Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Top Secret

Terimakasih atas update ceritanya suhu @Begundal_pasar ..
Wah Kakeknya Harso sakti ternyata,
Umurnya berapa yak?
Mengingat Harso umurnya udah 40an?
Udah sepuh dunk?
Wah langsung 4 anaknya,
Gmn klo istrinya 4, langsung rame bgt itu keluarga..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
TOP SECRET
12. Exercise - day 1st




Masuk Rumah Lagi2 Harso tertegun karena interiornya yang begitu mewah dan sangat klasik.

Lampu2 dan hiasan dindingnya luar biasa megah dan klasik. Ya klasik, seolah menghadirkan masa lalu dengan segala kemegahannya, kemegahan sebuah keraton atau istana para raja.

Guci2, kursi dan semua pernak pernik nya semuanya mengajak angan melayang ke masa lalu. Lukisan dan patung serta kaligrafi berjajar seolah pameran di sebuah museum ternama.

Ghea diam saja melihat kekaguman atau lebih kepada keheranan Harso, dan tetap membimbing Harso memasuki sebuah kamar, Kamar yang kalau dihitung dari pintu utama, harusnya merupakan kamar tidur utama, karena sebelum kamar tersebut ada semacam ruangan besar yang menjadi perantara atau pembatas dengan ruangan lain yang bersifat publik atau umun.

Ruangan itu seolah belahan bumi lain dibanding ruangan2 sebelumnya, karena interiornya yang serba modern dan bergaya minimalis, ultra minimalis.

Pintu kamar utama, tingginya sekitar 3 meter dengan daun pintu tebal setebal paha sepertinya, ada kalau 10 cm. Mungkin lebih.

Tak ada gagang pintu. Hanya ada semacam kotak hitam yang berkelip2 dan memindai wajah Ghea sebelum akhirnya

KLIK

Ada bunyi kecil dan pintu itu terbuka otomatis. Belum lagi habis Harso kagum kali ini Harso memasuki sebuah ruangan besar macam ruang tengah yang di sekelilingnya berjajar pintu2 entah menuju kemana, sebagai penjelasan singkat, mungkin kamar utama nya seolah sebuah rumah tersendiri yang lengkap ada dapur dan ruang makan, sebuah rumah dalam rumah.

Setelah berjalan agak jauh dari pintu utama yang besar tadi, barulah Ghea membuka pintu yang ukurannya biasa saja dengan handle yang termasuk modern.

Mereka akhirnya memasuki sebuah kamar yang besar dan mempunyai tempat tidur besar, sangat besar, kira2 bisa 6 orang tidur disana. Tapi Ghea tak menariknya kesana, mereka menuju pojokan kamar.

Dipojokan itu terdapat semacam tempat tidur seperti tempat tidur pasien rumah sakit.

"Mmmm, mas baring disini gih. Enak kok, ga kaya tempat tidur rumah sakit biasa ini, nyaman kok sayang. Mmmm"

Dengan senyumnya yang khas, Ghea mempersilahkan Harso naik ke tempat tidur tadi, kemudian oleh Ghea dibuka semua pakaian yang melekat dintubuh Harso. Hingga Harso telanjang bulat.

Benar kata Ghea, bagi Harso, tempat tidur kecil itu begitu nyaman buatnya, entah bahan nya dari apa, yang pasti dirinya seolah masuk kedalam kapas. Empuk sekali. Tapi anehnya badannya tidak ambles ke dalam kasurnya.

Kemudian Ghea seolah memasang selimut plastik menutupi sekujur badan Harso. Setelah semuanya dirasa rapih tangan Ghea masuk ke dalam selimut tadi dan mengambil semacam semprotan air. Seolah bermain, Ghea menyemprot seluruh tubuh Harso, seolah memandikannya menyabuninya juga tetapi tak ada percikan air sama sekali.

Bagi Harso ini seolah mandi tapi kepala sampai leher tak tersentuh air sama sekali, nyaman tapi aneh rasanya. Apalagi airnya seolah bukan air biasa, ada rasa hangat yang menempel karena rempah atau apa semacam kena balsem tapi nyaman sekali.

Ghea menyemprotkan air sambil nenggosok2 badan Harso dan berhenti setelah plastik penutup tadi penuh air ibarat balon. Ghea tersenyum.


Image Ghea​

"Hi hi hi, mas Harso kayak badut deh sekarang, pake baju penuh air tapi. Hi hi hi"

"Mmmm airnya apa ya sayang, nyaman sekali rasanya."

"Ini semacam air rempah mas, ada banyak bahannya, jaman dulu air dimasukkan dalam ember, orangnya disuruh berendam. Biasanya suka tumpah2, dengan cara begini hemat air rempahnya mas, setelah itu bisa disaring dan diproses lagi dan bisa dipakai lagi.

Air ini mengandung banyak jenis obat mas, ada untuk luka sekaligus anti bakteri dan jamur. Mengandung jahe, kunyit dan kencur, untuk melemaskan otot mas, sebelum dipijit biar lemas dulu ototnya.

Mmmm mas istirahat dulu dalam air rendaman ya mas, setengah jam lagi setelah semua manfaat airnya teresap, Ghea baru mijit mas. Muuach..

Ghea disini kok mas, nungguin mas"

Harso entah kenapa, sejak "direndam" Seolah tubuhnya sangat nyaman sekali, hangat dan seolah pegal2nya hilang diganti dengan rasa yang nyaman dan membuatnya mengantuk. Semakin lama rasa kantuk itu semakin terasa, apalagi Ghea disampingnya menempelkan pipinya ke pipi Harso sambil mengelus2 rambutnya.

Hanya sebentar, Harso lalu terlelap tidur.


***


Harso terbangun kala pijatan pada dirinya sudah mencapai pahanya, rasa sakit yang seolah menghujam pada pahanya membuatnya terbangun dan menjerit.

"Aaaarrghhhh hassshhhh ahhsssss aaaahhhssss duuh sakitnya disitu tadi yang.
Haaaaahhh hhhhhaaaahhhhsss"

"Hi hi hi, paha mas memar itu, tadi kebentur bentur ya sayang mmmm, duuh kasihan sayangku ini, mmmuuaachhh biar enakan Nda cium deh hi hi hi"

Sambil tertawa entah ga sengaja atau untuk mengalihkan perhatian Harso pijatan seolah di tekan agak keras oleh Ghea. Kontan Harso berteriak kencang

"Aaaaarrggghhhhhh aaaaaahhhhhhhhhh"

Keringat Harso keluar segedhe biji kedele saking menahan sakitnya tadi. Ajaib, Harso kemudian seolah merasa nyaman sekali setelah pijatan yang mengerikan tadi.

"Dduuuuh kok hilang ya sakitnya, duuh tadi aku pikir Ndaku sayang kok kejam banget ya, main kenceng saja, eh kesininya enakan Nda, makasih ya sayang. "

"Iya sayang ku, cintanya Nda, hi hi hi seneng deh bisa buat mas sehat lagi. Mmm coba gerakin kakinya mas"

"Mmmm eeh sekarang jadinya ringan sayang, mmm kepalaku juga ringan banget, eh kok enak gini ya? "

"Mmm mas itu tadi ramuannya juga mengandung semacam penyerap racun tubuh, mas khan jarang olah raga dan jarang makan bener kalau pas sibuk. Banyak tuh numpukin racun tubuh.

Tadi tuh cairan nya buat rendaman sampai hitam pekat mas, saking banyaknya racun yg keluar dari dalam tubuh mas, termasuk kolesterol dan asam urat. Macem2 deh pokoknya.

Sekarang tubuh mas ringan ya gara2 racunnya sebagian keluar, jadi seolah beban tubuh mas jadi berkurang gitu"

"Hitam Nda ? "

"Mmm mmm habis ini akan tahu lah racun yang dibuang dr tubuh mas segimana, ini proses filtrasi sedang berlan mas, bentar lagi dia akan memisahkan racun dan obatnya.

Mmm dah selesai, mmm sebentar Nda ambil sampah racun tubuh mas segimana, mmm whoooaaaaa gila mas segini banyaknya"

Ghea memperlihatkan bungkusan plastik yang berisi semacam darah kental yang pekat hitam sebanyak hampir plastik seperempat kg gula, penuh.

"Hhiiiii banyak nya Nda, segini yang keluar ? Waaaah makanya aku suka migrain ya, suka capek sampahnya banyak banget gini tubuhku ya...

Eh Nda, Fhasya kemana ? Aku lapar soalnya"

"Hi hi hi, dek tuh ada yang nyariin laper katanya hi hi hi"

"Dduuuh masku lapar ya, kasihan, sini Fhasya emut dulu kontolnya, hi hi hi mmmmm sluurruuup klogh klogh mmmm enak ga mas? "


Image Fhasya​

"Kalo berhenti ga enak Sya, duuh rasanya kepalaku jadi agak mumet ini, disuguhi pemandangan menggoda tapi ga boleh ngecrut masnya jadi mumet ini"

"Hi hi hi dah yuk mas ke meja makan mas, Sya suapin deh"

"Eh dah boleh turun aku Nda sayang? "

"Belum yang"

"Eh terus ?"

"Sayang dulu nenennya baru boleh turun hi hi hi"

Harso garuk2 kepala, tapi kemudian dipeluknya wanita dihadapannya dilumatnya bibirnya tangannya meremas susunya. Kemudian mulutnya turun mengenyot susu dan pentil Ghea.

"Aassshhh maashhh enaaaak massss, eh kok berhenti massss dduuh nakaaaal nih"

"Ha ha ha khan ga boleh Nda sayang, nanti saja ya malam aku habisin deh menunya, ayo temani makan Nda"

"Mmm mas sama Fhasya ya dulu, Nda mau beberes, siapin ramuan buat mijit nanti malam mas, muuuaach"

"Ok ok siap laksanakan lah"

Kemudian Harso turun dari ranjang pijat, diam sebentar dan menggerak2kan badannya kemudian melangkah ke meja makan, duduk disamping Fhasya yang pake celemek tapi tubuhnya telanjang habis, cuma pake celemek.

"Mmmmm enak dek makan sambil dilayani waiters sexy kaya begini"

"Waiter nya kenapa pak ? "

"Mmm sexy dek cuma kurang dikit"

"Kurangnya apa pak, mmmm? "

"Kurang kelihatan pentilnya, he he he"

"Isssh ayo makan cepet, yang kung dah nunggu, ga boleh towel2, langsung disedot saja pak"

"Mmm kaya begini ya dek, sssluuuurruuupppp"

" Iya pak kaya begitu, kencengin dikit pak, aaah iyaa paaaak, eh kok berhenti pak ? "

"He he he, dilanjut ntar malam saja ya dek, buat makam malam disisain lah, he he he"

"Iiissss mas nya ini, kurang dikit lagi padahal, iiihhh"

"Waduuuh duuuh ampun dek, waiternya jahat ini duuuhhh iya iya, baik banget waiternya"

"Hi hi hi, makasih ya mas, sudah habis ini minum terus ke yang kung mas, muuaaach"


***


"So ayo berangkat"

"Siap yang kung"

Harso kembali lagi mengikuti eyang kakung berjalan menuju pantai, nun jauh disana. Awal2 nya Harso selalu mengikuti kemana pun sang kakek melangkah. Semakin lama semakin cepat jalan sang kakek tapi Harso berusaha mengikuti dibelakang beliau, menempel ketat

Bagi Harso ada perbedaan antara tadi pagi dengan sekarang, rutenya menurun sehingga memudahkan dirinya menempel ketat sang kakek, nafasnya juga agak lebih teratur. Kepalanya tidak pengar seolah kehabisan oksigen. Pengaruh pijatan dan obat2an ternyata benar ada dan terbukti.

Akhirnya mereka sudah sampai pantai.

"So. Berdiri disini jangan sampai jatuh"

Sang eyang memberikan contoh dengan berdiri agak depan seolah menantang gelombang ombak pantai.

Harso melihatnya sungguh kagum, kakeknya sebenarnya usianya sudah hampir satu abad tetapi masih kuat dan segar. Hampir2 Harso tak percaya kalau tak melihatnya sendiri. Betapa sang kakek sanggup menahan terjangan ombak yang datang tanpa bergeming. Sementara dirinya yang berada dibelakang yang otomatis lebih rendah tinggi ombaknya bergeser kebelakang, kadang terhuyung ke depan.

"So, kakinya nahan So, jangan limbung"

"Siap kek laksanakan"

Tetapi ternyata tidak semudah ucapan nya, menjaga agar tak limbung diterjang ombak sama sekali bukan pekerjaan mudah. Berkali2 Harso malah sempat bergulingan diterjang ombak.

Sejam adalah mereka hanya berdiri saja di pinggir pantai, kaki Harso sudah gemetaran saking capainya. Harso sudah tak lagi dapat menahan ombak, dirinya terus saja bergulingan walaupun dirinya sudah berusaha maksimal.

"Kek kek kek, lhaa cuma segini kemampuanmu So? Dah yuk pulang saja dulu, percuma diteruskan"

Kata2 sang kakek benar2 seolah pisau yang tajam merobek dada Harso, tetapi memang itulah kenyataannya, tubuhnya sudah mendekati limit kemampuannya.

Harso melihat sang kakek lagi2 melesat pulang, sementara dirinya gemetaran berjalan menuju rumah.

Berbeda dengan tadi pagi, kali ini arah pulang tidaklah mudah, jalanan menanjak meski agak datar tetapi sangat jauh. Route atau jarak tempuhnya sangat berbeda, lebih dari 4x jarak tempuh tadi pagi. Menanjak, jauh dan kondisi kaki gemetaran, itulah Harso.

Rasanya Harso ingin berhenti saja sebentar untuk istirahat, tetapi dirinya paham, sekali berhenti dirinya tak akan sanggup berjalan balik pulang.

Harso kemudian mengeraskan tekadnya terus berjalan, kemudian Harso mensugesti dirinya bahwa dirinya mampu, dirinya tak sakit, dirinya bisa jalan cepat pulang. Di rumah ada dua wanita telanjang menanti dirojok memeknya oleh kontol Harso.

Berkali2 itulah kata2 yang diulang dan diulang untuk menyemangati dirinya.

Alhasil, akhirnya Harso seolah mendapatkan kesegarannya, jalannya mulai cepat, sakit dan pegal2 seolah tak ada lagi, Harso mulai berjalan bahkan setengah berlari menuju pulang.

Setengah perjalanan Harso mengendur, letih sekali tubuhnya, rasa rasanya ingin Harso berbaring sejenak, angannya melayang2 seolah tempat tidur di depannya yang merupakan halusinasi sangat nyaman. Ada niatan untuk berhenti sejenak saja, tetapi kembali Harso sadar, dirinya harus mampu pulang.

Sekali lagi Harso menguatkan semangatnya, disugesti dirinya bahwa dirinya kuat, sanggup menahan capai dan penuh semangat berjuang menuju pulang, diangankannya pelukan dua wanitanya yang telanjang dengan susunya yang aduhai.

Kembali Harso bisa merebut kembali niatnya untuk terus berjalan pulang, semakin lama semakin cepat dan semakin cepat. Rumah sudah nampak di depan mata, tapi berada di ketinggian, jalan semakin menanjak semakin sulit buat Harso bergerak dan tinggal seperempat jarak, Harso seolah tak kuat lagi berjalan.

Harso hampir jatuh tergeletak begitu saja kalau saja telinganya tak mendengar gumaman kakeknya.

"Hasshhhhhhhhhh"

Gumaman sederhana tanda menunjukkan rasa kecewa. Dan kali ini Harso seolah terlecut oleh gumaman tersebut. Belum pernah dalam hidupnya dirinya begitu membuat kecewa sang kakek. Itulah kenapa dirinya menjadi marah, semarah marahnya pada dirinya sendiri. Teringat kata2 sang kakek di pantai, dirinya terlecut mengeraskan hati pulang, sesakit apapun, secapai apapun, sekalipun harus menyeret kaki Harso harus bisa pulang.

Tekad dan kemarahannya ternyata obat mujarab melawan segala rasa capai, haus dan sakit, Harso terus memaksa dirinya berjalan pulang.

Seperempat jarak ditempuh Harso sama dengan 2x waktu berangkat dan pulangnya dititik kurang seperempat jarak tadi. Harso pulang sambil menyeret kakinya saking tak kuatnya melangkah biasa, sampai di gerbang, Harso terjatuh dan bergerak terus merayap dengan bantuan tenaga tangannya karena kakinya sudah tak mau lagi diperintah.

Tinggal hanya sampai pintu rumah yang sudah kelihatan megah, Harso membutuhkan waktu lama sekali, merayap bak binatang melata kemudian akhirnya dirinya bisa menggapai pintu rumah.

Pintu terbuka, dan Harsopun tumbang tak ingat apa apa.

Lamat2 Harso seolah mendengar kakeknya berbicara,

"Fhasya kasih masmu minuman yang kamu buat tadi, Ghea bopong mas mu bareng Fhasya pijit lagi."

Malam itu Harso tak bangun lagi.
Hingga menjelang pagi barulah Harso bisa membuka matanya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd