Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Unfaithfull

Bimabet
Man City vs PSG udah kelar gan..
 
Kek nya Klo kita mau pecahin misteri ceritanya ini Harus buka 3 tab sekaligus keluarga konyol, Hans, Sama unfaithful...

Ahhh puyeng...
 
Kayaknya cerita nathan disini (kalo dibaca dari sinopsisnya) mirip ma novel terbaru karangan hans antoline deh ;)

Btw neg gak salah L iku pancen plat nomer wilayah surabaya kan?
 
Kayaknya cerita nathan disini (kalo dibaca dari sinopsisnya) mirip ma novel terbaru karangan hans antoline deh ;)

Btw neg gak salah L iku pancen plat nomer wilayah surabaya kan?

Naahh... nih ada suhu yang mudeng
 
Chapter 4

Kebencian Anggun

Di salah satu sudut kampus aku bersandar pada sebuah tembok yang usang, tak peduli baju ini akan kotor atau terihat jorok nantinya aku pun tak masa bodoh akan hal tersebut, karena disinilah tempat paling tenang dari suara bising kendaraan. tempat ini terletak di bagian belakang kampusku, dibalik gedung utama. nampak beberapa pepohonan yang berdiri di depanku menghiasi halaman yang lumayan luas, kesan teduh terhembus dari semilir angin yang bertiup kearahku.

Aku sangat merindukan suasana seperti ini, sangat tenang dan damai apa lagi tanpa adanya si pembuat onar adrian, dia tadi sempat izin padaku kalau ingin pulang lebih cepat karena ada urusan keluarga. hari ini akan aku nikmati untuk menghirup udara kebebasanku tanpa harus was-was akan kelakuan adrian.

Semester empat baru memasuki pekan ke-2 atau dua minggu telah berlalu, jumlah sks yang aku ambil di semester ini tidak lah banyak dan tentunya si adrian pun mengambil jumlah yang sama denganku jadi kita selalu bebarengan tiap harinya.

Setelah beberapa jam berlalu aku pun memutuskan untuk pergi kekantin untuk mengobati rasa dahagaku, berjalan dalam iringan gerimis hujan yang rintik-rintik membuat langkah ini terasa berat karena jalanan yang ku tempuh terlihat becek.

"Tap.. tap.. tap.. ", suara langkah kakiku yang terayun cepat layaknya orang berlari yang menerjang genangan air, dan setelah sampai di kantin aku segera membersihkan pakaianku yang basah oleh tetesan gerimis, aku mencari tempat duduk yang kosong dan segera mendudukinya tak lupa aku pun memesan secangkir teh hangat untuk menemaniku selama di kantin. disaat aku menikmati minumanku, terdengar suara wanita samar-samar dari belakangku yang sepertinya sedang membicarakanku.

"Eehh.. tuh bukannya anak yang waktu itu yaa.. !", ucap seorang wanita dengan berbisik kepada temannya.

"Yang lu ajakin taruhan tinggi-tinggian IP !", ucap wanita itu lagi.

"Iihhh.. bikin ilfil aja, cabut aja yuk !", ucap dari seseorang yang suaranya sangat tidak asing lagi di ingatanku.

Mendengar percakapan itu didalam hati pun timbul perasaan penasaran tentang siapa mereka ini dan aku juga ingin tau siapa orang yang mereka omongin. jika langsung menoleh kebelakang maka akan terkesan menegaskan kalau aku adalah orang yang mereka omongin, jika seperti itu berarti mereka bisa memutar balikan fakta nantinya. aku harus cari cara bagaimana bisa mengetahui mereka tanpa menimbulkan kesan apa pun.

Dengan sengaja aku pun menjatuhkan pulpenku supaya saat aku mengambilnya aku bisa melirik kearah mereka yang sedang duduk di belakangku. namun pulpen yang aku jatuhkan malah terpental kebelakangku dan jatuh tepat di bawah kursi salah satu wanita itu. dan dengan memasang wajah polos tak berdosa aku pun meminta izin kepada wanita tersebut untuk mengambil pulpenku yang terjatuh, tentu saja dengan nada sopan.

"Permisi, pulpen saya jatuh di bawah kursi situ !", ucapku sangat lembut pada seorang wanita yang duduk membelakangiku.

Wangi yang begitu khas ini mengingatkanku pada seseorang, dari bentuk tubuhnya dan suaranya sepertinya wanita ini adalah anggun wijayanata, dan benar saja dia pun menoleh kepadaku dan kulihat wajah yang tak bersahabatnya menatap padaku.

"Cabut yuk.. najis gue ada disini !", ucapnya dengan menyindirku.

Mendengar sindiran itu aku pun hanya bisa tersenyum kecil dan berharap dalam hati semoga saja kau akan terkena balasannya suatu saat nanti. anggun pun menggeser kursinya lalu berdiri kemudian dia pun melangkah pergi dengan meninggalkan kesan keangkuhannya padaku. setelah mereka pergi aku pun mengambil pulpen yang sengaja aku jatuhkan tadi, dan setelah itu aku pun kembali duduk di kursiku lalu kunikmati lagi secangkir teh hangat yang tersisa setengah itu.

Dan tak selang beberapa lama kemudian datanglah salah satu teman dari anggun, dan dengan sombongnya dia pun melemparkan sebuah amplop tepat di atas mejaku.

"Tuh duit buat bayar semesteran lu, anggun tau lu gak punya duit buat bayar semester ini makanya anggun kasih duit itu buat lu, biar lu bisa fokus belajar untuk bisa ngalahin dirinya !", ucapnya sangat sombong sekali.

"Tapi inget.. jika lu kalah maka lu harus balikin duit itu utuh dan lu harus bisa mengabulkan satu permintaannya !", ucap dari teman anggun.

Setelah dia menyampaikan pesan dari anggun dan memberikan amplop berisi duit itu padaku, wanita itu pun pergi tanpa ada rasa sopannya kepadaku. beginilah kelakuan anak orang kaya yang selalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya, dia tidak tau bagaimana susahnya nyari uang sehingga dengan mudahnya dia menghamburkannya begitu saja. sepertinya aku harus memberikan mereka sedikit pelajaran tentang bagaimana cara menghargai uang.

Aku pun beranjak pergi dari kantin setelah membayar secangkir minuman teh hangat itu, ku ikuti arah dimana wanita suruhan anggun tadi berjalan, setapak demi setapak langkah kaki ini akhir sampai pada sebuah ruangan perpustakaan. kuperhatikan sekeliling lalu ku lihat anggun dan kedua temannya sedang membaca buku di salah satu meja yang berada di pojokan, dan dengan santainya aku pun menghampiri anggun lalu aku duduk tepat di depannya.

Melihat keberadaanku yang tiba-tiba saja ada di hadapan mereka, mereka pun nampak kaget sekali dan ingin sekali membentakku, namun karena ini adalah perpustakaan mereka pun menjaga attitude dan etika mereka.

"Hey.. !", sapaku datar.

"Ngapain lu kesini !", ucap anggun padaku dengan nada yang kesal.

"Sssstttt... !", desis mulutku menyuruh mereka untuk diam.

Disaat mereka diam dan memperhatikanku dengan tatapan yang tajam, ku ambil sebuah amplop yang diberikan oleh salah satu teman anggun kepadaku tadi, lalu ku buka amplop tersebut dan kuambil semua duit yang ada di dalam amplop itu. lalu tepat di hadapan mereka aku pun merobek semua duit itu dan robekan itu ku hamburkan tepat ke arah wajah anggun, hingga duit yang sudah terobek-robek itu bertebaran di sekitar wajahnya.

"Gue gak butuh duit lu.. !", ucapku lirih dengan nada serius dan tatapan yang tajam.

Terlihat wajah yang sangat terpukul oleh hinaan yang aku berikan dan tentu saja rasa malu yang sangat menyudutkannya membuatnya geram setengah mati kepadaku, semua orang yang ada di sekitar meja itu memfokuskan pandangannya pada kami, mata mereka tertuju pada aksiku dan robekan uang yang terhambur di sekitar tubuh anggun.

Setelah itu aku pun pergi meninggalkan mereka, dengan begini mental mereka akan merasa seperti aku injak-injak dan perasaan jengkel mereka kepadaku akan semakin menjadi-jadi atau bisa menjadi sebuah kebencian. jika ucapan adrian benar maka sebaiknya aku menggunakan kebencian itu sebagai alat untuk mendapatkan perhatian dari anggun, akan aku ubah kebencian untuk menjadi sebuah cinta, lalu akan ku balas semua hinaanmu padaku.

Dan setelah aku keluar dari perpustakaan itu tiba-tiba anggun mengikutiku dari belakang dan menghentikan langkahku.

"Berhenti !", ucap anggun dengan sedikit membentakku.

Aku pun berhenti dan membalikan tubuhku ke arah anggun, raut mukanya sangat emosi sekali kepadaku.

"Maksud lu apaan tadi ?", tanyanya dengan emosi.

"Balikin duit lu !", ucapku santai.

"Emang kayak gitu caranya.. lu gak pernah di ajarin sopan santun ama ortu lu yaa ?", tanyanya dengan nada tinggi.

"Enggak pernah !", jawabku simpel.

"Gue udah berniat baik untuk bantu lu supaya lu bisa fokus dalam pertaruhan kita, tapi kayak gini balasan lu atas bantuan gue !", ucap anggun dengan mengacuhkan jari telunjuknya kepadaku.

"Iya.. !", ucapku singkat untuk memancing semua emosinya.

Nampak jelas sekali diwajah cantik wanita ini sebuah luapan emosi yang sengaja dia tahan, sepertinya ucapanku tadi benar-benar membakar amarahnya hingga wajahnya berubah seperti ingin sekali menelanku.

"Heh.. gue peringatin lu, lu udah salah milih orang untuk jadi musuh lu !", ucapnya mengancamku.

"Hooaaaammmm.... !", aku sengaja menguap di tengah amarah anggun.

Dengan sangat kesal melihat tingkahku mereka bertiga pergi meninggalkanku di lorong perpustakaan, dan setelah itu giliran diriku yang pergi menelusuri lorong ini. saat ku lihat jam tanganku waktu sudah menunjukan pukul 13:00 siang, lebih baik aku pulang saja sekarang karena dosen pembimbingku juga tidak masuk hari ini. dengan pulang lebih awal aku bisa istirahat sejenak sebelum melakukan aktifitasku yang lainnya yaitu bekerja di caffe.

Pukul 14:00 siang aku pun telah tiba di kontrakanku, ku lihat bu gina dengan menyapu di teras kontrakannya, dia terlihat menyapaku dengan senyuman kecil dari bibirnya. duuuhh.. wanita ini benar-benar menggodaku, otakku mulai berpikir yang aneh-aneh saat melihat bu gina, ini semua gara-gara adrian yang dengan sengaja mengomporiku dengan bu gina, setiap hari aku bertemu dengan bu gina pasti otakku selalu berpikiran untuk mesum dengannya saja.

Kubuka pintu kontrakanku dan aku masuk kedalamnya, saat aku berada di dalam kontrakanku aku mencium aroma dari asap rokok. tentu saja hal ini sangat mencurigakan karena aku bukan cowok perokok, aku hanya merokok jika ditawarin saja. dan sudah dua minggu sejak adrian menginap di kontrakanku, tidak ada lagi asap rokok yang menyelimuti ruangan ini dan adrian pun sudah 2 hari tidak bermain ke kontrakanku, lalu dari mana asap ini berasal, atau apa mungkin asap dari luar masuk ke dalam.

Ehmm... coba kita cek di tempat lain apakah asap ini juga ada disana, aku pun menuju ke kamarku dan saat mau kubuka pintu kamarku ternyata pintunya tidak tertutup dengan rapat, tidak biasanya aku menutup pintuku dengan seperti ini. aroma asap rokok juga tercium di kamarku tapi tidak seperti di ruangan depan yang sangat kental sekali aromanya. lalu ku perhatikan setiap sudut kamarku dan semua barang yang ada di kamar ini.

Spreiku dan kasurku rapih seperti biasanya dan susunan bantal gulingku juga tersusun sempurna, beberapa saat kemudian pandangan mataku tertuju pada sebuah kipas angin yang menghadap ke arah pintu masuk kamarku, tentu saja hal ini sangat mencurigakan karena buat apa aku menghadapkan kipas angin itu ke arah pintu masuk, untuk menguatkan pradugaku aku pun menekan tombol on di kipas angin tersebut, dan hasilnya terlihat jelas bahwa kipas angin itu sengaja di hadapkan ke pintu masuk kamarku dengan kepala kipas angin itu dibuat tidak bisa berputar atau bahasa lainnya dipanjer.

Mungkin hal ini dilakukan untuk mengeluarkan seluruh asap rokok yang ada di kamarku, oleh karena itu mengapa asap rokok di ruangan depan terasa sangat kental di banding kamarku. jika seperti ini berarti telah ada seseorang yang memasuki kontrakanku tanpa seizinku, tujuannya bukanlah mencuri karena barang-barang di kontrakan ini masih utuh dan terkesan sangat rapih sekali seperti sengaja di buat rapih.

Tentang siapa yang berani memasuki kontrakanku tanpa seizinku, pikiranku pun mengarah ke seseorang yaitu adrian temanku sendiri, karena dialah satu-satunya orang yang aku percayakan memegang kunci kontrakanku. kejadian itu terjadi saat dua minggu yang lalu dimana adrian memaksa untuk menginap di kontrakanku saat aku sedang bekerja, mungkin sore itu dia menyempatkan diri untuk menduplikat kunci kontrakanku.

Jika benar seperti itu berarti adrian berbohong kepadaku yang bilang bahwa dia ada acara keluarga, dia sengaja berbohong agar bisa ke kontrakanku. lalu buat apa adrian melakukan semua ini, lalu aku pun memiliki dua kemungkinan tentang sikap adrian yang seperti ini.

Kemungkinan pertama adalah adrian sengaja ingin kesini dengan membohongiku karena ingin mengintip bu gina karena seperti yang telah aku ketahui, adrian sangat terobsesi sekali terhadap bu gina ini. jika di bilang kepadaku kalau ingin ke kontrakanku untuk mengintip bu gina maka bisa dipastikan aku akan melarangnya.

Kemungkinan kedua adalah tentang kelakukan adrian disaat terakhir menginap di rumahku, dia terlihat sedang asyik mencari seorang WP(wanita panggilan) melalui media internet, mungkin saja dia membawa WP tersebut ke kontrakan ini mengingat kontrakan ini selalu kosong saat aku tidak berada disini. jika aku prediksi dari kisaran harga WP di surabaya mungkin sekitar 500K - 1000K itu juga sudah lumayan bagus belum di tambah lagi dengan ongkos hotelnya yang berkisar di harga 250K, paling tidak adrian harus menyiapkan uang 1000K untuk sekali kencan, bilang dilihat dari kemampuan ekonomi adrian duit segitu bisa terlihat lumayan banyak atau sangat berarti baginya, oleh karena itu dia menggunakan kontrakanku untuk memangkas pengeluarannya.

Tapi ini semua masih dalam tahap praduga saja tanpa adanya bukti otentik yang bisa menguatkan asumsiku, untuk bisa menguatkan semua tuduhanku ini aku harus mencari bukti yang keakuratannya tidak bisa dibantahkan oleh adrian. ehmm... kita coba dulu dengan cara yang mainstream yaitu dengan bertanya pada bu gina yang tinggal tepat di sebelah kontrakanku, mungkin saja dia melihat adrian ke kontrakanku. sebenere kalau mau lebih mainstream lagi bisa saja aku tanya ke adrian langsung tapi hal itu pasti akan dibantah mentah-mentah oleh adrian karena posisiku saat ini hanyalah mengandalkan praduga saja tanpa adanya bukti yang bisa memberatkan adrian.

Aku pun pergi keluar untuk menemui bu gina yang sedang menyapu teras rumahnya tadi, sesaat setelah bertemu dengan bu gina akhirnya aku pun melontarkan beberapa pertanyaan kepada bu gina.

"Lagi repot bu yaa.. ?", sapaku dengan bertanya.

"Eehh.. nathan, gak terlalu repot juga.. ada apa nath ?", ucap dari bu gina.

"Anu bu, saya cuma mau tanya.. tadi seharian ibu dirumah atau gak ?", tanyaku.

"Iya seperti biasanya.. paling keluar ngantar anak ke sekolah !", jawab bu gina.

"Ada apa yaa.. ?", tanya balik bu gina.

"Ehmm... tadi ibu ngelihat teman saya si adrian kemari atau gak ?", tanyaku pada bu gina.

"kurang tau tuh.. emang kenapa ?", tanya bu gina.

"Ohh.. gak apa-apa kok bu !", jawabku.

"Kira'in takut tidur sendirian lagi !", ucap dari bu gina menggodaku.

"Bisa aja bu gina ini !", sautku.

Ehmm.. kalau bu gina yang kesehariannya ada dirumah tidak melihat kedatangan adrian lalu bagaimana caraku membuktikan tuduhanku ini, apa ini semua hanya prasangka burukku saja.

"Heh.. kok malah ngelamun !", ucap bu gina.

"Ohh.. iya nih bu, bingung mikirin tugas kuliah !", jawabku.

"Mikirin tugas kuliah atau yang lainnya nih ?", tanya bu gina dengan menggodaku lagi.

"Suami ibu kemana kok gak kelihatan.. !", ucapku mengalihkan perhatian dari bu gina.

"Lagi ke tempat temannya, hayoo... ada apa nih, tadi nyari'in adrian sekarang malah nyari'i suami ibu !", ucapan bu gina membalikan pertanyaanku.

"Yaa ampun... sepertinya aku dicurigai nih !", ucapku.

"Hehehe... emang mencurigakan !", saut bu gina dengan tersenyum kecil.

Tunggu dulu... adrian sudah terlalu sering main kesini dan setiap harinya dia juga memperhatikan bu gina, secara tidak langsung dia juga telah paham kapan bu gina ada atau tidak ada dirumah, disaat bu gina tidak ada dirumah barulah adrian memasuki kontrakanku. apa lagi penduduk disekitar sini juga tau kalau adrian adalah satu-satunya temanku yang pernah maen dikontrakanku, jadi saat adrian memasuki kontrakanku pastilah penduduk sekitar tidak akan merasakan kecurigaan darinya, yang jadi masalah adalah masa iya aku harus menanya'in satu-satu penduduk tentang benar tidaknya adrian ke tempatku hari ini.

Cara paling ampuh untuk membenarkan praduga ini adalah mencari bukti-bukti lainnya yang ditinggalkan oleh adrian, sepertinya adrian sangat ceroboh terbukti dari bau asap rokok yang masih tercium dan kipas angin tersebut kayaknya dia tidak begitu lama meninggalkan kontrakanku, jika perkiraanku benar pasti adrian meninggalkan sesuatu di tempat sampahku.

"Heh.. malah ngelamun lagi !", ucap dari bu gina.

"Jangan sering ngelamun tar kesambet lho !", sautnya lagi.

"Bentar bu.. !", ucapku menghentikan ocehan bu gina.

Ternyata wanita ini aslinya banyak omong juga, walaupun dari luar terlihat sangat santun dengan balutan hijabnya, gak jauh beda dengan adrian. setelah menghentikan ocehan dari bu gina, aku pun mengarahkan langkah kakiku pada tempat sampah yang ada di depan kontrakanku, ku korek-korek tempat sampah itu dengan menggunakan sebatang kayu untuk memcari beberapa bukti lainnya, ku coba untuk mengenali sampah-sampah yang baru saja dibuang dan kulihat ada bungkusan plastik hitam kecil kemudian aku angkat plastik itu dari tempat sampah lalu ku bongkar diteras kontrakanku.

Bungkus rokok, bungkus permen, dan yang terakhir adalah 2 bungkus berwarna merah tertuliskan Sutra, ini adalah bungkus kondom merk sutra. melihat isi sampah ini aku pun merasa yakin kalau ini bukan sampah milikku, aku tidak pernah membeli rokok lalu aku juga tidak pernah ingat membeli permen karet, dan terlebih lagi adalah bungkus kondom ini selama aku hidup di kontrakan ini aku tidak pernah sekalipun menggunakan kondom, jangankan kondom ngesex aja aku tidak pernah selama disini.

"Apa itu nath ?", tanya dari bu gina.

Aduuuuhhh... aku lupa kalau bu gina ada disini, dan bisa dipastikan bu gina melihat isi plastik ini terutama tentang bungkus kondom ini, pikirannya pasti mengira kalau aku melakukan hal yang tidak-tidak. aku juga tidak menyangka kalau isi dalam plastik ini ada bungkus kondomnya. aku harus mencari akal supaya bisa menyangkal semua pertanyaan bu gina.

"Gak tau nih bu.. kok bisa yaa sampah ini ada ditempat sampahku !", ucapku.

"Mungkin aja ada orang iseng kali yang membuang sampah di tempat sampahmu !", ucap lagi bu gina.

"Mungkin saja, tapi kenapa yaa kok buang kesini !", gumamku.

"Mungkin mereka buru-buru terus ngelihat ada tempat sampah di depan kontrakanmu lalu mereka nitip buang sampah di situ deh !", papar dari bu gina.

'Mereka'... penjelasan bu gina barusan seakan-akan menegaskan kalau dia mengetahui tentang kejadian yang sebenarnya, kenapa harus menggunakan kata 'mereka'. jika dia gunakan kata tersebut berarti ada lebih dari satu orang, ehm.... aku mulai mengerti sekarang. sekarang yang harus aku lakukan adalah bersikap normal saja di hadapan bu gina.

"Bisa jadi juga seh bu !", ucapku.

"Lagian kenapa kamu kok tiba-tiba bongkar sampah.. kamu pasti mencurigai kalau adrian tadi dateng kesini yaa !", tanya bu gina.

"Ehmm... gak juga, cuma ke inget aja tadi ada barang yang kemarin ikut kebuang di tempat sampah jadi saya nyari'in tuh barang tapi gak ketemu !", jawabku.

"Ohh.. kira'in !", ucap dari bu gina.

"Yaa udah bu.. saya istirahat dulu !", ucapku santun pada bu gina.

Setelah masuk kedalam kontrakan dan membaringkan tubuhku di atas kasur, aku pun tersenyum-senyum sendiri melihat kelakuan dari si bu gina ini. ternyata tetanggaku ini tidak sepenuhnya jujur kepadaku. jika orang tidak jujur kepada seseorang pastilah ada yang dia sembunyikan, mengenai hal ini pasti antara bu gina dan adrian menyembunyikan sesuatu dariku, mereka berdua bersekongkol supaya aku tidak mengetahui hal tersebut.

Asap rokok, kipas angin dan bungkusan plastik di tempat sampah adalah bukti bahwa telah ada seseorang yang memasuki kontrakanku tapi bukti tersebut belum bisa menjerat adrian sebagai pelaku utama selama aku belum bisa menemukan saksi kunci yang melihat langsung adrian memasuki kontrakanku, tanpa saksi kunci semua bukti ini masih bisa di bantahkan. yang jadi masalah sekarang adalah aku telah menetapkan adrian sebagai tersangka jadi tidak mungkin aku mengkorek keterangan dari dirinya, sementara itu bu gina tetanggaku sangat jelas dia telah berbohong dan tidak mungkin bagiku untuk memaksanya untuk berkata jujur.

Jika dugaanku yang menyebutkan bahwa bu gina sengaja bersekongkol dengan adrian maka bisa di pastikan sekarang ini bu gina telah mencurigaiku setelah melihat aksiku yang membongkar tempat sampah tadi, dan kemungkinan besar juga kalau bu gina akan menghubungi adrian dan memberitahukan tentang hal tersebut. dengan begini pastilah adrian akan bersikap seperti tidak ada apa-apa, tapi tetap saja aku tidak akan menanyakan apa pun yang berhubungan dengan hal ini kepadanya. jika kau mencurigai seseorang maka jangan tunjukan gelagat yang mencurigakan atau dia akan menjauh darimu, karena sebelum kau mencurigainya dia telah memasang kecurigaan lebih dulu padamu.

Ehmm... lalu hal apa yang mereka sembunyikan dariku, Ohh.. mungkin saja adrian memasukan WP kedalam kontrakanku dan ketahuan oleh bu gina lalu dengan jurus SSI yang di miliki oleh adrian dia pun membujuk bu gina untuk tidak menceritakan hal tersebut padaku, oleh karena itu bu gina berbohong kepadaku tadi. baiklah sekarang kita otak-atik teka-teki ini, di mulai dari saat aku bertemu dengan adrian di kampus.

Hari ini aku berangkat kuliah pukul 07:00 pagi dan adrian bertemu adrian di kampus pukul 08:00 pagi, lalu 08:30 menit kemudian dia pun berpamitan pulang dengan alasan ada urusan keluarga. perjalanan dari tempat tinggalku jka di tempuh pakai motor bisa memakan waktu 40 menit namun bila naik bus kota kurang lebih 60 menit sudah termasuk dengan jalan kakinya yang menelusuri gang-gang kecil. sedangkan aku tiba di kontrakan pukul 14:00, berarti waktu yang di gunakan adrian selama dikontrakanku adalah antara jam 09:00/09:30 sampai dengan 13:30/13:45, atau lebih jelasnya sudah 4 jam lebih si adrian berada di kontrakanku.

Ok, sekarang kita gabungkan dengan wanita panggilan tersebut. pertama adalah dengan ditemukannya dua bungkus kondom berarti 2 kali permainan atau 2 kali croot, dalam dunia perlendiran short time biasanya satu kali croot dengan durasi antara 1 - 1,5 jam dan long time durasinya bisa lebih panjang yaitu bisa sampai 4 - 5 jam dan croottnya pun bisa lebih dari sekali. jika adrian menyewa WP tersebut long time sepertinya sangat kecil kemungkinan tersebut karena aku sangat paham akan keuangannya, jadi kemungkinan terbesar adalah dia menyewa WP tersebut short time dan untuk memangkas budget dia gunakan kontrakanku ini, mengenai kenapa bisa ada 2 bungkus kondom yang dia gunakan pastilah tidak jauh dari ilmu SSI-nya yang sudah tingkat dewa, dengan speak-an mautnya dia bisa membujuk WP tersebut untuk mau ngesex lagi, apa lagi tampang gantengnya yang bisa buat cewek-cewek kepincut. tapi dari semua pejelasanku tersebut masih ada satu kemungkinan lagi walaupun kemungkinan ini sangatlah kecil.

Baiklah... kalau ingin bermain-main denganku, aku akan memberikanmu kejutan kecil supaya kau tidak pernah lagi mengganggu seekor singa yang sedang tertidur !.
 
Lebih seru baca certa nathan drpada hans,,,,
Keep up update suhu...
 
trus season tiganya yang mana suhu....yg ane tau cuma ...keluarga konyol ama hans antoline.....yg hans antoline ane bru sedikit bacanya...

session 3 nya belum muncul.. lah wong session 2 nya masih belum tamat
 
lhakk...kecolongan dalam kesempitan...
:D
di selempe kancane dewe...:lol:
 
Kayaknya sikap arogan n "sombong" nathan masih jelas kerasa di awal2 part, tp pola pikir kritisnyamakin terasah disini, mantap suhu
 
Oh berarti iki kisah nathan setelah bersaing strategi dengan hans ya om suhu?

Tapi kenapa season tiga nya belum ada suhu?
Aku rodo gagal paham iki...
 
Lanjutan Chapter 4

Satu minggu kemudian...

"Gak enak yee nongkrong disini.. !", ucap adrian.

"Hemm.. !", gumamku mengiyakan pernyataan adrian.

"Banyak banget yang ngamen !", ucap lagi dari adrian.

Malam ini aku dan adrian sedang nongkrong di salah satu taman di daerah kota surabaya, tepatnya di taman bungul. tongkrongan lesehan disebuah taman pinggir jalan, sebenarnya sangat nyaman walaupun bising kendaraan selalu terdengar tapi yang bikin kenyamanan itu hilang adalah banyaknya para pengamen yang wara-wiri di tempat kita nongkrong, hampir setiap 15 menit sekali para pengamen yang berbeda orang selalu mendatangi tempat tongkrongan kami dan menyodorkan gelas aqua untuk meminta kepada kita diisi oleh uang.

Adrian yang merasa jengkel karena ulah para pengamen terlihat begitu emosi dan ingin mencari gara-gara, setiap kali ada pengamen yang datang dia selalu mengayunkan telapak tangannya gesturnya seperti orang yang sedang mengusir. aku yang melihat perubahan sikap adrian mencoba untuk merendam emosi dan menasehati supaya tidak memancing keributan karena ulahnya.

"Udahlah.. jangan cari masalah !", ucapku untuk menasehati adrian.

"Mrongkol atiku cok.. mentolo tak gasak ae !", ucapnya dengan emosi.
(Jengkel hati gue cok... pingin gue ajak ribut aja !).

"Lu berantem paling gue lihatin doank !", ucapku.

"Konco koyok taek ancen awakmu iku !", ucapnya menggerutu.
(Temen kayak tai lu tuh !).

"Gila gue kalau ngikutin lu !", ucapku pada adrian.

"Halah.. kalau gak ada gue hidup lu hambar !", ucap dari adrian.

"Nih dengerin gue... hidup tuh tembok, harus lu cat supaya terlihat indah, kalau pingin lebih indah harus diberi beberapa variasi warna !", sambungnya lagi.

"Jadi hidup tuh harus penuh warna supaya terlihat indah, contohnya kayak pelangi gitu... coba lu bayangin kalau pelangi cuma satu warna doank, apanya yang indah... bener gak !", nasehat dari adrian.

"Kasih warna yang positif bukan yang negatif !", cetusku.

"Yaa elah... nih dengerin gue lagi, lu tau istilah Yin and Yang gak ?", tanya adrian padaku.

"Heemmm... !", gumamku memberikan isyarat bahwa aku tau tentang pernyataan adrian.

"Naahhh... yang namanya positif dan negatif tuh harus balance biar hidup tuh jadi seimbang !", tutur dari adrian.

"Masalahnya lu tuh banyak negatifnya !", sautku.

"Aaahh.. lu masih gak ngerti juga !", ucap adrian.

"Mumpung masih muda bro... buatlah senakal mungkin, nanti kalau udah tiba waktunya baru kita tobat untuk menyeimbangkan antara Yin dan Yang nya !", papar dari adrian.

"Lagian nakal itu perlu lho untuk cerita di hari tua nanti !", lanjutnya lagi.

"Kakean cocot gak onok isi'e !", sindirku pada adrian.
(Banyak omong gak ada maknanya !).

"Dancok raimu... di tutur'i wong tuwek kok malah mblendos'i !", saut adrian.
(Dancok muka lu... di nasehati sama orang tua kok malah ngeyel !).

"Bedo setaun ae ngaku tuwek.. lebay lu !", ucapku ketus padanya.
(Beda setahun aja ngaku tua.. lebay lu !).

"Sssttt.... mingkem !", ucap adrian memaksaku untuk diam.
(Ssssttt... diam).

Disaat kita berdua telah asyik berdebat mengenai makna hidup tiba-tiba dua orang pengamen datang dengan memainkan gitarnya, dan salah satu pengamen tersebut menaruh gelas aqua yang berisi duit recehan di atas meja kita, tepatnya di samping adrian. lalu mereka berdua pun bernyanyi beriringan melantunkan salah satu lagu dari iwan fals.

Penguasa... penguasa...
Berilah hambamu uang...
Beri hamba uang...
Beri hamba uang...​

Melihat aksi dari pengamen tersebut, emosi adrian yang sudah redam akhirnya tersulut kembali dan dia pun mencoba mencari gara-gara dengan kedua pengamen tersebut, adrian mencoba menghentikan nyanyian mereka.

"Eehh... boss, sory.. sory.. diem bentar !", celetuk adrian di tengah lantunan lagu mereka.

Kedua pengamen itu pun menghentikan nyanyian mereka setelah di suruh diem oleh adrian, dan kini mereka nampak menatap tajam ke arah adrian.

"Gue bukan penguasa... jadi gak bisa ngasih lu duit !", ucap dari adrian dengan santainya.

"Kalau lu mau duit, ngamen aja di rumah presiden sono !", sambungnya lagi.

Mendengar ucapan adrian yang sangat nyolot dan terkesan menantang tersebut, kedua pengamen itu pun membalas ucapan adrian dengan nada emosi.

"Opo maksud'e sampeyan iki cak ?", tanya salah satu pengamen tersebut.
(Maksud dari dirimu ini apa mas ?).

"Cak.. cak.. ora sudi aku dadi cacak mu !", saut adrian dengan nada meledek.
(Mas.. mas.. gak sudi gue jadi mas lu !).

"Cak.. aku iki ngamen golek duit gak golek perkoro !", ucap pengamen tersebut dengan sangat emosi.
(Mas.. gue ini ngamen cari duit bukannya cari perkara !).

"Lhoo.. lapo sampeyan emosi karo aku ?", tanya adrian dengan nada menantang.
(Lhoo... ngapain lu emosi ama gue ?).

Kulihat sekelilingku, orang-orang yang ada di tongkrongan ini sangat serius memperhatikan perdebatan antara adrian dengan kedua pengamen tersebut, nampaknya bakal ada keributan disini, dan dengan sigap aku pun mengajak mereka pergi menjauh dari tempat tongkrongan ini karena sepertinya mereka sudah sangat emosi satu sama lainnya.

"Kalau mau ribut jangan disini.. !", ucapku santai pada mereka bertiga.

"Aku iki gak pingin geger cak.. tapi konco'e sampeyan iki seng nggateli !", ucap pengamen tersebut dengan ngotot kepadaku.
(Aku ini gak ingin berantem mas... tapi temannya situ yang kurang ajar !).

"Dancok... cangkemmu !", bentak adrian dengan meninju pengamen tersebut.
(Dancok.. mulut lu !).

"Buuuuggggg.... ", suara pukulan dari adrian mendarat telak di wajah pengamen yang ngotot denganku tadi, dengan sangat emosi adrian pun tidak menghiraukan situasi dan kondisi yang ada disekitarnya, dia terus menerus menghujani pengamen tersebut dengan pukulan dan tendangan, sementara itu pengamen yang satunya lagi, menggunakan gitarnya untuk memukul adrian. sesaat sebelum gitar itu mendarat di kepala adrian, aku pun menendang pengamen tersebut hingga tersungkur ke jalanan dan untungnya gitar itu tidak sampai mengenai kepala adrian.

Perkelahian pun terjadi di antara kita berempat, kita terliaht seperti berandalan yang sukanya membuat onar saja. hanya masalah sepele aku pun harus terlibat dalam adu jotos ini, semua ini karena ulah dari adrian, sifatnya benar-benar membuatu dalam masalah. pukulan demi pukulan mendarat di wajah dan tubuhku, tak mau kalah aku pun membalasnya dengan pukulan dan juga tendangan, saat kulihat pengamen itu kehilangan keseimbangan karena tendanganku yang mengarah ke perutnya aku pun dengan cepat maju dan melontarkan bogeman yang keras ke mukanya sehingga dia pun tersungkur jatuh.

Sementara itu di sisi lain adrian juga unggul dalam duelnya, dia mampu membuat musuhnya jauh ke tanah dan tak berdaya. kulihat area di sekitarku sudah di penuhi oleh kerumunan orang yang menyaksikan pertarungan tag team ini, lalu tiba-tiba seseorang yang bertubuh tinggi besar datang dari arah belakangku dan mengapit leherku dengan satu tanganya, dia pun mengibaskan tubuhku untuk menjauh dari tubuh pengamen yang telah tersungkur tak berdaya itu, hal yang sama juga di alami oleh adrian, akhirnya aku dan adrian berada di posisi bersebelahan dan menatap lelaki yang bertubuh besar itu.

"Awakmu arek endi... wani-wani'e rusuh nang kawasanku ?", tanya orang yang bertubuh besar itu pada kita berdua.
(Lu tuh anak mana... berani-beraninya rusuh di wilayahku ?).

"Arek suroboyo lah.. kape arek endi maneh !", jawaban adrian sangat nyolot.
(Anak surabaya lah.. mau anak mana lagi !).

Mendengar jawaban adrian sosok pria yang tinggi besar itu menonjok muka adrian dengan sangat keras hingga adrian pun jatuh ke tanah. kemudian aku pun mencoba menghentikannya supaya tidak ada kesalah pahaman lagi.

"Cak sabar cak... iki asli'e salah paham cak !", ucapku kepada pria itu.
(Mas sabar mas.... ini sebenarnya cuma salah paham ma !).

Lalu aku pun mencoba untuk membangunkan adrian yang terjatuh setelah menerima pukulan dari pria ini, sekali pukul dah tepar sepertinya pria ini bukan tandingan kita berdua jadi lebih baik jika kita menggunakan cara diplomatis untuk menengahi masalah ini.

"Cok.. utekku rasa'ne kopyor !", ucap adrian pelan padaku.
(Cok... otak gue rasanya ancur !).

"Cak, sepurane.. iki cuma salah paham kok !", ucapku kepada pria tersebut dengan meminta maaf.
(Cak, maaf... ini sebenarnya salah paham kok !).

"Aku iki takon... awakmu iku arek endi ?", tanya pria itu tanpa mendengarkan penjelasanku.
(Gue ini tanya.... lu itu anak mana ?).

"Kali asin, cak !", jawabku.
(Kali asin, mas)..

Dengan melakukan gestur, tangan kanannya yang menepuk dada dan tangan kirinya memegang pinggang, pria tersebut bersumbar dengan sombongnya kalau dialah yang paling berkuasa.

"Kongkon maju kabeh wong sak kali asin, tak enteni nang kene !", ucapnya pria tersebut dengan sombongnya.
(Suruh maju semua orang se-kali asin, aku tunggu disini !).

"Mul codet.. gak bakal wedi !", sautnya lagi dengan sombong.
(Mul codet... gak bakal takut).

Melihat situasi yang tidak mendukung, aku pun berpikir lebih baik untuk mengalah saja saat ini dari pada bonyok di hajar ama nih orang. cara satu-satunya adalah merendahkan diri supaya bisa lolos dari situasi ini.

"Iyaa.. cak sepurane, cak !", ucapku pada cak mul.
(Iyaa.. mas maaf, mas !).

"Minggat seng adoh... mumpung durung tak kalung'i celurit gulumu !", ancam dari cak mul.
(Pergi yang jauh... sebelum gue kalungin leher lu dengan celurit !).

Aku pun segera menuntun adrian untuk pergi, terlihat langkah adrian pun sempoyongan dan tangannya terus memegangi kepalanya yang kesakitan karena terkena pukulan dari mul codet. dengan menahan malu aku pun pergi tanpa memperdulikan semua orang yang memperhatikan kita berdua, di pinggir jalan pun aku segera menaiki angkutan umum untuk mengantar kita berdua ke kontrakanku di daerah kali asin.

"Dancok.. endasku ngelu cok !", ucap adrian lirih.
(Dancok... kepalaku sakit, cok).

"Sopo jenenge wong iku maeng ?", tanya adrian padaku.
(Siapa namanya orang itu tadi ?).

"Mul codet !", jawabku singkat.

"Ngomongo, ojok sampai ketemu aku maneh timbang tak sudet utek'e !", gumam adrian dengan menahan sakit kepalanya.
(Lu bilang ke dia, jangan sampai ketemu gue lagi dari pada gue cubles otaknya).

"Mul codet iki jaluk di sudet ancen !", gumamnya lagi.
(Mul codet ini minta di cubles, emang).

Seperti itulah gumamnya sepanjang perjalanan ke kontrakanku, dia benar-benar tidak terima atas kekalahan yang diterimanya dari mul codet yang memegang wilayah taman bungul dan sekitarnya. dan setelah sampai di dalam kontrakanku adrian pun langsung tergeletak di kasurku untuk memulihkan luka-luka bekas pukulan dari mul codet dan pengamen tadi. lalu aku yang juga memar-memar di wajahku mencoba mencari tau tentang luka-lukaku dengan bercermin, kulihat luka lebam di area sekitar mata kiriku sangat jelas kalau ini adalah luka bekas pukulan.

Setelah selesai merawat lukaku aku pun menuju ke kamarku untuk melihat kondisi adrian, dia pun terlihat sudah agak mending setelah rebahan sebentar di kasurku. dan seperti biasanya dia pun mulai mengoceh gak jelas, dan kali ini yang di bahas masih saja tentang kejadian tadi.

"Lu tadi kena tonjok si mul gak ?", tanya adrian kepadaku.

"Kagak !", jawabku singkat.

"Cok.. rasa'ne koyok ketiban daru !", ucap adrian.
(Cok... rasanya kayak kejatuhan bulan !).

"Eehh.. tuh mata lu kenapa ?", tanya adrian dengan polosnya.

"Kena tonjoklah.. bego !", ucapku rada kesel.

"hahahha.... seep, gue ajarin lu cara jadi lelaki sejati !", ucapannya mungkin ingin menghiburku tapi bagiku terlalu garing.

"Matamu picek !", ucapku ketus.
(Mata lu buta).

"Mending lu pulang sono dari pada buat onar mlulu !", ucapku pada adrian.

Sesaat setelah aku menyuruh adrian untuk pulang, tiba-tiba adrian berakting kalau sedang kesakitan dengan memegang kepalanya, sepertinya dia tidak ingin pulang dan mencari cara untuk bisa menginap di kontrakanku.

"Aduuuhhh... duuuhhhh... kepala gue, nath pala gue nath !", ucapnya dengan nada kesakitan.

Karena saking jengkelnya melihat kelakuan dari adrian, aku dengan kesalnya mengambil guling dan kuhantamkan ke kepalanya berulang-ulang kali.

"Mampus lu... banyak alasan lu !", ucapku dengan kesalnya.

"Ammmpuuuunnn nath.... dancok, loro cok !", teriak adrian menahan pukulan dari guling yang ku ayunkan ke kepalanya.
(Ammmpuuunnn nath... dancok, sakit cok !).

"Iyo... iyoo... aku moleh !", ucapnya rada kesal.
(Iyaa... iyaaa... gue pulang).

Dengan berat hati adrian pun pergi dari kontrakanku dan pulang kerumahnya, setelah adrian pulang hidupku pun kembali tenang dan damai tanpa ada satu pun masalah yang datang. waktu sudah menunjukan pukul 20:00, untung saja hari ini aku libur kerja jadi bisa istirahat secukupnya di kasurku ini. aku pun membaringkan tubuhku secara perlahan-lahan di kasur, rasa sakit di wajah begitu terasa nyeri jadi aku harus mengatur posisi untuk bisa tidur dengan pulas.

Keesokan harinya...

Pagi hari pukul 09:00 aku bersama dengan adrian sedang berjalan menuju kantin di kampusku diiringi oleh rintikan hujan yang turun dari langit, terlihat wajah adrian masih ada bekas lebam di pipi dan bagian bibirnya sedangkan aku juga memiliki bekas lebam di area mata kiriku. kita berdua berjalan dengan cueknya tanpa menghiraukan tatapan aneh dari orang yang melihat kita berdua. dan setibanya di kantin aku memesan teh hangat sedangkan adrian memesan kopi panas.

Kulihat mata adrian jelalatan melirik kesana kemari seperti seseorang yang sedang mencari mangsa, dia sangat risih bila ada seseorang yang menatap wajahnya. jika aku membiarkan hal ini maka akan ada keributan lagi yang akan ditimbulkan oleh adrian, mau gak mau aku harus menghentikannya sekarang juga sebelum terlambat.

"Tuh mata bisa diem gak !", ucapku serius pada adrian.

"Yaa elah... santai aja napa !", sautnya.

Dan benar saja tiba-tiba adrian memaki seseorang yang melirik ke arahnya.

"Woi.. ngapain lu lirik-lirik kesini, tak culek picek matamu !", bentak adrian pada sekelompok orang yang sedang duduk di sebelah meja kita.
(Gue colok buta mata lu).

"Sumpah.. sampai lu ribut lagi gak bakal gue bantuin, gue tinggalin lu sendiri !", ucap dengan nada mengancamnya.

"Jangan salahin gue.. salahin tuh oranglah, udah tau gue lagi sewot malah di lirik-lirik !", sangkal dari adrian.

Aku pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sifat adrian yang seperti ini, selalu saja tidak mau mengakui kesalahannya dan mencoba terus-terusan ngeles dari segala tuduhan. bener-bener titisan kampret nih bocah !.

Akhirnya pesanan kami pun datang dibawakan oleh pelayan kantin dan disertai dengan ocehan dari adrian.

"Apa lu lihat-lihat... !", ucap adrian pada pelayan yang mengantar pesanan.

"Maaf.. otaknya rada gesrek dia !", sautku kepada pelayan tersebut.

"Nih... kalau berani comment !', celutuk adrian pada pelayan itu dengan mengepalkan tangannya yang di arahkan ke pelayan tersebut.

Lalu setelah pelayan itu pergi, obrolan kami berlanjut kembali.

"Kelas kita jam berapa seh ?", tanya adrian.

"09:30 !", jawabku.

"Berapa kelas kita hari ini ?", tanya adrian lagi.

"Dua kelas !", jawabku.

"Sampai jam berapa kelas terakhirnya ?", tanyanya terus seperti orang yang sedang mengintrogasi.

"Jam 15:45 !", jawabku lagi.

"Eehh.. lu jago juga yee berantemnya, bisa ngalahin tuh pengamen !", ucap adrian lagi.

"Biasa aja !", jawabku.

"Duuuuhhhh... nih kepala !", tiba-tiba adrian merasa kepalanya sakit.

"Sumpah masih sakit banget kepala gue.. gara-gara si mul codet anjing itu !", ujar adrian dengan kesal saat menyebut nama mul codet.

"Gak kuat gue kayaknya ngikutin kuliah hari ini... gue balik aja yee !", pamit adrian padaku.

"Terserah lu !", ucapku padanya.

"Yaa udah deh gue pulang aja... tar kasih tau gue tentang pelajaran hari ini, tar gue belajar dirumah aja !", ucap adrian.

"Heemmm.. !", gumamku mengiyakan permintaannya.

Adrian pun pergi meninggalkanku sendiri di kantin tersebut, dalam hati aku pun tersenyum puas bukan karena terbebas darinya tapi lebih dari itu, yaitu senyum kepuasan karena adrian akan masuk ke dalam perangkapku. setelah itu aku tinggal mencari tau saja dengan siapa kesana.

Sudah 30 menit semenjak adrian pergi, hujan semakin gemericik turunya. tanda-tanda akan berhenti pun tidak bisa kurasakan, sepertinya aku harus basah-basahan untuk bisa masuk ke dalam kelas. sesaat setelah selesai membayar tagihan teh hangat dan kopi, aku segera berlari keruang kelasku untuk mengikuti perkuliahan tak perduli walau harus menerjang jalanan yang becak dan guyuran air hujan.

"Byyyaaaarrr.... ", genangan air hujan itu menghujani tubuhku karena terlindas oleh sebuah mobil, seluruh pakaianku pun basah kuyup dan terlihat sangat kotor sekali. sialan baru ditengah perjalanan menuju ruang kelas, aku harus menerima musibah ini. sepertinya aku tidak akan memasuki ruang kelasku dengan kondisi pakaian seperti ini, hari ini tidak akan ada perkuliahan.

Dengan kondisi yang sangat berantakan aku pun berlari kembali ke kantin dan berteduh disana, lalu ku bersihkan seluruh pakaianku yang kotor. dan di sisi lain kulihat mobil yang telah melakukan hal ini kepadaku memutar balik ke arahku dan parkir ke di depan kantin, kemudian muncullah sosok wanita yang sangat angkuh dan sombong, dia adalah angun wijayanata. dengan wajah sangat puas karena telah mencelakaiku dia pun berjalan menuju kearahku, ehmm... kayaknya aku harus berurusan dengan wanita ini lagi.

"Ouhhh.. kayaknya lu hari ini ga bisa ikut perkuliahan yaa, sayang sekali !", ucap anggun padaku dengan sedikit aksen meledek.

"Sepertinya begitu !", ucapku tanpa memandang wajahnya.

"Bagaimana cara lu bisa ngalahin gue kalau lu ga pernah ngikuti perkuliahan !", ucap lagi anggun.

"Ehmm... seharusnya kata pertama yang keluar dari mulut lu adalah meminta maaf ama gue !", ucapku santai pada anggun.

"Kata itu terlalu mahal untuk gue ucapin sama orang kayak lu !", ucapnya dengan penuh kebencian.

"Gue jadi binggung.. kenapa lu yang nampak begitu emosi sekali ama gue, seharusnya kan gue yang marah ama lu !", paparku dengan nada datar.

"Dasar berandalan !", gumam dari anggun dengan menatapku tajam.

"Luka lebam bekas berantem, attitude dan etika yang urakan merupakan cerminan dari seorang berandal jalanan... gue binggung kenapa kampus ini bisa nerima lu jadi mahasiswanya !", ucap anggun dengan memperhatikan bekas lukaku.

"Bukannya sudah jelas kenapa gue bisa ada disini... gue ada disini untuk ngelawan lu !", jawabku pada anggun untuk memaning emosi.

"Ouhh.. gue hampir lupa kalau kita masih dalam pertarungan.. jika lu kalah lu gak harus ganti duit gue karena gue yakin lu gak bakal mampu ngegantinya, gue cuma mau lu ngabulin satu permintaan gue !", tutur dari anggun.

"Ehmm.. ?", gumamku dengan ekspresi berpikir serius.

"Gue tidak ingin ngelihat lu ada di kampus ini lagi, jika lu kalah lu harus keluar dari kampus ini !", ucap anggun dengan sangat menantang.

"No problem !", jawabku dengan pede-nya.

Disaat kita sedang berdebat dengan seriusnya, dari arah belakang anggun namun seorang pasangan yang melewati kami berdua sedang bergumam lirih membicarakan kita berdua yang sedang serius berbincang.

"Eehh.. itu bukannya anggun dan nathael yaaa !", ucap wanita kepada pasangan prianya.

"Iyaa.. yang menyandang tittle IP tertinggi pertama dan kedua di fakultas hukum !", saut pasangan pria pada wanitanya.

"Si anggun nampaknya benci banget dengan nathael !", ucap lagi sang wanita.

"Awalnya beni nanti juga jadi cinta.. di sinetron kan biasanya gitu !", jawab sang pria atas pernyataan si wanita.

Lalu mereka berdua pun berlalu pergi, mendengar pembicaraan mereka berdua aku pun tersenyum kecil. namun hal tersebut tidak berlaku sebaliknya kepada anggun, anggun nampak semakin jengkel saja atas pembicaraan pasangan tadi dan tentu saja semua kejengkelannya dia luapkan kepadaku.

"Najis banget !", gumam dari anggun.

"Udah tau najis tapi masih aja di terusin !", sautku atas pernyataan anggun.

"Heh... puas-puasin aja berada di kampus ini, mungkin suasana seperti ini bakal lu rindu'in nantinya karena waktu lu cuma 5 bulan lagi berada di kampus ini !", ucap anggun dengan sinisnya.

"Sudah 10 menit lu ngajak gue untuk ngobrol... lain kali gue akan pasang harga jika lu ngajak gue ngobrol lagi !", ucapku pada anggun dengan menatap jam tanganku.

"Sok Penting !", ucap anggun.

Dengan mengacuhkan perkataannya aku pun nyelonong pergi saja tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutku, ku tinggalkan begitu saja wanita yang sombong itu. taruhan ini benar-benar tidak sepadan, kalau kalah aku akan keluar dari kampus ini sedangkan kalau menang aku tidak akan mendapatkan apa-apa karena uangnya sudah aku robek-robek, hahahaha.... bodoh sekali aku ini !.
 
Bimabet
Oh berarti iki kisah nathan setelah bersaing strategi dengan hans ya om suhu?

Tapi kenapa season tiga nya belum ada suhu?
Aku rodo gagal paham iki...

session 2 nya lom kelar jadi session 3 nya lom bisa di munculin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd