Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Underestimated

Jika Suhu seorang Arga, suhu bakalan milih siapa?

  • Tari Sandra Aryagina

  • Yona Lusiana

  • Fannisa Khairani Pertiwi


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
EPISODE 12
--PENGALIHAN PIKIRAN--



“Mas kok ngelamun aja?”
“Eh gak kok Fan. Udah, tuh dimakan makanannya.”

Siang itu sesuai dengan janji mereka, Arga dan Icha bisa duduk berdua sambil menikmati makanan mereka yang memang sepakat untuk makan siang bersama. Icha terutama yang sangat senang dengan hal ini, dikarenakan ada hal yang mau ia bicarakan dengan Arga. Dan hal ini lah membuat Arga memutuskan untuk menolak ajakan Tari yang memang mengajaknya untuk makan siang bersama. Lebih tepatnya tidak membalas ajakan tersebut karena tidak tahu akan membalas apa.


“Siang Ga. Gimana tangan kamu?”
“Udah baikan kok. Lagian, asuransi juga udah keluar, jadinya gak terlalu ribet lah.”
“Hmmm.. syukurlah. Kamu jangan lupa makan ntar ya.”
“Iyaaaa.. makasih yaaa.. kamu juga.”
“Gimana kalau kita makan bareng ntar?”



Sebenarnya ia menunda membalas pesan tersebut karena menunggu Yona yang memang selama ini menjadi penasehat pribadinya untuk komunikasi dengan Tari. Namun, saat ini Yona sedang mengurusi karyawan baru yang memang perusahaannya baru mendapatkan proyek baru. Dan hal ini membuat Yona sedikit sibuk dengan pekerjaannya sebagai HRD Manager.

Sambil menikmati hidangan yang dipesannya, ia melihat Icha yang dengan santapnya melahap makanan sambil sesekali tersenyum manis ke arahnya. Arga yang mendapatkan hal itu juga membalas senyuman Icha dengan memasang senyuman terbaiknya walau pikirannya sekarang tidak berada di sini. Tapi ia mencoba sebisa mungkin untuk menutupi itu semua dari Icha.

“Mas, gak apa aku cerita sambil makan?”
“Aku nya sih gak apa. Emang kamu gak keberatan?”

Arga yang menanyakan hal tersebut hanya dibalas gelengan dari Icha. Arga memang mempunyai kebiasaan baru jikalau makan. Hal ini baru didapatkan saat bersama Yona.


“Bisa gak kalau makan, gak bicara dulu? Nikmati dan belum tentu kita akan bisa merasakan hal yang seperti ini lagi.”



“Hmmm…makanannya hampir habis juga kok.”
“Oke mas. Aku mau ngomong tentang mas.”
“Aku?”
“Iya mas.”
“Kerjaan?”
“Gak mas. Mas ingat ini?”

Arga langsung memberhentikan makannya sesaat tangan Icha keluar dari tasnya yang memegang sesuatu yang sangat membuat Arga terkejut. Barang yang sudah belasan tahun tidak ia lihat, sekarang berada di genggaman Icha, resepsionis tempat ia bekerja.

“Kok kalung itu ada sama kamu? Kamu siapa?

Ya, kalung itu dahulu adalah kepunyaannya. Kalung bertuliskan “Arga L.W” tersebut adalah pemberian Ibunya yang saat ini ia sesali kepergiannya. Kalung tersebut dirampas paksa oleh bapak tirinya saat ia sedang bersedih ditinggal ibunya. Dan sekarang, kalung tersebut berada di genggaman Icha.

“Aku menemukannya.”
“Menemukan? Dimana?”

Arga yang memang tak sabaran dengan cerita Icha tanpa sadar telah kehilangan kesabaran dan sedikit dengan nada tingga. Icha yang sidah memprediksi itu semua hanya berusaha untuk bisa menenangkan Arga yang memeng sudah melupakan dimana mereka sekarang. Arga seakan lupa dengan keberadaanya di tempat umum dan sudah menjadi tontonan bagi pengunjung lain di kafe ini.

“Mas tenang dulu. Aku bakalan cerita kalau mas udah bisa mengendalikan emosi mas. Aku tidak tahu kalau mas bakalan tampak seperti ini. Ingat mas, tangan mas masih belum sehat.”
“Hmmm.. oke.”

Dengan menyetujui permintaan Icha, akhirnya Arga bisa sedikit mengendalikan emosi nya yang memang mengingat kejadian yang memang tidak ingin ia ingat. Tapi, ia juga menginginkan kalung tersebut, karena itu adalah pemberian ibunya selain vespa yang memang ia pelihara dengan baik saat ini.


“Selamat Pagi mas, ada yang bisa saya bantu mas?” Tanya resepsionist yang bernama Fanni yang terlihat dari nametag yang tertempel di dadanya sambil tersenyum manis.
“Iya selamat pagi mbak. Ini Mbak, saya karyawan baru pindahan dari Pekanbaru. Arga.”
“Ohh.. maaf pak, saya gak tahu, silahkan di tunggu dulu di ruang tunggu pak. Saya konfirmasi sama di atas dulu.” Jawab resepsionist tersebut sedikit malu dan mengganti panggilan mas menjadi panggilan pak.
“Iya terima kasih”


Icha yang langsung menghubungi bagian HRD dan tenyata tidak mendapat balasan dan akhirnya telponnya diangkat langsung oleh sang Manager HRD, Yona.

“Maaf bu. Ada karyawan yang dipindahkan dari Pekanbaru di bawah bu.”
“Oh iyaaa.. saya juga udah melihat email yang diberikan dari Pakanbaru. Tunggu sebentar. Arga Lanang Wibawa. Apakah itu namanya?”


Icha yang mendengar nama tersebut sedikit terdiam sampai sampai mengacuhkan obrolan Yona. seakan ia mengingat sesuatu, dan nama itu pernah ia dengar sebelumnya.

“Halo? Halooo?”
“Eh iya bu. Maaf.”
“Kalau kamu sakit, kamu gak usah kerja dulu. Ingat, resepsionist itu yang sangat diandalkan di barisan terdepan. Jika kamu udah membuat citranya buruk. Juga akan berpengaruh pada perusahaan ini lho.”
“Maaf bu. Saya tidak sakit. Maafkan saya bu”
“Oke, jadi apa benar dia orangnya seperti nama yang saya sebutkan tadi?”
“Saya tadi hanya mendengar namanya Arga bu.”
“Oke, silahkan antar ke ruangan saya. Soalnya yang lain pada sibuk dengan kerjaannya.”
“Baik bu.”


Setelah mengantarkan Arga ke ruangan bu Yona, Icha kembali mengingat ingat kapan ia mendengar nama itu dan apa yang membuat ia begitu familiar dengan nama pemuda yang baru ia antar tersebut. Lama memang ia mengingat hal tersebut, sampai ia mengingat kalung yang memang ia simpan setelah kepergian ayah tirinya untuk selamanya.



“Maksud kamu? Si Yanto udahhh?”
“Ya, bapak sudah meninggal satu tahun yang lalu. Dan sebelum beliau pergi, beliau menceritakan tentang kamu mas.”
“Cerita?”
“Ya, dia sangat menyesal dengan apa yang telah ia perbuat sama kamu. Selama ia tinggal bersamaku, ia tak henti hentinya menghubungi orang yang katanya berada di Pekanbaru. Tempat kamu kan mas?”
“Siapa?”
“Aku juga tidak tahu mas. Tapi sebelum ia wafat, ia memintaku untuk menyimpan kalung ini dan merawatnya. Kamu bisa kan maafin dia mas?”
“Kenapa aku harus memaafkan bapak kamu itu?”
“Dia bukan bapakku. Cuma suami dari ibuku. Dan kita tidak punya ikatan darah.”


***


“Maafin aku Tar.”
“Iyaaaa.. aku maafin kok.”
“Aku tahu kamu maafin aku, tapi kamu jadi kepikiran dia seperti ini.”

Tari yang sekarang memang sedang terdiam dengan keadaan dimana ia merasa telah menjatuhkan citra dirinya didepan orang yang telah mengusik hatinya saat ini. Memang tadi ia hanya berniat akan menanyai kabar Arga yang memang tidak mengabarinya sejak pagi tadi.


“Udah lo hubungi?”
“Apa yang gue bilang?”
“Yaaa nanyain kabarnya lah minimal.”
“Harus gue yang mulai?”
“Lo gak harus dengar jawaban gue kan supaya lo hubungi dia.”


Akhirnya Tari mengalah dengan permintaan Jeje yang sebenarnya juga ingin sekali tahu kabar Arga. Tari mencoba mengetik beberapa kali dan menghapusnya lagi karena rasanya kurang, sampai akhirnya Tari bisa mengirim pesan melalui Whatsapp tersebut ke Arga. Walau dengan sedikit lama Arga membalas, tapi ia juga senang dengan balasan Arga yang membuat pipinya sekarang hangat.

“Siang Ga. Gimana tangan kamu?”
“Udah baikan kok. Lagian, asuransi juga udah keluar, jadinya gak terlalu ribet lah.”
“Hmmm.. syukurlah. Kamu jangan lupa makan ntar ya.”
“Iyaaaa.. makasih yaaa.. kamu juga.”


Tari yang mendapat balasan Arga seperti itu sedikit kesal karena tidak tahu apa yang akan ia balas selanjutnya. Memang sih Tari berharap Arga selalu bisa membalas percakapan mereka tanpa kesan seperti ini. Kesan dimana ia seakan akan mengakhiri obrolan mereka. Dengan tampang yang sedikit membingungkan tersebut, Jeje yang baru saja selesai mengurusi masalah nasabahnya, melihat dan merasakan aura kebingungan Tari.

“Kenapa?”
“Nih liat, gue bingung buat balas apaan.”


Tari langsung memperlihatkan percakapannya dengan Arga ke Jeje. Jeje yang mencoba membaca dan memahami percakapan sahabatnya ini hanya senyum senyum sendiri.

“Kok lo senyum senyum gitu?”
“Lucuuuuu… hahahahah”
“Lucu apaan? Gue bingung nih buat balas apaan.”
“Sama sama dingin sih. Dingin dingin tapi mau.. hahahahaha..”
“Apaan sih lo Je.”
“Udaaahhh.. sini.. gue yang bales.”


Jeje yang langsung mengambil paksa Handphone Tari membuat Tari terkejut. Namun dengan terpaksa ia hanya menuruti kemauan Jeje yang selama ini tempat ia cerita tentang Arga. Tari hanya bisa melihat Jeje yang memulai mengetik sesuatu sambil tersenyum menatap handphone miliknya.

Setelah mengirim, Jeje langsung mengembalikan Handphone kepunyaan Tari sambil tersenyum geli. Dan dengan terkejut Tari langsung menatap handphonenya sambil menatap tajam ke Jeje. Tari tak menyangka kalau ia sudah mengajak Arga untuk makan siang bareng, walau itu semua kerjaan nya Jeje.

“Lo apa apa an sih Je.”
“Tenang aja.”
“Kalau dia gak balas gimanaaa?”
“Jadi lo ngarep balasannya ya? cieeeeee…..”



“Hooooiiii.. ngelamun lagi.. katanya udah maafin gueee…”
“Hmmm… yaaa.. maaf…”
“Okeeee.. sekarang lo tenang aja ya. ini kan kesalahan gue. Dan gue akan bertanggung jawab kok. Dan lo harus nuruti semuanya.”
“Gak ah..”
“Lo gak percaya sama gue lagi gara gara balesan gue tadi ke dia?”
“Hmmmm…”
“Okeeee.. sekarang lo anggap ini kesempatan gue yang terakhir deh. Kalau ini buat lo gini lagi, gue siap kok gak disapa lo lagi.”


***


“Pak, maaf laporannya sudah saya kerjakan. Dan sudah saya kirim ke email bapak.”
“Makasih mbak Pita. Maaf telah merepotkan mbak Pita.”
“Gak apa apa pak. hmmm…. Maaf pak, saya boleh minta izin gak untuk pulang cepat. Karena sayaaaaa….”
“Silahkan mbak. Kan kerjaan mbak Pita sudah selesai. Lagian 2 jam an lagi udah jamnya pulang juga kan.”
“Iyaaa.. makasih ya Pak.”

Arga yeng memang baru sampai kantornya lagi setelah berusaha menenangkan dirinya setelah makan siang bersama Icha. Memang setelah ia mendengar cerita Icha, Arga sedikit Nampak terkejut dengan hal semua ini. Ia tak menyangka, di kota yang begitu padat dan metropolitan ini, ia menemukan jawaban selama ini yang ia cari. Yaitu keberadaan sang ayah tiri yang telah membuat hatinya sakit.

Apalagi ia tak menyangka kalau ia dan Icha merupakaan anak yang senasib yaitu sama sama memiliki ibu yang sangat mencintai pria yang sama, yaitu bapak tiri mereka. Karena itu tadi Arga mencoba untuk menenangkan diri sambil duduk di kafe tersebut setelah Icha meminta izin duluan karena sudah lama meninggalkan temannya sendiri bertugas.

KRIIIIINGGGGG….

Dengan masih memikirkan hal yang diceritakan Icha, Arga merogoh sakunya untuk mengambil handphone yang memang berbunyi tersebut. Setelah melihat siapa yang menelpon, akhirnya Arga langsung mengangkat telpon tersebut.


“Yaaa halo mbak.”
“Kamu udah makan?”
“Udah mbak. Mbak sendiri gimana?”
“Ini mau makan.”
“Mau makan? Jam segini?”
“Hmmm.. dengerin duluuuu.. aku tadi sebelum sampai disini, udah disajikan makanan kok. Ya jadinya baru laparnya jam segini.”
“Hmmm…”
“Kamu nanti pulangnya naik taksi aja ya. ntar aku ganti uangnya. Aku gak bisa kembali ke Jakarta sore sepertinya.”
“Gak apa kok mbaaakkk..”
“Gak adaaaa.. tangan kamu masih sakit Argaaaa… gak bisa berdesakan begituuu…”
“Tapi mbaaakkk..”
“Hmmmm…..”
“Iya iya mbakk.. aku nanti bakalan pulang gak pake angkutan umum deh.”
“Naaahhh.. gitu dong. Oh iya.. mungkin aku agak larut sampai apartemen, jadi kamu makan malam duluan aja ya Ga.”
“Hmmmm.. iya mbak. Makasih ya mbak.”
“Iya sama sama.”
“Mbak jaga kondisinya ya.”
“Eehh.. iyaaaa.. aku makan dulu yaaa.. kamu hati hatiiiii… bye”


Setelah menutup telponnya, Arga langsung duduk di kursinya mencoba mengecek laporan yang dibuat oleh Pita yang memang meminta izin pulang cepat. Arga merasa hal itu wajar, karena dalam 3 hari ini, Pita lah yang mengerjakan hampir semua pekerjaannya yang memang tak bisa ia selesaikan dengan kondisinya seperti ini. Kecuali ada beberapa pekerjaan yang bisa ia lakukan, dan itu sudah ia kerjakan tadi sebelum makan siang tadi.

Sebenarnya ia tadi sedikit kecewa dengan Yona yang memang tidak bisa pulang cepat dari tugasnya di Bandung. Karena sekarang Yona lah tempat ia berbagi sekarang. Semua hal telah ia ceritakan langsung ke Yona. dan termasuk akan hal yang baru ia dapatan dari Icha. Tetapi sepertinya ia akan menunda dahulu untuk menceritakan semuanya ke Yona.

KRRRIIINGGG

Kembali handphonenya berbunyi. Dan sekarang ia sedikit heran dengan penelpon yang menelponnya saat ini. Ini pertama kalinya orang yang bernama “dR. Rian” menghubunginya.


“Halooo.. iya mas.”
“Kamu kok tau kalau ini aku bro?”
“Aku kan menyimpan nomor mas, saat di klinik kemaren.”
“Ooooo.. gak jadi deh joke nya deh.”
“Hahahaha.. mas ada ada ajaaa.. ada apa ya mas?”
“Kamu sibuk gak sehabis kerja bro?”
“Gak kok mas. Kenapa?”
“Ya udah, kamu ikut ya. Ntar sore ada yang ngundang ABRD. Dan kebetulan aku yang gantiin ketuanya. Ketuanya mungkin terlambat karena katanya ada interview di Tangerang. Sekalian mau ngajak kamu gabung sih.”
“Hmmm.. boleh mas. Ntar mas sms an aja alamatnya ya. biar aku langsung nyusul kesana.”
“Gak.. gak usaahhh.. entar sore, Jeje yang bakalan jemput kamu kok bro. Dia katanya mau ikut juga.”
“Gak usah mas. Gak enak dijemput sama pacarnya mas dan …..”
“Gak kok, Jeje sama Tari kok ntar.”
“Tariii?”
“Iyaaaa.. kan sekalian ngantar Tari, dekat rumah Tari kok tempatnya. Yang penting, ntar kamu tunggu aja ya. gak pake nolak.”
“Hmmmm.. iya mas.”


“Lebih baik aku ikut dengan Mas Rian daripada aku hanya diam dan kembali terpikirkan tentang tadi.”

Setelah menutup telpon dari Rian, Arga langsung keingat akan pesan Tari yang belum juga ia balas padahal sudah ia baca tadi. Setelah berusaha berfikir apa yang akan ia balas, akhirnya ia mendapatkan rangkaian kata kata yang telah ia cermati dengan teliti dan berusaha untuk menekan enter untuk mengirimnya tersebut.

“Maaf Tar. Tadi aku nempati janji aku untuk menemani Fannisa makan siang. Lain kali aja ya.”



***


“Heeeiiiii.. kok rasanya gue nyetir sendiri yaaa..”
“Apaan sih lo Je.”
“Yaaaa.. lo jugaaa.. ngapain diam ajaaa. Apa karena ada yang di belakang nih?”
“Apaan sih Je. Lo nyetir ajaaaa..”
“Mas Arga juga kok diam aja sih.”

Jeje memang sedikit bingung dengan keadaan sekarang. Keadaan yang memang begitu berbanding terbalik dengan beberapa hari yang lalu dengan kondisi yang sama. Kondisi dimana ia menjemput Arga bersama Tari dan sekarang juga Arga telah duduk di tempat yang sama. Di bangku belakang mobil yang ia kendarai saat ini. Mobilnya Rian, pacarnya.

“Maaf mbak Jeje.”
“Kalau ada masalah, ya diselesaikan dong. jangan pada diam diam gitu.. hihihihiihi.”
“Apaan sih Jeeee,,”

Jeje yang memang tidak tahu kenapa Tari juga mendiamkan Arga sekarang mencoba mencairkan suasana. Karena ia tampak dari kaca spion, Arga sedikit kaku akan memulai percakapan dengan Tari maupun dirinya, tapi Jeje juga melihat akan sikap Arga yang seakan bertanya dengan raut wajah yang lucu tersebut. Sedangkan Tari disampingnya, hanya bisa sedikit cemberut.

“Sudaaahh sudaaahhh.. ntar kalian selesaikan aja ya. kita udah sampai nih. Turun dulu yok.”
“Kok ke klinik mas Rian?”
“Ya jemput mas Rian laaahh.. lagian, bisa tepar gue kalau nyetir sendirian ke Klender. Punya teman gak bisa nyetir pula. Dan cowoknya juga lagi sakit tuh. Hihihihi..”
“Jejeeeeee…”

Jeje yang senang dengan berhasil membuat wajah Tari kembali merah dengan candaanya langsung turun dari mobil dan sedikit berlari ke klinik dengan meninggalkan Tari dan Arga yang masih berada dalam mobil tersebut yang masih menyala. Tari yang memang sedikit bingung dengan keadaan ini hanya mencoba untuk turun dari kendaraan ini tanpa melihat ke belakang, ke arah Arga.

“Tar….”
“Hmmm…”
“Aku minta maaf ya.”
“Untuukk?”
“Aku kemaren sudah janji sama Fannisa, yaa, aku gak biasa buat bohong dan ingkari janji seperti itu.”
“Kenapa kamu harus minta maaf segala?”
“Yaaaa.. kamu hanya membaca pesan ku terakhir tanpa membalasnya. Aku janji bakalan mau kalau kamu ajak aku makan siang bareng lagi kok.”
“Kok harus nunggu aku?”
“Yaaa,, aku belum siap aja dibalas seperti tadi, jika kamu menolak ajakanku. Lebih baik aku menunggu.”
“Hihihi.. kamu lucu Ga. Ya udah yuk turun, ntar habis kita dicandai lagi sama si Jeje sama mas Rian.”
“Tapi…..”
“Iyaaaa.. aku yang akan nunggu kamu kok sampai aku mendapat ajakan yang sama seperti siang tadi aku yang ngajak. Dan aku pasti tidak menolaknya.”

Tari dan Arga akhirnya turun dari mobil tersebut setelah Arga mematikan mesin dan mengunci mobil tersebut yang memang itu tidak menyulitkan dia dengan kondisi seperti sekarang. Tari yang seakan menunggu Arga, hanya bisa tersenyum dengan apa yang mereka perbincangkan sejenak tadi.

“Kamu Lucu Ga, entah kenapa kecemburuanku tadi sirna setelah bicara sama kamu Ga. Aku harap kamu bisa mewujudkan kata katamu tadi.”

Sambil tersenyum, Tari langsung mengikuti Arga yang memang dahulu melangkahkan kakinya menuju pintu masuk klinik Rian. Dari raut wajahnya, semua orang yang melihatnya pasti mengetahui kalau ia sekarang sedang senang senangnya. Bahkan jika dilihat, pipinya yang sedikit berisi tersebut telah berubah warna menjadi merah.


“Udah baikan?”
“Baikan?”
“Yaaa.. kata Jeje, kalian tadi diam diaman. Dan sekarang, pipi Tari sampai merah gitu.. hahahaha.. lucu lucu…”

Arga yang disambut dengan candaan Rian hanya bisa tersenyum. Tapi ia juga melihat dengan pipi Tari yang memang merah tersebut menambahkan kecantikan yang dimiliki Tari tersebut. Dan tanpa sadar, membuat Arga semakin terbius akan kecantikan Tari.

“Udaaaahhhh.. malah pandang pandangan gituuu… yuk, ntar kita telat. Yuk sayang.”
“Yuk mas. Biarin aja mereka senyum senyumin gitu. Ya, kita tinggali aja kalau belum sampe di mobil. Atau kita kunci aja mereka di klinik ini.”
“Apaan sih lo Je.”
“Hihihihihi..”
“Udaahh udaaahhh… yoookkkk…”
“Eh iyaaaa… mas Arga di depan yaaa.. daripada ntar, kami hanya liat kalian senyum senyum gituuuu…”
 
Mohon maaaf atas keterlambatan updetan ya suhu suhu semuaaa.. ane sedikit tepar kemaren. semoga up baru bisa membayar ya.. kalau gak terbayarkan, ditunggu aja ya suhu suhu semuaaa.. ane janji bakalan up berkala lagi kok dalam minggu ini...
 
yeaaayy ane bener, icha sodara tiri nya arga. kira kira kakaknya tari siapa yach?? mungkin rian or tokoh baru ya?
 
Kalau ambo banyak piti sanak, lah ambo rekrut sanak untuk jadi produser, buek film wak sanak.

Film sinetron, cinta fitri lewat ko sanak kalau mode ko alur carito sanak....

Kompor gassssssss sanaak.....
:mantap:
 
asyiiik ada update-an, satu teka-teki terjawab...eh tari ini mirip versi muda dari cut tari gak ya?#sekarang biar stw tetap sexy...kwkwkwkwkwk...
 
Best bngt update nya
Sang terbayarkan gk nyesal lama2 di tunggu.

Yg paling penting satu misteri dipecahkan.
Bahwa icha lah yg menjadi sodara tiri arga.

Di tunggu pemecahan misteri lain.

Good job mastah..
 
Jd arga n icha punya bapak tiri yg sama......hmmmm......
Balal ada kejutan apa lg nie...hwhehe....
Thx suhu updatenya
 
yahhh..*** enak....bapak tirinya dah ga ada...*** bs balas dendam ...iket dan rendem ke air 3 hari 3 malem...
hhhmmm....berarti ibu icha msh ya...klo gitu bs msh dibilang ibu tirinya arga kan.....jd icha bs dibilang adik tiri jg kan...
wkwk...icha jd adik arga...
 
mungkin ntr arga jd deket ma tari x ya suhu...cm deketnya arga anggap swbagai sodara secara ga lgsg x ya...apalagi sebagai sesama nasibnya...sama2 1 bpk tiri...walau icha lebih bruntung bpk tirinya ga jahatin icha...
 
thanks updatenya hu :mantap: masih nunggu ssnya nih siapa ya yg dapet perjakanya arga?
 
Yaudah sih, team tari jadi agak berbangga dikit karena akhirnya diepisode ini begitu.
Cuma knapa nama bapaknya harus yanto ? Gak ada yang agak kerenan dikit, wekekekekek,
En den, tengkyu perimac suhu apdetannya, ditunggu kelanjutannya ....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd