Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Top Secret

Terimakasih atas update ceritanya suhu @Begundal_pasar ..
Wah bisa pinter2 bisnis gitu yak?
Mainnya udah T T an..
Ga M Man lg..
Udah kayak pengusa ato raja ato ratu, hehe..
Udah enak tinggal anaknya aja neh,
Udah lumayan Kepala empat soalnya..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
TOP SECRET
21. Rumah Besar Keluarga




Entah berapa lama ketiganya terlelap, tapi yang mereka tak tahu berada dimana. Dalam artian mereka tak tahu posisi geografis mereka saat ini, karena bus yang mereka tumpangi memang dalam kondisi bergerak.

Ghea pertama kali yang bangun, setelah merasa cukup sadar dirinya bangkit kemudian ke toilet sekedar melaksanakan hajat nya, setelahnya dirinya ke dapur membuat jamu untuknya, untuk Fhasya dan untuk Mas Harsonya.

Setelah itu, Ghea memasak untuk sarapan yang kesiangan, sementara harus diisi lah perut biar ga lemes, tadi Ghea bangun diliriknya jam sudah menunjukkan pukul 8.45, lumayan siang sih.

Sarapan yang dimasak Ghea sangat sederhana, nasi goreng, plus telur mata sapi, dan sedikit goreng udang.
Lumayan lah.


***


"Sya, bangun dek, bangun gih gantian ke toilet gih, nanti mas Harso bangun biar ga antri ke toilet"

"Mmmm ya mbak, duuuh enaknya badan ini habis tidur, mmmm aku ke toilet dulu ya mbak sayang"

"Iya buru sana gih"

Setelah Fhasya ke toilet, Ghea kemudian duduk disamping mas Harsonya. Dipandanginya wajah itu lama lama seolah ingin mematrikan wajah itu dalam benaknya agar tak akan pudar selamanya. Senyum Ghea terkembang, bagaimanapun juga wajah itu memang tak pernah pudar dalam hati dan pikirannya selama ini.


Image Ghea​

Dikecupnya kening Harso dengan sepenuh jiwa, sepenih cinta yang dia miliki. Seolah paham, mata Harso terbuka perlahan dan senyumnya terkembang kala dikenalinya wanita yang mengecup pipinya.

"Mmmm aku barusan mimpi ibu bangunin aku, senang sekali rasanya ternyata setelah bangun lihat wajahmu sayang, mmmmm"

Harso memeluk Ghea dan mengecup pipinya.
Cuma itu yang mereka lakukan, tetapi rasanya cinta di hati Ghea dan Harso seolah membumbung tinggi ke langit.

"Mmmm habis ini gantian sama Fhasya ya mas bebersih di toilet sana, terus kita sarapan nasi goreng buatanku, hi hi hi nasi goreng ndeso mas, cuma itu masakan yang aku bisa soalnya hi hi hi"

"Selama buatnya penuh cinta pasti rasanya masuk sampai ke dalam hati sayang, mmm aku pasti akan habiskan sayang...

Sebentar ya, aku pengen peluk kamu lebih lama dikit"

"Silahkan mas, lagian Fhasya masih di toilet kok, sini Ghea juga mau peluk mas mmmm enaknya bangun tidur tadi langsung lihat mas, rasanya seperti gimana gitu, awalnya Ghea takut tidur sebab takut begitu bangun mas nya tak ada... "

"Mmm mas disini sayang, masih disini, hasshh kita nikah kapan rencananya sayang ? "

"Mmmm bulan depan mas, semua sudah Ghea siapkan kok. Pokoknya mas tahu beres lah"

"Mmmm bulan depan ya, ga bisa minggu depan apa ? He he he mas pengen cepet2 soalnya keburu mas takut bangun tidur kamu ga ada lagi"

"Hi hi hi, mas nya ini, kerjaan apa ga mas pikir kah ? Selama sebulan ini, mas urus pekerjaan biar ga kapiran nanti saat ditinggal bulan bulan madu"

"Kok bulan bulan madu sayang? "

" Hi hi hi Ghea sama Fhasya pengen bikin anak sampai jadi terus lahiran ditungguin terus sama mas.... "

"Lhaaa bisa berbulan bulan itu sayang"

"Hi hi hi maunya bertahun tahun mas, makanya perlu waktu sebulan siapinnya mas? "

"Memang siapin apa sayang ? "

"Rumah besar keluarga Suharso sayang, nanti mas lihat deh ya"

"Mmmmm ok ok deh, siap deh pokoknya laksanakan lah"

"Masss, Fhasya sudah, mas cepetan, Fhasya dah lapar nih"

"Ha ha ha, siap deh siap pokoknya laksanakan lah duuh ya iya"

Harso masuk toilet diiringi tawa Fhasya dan Ghea serempak.


***


"Wooooaaaa, masakan mbak Ghea luar biasa, bener2 nendang di lidah mbak, duuh aku kayaknya masih harus banyak belajar masak nih, hi hi hi"

"Hi hi hi makasih ya dek, mbak ya bisanya masak nasi goreng doang nih dek, belajarnya baru sampek segini, nanti nanya2 lagi deh biar lebih bisa masak"

"Mmmm belajarnya sama siapa Nda sayang?"

"Rahasia dong mas, yang pasti gurunya mas lewat deh"

"Eeh masih ada yang bisa ngalahin ibu dalam memasak ?"

"Jelas ada lah mas, hi hi hi, eh kita lihat luar yuk, biar tahu sudah sampai atau belum soalnya tadi aku pesen ga boleh dibangunin, mmmm sebentar ya"

Tiba2 turun layar LCD dari atas seolah tadinya terlipat atau bagaimana seolah tirai saja. Layar melingkupi sekeliling ruangan jadi seolah kaca bus saja karena yang ditampilkan adalah gambar dari kamera yang entah bagaimana bisa ditampilkan di layar LCD seolah kaca saja.

Harso lagi2 tercengan dengan teknologi yang disematkan oleh Ghea untuk bus ini, ini bukan teknologi yang aneh sebenarnya tapi yang pasti mahal. LCD yang bisa digulung dan kamera 360° bukan barang baru lagi, tetapi tetap saja mewah untuk sebuah bus.

Nampak di luar bus ternyata sudah berhenti, di sebuah tanah kosong atau semacam pekarangan.

"Naah kita ternyata sudah sampai mas, ayo mau lihat2 kah ? "

"Ha ha ha, aku nih sejak berangkat dari Lombok dah pokoknya ikut kata istri saja deh, kanan ayo ke kanan, kiri ayo ke kiri. Sementara mas nurut saja dulu, dah males mikir ntar energinya habis ga ada lagi yang buat ngentot "

"Hi hi hi akur mas, pokoknya mas sampai aku hamil kudu jadi pejantan tangguh mas, soalnya Fhasya pengen cepet2 hamil, soal lainnya mas tahu beres saja"

"Hi hi hi, Ghea juga lho mas, jangan lupa. Dientot terus ya mas, hi hi hi"


***


Sambil tertawa ketiga orang yang sedang bahagia keluar dari bus.

"Woooaaaaa, ini apa sayang, indah banget pemandangannya disini"

"Hi hi hi, apa coba tebak mas? "

"Lha dalah jabang bayi, kaet mau dienteni metune, lha wes metu kok arep main tebak2an dhisik

(Lha dalah - kata umpatan, bayi merah - umpatan, dari tadi ditunggin keluarnya, ini sudah keluar kok mau main tebak2an dulu) "


Harso jelas kaget dan itu kelihatan dari mukanya, segera Harso memutar badannya dilihatnya di sana di samping bus, tertata meja dan kursi taman yang indah, duduk disana kakek nenek nya. Segera Harso menghampirinya dan jongkok duduk sungkem menghadap kakek nenek nya.

"Duh kakek, nenek, dalem ngaturaken sembah bekti (duhai nenek dan kakek, saya menyampaikan kebaktian) "

"He he he, yo le cah gemblung, tak tompo bektimu yo ngger, kuwi slirane teko wong telu kok ra dijak sungkem sisan tho ? (Ya anak sableng, tak terima kebaktianmu ya nak, kamu ini datang bertiga, kok ga diajak sekalian semuanya sungkem tho, nak ? ) "

Nampak kemudian Fhasya dan Ghea duduk simpuh disamping Harso dan sungkem

"Ngapunten yang kakung, yang putri, dalem ngaturaken sembah bekti (duhai nenek dan kakek, saya menyampaikan kebaktian) "

"Yo nduk cah ayu, tak tompo yo ngger (ya nak, anakku yang cantik/ayu, tak terima ya nak) "

(( kesananya pembicaraan langsung diterjemahkan))

"Cah ayu sini nak, deket ke nenek sini"

Kedua wanita itu, Ghea dan Fhasya mendekat ke nenek Harso, kemudian nenek Harso mengambil tangan Fhasya dan tangan Ghea. Lalu kemudian meminta kakek Harso memeriksanya juga.

"He he he, putuku memang gagah, langsung ces pleng. Padahal putuku si Nanda baru juga disembur cuma dua kali"

"Eh kek kok kakek tahu ? "

"He he he, ya tahulah, kamu itu yang sudah berkali2, tapi sama2 jadi kok, he he he, yang putri, kita bakalan ngemong cucu empat sekaligus he he he"

"Lha kok bisa kek ? "

"Gimana ga bisa, dua2nya nih istrimu hamil kembar lho, kenapa ga bisa? "

"He he he, sabar, nanti kalau sudah bisa dijangkau alat kedokteran, mmm sekitar 3 bulan lagi kamu pasti juga tahu kok"

"Eeh beneran nih kek aku hamil kembar ? "

"Lha bener ini, nanti kalau ga percaya mmm dua minggu lagi dicheck pake test pack lah, he he he ilmunya kakek ga akan mbeleset anakku cantik"

"Duuuuh massss aku hamil maasssss hiks hiks hiks"

"He he he jian kok anak perempuan mesti kok, senang nangis sedih nangis he he he"

Saking senangnya Fhasya dirinya sampai menangis bahagia, berpelukan dengan Ghea yang juga menangis bahagia.

" So, bagaimana masakan Ghea istrimu ?"

"Duuh nek, enak banget, banget banget nek, tadinya Harso tersinggung katanya yang ngajari lebih jago dari ibu, ternyata yang ngajari nenek, pantes lebih jago. Mmmm kok Fhasya ga diajari nek ? "

"Fhasya cah gemblung milih diajari awakmu lah (Fhasya gadis edan, milih diajari sama kamulah) "

"Lho kok bisa nek? "

"Hi hi hi, sebab nenek ngajari masak pake teori nya pake ilmu bisnis mas, juga ilmu pengobatan, kata nenek kalau belajar sama mas, ngajarinya sama ngentot mas, ya pilih belajar sama mas lah Fhasyanya"

"Kek kek kek, beneran istrimu yang muda memang mbeling (nakal) ya So. "


Image Fhasya​

"Ha ha ha, iya kek, cuma kalau ga ada dia, kami ga bakalan jadian kek"

"Kek kek kek, wataknya istrimu satu itu bak Gayatri putri Majapahit So, meski nakal dia tahu aturan dan tahu takdirnya sebagai istrimu. Kalau soal kesetiaan, jangan tanya So, dirinya adalah wanita yang 100% setia. Kamu jaga ya So"

"Iya kek, Harso pasti jaga dengan segenap jiwa dan raga"

"Kek kek kek, Yang ti cucu2 perempuanmu tolong dirawat dulu ya, aku mau ngajak Harso lihat2 kebun."

"Iya Yang kung, yo anak2ku yang cantik, ikut nenek ke rumah, nenek mau benerin semua otot2 dan tubuhnya, biar siap bener jadi ibu nanti ya nak"

"Baik nek, mas Harso Nda ikut nenek dulu ya, mmmmuaaach"

"Duuh sayang, Fhasya ikut nenek dulu ya, muuuach"

Setelah cium pipi Harso mereka salim (cium tangan) ke kakek, dan pergi bersama nenek Harso ke Rumah Besar.

Sementara Harso ikut kakeknya, berjalan2 mengitari lahan pebukitan dan pesawahan. Langkah2 kakek Harso seolah langkah kaki kijang yang dikejar harimau, cepat dan tangkas mendaki bukit dan melompati bebatuan.

Harso mengikuti di belakangnya tak berubah jarak diantara mereka walaupun sejengkal saja, padahal kadang si Kakek memilih batu2 lancip sebagai pijakannya.

Harso masih mengintil di belakangnya rapat. Kemudian sang kakek melompat lompat tinggi melampaui batu2 besar sehingga di titik ini Harso terdiam. Batu besar itu tingginya ada kalau 2.5 meter dan berlumut, Harso mukanya sudah memerah dan peluhnya sudah bercucuran, rasanya Harso kali ini menyerah saja.

"Hei cu, ngapain diam ayo lompat ! "

Harso bengong saja mendengar perintah sang kakek, gimana tidak, seolah sang kakek tidak melihat betapa dirinya sudah hampir habis diperas mengikuti sang kakek berlarian. Teringat Harso kemaren digoda dokter Sugi katanya harus pasang ring di sekitar jantung, lha ini malah disuruh gila2an oleh sang kakek.

"Heeeee, ayo lompat sini !! "

Harso masih bengong, tapi perintah adalah perintah, maka melompatlah Harso. Dan seperti dugaannya dirinya hanya sanggup melompati tak sampai setengah batu dan badannya menabrak batu. Lututmya rasanya nyut nyutan kepalanya pengar saking capeknya.

"Haashhhh haashhhh hasssh duh capek kek, Harso teler ini haashh hassshh hashhhh"

"Hhaaaaahhh cucuku kok loyo gini, ayo kamu kesini entah lewat mana saja cepat!!! "

"Baik kek,"

Harso kemudian menenangkan dirinya kemudian dilihatnya bebatuan yang tumpukannya sekiranya bisa dia lewati agak mudah dan Harso berusaha melalui jalur yang berbeda dengan kakek nya menuju tempat kakeknya.

Agak lama kemudian Harso akhirnya tiba di tempat kakeknya. Namun dengan nafas yang hampir putus.

Sang kakek melihatnya dengan tatapan yang teduh, tampak benar dirinya sangat sayang pada cucunya itu, kemidian dia memijat mijat tubuh cucunya sehingga Harso seolah memperoleh kesegarannya lagi.

"Cu lihat itu, itu rumah besar kita, kamu ditunggu disana, kakek duluan, kamu jangan lama2 kesananya"

Harso bengong, dilihatnya sang kakek melompati batu2 besar itu seolah burung atau tupai saja, tahu2 sudah dibawah bukit dan nampak kemudian sang kakek sudah mendekati rumah yang nampak sangat kecil itu.

Harso kemudian membulatkan tekad untuk turun secepatnya, meski tak seperti cara kakeknya tetapi dirinya berusaha melalui jalanan yang terjal tadi lebih bersemangat.

Kakinya Harso nampak sudah sangat gemetar kala sampai di kaki bukit kecil yang penuh dengan batu, nafas Harso rasanya sudah hampir putus, namun tekadnya untuk bisa srcepatnya sampai tiba di bangunan besar yang mulai kelihatan agak jelas membuatnya mengeraskan hati dan pikirannya untuk terus bergerak ke arah sana.

Rasa sakit dan pegal oleh Harso tak dirasakan lagi, seolah mati sudah rasanya. harso lalu mempercepat langkahnya hingga mendekati seolah berlari kecil, lama kelamaan Harso srmakin mengeraskan semangatnya tak dipedulikan lagi rasa capeknya dalam benaknya hanya satu pikirannya, berlari secepat mungkin.

Dan akhirnya Harso tiba di sebuah bangunan yang sangat besar, lebih mirip sebuah istana dibanding sebuah rumah, megah dan sangat klasik, kokoh tegak berdiri seolah istana seorang raja dibanding sebuah rumah seorang milyuner sekalipun.

Pintu gerbangnya sangat tinggi dan lebar terbuat dari pelat baja yang tebal berukir indah menawan hati. Benak Harso mulai berfikir tentang perkiraan biaya membangun di sebuah kaki bukit kecil, diatas dataran tinggi yang menjulang, sehingga nampak nunjauh disana ombak pantai Sanur tempatnya tadi pagi bersama Ghea dan Fhasya.

Setidaknya butuh ratusan milyar untuk membangun rumah besar ini. Belum lagi infrastruktur yang berupa jalan dan jaringan listrik dan komunikasi. Sebab sejak dari jalan besar tadi di bawah jalan yang ada adalah jalan buatan sendiri.

Terlihat di kejauhan kelokan2 jalan menuju ke rumah besar. Jalan yang khusus untuk menuju rumah besar ini. Jelas bukan jalan umum.

Harso mulai bertanya2 soal bagaimana dan siapa penggagas rumah besar ini, Ghea atau Fhasya kah ? Kenapa dibangun disini ? Harso masih belum menemukan jawabannya.

Harso terus berlari dan memasuki halaman luas yang berupa taman asri yang ditumbuhi banyak pohon besar buah2an, yang srmuanya hampir seluruhnya berupa pohon2 yang usianya lebih dari 6 tahun setidaknya atau bahkan lebih dari itu, 10 tahun sepertinya ada.

"Maassss siiiniiii"

Nampak Fhasya melambaikan tangannya ke arah Harso, dan Harso kemudian berlari ke arah sana.


***

Baru saja Harso tiba, nafasnya juga belum begitu lega, masih tersengal sengal.

"Mmmm bagaimana kek ? "

"Mmm cucuku masih loyo, masih belum kuat benar menjadi suami kamu berdua, sejak hari ini dia harus latihan lari ke atas sana dan kemari pulang balik setiap pagi. Sore nya jalan2 sama kakek ke pantai sana. Sampai dia kuat bener baru boleh balik ngurusi perusahaannya lagi"

"Iiih lama sekali itu nanti kek, gimana kami nanti pestanya ? Undangannya sudah disiapkan untuk sebulan lagi soalnya sama mbak Ghea, belum acaranya sudah disiapkan sama Fhasya."

"Ya kamu bantulah agar mas mu bisa menjalani latihannya dengan baik. Ghea kamu tiap siang dan malam harus mulai pijatin mas mu. Fhasya kamu harus belajar masak juga dan bikin ramu2an biar mas mu kuat. Bisa?"

"Bisa kek, siap Fhasya kalau itu, tapi boleh khan kikuk2an kek ? Hi hi hi"

"Kek kek kek kamu ini ya, anak nakal bener, boleh lah tapi malam setelah dipijat ya... Ga boleh diforsir, kalau malam boleh tapi ga boleh sampai terlalu capek.
Kek kek kek"

"Hi hi hi lumayan kek biar ga stress Fhsyanya hi hi hi, mbak Ghea juga bisa stress kalau ga boleh kikuk kikuk sama mas Harso"

Mendengar kata2 Fhasya semuanya tertawa bahkan sang kakek sampai memegangi perutnya. Harso juga tertawa, tetapi dengan wajah meringis menahan nyeri di kakinya.

"Tuh Harso kesakitan kakinya, Ghea sana pijatin dulu, Fhasya kamu masakin yang enak dan bergizi, minta resepnya sama nenek. "

"Hi hi hi, ok kek, Fhasya mau belajar masak dulu, mbak Ghea sana ajak mas Harso ke kamar kita ya, pijitin, jangan entotin ya. Hi hi hi"

Semuanya ceria mendengar gurauan Fhasya dan bubar menuju arahnya masing2.

Harso masih meringis kesakitan tapi yang jelas hatinya senang, meski banyak sekali pertanyaan2 yang melintas di kepalanya menunggu jawaban.

Entah kapan semuanya tersingkap.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd