Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Top Secret

TOP SECRET
23 Before Excercise Day 2nd



Harso masih ternginang ucapan kakeknya sebelum ambrug setelah dirinya melewati pintu rumah, semalam. Bukan soalan kata2nya apa, melainkan rasa saat mengucapkan nya itu yang Harso ingat.

Ada kelegaan didalam kata2 itu bukan amarah atau kekecewaan. Ya, Harso benar2 bahagia kala mendengar kata2 itu sehingga dirinya melepaskan semua kontrol pada tubuhnya dan jatuh tertidur pulas, dan tak tahu lagi peristiwa sesudahnya.

Setidaknya Harso tak membuat sang kakek kecewa pada dirinya. Itu merupakan point penting dalam diri Harso. Itu hal utama yang harus dia perjuangkan selama ini.

Harso kemudian mengamati wajah wanitanya yang tertidur di kiri dan kanannya. Tampak betul wajah mereka sangat lelah dan kurang istirahat. Harso sungguh kasihan melihatnya. Terbayang wajah mereka kala melihat dirinya masuk rumah dalam kondisi merangkak, tentu ada rasa khawatir yang sangat dalam pada diri mereka.

Harso mengecup kening kedua wanitanya dan kemudian bangkit turun dari tempat tidur kemudian menuju kamar mandi. Tetapi satu hal Harso tak paham, letak kamar mandinya Harso tak tahu.

Sambil garuk2 kepalanya, Harso kemudian mengecup dahi Ghea sambil membisikkan
"Sayang kamar mandinya di sebelah mana ? "

Kelopak mata Ghea bergerak lalu terbuka dengan cepat seolah terkejut,

"Eeeh maa sudah bangun ? "

Ghea memegang lengan Harso memijit2 dadanya, punggungnya dan lengan serta kakinya.

"Haaahh huuufffft Aaahsss mas sudah sehat sekarang, mmm kamar mandi di sebelah sana mas, nanti adek nyusul deh, adek mau buatin dulu ramuan buat mas. "


Image Ghea


Image Fhasya​


"Mmmm mmmasss nanti jangan heran kalau ek ok nya bau dan berlendir ya, mmmm nanti Fhasya nyusul deh, tapi kasih tahu kalau sudah ek ok, ya mas...

Sya mau lanjutin bobo bentaran, aasshhh"

Harso garuk2 kepala, sepertinya kedua wanitanya pengen menemani dirinya tapi setelah dirinya "beres" dengan urusan perutnya.

Ternyata benar2 tak berapa lama Harso masuk kamar mandi, perut Harso mendadak seolah mules ga karuan, segera dirinya ke WC untuk buang air besar.

Seolah ditumpahkan, Harso membuang kotoran yang hitam dan berlendir, dan aromanya busuk menyengat. Sengaja Harso tak menyiramnya karena ingin membuktikan kata2 Fhasya. Baru kemudian dia menggelontor semuanya bersih.

Harso kemudian mandi bebersih, sekaligus menghilangkan aroma yang memenuhi kamar mandi dengan aroma sabun. Namun tiba2 lagi Harso perutnya mendadak mules berat. Kali ini harso buru2 menggelontornya.

Kembali Harso bebersih lagi, belum juga tuntas bebersoh dengan sabun, Harso mulas lagi. Kali ini seolah perutnya diperas dan melilit hingga badannya gemetar. Sehingga seolah habis sudah cairan di tubuhnya.

Harso nampak pucat dan kakinya gemetar seolah tak sanggup berdiri lagi. Harso tak memaksakan dirinya berdiri melainkan tetap duduk di monoblock closed di kamar mandi sambil membersihkan diri dengan menggunakan jet shower.

Setelah 5 menit kira2 barulah Harso berdiri dan melangkah menuju shower, membersihkan seluruh tubuhnya semuanya mulai dari rambut hingga ujung kaki.

Exhouse yang bekerja baik, mulai mengalirkan aroma busuk keluar. Tergantikan oleh aroma sabun yang entah berbahan apa karena seolah beraroma rempah yang segar menggantikan suasana kamar mandi lebih nyaman.

Tak pelak, Harso masih tetap lemas tak bertenaga, tetapi keinginan kuat agar dirinya masih tegak berdiri membuatnya sanggup berdiri di bawah guyuran shower. Bagaimanapun juga ada perasaan masih kotor pada dirinya kala masih tercium aroma yang busuk meski tinggal sedikit.

Butuh 15 menit lebih kurang buat Harso hingga aroma busuk hilang 100% tergantikan kesegaran aroma rempah sabun yang dipakai oleh Harso.

KLEK

Pintu kamar mandi terbuka, nampak Ghea dengan telanjang masuk membawa mampan yang berisikan mangkuk dan cangkir yang mengepul uap. Kali ini Aroma kamar mandi penuh dengan aroma jejamuan, khas jejamuan aroma obat2an yang kuat dan kental.

"Mas, diminum dulu gih teh aneka daun obat nya"

Harso tanpa bicara apa2 mengambil cangkir yang ada dan meminumnya sekaligus habis. Ada rasa hangat mengalir di tubuh harso setelah Harso meminum teh tersebut. Seolah cairan tubuhnya yang seolah terperas tadi ada yang menggantikan tetapi selain kesegaran ternyata minuman tadi juga menghadirkan rasa hangat, awalnya di perut saja kemudian menjalar menyebar ke seluruh tubuh.

Harso merasakan badannya nyaman sekali. Ternyata ada jamu atau ramuan yang luar biasa yang kalau tak mengalaminya sendiri dirinya ga bakalan percaya.

Harso menarik nafasnya perlahan, ternyata rongga dadanya merasakan lega luar biasa, seolah "plong" beneran plong. Gemetar kakinya sudah tak ada, tangan dan kakinya seolah ringan untuk digerakkan. Tubuhnya benar2 ringan, nyaman dan rasa pegal dan capek sudah hilang juga. Luar biasa. Satu kata itu yang ada di benak Harso merasakan manfaat jamu yang diminumnya.

"Mmm sekarang mas duduk di bathtube ya mas, mandi dengan obat rendam khusus yang Fhasya bawa ini"

Harso menoleh ke arah suara, ternyata telah berdiri Fhasya agak ke samping Ghea sehingga dirinyan tak tahu kalau Fhasya hadir juga di kamar mandi.

Saking takjubnya dengan perasaan atau reaksi tubuhnya setelah minum ramuan tadi, Harso seolah tak hirau sekelilingnya. Tanpa suara tanpa kata2 Harso masuk ke dalam bathtube.

Fhasya yang juga telanjang membuka keran mengguyurkan air yang disetel panas maksimum. Kemudian Fhasya perlahan menuangkan ramuan yang dibawanya dengan sebuah guci lumayan besar. Perlahan saja menuangkannya hingga isi guci habis tandas masuk dalam bathtube bersamaan dengan hampir penuhnya bathube.

Harso melihat air bathtube biasa saja, tak ada macam "kejadian" yang heboh seperti saat dirinya direndam di dalam plastik oleh Ghea.

Memang rasa hangat airnya sama tetapi tak ada timbul macam keluarnya racun yang kehitaman. Hangat biasa seolah berendam di air hangat bathtube seperti biasanya.

"Mmm mas, ini bubur tajin khas ramuan dari eyang putri, Ghea belum belajar buatnya, ini mas seruput ya biar tubuh mas kuat. "

Harso melihat bubur itu tersenyum, dirinya memang sering makan atau minum bubur itu sejak kecil banget malah, secara berkala Harso memakan atau meminum bubur itu (sebab setengah cair sehingga langsung diseruput dan ditelan) hingga dirinya dewasa di usia 25 tahun an.

Diambilnya bubur dalam mangkok dan diseruputnya perlahan, hingga habis. Perut Harso yang tadinya kosong seolah terisi dan hangat. Bubur ini memang luar biasa, seolah dengan minum bubur ini dulu Harso bisa sembuh dari sakitnya bila sakit, bisa hilang capeknya bila capek.

Pernah Harso dulu waktu masih kelas 2-3 SMA sakit karena kecelakaan kendaraan. Motornya selip karena jalanan licin saat hujan.
Seluruh tubuh Harso luka2, perban di sana sini. Nenek memberikan bubur itu untuk diminum. Ajaib, tubuhnya yang memar besoknya sembuh, luka2 nya mengering dan sakit2 badannya lenyap sudah.

Para dokter dibuat kagum dan terkejut seolah melihat keajaiban. Harso tersenyum mengenangkan itu, memorinya mengantarkan dirinya menyeruput bubur hingga habis.


***


Reaksi tubuh Harso setelah meminum habis buburnya mengejutkan Harso. Tiba2 saja badannya panas, sangat panas rasanya. Dari perutnya panas itu menyebar ke seluruh tubuh. Begitu panasnya hingga tubuhnya seolah memerah tanda kepanasan. Harso menggigit bibirnya menahan panas tubuhnya.

Peluh Harso menetes besar2, matanya terpejam seolah menahan siksaan. Kemudian dari pori2 kulitnya seolah terdesak keluar semacam gel atau cairan hitam kental tapi tak segera larut dalam air sehingga nampak seperti benang hitam yang panjang lembut dan banyak.

Setelah benang2 hitam tersebut mulai menghilang, Harso baru mambuka matanya, tertegun dirinya kala melihat betapa air di bathtube seolah menghitam persis seperti hasil tap olie mesin motor.

"Mas Fhasya buang airnya dulu ya, habis ini mas masih berendam lagi tapi, mas diam dulu ya"

Fhasya kemudian membuka katup drain atau pengurasan air bathtube. Harso masih belum bicara apa2 bak orang bisu, saking bingungnya dengan tubuhnya. Tadi dirinya merasakan ringan sekali, tetapi setelah berendam dirinya menjadi lemas lagi seolah tak bertenaga tetapi badannya segar sekali.

Ada suatu perasaan yang tak bisa diungkapkan oleh nya tentang perubahan dirinya menjalani terapi sesuai arahan neneknya atau kakeknya ini.

Air sudah berganti yang baru, air jernih yang menghangatkan badannya. Sekali lagi Ghea mengangsurkan bubur yang sama, dan Harso menyeruputnya hingga habis lagi.

Ajaib.
Kalau sebelumnya dirinya kepanasan, sekarang yang ada dirinya merasakan hangat di perut, hangat yang nyaman seolah menghilangkan rasa sakit dan lapar. Kehangatan yang kemudian menyebar keseluruh tubuhnya.

"Mas tahan nafas dulu ya, terus kepalanya dimasukkan dalam air seolah tenggelam, tahan nafas yang lama ya, Ghea akan mengurut tubuh mas dalam air rendaman.


***


Menuruti kata kata Ghea, Harso kemudian menghela nafas panjang, kemudian mengambil nafas panjang dan menenggelamkan diri di dalam bathtube.

Ghea dengan cekatan memijat2 kepala Harso hingga ke tengkuk, bolak balik begitu sehingga kepala Harso seolah ringan sekali. Tetapi nafas Harso keburu habis Harso menaikkan tubuhnya dan mengambil nafas lagi dan menenggelamkan diri lagi.

Begitu seterusnya hingga ada sekitar 6-7 kali Harso timbul tenggelam.

Ajaib.
Lagi2 ajaib, air rendaman menjadi seperti tadi, hitam seolah olie tap mesin motor.
Hitam kental.

Kemudian Fhasya menggantikan air rendamannya lagi dengan yang baru. Ada 4 kali proses itu berlangsung hingga dari tubuh Harso tak lagi keluar rairan racun hitam tubuh.


***

"Dah ya mas, mas nya sekarang keluar ya, biar dihanduki sama Fhasya, Ghea mau buat bubur sum sum buat sarapan mas ya.

Setelah membisikkan kata2 tersebut Ghea segera bangkit dan keluar dari kamar mandi menuju dapur. Sementara itu Fhasya menghanduki Harso dan membimbingnya keluar kamar mandi.

Perlahan Harso berjalan seolah kakinya bukan kakinya. Karena seolah sangat ringan dan mampu bergerak melampaui maunya, sehingga Harso tak berani menggerakkan kaki nya cepat2. Perasaan aneh dalam diri harso terus berlangsung, kala dilihatnya Ghea memasak di dapur sana, telinganya seolah mendengar suara pisau mengiris daging ayam yang dipegang oleh Ghea.

Matanya bahkan bisa melihat detail apa yang dikerjakan oleh Ghea, seolah dirinya berada di sampingnya. Mata, telinga, seluruh panca inderanya berfungsi tak seperti biasanya.
Harso masih bingung sekaligus takjub dengan apa yang dialaminya. Sehingga dirinya tak berani berkata kata. Diam dan merasakan, itu yang dilakukan oleh Harso.


***


Fhasya entah mengerti tidak apa yang dirasakan oleh Harso, tersenyum dan diam juga, sambil mematap sayu wajah kekasihnya itu, sesekali Fhasya mencium pipi Harso.

Itu saja tak lebih, seolah Fhasya memberikan ruang yang cukup agar Harso memahami perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Harso hanya tersenyum pada Fhasya kala Fhasya menciumnya dan tangan Harso paling hanya membelai rambutnya.

Sesekali Harso memejamkan matanya dan entah kenapa juga Fhasya membiarkan semuanya dilakukan oleh Harso. Tak ada intervensi sama sekali oleh Fhasya, dirinya hanya diam dan memberikan dorongan berupa senyuman yang tulus dan kadang belaian lembut di bahu Harso juga kecupan ringan di pipi Harso.

Harso masih diam seolah bingung ketika Ghea datang membawa mampan berisi mangkok bubur yang mengepul. Bubur ayam kesukaannya tetapi kali ini diracik oleh Ghea dengan menambahkan rempah2 khusus ajaran neneknya. Benar2 bubur yang lezat kesukaannya yang biasanya dimasak oleh neneknya. Sudah lama sekali terkahir kalinya Harso merasakan bubur neneknya dan yang membuatnya kali ini adalah Ghea.

Yang membuat heran dan bingung bukan buburnya, sama sekali bukan, tetapi inderanya yang membuatnya bingung.
Ghea masih jauh, Harso sudah dapat membaui sedapnya bubur dan bahkan mengidentifikasi bahwa pasti dari resep yang sama buatan neneknya. Itu membingungkan Harso.

Apalagi mata Harso seolah bisa melihat gerakan Ghea, bahkan gerakan pentil Ghea kala bergetar mengikuti getaran susu Ghea saat berjalan. Gerakan itu seolah slow motion bagi mata Harso, bahkan butiran2 kecil keringat Ghea di susunya nampak jelas bagi matanya. Jarak Ghea masih lumayan jauh !!
Biasanya, dalam jarak dekat sekalipun butiran2 air keringat kecil itu tak nampak, kali ini bahkan pori2 susu Ghea seolah jelas terpampang.

Dan semuanya itu membuat Harso diam terkejut dan seolah heran takjub dengan apa yang dia rasakan saat ini.

Harso malah bisa merasakan detak jantung Ghea yang grogi kala matanya memandangi gerakan puting Ghea tak berkedip, dan Ghea seolah terangsang dengan itu. Bagaimana Ghea terangsang dan bagaimana detakan jantung Ghea bahkan Harso bisa lihat, dengar dan rasakan dengan sangat jelas. Bagaimana Ghea seolah menelan ludahnya "glek" tanda grogi pun, bisa Harso inderai.

Luar biasa,
Harso tak tahu harus bagaimana dan berkata apa, semuanya serba baru baginya.
Semuanya serba tak masuk akalnya.
Seolah halusinasi semata dalam pikirnya sehingga Harso belum berani berkata apa2 saking bingungnya.

"Silahkan mas, bubur sum sum khas resep eyang putri, masakan Ghea silahkan disantap mas, mumpung masih panas mas. "


***


Lagi2 Harso bengong lama, karena dirinya tak hanya mendengarkan suara Ghea semata, bahkan tarikan nafas dan hembusan nafas Ghea pun dia bisa dengar, detakan jantung bahkan terisinya rongga dada Gheapun Harso bisa inderai.

Ketulusan dalam menyampaikan bubur dan berkata2 seolah Harso juga rasakan.
Harso tak bisa berkata2. Harso hanya bengong sekejab dan kemudian mulai makan bubur yang disuguhkan oleh Ghea. Kepala Harso masih bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya.

Sambil memakan bubur yang memang kesukaannya sejak dulu, Harso diam mempelajari apapun yang dirasakannya sejak bangun tidur tadi. Ada hal2 luar biasa yang terjadi pada dirinya dan dirinya belum bisa merespon perubahan itu dengan baik.

"Mmm mas santai saja ya, jangan memaksakan diri, terima saja dulu apa2 yang tadinya ga kepikiran sama mas, banyak keanehan ya mas ?

Eyang kakung dah kasih tahu kalau mas akan kebingungan dengan beberapa kemampua mas yang seolah terdongkrak naik. Kenapa2 nya dan apa2 yang terdongkrak Ghea ga paham tetapi mas nanti bisa tanyakan kepada eyang kakung kok mas.

Sekarang mas makan dulu pelan2 habis ini ditunggu eyang kakung latihan lagi. "

Harso lalu makan lagi sambil mengamati sekitarnya atau lebih tepatnya mengamati dirinya dengan mangemati sekitarnya, apa yang dia lihat dan bisa lihat, apa yang dia dengar dan bisa dengar dan apa yang dia rasakan dan bisa dia rasakan.

Detak jantung Ghea dan Fhasya, hembusan nafas Ghea dan Fhasya, bahkan terisinya rongga dada setiap helaan nafas mereka. Harso benar2 takjub dengan kemampuannya yang seolah bisa menjangkau itu semua sambil makan bubur.

Tak ada yang lepas dari pengamatannya. Hanya dengan diam dirinya bisa tahu apa saja yang ada di kamar itu dengan seksama dan detail.

Sungguh Harso terbelalak matanya dengan pemahamannya akan kemampuan inderanya saat ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd