Chapter 11
Nathael, PHK !
12:00, Beberapa jam yang lalu...
"Woi berhenti.. !", teriakku pada mobil misterius itu.
Berlari dengan sekuat tenaga dengan meneriaki pengemudi yang mengemudikan mobil misterius dengan plat nomor L 3513 IAN, dengan maksud supaya dia mau berhenti tapi apa daya mobil itu malah tancap gas dan melaju dengan kencangnya. aku benar-benar dibuat mati penasaran dengan mobil tersebut, tidak ada angin tidak ada hujan tapi secara tiba-tiba saja mobil itu melintas di tempat ini.
Karena tidak mungkin lagi aku mengejar mobil tersebut akhirnya aku pun memutuskan untuk menghentikan pengejaranku ini. sudah ketiga kali ini aku hampir di tabrak oleh mobil tersebut namun kali ini benar-benar sangat parah, dia telah menyerempetku sampai-sampai aku hampir saja terjatuh, saat ku lihat mobil tersebut ini berhenti aku pun segera menghampirinya tapi melihat orang-orang di sekitarku juga ikut menghampiri jadi mobil itu pun terpaksa tancap gas dan berlalu pergi begitu saja tanpa sempat aku mencari tau siapa pengemudi mobil tersebut.
"Anjrit... hampir aja tadi gue celaka gara-gara mobil itu !", ucapku sendiri.
"Mobil siapa seh itu ?", gumam dengan bertanya sendiri.
"Sampeyan piye cak.. ora opo-opo ta ?", tanya salah satu warga sekitar.
(Dirimu gimana mas... gak apa-apa ?).
"Ora opo-opo cak.. !", jawabku.
(Gak apa-apa mas).
"Kurang ajar ancen wong kuwi... mentang-mentang sugeh, maen serempet ae !", ucap warga ini.
(Kurang ajar emang tuh orang... mentang-mentang kaya, maen serempet aja).
"Yo wes lek ora opo-opo.. ati-ati cak lek mlaku !", sambungnya.
(Ya udah kalau gak apa-apa... hati-hati mas kalau jalan).
"Iyo cak.. suwon !", ucapku.
(Iya mas.. makasih).
Sudah beberapa kali aku bertemu dengan mobil tersebut namun sampai sekarang aku tidak juga bisa mengetahui siapa pemilik mobil tersebut. mobil sialan, aku pun hanya bisa memaki saja karena ulahnya yang membahayakan diriku. lain kali aku tidak akan membiarkan mobil ini lolos lagi dari genggamanku, saat aku tau siapa pemilik dari mobil ini aku akan membuat perhitungan dengannya, pastinya dia juga tidak akan asing lagi melihat wajahku, wajah orang yang sudah tiga kali hampir dia celakai.
Aku kembali berjalan menuju ketempat tujuanku yaitu tempat service jam tangan yang ada di salah satu sudut kota ini tempatnya tidak jauhlah dari kontrakanku, mungkin bisa di tempuh dengan waktu sekitar 30 menitan dengan berjalan kaki. jam tangan kesayanganku ini rusak setelah terjatuh kedalam bak mandi di kamar mandiku.
Blauran adalah nama tempat yang sekarang aku tuju, sebenarnya bisa saja aku menaiki becak tapi bakal membuang-buang duit saja jadi lebih baik jika jalan kaki saja walaupun panas terik menyayat kulitku. di kota surabaya ini menemukan bangunan-bangunan kuno bekas penjajahan belanda sangatlah muda, bahkan di tengah kota seperti ini saja kita masih bisa melihat bekas-bekas bangunan sejarah ini masih kokoh berdiri dan masih digunakan sampai saat ini, hal ini mengingatkanku dengan kota tua di jakarta.
"Aahh.. apaan ini, pikiranku ini selalu aja terbuai jika mengingat masa lalu !", ucapku sendiri dengan memukul-mukul kepalaku.
"Selalu saja seperti ini !", gumamku.
Langkah demi langkah akhirnya aku pun sampai pada tujuanku dan aku segera memperlihatkan jam tanganku pada tukang service tersebut, seorang kakek yang sudah cukup berumur sedang mengotak-atik jam tangan pemberian dari seseorang yang di anggap sebagai pahlawan, ahh sudahlah masa itu sudah lewat sekarang, dan saat ini adalah dimana aku harus kembali menata kehidupanku untuk lebih baik lagi.
Kakek tersebut sangat tekun dan serius sekali memperbaiki jam tanganku ini, satu persatu jam tanganku pun di bongkar hingga terlihat semua dalaman dari jam tersebut. dibersihkan dan di cek satu persatu dari komposisi jam tanganku, dan akhirnya di rangkai kemali satu persatuu sampai kembali ke bentuk semula, semua proses tersebut aku pun menyaksikannya dengan cermat, dan kulihat jam tanganku normal kembali.
"Berapa kek ?", tanyaku pada tukang jam tersebut.
"50ribu nak !", jawabnya.
"Nih kek !", ucapku dengan menyerahkan selembar 50ribuan pada kakek tersebut.
"Makasih yaa nak !", ucap dari kakek tersebut.
"Sama-sama kek.. mari !", ucapku dengan berpamitan.
"Hati-hati !", saut ddari kakek.
Setelah 30 menit menunggu service jam tangan akhirnya aku pun kembali pulang dengan jalan kaki lagi, mencoba untuk mengirit pengeluaran karena beberapa hari yang lalu bencana menimpaku sampai harus menguras isi tabunganku. di saat aku berjalan tiba-tiba saja dari belakang ada yang menegurku dengan menepuk pundak kananku, aku pun berpaling untuk melihat siapa orang tersebut.
"Oohh.. bu gina toh !", ucapku setelah melihat orang yang menyapaku.
"Dari mana ?", tanya bu gina.
"Ini benerin jam tangan !", jawabku.
"Ohh.. udah selesai apa belum nih ?", tanya lagi dari bu gina.
"Barusan aja selesainya !", jawabku lagi.
"Terus sekarang mau kemana nih ?", tanya lagi bu gina.
"Mau pulang bu !", jawabku.
"Bareng ama ibu aja yuk !", ucap bu gina menawarkan tumpangan padaku.
"Naik apa ?", tanyaku pada bu gina.
"Naik becak aja, murah meriah !", jawab dari bu gina.
Weleh.. weleh.. naik becak dengan bu gina, dengan badannya yang tembem gitu, kayaknya bakal dempet banget kita berdua duduknya apa lagi ada anaknya yang masih kecil. tapi emang dasar otak kotor yang penuh dengan pikiran mesum selalu saja datang di saat-saat seperti ini, sepertinya otak mesum ini tau dimana ada kesempatan dalam kesempitan di situ dia harus keluar merasuki pikiranku.
Aku pun membayangkan saat bu gina dan diriku duduk di atas becak, dah kayak apaan tau tuh rasanya paha ketemu paha. karena otak ini sudah terasuki pikiran mesum akhirnya aku pun mengiyakan saja tawaran ari bu gina ini, itung-itung sebagai pelepas lara setelah tadi terkena musibah karena di serempet mobil misterius.
"Pak becak, pak !", ucap bu gina pada tukang becak.
"Iya bu kemana ?", tanya tukang becak.
"Ke kali asin, turun di depan TP aja yaa !", jawab bu gina.
"10ribu bu !", ucap dari tukang becak dengan mematok harga.
"7ribu pak biasanya !", tawarku pada tukang becak.
"Kalau sendiri seh gak apa-apa mas.. bertiga, berat !", ucap tukang berat dengan ekspresi yang memelas.
"Berat.. berat.. nyindir yaa !", saut bu gina pada tukang becak tersebut.
"Hahaha.. maaf bu !", ucap ari tukang becak tersebut.
"Yaa uah nath gak apa-apa... yuk !", ucap dari bu gina padaku.
Aku pun menyuruh bu gina menaiki becak tersebut lebih dulu dari pada aku karena tubuhnya yang tembem bakal butuh space yang lebih jadi aku mengalah saja untuk dirinya. saat bu gina menaiki becak tersebut gesturnya benar-benar membuatku konak, dengan pantatnya yang menungging saat menaiki becak lalu dia pun mendudukan bokongnya tersebut dengan mantap ke atas becak tersebut.
Kulihat hanya ada sedikit saja space untuk kududuki dengan otak kotor yang sedang bergejolak aku pun menaiki becak tersebut dan mencoba duduk di tempat sempit itu, kurasa paha besar dari bu gina begitu menempel pada pahaku, sedikit kurasakan rasa hangat dari pahanya. aku dengan sengaja menggesek-gesekan pahaku pada paha bu gina untuk mendapatkan kehangatan yang lebih.
"Sini nak makan permennya !", ucap bu gina pada anaknya dengan menyuapkan sebuah permen.
"Ngaceng yaa !", ucap lirih bu gina di telingaku.
"Gak !", sautku dengan menggeleng-gelengkan kepala.
"Bo'ong !", ucap dari bu gina.
"Titip tas donk !", ucap dari bu gina dengan memberikan tasnya padaku.
Saat tas tersebut berada di atas pangkuanku, tiba-tiba tangan bu gina pun meraba area kemaluanku lalu dia pun dengan gemasnya meremas kemaluanku yang sudah tegang. sentak saja aku kaget dan mencoba untuk bersikap senormal mungkin karena posisi ini benar-benar tiak menguntukan, di belakang ada bapak tukang becak dan kanan kiri merupakan jalanan dimana banyak pengguna jalan yang wara-wiri.
Kubungkukkan sedikit punggungku untuk menutupi tangan bu gina yang masih meremas-remas kemaluanku, lalu kututupi tangannya dengan tas bu gina yang berada di pakuanku. ku lihat wajah bu gina pun tersenyum-senyum genit menggodaku, dan tangannya masih saja meremas penisku dengan nafsunya.
"Masih berani bo'ong !", ucapnya dengan berbisik lirih pada telingaku.
"Udah bu.. ini di tempat umum !", sautku lirih meminta bu gina untuk menghentikan aksinya ini.
"Enak gak ?", tanya bu gina dengan menguatkan remasannya.
"Enaaaakkk... !", jawabku dengan menahan rasa nikmat karena remasan bu gina.
Tangan bu gina pun semakin menjadi-jadi, bukannya mengakhiri hal ini tapi malah semakin parah, kali ini bu gina secara pelan-pelan membuka resleting celanaku dan aku pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena keenakan, aku pun membantunya dengan melurukan kakiku tapi tetap dengan menutupi area kemaluanku dengan tas dan kedua tanganku ini. perlahan tapi pasti akhirnya resletingku pun terbuka lalu bu gina pun merogoh kedalam resletingku untuk mengeluarkan penisku.
Aku pun melepaskan jaketku lalu taruk di atas tangan bu gina biar tidak kelihatan kalau tangan dan lengannya sedang menjalar ke penisku, setelah penis berada di luar bu gina pun perlahan mengkocok-kocok penisku. di antara malu karena takut orang melihat dan berprasangka buruk aku pun mencoba memalingkan mukaku dan bersifat masa bodoh sambil menikmati kocokan dari tangan bu gina.
Kulihat wajah bu gina dengan sengaja menggodaku dengan menjulurkan lidahnya ke arah permen lolipop anaknya, dia pun menjilat permen tersebut dan mengkulumnya sambil melirik kearah, sedangkan tangannya masih saja terus mengkocok penisku dengan perlahan. lalu bu gina memberikan permen yang sudah penuh dengan ludahnya tersebut kepadaku, dia pun menyuapkan permen tersebut masuk kedalam mulutku, rasa manis dari permen berbaur dengan rasa hampa dari ludahnya.
"Buruan keluarin udah hampir sampai ini !", ucap lirih dari bu gina.
"Gak usaaahh... !", jawabku lirih dengan mendesah.
"Hehehe... udahan nih !", ucap bu gina.
"Udah !", jawabku pelan dengan menunduk malu.
"Beneran gak nyesel !", rayu kembali dari bu gina.
"Gak !", jawabku lagi.
Akhirnya bu gina pun melepas kocokannya sesaat sebelum kita tiba di tempat tujuan, sebelum turun aku pun dengan cepat membetulkan kemaluanku yang sedang keluar dari sarangnya, tanpa sempat membetulkan resletingku, aku pun turun dari becak karena sudah sampai i tempat tujuan, dan dengan jaketku aku berusaha menutupi resletingku yang terbuka tersebut, ku ikat melingkar kedua lengan jaketku pada pinggangku lalu ku putar hingga bagian punggung jaketku menutupi resletingku dan kedua lengan jaketku berada di belakang punggungku, layaknya koki masak.
"Hahaha... lucu banget kamu tuh !", ucap bu gina dengan tertawa.
"Ssssttt... !", ucapku untuk mendiamkan bu gina.
Setelah bu gina membayar ongkos dari becak tersebut, kita pun berjalan bebarengan menuju ke kontrakan dengan menelusuri lorong-lorong gang ini. aku pun mencuri-curi kesempatan saat sepi tak ada orang yang memperhatikan, dengan cepat aku pun membetulkan resletingku yang terbuka tersebut, lalu aku pun bisa melepas jaketku dan mengenakan dengan semestinya.
"Naahh gitu kan lebih ganteng... masak jaket di taruh di bawah !", sindir dari bu gina.
"Hussshh.. !", ucapku dengan menyuruh bu gina untuk diam.
Dan akhirnya aku pun sampai di kontrakanku dengan selamat dan puas, disamping itu juga perasaan malu, deg-deg'an dan juga was-was bercampur dengan sebuah sensasi yang luar biasa karena baru pertama kali ini di kocokin di atas becak walaupun gak sampai keluar, tapi adrenalin ini benar-benar terpacu habis.
"Dasar wanita binal !", ucapku dalam hati.
Kulihat jam tanganku sudah menunjukan pukul 14:50, sebentar lagi waktunya untuk kerja. dan aku pun menyiapkan semua keperluan yang akan aku bawa dalam pekerjaanku, mulai dari tas dompet dan juga handphone tak lupa aku siapkan semuanya, lalu aku pun merebahkan sejenak tubuh ini sebelum berangkat mandi kemudian pergi kerja.