Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Valerie & Selyn

Status
Please reply by conversation.

ursagemini

Semprot Kecil
Daftar
18 Mar 2021
Post
61
Like diterima
1.296
Bimabet
PROLOG
“Huff.. (mendengkur).”

Aku mencoba membuka mataku. Melihat ke arah dinding aku baru menyadari satu hal, jam sudah menunjukan pukul 09.00 yang berarti kurang dari 1 jam lagi kelasku di mulai. Bukannya mencoba membangunkan diri aku kembali masuk ke dalam selimutku.

“.. jangan pergi dong, huff..” ucap seseorang yang berbaring di sampingku sambi meletakan tangannya di pinggulku.

“.. iya-iya, lanjut bobo aja..” balasku dengan manja.

Menikmati pelukan hangat di pagi menjelang siang ini terasa nyaman, apalagi tubuh kita yang tidak tertutupi kain penghalang yang membuatku kulit kita saling bertemu. Berbeda sekali antara kulitku yang halus dengan tubuhnya yang kekar.

“Eits, ngomong-ngomong sekarang jadwal apa ya,” ucapku dalam hati sambil mengingat dosen siapa yang akan mengajar kelas hari ini. Otakku seperti tidak bekerja dengan baik, pikir dan pikir, aku mencoba mengingat kembali mata kuliah pagi ini.

“Shitt,” aku baru mengingat kalau hari ini adalah mata kuliah dari Pak Kadir, dosenku yang galak dan sangat disiplin. Aku melompat dari kasur dan langsung berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan diriku. Chandra yang masih tertidur tampak terkejut dan langsung terbangun.

“Val, lo mau kemana? buru-buru amat,” tanya Chandra yang masih mengantuk.

Langsung tancap gas, aku langsung menyalakan shower dan mulai membersihkan diriku. Di bawah guyuran air aku membersihkan seluruh tubuhku tanpa memperdulikan kalau aku belum menutup pintu. Benar saja saat aku sedang memejamkan mataku aku bisa merasakan tubuhnya yang menempel di punggungku.

“Aaah.. Chan, nanti ya gue buru-buru nih,” kataku sambil meneruskan mandiku.

Quickie bentar aja lah, mphh..” balas dia yang kemudian menggigit pelang ujung telingaku.

Sebenarnya aku mau aja untuk main sebentar, namun karena jarak rumahnya yang cukup jauh tentu saja aku akan terlambat dan berurusan dengan dosen yang menyebalkan itu. Sebagai gantinya, “Chan kalau lo mau nganterin gue lo bebas ngapain aja sama gue pulang kelas nanti.”

Mendengar tawaran itu tentu dia tidak akan menolaknya. “Siap laksanakan,” balasnya singkat.

Tidak sepertiku, Chandra memutuskan untuk tidak mandi, entah karena dia sedang tidak ada kelas ataupun bolos. Di dalam kamar mandi dia hanya diam sambil memperhatikan ku yang sibuk membersihkan diri.

“Kita berangkat? tanya Chandra.”

“Gas pol.”

Layaknya pembalap liar, dia mengemudikan mobilnya begitu cepat dan lincah. Salip kanan dan kiri, dia menyetir layaknya sedang balapan di sirkuit. Berkali-kali aku melihat jam tanganku dan memperkirakan apakah aku akan sampai tepat waktu.

“Nanti gue jemput lagi, lo tinggal pc gue ya,” kata Chandra yang sepertinya sudah tidak sabar menunggu kelasku berakhir.

“Ya, thank you Chan, nanti gue pc (personal chat), lo bisa muter-muter dulu kemana gitu sambil nungguin gue,” ucapku yang tidak enak karena membuat dia menunggu.

Tanpa rasa bersalah dia membalasnya dengan santai, “kalem aja Val, gue lagi nyari cewek gue yang lain, bye,” kemudian dia mengemudikan mobilnya pergi.

Sepertinya aku harus menarik rasa simpati ke dia, dia bukan ksatria yang rela menunggu putrinya tapi hanya fuckboy biasa, huh dasar. Tanpa basa-basi aku bergegas menuju ruang kelas berharap datang lebih dulu dari dosenku ini.

Well, sepertinya rencana tidak berjalan baik. Aku datang bersamaan dengan dosenku tiba di kelas dan aku seorang diri harus berdiri di depan teman-teman kelasku. Pak Kadir terlihat menikmati diriku yang sedang berdiri dan merasa malu.

“.. kamu sudah dewasa dan masih terlambat seperti anak SD, gimana kalau kamu kerja lagi.. bla.. bla..” ucap Pak Kadir yang menghakimiku.

Layaknya model percontohan aku diminta berdiri di depan kelas. Apalagi aku yang sedang memakai rok span sepaha yang membuat diriku menjadi bahan tontonan semua pria di kelasku.

Dari arah kursi penonton, maksudku teman kelasku ada tatapan seorang cewek yang tersenyum dan menikmati diriku yang menjadi bahan percontohan ini. Apalagi aku diminta membantu-bantu Pak Kadir selama di kelas layaknya asdos.

“Haha, lagi kenapa lo telat dah,” ucap Selyn dengan nada mengejek.

“Ya begitu deh, well kemarin gue nginep sama Chandra,” balasku tanpa berbohong.

Mendengar hal itu dia menghentikan acara makannya dan terdiam sesaat, “serius lo main sama si fuckboy itu, lagi?”

Memberikan senyum aku membalasnya, “ya gapapa lah, daripada main sama cowok gak jelas kayak lo, mending sama si Chandra lah, sodokannya itu loh.”

“Huh dasar, udah ketagihan nih cewek jangan-jangan nanti lo masuk gengnya mereka lagi, lagi lo sekali-kali cobain deh sama cowok yang bukan kenalan lo.”

Menutup basa-basi yang tidak jelas arahnya kemana aku dan Selyn memutuskan kembali menuju kelas untuk melanjutkan sesi kelas yang terpotong istirahat. “Tapi gue penasaran sih main sama cowok gak jelas kayak gitu, apa lebih asyik mainnya, haha.”

Untung saja aku tidak diminta berdiri lagi di depan kelas, aku diperbolehkan duduk, namun aku harus duduk pas di depan mejanya. Sesekali aku bisa melihat mata yang mencoba mengintip ke area dadaku yang padahal aku mengenakan kemeja lengan panjang.

“Sekali lagi terlambat, Anda harus mengikuti kelas tambahan di luar jadwal kuliah.”

“Iya Pak,” balasku dengan rasa malas, lagian apa-apaan kelas di luar jadwal kuliah, pasti bakal macem-macem nih orang. Gerutuku dalam hati.

Aku adalah orang yang terakhir keluar dari ruang kelas, aku diminta untuk merapikan kursi temanku-temanku yang pulang terlebih dulu. Untung saja teman kelasku cukup baik untuk merapikan tempat duduknya sendiri, God bless you all.

Saat aku sedang meluruskan meja aku mendengar siulan dari arah pintu masuk, “Suittt (siulan), makasih ya Non udah bantu Abang ngerapih meja. Kemudian aku berbalik dan membalas sapaan, hmm sexual harassment dari petugas kebersihan.

“Ah Pak Jamal, ini tadi saya disuruh sama Pak Kadir, hehe,” balasku singkat karena bingung memberikan respon kepadanya.

“Udah gak papa, biar Abang lanjutin nih,” balas Pak Jamal.

“Oke makasih ya Pak, saya permisi,” salamku dengan sopan. Melihat dari ujung mataku, aku bisa melihat Jamal ini terus memperhatikan area pinggulku. Aku kembali mengingat ketika aku sedang mendorong meja pinggulku sedikit terangkat yang membuat dia bisa melihat pantat dan pahaku yang sedikit terbuka. Segera aku ngechat Chandra untuk minta dijemput.

Valerie` : Jemput gue, udah selesai nih kelas.

Chandra : (Setelah beberapa saat) sorry Val, gue lagi sama yang lain, besok aja gimana?

Valerie : Hah yaudah deh, besok ya, gue mumpung kosong nih kelas.

Chandra : Joss, besok kita bisa main seharian :p

Valerie : Huh, maunya..

Mengakhiri pesan singkat itu berarti aku pulang sendiri menggunakan ojol atau mencoba mencari Selyn. Tapi kemana ya si Selyn ini, main ninggalin aja, bukannya ditungguin malah kabur. Kemudian aku berjalan menuju lobby fakultasku.

Sesampainya disana aku hanya duduk sambil berpura-pura sibuk dengan ponselku. Hal yang mudah untuk mencari tebengan sebenarnya, hanya saja aku sedang bad mood setelah bertemu Pak Kadir tadi.

Membuka airpodsnya, aku mencoba melarikan diri ke dalam musik yang kuputar berharap Selyn membalas pesanku dan mengajakku pulang bersama. Aku sedang duduk berdiam aku sesekali melihat mahasiswa lain yang sibuk dengan prokernya, entah mereka sedang minta tanda tangan atau mengejar mahasiswa yang belum membayar tagihan divisi, haha.

“Na.. na.. na.. ehh,” aku yang sedang bernyanyi membisu dikejutkan dengan tangan yang menyentuh pundakku.

“Sorry ngagetin Val, sendiri aja,” balas cowok di belakangku yang kemudian duduk disamping.

“Biasalah lagi galau, engga ketang, Ris lo liat si Selyn?” tanyaku kepada Haris.

Haris terdiam sesaat dan mencoba mengingat-ngingat sesuatu. Menggelengkan kepalanya dia sepertinya tidak bertemu atau melihatnya, “ga juga, emang lo kenapa engga barengan sama Selyn?”

“Entahlah,” balasku dengan nada sedikit kesal. “Ngomong-ngomong gimana kerjaan lo jadi fotografer, seru?” tanyaku mencoba mencairkan suasana.

“Ya gitu deh, sebenarnya gue susah nih cari model yang mau,” balasnya dengan nada resah.

“Bukannya lo bisa cari tuh di instagram, atau cari aja di “grup” mahasiswi, apa karena temanya? emang lo punya tema photoshoot apa?” tanyaku.

Diam sejenak mencoba menemukan jawaban yang tepat, “sebenarnya foto gravure.”

“Pukk! (suara kepala yang terpukul), haha dasar mesum,” balasku dengan bercanda dengannya.

“Ya gimana Val, terlalu ketat kompetisi pasar, apalagi demand nya lagi tinggi-tingginya nih,” balas Haris.

Haha, bisa-bisanya dia punya ide senekat itu, memang sih ada pasarnya, tapi buat cari modelnya pastilah susah. Aku mencoba bercanda dengannya, “gue sih penasaran foto gravure, kayaknya seru buat ngeksplor seni fotografi.”

Belum selesai berkata dia sudah bersemangat, “seriusan Val, please mau dong, apalagi body lo montok gini, pasti oke banget kalau diambil beberapa shot,” ucapnya dengan memperhatikan tubuhku dari atas ke bawah.

“Haha maunya, tapi gue lagi kosong nih hari ini, gue lagi bad mood, apalagi si Selyn entah kemana. Yaudah gue cuss ke basecamp lo,” kataku dengan rasa penasaran.

Mendengar persetujuan dariku, Haris bersemangat, “sip lah, ayo gue anterin,” dia mencoba memanduku ke arah parkir motor.

Sebelum dimulai, “gue gak ngasih lo photoshoot gratis, harus ada rewards buat gue, ya masa gue jadi model gratisan.”

Semangatnya menurun setelah mendengar permintaan dariku, “oke, asal apa syaratnya? jangan berat-berat ya please.”

Aku berpikir sejenak apa timbal balik yang kuterima nantinya, “uang kah? engga deh, antar jemput gue? nanti gue dibawa kemana-mana, ahh ini aja deh.”

Tanganku kusimpan di dagu layaknya sedang berpikir, kemudian aku memberikan jawabanku, “gimana buat semester ini tugas gue lo kerjain, lo kan lumayan pinter cuman rada korslet aja otaknya.”

“Idih disuruh tugas, ya udah deh, satu semester ya,” balasnya tidak bisa menolak tawaran yang murah ini.

Kemudian kita mencapai akhir kesepakatan kita. Haris mendapatkan seorang model secara cuma-cuma dan aku bisa santai untuk membiarkan dia menyelesaikan tugasku. Bukan tawaran yang buruk. Langsung saja pada hari ini juga aku berangkat untuk melakukan debut modelku bersama Haris.

“Ris, bisa kencengan dikit engga?” kataku di balik punggungnya.

“Emang kenapa Val? Lo udah ngebet banget nih jadi model?” tanya Haris dengan nada bercanda.

Aku mencubit pinggangnya dengan kencang, “lo inget kan gue pakai rok yang pendek, liat dong dibelakang, kayaknya cowok-cowok pada perhatiin bokong gue deh.”

Haris melihat ke arah spion dan memperhatikan posisiku, “haha, pantat lo kan emang bagus, kenapa nggak dipamerin aja, aw.. aw sakit Val, iya deh gue ngebut, lo pegangan ya.”

Haris langsung tancap gas. Mau tidak mau aku harus memeluk tubuh Haris. Sekarang dia sepertinya menikmati perjalanan ini dengan merasakan dua bantalan empuk yang menempel di punggungnya. Apalagi dia sering ngerem dadakan yang ngebuat dadaku semakin menekan tubuhnya.

Turun dari motornya, aku dan Haris baru saja sampai di lokasi photoshoot pertamaku, “ris, gapapa gue masuk kesini?”

“Santai, walaupun ini kosan cowok, tapi nggak ada yang ngelarang kok, nanti gue tutup gorden kamar aja,” ucapnya yang begitu santai.

Lorong kosan dia sepi dengan semua pintu kamar tetangganya yang tertutup. Langsung saja aku masuk ke kamarnya dan meletakkan sepatuku di dalam kamar. Well, kamar ini sama seperti kamar cowok kebanyakan, hanya ada kasur, meja, komputer, lemari, dan perlengkapan lain. Oh ya, untung aja di kosannya ada kamar mandi dalam.

“Ris, gue touch up dulu ya,” kataku sambil melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

“Oke Val, gue lagi mau siapin peralatan dulu,” balas Haris dari dalam kamar.

Memperhatikan bayangan tubuhku di depan cermin, aku menyeka keringat yang membasahi tubuhku setelah perjalan ini. Tidak lupa aku merapikan riasan wajah yang mulai luntur terkena polusi dan keringat. Meskipun ini adalah photoshoot pertamaku dengan Haris, rasanya begitu menegangkan dan penasaran apa yang akan terjadi.

Saat ini aku masih mengenakan outfit kuliahku. Mengenakan atasan kemeja putih panjang dipadukan dengan rok hitam pendek dengan panjang selutut, bisa dibilang tampilanku cukup modis walaupun standar. Mungkin nanti aku bisa mencoba pakaian lainnya.

“Val, udah selesai?” kata Haris di balik pintu.

“Oh udah Ris, sebentar lagi ya,” balasku.

Merasa diriku sudah siap, aku membuka pintu kamar mandi dan berjalan masuk ke arah dirinya yang tengah duduk sambil memegang kamera. Tubuh Haris tampak membeku sesaat dan memperhatikan tubuhku dari ujung rambut hingga kaki.

“Matanya sampai fokus gitu,” godaku kepada Haris.

“Sumpah Val, lo cakep banget dah,” jawab Haris yang terpana.

“Bisa aja gombalnya, gue aja masih pakai baju yang sama. Jadi kita langsung mulai nih?” candaku sambil bertanya kepadanya.

Kemudian aku dan Haris duduk di atas kasur dan dia mulai menunjukan konsep foto yang dia peroleh dari internet dan grup fotografinya. Dengan semangat Haris menjelaskan ide-ide fotonya nanti dari berbagai referensi yang diambil.

Gambar yang ditampilkan padaku cukup beragam, dimulai dari foto biasa layaknya yang aku temui di sosial media, foto dari cosplay karakter manga atau anime, hingga foto terakhir dengan menampilkan model gravure. Tidak seperti foto sebelumnya, aku menikmati berbagai konsep gravure yang dia berikan.

Pemandangan model yang sangat cantik dengan menunjukan pose yang begitu seksi membuat terkesan. Tidak seperti gambar pornografi, model gravure dapat menunjukan daya tarik seksual tanpa menunjukan bagian pribadinya, mungkin hanya bagian pantat saja yang ditunjukan secara frontal.

“Jadi gimana Val, masih mau lanjut? tanya Haris

“Hmm, sejujurnya gue penasaran sama konsep gravure ini, kayaknya seru gitu buat berpose seksi di depan kamera. Okey, kita mulai aja gimana?”

Mendengar persetujuan dariku Haris tampak bersemangat dan menarik backdrop dari langit-langit kamarnya sebagai latar sesi foto kali ini. “Val, nanti kamu berdiri di sini ya.”

Mengikuti arahannya aku berdiri tepat di depannya yang sedang mengarahkan kameranya. Sebelum itu ada yang harus aku katakan, “Ris, lo bisa liat apa aja asal lo gak main pegang, oke?”

Haris yang masih fokus dengan kameranya memberikan balasan singkat, “oke.”

Sekarang dimulailah debut sebagai model amatir. Di depan kamera dan menyesuaikan arahan Haris berikan aku mulai memberikan pose terbaikku. Bisa dibilang foto seperti ini tidak ada bedanya dengan foto yang kuambil untuk diupload di medsos.

“Good Val, coba lupa putar badan lo, sip..”

Menyamakan posisi tubuh sesuai arahan Haris, aku memutar tubuhku dan memperlihat area belakangku. Beberapa shot foto Haris peroleh dan sesekali dia menunjukkannya padaku. Tapi rasanya kayak kurang seru dan seksi gak sih? Tanpa aba-aba dari Haris aku mulai melepas kancing atasku satu persatu.

Haris menelan ludahnya berkali-kali melihat aksiku yang begitu menggoda. Sekarang ketiga kancing atas kemeja atasku sudah kulepas dan memperlihatkan kedua payudara besar yang mengintip di balik bra hitam yang kupakai. Apalagi aku berpose dengan menundukan kepalaku yang membuat belahan dadaku dengan jelas terlihat.

“Sumpah lo emang cantik banget Val, sekarang bisa nggak lo lepas atasan lo?” ucap Haris dengan penuh semangat.

“Huh maunya, yaudah deh, ingat ya boleh liat tapi jangan pegang,” balasku dengan bercanda dan Haris yang merespon dengan menganggukan kepalanya.

Membuka sisa kancing kemejaku, sekarang Haris bisa melihat tubuh atasku yang hanya tertutupi bra dan kemeja yang tergantung di tubuhku. Dia bisa melihat perutku yang rata yang diatasnya terdapat kedua bulatan payudaraku di balik bra hitam ini. Melepas kemeja yang masih menggantung, aku langsung melemparnya ke arah kasurnya.

Haris tidak ada hentinya mengambil gambar diriku. Aku diminta untuk beberapa kali memposisikan tanganku di atas perutku yang membuat payudaraku semakin menyembul ke atas. Tak lupa aku diminta berbalik dan menunjukan punggungku.

“Ris, monoton banget gak sih kalau photoshootnya gini, gimana kalau gue joget sambil lo ngambil foto gue,” tawar diriku.

“Wah seru juga tuh, oke deh, mau musik apa nih dangdut atau musik barat nih..” balas Haris dengan antusias.

Sekarang dimulai babak baru dalam sesi foto ini. Mendengarkan ritme musik aku mulai menggerakan tubuhku. Pinggulku ku gerakan ke kiri ke kanan yang membuat payudaraku bergoyang seirama. Haris terlihat fokus memperoleh gambar diriku dan terlihat tubuhnya yang mulai berkeringat padahal kamarnya ber ac.

Memutar tubuhku mengikuti musik yang diputar, aku meletakan jariku di bagian atas rok yang kukenakan. Secara perlahan aku mulai menarik resleting rok dan membiarkan rok itu meluncur ke kakiku. Di depan kamera dan Haris tentunya, aku menunjukan seluruh tubuhku di balik balutan bawahanku.

Tubuh atas yang hanya tertutupi bra hitam tidak mampu menahan goncangan payudaraku serta perutku yang rata mengalir ke area selangkanganku yang ditutupi underwear hitam dan berakhir di paha dan kaki yang jenjang. Dari arah belakang, Haris bisa melihat punggungku yang putih mulus serta pantatku yang besar dan kencang yang mengintip di balik kain hitam ini.

Good, very good, lo bener-bener seksi banget Val,” puji Haris kepadaku.

Mendengar pujian yang Haris lontarkan padaku membuat diriku merasa tersanjung dan memberikan kepuasan tersendiri. Membiarkan Haris menikmati tubuh belakangku, aku mencoba mengintip ke arahnya yang terpesona.

“Ris, bantuin gue buat buka kaitan bra dong,” godaku kepadanya.

Haris yang bersemangat langsung meletakkan kameranya dan mendekati tubuhku. Tangannya diarahkan ke kaitan braku. Aku bisa merasakan entah sengaja atau tidak, jarinya mencoba mengelus punggungku sebelum dia membuka kaitan braku. KLIK, kaitan braku terlepas, segera aku memposisikan tanganku untuk menahan bra ini ke arah dadaku.

Aku pun berbalik menunjukan tubuh bagian depanku. Karena bra yang kugunakan sudah terlepas, payudaraku yang putih dan besar ini mulai terlihat jelas dengan area puting yang masih ditutupi oleh bra yang kutahan. Mengikuti ritme lagu aku kembali bergoyang, membalikan tubuhku aku membuang bra layaknya seorang stripper dan memperlihatkan punggungku yang polos.

Haris tampak terpukau dengan keberanianku, sebagai rasa terimakasih aku berbalik dengan memperlihatkan tubuh atasku yang polos alias topless. Aku menutupi area putingku dengan tanganku yang tidak bisa menghalangi bahwa tubuh atasku benar-benar telanjang.

“Val, coba lepasin tangan lo dong, biar lebih seksi gitu,” tanya Haris.

“Ih maunya, haha,” aku hanya bisa tertawa mendengar permintaannya.

Aku sih fine kalau nunjukin tubuh bagian atas terutama payudara yang telanjang, cuman melihat bagaimana tanggapan Haris dan sesuatu yang menyembul dibalik celana jeansnya, aku menyerah dan membiarkan tubuh atasku telanjang kepadanya dan memperlihatkan puting payudara.

“Fuck, puting lo cantik banget Val, warna pink, pengen gue hisep deh,” ucap Haris dengan nafsu.

“Gak-gak boleh, sana lo lanjutin foto,” tolakku dengan jelas.

“Ih dasar,” balas singkat Haris.

Kita melanjutkan sesi photoshoot ini. Meskipun awalnya aku merasa malu, rasanya sekarang aku sudah terbiasa untuk membiarkan tubuh atasku yang telanjang. Beberapa pose aku memposisikan tanganku mengangkat payudara seolah menawarkan susuku kepadanya.

Suara musik yang dimainkan entah bagaimana semakin keras terdengar yang membuat aku kesulitan mendengar arahan Haris. “Val, coba lo turunin celana lo!” ucap Haris secara samar.

Sebenarnya aku tidak ingin menunjukan bagian intimku yang lain, sebagai gantinya aku memutuskan untuk berbalik dan menurunkan cdku secara perlahan. Pada awalnya aku diminta untuk menurunkannya sedikit, namun karena suara Haris yang tertutupi suara musik membuatku sulit mendengar dengan jelas.

“Segini masih kurang Ris?” tanyaku dengan nada kencang.

“Turunin lagi,” balas Haris.

“Segini?” aku menurunkan cd yang kukenakan. Meskipun aku tidak bisa melihat seberapa turun cdku, aku bisa merasakan mungkin setengah dari bagian pantatku terbuka. Haris mungkin saja bisa melihat garis pantatku dengan jelas.

“Ris ribet deh, lo aja nih yang turunin,” ucapku yang sulit memahami arahannya.

Kemudian Haris berjalan ke arahku. Jantungku tiba-tiba berdebar merasakan wajah Haris yang berjarak tidak jauh dari pantatku. Udara panas yang dihembuskan terasa menyentuh kulit pantatku. Tubuhku sedikit bergetar merasakan jarinya yang diletakan di tali cd ku, dan tiba-tiba dia menurunkan cdku sampai belakang lututku.

“Ahh, Haris kenapa gue ditelanjangin gini,” teriakku.

“Tahan sebentar Val,” respon Haris.

Betapa terkejutnya aku, sekarang tubuhku belakangku sudah telanjang sepenuhnya. Haris dapat melihat punggungku yang polos mengalir sampai pantatku yang terbuka dan tidak tertutupi kain. Meskipun dia tidak bisa melihat selangkanganku dengan jelas, rasanya begitu memalukan. Aku pun meletakan tanganku tepat menutupi pantatku.

“Val, balik ke arah depan dong, sekali aja,” minta Haris kepadaku.

“Gak mau kalau gue telanjang gini,” balasku kepada Haris.

“Yaudah tutupin aja selangkangan lo, tapi bagian atasnya jangan ditutupi Val,” kata Haris.

“Huuh,” layaknya bocah yang merengek aku berbalik dengan menutupi bagian bawahku. Rasanya begitu seksi untuk tampil telanjang di depan cowok, namun tetap saja rasanya malu banget. Untung saja Haris hanya mengambil beberapa foto.

TOK.. TOK.. TOK..

“Ris lo liat mas Agung kemana nggak?” suara seseorang yang berteriak di balik pintu depan sambil mengetuk pintu.

“Sebentar-sebentar, Ver lo sembunyi dulu gih di kamar mandi,” ucap Haris.

Segera aku melompat ke dalam kamar mandi dan menutup pintu. Deg, rasanya jantungku berdetak dengan kencang menyadari posisiku yang sedang telanjang bersembunyi di dalam kamar mandi.

Meskipun aku tidak bisa mendengar suara mereka dengan jelas, aku tahu kalau cowok itu mungkin tetangga kosannya Haris. Kurang dari dua menit mereka mengobrol sebentar dan kemudian Haris berkata kalau cowok itu sudah pergi.

“Oh, tadi si Bagas lagi nyari Mas Agung, mau minjem motor katanya,” kata Haris yang mengambil pakaianku yang dia sembunyikan dari terlihat di arah pintu.

“Jadi gitu,” balasku tidak tahu memberikan respon apa-pun.

“Kita mau lanjut foto lagi engga, ini mau gue copy ke komputer nih,” tawar Haris.

“Engga ah gue capek,” balasku sambil mengambil pakaianku di tangannya dengan tetap menutupi area selangkanganku.

“Val ini bra nggak lo bawa?” tanya Haris yang memegang bra di tangannya.

“Buat lo aja,” balasku kemudian aku menutup pintu kamar mandi dan menyalakan shower.

Sebentar saja aku melihat-lihat beberapa foto yang dia dapat di layar monitornya. Untuk seorang amatir, not bad lah, aku cukup puas dengan foto yang dia ambil. “Nanti lagi ya Ris, ingat jangan sampai kesebar!”

Kemudian aku memutuskan untuk pulang menggunakan ojol, kenapa tidak haris? Well, motornya lagi di pinjem sama Bagas, mau tidak mau aku pulang sendiri. Di dalam mobil aku hanya bisa senyum-senyum sendiri melihat keseruan bersama Haris. Apalagi aku yang tidak mengenakan bra yang membuat putingku bergesekan dengan kain kemejaku, ahh, padahal aku baru masturbasi pas mandi tadi malah pengen dijejali kontol nih, apa aku telpon Chandra ya?

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Chapter 1.
Plok.. Plok.. Plok..

“Aahh enak Chan.. terusin, ahh..” desahku menikmati setiap sodokannya.

Berbaring di atas ranjang, aku membiarkan Chandra mempermainkanku. Penisnya dengan cepat keluar-masuk di dalam tubuhku yang membuat tubuhku bergetar menikmati ini. Dengan ganas dia mendorong penisnya jauh ke dalam rahimku.

“Ugh, lo becek banget Val, udah kangen sama kontol gue ya,” racau Chandra.

Chandra mengarahkan wajahnya ke arah dadaku. Dengan lihai dia menjilati payudaraku yang membuatku tubuhku bergetar menahan rangsangan ini. Bibirnya di letakan di atas putingku dan menghisapnya pelan. Perasaan geli, sakit, dan nikmat kurasakan ketika putingku dipermainkan olehnya dengan giginya.

Tangannya yang lain tidak tinggal diam. Meraba payudaraku yang lain, dia mulai meremas pelan dan jarinya yang memijat pelan putingku. Rangsangan di tubuh atasku serta lubang vaginaku yang terisi penisnya membuat diriku merasa nikmat.

“Aah.. ahh.. ahh Chan.. enak banget!”

Mendengar diriku yang begitu menikmati gaya permainannya, Chandra mempercepat ritme sodokannya dan mendorong pinggulnya ke dalam selangkanganku. Batang penisnya yang keras dan besar itu didorong ke titik puncak rangsanganku.

Tubuhku tidak bisa berbohong kalau aku begitu menikmati permainan ini. Hentakan tubuhnya yang diarahkan kepada membuat diriku merasa nyaman serta memberikan kepuasan padaku. Ritme sodokannya yang cepat membuat tubuhku mencapai klimaksnya.

“Aah gue keluar Chan, ahh..”

Membiarkan cairanku tubuhku membanjiri batang penisnya, dia tidak menyia-nyiakan momen ini dan kembali menggenjot tubuhku. Tidak membiarkan aku beristirahat, Chandra kembali menghentakan penisnya keluar masuk vaginaku.

Batangnya yang besar itu terasa mengisi rongga tubuhku. Cairan vaginaku yang membasahi penisnya layaknya menjadi pelumas untuk mempercepat gerakan penisnya keluar masuk. Stamina yang besar ini membuatku kesulitan menjaga ritme permainannya.

Kita pun kembali mengubah posisi dengan diriku yang menungging di depannya. Meletakan tanganku di kepala ranjang, aku bersiap menahan penetrasi yang Chandra lakukan. Dalam satu dorongan penisnya dengan mudah masuk ke dalam tubuhku.

“Aah.. aah.. enak.. tampar terus ahh..”

Plak.. Plak.. Plak..

Pantatku bergetar hebat seiring tamparan yang Chandra berikan. Setiap aku mencapai puncaknya, Chandra memberikan tamparan yang kencang ke arah pantatku dan mempercepat ritme permainannya.

Batang penisnya semakin dalam terdorong ke dalam vaginaku. Aku bisa merasakan cairan tubuhku yang mengalir di sepanjang pahaku seiring sodokan yang dia berikan. Tubuhku terasa begitu panas menikmati permainan ini.

Chandra terus menikmati bercinta bersamaku. Tidak ada hentinya dia menghentakkan pinggulnya dan menyodok penisnya kepadaku. Pemandangan pantatku yang seksi ini pula yang dinikmati dengan memberikan tamparan-tamparan ringan.

“Ahh Chan, jangan! Aahh..”

Kepalaku terdongak keatas dan berbalik ke arah Chandra yang sedang bercinta denganku. Tubuhku mengejang ketika jarinya yang mengusap pelan pantatku dan digesekkan tepat di bibir anusku. Sambil tetap menyodok diriku dia menempelkan jarinya dan menekan lubang anusku yang masih perawan itu.

Aku hanya bisa pasrah dan menikmati kebuasan percintaannya diatas ranjang. Entah mengapa Chandra seringkali menempelkan jarinya di pantatku dan memberikan kata-kata yang merangsangku.

“Karena bukan gue yang ngeperawanin memek lo, setidaknya pantatnya milik gue,” ucap dirinya.

Chandra semakin cepat meningkatkan ritme permainannya. Keringat kita berdua saling bercampur ketika kulit kita saling bertemu. Tubuh kita semakin panas dan panas dan dia mencapai klimaksnya.

“Val gue mau keluar! ugh..”

Tangannya meraih pinggulku dan penisnya terus di sodokan ke dalam vaginaku. Tubuh Chandra mulai bergetar menandakan dia telah mencapai puncaknya.

“Ugh gue keluar, rasain nih,” racau Chandra.

Crot.. Crot.. Crot..

Melepas penisnya dari vaginaku, Chandra menyemprotkan spermanya di atas punggungku. Aku bisa merasakan cairan kental dan hangat itu meleleh di atas punggungku. Kita pun berbaring bersama dengan saling memeluk satu sama lain dan jatuh tertidur.

“Aah gila, emang mulut lo terbaik dari semua cewek yang gue pernah coba,” desah Chandra kepadaku.

“Mphh.. mphh.. mphh..” suaraku yang samar akibat batang penisnya yang berada di dalam mulutku.

Memanjakan penis yang ada di depanku, aku menghisap pelan dan melumuri kulit batang yang keras ini dengan air liurku sebelum kutelan habis. Memberikan sepongan ke batang penisnya, Chandra hanya bisa mendesah dan menikmati ini.

Aku memaju mundurkan kepalaku membiarkan batang penisnya terdorong jauh ke pangkal tenggorokanku. Tanpa rasa jijik aku menjilati seluruh bagian penisnya itu dan menghisapnya. Bola testisnya tidak lupa kumainkan di dalam mulutku.

“Aah enak Val, sayang banget gue nggak bisa main sama lo buat 7 hari ke depan,” kata Chandra sambil menikmati batangnya yang dikulum olehku.

“Hmmph?” suaraku yang samar terdengar karena tertahan penisnya.

Anehnya Chandra entah bagaimana bisa mengerti perkataanku, “gue seminggu ke depan mau ke Bali, biasalah staycation sama cewek-cewek gue, akhh sakit Val,” jerit Chandra ketika batang penisnya kuhisap kencang.

Tidak membiarkannya berlama-lama menikmati kulumanku, aku mempercepat gerakan kepalaku dan menelan habis penisnya ke dalam mulutku. Chandra yang terkejut hanya bisa pasrah penisnya disedot dengan kencang olehku.

“Fuck, gue keluar ughh..”

Batang penisnya mulai berkedut, bersamaan itu pula penisnya menyemprotkan spermanya mengisi mulutku. Tanpa pikir panjang aku menelan habis cairan putih kental itu. Aku kemudian berdiri dan melangkahkan kakiku pergi.

“Mau kemana Val?” tanya Chandra yang masih lelah setelah klimaks.

“Mau cuci muka, sperma lo nggak enak rasanya,” ucapku dingin.

“CIe bete nih ya..” ucap Chandra.

Setelah itu kita sempat mengobrol sebentar dan dia bercerita kalau dia bakal main sama circle nya ke Bali dan sudah pasti membawa cewek-cewek kesana. Lalu mengapa aku tidak ikut? tentu saja aku masih kuliah sedangkan Chandra dan temannya pasti membolos dan langsung cus berangkat.

Well itu bukan alasan gue bete sih, sebenarnya gue males aja kalau cowok yang gue kasih enak malah pikirannya kemana-mana, kayak gak dihargain gitu, masa kontolnya ada di dalem mulut gue sedangkan pikirannya asik-asik sama cewek di bali, duh. But, apa aku marah kalau Chandra main sama yang lain, tentu saja nggak karena aku bukan pacarnya tau ceweknya seorang.

“Nanti habis ke Bali kita main lagi oke, gue bawain oleh-oleh, muach,” kata Chandra memberikan salam perpisahan sebelum pergi, tidak lupa dia memberikan ciuman di mulutku.

“Ya hati-hati disana, have fun!”

Mobilnya kemudian perlahan pergi dari kejauhan meninggalkanku sendiri. Duh, rasanya bosen deh kalau seminggu nggak ada temen ngobrol. Membuka ponselku aku mencoba menelpon Selyn. Lalu aku baru menyadari satu hal.

“Aah so-sorry Val, gue seminggu kedepan ikut sama Chandra, kalau lo pengen cari cowok tuh banyak area belakang kampus,” ucap Selyn di telepon.

“Idih, ogah gue,” balasku singkat.

Rupanya Selyn juga ikut bersama Chandra pergi ke Bali yang berarti aku ditinggal oleh mereka berdua. Shit, berarti satu-satunya orang itu Millen, ah tapi dia lagi sibuk deh.. w-wait ada si Haris ya, oke deh.

Mengakhiri obrolanku dengan Selyn aku memutuskan untuk seminggu kedepan aku akan menikmati hariku bersama Haris, hmm, maksudnya mengisi waktu luang selain kuliah gitu sakalian aku lagi punya banyak tugas yang belum aku selesaikan.

“Anjir, tugas kayak gini lo gak bisa Val?” tanya Haris.

“Males gue kalau hitung-hitung, bisa meledak otak gue,” balasku.

“Dasar, ngomong-ngomong lo udah bawa outfit buat sekarang kan?” tanya Haris sambil menyelesaikan tugasku.

Aku menunjukan isi tas besar yang kubawa kepadanya, “apaan outfit, orang itu bikini, paling gue ditelanjangin lagi kayak kemarin,” ucapku mendesah pelan.

“Hehe, sayang punya tubuh bagus kalau nggak diabadikan di foto, yaudah gue beresin tugas lo dulu ya.”

Dengan penuh semangat Haris mengerjakan tugasku. Selesai menguploadnya aku langsung berganti ke bikini yang dia minta untuk aku gunakan untuk photoshoot kali ini.

“Emang mantep banget lo kalau jadi model dewasa gini, oke action!”

Seharian itu aku menikmati berfoto bersama Haris. Aku memperagakan beberapa pose yang diperoleh dari internet di balik bikini ini. Beberapa kali aku mengganti bikini yang kugunakan, karena capek dan malas untuk bolak-balik ke dalam kamar mandi aku memutuskan untuk menggantinya di depannya, lagian Haris sudah melihatku telanjang.

“Suitt (siulan), gila seksi banget bikini ini, lo pernah pake ginian ke pantai?” tanya Haris melihat diriku menganti bikini selanjutnya.

“Nggak lah, haha, ini mah hampir 99% gue telanjang, gila aja pakai ginian ke tempat umum” balasku.

Tidak seperti sebelumnya, bikini ini adalah model thong slingshot yang tidak dapat menutupi tubuhku yang nyaris telanjang. Micro bikini berbentuk “V” memiliki tali yang cukup tipis dan berputar di tubuhku. Pada bagian atas, kebulatan payudaraku dapat terlihat sepenuhnya dengan tali tipis yang menutupi area putingku. Pada bagian bawah bagian selangkanganku nyaris terlihat dan tampil frontal dan dari arah belakang pantatku seperti tidak menggunakan bawahan sama sekali.

Haris hanya bisa menikmati pemandangan diriku dengan bikini. Air liur perlahan turun melihat penampilanku dengan berbagai model bikini yang seksi. Pada beberapa momen saat pemotretan, Haris mulai berani menyentuhkan jarinya ke arah tubuhku.

Photoshoot ini berlanjut ke hari selanjutnya dan selanjutnya. Aku pun dipinjamkan sebuah pakaian untuk cosplay yang terinspirasi dari anime, sebenarnya aku tidak tahu apakah ini anime ecchi biasa atau hentai mengingat model cosplaynya yang sangat terbuka.

“Uhh, sesek banget nih di bagian dada aku.”

“Ini dari anime apaan dah, seriusan masak karakter heroinenya telanjang Ris?”

“Ris, ini beneran? lo nyuruh gue pegang timun sama terong?

Lalu Haris memberikan jawaban singkat, “tahan aja Val, kita lanjut foto ya,” balas Haris.

Hari-hari kita berlanjut dengan photoshoot semakin aneh, untung aja yang hanya melihatku dengan pakaian aneh hanya Haris seorang. Kuliahku pun berjalan biasa, namun tiba-tiba ada jadwal kuis dan mau tidak mau aku meminta Haris untuk mengajariku.

“Ditolak, kontraknya kan cuman photoshoot, engga ada ngajarin lo,” ucap Haris.

“Please Ris, gue males kalau diminta susulan nggak jelas gitu,” kataku memohon.

Mendengar permintaanku dan mengetahui dosen pengajar yang galak yaitu si Kadir, Haris pun melunak dan setuju mengajari dengan satu syarat.

“Gue ngajarin lo asal lo sambil telanjang? Gimana deal?”

Karena tidak bisa memberikan penawaran lain, akhirnya aku menjual tubuhku, ya aku diajarin dia sambil telanjang bulat. Ketika aku sedang fokus mengerjakan, sesekali Haris tampak melirik ke arah tubuhku yang padahal sudah berkali-kali dia liat.

“Ahh maaf Val,” ucap Haris yang tidak sengaja menyentuh payudaraku.

“Eh, nggak masalah kok,” balasku.

Entah mengapa sejak aku tidak bercinta beberapa hari kebelakang rasanya nafsuku meningkat. Apalagi aku mencoba berbagai pakaian dan bikini yang bahkan aku telanjang di depannya berkali-kali.

“G-gue ke wc dulu ya,” ucap Haris terburu-buru dan anehnya dia menyalakan shower.

Aku pun duduk dengan kondisi telanjang, ketika aku menyadari satu hal. Ranjang tempat aku rebahan sebelumnya terlihat basah oleh cairan vaginaku, dengan buru-buru aku mengelapnya dan menutupinya. Lagian kok Haris lama banget dah di kamar mandinya.

Tidak lama Haris keluar dari kamar mandi. Dia berkata kalau perutnya tiba-tiba mulas, yang padahal aku tahu sebenarnya dia baru saja bermasturbasi.

“Oke thank you buat hari ya Ris,” ucapku berterima kasih sambil memakai pakaianku kembali.

“Sip, semangat ujiannya ya,” balas Haris memberikan ku dorongan untuk mengerjakan ujian besok.

Hari pun berlanjut dan aku datang kembali ke kosan Haris. “Huuh, rupanya quiznya ada lagi buat lusa Ris,” ucapku kepada Haris dan merengek untuk memintanya mengajariku.

Sama seperti sebelumnya aku kembali telanjang sambil mendengarkannya menjelaskan materi padaku. Kita berdua pun berbaring di atas ranjang sambil melihat video dari Youtube terkait materi.

Namun ada yang berbeda, kali ini Haris melepas atasannya menyisakan dirinya bertelanjang dada dan hanya mengenakan boxer. Entah kenapa ac kamarnya bermasalah yang membuat ruangan ini terasa lebih panas dari biasanya. Aku pun membiarkannya walaupun agak malu ketika melihat dirinya dalam kondisi seperti itu.

Kita pun melanjutkan sesi belajarnya dengan serius sampai pintu kamar diketok kencang dan langsung saja dibuka. “Haris gue pinjem motor lo ya, what-t, maaf Ris,” kemudian pintu dengan cepat ditutup setelah melihat Haris yang berbaring bersama cewek yang telanjang.

Dengan terburu-buru Haris melompat dan memberikan kunci motornya dan meminta Bagas untuk diam dan tidak membicarakan apapun. Sekembalinya Haris, ada situasi awkward dimana aku yang merasa malu dan menutupi tubuhku di balik selimut.

Kalau kamu mau mulai aja Ris, masa cewek yang harus mulai. Duh, kenapa aku jadi sange gini dah.

Baik aku dan Haris saling menjaga jarak dan diam mematung. Setelah dua menit berlalu dengan suasana canggung tiba-tiba Haris mendekatiku dan mengarahkan wajahnya tepat ke arahku.

“Lo nggak papa kalau mau teriak atau lo nampar gue, gue udah gakuat sejak pertama kali kita ketemu,” kata Haris ke arahku.

“E-ee, mphh,” sebelum aku bisa berkata mulutku sudah dicuri olehnya. Bibir kita saling bertemu dan lidah kita saling bersentuhan memberikan ciuman mesra.

Haris yang semula berdiri bergerak ke arah atas tubuhku dan mulai membuka perlahan selimut yang menutupi tubuh telanjangku. Jantungku berdetak kencang, walaupun aku pernah bercinta dengan Chandra dan mantanku sebelumnya, rasanya ini yang paling menegangkan.

Dirinya yang malu untuk menyentuh tubuhku secara perlahan mulai memberikan diri dengan menggenggam dadaku. Jarinya ia usap dan raba di sekeliling payudaraku sebelum wajahnya mendekat, “boleh?” tanya Haris.

Menganggukkan kepalaku, Haris langsung menghisap putingku yang mengeras itu dan tangan lainnya digunakan untuk meremas payudaraku yang lain. Menerima rangsangan ini aku hanya bisa pasrah dan mendesah.

“Aah Ris, lo suka banget ya sama susu gue, ahh,” desahku.

Layaknya bocah yang memainkan mainan favoritnya, payudaraku diremas dan dihisap, kanan dan kiri secara bergantian. Terlihat di balik celananya itu sebuah batang yang sudah tegang maksimal.

“Val, aku mau masukin ya,” kata Haris sambil menurunkan celananya.

Ini adalah pertama kalinya aku melihat Haris yang telanjang, batangnya memang tidak sebesar punya Chandra namun tetap saja ukuran penisnya masih bisa membuatku merasakan kenikmatan.

“T-tunggu Ris, aku belum begitu basah,” ucapku menahan Haris yang sudah memposiskan penisnya di pintu masuk lubang vaginaku.

“M-maaf Val, ini baru pertama kali gue beginian, harus pakai air minum atau minyak apa? tanya Haris yang terbata-bata dan bingung karena ini pertama kalinya dia melepas keperjakaannya.

Menggelengkan kepalaku dengan lembut aku mencoba membimbingnya, “tubuh wanita itu bisa ngehasilin pelumasnya sendiri asal diberikan rangsangan,” kataku sambil menggerakan jariku tepat di depan vaginaku.

Aku mengusap pelan jariku dan meraba bibir vaginaku. Aku membiarkan Haris menontonku yang sedang bermasturbasi sedangkan tanganku yang lain aku arahkan untuk menyentuh batan penis Haris.

“Aakh, enak banget Val, tangan lo lembut banget,” desah Haris ketika penisnya dipijat olehku.

Haris meringis nikmat ketika aku mengocok pelan penisnya di tanganku. Menaik turunkan jariku di sepanjang batangnya, sesekali aku memijat pelan kepala penisnya yang membuat Haris mendesah.

Aku mengarahkan kepala Haris ke selangkanganku dan memintanya menjilati vaginaku sambil penisnya yang terus kukocokkan. Meskipun yang pertama baginya, Haris bisa membuatku nikmat dengan menjilati dan menghisap klistorisku.

“Val, gue pengen cobain di blowjob dong,” minta Haris kepadaku.

“Haha, harusnya langsung arahin aja ke muka gue, sini,” aku sedikit tertawa melihat betapa lugunya Haris dalam seks, membuka mulutku aku langsung memasukan penisnya ke dalam mulutku.

Memaju mundurkan kepalaku, Haris menikmati penisnya yang dimanjakan di dalam mulutku. Mulutku yang basah dan hangat membuatnya begitu nikmat bersamaan dengan kulumanku di sepanjang penisnya.

“Ahh enak Val, geli enak gitu,” desah Haris ketika testisnya kumainkan di dalam mulutku.

Meludahi penisnya aku menelan penisnya ke dalam mulutku. Aku menggerakan kepalaku ke depan dan ke belakang merangsang penisnya yang sudah tegak itu. Haris hanya bisa mendesah nikmat.

“Ah Val gue gak kuat, gue mau langsung masukin aja,” kata Haris.

Aku merilekskan tubuhku di atas ranjang dan bersiap menahan penetrasi Haris ke dalam tubuhku. Haris sudah memposisikan penisnya dan mulai menempelkan kepala penisnya ke atas dan ke bawah di bibir vaginaku.

“Aku masukin ya,” bersamaan Haris mendorong penisnya masuk ke dalam vaginaku. Karena sudah lama tidak dimasuki batang lain sebelumnya, jepitan vaginaku terasa lebih kencang memijat penisnya.

“Aah enak Ris,” ucapku mendesah merasakan penisnya yang didorong masuk.

“Ugh, Val, memek lo ngejepit banget, ahh,” desah Haris.

Walaupun belum seluruh penisnya masuk Haris sudah merasakan kenikmatan baru yang dia rasakan. Mencoba mendorong pinggulnya, penisnya perlahan masuk menerobos vaginaku yang sempit ini.

Batang penisnya yang masuk ke dalam tubuhku terasa begitu nikmat kurasakan. Sudah lama vaginaku tidak diisi sebuah tongkat daging seperti ini, secara otomatis aku menggerakkan pinggulku berlawanan dengan ritme Haris.

Haris yang ada di depanku mulai memaju mundurkan penisnya. Meskipun tidak memiliki ritme yang konsisten, aku bisa menikmati gaya permainannya. Haris pun mencoba untuk menghentakan pinggulnya dan mendorong penisnya masuk.

Karena ini pertama kalinya, Haris menghentakan penisnya ke arah tubuhku dengan tenaga pinggulku. Rasanya dia seperti menyodokku dengan posisi push-up, mau tidak mau aku harus menahan berat tubuhnya diatasku.

Aku pun mengarahkan Haris untuk mengatur ritmenya yang membuat pasangan dapat saling menikmati. Baik aku dan Haris mencoba menentukan ritme sodokan yang pas yang membuat kita berdua merasa nyaman.

“Aah enak Val, ini namanya ngewe, ahh enak,” racau Haris.

Aku fokus untuk mengatur gerakan pinggulku serta memberikan ruang bagi Haris untuk menggerakan batang penisnyanya. Tubuh kita yang sudah panas membuat tubuh kita berkeringat dan saling bersentuhan sama lain.

Penisnya keluar masuk di dalam tubuhku semakin cepat dan dalam. Haris sudah bisa mengatur gaya sodokannya yang memberikannya rasa nikmat ataupun bagiku sebagai lawan mainnya. Hubungan seks ini berjalan cepat karena Haris sudah mencapai klimaksnya.

“Val gue mau keluar, ahh, keluarin dimana?” tanya Haris sambil mendesah.

“Ahh, di perut gue aja Ris,” jawabku meresponnya.

Haris semakin cepat mendorong penisnya keluar masuk vaginaku. Bibir kita saling bertemu dan tangannya menikmati meremas payudaraku bersamaan dengan dirinya menghentakan pinggulnya. Haris sudah mencapai klimaksnya.

“Gue keluar Val, akhh..” racau Haris.

Crot.. Crot.. Crot..

Penisnya dia keluarkan dari vaginaku dan diarahkan di atas perutku. Saat itu juga dia menyemprotkan cairannya di atas perutku. Kemudian dia langsung berbaring di sebelahku dan kita kembali mencium satu sama lain.

“Gimana enakkan? tanyaku dengan menggoda kepada Haris.

“Ah, enak banget,” jawab Haris puas.

“Mau lanjut ronde berikutnya? tanyaku/

“Masih lemes,” jawab Haris.

Aku hanya bisa memberikan senyuman kepadanya dan memeluknya. Sepertinya malam ini lebih kalau aku menginap dulu disini, lagian quiznya masih sore besok. Kemudian kita terlelap dan tertidur sebentar.

“Jadi ini yang namanya mandi sama istri,” ucap Haris.

“Apaan mandi sama istri, haha, sini gue bersihin tubuh lo,” balasku kepada Haris.

Selesai ronde selanjutnya kita memutuskan untuk pergi mandi. Karena inilah Haris memintaku untuk mandi bersama. Di dalam kamar mandi Haris menikmati acara mandi ini, kita saling menyabuni satu sama lain dan mandi bersama.

Malam telah tiba, kita memesan makanan via ojol dan makan bersama di dalam kamar sambil menonton film di komputernya. Kenyang makan kita berdua berbaring di atas ranjang, walaupun jadi sempit setidaknya masih nyaman untuk ditiduri. Good night Haris.

“Mm? Kenapa Ris, gue masih belum tidur kok,” jawabku dan berbalik ke arahnya.

“Pengen satu ronde lagi,” ucap Haris.

“Haha, ketagihan ya, yaudah sini,” balasku singkat.

BERSAMBUNG
 
Bimabet
Chapter 2.

Dua minggu telah berlalu, hari-hariku berjalan seperti biasanya dengan kegiatan kelas dan aktivitas hangout bersama teman-teman. Perbedaan sekarang adalah sesekali datang ke kosan Haris untuk memintanya menyelesaikan tugasku dan aku yang menjadi model fotografinya.

Kita telah mencoba beberapa model pakaian yang berbeda dan bahkan Haris rela mengeluarkan uangnya untuk membeli pakaian cosplay. Bersama-sama kita membuat akun di instagram yang berisi foto-foto yang kita ambil. Sebenernya sih akun ini buat seru-seruan, namun entah mengapa pengikutnya terus meningkat dan bahkan ada yang memintaku untuk mengiklankan produk mereka.

“Ris, gimana bikini gue?” ucapku sambil memamerkan bikini yang sedang digunakan.

“Sexy banget Val, kita mau duduk dimana nih?” tanya Haris setelah memujiku.

“Di sana bagus tuh, agak jauh dari ombak juga,” balasku.

Aku dan Haris kemudian meletakan tikar di atas pasir dan meletakan bawaan kita. Disana aku memakai lotion anti-matahariku sebelum berbaring menikmati sinar matahari pagi. Haris yang berada di sebelahku tampak duduk dan menikmati pemandangan ini.

Oh ya, hari ini aku dan Haris memutuskan untuk berlibur ke luar kota. Setelah melalui berbagai pertimbangan kita memutuskan untuk meluangkan waktu untuk berlibur ke pantai sambil mendapatkan beberapa foto yang bisa Haris peroleh. Sejak kemarin kita sudah bersama berjalan-jalan menikmati pantai satu ke pantai yang lain.

Klik, aku membuka kaitan braku dan membiarkan punggungku terbuka. Angin sepoi-sepoi mengalir menerpa kulitku yang telanjang dan butiran pasir yang terbawa menempel ke atas tubuhku. Sesekali Haris tampak melirik ke arahku yang ditutupi dibalik kacamata hitamnya.

Merentangkan tubuhku, aku mencoba membangunkan diri dan berjalan menuju air, “Ah segarnya, Ris gue mau nyebur duluan ya.”

“Wih, mau sambil topless Val, nggak malu kalau dilihat orang?” tanya Haris.

“Kemarin malam aja berani skinny dip, masa malu sekarang, haha,” balasku dan langsung membasahi diri.

Air ombak yang dingin membasahi kakiku. Berbalik menghadap ke belakang, aku bisa melihat Haris yang mengeluarkan ponselnya dan memotretku dari kejauhan. Bergaya di depan kamera aku mencoba beberapa pose sebelum menikmati bermain dengan air.

Meskipun kemarin malam aku berani untuk melepaskan bikini yang kugunakan dan membiarkan diriku telanjang, saat ini suana jauh berbeda. Cahaya pagi yang terang serta beberapa turis yang agak berjauhan memberikan pengalaman baru bagiku yang lebih menegangkan.

“Ah, Haris tangannya,” jeritku ketika dadaku diremas dari belakang oleh Haris yang tiba-tiba muncul.

“Haha sorry Val, dada lo nantangin banget,” balasnya sambil meremasku.

“Nih rasain,” aku memberikan respon balasan dan mulai melemparkan air kepadanya.

“Idih,” kemudian Haris bergantian membalas.

Dimulailah pertemuan air kita. Satu sama lain kita saling menyerang dengan melemparkan air yang sudah kita kumpulkan. Aku mencipratkan air ke segala arah untuk menjauhkan Haris dari posisiku. Haris merespon dengan mengumpulkan banyak air yang nantinya diarahkan ke tubus atasku.

“Disini kita nggak ketahuan orang?” tanyaku sambil menurunkan cd yang kukenakan.

“Aman kok, asal jangan banyak gerak aja,” balas haris yang menurunkan celananya.

Duduk tepat di depan selangkangannya, aku langsung mencaplok penisnya dan memasukkannya ke dalam mulutku. Penis itu kemudian aku manjakan dan ku kulum ringan. Meskipun rasanya tidak nyaman karena basah oleh air laut, tanpa jijik aku menyedot batang penisnya.

“Ahh, enak, enak, Riss..” desahku.

Menerima sodokannya, aku hanya bisa mendesah pelan dan berusaha tidak banyak bergerak. Dari belakang Haris mendorong penisnya keluar masuk vaginaku dengan bersemangat. Meskipun posisi ini tidak nyaman untuk bersimpuh di atas pasir, perasaan mendebarkan dari bercinta di luar ruangan rasanya begitu menyenangkan.

“Val, gue keluar, ahh,.” teriak Haris dan mengeluarkannya di atas punggungku.

Setelah bermain cepat itu kita kembali membasahi diri ke dalam air sebelum kembali ke tempat kita duduk sebelumnya. Kita beristirahat dengan duduk-duduk sebelum memutuskan untuk membersihkan diri dan kembali ke hotel. Sesampainya di hotel kita melanjutkan aktivitas percintaan kita.

“Jadi totalnya Rp250.000,00 ya mas, ini uangnya,” kataku sambil menyodorkan uangnya.

“I-iya mbak, pe-ermisi ya mbak, terima kasih,” balas staf hotel sambil terbata-bata dan berjalan keluar.

“Huh, udah puas Ris?” tanyaku kepada Haris.

Haris langsung datang dan memelukku dengan nafsu. “Udah Val, gila seru banget kalo lo pamerin badan lo ke orang lain gini,” ucap Haris.

“Maunya, dikira gue nggak malu, ya udah yuk kita makan,” balasku.

Sebelumnya aku menerima tantangan dari Haris setelah kita menyelesaikan acara mandi. Haris menyuruhku untuk memesan makanan dan memintaku untuk tampil telanjang selama staf hotel membawakan pesanan itu. Beberapa menit kemudian staf itu datang dan terkejut dan kondisiku dan dia menjalankan tugasnya dengan malu-malu.

Hari itu berlanjut seperti biasanya dengan kita kembali bercinta. Pada sore hari kita memutuskan untuk langsung kembali ke kota asal kita karena besok masih ada jadwal perkuliahan. Selama perjalanan aku mencoba hal baru dengan tampil topless di jalan tol dan hanya memakainya ketika kita turun di rest area.


“Habis liburan nih, ngentot nggak?” tanya Selyn.

“Iyalah, lo kemarin-kemarin kemana aja sih?” balasku dengan balik bertanya.

“Biasalah ke Bali, dan pokoknya gitu deh,” ucap Selyn.

“Huh, jadi sekarang kita mau ngapain nih?” tanyaku kepada Selyn.

“Pokoknya ikut aja,” balasnya singkat.

Sepulang kelas aku diajak Selyn untuk pergi. Sebenarnya aku tidak tahu kemana Selyn akan membawaku dan aku hanya ngikut aja. Kemudian mobil dibawa Selyn menuju pusat kota, tepatnya di daerah pusat perbelanjaan. DIsana kita melihat-lihat beberapa lingerie yang mau digunakan.

“Val, lo nggak ikut beli?” tanya Selyn.

“Buat apa?” balasku.

Namun aku didorong oleh Selyn untuk memilih lingerie yang ada disini. Bolak-balik aku mencoba berbagai bentuk lingerie yang cocok denganku atau yang disarankan oleh Selyn kepadaku. Di depan cermin aku terpukau dengan penampilanku di balik lingerie hitam ini. Not bad at all.

Puas berbelanja Selyn kembali membawaku pergi ke sebuah private club. Mendengarkan musik yang diputar dan melihat orang-orang yang berdansa dance floor membuatku tertarik untuk ikut turun dan meninggalkan Selyn yang sedang mengobrol dengan kenalan nya. Karena aku diminta untuk menemaninya membuatku bisa bebas untuk menikmati waktuku disini.

Bergoyang mengikuti ritme lagu. Beberapa cowok mencoba mendekatiku saat sedang berdansa. Ada yang mengajakku berduet dan ada yang mendorongku langsung ke kelompok mereka. Itu semua aku tinggalkan dan memutuskan untuk berdansa sendiri, walaupun mereka bahkan akan open table khusus bagiku.

Pak, betapa terkejutnya aku ketika merasakan pantatku ditepuk dari belakang. Aku langsung berbalik mencari orang yang baru menyentuh tubuhku dan mataku bertemu dengan wajahnya. “Chan, lo ngapain disini?”
“Ngapain? Ya minumlah udah jelas,” ucapnya sambil bergoyang.

“Lo diajak Selyn? Hmm Chan, bisa jangan deket-deket gue nggak?” tanyaku sambil menjauhkannya yang mencoba menempel diriku.

Bau alkohol yang pekat serta wajahnya yang lumayan teler cukup menggangguku. Dia mendorongku ke dance floor sambil memaksaku masuk ke dalam dansanya. Tanganku diangkat ke atas dan dibawa ke permainannya.

“Oy Chan, lo masih sadar kan?” tanyaku dengan menggerakan tanganku.

“Uh, sadar dong, nggak gue dateng sendiri,” balasnya yang tampak bingung.

“Yaudah gue cabut ya, eh,” sebelum bisa beranjak pergi tanganku ditarik olehnya ke ruang belakang yang berisi kamar-kamar untuk private room.

“Aah, Chan, enak banget jilatan lo,” desahku ketika menikmati vaginaku yang sedang dijilati olehnya.

Mengangkang di atas meja, aku membuka lebar kedua kakiku dan mendorong dress yang kugunakan keatas memperlihatkan tubuh bawahku. Di bawah Chandra yang sedang tipsy sedang memberikanku kenikmatan dengan menjilati daerah kewanitaanku.

Desahan suaraku tidak bisa kututupi. Ruangan menjadi panas dan rangsangan kita berdua tidak terelakan. Melepas pakaian yang kita gunakan kita mulai bercinta. Duduk di atasnya, aku bergerak naik dan turun di atas penisnya.

Payudaraku kemudian diremasnya dari belakang dan dimasukan ke dalam mulutnya. Dengan terampil dia memanjakan tubuhku yang memberikanku kenikmatan. Tidak lama aku sudah mencapai klimaks dan membiarkan cairanku membasahi tubuhnya.

“Aah, enak Chan,” desahku.

Rambutku ditarik kasar olehnya. Berdiri di belakang pintu masuk ruangan, aku menerima setiap sodokan yang dilakukan oleh Chandra. Dengan kasar dia menggenjot diriku ke arah depan. Terasa batang penisnya yang besar keluar masuk di dalam diriku dengan mudahnya setiap dia menghentakkan pinggulnya.

“Gue keluar akh,” teriak Chandra.

Aku duduk di depannya dan menerima semburan cairannya ke arah dadaku. Semprotannya begitu kencang hingga mengenai wajah dan rambutku. Mau tidak mau aku mengambil tisu dan membersihkannya. Duduk beristirahat, aku berada di bawahnya terus mengocok pelan penis itu dijepit diantara dadaku sambil memberikan air liur untuk membuatnya licin. Tiba-tiba pintu terbuka dan datanglah ketiga orang pria ke dalam ruangan.

“Widih sexy juga cewek lo yang ini.” ucap seorang cowok.

“Udah main pake aja lo, bener-bener fuckboy,” ucap cowok yang lain.

Cowok terakhir memutuskan diam dan terus memelototiku. Tanganku meraih dressku yang kusimpan untuk menutupi tubuh telanjangku. Aku tidak bisa membayangkan datang ketiga orang pria yang masuk dimana mereka semua mungkin berusia 20-25 tahun. Apa jangan-jangan dia teman si Chandra?

“Oh kalian datang ya, sorry udah gue coblos nih cewek,” balas Chandra.

Benar saja mereka adalah temannya, aku kemudian mencoba berjalan pergi namun tanganku ditahan oleh mereka, “bisa lepasin gue nggak, Chandra mereka siapa?”

“Udah nikmatin ajal Val, mereka temen-temen gue, guys langsung gaspol aja,” kata Chandra.

“Sip lah,” ucap seorang cowok yang sedang menggenggam tanganku.

“Please lepasin gue, aww sakit,” teriakku ketika aku didorong ke arah sofa.

Pintu ruangan ini dikunci oleh mereka yang menjadikan diriku seorang diri diantara keempat pria ini. Aku sudah membayangkan tidak-tidak, mencoba melawan aku tidak memiliki tenaga yang cukup dan membuatku terjebak. Kedua tanganku ditahan dan kakiku dibuka lebar.

“Widih cantik banget memeknya,” ucap cowok itu yang mengarah jariku membelai vaginaku.

Hanya bisa menggigit bibir bawahku, aku hanya bisa menikmati permainan jarinya sebelum dia mulai menurunkan celananya dan mengarahkan penisnya masuk. Di bibir vaginaku, penis itu mulai ditempelkan dan digesekkan pelan. “Gue masukin ya,” ucap cowok itu sambil mendorong penis itu masuk.

“Ahh,” jeritanku.

Kedua tanganku ditahan oleh cowok lainnya dan vaginaku sekarang sudah dijejali oleh penis yang tidak kukenal. Sebelum bisa membayangkan yang lain, wajahku sudah dialihkan ke wajah seorang cowok dan aku bisa merasakan dadaku yang dijilati oleh orang lain. Sekarang tubuhku dijamah oleh keempat cowok.

Tubuhku dibaringkan di atas sofa. Vaginaku sudah terisi oleh batang penis yang dari tadi keluar masuk. Kemudian cowok lain melangkahkan kakinya melewatiku dan duduk diatas perutku. Penisnya diletakan diantara belahan dadaku dan mulai mengocoknya disana. Mulutku yang kosong ini dijejali oleh penis lain yang dipaksanya masuk.

Chandra hanya menikmatiku dari kejauhan sambil memfoto diriku yang sedang dihimpit oleh ketiga orang cowok diatasku. “Val lo emang cewek binal,haha.”

“Hmphh,” aku tidak bisa berteriak karena mulutku tertutupi oleh penis besar. Aku hanya bisa pasrah membiarkan tubuhku dimanfaatkan oleh mereka. Dengan kasar mereka memainkan tubuhku. Putingku dicaplok dan dihisap kencang, payudaraku yang lain diremas, dan kedua lubangku yang terisi penis ini.

“Gue keluar,” ucap cowok yang berada di atas wajahku.

Bukannya menarik penisnya, dia menyemprotkan spermanya ke dalam mulutku yang membuatku harus menelan sperma menjijikan itu. Penisnya kemudian kembali dimasukan dan didorong keluar masuk ke dalam mulutku.

“Oy gantian dong,” ucap cowok lain.

Secara bergiliran mereka bertiga bergantian mengisi lubang vaginaku. Dengan kasar mereka mendorong batangnya ke dalam vaginaku dan mulai menggenjotnya. Bibir vaginaku terasa perih karena terus dipaksa dijejali penis. Mereka pun mencapai klimaks dan menyemprotkannya di sekujur tubuhku.

“Awas-awas, gue pengen nyobain lagi memeknya,” ucap Chandra mendekatiku.

Kemudian dia langsung mencoblos penisnya ke dalam vaginaku dalam satu dorongan. Aku menjerit ketika batangnya yang paling besar itu masuk dan mulai digenjot di dalam vaginaku dan tubuhku diangkat olehnya. Dalam posisi digendong ini dia menggenjot diri ku dengan kasar dan aku harus memeluknya dengan erat agar tubuhku tidak terjatuh di atas penisnya.

“Aah, sakit, sakit Chan, Ahh,” racau ku berteriak.

Vaginaku terasa begitu sakit ketika penisnya mengobok isi tubuhku. Karena sudah klimaks berkali-kali tubuhku sudah mencapai puncaknya dan aku kehilangan tenaga untuk melanjutkan ronde berikutnya.

Chandra tetap saja menggerakan pinggulnya dan mendorong penisnya keluar masuk dari vaginaku. Walaupun dia masih tipsy, terasa dia dengan penuh tenaga menggenjoti diriku yang sedang berada diatasnya. Beberapa saat kemudian penisnya mulai berkedut di dalam vaginaku, aku bisa merasakan dia akan mengeluarkannya di dalam dan aku hanya bisa pasrah.

“Shit, gue nyampe, nih rasain, ahh,” teriak Chandra.

Cairan hangat di tembakan di dalam vaginaku. Aku bisa merasakan cairan itu mengisi rongga dalam tubuhku, terasa begitu hangat dan lengket. Cairan itu perlahan menetes keluar dari vaginaku ke lantai. Kemudian aku dijatuhkan di atas sofa dan dibiarkan berbaring. Disaat itulah aku mulai kehilangan kesadaranku.

“Lo masih punya tenaga nggak, gimana kalau kita sama-sama ngocok terus dikeluarin di atas tubuhnya,” ucap seorang cowok.

“Huh, lo masih punya tenaga aja, yaudah gue juga,” balas cowok lain.

“Anjir, udah kayak di bukake aja,” ucap cowok lain.

Mereka berempat bersama-sama mengocok di sekeliling tubuhku yang berbaring dalam kondisi telanjang. Beberapa saat kemudian mereka bersama-sama menyemprotkan sisa spermanya ke arahku yang membuat tubuhku tertutupi oleh noda cairan putih kental ini. Aku hanya bisa pasrah dihujani oleh mereka dan langsung tertidur.

“Lex, lo langsung cabut?” ucap Gerry.

“Lo masih mau ngegarap tuh cewek, males kalo udah lemes gitu,” balas Alex.

“Ngomong-ngomong nih pantat nantangin juga, fak, sakit Chandra,” balas Davin ketika jarinya yang bergerak ke arah lubang pantat Valerie dipukul.

“Jangan, pantatnya masih perawan, harus gue jebol dulu baru lo-lo boleh nyoba,” balas Chandra.

“Licik anjir dapet yang masih segelan,” balas Davin.

Mereka berempat tampak menikmati tubuhku yang masih berbaring dalam kondisi telanjang sebelum satu per satu dari mereka mulai pergi menyisakan aku dan Chandra berdua saja sama seperti sebelumnya.

“Uhh, Chan mereka siapa?” ucapku dengan tanda bingung.

“Udah bangun Val, mereka temen circle motor gue,” balas Chandra yang mendekatiku.

Aku diam beberapa saat, “kok lo tega ngebiarin tubuh gue dimainin mereka?” tanyaku.

“Inget gak kalau lo pengen gabung circle gue sama Selyn, and now your welcome,” kata Chandra.

“Haha, jadi itu yang namanya tes masuk, haha,” aku tertawa dalam diam.

“Chan, bantuin gue ke kamar mandi dong,” ucapku melanjutkan.

Kemudian aku dibawa oleh Chandra ke arah kamar mandi private room ini. Berdiri di depan cermin aku bisa melihat kulitku yang kemerahan akibat dicupang mereka berempat. Noda putih yang mulai mengering tampak di sekujur tubuhku dan vaginaku yang tampak kemerahan setelah dijejali penis secara bergilir. Mungkinkan ini ada kaitan mengapa Selyn mengajakku kemari secara tiba-tiba, ataukah aku sengaja di jebak.

“Hehe Chan, lo gak mau lanjut ngegarap gue?” tanyaku menggodanya.

“Males, gue udah berapa kali crot juga. Sana cepet lo mandi, gue nunggu disini,” balas Chandra.

Aku menyalakan shower membiarkan air hangat membasahi tubuhku. Sungguh jauh berbeda antara treatment Chandra dan Haris, tidak, Chandra berubah setelah pergi bersama Selyn ke Bali itu, apa mereka benar-benar ke Bali mengingat Selyn saja tidak mengupload kegiatannya. Sungguh misterius.

Mulai dari malam itu aku diterima ke dalam circle private Chandra. Pengalamanku yang liar di masa kuliahku akan semakin menarik, baik itu adalah hal yang positif atau negatif, hmm, mungkin pengalaman negatif. Kita lihat nanti.

BERSAMBUNG
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd