BONUS STORY 4
Perth, Australia
Di sebuah restoran McDonalds
17. 10
“Sini aja bro, pemandangannya bagus!” sahut Boby meletakkan nampan berisi pesanannya di sebuah meja.
“Hehehe... kita emang sepikiran soal ginian” kata Darren melihat meja sebelah yang sedang ditempati seorang gadis berwajah oriental dengan pacarnya yang pria bule, “demennya bule tuh, kalau punya anak pasti cakep”
Komentar nakal mereka tentu saja terdengar gadis itu dan pacarnya, namun mereka cuek dan terus makan. Kebiasaan omong dengan bahasa ibu di negara asing, termasuk ngomongin orang di depannya. Kakak beradik itu mulai menyantap makanan mereka sambil curi-curi pandang ke gadis di meja sebelah. Tak lama kemudian, Boby bangkit untuk ke toilet untuk buang air kecil. Sekeluarnya dari toilet dan hendak mencuci tangan tak disangka ia bertemu gadis di meja sebelah sedang mencuci tangannya. Dengan santai ia pun menyalakan kran di sebelahnya membasuh tangannya.
“Thanks pujiannya! Kita masih belum kepikir punya anak kok” kata gadis itu memandang ke arah cermin yang membuat Boby kaget namun segera menguasai diri lagi.
“Eeiih... orang Indo juga yah!” sapanya agak terbata-bata, “kirain Thai atau Korea”
“Hihi... anak baru ya? Di sini bule juga ada yang bisa Indo tau, jadi hati-hati omongin orang” kata gadis itu tersenyum nakal.
“Iya sih hehehe... kirain kalian bukan orang sini, soalnya kalian tadi omong... apa tuh? Spanish ya? Atau apalah!” kata Boby, “kenalan dong sesama Indo, gua Boby!” ia mengulurkan tangan setelah mengeringkannya.
“Melisa!” gadis itu balas menjabat tangannya, “itu di luar pacar gua, Julio dari Argentina”
Mereka kembali ke meja dan saling memperkenalkan diri, Darren juga agak tersipu malu ternyata gadis yang diomongkan adalah sesama orang Indonesia, sementara pasangan beda bangsa itu tersenyum dikulum melihat reaksi kakak beradik itu. Pasangan yang sudah selesai makan itu pindah ke meja kakak beradik itu.
“We are from Melbourne... and having vacation!” kata Melisa.
“Yea... three days here, until day after tomorrow” timpal pacar bulenya itu.
Faktor sama-sama orang Indonesia antara Melisa dan kakak adik itu membuat suasana cair dan mereka mulai akrab, Julio pun omongnya mulai nyambung dengan mereka.
“Pake Indo aja, he is learning it, ya kan?” kata Melisa sambil menyikut pelan lengan pacarnya.
“Sedikit... sedikit bisa lah” kata Julio dengan logat khasnya.
Dari obrolan itu Darren dan Boby mengetahui bahwa Melisa berasal dari Bandung, juga di kompleks yang sama dengan tante mereka yang pernah terlibat hubungan incest.
“Kita juga ada saudara di situ, jangan-jangan kenal, tau toko listrik Sumber Jaya ga?” tanya Darren.
“Tau kayanya, toko-toko kan di depan, cuma yang punyanya sih gak tau, udah jarang pulang“ jawab Melisa.
“So you are already PR (permanent resident) now?” tanya Boby
“Yup... “ jawab Julio lalu menjelaskan bagaimana caranya untuk mendapatkannya dan suka dukanya bekerja di negera ini.
“Where are you going to go now?” tanya Boby, “maybe we can guide you”
“Just hang out around here, so no need bus or taxi” jawab Julio
“Berhubung lu orang udah lumayan lama di sini, tau dong some interesting place here” timpal Melisa, “this is my first time here”
“Third for me... but I’m still not familiar the places!” timpal Julio
Kakak beradik itu pun mengajak keduanya berkeliling sekitar, belanja suvenir, menikmati snack, dan terakhir ke sebuah theme park kecil dimana Melisa mendapat dua boneka imut, satu dari Julio di stand menembak, satu lagi dari Boby di stand memasukkan bola ke ring basket. Jam delapanan akhirnya mereka tiba di hotel, namun sebelumnya Julio ingin membeli bir di minimarket seberang. Sampai situ sebenarnya kakak beradik itu pamit hendak pulang, namun Julio menahan mereka untuk ikut menemani minum bir. Mereka pun ngobrol dan bercanda menikmati bir dan snack di kamar. Melisa tidak kuat minum banyak
“I think we need something more mature than beer” celoteh Melisa yang mukanya mulai merah di tengah obrolan mereka yang mulai vulgar.
“O yea? What is that hon?” tanya Julio.
Melisa tersenyum nakal dan menaikkan satu kakinya ke kursi sehingga memamerkan paha indahnya dan celana dalam pinknya yang membuat ketiga pria itu melotot ke arahnya. Berikutnya baju-baju sudah berserakan, ketiga pria itu telanjang mengerubuti tubuh polos Melisa yang terbaring di tengah ranjang. Ia bersandar pada tubuh besar sang kekasih, Julio, yang mendekapnya dari belakang dan memagut bibirnya mesra. Tangan kanannya mengocok lembut penis Boby yang sedang melumat payudara kanannya. Sementara Darren sibuk di antara selangkangan gadis itu menjilati paha dalam hingga akhirnya tiba di vaginanya, lidah dan jemarinya segera beraksi di vagina gadis itu membuatnya menggeliat dan mendesah nikmat. Julio menumpuk dua buah bantal dan menyandarkan kepala kekasihnya di sana. Melisa langsung menggenggam penis kekasih bulenya itu dengan tangan kiri dan penis Boby dengan tangan kanannya. Dijilatinya penis Boby lalu dikulum di dalam mulutnya sambil mengocok penis sang kekasih. Kedua pria itu pun melenguh keenakan sambil meremas-remas payudaranya. Darren memasukkan dua jari ke vagina Melisa sambil menjilat dan menghisap klitorisnya.
“Ooughhhhh… oh my God... i’m comingg... aahhh... aahhh!!” setelah sepuluh menitan Darren memainkan vagina Melisa dengan jari dan lidahnya, gadis itu pun mendesah orgasme
Darren menghisap lendir Melisa yang keluar sangat banyak sebelum berlutut di antara kedua paha indah itu. Setelah memasang kondom, ia arahkan kepala penisnya ke vagina gadis itu lalu ditekannya.
“Uuugghh!!” keduanya mendesah bersamaan saat kelamin mereka bersatu.
Setelah seluruh penisnya terbenam di vagina Melisa, mulailah Darren menggenjot gadis itu. Melisa sendiri lanjut mengoral dan mengocok penis Julio dan Boby di kanan dan kirinya.
Suara berdecak yang timbul dari vagina Melisa yang sedang disenggamai Darren serta erangan dan desahan napas Julio dan Boby yang sedang dioral gadis itu membuat suasana sangat erotis. Darren bertahan sekitar seperempat jam, ia menggerakan pinggulnya maju mundur semakin cepat dan dengan satu sentakan ia menahan gerakannya. Spermanya tumpah di dalam karet kondom dan ia baru mencabutnya setelah penisnya menyusut.
“Sekarang kamu berbaring sana!” perintah Melisa pada Boby
“Oke siap!”
Boby pun mengikuti yang diperintah gadis itu. Melisa memasangkan kondom pada penisnya lalu tanpa buang waktu lagi ia naik ke atasnya. Setelah seluruh batang Boby tertelan semuanya dalam vaginanya, Melisa mendiamkan sebentar dan menggerakkan otot-otot dinding vaginanya, sehingga Boby merasakan vagina gadis itu berdenyut-denyut kuat meremasi batang penisnya. Kemudian Melisa mulai menaik-turunkan tubuhnya di atas penis Boby. Ia memulai dengan tempo pelan sehingga mereka merasakan pergesekan kelamin mereka. Boby pun merem-melek menikmatinya, tangannya menangkup payudara kanan gadis itu dan meremasnya, sementara tangannya yang lain mengelusi tubuh mulusnya. Birahi Darren naik lagi, segera ia berlutut di sebelah kiri gadis itu dan melumat payudara kirinya. mulut dan lidahnya bermain di putingnya membuat gadis itu merintih-rintih merasakan hisapan pada putingnya serta sodokan penis pada vaginanya. Julio tersenyum melihat pacarnya dikerjai dua pemuda itu sambil meneguk bir dan mengelus-elus penisnya. Boby yang sedang dipompa oleh Melisa mulai meremas-remas bongkahan pantat gadis itu, kadang-kadang pantatnya ia dorong dan tarik seirama dengan gerakan naik turunnya gadis itu sehingga penisnya semakin bertambah cepat keluar masuk liang senggama Melisa. Setelah puas minum, Julio maju lagi, tangan kanannya merambah selangkangan kekasihnya yang sedang naik turun itu. Jarinya menyentuh klitoris Melisa yang sudah mulai mencuat keluar
“Here I give you extacy hon!” kata Julio sambil memainkan klitoris kekasihnya dengan jari.
Daging kecil itu ia jepit dengan jari telunjuk dan jempolnya lalu dia pilin-pilin sehingga membuat Melisa semakin merintih-rintih.
“Oooouuuggghh… dear... mmmm” rintih Melisa lalu meraih kepala pacarnya itu dan memagut bibirnya, gerakan naik turunnya pada penis Boby pun makin cepat.
“Ooohh... its great... sip mantap... ohhh!!” Boby mengerang keenakan merasakan penisnya seperti disedot-sedot liang senggama Melisa.
Melisa sudah mulai merasakan di ambang orgasme, gerakan naik turunnya pun semakin liar, tangan kanannya memeluk kepala Julio yang berciuman dengannya dan tangan kirinya memeluk kepala Darren yang sedang sibuk menetek. Akhirnya pertahanan Melisa pun bobol, tubuhnya mengejang, sebuah erangan panjang menandai orgasmenya yang dahsyat.
Melisa sungguh merasa sedang melambung dalam lautan kenikmatan birahi. Entah sudah berapa banyak cairan vaginanya terkuras keluar, ia masih mengingingkannya dan belum ingin berhenti.
“I want you honey!!” pintanya lirih sambil memposisikan diri dengan posisi doggie.
“I’m waiting for it!” kata Julio bergerak ke belakangnya.
Dielusnya punggung kekasihnya yang sudah berkeringat dan elusannya berhenti di vagina. Pemuda bule itu menempelkan kepala penisnya ke bibir vagina kekasihnya lalu...
“Aahh!!” Melisa mendesah merasakan penis sang kekasih mempenetrasi vaginanya.
Julio mengawali sodokannya dengan perlahan, tapi selanjutnya makin keras dan cepat. Boby yang masih belum keluar berlutut di depan gadis itu menyodorkan penisnya yang sudah tidak berkondom.Tanpa harus diminta, Melisa meraih penis itu dengan tangan kanannya dan mulai menjilat dan memasukkannya ke mulut.
"Yahh.... gitu... enak.. !!" desis Boby keenakan.
Pemuda itu menggerakkan pinggulnya perlahan seolah menyetubuhi mulut Melisa, sesekali kepala penisnya menyentuh langit-langit mulut gadis itu. Melisa menggoyang-goyangkan pinggulnya mengikuti irama Julio, makin lama makin terasa nikmatnya, cukup lama kekasihnya itu menggenjotnya dengan berbagai variasi. Namun ketika puncak kenikmatan hampir direngkuhnya, tiba tiba Julio mencabut penisnya. Melisa mau protes, tapi ketika ditengoknya ke belakang ternyata Darren sudah bersiap menggantikan posisi kekasihnya, dan sekali dorong tanpa menunggu reaksinya amblaslah penisnya ke vagina gadis itu. Kini terasa perbedaan sensasi dari keduanya, masing-masing ada nikmatnya sendiri. Darren langsung menggenjot dengan iramanya sendiri sambil meremasi kedua payudara Melisa. Saat Darren sedang memacunya dengan cepat, tiba-tiba adiknya menyemprotkan sperma di mulut Melisa, membuat gadis itu sedikit kaget karena terkonsentrasi pada sodokan kakaknya. Sperma yang menyembur cukup banyak sampai meleleh-leleh keluar mulut gadis itu. Melisa segera menjilati penis itu dan membersihkannya hingga ukurannya menyusut. Boby pun ambruk selonjoran di kepala ranjang dengan penuh kepuasan. Tidak berapa lama kemudian, Melisa pun merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuhnya menegang
"Aaagghh... udah mau.... oohh" jeritnya keras dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan di dalam kewanitaannya, disusul cairan orgasme mengucur deras.
Tubuh Melisa akhirnya melemas lungai di tengah ranjang.
“Shoot to my mouth!” pinta gadis itu dengan suara lemas.
Darren buru-buru melepas kondomnya dan berlutut di sebelah kepala Melisa dan Julio di sebelah kanannya. Hanya dua menit dikulum, penis Darren sudah menembakkan isinya di mulutnya, sebagian terciprat di wajahnya. Julio menyusul tidak sampai semenit kemudian, spermanya berceceran di dada kekasihnya itu. Malam itu akhirnya Melisa tertidur kelelahan dengan tubuh bersimbah keringat dan sperma. Melisa sangat menikmati semprotan demi semprotan yang menerpa wajah dan tubuhnya, terasa begitu erotis.
“Wei... wei... bangun!” kata Darren menggoncang-goncang tubuh adiknya ketika terbangun jam enam pagi.
“Apaan sih?” Boby dengan malas membuka mata.
“Kok lu kemaren gak bangunin malah jadi nginep di sini?’
Boby baru sadar ketika mendapati mereka telanjang di ranjang bersama dua pasangan yang masih tertidur itu. Foursome semalam yang melelahkan ditambah pengaruh alkohol membuat mereka tertidur kelelahan sampai pagi.
“Ngehe! gua ada kelas jam sembilan!” umpat Boby turun dari ranjang dan memunguti kacamata dan pakaiannya.
“Gua malah jam delapan!” kata Darren sambil memakai celana dalamnya.
Mereka membangunkan Julio untuk pamitan. Pemuda bule itu pun terbangun dan mengantarkan mereka. Mereka juga bertukar nomor agar bisa berhubungan lagi.
”Say goodbye to your GF, she is really hot on dude! Bye!” pamit Darren pada Julio sebelum membuka pintu dan keluar.