Chapter 15.
Dan aku cuma bisa termangu menatap kebahagiaan Udin dan Nurul. Betapa senyum selalu mewarnai wajah mereka berdua. Dikala Udin tiada job, tugasnya pasti mengajak Nurul kemanapun dia mau. Beruntunglah Udin. Nurul bukan tipe cewek materialis. Malah Nurul jago menggambar teralis. Wong di Bandung kuliah desain. Walau aku gak tau desain apa yang dipelajarinya. Yang kutahu seringkali Bang Regar,tukang las didaerah kami sering meminta Nurul menggambar desain pagar besi atau teralis untuk pelanggannya. Nasibnya juga bagus,seringkali Bang Regar ngasih tips yang lumayan buat Nurul.
Selain itu Nurul kini juga berprofesi mengajar les menggambar untuk anak2. Walau tidak begitu banyak muridnya. Cuma anak2 di lingkungan sekitar. Tapi setidaknya Nurul dan Udin sudah melangkah ke jalan yang benar. Dan Udin sesekali tersesat bersama pelanggan2nya.
Dan aku? Merana,Bro! Ratih-ku sudah pulang ke kotanya. Udin sudah balik melayani pelanggannya. Bekerja siang dan malam akhirnya membuat Udin terkapar. Terkapar dengan sukses di ranjang rumah sakit karena keletihan. 3 hari opname kemudian selanjutnya dikembalikan kepada orang tuanya. Udin modar? Sotoy! Nebak ya kira2 juga dong. Maksudnya Udin udah agak mendingan dan dokter menyarankan agar Udin beristirahat minimal 1 minggu plus 7 hari alias 14x24 jam. Dan siapa lagi yang didaulat jadi temporary driver? It's me,Bro! Huahahaha.... Rezeki diatas penderitaan temen!
Selama 3 hari pula,neng Nurul begitu setia menjaga sang Arjuna di kamar kelas I (Thanks to B**S) dirumah sakit ini. Anda2 pasti bakal cemburu ngeliat dua mahluk berbeda bentuk ini. Yang wanita begitu memanjakan sang Pria, dan yang pria begitu seneng dimanjain. Makan disuapin, mandi dimandiin, kencing dikencingin. Ups!
Dan semakin manja saja si Udin dalam perawatan Nurul. Pipis aja males turun dari ranjang.
"
Bunda,ayah mau pipis,"rengek Udin cem balita.
"
Iya,Ayah. Cebental ya,"jawab Nurul sok-chubby sambil membopong tubuh Udin.
"
Tapi ayah gak mau ke wc. Mau pipis dicini"
"
HAH!"
"
Tuh,Bun. Make picpot. Pakein ya,Bun"rayu Udin dengan nada memelas mesum.
Wajah Nurul bersemu merah. Bagaimana caranya? Nurul tau bagaimana cara memakaikan pispot. Tapi yang dia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi kejantanan Udin. Selama ini dia cuma melihat konti di film2 bokep yang diklik n dishare ma temen2 kuliahnya dulu. Tapi ini konti Udin. Udin yayang-nya. Malu tauk!
No choice! Akhirnya Nurul menarik tirai pembatas. Menghalangi 'tetangga' sebelah menikmati Pipis Show si Udin.
Jantungnya berdegup kencang. Ini kali pertama dia bakal melihat kemaluan seorang pria. Kemaluan pria yang bakal mewarnai kehidupannya kedepan. Diambilnya pispot dari bawah ranjang.
Tangan Nurul sedikit bergetar. Dan wajah Udin semakin mesum. SSI-nya berhasil. Dia memang lagi sesak kencing. Dan ini momen yang tepat untuk memperkenalkan "timun suri"nya kepada Nurul.
Perlahan tangan Nurul meraih ujung sarung si Udin. Didalam sana konti sialan itu sudah siaga penuh. Sedikit demi sedikit konti Udin mulai menampakkan dirinya. Sesaat Nurul terkesima. Kejantanan Udin kelihatan begitu kekar dan gagah. Cakep! Beda sama sang empu.
Kontinya ditatap begitu rupa membuat Udin merasa salting. Sesaat dia melupakan rasa demam dan lemah. Nafsunya bangkit.
Tangan Nurul bergerak mengarah ke konti udin. Ditangkapnya burung si Udin dan dimasukkannya kedalam pispot. Ini pengalaman pertama baginya dan Nurul merasa wajahnya semakin panas seiring jantungnya yang semakin keras berdetak. Rasa hangat menjalar dari penis Udin ke telapak tangannya.Mendadak Nurul dihinggapi perasaan aneh. Perasaan yang belum pernah dirasakannya. Film bokep yang pernah ditontonnya selama ini tak pernah memberikan rasa seperti ini. Yang ada hanya rasa terangsang. Tidak lebih.
Nurul menatap Udin. Pandangan mereka bertemu. Nurul menundukkan tubuhnya. Mendekatkan wajahnya. Bibir mereka bertemu.
Begitu lembut. Udin menaikkan tangannya meraih pipi Nurul.Diusapnya pipi yang merona merah itu dengan penuh perasaan. Ciuman mereka berubah menjadi saling melumat. Lidah Udin berkali-kali menerobos ke dalam mulut Nurul.
Dan perlahan air kencing Udin mengalir jatuh kedalam pispot. Penisnya masih mengacung dalam genggaman Nurul.
Ratih memandang dengan penuh rasa sedih,kecewa dan marah dari balik tirai. Matanya meneteskan airmata. Bahkan Udin yang bukan siapa2, pun menolaknya. Kenapa Udin begitu tega menolaknya? Dia yakin dia sanggup memberikan apapun lebih dari yang sanggup diberikan oleh gadis yang bersama pria yang diinginkannya sekarang.
Quote Sesat
3 syarat Pernikahan yang bahagia :
EMOSI, REZEKI DAN BIRAHI...trus mati...