Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Underestimated

Jika Suhu seorang Arga, suhu bakalan milih siapa?

  • Tari Sandra Aryagina

  • Yona Lusiana

  • Fannisa Khairani Pertiwi


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
EPISODE 2
--COOL ATAU DINGIN ???--




“Yakin lo gak mau bareng gue?”
“Gak mbak, aku sama kereta aja. Aku gak mau orang kantor tahu akan hal ini.”
“Gue ternyata betul kan menilai lo. Ya udah, ini stasiunnya. E-money yang semalam dibawa kan? Ntar lo turun di stasiun Cikini atau Gondangdia deh. Trus lo naik ojek aja. Atau order gr*b atau g* jek.”
“Iya mbak. Makasih ya mbak. Hati hati nyetirnya.”
“Oke. Jangan sampai telat lo.”

Setelah tiga hari ini Arga menyetujui permintaan Yona dalam surat yang dibuatnya dengan alih alih sebagai tugas perdana Arga yang diberikan oleh sang manager HRD. Sebuah permintaan yang mungkin Arga satu satunya yang mendapatkannya. Yona meminta Arga menemaninya untuk tinggal di apartementnya. Sebuah permintaan yang membuat Arga penuh tanda Tanya, apa yang dipikirkan oleh Yona mengajaknya untuk tinggal bersamanya.


“Maaf mbak. Saya gak bisa menandatanganinya”
“Lo pikir pikir dulu. Gua tau kok lo itu bukan orang bodoh apalagi dalam mengambil keputusan. I Believe That. Am I Wrong?”
“Ya mbak, hanya orang bodoh yang menerima SP 1 di hari pertamanya kerja. Tapi……”
“Hihihihi.”
“Maaf mbak, kenapa mbak mau aku untuk tinggal bersama mbak?”
“Dari pada lo ngekos atau ngontrak, lebih baik lo tinggal bareng gue. Iya kan? Lagian lo udah tau kan tempatnya.”
“Kalau seandainya aku………..”
“Karena gue tau, lo itu bukan lelaki seperti yang dipikiran negatif gue.”
“Kenapa juga mbak percaya kalau aku gak orang jahat? Jika aku…”
“Gue gak harus jawab pertanyaan yang sudah ada dibenak lo itu kan?”
“Iyaaa taapiii….”
“Itu terserah lo aja ya. Gue gak mau nunggu lama ya. Lagian itu ada accident kan di proyek kalimalang. Masa lo tega kalau gue yang harus inspek ke sana?”
“Gimana kalau habis dari tempat accident aku ambil keputusannya?”
“Only people who are not responsible for dereliction of first duty.”
“Hmmm.. Oke mbak. Tapi saya minta keringanan dalam tugas pertama ini.”
“Oke. Coba utarakan”
“Pertama, anggap aku ngontrak sama mbak. Jadi mbak jangan nolak jika aku bayar uang kontrakanku. Kedua, mbak jangan larang aku jikalau aku ntar hendak keluar dari apartement mbak. Dan yang terakhir, aku gak mau mbak minum lagi karena aku benci sama orang mabuk.”
“Karena terlalu banyak keringanan yang lo minta, jadi gue hanya kabulin yang terakhir. Itu aja rasanya gue udah terlalu baik sama lo. Mana ada tugas apalagi ini perdana pakai keringanan segala.”
“Gak bisa gitu dong mbak, kan aku….”
“Dimana mana keringanan itu hanya sekeping bukan segudang. Am I Wrong?”
“Hmmmm….”
“Lebih baik lo simpan uang lo. Nabung kek, atau lo beli apa gitu.”
“Apapun alasan mbak, tapi makasih ya mbak.”
“Okeee… sini suratnya.”
“Nah, kan belum ditanda tangani mbak.”
“Gue lebih yakin sama lisan daripada tulisan. And Welcome in PT Septia Karya Energy headoffice.”



“Maaf mas, e-money nya belum aktif. Silahkan mas aktifin dulu di mesin yang tertempel di dinding sebelah sana yang warna merah ya mas. Terima kasih.” Ucap petugas pintu masuk stasiun dimana Arga pertama kali menggunakan e-money dan pertama kali memasuki stasiun.

Arga langsung mengikuti instruksi yang diberikan petugas tadi menuju mesin kecil yang berwarna merah yang tertempel di dinding dekat penjualan tiket. Karena baru pertama kali menggunakan alat ini, Arga harus membaca tulisan yang berisi petunjuk menggunakan alat itu.

“Mas, maaf, masih lama? Atau boleh saya duluan? Soalnya saya sudah terlambat. Saya mau mastiin kalau masih ada saldo. Sekali lagi maafin saya mas.” Kata seorang wanita sambil menepuk pelan pundak belakang Arga.
“Oh.. silahkan”

Arga memberikan ruang untuk wanita yang ternyata membuat Arga terpana akan penampilannya. Wanita yang berambut panjang diikat belakang yang memperlihatkan lehernya yang jenjang dengan balutan hitam seperti pegawai bank. Dandanan yang begitu alami dan ditambah dengan kacamata yang membuat kecantikan wanita ini menghipnotis Arga.

“Mas. Mas.” Wanita itu melambaikan tangan di depan mata Arga yang masih dalam lamunannya.
“Eh iyaaa.”
“Terima kasih ya mas. Saya duluan. Cukup mas tempelkan kartunya disana. Udah itu aja.” Kata wanita itu langsung meninggalkan Arga sambil menjelaskan cara pakai mesin tersebut yang paham akan keraguan Arga memakai alat tersebut.

Setelah Arga berhasil masuk ke dalam stasiun, Arga kembali memainkan nalurinya untuk memilih kereta yang sesuai dengan tujuannya yang telah diarahkan oleh Yona tadi. Untungnya Arga bukan orang yang terlalu lama untuk mengerti dengan sesuatu yang baru.

Setelah berhasil menaiki kereta yang ternyata sangat padat di mana jam berangkatnya sejuta umat untuk bekerja. Arga hanya bisa berdiri di dekat pintu yang terbuka dan harus berdesakan dengan puluhan orang yang juga berdiri walau hanya mempunyai space yang kecil untuk mereka. Setelah berhasil menstabilkan keadaan, Arga menoleh ke arah depan pintu. Ia melihat wanita yang tadi membuat ia terpana tadi sedang berlari mengejar pintu masuk kereta yang ia tempati itu. Setelah wanita itu sampai di hadapannya, Arga langsung memberikan space untuk wanita tersebut berdiri.

“Hati-hati pintu akan ditutup.”

Naluriah Arga kembali muncul dengan memberikan tempatnya yang sudah nyaman ke wanita tadi yang nampak susah dengan posisi yang ia tempati. Dimana posisi tersebut bisa membuat wanita tersebut menyandarkan badannya ke besi penyangga tempat duduk tepi pintu gerbong tersebut. Ia tak rela melihat seorang wanita cantik tersebut dikelilingi oleh para pria yang memang membuatnya bisa merasakan minimal kulit wanita tersebut.

“Makasih ya mas. Lagi lagi mas bantu aku.”
“Sama sama mbak”

Arga memang bukan orang yang pandai untuk membuka percakapan yang baik. Apalagi jika berhubungan dengan wanita. Bisa dihitung, berapa wanita yang bisa ia ajak ngomong dengan lugas. Dengan lika liku hidup yang ia lalui, ia lupa akan menyenangkan hatinya yang harus diisi dengan siraman cinta dari seorang wanita.

Arga hanya bisa melirik ke arah wanita tersebut yang sibuk memainkan smartphone nya dengan wajah yang panik. Mungkin ia risau akan keterlambatan yang ia sampaikan tadi disaat pertemuan pertama mereka. Sekali ia juga membalas lirikan dari Arga yang membuat pemuda itu salah tingkah sambil melihat ke arah luar kereta dengan perasaan yang gugup. Tetapi wanita itu tak Nampak risih akan tatapan dari Arga tersebut. Ia hanya membalas dengan senyuman manisnya saat menangkap bola mata Arga meliriknya.

Stasiun Manggarai. Manggarai Station.
Hati hati dalam melangkah. Perhatikan celah peron.


Sesak yang tadi Arga rasakan sudah menghilang disaat sampai di stasiun yang terkenal sebagai stasiun transit tersebut. Bahkan Arga juga kehilangan pemandangan indah disaat wanita tadi juga turun di stasiun tersebut yang berganti kereta yang arahnya berbeda dengan dinaiki Arga. Bukan hanya sesak yang hilang dari gerbong kereta ini, bahkan Arga bisa duduk setelah melihat orang yang lebih diprioritaskan untuk duduk tidak ada.

Dalam hati kecilnya, ia menyesal dengan kebiasaan buruknya. Ia kesal telah gagal berkenalan dengan wanita cantik tadi karena berlandasan masa lalunya. Dalam duduk, ia hanya menyesali akan hal tersebut.


****


“Ta, lo udah tau dimana mas Arga tinggal?”
“Lo parah ya. kenapa harus gue sih yang harus cari tahu itu. kan lo yang suka.”
“Ya, ini beda Pit. Lo liat aja. Mas Arga itu cool bangeett. Gak bisa nanya gue, seakan gembok rumah gue sampai dibibir gue.”
“Cool apa dingin?”
“Hehehehe.. gak tau juga sih. Tapi tapi kan lo adminnya. Ya, lebih banyak interaksi lo lah daripada gue. Tolongin laaahh.”
“Tau gak, Arga itu dingin banget Cha. Dia aja ngomong sama gue kalau ada perlunya dan itu semua berhubungan sama kerjaan.”
“Yaaaa.. lo tolong gue lah.”
“Kok lo jadi cewek agresif gini sih?”
“Untuk dapetin cowok seperti mas Arga membutuhkan lebih dari percaya diri Pitaaa.”
"Yaaa.. gak harus sampai ngilangin malu lo juga kan Cha.”
“Untuk saat ini, lo jangan tahu deh apa alasan gue bisa gitu ke mas Arga. Cukup lo tolongin gue. Masa lo tega liat gua jomblo gini?”
“Satu sisi, gue senang dengan lo udah move dari mantan lo. Tapi kenapa Arga yang notabene……”


“Ehmmmm… Ehmmmm…”
“Fannisa, kalau pak Arga sudah datang, suruh langsung ke ruangan saya ya. Eh, kamu Pita, kenapa masih disini? Tugas dari Pak Arga sudah kamu kerjakan?”

Yona yang datang dari belakang meja resepsionist mendengar semua obrolan yang terjadi antara sang resepsionist dengan admin HSE. Fannisa Khairani Pertiwi, gadis muda yang baru mengambil cuti kuliah di tempatnya kuliah dan bekerja sebagai resepsionist perusahaan ini dengan alasan biaya hidup. Icha, panggilan akrabnya sedang membicarakan tentang Arga, lelaki yang telah membuat ia penasaran bersama Pita, teman dekatnya di kantor.

Setelah kembali ke ruangannya, Yona masih mengingat kata kata yang terjadi di pembicaraan Icha dan Pita. Apalagi jika ia mengingat kata Pita yang mengatakan kalau Arga itu sosok pria yang dingin, pria yang telah tinggal bersamanya tiga hari ini.

“Hmmm.. aku juga ngerasa dingin, walau Arga sudah tinggal bersamaku.” Batin Yona mulai berkata.


“Lo udah makan?”
“Udah tadi mbak. Aku ke dalam dulu ya mbak.”
“Sini duduk dulu.”

TOKKK TOOKKK

“Biar aku aja yang bukain mbak. Terusin aja makannya”

“Lo siapa?” suara yang tak asing didengar lagi oleh Yona
“Maaf mas. Jika bertamu ke rumah orang, alangkah lebih baiknya mas berlaku sopan.”
“Ini rumah tunangan gue ya. dan Lo siapa?”
“Mulai saat ini, aku juga salah satu penghuni rumah ini. Dan maaf, orang yang mas cari telah tidur. Lagian mas punya jam tangan kan. Silahkan mas lihat jam berapa sekarang.”
“Oke. Walau gue gak tahu siapa lo. Dan apa hubungan lo sama Yona. Gua gak bakalan diam kalau lo apa apain Yona.”
“Hmmm…”
“Dan sampein ke Yona, kalau gue datang ke sini.”
“Oke mas. Saya bakal sampain ke Mbak Yona.”

“Mbak udah dengar kan? Jadi, gak perlu aku ulangi lagi kan mbak?”
“Iyaaa..”
“Kok lo gak bolehin dia masuk?”
“Naluri aja mbak.”
“Sok tahu lo.”
“Kalau seandainya mbak mau nemui dia, pasti mbak bakalan nyegah aku dan nyuruh mas yang katanya tunangan mbak itu masuk kan.”
“Lo emang pintar ya. gak salah lo dipindahin ke pusat.”
“Ya udah mbak. Aku ke dalam dulu ya.”
“Oh iya, mulai besok lo jangan makan di luar lagi. Lo bisa masak kan? Lo pakai aja tuh peralatan masak. Kalau isi kulkas udah habis, lo lapor aja ke gue.”
“Tapi mbak…”
“Lo yang bilang kemaren kan, kalau permintaan gue susah diajak kompromi.”
“Hmmm… makasih mbak. Aku benar gak nyangka dapat bos yang sebaik ini ke karyawannya.”



TOKKK TOKKKK TOKKK

“Masukkk” Yona mempersilahkan orang yang mengetuk pintunya yang sedikit terbuka itu masuk.
“Maaf buk. Kata Fanni, ibu manggil saya.”
“Iya masuk. Tutup pintunya.”
“Ada apa mbak?”
“Baru nyampe lo?”
“Iya mbak.”
“Lo tau kalau lo itu telat, tau kan?”
“Iya mbak, aku minta maaf ya mbak.”
“Kan lo sendiri yang bilang bakal menjaga kewibawaan gue.”
“Oke mbak. Aku janji ini terakhir kali.”
“Kenapa lo telat? Tadi udah gue bilang, lo bareng gue aja. Kan bisa lo turun di simpang.”

Arga menjelaskan ke Yona alasan kenapa ia bisa terlambat. Mulai dari ia yang tidak tahu cara pemakaian alat pengecheck saldo e-money sampai ia tiba di stasiun sesuai dengan instruksi Yona tadi pagi. Tak lupa ia juga menceritakan wanita yang ia lihat tadi. Entah kenapa begitu jujurnya Arga ke Yona.

“Hahahaha.. jadi lo bisa jatuh cinta juga? Gue kira lo gak suka cewek.”
“Ya aku normal mbak.”
“Trus?”
“Apaan mbak? Langkah selanjutnya? Aku gak bisa apa apa. Tau namanya aja gak.”
“Hahahaha… lo lebih dari pikiran gue ya.”
“Lebih?”
“Jadi lo dingin gini, karena susah deketin wanita ya?”
“Salah satunya mbak”
“Walau gue gak tau alasan terkuat buat lo jadi gini apaan, tapi gue ngerti kok.”
“Hmmm.. iya mbak. Ya udah, aku kembali ke meja ya mbak.”
“Tadinya gue mau marah, tapi entah kenapa kedinginan lo buat api di tubuh gue padam.”
“Makasih sudah tidak memarahiku mbak.”
“Oh iya, ingat ya, lo harus turunin suhu kedinginan lo untuk dapetin cewek yang lo suka Ga.”
“Harus ya mbak? Bukannya cewek itu suka cowok yang cool ya mbak?”
“Beberapa sih”
“Kalau mbak sendiri?”
“Sejak lo datang ke hidup gue. Gue suka cowok seperti lo Ga.” Batin Yona menjawab.
“Bingung ya mbak jawabnya? Segitu susahnya ya pertanyaanku?”
“Hahahaha.. udah mulai akrab lo ya sama gue. Mana dingin dingin lo?”
“Hahahaha.. maaf mbak. Ya udah mbak. Saya kembali ya.”
“Hmmm.. baik. Oh iya Ga, dingin sama cool itu beda lho.”
 
Mantap update nya..

Ternyata ditawari tinggal satu apartemen...

Bisa khilaf ini :hore:
 
Arga dingin ke wanita mgk pnya pengalaman buruk tnt kisah cintanya, sudah bnyak yg antri nich si yona, icha sm pita.. Kapan ke ane banyak yg antri hahaha:hore:
 
Wah pertanda awal poligami sama kaya cerita sebelah dulu 1 laki direbutin cewe banyak wajib poligami
 
suka ganre beginian ... menunggu lanjutannya dipojokan..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd