Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Underestimated

Jika Suhu seorang Arga, suhu bakalan milih siapa?

  • Tari Sandra Aryagina

  • Yona Lusiana

  • Fannisa Khairani Pertiwi


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
EPISODE 22
--KARENA AKU MEMPERCAYAIMU--



“Kak, aku turun disini aja ya.”
“Yakin gak kakak antar ke rumah aja.?”
“Gak apa kok kak. Lagian, ntar kejauhan kakaknya. Kan ngantar bu Yona juga. Kakak udah ngantar ke sini aja udah dekat kok. Kan tinggal sekali naik busway aja.”
“Hmmm.. ya udah.. kamu hati hati ya. salam buat Ibu. Semoga usaha Ibu makin lancar.”
“Amiiinn.. kakak kalau sempat mampir ya. kata Ibu sih, kakak sombong. Hihihi”
“Hahahha.. ya, kakak usahain deh secepatnya liat Ibu. Kamu hati hati dek.”
“Okay kak.”


Sesampainya di Halte pusat Busway, Halte Harmony, Icha turun dari mobil Ibas yang telah mengantarkannya. Dengan duduk dibangku belakang, ia bisa melihat Ibas yang memang masih ada rasa ke bos nya tersebut. Apalagi selama ini ia menilai kakak sahabatnya ini lebih mementingkan karirnya daripada masalah pribadinya termasuk asmaranya. Ia tak menyangka, kalau hubungan Ibas dengan Yona menyimpan kenangan manis dan mungkin masih dirasakan dan didambakan oleh keduanya. Sempat terdiam dan terkejut ia mendengar langsung dari Ibas tentang hubungannya sama Yona melalui telepon malam tadi, tapi setelah melihat sikap Yona yang beda, membuat ia merasakan kalau asmara masih ada diantara mereka.


“Eh kak,”
“Apalagi?”
“Tolong antarkan bosku sampai selamat ya. hehehehe….. Saya duluan ya Bu.”
“Ehhh…”


Setelah turunpun, ia masih bisa menggoda Ibas dan bosnya tersebut. Ia sebenarnya ragu akan godaannya tersebut ke Yona. tetapi entah kenapa, godaan itu keluar begitu saja. Malahan dalam hatinya, Icha merasakan kalau Yona cocok dengan Ibas. Sama sama kharismatik. Dan, Yona yang digoda oleh salah satu karyawannya tersebut hanya terdiam tanpa menyiratkan kesal akan godaan tersebut. Terbukti dengan hanya kata Ehh yang keluar dari mulutnya. Sampai akhirnya, ia semakin canggung dengan suasana sekarang. Ia hanya berduaan dengan Ibas, orang yang masih ada dihatinya.


“Kamu udah makan Na?”
“Hmmm.. belum.”
“Kita makan dulu yuk.”
“Tapiii…”
“Kenapa? Tunangan kamu jemput? Atau kamu takut dengan tunangan kamu?”


Yona pun terdiam dengan pertanyaan Ibas. Memang selama ini, ia seakan menyembunyikan jati diri Christ sebagai tunangannya. Dalam benaknya kali ini adalah, apakah Ibas sudah mengetahui siapa tunangannya. Hanya hal itu yang ada di benaknya kali ini.


“Makasih ya, udah mau jadi tunanganku. Kamu sudah beritahu Bastian?”
“Gak.. gak akan gue kasih tahu..”
“Hahahaha.. aku sudah mengira nya kok. Kamu pasti menyembunyikannya.”
“Gue gak mau kalau Ibas bakalan nilai gue selingkuh sama lo. Padahaaallll…..”
“Hahahaha.. gak penting caranya, yang penting lo punya gue sekarang…..”
“Lo emang brengsek Christ.”
“Hahaha… ingat ya Yona. Lo itu tunangan gue. Jadi kalau mau ketemu siapapun, lo harus seizin gue. Lo gak mau kan Ibas tau akan hal ini sebelum undangan kita sebar? Kasihan sahabatku itu, menyukai wanita yang kini jadi milikku.”



“Aku tahu kok…..”
“Eh… Tahu apaaa??”
“Kalau selama ini tunangan kamu gak pernah jemput kamu. Jadi aku pikir kalau ya, dia sesibuk itu atau mungkin dia gak di kota ini.”
“Hmmm…”
“Tapi Na, Kamu masih ingat kata kataku saat terakhir aku ke rumahmu kan?”
“Emang selama ini kamu gak pernah…..”
“Gakkk.. entah kenapa, hatiku selalu ada kamu. Sekuat apapun aku melupakanmu, sekuat itu pula ingatanku tentang kamu kembali Na. Bahkan, aku berharap untuk hidup kembali dan menjadi tunanganmu itu.”
“Hiiikkkssss… Maaafff.. Maafkan Akuuuuu… hikkkssss..”
“Sudaaahh… jangan menangis… aku bahagia kok kalau liat kamu juga bahagia dengannya.”
“Tapiii… hiiikksssss….. hiikkkssss…”
“Kenapa Na? kok kamu makin nangis?”
“Tapiii… hiikksss.. aku gak bahagia dengannya, Bas.”


Ibas yang mendengar akan hal itu memberanikan diri untuk memeluk Yona yang berada disampingnya itu. Memang sebelumnya ia enggan untuk menganggu hubungan Yona dengan tunangannya itu, sekarang sudah hilang keengganannya itu. Bahkan dengan sambil mengelus rambut Yona yang kepalanya saat ini sudah di dadanya bertekad untuk merebut Yona dari tunangannya. Ia akan memperjuangkannya, walau kedua orang tuanya jadi halangannya.


“Udaaahh.. yuk kita jalan duluuu.. ntar, disana aja ceritanyaaa…”
“Ke apartementku aja… aku malu kalau diliatin orang nangis.. kita pesan makanannya aja.”
“Tapiii….”
“Pleaseeeeee…”


Akhirnya Ibas luluh dengan permohonan Yona yang memang selama ini susah baginya untuk mengatakan kata TIDAK. Apalagi ini pertemuannya dengan pujaan hatinya setelah sekian lama. Selama perjalanan, hanya isak Yona yang terdengar menemani music dari radio mewarnai perjalanan itu menuju tempat tujuan. Yaitu Apartemennya Yona. Sempat Ibas berfikiran untuk bertanya tentang Arga, tetapi ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya akan hal itu.


Selama 40 menitan melawan jalanan ibukota, akhirnya Ibas sampai ke apartement Yona. Ia mengingat beberapa minggu yang lalu ia melihat apartement ini bersama Tari, adiknya. Dan ia baru sadar akan maksud dari adiknya tersebut. Dan ia baru sadar, jikalau Tari sudah tahu kalau Arga tinggal bersama Yona disini. Dan Tari malah mempercayai pemuda itu. Seperti Ibunya dan Icha yang percaya akan pemuda itu. Namun, ia akan membuktikan sendiri saat ini. Selain untuk memastikan kalau anggapan Ibunya, adiknya bahkan Icha itu benar tentang pemuda itu.


“Yuk masuk.”
“Kamu tinggal sendiri disini?”
“Hmmm… bersama salah satu karyawanku.”
“Kok bisa?”
“Nanti aku bakalan ceritakan semuanya. Aku ganti baju dulu ya. Kamu mau minum apa? Biar aku ambilin”
“Gak usah.. aku bisa sendiri kok Na. kalau aku haus aku izin ambil di kulkas ya.”
“Hmmm… sepertinya minuman Arga masih ada kok. Oh iya, kalau kamu mau sholat, di kamar Arga aja ya. kamarnya gak dikunci kok.”


Sebelum Yona masuk ke kamarnya, sempat ia mengingatkan Ibas akan kewajibannya. Dan kamar Arga lah tempat yang dimaksud oleh Yona. Bagi Ibas, ini adalah kesempatan baginya menilai Arga. Bahkan satu point yang membuat Ibas tenang adalah Arga seorang yang selalu menjalankan kewajibannya. Hal itu ia simpulkan, saat ia malihat lipatan dari Sajadah tersebut masih terlihat baru.


“Hmmm.. Ternyata kamu emang gak seburuk yang dibilang Christ, Ga. Makin penasaran aku untuk ketemu langsung sama orang ini.”


***


“Masih marah yaaa?”
“Gak…”
“Haha.. muka kamu gak bisa bohong loh.”
“Hmmmm..”


Sambil memakan siomay yang berada di tepi jalan, Tari tampak senang. Walau sesekali ia jengkel akibat perlakuan Arga tadi. Tapi kejengkelannya itu hanya akal akalannya. Supaya Arga semakin membujuknya dan hal itu membuat hatinya makin senang. Apalagi kalau ditanya sama Arga, pasti ia mengangkatkan kedua bahunya sambil memanyunkan bibirnya yang semakin membuat Arga gemes. Sampai kepala Arga hanya menggeleng dengan tingkah dari Tari tersebut.


“Enak ya.”
“Hmmm.. emang gak pernah makan siomay?”
“Yaaa.. beda aja rasanya.”
“Apa karena makannya sama aku ya.”
“Ihhh.. udah pandai ngerayu ya sekarang.”
“Aku gak ngerayu kok. Emang kamu merasa dirayu ya?”
“Ehhh…”


Taripun kembali terdiam dengan candaan berbau rayuan dari Arga tersebut. Baginya, baik itu yang sebenarnya ataupun hanya gombalan, akan membuat dirinya terbang dan menembus ruang angkasa bersama pria yang duduk dihadapannya kali ini. Ia tak habis pikir, berbagai prasangka buruk tentang Arga, akan hilang begitu saja jikalau langsung berduaan dengan Arga seperti ini. Apalagi, tadi ia telah mendengarkan secara langsung perasaan Arga tentang Yona yang selalu mengganjal hatinya selama ini.


“Tar…”
“Hmmm…”
“Kamu jangan main ngambek ngembekan sama aku lagi ya.”
“Kan udah aku maafin.”
“Kalau ini mah emang akibat keisenganku.”
“Trus?”
“Ya, seperti malam kemaren. Kan aku Cuma jemput mbak Yona. tapi.. kamu malah balas WA aku dengan balasan yang susah dijelasin.”
“Hmmm… emang kamu ngerasa apaan?”
“Gak tau. Tau gak? selama 10 menit aku mikirin sampai melihat satu huruf capital yang bakalan disusul teman lainnya. Tapi gak juga muncul muncul temannya.”
“Habisnyaaaa….. yaa aku kirim aja Y.”
“Habisnya kenapa? Kesal sama aku atau kesal sama sikap aku?”
“Gak tau..”
“Walau setelah aku utarakan semuanya kepadamu tadi?”
“Sekarang udah gak terlalu sih. Tapi kenapa kamu gak pindah aja sih darisana?”
“Aku kasihan sama mbak Yona Tar. Dan aku juga sudah berjanji untuk menjaga mbak Yona dari dia.”
“Dia?”


Tari pun mengerinyitkan keningnya mendengar pernyataan Arga. Apalagi ia berpikiran siapa maksud “DIA” yang dimaksud oleh Arga. Dan dengan keyakinan APA yang mendasari sampai Arga mau membantu dan menjaga Yona sampai segitunya.


Arga pun sebenarnya ingin menceritakan semuanya ke Tari. Tapi ia ingin mencari tahu dahulu apa maksud Christ mendekati Tari. Ia tak ingin jika semua ia ceritakan sekarang, malah akan membuat hubungannya dengan Tari menjadi renggang. Jadi ia menceritakan semuanya tanpa memberitahukan siapa orangnya kepada Tari. Tari yang mendengarkan dengan seksama tersebut hanya bisa angguk angguk seakan mengerti kenapa Arga bisa se care gitu sama Yona.


“Aku jadi penasaran, siapa sih orangnya. Sampai perlakukan hal yang tidak sepantasnya ke tunangannya.”
“Maaf, aku gak bisa kasih tau siapa orangnya. Tapi, kamu ngerti kan, kenapa aku segitunya ke mbak Yona?”
“Hmmm… aku ngerti. Dan kalaupun aku jadi kamu, pasti aku akan ngelakuin hal yang sama deh.”
“Makasih ya udah mencoba ngertiin aku.”
“Iyaaa… kok kamu menceritakan semuanya padaku? Mulai hidup kamu sampai mbak Yona?”
“Yaaa.. seharusnya jawabannya sendiri kamu tahu, dan tak perlu menanyakan hal itu padaku.”


Tari yang mendengarkan hal itu, langsung tersipu malu sembari Arga menatapnya tajam sambil tersenyum tersebut. Apalagi, dengan suara Arga yang berat, membuat Tari makin terkesima dengan hal itu. tanpa sadar, Tari pun menoleh ke samping. Dengan masih tersenyum dan makin merona, saat ia melihat dengan sudut matanya, Arga masih menatapnya dalam sambil mengunyah siomaynya.


“Cepat makan. Jangan liatin aku kek gitu terus.”
“Habisnya…”
“Kenapa?”
“Kalau makin merah pipi kamu, makin menikmati aku kalau makan.”
“Issshhh.. udah pandai ngegombal.”


Arga sendiri merasakan naluriahnya sebagai lelaki muncul. Ini hal pertama baginya. Tapi dengan santai ia bisa membuat Tari tersipu malu. Ia sendiri tak menyangka kalau ia bisa mengutarakan semua kata itu walau dalam kesehariannya jauh dari itu. Tapi satu yang pasti, ia bisa begitu, jika berada di hadapan Tari. Seolah Tari mampu membuka tabir baru bagi Arga.


“Makasih ya”
“Buat?”
“Yaa,, kamu selalu memberi kesempatan untukku.”
“Apaan sih.”


***


“Makasih ya sayang. Hihihi”
“Sama sama. Daripada aku liat kamu bête terus. Apalagi mikirin mereka kalau sama aku, lebih baik aku turun tangan kan.”
“Ihhh.. pake cemburu segalaaa… Jeje makin sayang sama kamu mas.”

MUUUUAAACCHHH


Jeje yang baru menceritakan saat Tari kembali tersenyum dan semangat ketemu sama Arga kepada Rian, mencium pipi kekasihnya tersebut. Sambil menyetir kendaraan, Rianpun mencoba merespon ciuman dari Jeje dengan sedikit mengarahkan pipi kirinya ke arah Jeje.


“Tapi kan….”
“Ihhh.. sayang nya Jeje udah minta sekarang ya imbalannya?”
“Hmmm…”
“Nanti aja ya Yang di klinik kamu.”
“Pemanasannya kan bisa disini.”
“Ihhh.. jangan dong. ntar ketahuan lho.”
“Yaaa… kamu maaahhh… bikin penonton kecewa aja.”
“Okeeee… just hand ya.”


Rian pun mengangguk persyaratan Jeje. Sebenarnya dengan kaca film yang hitam, membuat mereka gak keliatan dari luar, meski kini jalanan macet. Tapi Jeje masih takut akan kejadian yang tak terduga. Dan ia hanya membayar “jasa” Rian dengan memulai meraba kemaluan Rian dari luar. Jelas ini yang dimaui oleh Rian. Dengan tetap berusaha fokus untuk menyetir, Rian pun merasakan kalau jagoannya sekarang mulai merespon dengan elusan lembut dari Jeje.


“Udah berdiri aja ya. Kangen ya sama Jeje.”


Jeje pun mulai membuka resleting celana Rian setelah melihat ke arah kiri dan kanan sekedar memastikan keadaan aman. Apalagi sekarang, mobil mereka sedang berhenti menunggu lampu hijau. Untung saja dalam keadaan senja dan mendung begini tidak adanya anak jalanan yang menjajakan jualannya. Jeje pun semakin mantap dengan pegangannya yang mulai merespon tersebut.


“Yang, kok malah kamu buka.”


Jeje terkejut dengan Rian yang sudah membuka celananya hingga pahanya. Sesaat tangan yang telah kembali tersebut diraih kembali oleh Rian dan diarahkannya ke jagoannya. Memang, wajah Jeje yang masih ragu ragu sesekali melihat kiri kanan tampak menggemaskan bagi Rian.


“Jangan tegang gitu ih. Cukup jagoan ini aja yang tegang.”
“Abisnyaaa… “
“Gak bakalan ketahuan kok.”


Rian pun kembali menuntun tangan Jeje untuk menggenggam jagoannya. Apalagi kali ini tangan Jeje sudah dilatih untuk naik turun mengocok pelan batang kemaluan Rian tersebut. Rian pun mulai menggerakkan tangan kirinya menyentuh dada Jeje yang memang cukup menantang di seragam birunya tersebut. Apalagi payudara Jeje tersebut gagah dengan ukurannya yang selalu dinikmati untuk dibelai.


“Ahhh… Jangan yang.. nanti ada yang liaaattt…”
“Gak kok.. tenang aja.”


Tangan kiri Rian semakin bergeriliya di dada pacarnya tersebut. Jeje pun merasakan jari jari Rian di kulit payudaranya yang mulai membelai belai pelan. Darah Jeje agak berdesir ketika merasakan belaian itu mulai disertai dengan remasan-remasan lembut pada payudara kanan bagian atasnya. Akhirnya, remasan tersebut terhenti saat gigi mobil mengambil alih tangan kiri Rian yang mulai memajukan mobilnya karena lampu hijau telah menyala.


“Jangan berhenti dong yang ngocoknya.”
“Kamu maaahh.. pake belai belai susu aku.”
“Apa? Kamu mau lagi yang?”


Rian kembali meraih dada bagian kanan Jeje. Sambil tetap menyetir, Rian sesekali melirik ke sebelah kiri menikmati raut muka Jeje yang sedikit sebal payudaranya kembali lagi dibelai. Bahkan tangan Rian bukan hanya membelai, payudara kanan Jeje tersebut telah diremas secara aktif oleh tangan kiri Rian. Jeje yang berpikiran harus mempercepat keluarnya Rian, semakin menaikkan tempo kocokan tangannya pada batang penis Rian. Namun Rian pun telah menyiasati pikiran Jeje tersebut. Jari jarinya telah menyelusup ke dalam kemeja Jeje, bahkan langsung masuk ke dalam BH-nya Jeje yang seakan tak kuat menahan beratnya payudara tersebut.


“Ahhhh….!”


Jeje sedikit terpekik saat payudara kanannya terasa begitu penuh di telapak tangan Rian. Rian pun semakin gila dengan melanjutkan gerakannya dengan menarik tangan kirinya beserta payudara Jeje yang sedang digenggamnya tersebut keluar dari BH-nya dan kemeja biru tersebut.


“Jangan di aahhh keluarin masss… ntaaarrrr… aaahhhh…”


Jeje yang semakin menikmati hal tersebut berusaha mengembalikan payudaranya ke dalam kemeja dan BH-nya. Tetapi tangan Jeje tersebut langsung ditahan oleh Rian sambil mengisyaratkan ke Jeje kalau mereka dalam keadaan aman. Dengan semakin perasaan kemenangan, Rian kembali menggarap payudara kanan Jeje yang sudah keluar sempurna tersebut.


Remasan remasan lembut di pangkal payudara tersebut dilanjutkan dengan belaian memutar di sekitar puting membuat Jeje kehilangan kendali. Nafasnya mulai tidak beraturan. Dan tangannya yang semula mengocok penis Rian hanya diam menikmati bagian tubuhnya yang indah menjadi bulan bulanan tangan kiri Rian. Apalagi Rian mulai memelintir-melintir puting kanan tersebut dengan jari jarinya yang memberikan sensasi geli dan nikmat yang mulai menjalari tubuh Jeje. Rian pun merasakan puting berwarna kecoklatan tersebut mulai menegang dan membesar.


“Udaaahh yaaanggg.,… ntar aku keluaaarrr..”
“Keluarin aja yang.”
“Aaahh.. kamu curaangg.. kalau kek gini aku yang…..”
“Yang apaaaa?”
“Aku yang keluaaaarrrr.. aaahhh…”


Jeje yang memang memiliki kelemahan di payudaranya tersebut mulai merasakan kalau remasan di payudara kirinya tersebut hampir memuncak. Dia lupa dengan keadaan masih dalam mobil yang melaju cukup pelan tersebut mengeluarkan payudara kirinya dengan sendirinya. Rian pun menyadari akan hal itu. langsung ia pindahkan tangan kirinya ke payudara kiri Jeje yang membuat nafsunya semakin naik.


Jeje menggigit bibir bawahnya agar desahannya tidak semakin menjadi, ketika kenikmatan semakin menggila menjalar di bibir vaginanya. Rian yang sudah memperhatikan dari tadi bahwa Jeje terbawa oleh birahinya, semakin semangat menggarap kedua payudara Jeje tersebut.


Ketika melihat urat leher Jeje menegang tanda menahan rasa yang akan meledak di bawahnya, jari telunjuk dan jempol Rian menjepit kedua puting Jeje dan menarik agak keras ke depan. Rasa sakit mendadak di putingnya, membawa efek besar pada rasa gatal yang memuncak di vagina Jeje. Kedua tangan Jeje meremas jok kuat-kuat, dan mengeluarkan lenguhan tertahan dari Jeje.


“Hmmmmmmfffhhhh… aaaahhhh”


Akhirnya rasa yang tertahan tadi sudah keluar dari vagiannya. Jeje pun langsung terpaku dengan kenikmatan yang datang saat ini. Dan tangannya kali ini sudah terlepas dari batang penis Rian yang semakin membesar tersebut. Hal ini dikarenakan orgasme nya yang diperoleh hanya dari eksplorasi kedua payudaranya. Rian pun yang tersenyum bangga, langsung memegang kendali kemudi dengan kedua tangannya, dengan pikiran cepat sampai tujuan untuk menyelesaikan nafsunya.


“Udaaahhh?”
“Kamu curang mas.. aaahhh…”
“Tolongin pakaikan celana mas lagi ya.”
“Kok??”
“Liat kamu puas aja, mas semakin horny. Nanti aja di klinik kita selesaikan semuanyaaa..”
“Ihhh.. kamu curang mas. Udah bikin aku ngompol ginii.”


***


“Aaahhh… yang kuat kaakkk.”
“Memek kamu makin sempit aja ya.”
“Aaahhhh.. udah lama gak di genjot pake kontol besar kak Christ.”
“Hahahaha… kamu sih sibuk banget mata matain Yona.”
“Kak Chrissstt.. aaahh.. aja yang aaaahh susah dihubungii.. aaaaahhh… berita besar kek gini, baru kak Christ mau aaaaahhh.. mau ngentotin aku lagiiii..”
“Hahhaha.. aku lupa sayang. Aku lupa kalau udah nugasin kamu di sana.”
“AAAhhhhh.. sakiiiitttt kaaaakkk.. jangan di tusuk sambil hentak gituuuu.. aaaahhhhh…”
 
Icha???
Oooh damn


“Aaahhh… yang kuat kaakkk.”
“Memek kamu makin sempit aja ya.”
“Aaahhhh.. udah lama gak di genjot pake kontol besar kak Christ.”
“Hahahaha… kamu sih sibuk banget mata matain Yona.”
“Kak Chrissstt.. aaahh.. aja yang aaaahh susah dihubungii.. aaaaahhh… berita besar kek gini, baru kak Christ mau aaaaahhh.. mau ngentotin aku lagiiii..”
“Hahhaha.. aku lupa sayang. Aku lupa kalau udah nugasin kamu di sana.”
“AAAhhhhh.. sakiiiitttt kaaaakkk.. jangan di tusuk sambil hentak gituuuu.. aaaahhhhh…”
 
wuiiihhh.. pecinta gay hu?? wkwkwkw

Jiijaayy :berbusa:
Nganu itu maksudnya biar tuh keluarga makin keliatan ancurnya.

Loh loh loh itu sih christ lagi make si pita ya?

Suhu KA jahat sama nubie :((
Arga trisum sama si kembar nggak dikabulin, balas jasa ke mbak pita juga dikandaskan. Tahu2 mbak pita main dokter2an sama christ.
Apa yg suhu lakuin itu.......... Jahat!!!! :bata:
 
Wow Yona masih belum ngaku tunangannya Chris yg katanya bersahabat dg ibas. Kalo Yona balik ke ibas bakalan dapat barang bekas teman nih.:adek::pantat:.
Pantas banyak cewe yg takluk ama Chris punyanya besar euy. Apa itu icha ya? Kalo bener Keren nih Chris bisa dapat semuanya Cewe2 disini bakalan cowo2 nya dapat sisanya.
Underestimate:Peace::dance:
 
Terakhir diubah:
Hmmm jalan masih panjang nih blum ada yang bikin greget
seperti nya itu Pita deh, apa mungkin Icha ya?

Ayo Ibas pepet trus Yona nya, masa kalah sama Christ :pandaketawa:
 
wah makin menarik... mulai deh sedikit2 suhu KA menggiring pembaca utk mengikuti alur yg sengaja dibuat.
Sengaja suhu KA tarik ulur saat yona maupun arga menjelaskan siapa tunangan yona ? karena itu salah satu benang merah dari cerita ini. Sementara di fihak bad boy (christ) dia tentu nya tidak akan tinggal diam tetap menjadi benalu di keluarga tari dan ibas.

Siapa yg sdg main kuda2an dg christ? tebakan ane mengarah ke pita. Soalnya christ byk tau tentang arga dari info pita klw icha ane rasa bukan soalnya hubungan antara icha dan keluarga tari sangat dekat bahkan seperti adik kakak.
Apalagi tadi tari diantar pulang sama ibas ngga mungkin dlm waktu yg sama bs berduaan dg christ.
Nanti kelanjutan nya apalagi yg bakalan suhu KA sajikan... pantas ditunggu bikin penasaran....mksh suhu KA atas update nya.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd