Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Top Secret

TOP SECRET

09. Dua Singa Betina



Harso bangun malam telah menjelang, suasana kamarnya di vila itu benar2 gelap, Harso memang tertidur lelap lama sekali hingga terbangun malam telah merangkak hingga pertengahannya.

Awalnya Harso sempat bingung dirinya berada dimana dan kenapa, lama2 kesadarannya pun hinggap dan mulai tersadar dengan apa yang sudah terjadi.

Mata Harso mulai terbiasa dengan kegelapan yang ada, kemudian dia menyalakan lampu dan masuk kamar mandi. Mandi malam hampir tengah malam. Hanya sebentar dan kemudian dia mengenakan pakaian rumahannya yang nyaman.

Kaos oblong dan celana kolor.

Dibukanya pintu kamarnya, ditengoknya di meja makan sudah tersaji makan malamnya. Masakan Fhasya se sore tadi.

Entah apa namanya, Harso sendiri tak yakin pernah melihatnya. Tapi kemudian Harso melihat ada secarik kertas diatas piring yang disiapkan untuknya. Dibukanya lalu dibaca

"Mas aku makan dulu ya, tadi ga enak mbangunin, habisnya mas tidurnya lelap banget dan aku laper banget.

Dimakan ya mas, jangan protes, jangan mencela, habisin pokoknya

Hi hi hi

NB : mas kalau kecapaian angkat2 bilang dong ya, kasihan sampai segitunya tidur hi hi hi


Sebuah surat yang lucu tapi menyenangkan pembacanya. Harso tersenyum sendiri mambacanya. Kadang cara jadul pake surat dalam menyampaikan pesan bisa kena juga di hati.

Sebenarnya mengunakan reminder atau WA juga bisa dan praktis, cuma memang beda kayaknya. Ada soalan pilihan kertas, warna bolpoint atau malah pake pinsil, ada soalan tebal tipisnya tulisan dan bentuk huruf, juga ada urusan soal lipatan kertas dan macam2 hal remeh temeh yang kadang justru merupakan pesan intinya.

Membaca surat Fhasya seolah Harso tahu dan paham kalau besok dirinya tak akan menemukan sosok nya lagi. Surat ini surat perpisahan yang khusus dibuat untuk orang yang memahami perasaan Fhasya bahwa sungguh berat menyatakan sayonara. Atau sekitaran itulah, yang pasti dirinya harus siap oleh perubahan mendasar yang akan terjadi dalam diri Fhasya, bahkan bisa jadi sampai ajakan berpisah baik2 atau ga baik2.

Entahlah, Harso sendiri memang tak begitu mengenal Fhasya dengan baik karena masa interaksinya yang sungguh terbatas.

Harso melipat perlahan surat itu dan kemudian memulai acara makan malamnya. Semuanya dalam gerakan yang perlahan dan hati2 sekali. Menikmati makanannya sesendok demi sesedok, sepotong demi sepotong.

Kadang ditemuinya rasa yang aneh hingga dahinya mengernyit tapi kemudian dia tersenyum sambil mengangguk anggukkan kepalanya.
Hampir satu jam Harso makan malam itu, ada sesuatu yang seolah ingin disampaikan oleh Fhasya, dan itu membutuhkan perhatian yang seksama darinya.

Selesai makan, Harso membuat kopi dan menuju ke pinggi kolam untuk ngopi sambil membuka Hape dan laptopnya.

Ada banyak email, WA, wikipedia dan semacamnya, perlahan Harso menjawabnya satu per satu. Perlahan namun pasti akhirnya selesai juga urusan pekerjaannya lewat tengah malam itu.

Tiba2 HPnya berbunyi.

"Halo pak dokter, apa kabar nih ? "

"Ha ha ha, silahkan datang pak Dokter masa saya larang datang sih, cuma sayanya kaga ada, gimana nih ? "

"Ha ha ha, saya lagi di lombok nih pak dokter, tugas ngelonin bini orang. Ha ha ha"

"Sehat sehat, saya sehat dan kuat lah, masa loyo pak dokter nih gimana, ha ha ha"

"Ha ha ha, iya iya pak dokter, santai saja, saya mati pun gara2 punya sahabat dokter sialan betul kalau ngibulin teman nya ha ha ha"

"Ok ok, salam buat bini ma anak2 ya"

"Eh gitu ya, mmm ga papa da saya ga lihat soalnya, ok nanti saya kabari kalau ketemu"


***


Jam 04.00
Harso melirik angka di Hapenya.
Sepagi ini dokter Sugi sudah menelponnya, konfirmasi rencananya memeriksanya lagi.

Marah2 karena Harso berada di Lombok ga bilang2 dan sebagainya dan sebagainya. Cuma ada satu hal yang dikabarkannya yang membuatnya sangat kaget.

Ghea berangkat ke Lombok semalam....!!

Itu artinya, seharusnya dia ada disini saat ini di vila ini...!!!

Degh..!!
Degh..!!

Ada apa Ghea kemari ?
Kenapa bisa Ghea kemari ?

Sejuta pertanyaan memenuhi isi kepalanya, kenapa tiba2 Ghea seolah mendatanginya dan mengejarnya hingga kemari ?
Ada apa ?


***


"Mas, gimana kabar mu ? "

.
.
.

Wajah Harso kaku tiba2, karena telinganya seolah mendengar bisikan hantu dari kubur. Harso tak kuasa menoleh bahkan untuk memastikan siapa yang memanggilnya.
.
.
.
"Maaaaas"
.
.
Degh, Ghea.
Harso akhirnya menoleh meastikan.
Belum reda kebingungan Harso akibat telepon dari Sugi tentang sosok seoarang wanita, ternyata yang dibingungkan sudah ada dibelakangya menghampirinya.


Image Ghea​

Sosok yang selalu bisa membuat porak poranda hati dan pikirannya.

Ghea...!!

Akward.....
Harso tak tahu harus bagaimana menghadapi Ghea, istri Sugi sahabatnya !
Rikuh, canggung dan sebagainya.
Tetapi Harso bukan anak kecil, segera dirinya menguasai suasana hatinya dan seolah tak ada apa2 dirinya menyapa Ghea.

"Ghea, ha ha ha asli aku kaget tadi pak dokter sialan nyari2 aku, kirain gara2 janjian mau periksa aku, tahunya cuma kasih tahu titipin bininya kemari....

Kabar baik lah, gimana ga baik, mau mati juga kayaknya rela kalau ditemani wanita cantik macam kamu Ghea....

Mau dibuatin kopi ?"

Harso seolah bukan dirinya kala berkata2 dan terkesan tertekan dan mencoba menganggap kejadian ini wajar. Tapi bagaimanapun juga rona wajah dan tingkah lakunya tetap saja kaku.

"Hi hi hi, boleh lah mas, aku satu deh, kayaknya enak ngobrol sembari ngopi deh "

"Ok ok, saya buatin ya bu, silahkan duduk dulu, mmm manis atau pahit bu ? "

"Pahit sepahit hidupku mas, hi hi hi, plus cium ya mas biar sedikit manis.... "

"Siap deh bu, siap... "

Entah mencoba mencairkan suasana atau entah bagaimana, seolah Ghea dan Harso mulai berbicara yang agak aneh. Sebab selama ini memang ga pernah saling menyapa bahkan. Tiba2 dari arah dalam rumah.

"Issshhh mas Harso ini gimana, calon bininya masih ada disini kok mau main cium2 bini orang sih mas ? "

"Eh.... Fhasya !!! Masih disini tho ? Ha ha ha kirain sudah pergi"

Harso seolah kaget melihat Fhasya keluar kamar dan menyela ucapannya tadi, cuma matanya yang jenaka seolah memberi tahu kalau dia sebenarnya tak kaget kaget amat.

Mata itu seolah benar2 menikmati tonjolan puting Fhasya yang nampak menerawang di balik baju tidurnya yang tipis transparan.

"Mbaaaak, mas Harso matanya jelalatan lihatin susuku mbak... "

"Hi hi hi, kamu ini gimana tho Sya, lha wong njeplak di baju jelas kelihatan masa ga boleh dilihat sih Sya..? "

"Eh iya ya mbak, hi hi hi, kemaren kita malah telanjang bulat seharian disini lho mbak"

"Ha ha ha, lha gitu kok dilihatin dikit sudah protes kamu Sya ? Khan kemaren sempet aku remas2 itu susumu, kok sekarang jadi genit sih Sya, ha ha ha"

"Eh iya ya mas, seharian kita bugil, kayaknya hari ini ga bisa mas Harso, soalnya ga enak khan sama mbak Ghea"

"Hussh Ghea itu mana bisa bugil2an Sya, dah ah nanti malah mas jadi kepanasan, he he he"

"Iya ya mas, sexy2an saja lah meski ga bisa bugil juga, hi hi hi tuh konyolnya mas Harso dah mulai bergerak bangkit tuh mas"

"Lah...cuma sedikit Sya, habisnya masih ketutup ini, coba kalau bugil, ha ha ha"

Harso tertawa terbahak2, seolah agar terhindar dari kekakuan akibat adanya Ghea, habasan yang bicarakan dengan Fhasya tadi juga bahasan yang aneh juga dimana Harso masih bingung akan posisi Ghea bagaimana.


"Hi hi hi, Fhadya dan mas Harso manas2in ini ya ? Dipikiraku ga berani telanjang apa disini mas ?"

"Eh berani toh kamu Ghea ? Mmmm silahkan saja kalau begitu deh, ha ha ha mimpipun aku tak berani membayangkan ada dua wanita cantik telanjang didepanku, dah ah aku mau buatin kopi dulu.

Kopi dari tangan master kopi dengan penuh rasa cinta...
Ha ha ha"

Setidaknya Harso memang perlu menyingkir dan menghindar sementara, setidaknya untuk mengatur detak jantungnya yang bergejolak. Kehadiran Ghea bagaimanapun juga tak bisa dipungkiri merusak keseimbangan dalam dadanya. Tapi hal itu Harso yak mau tampilkan di depan Ghea, setidaknya untuk saat ini.

Seolah tak ada apa2 dan tak ada yang perlu dijelaskan lagi, Harso menuju meja tempat mesin pembuat kopi diletakkan dan kemudian asyik dengan memilih dan menakar kopi serta mempersiapkan cangkir dan sebagainya.

Harso memang untuk urusan masak memasak dan membuat kopi Harso seolah hidup di dunia lain, tak hirau apapun yang terjadi. Dan ini sudah dipahami oleh semua orang dekatnya. Ghea dan Fhasya termasuk didalamnya.

Makanya mereka tak banyak bicara dan membiarkan Harso asyik dengan kopinya. Hal ini memudahkan Harso diam dan berfikir sejenak, merenungkan apa2 yang harus dia lakukan menghadapi dua wanita yang seolah menjadi aneh ini.

Bagaimanapun Ghea adalah istri Sugi sahabatnya. Sejak dulu Ghea seolah ingin berdekatan dengannya, tapi sebagai sahabat yang baik, mana bisa Harso menghianati persahabatan ?

Bukan Harso ga mau, tapi Harso seolah terikat oleh persahabatannya dan tak ingin merusaknya dengan bermain api bersama Ghea. Tapi ini di Lombok, dan Sugi tadi mirip2 dengan Dafa, seolah titip istrinya dan seolah mempersilahkan apa saja yang mau dilakukan oleh Harso.

Deja vu..

Dua peristiwa, dua pasangan, dua istri, dua suami kok bisa seperti kompak menyerahkan istrinya dan istrinya kok kaya kompak pasrah kepada Harso ?
Pertanyaaan2 itu menggelayuti kepala Harso kala membuat kopi.

Harso memang tetap berkonsentrasi membuat kopi yang terbaik yang bisa dia buat, ada sisi Harso yang tak bisa tidak, selalu berusaha membuat kopi yang terbaik yang dia bisa. Tetapi sisi lain dirinya juga memikirkan apa yang harus dia lakukan.

Memikirkan standing position atau posisi dirinya dalam kasus dititipin istri orang dan dipersilahkan berbuat apa saja itu membuat Harso bingung dan sulit memikirkan jawabannya.

Akhirnya Harso memutuskan let it be lah...
Mengalir sajalah semuanya seolah dirinya akhirnya memutuskan untuk mengikuti arus saja.

Mereka mau diobok2 bareng, hayu lah.
Mereka mau di entot bareng ok juga.
Mau ngobrol2 ringan juga ok.
Mau menggoda saja ya silahkan, Harso akan mengikuti menggoda balik.

Itu akhirnya keputusan Harso bersamaan dengan selesainya dirinya membuat kopi dan teh.


***

Semuanya sudah siap.
Harso bertekad akan menghadapi apapun yg ada dihadapannya sesuai kondisi.
Conditionally.
Juga teh dan kopi.

Sekitar 20 menit semuanya telah siap disajikan. 3 cangkir kopi, satu botol gula cair, creamer dan susu, 3 cangkir kosong tambahan dan satu teko teh. Semuanya diletakkan dalam satu mampan dan Harso membawanya ke kolam renang.

Seperti dugaannya, kedua wanita "nya" sudah telanjang bulat duduk di kursi dipinggir kolam renang. Harso berlaku seolah itu sudah seharusnya dan dengan santainya dirinya meletakkan kopi buatannya di meja...

"Ha ha ha, kopi pahit sepahit hidupmu sayang ku Ghea...
Kopi Manis semanis senyummu, Fhasya Sayang...
Silahkan dinikmati.... "

"Mmm pahit mas, beneran pahitnya sampai hatiku, mmmm katanya mau plus cium mana mas ? "

Dalam benak Harso seolah itu adalah perintah melepaskan semua reaksinya pada tubuhnya, sikat hajar habisin. Itu saja yang ada saat ini, urusan nanti biarlah nanti dibicarakan, saaatnya sekarang bereaksi memuaskan apa yang harus dipuaskan.
Mata Harso jalang, memerah segera dipeluknya Ghea, dilumatnya dengan ganas dan tangannya juga akhirnya mulai meraba2 sana sini.

"Ooh lupa aku, muuach... Pentilnya juga ya, mmuuuaaach... Memeknya juga mmm sudah basah nih, sluuurrruuppop muach

Secara atraktif di depan Fhasya, Harso memeluk Ghea dan mencium bibirnya, semantara tangannya bekerja sama memerah susu dan membelai memek Ghea.

Selang beberapa menit, mulut dan lidah Harso sudah menjilati susu dan puting Ghea, sementara jari tangannya sudah keluar masuk merojok memek Ghea secara perlahan.

Puncaknya, Harso jongkok lidahnya menyapu memek Ghea sementara rojokan 2 jarinya semakin kuat dan kencang merojok memek Ghea.

Gimana enak ga sayang ?"

"Aasssshhh enak mas, paket lengkap ini mah... Eeeh aaaashhh tangannya kok. Masih di memekku sih massssaaahhhh"

Jawaban Ghea membuat Harso tak tanggung lagi, segera tangannya menggila dan mulutnya menyedot2 klitoris Ghea.
Satu tangannya lagi di memerah susu Ghea memberikan rangsangan maksimal pada Ghea.

Ghea menggelinjang tak tentu arah dan kemudian tubuhnya bergetar kencang memeknya berkedutan tanda mengalami orgasme yang luar biasa dahsyat.

"Eeeh kok sudah dapet saja dek ? "

"Gimana ga dapet, itu si cantik Fhasya semalaman dia cerita kamu apain, yang disuruh telanjang seharian dientot lagi gimana ga sange aku...

Ini daritadi memekku kedutan pengen kamu cium kok, eh malah sambil pelintir2 putingku, ya langsung dapet deh"

"Ha ha ha, nakal juga ya Fhasya, mmm Ghea sayang tuh lihat, sange beneran dia kamu kasih tontonan sayang... "

"Hi hi hi apaan sih mas, bukan tontonan kali ya, aku beneran dapet tadi, tuh memekku masih kedutan kamu uwik2 terus ooosssggh kok dilanjut masshh aaaah aaaah aaah aaaaaaaahhhh gilaaaaaa ini massshhhhh"

Rupanya Harso belum selesai dengan Ghea, sekali lagi dirojoknya memek Ghea sembari puting susunya di sedot kuat2.

Ghea jelas megap2 memperoleh serangan lanjutan padahal orgasmenya belum juga reda seratus persen. Diserang lagi macam begitu jelas Ghea blingsatan ga jelas.

Lolongannya membahana memenuhi pagi yang belum sempurna itu...

"Maaassssss gilaaaaa aaaaaah aaaaah aaaaahhh enaaakkkksssssshhhhhh aaahhh"

Ghea memperoleh orgasmenya yang lebih dasyat berkali2 memeknya berkedutan pantatnya bergetar tak henti tanda dirinya mengalami orgasme yang luar biasa dahsyat...

"Aaah aaahhhhhh masshhhh enakssssshhhhh haaaaah aaaahhh ssudah mas sudah aaahhhhhh aaaaaaaahhhhh"

Rupanya Harso belum tuntas juga, sekali lagi tangannya merojok memek Ghea lebih kencang lagi mulutnya menyedoti puting susu Ghea lebih gila lagi sementara sebelah tangannya meremas susu Ghea yang lain...

Hingga cairan dahsyat menyembur dari memek Ghea....

"Ooh masss aku lemeeeessssss..... Ga kuaaat massssss oooooohhh..... "

Akhirnya Ghea hanya bisa berbisik bisik sambil mencium bibir Harso tipis2, tubuhnya lemas lunglai tak bertenaga....

"Ashhhhhh massssss makasiih yaaaaa masshhhh aaaasshhhhhhhhh"


***


"Mas Harsooooo"

Fhasya berteriak di bekalangnya karena Harso mrmang sedang nanar melihat betapa cantiknya mantan kekasihnya itu, belasan tahun dirinya memendam rindu dan saat ini Ghea ada dihadapannya, tersenyum manja padanya dalam ketelanjangannya. Harso srolah terpukau dengan prmandangan dihadapannya.

Sempat tergagap Harso mendengar panggilan atau teriakan Fhasya, tapi segera Harso sadar dan menoleh serta menghadap kebelakang.

"Eh ha ha ha iya Fhasya sayang, maaf keenakan tadi.... "

"Duduk sini.... "

"Iya sayang iya, nih mas sudah duduk"

"Hi hi hi sekarang entotin aku sampe teler.... "

Tanpa basa basi, Fhasya yang sudah luar biasa sange diberi tontonan live oleh Ghea dan Harso langsung duduk diatas pangkuan Harso sembari melesakkan kontol Harso masuk ke memeknya...


Image Fhasya​

Harso tersenyum melihat betapa Fhasya dengan penuh gairah memuaskan dirinya. Naik turun dan membesot2 kan pantatnya diatas pangkuan Harso.

De Javu...

Peristiwa awal mereka menjalin cerita sexual terjadi lagi. Harso tipis2 membelai pantat Fhasya dan bibirnya mencium tipis2 susu Fhasya. Mendapat belaian semacam itu Fhasya jelas makin gerah dan makin heboh gerakannya.

Ada keinginan untuk cepat dipuaskan malah seolah dibakar oleh sentuhan2 Harso..

"Aashshhh aaaaahh maassss Harsoooo jahaaattttsssssshhhh aaaaa aaaaahhhhhh"

Harso hanya tersenyum saja melihat betapa Fhasya dengan penuh semangat mencoba membuat Harso terangsang dengan semua gerakannya. Alih alih Harso memanas, dan bener Harso mulai memanas, tapi yang lebih pasti Fhasya lebih cepet panas dan lebih panas...

Harso menimpali setiap gerakan Fhasya yang panas dengan meremas susunya lebih keras tapi sesekali saja, mencubiti putingnya juga sesekali saja cuma sedikit lebih sering untuk menstimulasi gairah Fhasya.

Remasan dan rabaan di pantat Fhasya juga lebih hebat dan kencang. Kadang ditimpali dengan terselipnya jemari kedalam belahan pantatnya menuju bibir memek Fhasya menggelitikinya memacu gairah Fhasya hingga ke puncaknya.

"Maassss gilaaaa kamu masssssssss duuuuh enakanyaaaaaaa, aaaaakuu mau dapat masssssshhh oooohhhhhh"

Jeritan dan lolongan Fhasya seolah tak dihiraukan oleh Harso dan tetap saja tipis2 Harso membelai dan meremas kadang mengecup kadang menggigiti puting Fhasya tipis2 saja...

Antara sange maksimal dan jengkel yang membahana serta gedoran birahinya yang memuncak akhirnya Fhasya memperoleh juga orgasme dahsyatnya...
Orgasme dahsyat yang seolah dari masturbasi tapi juga punya lawan tangguh...

"Aaaaaaaahhhhh aku dapat massssss aaaaaahhhh aaahhhh"

Tubuh Fhasya terlonjak2 mengila dalam pangkuan Harso...
Harso memeluk Fhasya seolah memberikan kedamaian padanya dalam meresapi orgasmenya...

"Aaashhhh kamu gila masshhh aassssshhh jahaaatttsssss "

Saking jengkelnya Fhasya menggigit bahu Harso, ada rasa malu disana dan ada kemanjaan disana.

Tetapi itu bukanlah akhir....

Memperoleh gigitan yang manja, Harso kemudian menaikkan pistonnya, kontolnya kemudian mengikuti pantatnya mulai merojok memek Fhasya, mulut Harso tak diam, mulai menyelomoti susu Fhasya dengan gila juga remasan2 tangan Harso mulai mengambil peranan. Semua alat pemuas digerakkan bersama sama...

Fhasya yang mulai agak reda, terkejut dan memeknya ternyata merespon sama gilanya dengan keluar masuknya kontol Harso yang tegang setegang tegangnya...

Fhasya terdongak menjerit dan menggeliat seolah merasakan siksaan yang amat berat..

"Maaassssssss kamu jaaaaahaatttttt massssshhhh aaaah aaaaah aaaaah duuuh masssss aaaaaaahhhh"

Memek Fhasya seolah mengeluarkan semua cairannya merespon serangan Harso, memerahnya hingga hampir kering...

"Ooohhhhh massssh aakuuu gaaaa kuaaattssss aaaaaaahhhhhhsssss aaahssss"

Akhirnya Harso berhenti bergerak, memeluk wanitanya dengan mesranya dan mengecupi bibirnya memberikan ketenangan. Tangannya tak lagi meremas tetapi sekedar membelai semata. Fhasya akhirnya rebah dalam pelukan Harso, emosi jiwanya reda dan ketentraman didapatkannya.

Harso kemudian bangkit dan mendudukkan Fhasya dikursinya. Hingga akhirnya Fhasya membuka matanya mengecup bibir Harso tipis tipis.

"Eehemmm, enak dek ? Hi hi hi sampai lemes gitu ya, aku juga lemes dek ini, baru juga datang sudah dihajar habis hi hi hi"

"Duuh mbak bukan lemes lagi ini, aku habis beneran ini mbak hi hi hi"

Harso yang duduk mengambil kursi menghadap kedua wanita "nya" tersenyum dan mencoba mengklarifikasi.

"Ha ha ha, sudah dapat semuanya ya, yuk kita ngobrol2, ada apa sebenarnya ini ?, Fhasya kamu yang nakal ini harus memberikan penjelasan kepada mas... "

"Hi hi hi mbak, mas Harso kheki nih mbak, hi hi hi, gini mas, kami kumpul disini ya biar bisa membicarakan pernikahan kita semua"

"Eeeh pernikahan kita semua ? "
Hanjiiirrr keren


Cerita nya sangat sangat mengalir


Penasaran apa yg ada di episode selanjutnya


Top markotop Suhu @Begundal_pasar


Lancroetkan 💦💦
 
TOP SECRET
29. Istri Entah



"Istriku ? "

Harso sangat terkejut sehingga dirinya seolah hampir melompat sambil berteriak.

"Mana bisa istriku ? Khan dia sudah meninggal ? Aku mau mengajak kalian berdua ke makamnya sebenarnya kemaren, cuma kondisinya membuat aku tak bisa mengajak kalian kesana"

"Hi hi hi, kami tahu kok kebiasaan mas Harso kala di Bali, selain ke pantai tempat kita dulu, mas Harso selalu naik ke bukit sana buat melihat makam"

"Ya, itulah makam istriku Annisa Putri Hardiyati, sobat Ghea, saudara kembar Amalia Putri Hardiyati"

"Jadi benar mas telah menikah dengan Putri? "

"Ya betul itu, ceritanya sungguh luar biasa, dianggap menikah, ya kami menikah, dipestakan bahkan meski untuk kalangan terbatas.

Tak ada teman yang tahu kalau aku menikah, kejadiannya memang sungguh mendadak sekali. Ini semua gara2 Amalia.

Begitu aku sembuh setelah 8 bulan lebih dirawat, ternyata tak lama kemudian, menjelang pernikahan Annisa dengan pacarnya, si Ridho kecelakaan dan tewas seketika. Banyak saksi yang mengatakan Ridho bersama dengan seorang perempuan yaitu Annisa, sementara Annisa sendiri sedang di rumah sakit menemani aku, menggantikan ibu, jaga di rumah sakit. Saksi mata dan ada bukti transaksi dengan pihak rumah sakit, karena pas itu dia lagi kontrol.

Intinya semuanya sebenarnya tahu itu Amalia, tetapi anehnya seolah dianggap ga ada saksi yang betul dan valid di lokasi kejadian.

Dua bulan setelah itu, ternyata Annisa telah hamil anak Rhido, untuk menutupi aib dan agar aku membalas kebaikan Ridho, aku dan Annisa menikah.

Menikah tapi kaya ga menikah.
Kami menikah karena menutupi aib dan pelunasan hutang piutang.
Kami tak pernah sekalipun berhubungan sex, karena mas menghargai banget mas Ridho kekasih Annisa, dan Annisa sepertinya rikuh dengan mas, entah apa alasannya.

Pernikahan itu tak lama, hanya sekitar 6 bulan saja. Tetapi pengaruhnya buat mas besar sekali. Sungguh sangat besar, dari sana mas tahu betul bagaimana cinta itu, bagaimana ketulusan itu ada dan bagaimana pengorbanan itu berwujud.

Sebenarnya Annisa ga masalah kalau mas ceraikan sebulan setelah menikah, toh sekedar orang tahu Annisa telah menikah.

Tapi aku manabisa melepaskannya menghadapi masa2 kelahiran sendirian sementara aku punya nyawa seolah pemberian ayah si bayi. Makanya aku tak berniat menceraikannya dan malah berniat untuk menemaninya melahirkan dan bahkan mengasuh bayinya, bagaimanapun juga aku hidup karena bapaknya si bayi "

"6 bulan itu apa yang terjadi mas ?"

"Kami hidup serumah tapi tak sekamar, awalnya begitu, tapi tiap malam, Nisa selalu saja menangis tersedu ingat kekasihnya atau nelangsa aku tak tahu. Lama2 aku jatuh kasihan juga ketika ke kamarnya melihatnya meringkuk sambil menangis bahkan hingga tertidur pun menangis.

Mana bisa aku diam saja, lantas aku lakukan yang bisa aku lakukan. Memeluknya memberinya ketenangan. Bagaimana bisa bayinya sehat kalau ibunya kaya begitu, lagi2 aku kepikiran soal nyawaku yang pemberian bapaknya, seolah begitu.

Makanya aku bertekad menghadapi kesedihannya bersama dengannya. Sejak itu aku sering ke kamarnya memeluknya hingga tenang, barulah aku kembali ke kamarku.

Aku ini suami entah bukan, dia itu istri entah bukan. Yang pasti saat itu tekadku hanya satu, akan selalu disampingnya menghadapi semuanya. Itu saja.

Hasshhhh"

Harso terdiam dan kemudian meneteskan air matanya. Lama terdiam kemudian

"Ternyata lama kelamaan kami, atau tepatnya Annisa mulai terikat kepadaku. 3 bulan sejak menikah, kandungannya sudah cukup besar, usia kandungannya sudah 5 bulan waktu itu, entah kenapa dalam mimpi2nya Annisa selalu seolah dikejar2 entah oleh apa.

Yang pasti bukan sedih lagi, tapi dia ketakutan sangat ketakutan bahkan hingga pernah histeris menjerit2. Kata dokter itu berbahaya buat kandungannya aku sebagai suami harus lebih memberikan kasih sayang.

Aku sejak itu selalu menemaninya tidur, memeluknya memberikan kasih-sayang dan rasa aman padanya, kecuali satu : sex.

Sama sekali kami tak pernah melakukan kegiatan sexual sama sekali. Dalam artian intercourse atau ngentot. Paling kenceng memeluknya dan mencium keningnya.

Yang pasti aku sering menyuapinya, mamasak itu jelas, beberapa kali aku memandikannya kalau pas sakit. Dan itu aku lakukan dengan rasa sayang. Jelas itu, gimana tidak tumbuh sayang kalau kami selalu tidur bareng.

Terangsang ? Pastilah itu. Annisa bukan wanita jelek, dia sangat cantik sekali, sexy bahkan, kulitnya putih mulus. Mana bisa ga terangsang melihatnya telanjang ? Pastilah itu, cuma dalam kepalaku selalu ada ingatan tentang bagaimana bapak anak yang dikandung Annisa menyelamatkanku. Itu saja.

Pernah berkali bahkan, Annisa menanyakan kesanku soal tubuhnya ya aku jawab jujur lah, ngapain bohong. Pas dia ga percaya, ya aku tunjukin saja kontolku yang keras tanda terangsang.

Aku tahu, wanita hamil selalu merasa minder dan seolah merasa dirinya jelek, untuk itu aku setiap memandikannya selalu ikut telanjang biar dia tahu aku terangsang oleh nya. Itu saja awalnya.

Kemudian, entah kemasukan apa, dia merasa harus membalas kebaikanku kepadanya dengan memberikan kenikmatan kepadaku, usul yang jelas aku tolak lah. Buatku itu soalan nanti kalau anaknya sudah lahir.

Cuma demi melihatnya merasa bersalah sebagai seorang istri aku persilahkan membuatku bisa puas, dengan mengocok kontolku atau mengemutnya. Itu bulan ke empat menikah.

Sejak itu kami selalu tidur bersama telanjang, saling mengelus dan merangsang satu sama lainnya hingga kami mendapatkan kepuasan.

Itulah kami sampai menjelang kelahiran anaknya, ternyata aku ada urusan ke luar negeri dua minggu penuh. Ke China lihat alat yang mau dipasang di Pabrik, harus itu sekalian uji coba dan pelatihan operatornya disana, aku harus tahu dan ikut pelatihan.

Aku berpamitan, dia menangis sepanjang malam, aku kasih pengertian kalau urusanku sangat penting bagi perusahaanku dan aku harus berangkat. Dengan berat hati Annisa akhirnya membolehkan aku pergi.

Aku bawa dia ke rumah orang tuanya untuk dititipkan dengan pesan kalau ada apa2 aku harus dikabari.

Sepulang dari China itu, aku hanya menemui makam Annisa dan anaknya"

Harso terdiam dan membisu, kali ini tangisannya keluar, hanya mengisak, tapi itu sudah sangat luar biasa. Karena tak pernah sebelumnya Harso menangis di depan orang lain.

"Aakhuuu haanyya menerimaaa suraatnyaaa. Dia bilang, ddiiiaaaa bilaaang dia mencintaiku, sangaat mencintaiku sejak menikah dia sudah sangat mencintaikuuuu huuu"

Harso tersedu, mengenangkan saat itu dimana hatinya hancur lebur, karena bagaimanapun juga dirinya ternyata juga sama.

"Aku baru tahu, bahwa ternyata aku begitu kehilangan dirinya, sangat kehilangan dirinya dan aku tahu aku mencintainya, sangat mencintainya setelah aku kehilangan dirinya.

Kalau saja ada penyesalan yang paling dalam, selama hidupku, adalah penyesalan atas keputusanku menginggalkannya di saat2 terakhirnya.

Aku kehilangan Ghea, karena aku jatuh sakit begitu menyesakkan dada, tapi dibanding kehilangan Annisa, itu jauh lebih menyesakkan dada, sebab aku lah yang menyebabkannya, akulah yang membunuhnya karena egoku terhadap kepentinganku yang sebenarnya bisa ditunda bahkan dibatalkan, kalau saja aku tahu.

Itulah kenapa aku seolah abai sekelilingku sejak itu, mungkin aku masih ingat Ghea kala itu, tapi ingatanku lebih kepadanya. Kisahku dengan Annisa telah membuatku setengah gila dan rasanya sampai kini masih ada rasa menyesalku.

Itulah kenapa aku bertekad membawa kalian ke makam nya, sebelum kita yakin akan menikah"

Ghea meneteskan air matanya sambil memegang bahu Harso. Sedangkan Fhasya yang memang halus perasaannya memeluk Harso dan menangis di dada Harso, seolah ikut merasakan sakitnya Harso.

Harso hanya mengelus kepala Fhasya yang memeluknya dan menepuk nepuk lengan Ghea.


Image Ghea


Image Fhasya​


Adegan penuh haru biru itu membuat mereka lupa akan topik utama bahasan malam itu. Tapi itu sebentar.

"Mas, kalau aku bilang Annisa masih hidup bagaimana ? "

"Ga tahu ya Nda, mas ga tahu harus bilang apa, bagi mas dia sudah mati. Kalaupun masih hidup juga mas ga tahu harus bersikap bagaimana.

Itu kisah lama dan sangat lama Nda, tetapi seolah baru kemaren aku mendapat kabar kematiannya, setiap hari aku selalu teringat padanya, bahkan kala bersama kalian.

Rasanya ada satu sisi hatiku yang tak rela aku melupakannya. Haashhhh aku ga tahu harus bilang apa kalau ternyata semuanya itu bohong belaka"


***


Ghea seolah memahami kebingungan Harso, dan segera memeluknya.

"Mas Putri sangat mencintai mas apa adanya dia bilang sangat mencintai mas. Dan dia hidup sangat menderita karenanya.

Karena dia merasa tak pantas saja membebani mas, karena dalam pandangannya mas itu hidupnya sangat terbebani oleh status menikah dengannya. Dan seolah dipenjara oleh hutang budi.

Putri tak mau mas terbebani itu karena dia sangat mencintai mas. Ada satu kejadian aneh dalam dunia ini, Amalia meninggal tapi anaknya hidup, sementara Putri yang mas sebut Annisa hidup tapi anaknya meninggal dunia, makanya mereka dimakamkan di Bali bersatu.

Dengan tak adanya anak, menurut Putri mas tak perlu lagi hutang budi dan membalas budi, biar dia menghilang toh sudah tak ada perlunya pernikahan baginya, bila itu membebani mas. Itu karena Putri sangat mencintai mas, dan dia tak tahu kalau mas sangat mencintainya juga.

Dalam hatinya, Putri sangat malu dan merasa jadi beban mas, tetapi dia sangat mencintai mas juga merasa berdosa karena kehilangan aku gara2 saudaranya kembar. Aku baru tahu dari mas kejadiannya, tetapi Fhasya lah yang tahu seluruhnya utuh kejadiannya dan kemaren dia menceritakan semuanya kepadaku tentang Putri.

Ini hampir mirip dengan kejadian kita berdua mas, karena tak ada nya komunikasi yang terbuka sehingga adanya ya dugaan dugaan semata. Akhirnya ya kaya kitalah mas, setelah belasan tahun baru akhirnya kita tahu apa yang sebenarnya terjadi karena baru terbuka.

Nda sih terserah mas saja bagaimana, tapi kalau boleh Nda saran, mas temuilah Putri, setidaknya ada komunikasi lah. Putri memang salah membohongi mas, tapi itu karena cintanya pada mas.

Kalau ketemu mas bisa tanyakan semuanya dan bicarakan semuanya, setidaknya setelah itu hati bisa lega. Mas masih mau mengakui dia sebagai istri pun kami ga papa, tetapi disana ada kelegaan dan keterbukaan mas.

Kami enak jadinya, ga terbebani dengan masa lalu kami karena kami sudah terbuka dan menyelesaiakan masa lalu kami. Kami berharap mas juga menyelesaiakan masalah yang telah lalu biar selesai dengan itu.

Kedepan biar enak kita melangkahnya mas. "

"Haashhhh baiklah Nda, aku sepakat, memang aku harus selesaikan semuanya biar enak nantinya. Mau bagaimana yang urusan nanti saja, setidaknya aku selesai dengan masa lalu ku"

"Mmmmm kalau begitu, kami tinggal ya mas"

"Eeeeh"

"Mbak Putri ada disini mas, sejak kemaren tapi mbak Putri tinggalnya di sayap sebelah sana mas, bareng kakek dan nenek"

"Eeeh"

"Sudah ya mas, kami tinggal, mbak Putri sudah di depan pintu soalnya"

"Eeeh"

Harso tak tahu lagi harus bicara apa, yang pasti sejuta kebingungan ada di kepalanya saat ini. Soalbagaimana harus bersikap, soal perasaanya yang tersisa, marah atau benci ataukah masih cinta dan seputar itu.

Harso yang pasti dalam kebingungannya akhirnya hanya diam. Seperti biasanya dia bersikap dalam menghadapi suatu masalah pelik.

Diam dan diam. Itulah Harso, selalu berfikir, daripada bergerak dan tak tahu harus bagaimana Harso lebih memilih diam dan melihat situasi dan kondisi baru bereaksi.

Dalam hal apa saja, juga dalam hal bisnis, itulah sebabnya kadang Harso tak mengambil aksi sama sekali dan itu dianggap orang sebagai apatis atau acuh. Kadang malah dianggap lambat. Tapi style Harso ya memang seperti itu.


***


KLEK. TOK TOK TOK TOK

Suara pintu terbuka dan ditingkahi dengan suara hak sepatu wanita membelah sepinya ruangan kerja itu.

Harso kemudian menoleh, matanya nanar melihat Annisa berjalan kearahnya. Sadar atau tidak, kaki Harso membuatnya bergerak berdiri dan tercengang melihat lebih jelas kepada wanita yang berdiri dan menghentikan langkahnya beberapa langkah darinya.

Wanita yang membuatnya banyak menderita dan menangis.
Wanita yang membuatnya merasa kehilangan yang sangat besar.
Wanita yang membuatnya lupa tertawa.
Wanita yang sungguh cantik jelita bahkan diusianya yang tak lagi muda..

Mata itu.
Telinga itu.
Rambut itu.
Senyum itu.
Airmata dan senyuman getirnya.
Goyang dadanya dan getar pinggulnya.

Annisa Putri Hardiyati.


Image Annisa​


.
.
.

"Mas boleh Nisa peluk mas sekali ini saja"

Bibir itu bicara dengan suara seolah dari kahyangan, disertai senyuman yang seolah dari alam kubur, dan tetesan air mata dewi langit.

Harso seolah tak mampu menahan tangisnya.
Waaaanjjjaaaayy


Keren cerita nya banyak drama



Jadi penasaran sama kancoetan cerita nya🦅🦅🦅💦💦
 
Bimabet
1-2 hari lagi bakalan update lagi deh..
Buat bayar hutang telat karena lama kemaren...
Ada masalah yang rumit juga soalan kesehatan...

Thanks sudah mau sabar
Tetap jaga kesehatan hu

Semoga bisa terus Berkarya dan Berjaya seperti Kang harso🦅🦅💦💦
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd