Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Top Secret

TOP SECRET
29. Istri Entah



"Istriku ? "

Harso sangat terkejut sehingga dirinya seolah hampir melompat sambil berteriak.

"Mana bisa istriku ? Khan dia sudah meninggal ? Aku mau mengajak kalian berdua ke makamnya sebenarnya kemaren, cuma kondisinya membuat aku tak bisa mengajak kalian kesana"

"Hi hi hi, kami tahu kok kebiasaan mas Harso kala di Bali, selain ke pantai tempat kita dulu, mas Harso selalu naik ke bukit sana buat melihat makam"

"Ya, itulah makam istriku Annisa Putri Hardiyati, sobat Ghea, saudara kembar Amalia Putri Hardiyati"

"Jadi benar mas telah menikah dengan Putri? "

"Ya betul itu, ceritanya sungguh luar biasa, dianggap menikah, ya kami menikah, dipestakan bahkan meski untuk kalangan terbatas.

Tak ada teman yang tahu kalau aku menikah, kejadiannya memang sungguh mendadak sekali. Ini semua gara2 Amalia.

Begitu aku sembuh setelah 8 bulan lebih dirawat, ternyata tak lama kemudian, menjelang pernikahan Annisa dengan pacarnya, si Ridho kecelakaan dan tewas seketika. Banyak saksi yang mengatakan Ridho bersama dengan seorang perempuan yaitu Annisa, sementara Annisa sendiri sedang di rumah sakit menemani aku, menggantikan ibu, jaga di rumah sakit. Saksi mata dan ada bukti transaksi dengan pihak rumah sakit, karena pas itu dia lagi kontrol.

Intinya semuanya sebenarnya tahu itu Amalia, tetapi anehnya seolah dianggap ga ada saksi yang betul dan valid di lokasi kejadian.

Dua bulan setelah itu, ternyata Annisa telah hamil anak Rhido, untuk menutupi aib dan agar aku membalas kebaikan Ridho, aku dan Annisa menikah.

Menikah tapi kaya ga menikah.
Kami menikah karena menutupi aib dan pelunasan hutang piutang.
Kami tak pernah sekalipun berhubungan sex, karena mas menghargai banget mas Ridho kekasih Annisa, dan Annisa sepertinya rikuh dengan mas, entah apa alasannya.

Pernikahan itu tak lama, hanya sekitar 6 bulan saja. Tetapi pengaruhnya buat mas besar sekali. Sungguh sangat besar, dari sana mas tahu betul bagaimana cinta itu, bagaimana ketulusan itu ada dan bagaimana pengorbanan itu berwujud.

Sebenarnya Annisa ga masalah kalau mas ceraikan sebulan setelah menikah, toh sekedar orang tahu Annisa telah menikah.

Tapi aku manabisa melepaskannya menghadapi masa2 kelahiran sendirian sementara aku punya nyawa seolah pemberian ayah si bayi. Makanya aku tak berniat menceraikannya dan malah berniat untuk menemaninya melahirkan dan bahkan mengasuh bayinya, bagaimanapun juga aku hidup karena bapaknya si bayi "

"6 bulan itu apa yang terjadi mas ?"

"Kami hidup serumah tapi tak sekamar, awalnya begitu, tapi tiap malam, Nisa selalu saja menangis tersedu ingat kekasihnya atau nelangsa aku tak tahu. Lama2 aku jatuh kasihan juga ketika ke kamarnya melihatnya meringkuk sambil menangis bahkan hingga tertidur pun menangis.

Mana bisa aku diam saja, lantas aku lakukan yang bisa aku lakukan. Memeluknya memberinya ketenangan. Bagaimana bisa bayinya sehat kalau ibunya kaya begitu, lagi2 aku kepikiran soal nyawaku yang pemberian bapaknya, seolah begitu.

Makanya aku bertekad menghadapi kesedihannya bersama dengannya. Sejak itu aku sering ke kamarnya memeluknya hingga tenang, barulah aku kembali ke kamarku.

Aku ini suami entah bukan, dia itu istri entah bukan. Yang pasti saat itu tekadku hanya satu, akan selalu disampingnya menghadapi semuanya. Itu saja.

Hasshhhh"

Harso terdiam dan kemudian meneteskan air matanya. Lama terdiam kemudian

"Ternyata lama kelamaan kami, atau tepatnya Annisa mulai terikat kepadaku. 3 bulan sejak menikah, kandungannya sudah cukup besar, usia kandungannya sudah 5 bulan waktu itu, entah kenapa dalam mimpi2nya Annisa selalu seolah dikejar2 entah oleh apa.

Yang pasti bukan sedih lagi, tapi dia ketakutan sangat ketakutan bahkan hingga pernah histeris menjerit2. Kata dokter itu berbahaya buat kandungannya aku sebagai suami harus lebih memberikan kasih sayang.

Aku sejak itu selalu menemaninya tidur, memeluknya memberikan kasih-sayang dan rasa aman padanya, kecuali satu : sex.

Sama sekali kami tak pernah melakukan kegiatan sexual sama sekali. Dalam artian intercourse atau ngentot. Paling kenceng memeluknya dan mencium keningnya.

Yang pasti aku sering menyuapinya, mamasak itu jelas, beberapa kali aku memandikannya kalau pas sakit. Dan itu aku lakukan dengan rasa sayang. Jelas itu, gimana tidak tumbuh sayang kalau kami selalu tidur bareng.

Terangsang ? Pastilah itu. Annisa bukan wanita jelek, dia sangat cantik sekali, sexy bahkan, kulitnya putih mulus. Mana bisa ga terangsang melihatnya telanjang ? Pastilah itu, cuma dalam kepalaku selalu ada ingatan tentang bagaimana bapak anak yang dikandung Annisa menyelamatkanku. Itu saja.

Pernah berkali bahkan, Annisa menanyakan kesanku soal tubuhnya ya aku jawab jujur lah, ngapain bohong. Pas dia ga percaya, ya aku tunjukin saja kontolku yang keras tanda terangsang.

Aku tahu, wanita hamil selalu merasa minder dan seolah merasa dirinya jelek, untuk itu aku setiap memandikannya selalu ikut telanjang biar dia tahu aku terangsang oleh nya. Itu saja awalnya.

Kemudian, entah kemasukan apa, dia merasa harus membalas kebaikanku kepadanya dengan memberikan kenikmatan kepadaku, usul yang jelas aku tolak lah. Buatku itu soalan nanti kalau anaknya sudah lahir.

Cuma demi melihatnya merasa bersalah sebagai seorang istri aku persilahkan membuatku bisa puas, dengan mengocok kontolku atau mengemutnya. Itu bulan ke empat menikah.

Sejak itu kami selalu tidur bersama telanjang, saling mengelus dan merangsang satu sama lainnya hingga kami mendapatkan kepuasan.

Itulah kami sampai menjelang kelahiran anaknya, ternyata aku ada urusan ke luar negeri dua minggu penuh. Ke China lihat alat yang mau dipasang di Pabrik, harus itu sekalian uji coba dan pelatihan operatornya disana, aku harus tahu dan ikut pelatihan.

Aku berpamitan, dia menangis sepanjang malam, aku kasih pengertian kalau urusanku sangat penting bagi perusahaanku dan aku harus berangkat. Dengan berat hati Annisa akhirnya membolehkan aku pergi.

Aku bawa dia ke rumah orang tuanya untuk dititipkan dengan pesan kalau ada apa2 aku harus dikabari.

Sepulang dari China itu, aku hanya menemui makam Annisa dan anaknya"

Harso terdiam dan membisu, kali ini tangisannya keluar, hanya mengisak, tapi itu sudah sangat luar biasa. Karena tak pernah sebelumnya Harso menangis di depan orang lain.

"Aakhuuu haanyya menerimaaa suraatnyaaa. Dia bilang, ddiiiaaaa bilaaang dia mencintaiku, sangaat mencintaiku sejak menikah dia sudah sangat mencintaikuuuu huuu"

Harso tersedu, mengenangkan saat itu dimana hatinya hancur lebur, karena bagaimanapun juga dirinya ternyata juga sama.

"Aku baru tahu, bahwa ternyata aku begitu kehilangan dirinya, sangat kehilangan dirinya dan aku tahu aku mencintainya, sangat mencintainya setelah aku kehilangan dirinya.

Kalau saja ada penyesalan yang paling dalam, selama hidupku, adalah penyesalan atas keputusanku menginggalkannya di saat2 terakhirnya.

Aku kehilangan Ghea, karena aku jatuh sakit begitu menyesakkan dada, tapi dibanding kehilangan Annisa, itu jauh lebih menyesakkan dada, sebab aku lah yang menyebabkannya, akulah yang membunuhnya karena egoku terhadap kepentinganku yang sebenarnya bisa ditunda bahkan dibatalkan, kalau saja aku tahu.

Itulah kenapa aku seolah abai sekelilingku sejak itu, mungkin aku masih ingat Ghea kala itu, tapi ingatanku lebih kepadanya. Kisahku dengan Annisa telah membuatku setengah gila dan rasanya sampai kini masih ada rasa menyesalku.

Itulah kenapa aku bertekad membawa kalian ke makam nya, sebelum kita yakin akan menikah"

Ghea meneteskan air matanya sambil memegang bahu Harso. Sedangkan Fhasya yang memang halus perasaannya memeluk Harso dan menangis di dada Harso, seolah ikut merasakan sakitnya Harso.

Harso hanya mengelus kepala Fhasya yang memeluknya dan menepuk nepuk lengan Ghea.


Image Ghea


Image Fhasya​


Adegan penuh haru biru itu membuat mereka lupa akan topik utama bahasan malam itu. Tapi itu sebentar.

"Mas, kalau aku bilang Annisa masih hidup bagaimana ? "

"Ga tahu ya Nda, mas ga tahu harus bilang apa, bagi mas dia sudah mati. Kalaupun masih hidup juga mas ga tahu harus bersikap bagaimana.

Itu kisah lama dan sangat lama Nda, tetapi seolah baru kemaren aku mendapat kabar kematiannya, setiap hari aku selalu teringat padanya, bahkan kala bersama kalian.

Rasanya ada satu sisi hatiku yang tak rela aku melupakannya. Haashhhh aku ga tahu harus bilang apa kalau ternyata semuanya itu bohong belaka"


***


Ghea seolah memahami kebingungan Harso, dan segera memeluknya.

"Mas Putri sangat mencintai mas apa adanya dia bilang sangat mencintai mas. Dan dia hidup sangat menderita karenanya.

Karena dia merasa tak pantas saja membebani mas, karena dalam pandangannya mas itu hidupnya sangat terbebani oleh status menikah dengannya. Dan seolah dipenjara oleh hutang budi.

Putri tak mau mas terbebani itu karena dia sangat mencintai mas. Ada satu kejadian aneh dalam dunia ini, Amalia meninggal tapi anaknya hidup, sementara Putri yang mas sebut Annisa hidup tapi anaknya meninggal dunia, makanya mereka dimakamkan di Bali bersatu.

Dengan tak adanya anak, menurut Putri mas tak perlu lagi hutang budi dan membalas budi, biar dia menghilang toh sudah tak ada perlunya pernikahan baginya, bila itu membebani mas. Itu karena Putri sangat mencintai mas, dan dia tak tahu kalau mas sangat mencintainya juga.

Dalam hatinya, Putri sangat malu dan merasa jadi beban mas, tetapi dia sangat mencintai mas juga merasa berdosa karena kehilangan aku gara2 saudaranya kembar. Aku baru tahu dari mas kejadiannya, tetapi Fhasya lah yang tahu seluruhnya utuh kejadiannya dan kemaren dia menceritakan semuanya kepadaku tentang Putri.

Ini hampir mirip dengan kejadian kita berdua mas, karena tak ada nya komunikasi yang terbuka sehingga adanya ya dugaan dugaan semata. Akhirnya ya kaya kitalah mas, setelah belasan tahun baru akhirnya kita tahu apa yang sebenarnya terjadi karena baru terbuka.

Nda sih terserah mas saja bagaimana, tapi kalau boleh Nda saran, mas temuilah Putri, setidaknya ada komunikasi lah. Putri memang salah membohongi mas, tapi itu karena cintanya pada mas.

Kalau ketemu mas bisa tanyakan semuanya dan bicarakan semuanya, setidaknya setelah itu hati bisa lega. Mas masih mau mengakui dia sebagai istri pun kami ga papa, tetapi disana ada kelegaan dan keterbukaan mas.

Kami enak jadinya, ga terbebani dengan masa lalu kami karena kami sudah terbuka dan menyelesaiakan masa lalu kami. Kami berharap mas juga menyelesaiakan masalah yang telah lalu biar selesai dengan itu.

Kedepan biar enak kita melangkahnya mas. "

"Haashhhh baiklah Nda, aku sepakat, memang aku harus selesaikan semuanya biar enak nantinya. Mau bagaimana yang urusan nanti saja, setidaknya aku selesai dengan masa lalu ku"

"Mmmmm kalau begitu, kami tinggal ya mas"

"Eeeeh"

"Mbak Putri ada disini mas, sejak kemaren tapi mbak Putri tinggalnya di sayap sebelah sana mas, bareng kakek dan nenek"

"Eeeh"

"Sudah ya mas, kami tinggal, mbak Putri sudah di depan pintu soalnya"

"Eeeh"

Harso tak tahu lagi harus bicara apa, yang pasti sejuta kebingungan ada di kepalanya saat ini. Soalbagaimana harus bersikap, soal perasaanya yang tersisa, marah atau benci ataukah masih cinta dan seputar itu.

Harso yang pasti dalam kebingungannya akhirnya hanya diam. Seperti biasanya dia bersikap dalam menghadapi suatu masalah pelik.

Diam dan diam. Itulah Harso, selalu berfikir, daripada bergerak dan tak tahu harus bagaimana Harso lebih memilih diam dan melihat situasi dan kondisi baru bereaksi.

Dalam hal apa saja, juga dalam hal bisnis, itulah sebabnya kadang Harso tak mengambil aksi sama sekali dan itu dianggap orang sebagai apatis atau acuh. Kadang malah dianggap lambat. Tapi style Harso ya memang seperti itu.


***


KLEK. TOK TOK TOK TOK

Suara pintu terbuka dan ditingkahi dengan suara hak sepatu wanita membelah sepinya ruangan kerja itu.

Harso kemudian menoleh, matanya nanar melihat Annisa berjalan kearahnya. Sadar atau tidak, kaki Harso membuatnya bergerak berdiri dan tercengang melihat lebih jelas kepada wanita yang berdiri dan menghentikan langkahnya beberapa langkah darinya.

Wanita yang membuatnya banyak menderita dan menangis.
Wanita yang membuatnya merasa kehilangan yang sangat besar.
Wanita yang membuatnya lupa tertawa.
Wanita yang sungguh cantik jelita bahkan diusianya yang tak lagi muda..

Mata itu.
Telinga itu.
Rambut itu.
Senyum itu.
Airmata dan senyuman getirnya.
Goyang dadanya dan getar pinggulnya.

Annisa Putri Hardiyati.


Image Annisa​


.
.
.

"Mas boleh Nisa peluk mas sekali ini saja"

Bibir itu bicara dengan suara seolah dari kahyangan, disertai senyuman yang seolah dari alam kubur, dan tetesan air mata dewi langit.

Harso seolah tak mampu menahan tangisnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd