Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Underestimated

Jika Suhu seorang Arga, suhu bakalan milih siapa?

  • Tari Sandra Aryagina

  • Yona Lusiana

  • Fannisa Khairani Pertiwi


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
EPISODE 25
--MULAI TERKUAK?—



“Ngapain lo kesini?” Tanya Christ saat terkejut melihat Arga telah datang ke kamar yang ia huni beberapa hari ini.
“Ada mbak Joanna juga. Hmmm…” Bukannya menjawab pertanyaan Christ, Arga malah tersenyum sinis melihat perempuan yang duduk didekat penghuni kamar ini.
“Keluar lo… atau gue panggil anak buah gue?”
“Santai mas. Aku hanya nyampein sesuatu kok kesini?”
“Apa?”

Pertanyaan Christ belum dijawab oleh Arga. Arga hanya memandang ke Joanna yang memang dalam rona ketakutan dan kecemasan. Apalagi saat Arga sampai, ia sedang memegang kepala Christ sambil tangan mereka menyatu di atas ranjang rumah sakit ini. Terkuak sudah di dalam benak Arga, kenapa selama ini pandangan wanita ini terasa lain kalau bertemu, apalagi saat ia berinteraksi dengan Yona.

“Mas, aku keluar dulu ya.” kata Joanna sambil memegang bahu kiri Christ yang dipenuhi tato tersebut.
“Aku harap mbak Jo tetap disini.”
“Apa maksud kamu?”
“Ini penting untuk kalian berdua.”
“Maksudnya?” Tanya Joanna dan Christ bersamaan heran dengan pernyataan Arga.
“Untuk mas nya, aku sudah tahu apa sebenarnya penyebab mbak Yona bisa nurut sama mas dan mengabaikan keselamatannya sendiri. Apalagi setelah melihat ada mbak Jo yang baru saja menjadi staff HRD disini, semakin memperkuat analisaku. Kalau untuk mbak Joanna, saya tak segan segan melaporkan semua ini ke suami mbak kalau mbak masih tetap ikut berkontribusi. Saya rasa mbak sudah tahu apa maksudku.”
“Lo ngancam gue?”
“Saya gak mengancam kok. Tapi Cuma memberitahukan kalau saya tahu apa dibalik semua ini. Dan ini pengharapan, bukan ancaman. Saya harap mas Christian Mahesta melepaskan mbak Yona ke sahabat mas yang sangat percaya sama mas.”
“Maksud kamu? Jangan mengada-ada.” Tanya Christ yang masih tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Arga ini.

Arga memang mulai berfikir dengan logikanya semenjak apa yang ia dengar dari Yeni. Apalagi tadi ia bersama dengan Tari yang memang tanpa disadari kalau orang yang dibicarakan adalah kakaknya. Awalnya, dirinya terkejut dengan apa yang ia dengar. Tetapi dengan ditambah dengan rasa penasaran Tari saat mendengar cerita Yeni, membuat Arga menyimpulkan semua ini. Namun, ini semua hanya ia ketahui sendiri. Tanpa ia memberitahukan kepada Tari siapa tunangan Yona sebenarnya.

“Ibas?”
“Iya, itu lelaki pertama yang dikenalkan kak Yona kepada kami semua. Yeni juga yakin kalau Kak Ibas merupakan lelaki yang sangat dicintai kak Yona. dan Yeni juga melihat sebaliknya dari seorang Kak Ibas. Tapi entah kenapa ayah yang awalnya setuju dengan ini semua menjodohkan kak Yona dengan pria brengsek itu.”
“Trus, kak Yona mau?”
“Kak Yona adalah kakak terbaik bagi kami dan anak yang disayang ayah sama ibu karena dia paling patuh sama namanya perintah orang tua. Apalagi ini berkaitan dengan usaha papa.”
“Jadi tunangan mbak Yona memanfaatkan itu semua?” emosi Tari mulai naik dengan apa yang ia dengar.
“Sssttttt.. dengerin aja ya.” kata Arga menenangkan Tari sambil mengelus tangannya. Dan tatapannya kembali ke Yeni yang hanya mengangguk dengan pertanyaan Tari tadi.
“Kasihan mbak Yona. trus,……”
“Ssstttt…” Arga kembali menenangkan Tari setelah Yeni yang mulai menunduk dan tampak dari raut wajahnya yang sedih. Orang seceria Yeni bisa murung saat menceritakan kakaknya sempat membuat heran Arga. Tapi ia mengerti kalau sebegitu besarnya sayangnya ke kakaknya tersebut.
“Kalau kamu gak kuat untuk lanjutin, gak usah. Biar itu tertutup dengan sendirinya.” Kata Arga lagi dengan mengusap kepala Yeni dengan tangannya yang ia lepaskan dari tangan Tari tadi.
“Gak kak. Yeni rasa kak Arga pun tidak mengetahui semua ini. Dan entah kenapa Yeni merasa kalau kak Arga harus mengetahuinya.”
“Hmmm…” jawab Arga sambil memandang ke arah Tari yang masih antusias mendengar cerita Yeni.
“Dan kak Tari juga boleh mendengarkannya.”


Yeni yang menceritakan semua yang terjadi antara Yona sampai akhirnya bisa bertunangan dengan “Pria Brengsek” itu. Yeni memang mengganti nama Christ dengan sebutan “Pria Brengsek”. Awal yang membuat keharmonisan keluarganya hancur. Sampai Yona tidak tinggal di rumahnya lagi dan memilih untuk tinggal di apartemen seorang diri. Hal itu dikarenakan sikap ayahnya yang selalu berlawanan kalau ada hal yang berkaitan dengan “Pria Brengsek” tersebut.

Bahkan sampai saat ini, ayah dan Tari masih enggan untuk berbicara. Yona sendiri seakan menghindari bertemunya langsung dengan sang ayah. Yona bahkan terlebih dahulu menelpon ibunya terlebih dahulu kalau ingin berkunjung ke rumah. Bukan ia marah kepada ayahnya, tapi karena ini semua untuk kebaikan bersama. Yona tak mau kalau keadaan yang sama terulang kembali.


“Kejadian?” Tanya Tari yang terbawa suasana dengan cerita Yeni.

Kembali Arga menggenggam tangan Tari agar Tari sedikit bersabar hingga Yeni memang sudah mengakhiri ceritanya. Ia sambil tersenyum melihat ke Tari yang hanya mengembungkan pipinya yang memang sudah tembem tersebut.

“Yuni, menderita penyakit jantung. Dan kejadian menyeramkan itu terjadi. Hikksss Hiikkksss”

Arga yang mendengar akan hal itu langsung meninstruksikan untuk berganti posisi dengan Tari. Ia langsung memeluk tubuh adik kecilnya tersebut yang menangis sejadi-jadinya di pelukannya. Dengan sambil memeluk tersebut, tangannya tak lupa mengelus elus lembut kepala Yeni yang membuat Yeni makin mengeratkan pelukannya.

“Udahhh.. gak usah mengingat itu lagi”

Tari yang melihat apa yang terjadi juga terisak membayangkannya. Dimana selama ini ia tidak pernah mengalami hal yang menakutkan bagi seorang anak tersebut. Beruntung rasanya ia bisa dilahirkan di keluarga yang harmonis tersebut. Apalagi yang ia lihat saat ini sungguh membuatnya tersedih. Dimana pria yang sedang memeluk tubuh remaja wanita tersebut bukanlah orang yang mendapatkan kasih sayang penuh orang tua. Tetapi ia bisa menenangkan Yeni. Tampak dari wajahnya dan prilakunya yang berusaha menenangkan dan menghibur sang wanita.

Dan hal ini juga membuat Tari yakin akan perasaannya kepada pria ini. Ia tak pernah melihat seorang pria yang begitu tegar dengan kisah hidup yang ia alami. Sampai akhirnya ia sekarang sedang menenangkan seorang remaja yang mengalami ketidakharmonisan keluarga.

“Makasih kak. Aku sudah lama tak merasakan pelukan seorang kakak laki laki setelah kak Ibas tidak berkunjung.”


Mendengar yang diucapkan Yeni, Tari terlepas dari kekagumannya tersebut. Langsung ia fokus dengan apa yang menjadi bahan pikiran saat ini. Nama Ibas cukup mengganggu pikirannya. Entah kenapa ia merasa Ibas yang dimaksud adalah kakaknya sendiri. Tampak Arga juga mengerinyitkan alisnya mendengar nama Ibas kembali muncul. Seberapa dekatkah keluarga Yona dengan pria yang bernama Ibas ini.

“Emang kak Ibas itu kemana?” Tanya Tari yang merasa sudah melihat Yeni agak tenang di pelukan Arga.

Yeni yang melepas pelukan Arga langsung mengusap pipinya yang memang masih tertinggal buli-bulir air matanya sendiri. Sambil tersenyum ia melihat ke arah Arga dan Tari secara bergantian. Seakan melihatkan kalau ia wanita yang ceria dan tegar.

“Semenjak Kak Yona tunangan, kak Ibas sempat ke rumah mencari kak Yona, tetapi kak Yona selalu menghindar. Dan Yeni juga merasa kak Ibas juga mencari kak Yona di tempat kerjanya. Sampai akhirnya kak Yona pindah ke apartemen agar kak Ibas gak ketemu langsung dengan ayah. Satu hal yang ditakutkan oleh kak Yona. Dan Yeni baru tahu kalau itu semua karena”Pria Brengsek” itu adalah ………..”

UHUUUUUKKKKK…..

“Kamu kenapa ga?”
“Kak Arga kenapa?”


Cerita Yeni terputus dengan tiba tiba Arga batuk. Perhatian Yeni dan Tari langsung beralih dengan kondisi Arga. Tari yang mengambil air langsung memberikannya ke Arga. Tak lupa ia mengusap usap lembut punggung Arga. Dan Yeni sendiri tampak khawatir dengan keadaan Arga yang tiba tiba tersebut. Ia juga memegang dambil mengurut pelan bahu sang kakak barunya tersebut.

"Udah.. aku gak apa kok.”
“Yakin?” Tanya Tari yang memperlihatkan kecemasannya.
“Iya. Insyaaalah.” Jawab Arga sambil meminum kembali air pemberian Tari tadi.
“Kak Arga kenapa sih, bikin kak Tari cemas gitu aja.” Kata Yeni yang membuat Arga langsung menoleh ke wajah Tari tersebut.
“Ngapain liat-liat. Huuuu”
“Hihihihi… bom kak Tari meledak bentar lagi tuh kak.”
“Kamu lagi. Malah ngetawain kakak. Tadi aja kamu juga panik saat Arga batuk mendadak.”
“Iya kak Arga sih.”


Mereka kembali tertawa melupakan kesedihan yang mengingat masa lalu Yeni. Tampak Yeni kembali ceria dengan menggoda Tari yang kembali memerah pipi dan wajahnya. Seakan ia lupa kalau cerita tadi terpotong.

“Untung saja obrolan itu terhenti. Belum saatnya Tari tahu siapa tunangan mbak Yona sebenarnya.” Batin Arga.

Sampai akhirnya, tiga orang wanita muda seumuran dengan Yeni datang menghampiri mereka. Rupanya tiga wanita tersebut teman Yeni yang memang pergi bersama dan mengajak Yeni untuk pulang bersama. Dan Arga pun mengizinkan setelah memastikan kalau Yeni, adik barunya tersebut sampai ke rumah dengan selamat. Sampai akhirnya ia ditinggalkan berdua dengan Tari sambil melihat kepergian Yeni dan kawan-kawannya sampai menghilang dari pandangannya.


“Kenapa?” Tanya Arga saat Tari kembali dari pandangannya melihat kepergian Tari.
“Eh… Apaan?” jawab Tari yang terkejut dengan tatapan Arga yang memandangnya sangat dalam yang ia rasakan saat ini.
“Hahaha.. malah gugup.”
“Lagian tatapanmu itu.”
“Perasaan gak ada yang salah sama tatapanku. Biasa aja. Emang ada yang salah? Sampai kamu gugup gitu?”
“Eh.. kagak kagak kagak…Apaan sih.”


Tari yang mendapatkan tatapan Arga yang ia rasakan sangat dalam merasa sangat gugup. Apalagi momen ini saat ia berduaan dengan Arga. Dan pertama kali ia merasakan tatapan seorang pria yang membuatnya melayang tersebut. Walau bagi Arga, ia tak merasa mengubah tatapannya melihat Tari, tapi bisa membuat pipi khas Tari tersebut kembali berseri.

“Harusnya pelayan yang barusan lewat berhenti. Untung aja gak ada polisi.”
“Kenapa?” Tanya Tari yang heran dengan ucapan Arga.
“Ya, menerobos lampu merah.”
“Apaan sih.”


CEKLEKK….

“Aku kemba…li.”
“Icha?”

Perhatian di ruangan tersebut langsung tertuju kea rah pintu yang terbuka. Semuanya terkejut akan kedatangan wanita yang memang memnita izin untuk membeli makanan dan pulsa tersebut. Dan yang paling terkejut akan kedatangan wanita tersebut adalah Arga. Ia bahkan mengerinyitkan alisnya dan menatap Icha yang tampak sudah berada di ruangan ini sebelum ia datang. Walau dalam beberapa hari belakangan ia menghindari Icha, tapi tak ada sedikitpun ia menilai Icha yang tidak tidak.

“Mas Arga?”
“Kamu kenapa ada disini?”
“Aku menjenguk pak Christ, mas sendiri?”
“Hmmm…”

Arga tak menjawab pertanyaan Icha. Ia langsung menoleh ke arah ranjang yang ditiduri Christ dan Joanna yang masih setia menemani Christ tersebut. Walau masih berfikir apa hubungan Icha dengan pria yang terbaring akibat perbuatannya tersebut, tapi ia masih berasa kalau Icha tidak terlibat dengan scenario yang dibuat Christ. Dengan berupaya tenang, ia mengucapkan rangkaian kata yang tujuannya untuk mengingatkan Christ.

“Saya ingatkan kembali pak Christ, jangan sampai bapak mengalami hal yang lebih buruk dari ini. Karena mungkin keluarga bapak tidak menginginkan semua ini. Saya permisi. Cepat sembuh pak.”


***​

“Arga belum pulang?”

Jawaban Ibas hanya dibalas gelengan dari Yona. Dimana malam ini ia datang ke apartement Yona kembali sesuai janji sebelumnya kepada wanita yang masih ia cintai ini. Bahkan ia rela menyingkat jam besuk melihat sahabatnya supaya ia bisa kembali bertemu dengan Yona. Walau hatinya bertanya-tanya kenapa ia masih berhubungan dengan tunangan orang, tapi akal sehat itupun kandas jika perasaannya berkuasa.

“Mungkin mereka lagi berpacaran.”
“Mungkin. Kamu dari kantor?”
“Gak. tadi aku dari tempat Christ. Kamu masih ingat sama dia kan?”
“Christ?”
“Iya.. sahabat terbaik yang pernah kenali itu.”
“Hmmm… maybe”

Pikiran Yona kembali berkecamuk dengan mendengar nama Christ yang keluar dari mulut Ibas. Ia masih merasa trauma apa yang terjadi pada malam tersebut. Dimana ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana sosok Arga yang berbahaya saat menghabisi Christ. Kalau saja ia tidak memegang tangan Arga, mungkin hanya tinggal nama tunangannya tersebut.

“Kamu kenapa Na?”
“Eh, gak… gak apa kok.. gimana keadaannya?”
“Lumayan sudah membaik. Tapi kasihan sama dia Na. entah berapa orang perampok yang mengeroyok dia sampai lukanya cukup parah gitu.”
“Perampok?”
“Iyaaa.. dan itu satu lagi yang aku herankan. Barang-barang yang hilang di apartementnya tersebut tak ada. Aku ngerasa ini bukan kasus perampokan deh. Tapi penganiayaan.”

Yona kembali berfikir, kenapa Christ malah membuat keterangan palsu. Jika saja Christ bercerita sebenarnya, mungkin Ibas akan mengetahui semua itu. Bahkan saat ini Ibas gak berada disini bersamanya. Bahkan untuk bertemu dengannya saja, Ibas mungkin menolak.

“Kamu kenapa Na? Sakit?”
“Sedikit capek aja kok Bas.”
“Kamu memang tidak berubah sedikitpun ya.”
“Hmmm… kamu mau minum apa?”
Coca Cola masih ada?”
“Aku gak tau Bas. Kamu sama Arga sama sama doyan minuman bersoda ya. Tunggu bentar ya.”

Yona yang berjalan menuju dapur tersebut kembali memikirkan niatnya. Sebelumnya, ia sudah berniat untuk menceritakan semuanya kalau ia bertemu dengan Ibas. Apalagi pada malam itu, ia mendengar sendiri apa yang selama ini yang ia takutkan itu akan menjadi kalau ia tak segera menjelaskannya secepatnya. Hal itu lah yang disampaikan oleh Arga sendiri. Walau ia tahu kalau Arga masih dalam emosi yang tinggi, ia melihat sosok Arga bisa berfikir jernih dengan permasalahan yang dihadapi olehnya tersebut.


“Hmmm…”
“Aku tadi mengikuti mbak. Karena aku merasakan hal yang tidak enak.” Kata Arga seakan mengetahui apa maksud Yona.
“Aku melihat mobil yang mbak naiki memasuki apartemen itu. Lalu aku mengikuti mbak dan aku melihat mobil Christ diparkirannya. Aku langsung saja berpikiran yang tidak tidak. Aku memaksa satpam tadi memberitahukan posisi kamar Christ.” Tambah Arga menjelaskan kenapa ia bisa datang menyelamati Yona.
“Hiiikkksssss….”
“Aku hanya menjaga janjiku mbak. Dan berusaha menepatinya. Karena dalam hidupku, mbak sudah aku anggap keluargaku. Orang yang aku sayangi. Dan aku harap mbak tidak merugikan diri sendiri lagi.”
“Makasih… hikkkssss…”
“Ada lagi yang mbak tutupi lagi selain ini?” Yona hanya menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Arga.
“Jadi yang semalam ke apartemen itu, Christ?”


Yona tampak terkejut dengan apa yang ditanyakan Arga. Memang ia sendiri tidak menceritakan kedatangan Ibas ke apartemennya semalam, bahkan ia sendiri sudah menyemprotkan beberapa pewangi ruangan untuk menghilangkan bau yang mencurigakan. Termasuk sampah tissue yang memang sudah menggunung akibat air mata dan cairan dari hidungnya saat ia bercerita dengan Ibas . Tetapi, kenapa Arga bisa mengetahuinya? Itulah yang ia pertanyakan saat ini.

“Aku bisa merasakan ada hal yang aneh saja. Dan juga, coca cola ku habis. Dan mbak gak mungkin untuk meminumnya. Apalagi yang hilang 2 kaleng. Dan juga kamarku, aku merasakan ada hawa lain yang masuk selain mbak. Apakah itu pria itu?”
“Hiiikkkssss.. maafkan mbak.”
“Gak.. gak ada yang salah kok mbak. Aku tahu mbak tertekan. Dan ingat mbak. Aku akan tetap mewujudkan janjiku. Aku akan menjadi pelindung mbak.”
“Hikkkssss.. bukan dia Ga… Bukan dia.”


Mendengar itu, Arga sendiri terkejut. Siapa lagi orang yang dibawa Yona ke apartementnya. Ia selama ini mengenal Yona sebagai pribadi yang susah untuk dekat dengan orang. Apalagi sampai dibawa ke apartementnya. Berarti orang ini adalah orang yang dekat dengan Yona. Yuni? Yeni? Kalaupun itu, pasti Yona tidak merahasiakan dari dirinya. Itu yang ada dipikiran Arga yang sambil mengemudikan mobil tersebut sambil sesekali melihat ke arah Yona yang kembali terisak dan menunduk.

“Yang semalam ke apartement itu lelaki yang dulu aku sayangi. Bahkan sampai sekarang, aku masih bisa merasakan perasaan itu. selama ini aku menghindar darinya karena Christ. Karena aku menyembunyikan semuanya dari Dia. Bahkan jati diri Christ aku sembunyikan darinya. Satu-satunya yang aku katakana padanya bahwa aku sudah tunangan walau ia tak percaya. Hiiikkkkssss. Aku takut kalau ia tahu, ia akan membenciku dan membenci keluargaku apalagi Yuni yang sangat menyayanginya. Hikkssss”
“Sssstttttt… mbak mau aku berhenti dulu?”
“Gak usah Ga. Aku hanya mengutarakan semuanya padamu. Karena aku melihat dirinya didirimu. Sampai akhirnya aku melakukannya denganmu dan terbawa suasana. Bahkan sempat cemburu dengan sikapmu ke Tari. Maafkan aku.”


Arga yang mendengar hal tersebut kembali bergumam. Apa yang ia pikirkan dan pertanyakan seharian ini atas tingkah Yona akhirnya terjawab. Bahkan hal lebih yang ia pikirkan terjadi. dan menyadari kalaupun Yona masih merasakannya, ia tak tahu akan bagaimana bersikap. Yona orang yang baik selama ini dan “merawatnya” dengan Tari sang pujaan hatinya. Pasti ia dilemma dengan pilihan yang sulit ini.

“Tapi, setelah semalam aku bertemu dengannya, aku sadar kalau aku hanya kangen dengan dia. Aku salah menaruh perasaan padamu. Maafkan aku.”
“Hmmm.. gak apa apa mbak. Aku boleh kasih saran?”\
“Tak perlu kamu meminta izinnya.”
“Hmmm… entah kenapa, aku pingin kalau mbak cepat beritahu mantan mbak itu. Semakin mbak menundanya, semakin tinggi rasa bersalah mbak. Dan juga aku merasa kalau ia masih merasakan hal yang sama dengan mbak. Pasti ia menerima dengan alasan keterpaksaan dalam pertunangan mbak.”
“Kok kamu bisa berfikir begitu, sedangkan kamu tidak mengetahuinya?”
“Aku hanya ikuti hati kecilku mbak. Dan apa motif mbak menyembunyikannya, aku gak mau tau mbak.”



“Silahkan Bas.” Saat Yona meletakkan coca cola dan sedikit cemilan.
“Makasih sayang.”
“Sayang?”
“Gak boleh? Karena kamu tunangan orang?”
“Hmmm..”
“Itu perasaanku ke kamu Na. aku rasa gak salah melafalkannya.”
“Tapi Bas?......”

Yona yang terdiam dengan tangan Ibas sudah menggenggam tangannya. Bahkan Ibas menggelengkan kepalanya supaya Yona tidak merusak suasana yang memang diinginkan oleh mereka. Tampak Yona tak bisa menyembunyikan binary matanya, melepas rindu yang sangat mendalam pada lelaki yang berada di depannya sekarang. Ibas yang mengikuti nalurinya langsung mencium lembut pipi Yona sambil membisikkan kalau ia selama ini tak pernah melupakannya.

“Aku hanya ingin kamu, tak berkurang sedikitpun.” Kata Ibas yang membuat Yona menitikkan air matanya kembali.
“Ssstttt… aku sayang kamu Na. Ini saatnya aku memperjuangkanmu. Walau harus menghadapi tunanganmu.”

Ibas yang kemudian memeluk Yona sangat erat. Dalam pelukannya tersebut, Ibas kembali berbicara yang membuat Yona semakin meeratkan pelukannya.

“Tubuh ini yang selalu aku idamkan Na. Tak akan aku lepaskan kali ini.”

Tampak Ibas melanjutkan nalurinya dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Yona. bibir tipis Yona sudah disentuh bibir Ibas dan ciuman menggelora kembali terjadi di dua insan tersebut. Bahkan kedua mata mereka terpejam merasakan kerinduan yang memang susah terbendung. Wajar saja ini terjadi. karena semenjak Yona memutuskan untuk menghindar dari Ibas, keduanya tak lagi bersama.

“Bibir ini yang membuat aku selalu menahan mulutku menyentuh bibir wanita lain.”

Kembali Ibas mengeluarkan kata-kata yang membuat Yona semakin sesak akibat menahan kerinduan selama ini. Ia sempat terkejut mendengarkan kalau Ibas selama ini tidak melakukan dengan siapapun. Hal ini menegaskan kalau pria yang sedang memeluknya kali ini benar benar mencintainya. Tak salah perasaannya selama ini menginginkan pria ini. Menginkan Ibas menjadi pendamping selama hidupnya.

Perlahan Ibas yang terbawa gairah terpendam mendaratkan tangannya yang tadi mendekap tubuh Yona, mengelus bagian leher Yona dan wajah Yona bergantian. Sambil bibir dan lidah mereka masih bertautan. lama ia ingin memegang tubuh Yona lagi, mencumbunya dengan perasaan seperti ini. Sampai akhirnya tubuh mereka sudah terbaring di sofa tersebut dengan tubuh Ibas menindih tubuh Yona.

“Hanya kamu wanita yang akan buatku bahagia Na.”

Yona yang berada di bawah tindihan tubuh Ibas tak merasakan berat badan Ibas. Yang ia hanya rasakan adalah kehangatan dan kemesraan yang sudah lama tak ia rasakan. Lama tautan bibir mereka berdua bersatu, sampai akhirnya Ibas melepaskan ciumannya dan menatap wajah wanita pujaannya tersebut. Menyadari ciumannya terlepas, Yona mulai membuka matanya yang sedari tadi tertutup menikmati kemesraan tersebut. Ia bahagia saat membuka mata, tampak wajah Ibas yang sedang tersenyum.

“Aku sangat menyayangimu Na.”
“Hiiikkkkssss…. Apakah aku pantas mera……..”

Tak mau mendengar keluh kesah Yona lagi, Ibas kembali mendaratkan bibirnya di bibir Yona sehingga kata-kata Yona terpotong. Cukup lama bibir mereka kembali berpagutan. Bahkan sekarang gairah mereka berdua kembali muncul dan sudah susah untuk mereka bendung.

“Masih boleh aku …..?”

Kali ini Yona yang memutus pertanyaan Ibas. Seakan Yona tak mau melepaskan ciuman yang sangat ia resapi ini sangat ia ingini ini. Dengan sikap Yona tersebut membuat Ibas melancarkan serangan yang selama ini tidak ia lancarkan ke wanita manapun. Seumur hidupnya hanya dengan Yona lah ia melakukannya.

Leher Yona ia belai sambil bibirnya masih bermain di bibir Yona. Tak ada permukaan leher Yona yang tak ia sentuh. Apalagi bagian belakang leher Yona, ia raba dengan lembut. Ia tahu kalau tempat inilah kelemahan Yona. Itu yang ia lakukan saat ini memainkan gairah Yona.

“Mmmmmmhhhhhhhkkkhhh…”

Yona yang masih aktif memainkan lidahnya dalam mulut Ibas hanya mendesah saat titik kelemahannya kembali dipegang pria yang dicintainya. Memang ia telah melakukannya bersama Christ dan Arga, tapi dengan Ibas, seakan gelora nya yang selama ini tertahan semua keluar. Apalagi kini tangan kiri Ibas sudah mulai turun ke bawah menelusuri punggung Yona. Yona yang seakan tahu, langsung menaikkan badannya membuat tangan kiri Arga aktif menelusuri punggungnya. Walau tangan kirinya tersebut sudah terhimpit badan Yona, ia masih bisa merasakan halus kulit Yona. kecantikan alami seorang wanita salau sudah berkepala tiga.


“Mmmhhhhh…”
“Aku kangen suasana ini Bas. Perjuangin aku Bas.”

Entah siapa yang memulai, mereka sekarang sudah bertelanjang dada meskipun Yona masih mengenakan bra hitam yang kokoh menampung dua gunung kembar tersebut. Meskipun di tubuh atas Yona hanya bra tersebut yang melekat, tampak Ibas belum menyentuh sedikitpun asset wanita tersebut. Ia masih memainkan lidah dan bibirnya dalam mulut Yona. tampak sekali seperti percumbuan dua insan yang sudah saling menginginkan.

Awalnya Ibas ragu akan memulai merasakan kembali tempat favoritnya tersebut. Tapi akhirnya ia sampai di permukaan payudara Yona dan bisa merasakan betapa indahnya asset tersebut. Tanpa membuka terlebih dahulu bra itu, tangannya sekarang sudah meremas lembut payudara Yona sambil mulut mereka belum berhenti bertempur.

“Aaaahhhhhhhhh….”

Akhirnya desahan Yona terdengar sembari mulut Ibas telah bergerak turun ke leher Yona. Seakan membasahi seluruh permukaan leher Yona, Ibas tak henti melakukan dua hal yang mampu menaikkan gelora Yona. Mulut dan lidah yang beraksi di leher Yona, tangannya yang hanya memainkan payudara kiri Yona yang masih terbungkus tersebut.

“Aaaakkkhhhhh…”.

Desahan hebat Yona akibat perlakuan Ibas tersebut membuat Ibas semakin bersemangat. Tangan kanannya sudah berada di lembah dua gunung tersebut guna membuka kaitan satu-satunya penutup gunung tersebut. Bahkan ia melakukannya saat masih memainkan lidah dan bibirnya. Yona yang hanya pasrah dan keenakan tersebut terdiam dengan hanya memegang kepala Ibas yang masih menempel di lehernya. Kadang rambut Ibas ditarik seraya kenikmatan yang ia rasakan.

Apalagi kedua tangan Ibas tak hentinya mengaduk payudara Yona tanpa menyentuh daerah puncaknya yang sudah menegang. Variasi remasan, tarikan, dan belaian lembut di sisi samping payudara Yona membuat Yona makin tak karuan dan semakin mengeratkan kepala Ibas ke lehernya. Memang yang terdengar hanya erangan kenikmatan Yona. tak ada kata selain erangan yang keluar.

“Ssshhhhhhh Aahhhhkkkk”

Desahan Yona semakin hebat saat kepala Ibas sudah bergerak turun menuju tangannya beraksi tadi. Dengan langsung mengulum puting payudara sebelah kiri Yona, membuat wanita itu mabuk kepayang. Bahkan ia menaikkan kepalanya ke sandaran tangan sofa yang menjadi saksi bisu tersebut. Rangsangan yang langsung menuju puting tanpa menjilat dan memainkan bibir dan lidahnya di permukaan payudara Yona membuat sensasi berlebih bagi Yona. Bahkan desahan Yona sudah tak teratur lagi.

“Uuuuhhhhhh Ssshhhh Hhhmmmmpppfff”

Puting Yona yang menjadi titik terlemah libidonya sudah berhasil dibuat ransangan oleh Ibas. Diemut dan ditarik lembut dengan bibirnya sambil menjilat bahkan ditengahi oleh hisapan-hisapan dalam mulutnya. Membuat Yona makin merasakan terbang ke awan.

“Hhhhmmmmmpphhhfff… Enak sayang… Ahhhh…”

Yona pun merasakan kalau vaginanya sekarang mulai basah dan berkedut-kedut. Seperti tahu akan itu, tangan Ibas yang tadinya hanya berlawanan dengan mulutnya sendiri sudah sampai menjamah selangkangan Yona. Bisa jari Ibas merasakan kalau celana dalam sutra wanitanya sudah basah. Bahkan jari tengahnya sekarang sudah menekan gundukan vagina Yona dan menggesekkannya dengan sedikit kasar. Tampak tubuh Yona melengkung oleh sensasi kenikmatan yang berlipat.

“Ohhhhhh…. Sayaaaangggg….”

Lenguhan panjang Yona menandakan ia mendapatkan orgasme pertamanya yang sungguh nikmat. Ibas yang tahu Yona sudah orgasme kembali mencium bibir Yona. Masih mengatur nafas yang berat, Yona melawan bibir Ibas sambil memainkan rambut kekasihnya tersebut. Sampai akhirnya ia susah bernafas dan melepaskan kuluman bibir Ibas.

“Uhhhh… Aku sayang kamu Bas.. Aku kangen dengan semua ini.”
“Ini baru pemanasan sayang.”

Ibas yang mendapatkan bisikan di telinganya langsung menjawab sambil tangannya membuka celana pendek putih Yona yang menutup seperempat pahanya. Sampai akhirnya celana dalam Yona pun juga berhasil ia loloskan. Ibas langsung mengambil posisi berjongkok di depan sofa dan memutar tubuh Yona menghadapnya. Mukanya tepat berada di tengah-tengah paha Yona yang direntangkan lembut oleh Ibas.

“Eh, jangan Bas…”

Yona sebenarnya jengah karena muka Ibas sudah sejengkal dari bibir vaginanya yang tampak indah tersebut. Ia ragu karena masih merasa tidak pantas vaginanya dinikmati Ibas lagi. Setelah sebelumnya Christ, tunangannya tersebut menikmatinya dengan paksaan walau ia merasakan nikmat. Ibas yang tidak menjawab, langsung mengangkat paha Yona lebih terangkat dan vagina Yona yang berwarna merah merekah tersebut semakin terekspos.

Sesaat Ibas menelan ludahnya karena sudah lama ia tidak menikmati apa yang didepan matanya sekarang. Dua gundukan putih yang montok tanpa sehelai rambutpun semakin membuatnya penuh nafsu. Tanpa menunggu apapun, Ibas langsung melumat bibir vagina Yona dengan semangat.

“Sayaaaaanggg… enaaaakkkk… isssshhhhh..” jerit kecil Yona, sambil memegang kepala belakang Ibas.

Ibas yang tahu akan tugasnya semakin menyelusupkan lidahnya ke dalam vagina Yona yang sudah basah kuyup akibat orgasme pertamanya tadi. Lidahnya penuh semangat mengoral vagina Yona dengan gerakan naik turun yang begitu cepat.

“Fuuuaaaahhhhh Aahhh.. Aahhhh….Oooouuuhhh…”

Lenguhan Yona semakin heboh. Semua itu karena rasa gatal yang sempat terpuaskan tadi, muncul kembali dengan lebih dahsyat. Rasanya ada yang berusaha hendak keluar dari vaginanya tersebut. Rasa itu berkumpul, bergetar, mengirimkan gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhnya. Bahkan tanpa ia sadari, ia telah meeratkan kepala Ibas dengan vaginanya dan menjepit kecil kepala Ibas dengan kedua pahanya.

Mendapat perlakuan begitu, membuat Ibas sedikit susah bernafas. Ia tahu kini saatnya untuk melampiaskan rasa kangennya. Ia menunda misi orgasme Yona dengan mulutnya. Ia berfikir, saatnya kini ia berusaha membuat permainan mereka seromantis sekali.

Yona yang tadinya merem akibat perlakuan Ibas terkejut dan membuka matanya melihat Ibas sudah berdiri di depannya. Dengan mata yang sayu, ia melihat sambil tersenyum dengan Ibas masih berada di hadapannya. Ibas sendiri langsung membuka celananya begitupun celana dalamnya. Tampak penisnya yang sudah tegang mengacung tegak di hadapan Yona. Kedua tangan Ibas langsung mengangkangkan paha Yona lebar-lebar untuk menuntaskan semuanya.

“Mulai saat ini aku akan perjuangin kamu”

Kata-kata Ibas keluar dari mulutnya membuat Yona semakin tersentuh. Ia bahkan menganggukkan kepalanya saat ujung penis Ibas sudah menyentuh bibir vaginanya. Bahkan benda tumpul itu sudah mulai menyeruak masuk ke dalam vaginanya.

BLESSSHH….!

Terdengar bunyi yang menandakan kalau bukan hanya kepala penis Ibas yang masuk. Apalagi cairan yang dihasilkan proses orgasmenya tadi memudahkan batang tersebut untuk melesak masuk.

“Ummmmppppffff….”

Yona yang tersedak merasakan sensasi batang penis itu penuh di dalam vaginanya. Bahkan batang itu menyesaki dinding-dinding vaginanya. Bahkan ia langsung menghapus air mata yang keluar dari ujung matanya. Tapi, hal itu terlihat oleh Ibas.

“Sakit?”
“Gak.. ini air mata bahagia.” Kata Yona sambil melihatkan jari telunjuknya yang masih membekas air matanya tersebut.

Melihat itu, Ibas mulai bergerak maju mundur yang membuat penisnya keluar masuk dengan teratur di vagina Yona. Semakin lama semakin cepat ia bergerak. Ia bisa merasakan cairan kenikmatan Yona keluar masuk mengikuti batang penisnya. Memang, penis itu tidak masuk keseluruhannya. Hanya sebagian saja. Memang penis yang diidamkan setiap wanita, tak terkecuali Yona.

Ibas tidak mau memaksa langsung membenamkan seluruh batangnya dalam vagina Yona, karena ia ingin Yona merasakan betapa nikmatnya saat seperti ini. Sama seperti dulu saat mereka masih berpacaran. Kenikmatan yang tiada tara, kenikmatan yang tak tergantikan bagi keduanya.

Seiring semakin lancar gerakan Ibas maju mundur, semakin keras pula lenguhan dan desahan dari Yona. Bahkan memenuhi seisi apartement ini. Kepalanya kembali menggeleng-geleng dengan heboh merasakan di bagian bawah tubuhnya. Ibas kini menancapkan penuh batang penisnya dan dilanjutkan dengan kecepatan yang bervariasi. Kencang, pelan, kencang, pelan.

“Hhhh… Hhhhh… makasih sudah menungguku… Hhhhh… Hhhhh…”

Perkataan Ibas keluar penuh birahi, ditambah dengan pemandangan wanita pujaannya yang diliputi nafsu yang tinggi. Apalagi goncangan kedua payudara Yona yang bergerak naik turun tidak karuan karena goyangan yang semakin cepat itu. Begitupun Yona yang kembali mendesah tak karuan seakan menjawab desahan Ibas.

“Aaaaahhhhh.. Aaaahhhh… Oooouuuhhhh… Oooouuuuggghhhhh”

Yona yang semakin melenguh akibat rasa gatal yang ia terima di vaginanya. Terasa sekali jagoan Ibas menggaruk kasar semua dinding vaginanya. Sehingga ia tak bisa membendungnya lagi, bahkan orgasme kali ini lebih hebat dari sebelumnya. Orgasme yang sempurna baginya.

Ibas yang masih membiarkan jagoannya di dalam vagina Yona, mengangkat kembali tubuh Yona yang menurun akibat permainan panas mereka. Sampai akhirnya Yona kembali di sawah pangkuannya berada di atas sofa, sesuai dengan posisi pertama mereka bercumbu. Dengan posisi yang lebih nyaman ini, Ibas seakan ganas mengocok, mengobel vagina Yona. Gerakan naik turun pantatnya, diselingi gerakan memutar-mutar yang heboh, membuat Yona semakin memasuki fase langit yang paling tinggi.

“Aaaahhh.. Aaahhhhh.. Enak sayang… Enak banget..” jerit Yona penuh nafsu.

Kedua tangan pria bertubuh tinggi atletis ini pun serta merta langsung memerah, meremas, mengurut-urut bongkahan payudara yang membuat indah di dada wanitanya ini terpental-pental. Tak lupa putting yang menghiasi sepasang gunung ranum itu juga terkena pilinan lembut.


“Ploookkk! … Ploookkk! …. Plokkkk?”

Bunyi suara benturan pangkal batang penis Ibas yang mengantam selangkangan mulus Yona, terdengar jelas dank eras. Urat syaraf dua insan ini sudah terpenuhi oleh pancaran gelombang penuh nikmat. Sampai akhirnya 15 menit sudah berlangsung posisi Ibas di atas Yona, dan…

“Bas… aku mauuu keee…keeeluaaarrrggghhhh!! Aaaakkhh!!.. Aaaa aku gaaakk kuaaaaaaatttssshhh!!”, rengek Yona menahan sesuatu yang hampir meledak dari dalam tubuhnya untuk kedua kalinya.
“Keluarkan Na… Tuntasin ssemuaakkhh!!.. Rasakan nik..nikmatnyaaaa!!” jawab Ibas seraya tetap menghujamkan semakin cepat batang jagoannya sedalam-dalamnya membelah vagina yang terlihat mencengkram jagoannya dengan sangat erat.
“Nyaaaammppeeeehhhhkkhhh!!! Aaaaakkhhhh!!”, teriak Yona melepaskan gairah yang sejak lama ingin ia dapatkan dari lelaki diatas tubuhnya.

Yona menggigit bibirnya sendiri, ketika tubuhnya menggelinjang seperti kena terjang badai orgasme. Kedua telapak tangannya mencengkram dengan kuku-kukunta di punggung Ibas, yang masih tidak berhenti menusukkan jagoannya, ketika dirinya sudah mengalami puncak klimaks.


***​


“Kok Arga belum pulang ya Na?”
“Mungkin dia lagi diperjalanan. Kamu pulang duluan gak apa kok. Aku bisa sendiri.”

Selesai pertempuran nikmat yang berlangsung lama tersebut, Ibas dan Yona duduk berdua di sofa yang menjadi saksi tersebut. Meski mereka sudah berpakaian lengkap, tangan mereka masih bertautan. Apalagi kini Yona sudah merangkul bahu kiri Ibas yang sibuk dengan handphonenya. Ibas yang sedikit terfokus dengan pesan yang ia dapat dari anggotanya yang memang sedang lembur tersebut.

Seakan enggan meninggalkan Yona dan meninggalkan suasana romantic yang kembali terjadi, ia putuskan untuk mencoba membantu anggotanya dengan mengoperasikan HP nya di samping Yona. Yona sendiri tidak mempermasalahkan itu semua. Bahkan Yona menyuruh Ibas untuk pulang saja. Tetapi ditolak mentah mentah oleh Ibas.


“Bas.. udah jam 10 lho. Sebaiknya kamu pulang saja. Aku gak apa kok.”
“Serius kamu?”
“Hmmm…”

Yona menganggukkan kepalanya sembari kepala Ibas yang melihat ke arahnya yang melepas pandangannya dari HPnya. Ini yang ia kangeni dari Yona. Sikap dewasa Yona yang pintar membaca situasi yang terlihat dari kepribadian sehari hari Yona. Bahkan Yona mengangguk sambil tersenyum manis.

“Makasih ya. tapi aku gak apa kok ngerjainnya disini.”
“Gak.. ntar kamu kecapek an. Aku mah tinggal tidur aja.”
“Gak apa Na. Aku bisa atasi kok.”
“Aku usir nih.”
“Yakin kamu usir aku?”
“Iyaaaa..”


Walau kata kata Yona mengisyaratkan untuk mengusir Ibas, tak begitu dengan sikapnya. Ia maish menggenggam erat lengan Ibas yang tersenyum dengan candaan Yona. Sesekali ia memiringkan kepalanya sampai akhirnya menyentuh kepala Yona yang sudah bersandar di bahunya. Sampai akhirnya Ibas pun harus pulang karena ia harus mengerjakan dengan notebooknya yang terletak di mobilnya tersebut.

“Maaf ya. Aku gak bisa nemani sampai Arga datang.”
“Its oke Bas. Makasih ya.”

MUUUUUUAAAACCCCHHHHH…

Kembali bibir mereka bersatu dengan sangat mesra. Tampak Yona memejamkan matanya menyambut bibir Ibas. Walau mereka sekarang sudah berada di parkiran, mereka tak malu seandainya ada yang melihat aksi mereka.

“Udah ih.. ntar ada yang liat.”
“Hmmm.. aku kangen kamu Na. Makasih ya udah kasih aku kesempatan untuk berjuang.”
MUUAAAACCCHHH….

Kembali ciuman yang menjadi perpisahan mereka. Sampai akhirnya Yona berjalan ke atas menggunakan lift yang sebelumnya dilaluinya bersama Ibas. Tampak ia senyum senyum sendiri seakan anak muda yang dimabuk asmara. Bahkan ia tak menggubris mata lelaki yang leluasa meliat pahanya yang memang terekspos tersebut. Sampai di lantai kamarnya dan melihat Arga yang sudah berdiri di samping pintu apartementnya.


“Udah pulang mas Ibasnya?”
“Kok kamu tahu Ga?”
 
Terakhir diubah:
Mantap hu, begitu update langsung ss tp ane kayanya hrs skimming ulang ceritanya, soalny ud agak lupa hehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd