Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Top Secret

TOP SECRET
24 Excercise Day 2nd



Ada keheningan yang luar biasa kala Harso selesai makan buburnya. Harso seolah diam dan tak bisa bicara, tak tahu mengapa, tiap kali hendak bicara tak bisa keluar kata2 dari mulutnya.

Ghea an Fhasya memandangnya sambil tersenyum kemudian Fhasya mengatakan sesuatu yang mengagetkannya.

"Mas sayang, mas jangan bicara dulu ya, meski ingin bicara juga. Mmm ada sesuatu yang Fhasya ingin sampaikan, mas jalani masa latihan dari eyang kakung dulu, dengarkan eyang kakung baru mas tahu dan mas bisa dan boleh bicara.


Image Ghea


Image Fhasya​


Yuk mas Fhasya tuntun keluar ya, kalau tidak bisa2 mas bingung caranya berjalan soalnya, mmmm

Kalau mas paham kata2 Fhasya silahkan mas menganggukkan kepala, kalau belum silahkan mas gelengkan kepala"

Harso yang masih bingung dengan kondisi dirinya diam dan menganggukkan kepalanya.
Kemudian membiarkan dirinya di bimbing berdiri dari kursi dan melangkah keluar kamar oleh Fhasya.

Ghea mengikutinya dari belakang.
Beriringan mereka keluar kamar dan terus berjalan hingga di tempat biasa nenek dan kakek Harso duduk bercengkerama..



***


"Duuh putuku sing gagah ganteng, yok ndang mrene lenggah cedhak eyang ti, mmm kene kene (Duuh cucuku yang ganteng, sini duduk sama nenek, mmm sini)"

Harso pun diamit oleh Fhasya untuk didudukkan dekat dengan neneknya. Kemudian sang nenek memijat2 sekujur tubuh Harso seolah memeriksa sesuatu seolah juga tidak.

"Mmm pak ne (bapak, papa) mmm cucumu ini sudah bisa ikut latihan ikut dengan kamu, semuanya siap kok pek ne."

"Syukurlah bu ne, So ayo melu aku (So ayo ikut aku)"

Harso melihat kepada kakeknya dan mengangguk, dirinya pun bangkit..

KRAK GUBRAK

Kursi yang didudukinya langsung patah terutama bagian pegangan tangan tempat Harso bertumpu bangkit. Harso sendiri entah mengapa niat bangkit tak kesampaian, seolah terlalu banyak tenaga, Harso malah seolah melompat tinggi yang membuat kursi patah tadi bergulingan jatuh.

Harso kemudian bisa menjejakkan kakinya di tanah, namun dengan kaki yang amblas sampai lutut. Hal ini jelas membuat Harso bengong sebengong nya.

Tadi Harso sangat kaget ketika pegangan kursi nya patah sehingga dalam kekagetannya Harso tak sengaja menjejakkan kakinya sehingga dia terlompat tinggi melewati pepohonan dan saking takut atau terkejutnya, Harso menjejakkan kakinya di tanah saat mendarat.

Terjadilah dirinya bengong dihadapan semua yang hadir. Lebih bengong lagi karena semua yang hadir seolah menganggap hal yang terjadi adalah wajar, juga Fhasya dan Ghea. Seolah mereka tahu apa yang bakal terjadi padanya kala bangkit dari duduk, bahkan Harso melihat wajah2 penuh kesyukuran bukan kekhawatiran.

"Kek kek kek, lha kok malah akrobat tho awakmu iki, kek kek kek gek ndang nyusul So"

Setelah berkata2 Yang Kung melesat pergi ke arah puncak bukit yang kemaren dia tuju.

Entah karena seolah tak ada yang perlu dikhawatirkan atau karena mengikuti langkah perginya sang kakek, Harso juga keluarkan kakinya yang melesak ke dalam tanah dan berjalanke arah sang kakek.

Alih2 berjalan sesuai pikiran Harso, malah kecepatan bergeraknya seolah burung melesat, cepat sekali dan anehnya Harso seolah tanpa menggunakan tenaganya. Sehingga sebentar saja sang kakek tersusul oleh Harso.

Tersusul ? Sebenarnya karena sang kakek memperlambat kecepatannya, kemudian perlahan menaikkan kecepatannya setelah Harso menyusul hingga kecepatannya seolah mobil melesat di jalan tol.

Angin berkesiuran menerpa rambut mereka. Seolah burung menyambar mangsanya. Seolah kijang berlari menghindari harimau.
Seolah cheeta mengejar anak domba.

Sang kakek tersenyum riang kala dihadapannya terbentang tumpukan batu2 yang kemaren sangat sulit dilalui oleh Harso. Dirinya kemudian mempercepat larinya dan melompat2 menginjak bebatuan dengan cepat dan sebentar saja sudah sampai di trap pertama.

Sang kakek tersenyum senang kala dilihatnya Harso mulai memahami kekuatan dan kecepatan yang dia sanggup lakukan dan mulai bisa mengontrol dirinya. Hingga akhirnya Harso pun tiba berdiri di depan sang kakek tanpa nafas yang kembang kempis semuanya seolah normal saja bagi Harso, jelas jauh bedanya dengan kemaren.

"So, coba kamu hadap sana dan bicara apa saja"

Harso menghadap arah yang dituju oleh sang kakek yaitu ke arah lembah dan dirinya menghadap langsung tanpa terhalang apapun. Dicobanya berkata kata, namun ternyata tak bisa, seolah ada yang mengganjal mulutnya untuk mengeluarkan suara.

Harso mulai sedikit panik.

"Kek kek kek, jangan bingung So, coba pejamkan mata dan mulai menggumam mmmm mmm mmm gitu"

Harso mencoba tenang dan mencoba menggumam seperti saran sang kakek.

"Grerrrr ghrreeeeeerrrr gherrrr" Yang keluar justru bukan gumamam tetapi seolah suara harimau menggereng..
Harso tambah bingung. Entah kenapa sejak dirinya buang2 air besar tadi pagi dirinya seolah tak bisa bicara malah.

Saking kesalnya Harso berteriak lepas..

"Aaaarrrrrrgghhhhhhhhhhhhhh"

Suara yang keluar saking bingungnya, teriakannya keluar lepas menggereng bak harimau mengaum. Hasilnya dahsyat.

Burung2 seolah terkejut berhamburan keluar dari pohon2 beterbangan. Sepanjang mata memandang, langit seolah tiba2 dipenuhi oleh burung2 yang terbang ketakutan.

Harso bengong.
Tadi nampak sekilas olehnya, bahkan batu2 disekitarnya bergetar.

"Kek kek kek, coba sekarang kamu bicara apa saja perlahan, ingat !! perlahan saja !! "

"Mmm baik keeekkk"
Suara Harso masih lantang tetapi tak sekeras tadi

"Kek kek kek, sudah mulai bagus, mmm kamu coba latih disini, lompat2 batu2 kecil jalan perlahan lompat2 batu besar, dan satu jam dari saat ini kamu coba duduk diatas sana"

Sang kakek menunjuk sebuah puncak bukit yang sangat terjal

Diam disana mandi matahari, renungkan dan coba pelajari apa saja perubahan dalam dirimu. Kamu pulang setelah kakek jemput, atau kakek ke sini lagi. "

Splasshh..
Sang kakek selesat pulang ke rumah.


***

Harso termengung sebentar masih bingung dengan tubuhnya tapi kemudian dia ingat anjuran atau perintah kakeknya, dan kemudian Harso melesat mendaki bukit terjal berlompatan kesana kemari diantara bebatuan mencoba mengerti dan mempelajari kemungkinan tertinggi dari kekuatan tubuhnya, lantas Harso mengurangi kekuatan nya hingga seolah dirinya berjalan kadang bergerak perlahan

Mencoba menepuk batu besar hingga rengkah meremas batu segenggaman hingga menjadi bubuk, mencoba lagi dan lagi hingga dirinya bisa menguasai tenaganya juga. Terus menerus begitu, sehingga Harso paham bagaimana berjalan biasa, bagaimana berlari bagaimana melesat bak seekor burung, bagaimana membelai bagaimana meremas denga pas bagaimana berbicara

Seolah anak kecil lagi, Harso mulai dari yang terpelan hingga tercepat, terlembut hingga terkeras. Harso akhirnya mulai sedikit memahami apa yang bisa dia lakukan dan batas2nya.

Namun.
Harso masih terkejut kala dirinya meniup sebuah pohon besar, angin yang keluar dari mulutnya membuat seolah pohon besar tersebut berderakan dan hampir tercabut !!

Harso melongo.
Padahal belum sekuat tenaga dirinya meniup tadi. Lagi2 Harso mencoba belajar kekuatannya lebih dalam lagi dan dalam lagi.

Hingga saatnya dirinya naik keatas ujung atau puncak bukit yang ditunjuk oleh kakeknya.


***


Puncak itu seolah batu besar lonjong yang digulingkan sehingga ujungnya yang runcing mengecil berada diatas.

Sekelilingnya halus dan sebagian licin berlumut dan tak ada ruang buat kaki manapakinya. Mirip2 menhir atau batu yang biasa dibawa oleh obelix dalam kisah asterix.

Tapi menhir kali ini sangatlah luar biasa besar dan tinggi. Lebih tinggi dari pohon kelapa bahkan. Harso masih berhitung soal kekuatan dan kemampuannya yang belum dikenalinya betul. Tapi dia yakin kakeknya memintanya ke atas bukit itu bukan tanpa dasar, pasti sudah dihitung betul kemampuannya sanggup melakukannya. Dan rasa2nya Harso yakin bisa ke atas sana.

Kemudian Harso mengambil ancang2 dan melompat tidak langsung lurus keatas melainkan dirinya mengambil jalan mengitari batu mirip menhir itu menuju ke atas sehingga selalu saja ada pijakan kaki untuk memantul melompat hingga di ujung puncak batu.

Ujung puncak bukit itu luasnya hanya sekitar semeter persegi bulat agak rata dengan dekokan pada batu mirip tapak orang semedi.
Harso mengambil sikap duduk sila memposisikan diri tepat seperti cetakan orang semedi di batu. Pas seolah cetakan itu memang untuknya. Harso sedikit merasa aneh kenapa ada tapak atau bekas orang duduk disini ?

Seolah ini adalah tempat yang memang peruntukannya untuk semedi atau tapa di puncak bukit. Namun pengalaman yang sudah2 membuat Harso sedikit malas berfikir mempertanyakan yang aneh2. Dirinya kemudian sedikit bergerak memposisikan dirinya agar nyaman melakukan perintah kakeknya.

Perintahnya jelas, pikirkan dan renungkan dan pelajari perubahan yang terjadi pada dirinya. Perintah yang jelas dan tak perlu dipikirkan lagi. Harso kemudian duduk diam, sila dengan kaki terlipat membentuk huruf V.

Matahari mulai panas, dan anehnya tempat duduknya begitu dingin. Sehingga Harso merasakan seolah dirinya dikepung oleh hawa panas di sekujur badannya yang terkena sinar matahari, namun tubuhnya yang melekat di batu merasakan hawa dingin.

Belum lagi angin diatas bukit sangat kencang, rasanya seolah mendorong2 dirinya untuk mengikuti arah angin. Harso menguatkan dirinya melawan semua tenaga yang seolah bersamaan menyerangnya.

Sambil merenungkan diri, sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya. Sesuatu jelas terjadi padanya sehingga kemampuan fisiknya bisa melejit jauh diatas batas angannya sekalipun.

Pergolakan bathin dan alam pikiran serta pergolakan fisik akibat tekanan dari luar serta tugas sang kakek untuk mengenali tubuhnya sendiri membawanya ke batas ekstreem kekuatan manusiwi.

Alih2 menahan gempuran dari luar, Harso lebih menuruti perintah kakeknya dengan marasakan reaksi tubuhnya merespon tekanan dari luar secara instingtif. Dan benar saja, dalam tubuhnya seolah ada semacam ledakan2 energi yang luar biasa besar secara otomatis melawan semua tekanan energi dari luar tubuh Harso.

Hawa panas yang menekan seolah diputar tercampur dengan hawa dingin, kemudian tenaga putaran atau pusaran itu digunakan seolah menarik tekanan angin menyatu sekaligus. Ternyata, tenaga dari luar itu semakin lama pengaruhnya semakin mengecil dan mengecil seolah hilang padahal panasnya masih sama juga dinginnya serta angin juga masih kencang.

Aksi - Reaksi !!!

Itu yang muncul dalam benak Harso pertama kalinya, tetapi reaksinya dapat dari mana ? Tubuhnya mengapa bisa bereaksi dengan sempurna menyeimbangkan tenaga aksi yang memapar tubuhnya ?

Harso mulai mengamati reaksi tubuhnya, perlahan akhirnya Harso paham bahwa tenaga tekanan yang terserap itulah tenaga reaksi yang dihasilkan oleh tubuhnya, seolah tubuhnya hanya meminjam tenaga tekanan untuk digunakan melawan tenaga tekanan itu sendiri.

Digunakan melawan !! Itu artinya diserap dulu baru diginakan, diserap menjadi tenaga intinya sendiri baru setelah itu menjadi tenaga untuk melawan balik.

Harso terkejut dengan kesimpulannya tadi, yang seolah bila dirinya duduk diam semakin lama maka serapan energi yang dia bisa peroleh juga semakin tinggi.

Tergelitik oleh rasa penasarannya, kemudian harso melihat batu besar dalam jarak lebih dari 200 meter darinya. Dipusatkan pandangan matanya ke arah batu tersebut dan dalam benaknya dirinya seolah mengatur agar hawa panas yang dia peroleh digunakan untuk memanaskan batu besar tadi.


***

Dari tubuh Harso seolah muncul selarik cahaya panas menyilaukan dan langsung memanaskan batu tersebut.

Batu yang dipapar oleh cahaya dari tubuh Harso, mulai berubah warna, menjadi merah, kemudian tambah merah hingga akhirnya kuning menyilaukan seolah warna besi di las kemudian batu itu berubah menjadi putih menyilauakan dan meleleh seolah magma.

Ya, batu itu melumer....
Putih menyilaukan dan lumer seolah cairan magma.

Harso meleletkan lidahnya, dirinya tercengang. Tak disangkanya hasilnya adalah seperti itu, bagaimana kalau kena ke orang? Kira2 pertanyaan semacam itulah yang ada dalam benak Harso.

Namun Harso belum selesai dengan segala analisa tentang tubuhnya, kali ini dirinya melihat sebuah anak sungai dalam jarak jangkauan sekitar 400 meter nun jauh dibawah sana. Kemudian sekali lagi Harso mencoba mengirimkan hawa dingin ke anak sungai tersebut.

Lagi2 Harso meleletkan lidahnya.
Anak sungai tersebut tiba2 membeku tak jelas prosesnya, tapi jelas membekunya.

Menjadi Es...!!!

Sungai yang airnya mengalir bisa bergerak bebas, tiba2 membeku. Ya, menjadi es.
Hasil tersebut benar2 mengejutkan, sebab memanaskan bahkan melelehkan lebih mudah daripada membekukan.

Berkali2 Harso membekukan sungai yang akhirnya bisa mencair dalam waktu singkat karena hari memang panas. Dengan proses berkali2 Harso bisa menganalisa bagaimana sebenarnya prosea pembekuan terjadi. Bagaimana menyalurkan energinya ke jarak yang sedemikian jauh dan bagaimana caranya tubuh Harso mengendalikan arah dan sasaran yang tepat.

Ada gap atau batas yang memisahkan dirinya dan air yang jauh disana dan yang membeku hanya air yang dimaksud harusnya perpindahan energi panas memerlukan penghantar, atau dengan kata lain ada benda yang menyalurkan panas.

Baik untuk mengambil atau mengirimkan panas, memanaskan artinya memberi panas, mendinginkan artinya mengambil panas.

Media yang digunakan sebagai sarana mengambil atau memberi biasanya ikut panas atau dingin. Dalam kasus membekukan air sungai, Harso melihat ada lontaran energi menembus ruang yang tidak menganggu ruang2 sepanjang dirinya dan air sungai. Seolah energi itu melompati ruang tidak mengalir dan ini seolah tak sejalan dengan ilmu fisika yang dia ketahui.

Lagi2 Harso tercengang dan kaget sekaligus takut, bagaimana kalau saja, seandainya, semisal mengenai manusia ? Apa ga jadi patung es manusia ?


***


Harso masih belum selesai dengan percobaannya, bagaimana kekuatan udara ?
Harso kemudian mengendapkan pemikirannya mengenai kekuatan hawa dingin. Kemudian dirinya memikirkan caranya menerapkan kekuatan udara yang tanpa harus merusak.

Harso kemudian teringat film avatar, juga bagaimana burung terbang, teori kipas angin dan kincir angin, teori pesawat terbang dan sebagainya. Ingatan2 itu kemudian menggelitik rasa ingin tahunya, bagaimana kalau mencoba dengan dirinya terbang dulu ?

Apa yang harus dilakukan untuk terbang ?
Bagaimana caranya ?
Prosesnya seperti apa ?

Pertanyaan2 sulit itu tak segera menemukan jawabannya hingga akhirnya Harso mencoba berfikir kalau udara dan angin adalah dirinya dan dirinya adalah udara.

Harus seperti itu, dicoba dulu ke dirinya, teringat Harso akan kisah sejarah penemuan pesawat terbang oleh dua bersaudara Jhon Wright dan Ian Wright, yang membuat pesawat terbang dan dirinya sendiri sebagai volunteer atau relawan yang menjadi pelopor dengan taruhan nyawa.

Kemudian langkah selanjutnya adalah bagaimana caranya ? Apakah seperti membekukan air dan melelehkan batu ?
Harso berketetapan untuk mencobanya sekali lagi.

Segera dirinya berkonsentrasi seolah dia bisa menyemburkan angin dan mengontrol angin sekehendak hatinya. Dibayangkan dirinya bisa mengontrol angin berhembus ke bawah sehingga dirinya bisa melesat ke atas.

Woilaaa....

Harso benar2 bisa meluncur keatas dalam posisi tetap sila, seolah dari tubuhnya ada arus angin mendorong kebawah sehingga dirinya melesat keatas dan terus keatas.

Harso hampir saja senang tadi, namun kini dirinya kalut, sangat kalut, bumi tempatnya tadi sudah jauh dibawah sana, Harso meluncur terus ke atas. Semakin jauh meninggalkan tempatnya tadi tinggi sekali dirinya kini.

Karena kekalutannya dirinya goyah dan lupa sehingga dirinya seolah terbanting terjun bebas ke bawah. Untung kemudian Harso bisa menguasai dirinya dan kembali terbang, atau tepatnya meluncur keatas.

Kondisi terbanting tadi dan kemudian kembali meluncur membuat Harso lebih berani mencoba, pikirannya kemudian difokuskan untuk terbang ke depan,

Woilaa...

Harso meluncur ke depan lurus, seolah menantang grafitasi dan itu benar2 mengasyikkannya.

Berfikir mencoba mengarah ke bawah dan memang bisa kebawah meluncur turun dengan sangat cepat.
Berfikir dirinya melayang diudara, dan memang akhirnya dirinya bisa melayang diudara semacam helikopter.

Kemudian dirinya mencoba bergerak dengan tenang dan perlahan, bisa...!!

Ketika dilihatnya tempatnya tadi duduk, maka dirinya pun kembali ke sana dan duduk lagi. Semuanya dengan smooth perlahan.

Dicobanya naik lagi, dirinya naik lagi kali ini dengan perlahan karena seolah pikirannya begitu bekerja secara otomatis sesuai dengan keinginannya.

Meluncur ke sungai tadi dibawah sana, tubuh Harso meluncur ke arah sungai dan ketika dengan cara tadi membekukan air disertai pikiran tetap melayang dia coba, maka air sungai tadi membeku, kali ini malah lebih cepat.

Woilaaaa !!!

Satu lagi tahapan baru Harso kuasai.

Alam pikiran !!!

Alam tempat realitas dan fantasi berada, dan tadi dirinya bermain dengan fantasinya semasa kecil. Kini Harso sadar, membekukan suatu obyek atau melelehkan cukup dengan pikirannya, seolah energinya mengikuti pikirannya. Dan itu tak memerlukan perantara sekalipun hanya udara !!

Dia memikirkan membakar batu memelehkan suatu obyek, maka obyek itulah yang akan meleleh bukan yang lain, semuanya dibatasi dan fokus pada pikirannya.

Pikiran !!!

Itulah kenapa tadi kala melihat Ghea dia merasakan detak jantungnya dan bahkan helaan nafasnya karena pikirannya tanpa dia sadari fokus kesana.
Juga kala melihat Fhasya, hal yang sama terjadi.

Ketika menyerap energi panas matahari dan dinginnya inti bumi, sebenarnya pikirannya yang membuatnya begitu.

Pikiran !!!

Pikirannya yang telah membuat fisiknya melampaui kekuatannya yang seharusnya.
Pikirannya yang telah membuat dirinya seolah manusia super, bukan sebaliknya.

Bahkan kala dirinya mencoba melihat keadaan Ghea dan Fhasya saat ini, maka pikirannya melambung melewagi ruang, menembus batas sehingga seolah dirinya benar2 melihat Ghea dan Fhasya di rumah besar dari puncak bukit.

Tampak Ghea berbaring dan terlelap tidur, disebelahnya Fhasya tertidur dengan kondisi lelap juga. Keduanya seolah ambrug kelelahan, tapi juga dengan penuh kelegaan.

Rupanya memang semalam mereka tak tidur sama sekali untuk menungguinya, merawatnya yang seolah pingsan akibat kelelahan yang teramat sangat. Entah berapa kali dirinya direndam, dipijit, minum ramuan dalam kondisi tidak sadar sehingga keduanya harus tidak tidur menungguinya.

Harso sungguh terharu atas pengorbanan mereka.


"So, turun..... "
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd