span yang dikenakannya menghalangi usaha Bu Kristin menjejakkan kaki secara maksimal mekantai, sebab ia harus lebih mengangkangkan kakinya agar bisa melewati kaki ane di bawah kakinya.

Bu Kristin terus berupaya dan akhirnya ia bisa mengangkangkan kaki lebih lebar, akibat gesekan tubuh mereka, rok Bu Kristin naik sampai bongkahan pantatnya terlihat. Tapi ini demi usahanya menjejak kaki ke lantai.

Dan sejak tadi payudara 36D Bu Kristen terus menggerus dada ane, dan gerakan demi gerakan yang menimbulkan gesekan di tubuh kami mulai membangkitkan syahwat ane.

Bu Kristin:
“Astaga.., bang!. Apa ini..? kok terasa keras.. Tolong bang, abang nggak boleh terangsang.. ini dalam perampokan..,”

Bu Kristin berbisik ke telinga ane saat merasakan kontol mengeras hangat terasa di bawah pusar Bu Kristin. Dan bisikan disertai hembusan nafasnya itu malah makin membuat ane tegang di bawah sana.

Ane:
“Oh.. ehh.. maaf bu.. saya sudah berusaha untuk mengabaikan rasanya tapi gesekan-gesekan itu mengalahkan pikiran saya bu. Maaf bu, yang terpenting sekarang kita harus terus berusaha melepas ikatan ini bu.. sebelum perampok itu kembali ke mari,”

Bu Kristin:
“Ya sudah.. nggak apa-apa, asal Abang jangan macam-macam ya..,”

Ia sadar tak mungkin menyalahkan ane. Ane gal salaj dalam hal ini, karena ini sangat alami dan ame yakin Bu Kristin juga merasakan hal yang sama. Dan ane merasakan kenikmatan menjalari tubuh ane setiap kali gerakan bergesek itu dilakukan.

Ini karena perampok itu yang menyebabkan kami berdua berada dalam posisi terikat seperti ini, dan kami harus bersama kompak melepaskan ikatan tersebut.

Bu Kristin kembali memusatkan pikirannya pada upaya melepaskan lakban. Ia kembali menggerakan tubuhnya menggesek tubuh ane dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas, agar ikatan lakban melonggar. Upayanya cukup berhasil, kini jarak gesekan sudah bisa lebih jauh menandakan lakban mulai longgar elastis.

Bagian perut Bu Kristin sudah bisa menjangkau perut ane yang berlemak ini, Bu Kristin berusaha terus menjejak lantai agar tubuhnya terdorong naik lebih jauh.

Ane:
“Ehmm bu.. coba lagi ke bawah.. terus dorong lagi ke atas.. sudah mulai longgar lakbannya..,”

Tubuh Bu Kristin yang terdorong ke atas membuat penis ane kehilangan sentuhan, sebab selangkangan Bu Kristin kini sudah diatas melewati ujung penis ane.

Bu Kristin setuju dengan ane, gerakan harus kembali ke bawah lalu kembali lagi ke atas sehingga ikatan lakban makin molor elastis.

Naas....
Gerakan ke bawah yang dilakukan Bu Kristin justru membuat keadaan kami berdua berubah. Pikiran masing-masing milau terpecah antara kenikmatan yang mulai dirasakan atau upaya melepas lakban.

“Enghhh..,” ane melenguh kecil.
Ane merasakan ujung penis ane menyentuh CD yang dipakai Bu Kristin. Panis ane yang sudah sangat tegang terdorong keluar dari balik celana dalam, dan lantaran gesekan tadi membuat kolor ane melorot.

Kini, setiap gerakan Bu Krsitin membuat koneksi ujung penis ane kian terasa mendorong-dorong CD Bu Kristin. Rasa nikmat kekenyalan itu terasa semakin sering di bibir vagina Bu Kristin yang terhalang CD.

Bu Kristin sepertinya terus berupaya memecah pikirannya agar tetap konssntrasi beregerak demi melepas ikatan lakban, tapi semakin bergerak dan semakin gesekan terjadi membuat gairah kami terdongkrak naik. Lama-lama ane merasakan CD Bu Kristin membasah oleh cairan vaginanya.

“Enghh.. ahhss..,”
Bu Kristin mendesah dan menghentikan gerakannya. Ia menyadari kini posisi sudah sangat gawat. Gerakan-gerakannya justru mengantar ujung penis ane mengakses bibir vaginanya lewat sisi kiri CD-nya. Ane merasakan kepala penis ane sudah berada tepat di tengah bibir vaginanya yang basah dan sudah tidak terhalang CD yang kini melenceng ke samping.

Bu Kristin berusaha mengembalikan konsentrasinya, dan berusaha menjejak kaki ke lantai agar tubuhnya naik dan vaginanya menjauh dari penis ane. Namun upayanya gagal, kini ikatan lakban justru mengancing posisi itu, Bu Kristin tak mungkin naik, hanya bisa turun ke bawah beberapa kali lalu naik lagi setelah ikatan melonggar kembali.

Mau gak mau Bu Kristin harus bisa lebih cepat melepaskan ikatan lakban ini sebelum penis ane secara otomatis mengakses lebih jauh ke vaginanya. Pikiran sadar ane masih berjalan dan menyadari sesaat lagi menyetubuhi Bu Kristin.

"Duh Gusti!!.."
Gerakan ane salah dan malah membuat kepala penis ame mulai masuk membelah bibir vagina Bu Kristin.

“Ough..,”
ane tak kuasa menahan desah kenikmatan merasakan kepala penis ane menguak bibir vagina Bu Kristin. Ane terus bergerak berusaha melepas ikatan ditangannya yang tertindih tubuh, tapi setiap gerakan ane membuat kepala penisnya mulai bermain keluar masuk di bibir vagina Bu Kristin.

Mungkin Bu Kristin berspekulasi. Sekali gerakan ke bawah, lalu sekuat tenaga menjejak kaki ke lantai akan membantunya menjauhkan vaginanya dari penis ane.

Bu Kristin
"Enghhsshh.. ahh.., bang jangan gerak duluhh.. ini nggak boleh terjadi bang, saya wanita bersuami dan abang sudah beristri kan?.”

Kata Bu Kristin, wajahnya bersemu merah. Tubuh dan wajah Bu Kristin serta kulitnya yang mulus mirip dengan artis papan atas ibu kota.

Ane:
“Iya bu.. saya juga pikir begitu. Tapi bagaimana lagi, posisi kita sulit berubah selama ikatan ini..,”
Jujur ane juga menjadi serba salah dengan posisi ini.

Bu Kristin:
“Oke bang.. sekarang gini aja.. saya akan bergerak turun, dan mungkin itu akan terjadi.. anu abang bisa masuk ke anu saya.. tapi itu hanya sekali ya, dan saya akan mendorong ke atas membuatnya lepas lagi. Setelah itu kita konsentrasi lagi untuk melepas lakban sialan ini..,”

Bu Kristin menjelaskan rencananya itu dengan nafas berat seperti orang habis lari marathon.

Ane:
“Iya.. iya. Terserah ibu. Tapi tolong saya jangan dipecat apalagi dilaporkan polisi ya Bu. Kalau kontol saya masuk ke memek ibu.. nanti saya dibilang memperkosa,”

Bu Kristin:
“Hnnggaak bang.. ini kan karena perampokan sialan itu, jadi bukan salah saya atau abang.. kita sama-sama berusaha keluar dari masalah ini kok.. sekarang abang diam ya.. saya akan berusaha. Ehmm… enghhmmmpp… ahssstt banngghh… ahhhkksss,”

Bu Kristin mengerakan tubuhnya bergeser ke bawah. Gerakan itu membuat bibir vaginanya yang sudah menjepit ujung penis ane menelan setengah penis itu.

Ane berbadan gempal, gemuk dan kekar dengan ukuran penis yang lebih besar dengan kebanyakan orang, tentu akan terasa lebih besar dan padat dari penis suami Bu Kristin.

Ane:
“Ayo bu.. dorong lagi ke atas biar lepas,”

Ane khawatir karena kini penis ane sudah mulai menyetubuhi Bu Kristin.

Bu Kristin:
“Iya bang.. hmmmpphh aahhss… banghhsss.. emmpphh.. ahssss,”

Bu Kristin berusaha menjejak kaki ke lantai agar tuuhnya terdorong ke atas dan penis itu lepas dari vaginanya, tapi keadaan tak berubah, ikatan lakban mengancing bagian pinggang mereka membuat Kristin tak mungkin menaikkan tubuhnya.

Bu Kristin:
“Akhhss.. bangghh.. gimana inihh.. ahsss..,”

Bu Kristin kembali diam tak bergerak, separuh penis ane yang sudah terasa masuk itu mebuat nafasnya semakin berat.

Ane:
“Oke.. sekarang ibu diam saya biar tidak semakin masuk kontol saya. Saya akan berusaha melepas ikatan tangan saya bu.. engghhh,”

Ane mengangkat pinggul dan pantat ane menjauh dari lantai agar tangan ane bisa bergerak bebas, lalu berusaha melepas dua tangannya dari ikatan lakban. Peluh sudah membasahi tubuh kami berdua.

Ane melakukan itu beberapa kali. Pinggul dan pantat ane yang terangkat menjauh dari lantai membuat akses penis ane masuk lebih dalam ke vagina Bu Kristin.

Bu Kristin sudah sepertinya sudah tidak bisa konsentrasi, kini ia terlihat seperti merasakan kenikmatan separuh penis ane yang keluar masuk perlahan ke vaginanya mengikuti gerakan pinggul ane.

Bu Kristin:
“Akhhss bangghhss ouhh.. akhhh.. ahkkk… enghhhmm,”

Bu Kristin semakin mendesah, kini pinggul Bu Kristin melayani gerakan pinggul ane, sepertinya ia malah berusaha agar penis ane terasa lebih dalam di vaginanya.

Tangan ane sudah terlepas dari ikatan dan kini bebas. Tapi libido yang sudah tinggi membuat ane bukannya melepaskan ikatan lakban di pinggang mereka, ane justru membuka kancing-kancing baju Bu Kristin dan meremasi payudaranya. Masa bodoh! Udah kepalang tanggung. Ane udah gak bisa berfikir waras lagi.

Bu Kristin:
“Emmphhh… banghhsss emmphhhhsss,”

Bu Kristin semakin hilang kendali diperlakukan seperti itu, kini bibirnya menyambut bibir ane, kami berkecupan sangat dalam dan cukup lama.

Ane meloloskan susu Bu Kristin yang besar dan mulus dari Bra-nya dan mulai menghisapi payudara itu. Lalu kedua tangannya mengarah ke bawah dan mengamit sisi CD Bu Kristin agar penis ane bisa mengakses jauh vagina Bu Kristin.

Saat itu penis ane sudah bisa masuk utuh ke vagina Bu Kristin, tangan ane menekan dan meremasi pantan Kristin membuat Bu Kristin semakin mendesis.

Ane:
“Ouhgg.. ahhgg.. bu.., tangan saya sudah lepas.. kita bebasin dulu ikatannya atau bagaimana? ouhgg,”

Ane bertanya sambil menahan nikmatnya digenjot Bu Kristin. Ya pinggul Bu Kristin sudah cukup lama menggenjot ane membuat penis ane bebas keluar masuk ke vaginanya.

Bu Kristin:
“Akhh banghh… sshh.. terserah abanghhh sekaranghhh.. ouhss..,”

Bu Kristin sudah sangat melayang merasakan kenikmatan penis ane, apalagi rangsangan ane secara liar di payudaranya membuatnya semakin hilang kendali.

Ane:
“Baik buhh.. akhh.. kalau begituhh kita tuntaskan duluh saja.. ouhsss..,”

Ane kemudian melepaskan ikatan tangan Kristin tapi membiarkan ikatan di pinnggang kami tetap seperti semula.

Bu Kristin:
“Iyaahh banghh.. terusinnn duluhh… tuntaskan.. dulu.. akhhsss.. tanggung... ouhh…,”

Tangan Bu Kristin yang sudah bebas langsung merangkul leher ane dan kami berdua kembali saling berpagutan, sementara gerakan pinggul Bu Kristin semakin liar dan kencang.

Masih disatukan dengan ikatan di pinggang, ane membalik tubuh BuKristin sehingga kini Bu Kristin ditindih badan ane yang besar ini. Lalu dengan kekuatan penuh, ane kembali menggenjot sehingga membuat penis ane membobol vagina Bu Kristin secara utuh. Cairan vagina Bu Kristin menimbulkan bunyi kecilpakan setiap kali berbenturan dengan pangkal penis ane.

"Plok.. Plok.. Plok.."
"Plok.. Plok.. Plok.."
"Plok.. Plok.. Plok.."

Terada gerakan ane makin keras dan makin cepat mengakses vagina bu Kristin. Ia pun mengimbangi gerakan ane dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang.

Bu Kristin:
“Oughh.. banghhhss… akhhsss.. sayaahhh banhgg… akhhhsss say..ah.. sampaaiiihhh bangghhsss… ouhhhggg… aaahhhh... ,”

Bu Kristin merasakan klimaksnya memuncak, pertahanannya bobol dihantam penis ane yang terus menerus menghujamnya. Tubuhnya menegang merasakan kontraksi otot vaginanya berkedutan intens mengantar kenimatan puncak.

Ane:
“Aghh… ahhh… yehh… buhhh… akhhsss uhhh…mmmpphhh..,”

Ane membenamkan seluruh penis ane ke vagina Bu Kristin dan melepas sperma ans menyembur dinding rahim Bu Kristin sambil bibir ane langsung melumat bibir Kristin. Tubuh kami seakan menegang bersamaan mencapi klimaks seksual.

Nafas kami memburu seperti orang habis dikejar anjing. Ane tetap berada di atas tubuh Bu Kristin yang kini masih memejamkan matanya. Penis ane pun tetap berada di dalam vagina Bu Kristin hingga mengecil dan keluar dengan sendirinya.

"Plop"
Seolah tanda bunyi itu menjadi penanda kembalinya kesadaran Bu Kristin yang masih terpajam di bawah sana memeluk tubuh ane.

Beberapa saat setelah itu, ane lalu melapas iakatan lakban yang menyatukan pingang kami. Kami berdua lalu merapihkan busana masing-masing. Perampokan baru saja usai, dan kawanan perampok sudah meninggalkan bank dengan barang jarahannya.

Ane:
“Emm.. bu.. maafkan atas yang barusan terjadi bu. Saya hilaf… engg..,”

Bu Kritstin:
“Sudah.. sudah bang. Lupakan saja ya.. saya juga hilaf..,”

Bu Kristin memotong pembicaraan ane. Kami pun berjanji untuk sama-sama menyimpan kejadian itu hanya di antara kami berdua.

To be continue......
Keren banget bang.. bikin sange.. tggal dirapihin lagi kata gantinya..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd