Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY When Worlds Down [Postponed]

Status
Please reply by conversation.
Chapter 5

Desire


Aku menoleh ke sekitar, tidak terlihat tanda-tanda Sinka. Sial, aku terlalu fokus melihat pergumulan gila itu sehingga tidak sadar Sinka tidak ada. Bagaimana kalau terjadi apa-apa padanya? Aku berpikir ke mana Sinka mungkin pergi dan terpikir mungkin dia kembali ke hotel. Aku pun bergegas pergi dari tempat itu dan kembali ke hotel karena khawatir dengan Sinka.

“Pak, temen saya udah masuk?” Tanyaku kepada salah satu penjaga hotel
“Udah kang, tadi waktu masuk kayak yang gelisah. Mukanya juga keliatan merah gitu, apa temennya sakit? Ga ngomong apa-apa juga langsung lari aja.” Jelas penjaga itu.
“Oh gitu pak. Ya udah pak, saya mau susul temen saya dulu, makasih pak.” Ucapku kepada penjaga tersebut sembari pergi menuju kamar. Kulihat waktu di arlojiku menunjukkan pukul 00.20.

Aku bersyukur, berarti Sinka ada di dalam hotel. Namun perkataan penjaga hotel tadi membuatku khawatir, apa Sinka tidak enak badan? Aku pun segera mendorong pintu suite kamar yang kami tempati dengan cepat, khawatir akan keadaan Sinka.Aku mendorong pintu suite kamar yang kami tempati dengan cepat, khawatir akan keberadaan Sinka. Didalam terlihat Sinka sedang berbincang dengan Anin. Anin dan Sinka langsung melihat kearahku ketika aku membuka pintu. Anin tersenyum kepadaku, sedangkan Sinka hanya memandangku dengan tatapan kosong, mukanya merah padam, matanya sayu. “Datang juga akhirnya Kak. Tadi pergi kemana? Kak Sinka juga baru dateng,” tanya Anin kepadaku.
“Eh, emangnya Sinka ga ngasih tau ya kami perginya barengan?” jawabku sambil melirik kepada Sinka.
“E-eh iya Nin, tadi aku minta Kak Al buat nemenin aku nyariin Desy sama Angel. HHhhhh… Aku khawatir...” lirih Sinka pelan. Nafasnya terdengar berat. Ia memalingkan muka seakan mencoba untuk tidak melakukan kontak mata denganku.

“Oh gitu... tapi pulangnya kok bisa beda ya Kak?” tanya Anin sambil melirik tajam kepadaku. Lirikan yang sama ketika Ia bertanya tentang Celine.
“I-itu tadi Sinka...” Aku yang bingung tidak bisa meneruskan perkataanku.
“Aku ga enak badan Sin, jadi aja hhhh… aku pulang duluan. Katanya Kak Al mau terus nyari mereka,” tetiba Sinka menjawab pertanyaan Anin.
“Iya, tapi saya khawatir sama Sinka, jadi saya susul juga. Gimana keadaan kamu sekarang Sin?” Tanyaku kepada Sinka. Terlihat Sinka tidak mau menceritakan kejadian yang tadi kami lihat.
“Aku masih pusing, hhhh... Aku istirahat dulu di kamar ya Kak, Nin...” Ucap Sinka terhuyung masuk ke dalam kamar meninggalkan diriku dan Anin di ruang tengah.

“Jadi tadi diluar gimana Kak? Ceritain dong...” Ujar Anin sembari menarikku ke sofa untuk duduk disampingnya, dekat sekali. Anin memeluk lenganku. Payudaranya terasa sangat empuk menekan lenganku. Bau dari sampo yang Ia gunakan seakan menusuk hidung membangkitkan gairahku. Sepertinya dia sudah mandi. Pakaiannya pun sudah berganti menjadi kaus putih bertuliskan JKT48 dan celana jeans yang sangat pendek. Payudaranya yang cukup berisi terlihat menyembul dari kausnya, serta celananya yang sangat pendek memperlihatkan pahanya yang mulus tanpa cacat. Rambutnya yang diikat ponytail seakan memamerkan tengkuknya yang putih bersinar. Aku terpana melihat kecantikan Anin, lagi.



“Kak, malah bengong… kepikiran Kak Sinka ya?” ujar anin memecah lamunanku. “E-eh iya Nin, kamu cantik banget… Eh maksudnya iya saya kepikiran Sinka, kasian…” Wajahku memerah karena malu, begitu pula Anin yang mencoba memalingkan wajah malunya.

“hihihi… makasih Kak. Jadi gimana tadi keadaan diluar?” Anin bertanya kembali. Aku lantas bercerita tentang apa yang kulihat diluar, meskipun tidak dapat konsentrasi karena menahan nafsuku ini. Anin tampak antusias mendengar ceritaku. Terkadang lenganku dipeluknya erat ketika dia ketakukan akan ceritaku. “Udah Kak, mending ceritain yang lain aja, serem aku dengernya.” Ucap Anin sembari menyenderkan kepalanya di lenganku. “Aku beneran bersyukur bisa ketemu sama Kakak. Entah gimana jadinya malam itu kalo Kakak gak ada…”

Clek

Terdengar pintu kamar ini dibuka. Aku dan Anin langsung menoleh ke arah pintu masuk. Terlihat Desy masuk dengan membawa 1 plastik besar ditemani Frans yang sedang membopong Angel.

“Langsung dibawa ke kamar aja Mas’e.” Pinta Desy kepada Frans.
“Ci Desy? Angel kenapa kak? Kok dia dibopong gitu?” Tanya Anin khawatir.
Ndak apa-apa kok. Tadi dia kaget gitu liat zombie-zombie lagi makan mayat. Soalnya kan dia waktu kejadian emang lagi di kamar, jadi belum liat. Trus lemes aja gitu pingsan. Karena di luar bahaya, jadi yaudah aku minta tolong mas ini buat bopongin dia pulang. Gitu.” Desy berusaha menjelaskan, walaupun aku tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ralat, aku dan Sinka.

“Iiiihhh, serem dong Ci,” ucap Anin sambil bergidik. “Tapi untung cuma liat aja. Aku kira Angel kenapa-napa..” Ucap Anin sambil menarik nafas lega.
“Oiya Nin, ini ada makanan, kalo kamu lapar dimakan aja duluan. Tapi jangan langsung diabisin ya” Ujarnya sambil memberikan plastik besar itu kepada Anin.
“Wiiih, makasih Ci Des. Tapi aku kan ga serakus itu,” sungutnya sambil mengembungkan pipinya yang chubby, lucu.
“Eh Kak Al udah bangun, hihihi...” tetiba Desy cekikikan ketika melihatku.
“Eh iya Kak, aku belum ngenalin Kakak ke Ci Desy. Kak Desy tadi balik ke kamar waktu Kak Al lagi tidur.” Jelas Anin kepadaku.
“Kenalin Kak, Aku Desy” ujarnya sembari mengulurkan tangan. “Tadi kak Sinka udah cerita tentang kakak, makasih ya Kak udah nolongin Anin sama Celine.” Tambahnya.

Tak lama Frans keluar dari kamar tidur. “Makasih ya Mas’e,” Ucap Desy kepada pria itu lalu dibalas anggukan kecil olehnya. “Kita... harus lapor” Ujar Frans sambil menunjuk ke arah luar ruangan.
“Oh iya Mas, kita harus ngasih tau keadaan di luar ke temen-temen yang lain. Tunggu bentar ya Mas’e” ucap Desy kepada Frans. “Aku pergi keluar dulu ya Nin, Kak Al. Jangan nakalin Anin ya, hihihi…” lanjut Desy sambil terkikih yang kemudian langsung pergi bersama Frans meninggalkan kami berdua.

“Fyuuhh…” Aku menghela nafas panjang. Ingatan tentang pergumulan hebat yang mereka lakukan tadi masih tidak bisa hilang dibenakku. Sungguh, syahwat yang sudah diujung ini harus diselesaikan dengan segera. Aku menoleh kepada Anin yang berada disampingku. Ternyata Anin menatapku tajam.

“Mikirin apa Kak? Hayoo… pasti mikirin yang aneh-aneh ya sama Ci Desy?” ujarnya sembari mencubit perutku.
“Adu-duh Nin, saya ga mikirin apa-apa kok” aku mengaduh karena cubitan keras itu.
“Yang bener Kak? Awas lho kalo mikirin yang enggak-enggak sama ke Ci Desy!” ancam Anin sambil mengerinyitkan dahinya. Matanya masih menatap tajam kepadaku. “Udah kak, aku mau meriksa Angel dulu sama istirahat. Awas ya jangan nakal!” Ancamnya kembali sembari masuk ke dalam kamar. Tinggalah aku sendiri di ruang tengah ini sembari mencoba tenang untuk menurunkan nafsu syahwat yang sudah mengbumbung tinggi. Suasana menjadi hening seketika.

Cukup lama aku menenangkan diri. Terasa syahwatku sudah dapat kukendalikan.

“Mmmhhh…”

Samar-samar terdengar erangan wanita dari salah satu pintu kamar yang sedikit terbuka.

“mMmh… ah…. Mmmh…”

Aku mengintip sejenak dari celah pintu dan menemukan pemandangan yang luar biasa. Kulihat Sinka sedang duduk di ranjang. Baju terusan yang ia gunakan itu sudah tersingkap dan terlihat celana dalamnya sudah basah oleh cairan cintanya. Telunjuk tangan kanannya perlahan menyentuh organ kewanitaannya dari balik celana dalam. Sementara tangan kirinya meremas-remas payudaranya yang terlihat sekal. Gadis cantik ini sedang masturbasi.

“Hhhahh… ah…”

Perlahan tangan kanannya mulai masuk ke dalam celana dalamnya, memainkan organ kewanitaannya. Sementara tangan kirinya semakin cepat meremas payudaranya sambil sesekali menyentuh putingnya dari luar baju.

Glek, aku menjadi semakin tidak karuan dengan situasi ini. Diberi tontonan seperti ini terus menerus membuat nafsuku membuncah kembali. Tanpa sadar tanganku mulai mengelus penisku yang mulai bangun.

“Fokus amat Kak ngintipnya?” Tiba-tiba terdengar bisikan ke telingaku. Aku menoleh dan terkejut melihat Desy sudah berada dibelakangku.

“E-eh Des, mau ngap- Aaahhhh…” desahku seketika Desy meremas penis yang masih terbungkus oleh celana. “Wis kak diem aja yo, mau dikasih enak ini, ojo protes,” ucap Desy sembari perlahan membuka resleting celanaku. Perlahan tangannya masuk ke dalam celanaku, mencari adikku yang sudah mulai bangun. Setelah itu perlahan gadis itu menurunkan celana dalamku. “Punya kak Al ini guedhe juga nya, hehe.” Bisiknya hangat di telingaku sambil mulai mengelus-ngelus penisku dengan lembut.

Desy kemudian ikut mengintip ke dalam kamar, sambil tangannya terus mengelus penisku. “Kak Sinka badannya bagus ya? Padat banget... Hmm... pasti ini adek kecil pengen masuk ngacak-ngacak memeknya Kak Sinka nih, sampe jadi gede gini...” Tangan lembutnya kemudian memegang erat penisku yang semakin menegang.

Grep, “A-aduh Des, jangan diremes gitu” aku mengaduh saat Desy tiba-tiba meremas batang penisku.
“Siapa yang nyuruh tutup mata Kak?” ucap Desy sembari tersenyum sinis. “Didalem kamar kak Sinka juga lagi main sendirian ya, apa aku tarik aja supaya Kakak sama bisa entotin kak Sinka? Supaya kita bisa main bertiga?” bisiknya dengan erotis menggodaku sambil meremas-remas batang penisku. Sensasi antara sakit dan nikmat ini sungguh menyiksaku.

“Aaahhhh… Mmmmhh...”

Desahan kecil dari dalam kamar membuat aku dan Desy kembali mengintip kedalam kamar. Sinka semakin panas memainkan vaginanya. Ia mengulum telunjuk dan jari tengah tangan kanannya, lalu memasukkan kedua jari tersebut kedalam vaginanya maju mundur. Ekspresi dari mukanya yang sedang meresapi kenikmatan sungguh terlihat sangat erotis. Sinka menggigit bibir bawahnya untuk menahan desahnya.

Tiba-tiba saja Desy mengocok penisku dengan kasar. “Aaahhh… Adu-duduh…”
“Kaya gini Kak rasanya ngentot kak Sinka” Bisik Desy yang selanjutnya menjilati telingaku. Kocokannya yang kasar ini membuat sperma yang sedari tadi ingin keluar mulai berkumpul di ujung kepala penisku, akupun kembali menutup mata.

“Udah yah Kak, hihihihi” ucap Desy sembari tiba-tiba menghentikan semua aktivitasnya. Dia menarik kembali celana dalamku ke atas dan menutup resleting celanaku kembali ”Loh, loh, Des?” Aku bertanya kepada Desy sambil berbalik menghadapnya, nafsuku yang sudah diujung membuatku ingin mencium dan memeluknya.

“Jangan macem-macem deh Kak, kalau macem-macem aku teriak nih.” ancam Desy yang langsung membuatku ciut sambil mendorong badanku pelan ke samping. “Salah sendiri suka ngintipin orang, ini hukuman buat Kakak, yang udah intipin Aku tadi, hihihi. Udah ah, sekarang aku mau hukum Kak Sinka Juga” tambahnya sambil menjulurkan lidahnya.

Desy kemudian mengetuk pintu kamar dengan keras lalu membuka pintu tersebut. “KAK SINKA AKU MASUK YA!!!” teriaknya sembari tersenyum licik kearahku.. “Daah kak Al, selamat makan kentaang~” bisik Desy mengejekku seraya masuk dan menutup pintu kamar.

Aku hanya bisa terdiam melihat pintu kamar yang tertutup rapat. Sial, Desy benar-benar meninggalkan aku yang sedang tanggung ini. Sudah diujung namun belum juga sampai, aku mencoba menuntaskannya dengan tangan kiriku sambil mencoba mengintip ke dalam kamar lagi. Namun apa daya, pintu kamar Desy dan Sinka benar-benar sudah tertutup rapat dan tidak ada celah sama sekali bagiku untuk mengintip. Tidak ada jalan lain, aku harus segera menuntaskan hal yang tidak tuntas ini, sendirian. Aku pun bergegas berjalan menuju toilet.

Aku terburu-buru masuk kedalam toilet. Didalam toilet, aku menyalakan keran kamar mandi kemudian mencuci muka untuk menenangkan diri. Sial, bayangan tentang pergumulan panas Desy tadi tidak dapat menghilang dari benakku. Penisku kembali berdiri tegak. Sungguh, syahwat ini harus kuselesaikan dengan segera. Aku membuka celanaku, kemudian duduk di kloset duduk. Kemudian aku mulai mengocok penisku.

“Ssshh.. Aahh... ya.. gitu... kalian berdua hebat. Sinka... Desy... ahh... Terus Des, emut terus. Jilat Sin.. ahhh.” Aku membayangkan kedua gadis cantik yang hanya terpisah beberapa ruangan denganku sedang melayaniku. Aku pun terus mengocok penisku sambil terus membayangkan berbagai kejadian yang baru saja terjadi hari ini. Aku membayangkan kembali adegan permainan Desy dengan tiga lelaki dan permainan sendiri Sinka di kamar.

“BRAK!”

Tiba-tiba saja pintu WC terbuka dan tampak sesosok gadis berdiri di depan pintu. Gadis itu tersenyum sinis sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

“Hmm gitu ya, kakak ternyata ngebayangin main sama kita... Dasar kakak mesum.”

Gadis itu kemudian masuk ke dalam toilet kemudian menguncinya.

“Hhhhhh” Tiba-tiba saja kaki gadis itu menginjakkan kakinya ke penisku yang sudah berdiri tegak.

“Kak Al harus dikasih pelajaran. Biar ga mesum terus.” Senyumnya sadis sambil terus mempermainkan penisku dengan kakinya. Tatapan matanya tampak seperti akan memangsaku. Gadis yang kukenal sejauh ini tidak pernah berbuat hingga seperti ini.

Tampaknya aku baru saja menginjak ranjau yang berbahaya.



tbc
 
Terakhir diubah:
Wanjir kentang amat :stress: tapi gpp, semangat terus buat update lagi suhu wkwk
 
Part 5.5

Lust



“Aaahh…”

Gadis di hadapanku dengan perlahan terus memainkan penisku dengan jari-jari kakinya. Aku hanya bisa mengerang merasakan kenikmatan yang menjalar setiap kali jari-jari kakinya menyentuh penisku. Kadang gadis ini menekan penisku dengan kasar, kadang mengelusnya lembut. Seakan-akan ingin mempermainkanku agar tak kunjung orgasme.

“Ugh… Nin…” Lirihku ketika rasa sakit dan nikmat menjalar disekitar selangkanganku ketika ia mengelus dan menekan penisku menggunakan kakinya. Tak sadar mataku dibuat merem-melek. Ya, gadis dihadapanku ini adalah Anin. Tidak pernah terbesit dalam pikiranku gadis cantik ini dapat mengeluarkan ekspresi muka seperti ini. Tatapan mata yang kejam dan seakan ingin memangsaku. Tatapan yang sangat… sensual. Aku pun terus meringis dan memejamkan mataku karena semua kenikmatan ini.

“Ga ada yang nyuruh nutup mata Kak,” sergah Anin sembari memegang pundak kiriku dengan tangan kanannya. Anin kemudian membuka sesuatu kemasan dan mengemutnya perlahan. Terlihat seperti permen coklat. Wajahnya kemudian perlahan mendekat. Bibirnya perlahan tapi pasti menuju bibirku. Bibir merah yang sangat menggoda. Kemudian Anin seketika menciumku dengan liar. Lidahnya membelit lidahku sambil bertukar liur, seakan ingin memberikan coklat yang sudah mulai mencair itu kepadaku dengan mulutnya. Aku pun menghisap seluruh coklat di mulutnya, mengikuti insting liar yang memang sudah memuncak. Rasanya manis sekali, perpaduan coklat dan air liurnya di mulutku. Cukup lama kami melakukan ciuman panas ini. Sesekali ku genggam bokongnya yang sekal itu.

Tak lama tangannya tersebut turun menyusuri bahu hingga pergelangan tangan. Kemudian ia melepaskan ciumannya dan bibirnya mulai mengendus telingaku. “Kakak itu cuma milik aku seorang…” bisiknya ditelingaku. Saking dekatnya, aku bisa merasakan nafas panasnya berhembus di leherku. Perlahan dia melepaskan ikat pinggangku dari celanaku. Dilepasnya kedua tanganku yang sedang memegang bokongnya, kemudian kedua pergelangan tanganku diikatnya ke belakang kloset yang sedang aku duduki menggunakan sabuk celanaku. Setelah memastikan aku tidak dapat bergerak, kakinya kembali aktif mengelus dan menekan penisku. Sementara itu, matanya menatap tajam ke arahku

Crooot crooot Crooot

Rasa gatal ini sungguh tidak dapat kutahan lagi. “Aaahhh… Nin…” Aku mengejan. Penisku menembakan sperma 7 kali dengan kencang mengenai muka dan kaus Anin. Anin sedikit mundur sembari menutup mata ketika semprotan spermaku hampir mengenai matanya. Lututku lemas, nafasku pun tersengal. Rasa lega akhirnya menghampiri diriku setelah akhirnya nafsu birahiku dapat terselesaikan. Anin kemudian tersenyum menggoda sambil lidahnya menyapu sisa sperma yang mengenai bibirnya.

“Ini baru mulai kak...” Ujar gadis itu sambil seraya kembali mendekat kepadaku. “Aku bakal hukum Kak Al sampe Kakak lupa Ci Des sama Kak Sinka,” ucap Anin sembari menanggalkan celana pendeknya sebelum duduk dipangkuanku. Celana dalamnya berwarna hitam sungguh sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Telapak tangannya yang halus terus menggerayangi badanku memberikan sensasi yang sungguh sensual. Ia pun kemudian menciumi dan mengulum daun telingaku, yang dilanjut dengan menyerang leherku. Kepalaku dijambaknya hingga menengadah keatas, lalu diciumi dan dihisapnya seluruh area leherku. Aku yang terikat dan tertindih Anin hanya bisa diam menikmati seluruh serangan demi serangan yang dilancarkan olehnya. Badanku terasa panas, nafasku pun menjadi lebih berat dari sebelumnya. Nafsuku seakan terus menerus menggulung seperti ombak. Belum pernah aku merasakan keadaan seperti ini.

Kurasakan Anin menindih batang penisku. Kulirik wajahnya, terlihat iapun menatap mataku dengan sayu. Nafasnya pun terdengar memburu. Terlihat ia pun sudah terangsang berat. “Nnngghhhh…” lenguhku ketika Anin mulai bergerak maju mundur menggesekkan vaginanya yang masih tertutup celana dalam diatas batang penisku. Sambil tetap menggerakkan tubuhnya maju mundur, Anin menyasar bibirku untuk kemudian dicumbunya dengan ganas. Tanganku meronta mencoba melepaskan ikatan sabuk ini, namun ikatannya begitu kuat. Ingin kugenggam kedua bongkahan payudara yang bergoyang dihadapanku, namun sia-sia saja. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Melihat aku yang meronta dan tatapan mataku yang memandang payudaranya, perlahan Ia membuka kaitan bra nya sembari menatapku sayu dan dan menyunggingkan senyum yang menggoda. “Ini hukuman Kak. Gak akan kubiarin Kakak bebas…” lirihnya. Anin kembali menggerakkan pinggulnya. Tangannya kini meremasi bongkahan payudaranya sendiri yang menggantung bebas dihadapanku.

“Aaahh… Sssshhh…” Desis Anin. gerakan pinggulnya maju mundur semakin cepat. Matanya redup terkunci menatapku. Digigitnya bibir bawah menahan kegelian di area sensitifnya. Tangannya makin gemas merangsang payudara yang berguncang seirama gerakan pinggul. Keringat mulai membasahi leher dan dadanya. Celana dalamnya terasa lembab terus menggesek batang kejantananku.

“Aaaahhh… Aaahhh… Aku udah gak tahan Kak…” Anin mendesah. Disingkapnya celana dalam yang ia gunakan. diarahkannya penisku kedalam vaginanya dengan kasar.

“Aaaauuwwhh…”

Desah Anin merem melek saat seluruh bagian penisku amblas dengan sempurna kedalam vaginanya. Ia mengistirahatkan diri sejenak. “Kerasa makin gede Kak…” lirih Anin sembari menopang tubuhnya ke dadaku.

“Aaaahhh Nin…” Desahku tak tertahan ketika Anin mulai menggerakan pinggulnya. Anin mulai bergerak liar. Pantatnya bergerak naik turun membuat gesekan nikmat antara penisku dan vaginanya. Wajah cantiknya yang sedang bernafsu membatku terpesona. Vaginanya terasa basah dan hangat.

“Aaaahhhh… Nggghhh… Kak Aaaaall…” racau Anin sambil terus mengoyangkan pinggulnya mengejar kenikmatan surga dunia.

Bongkahan payudaranya yang begitu sekal bergoyang seirama dengan gerakan pinggulnya. Anin membungkukkan tubuhnya mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil tetap menggerakan pinggulnya. Buah dadanya yang kenyal bergesekan dengan dadaku terhalang oleh kaus yang aku kenakan. Anin kemudian memagut bibirku, menciumi dan menghisap seluruh bagian bibirku dengan liar. Aku yang sudah gemas untuk menggerayangi tubuh sekalnya kembali meronta mencoba melepaskan ikatan sabuk di pergelangan tanganku. Anin yang kembali menyadari hal tersebut melepas pagutannya dan tersenyum bangga melihat usahaku yang sia-sia.

“Nikmatin aja Kak…” bisik Anin yang sekarang bergoyang dengan erotis diatas selangkanganku. Penisku serasa dimanjakan oleh vaginanya yang hangat. “Aaaaahhh…” Desah Anin kembali sembari menutup matanya mencoba meresapi setiap kenikmatan yang ia dapat.

Tanpa aba-aba, Anin menggerakkan pinggulnya dengan cepat. “Aaahhh… Kaak Aaaal… enaaakk Kaaakk… Ngggghhh…” Racau Anin sembari terus memompa vaginanya naik turun dengan tidak beraturan. Kedua tangannya bertumpu memegang kedua bahuku. Gesekan dari dinding vaginanya membuat penisku kembali terasa gatal. Terasa seperti sperma sudah berkumpul di ujung penisku dan siap untuk keluar kembali. Suara tubrukan antara selangkanganku dan pantat seksinya menggema di dalam toilet.

Plok plok plok plok plok

“Akuuu… AAAAAAHHHHHH!!!!”

Kepala Anin menengadah keatas sambil menutup matanya. Sepertinya ia mencapai orgasme pertamanya. Punggungnya menegang, sesekali tubuhnya bergetar tersentak. Terasa badan bawahnya mengejan. Vaginanya menyemburkan cairan hangat membanjiri penisku di dalamnya. Dinding vaginanya terasa berkedut memijiti penisku. Pijatan nikmat tersebut pertahanan penisku goyah, Akupun menghentakan pinggulku keatas dan menyemprotkan spermaku ke dalam vaginanya.

“Aawwwuhh!!!” Anin tersentak ketika aku menghujamkan penisku masuk lebih dalam ke vaginanya.

Sekitar 6 tembakan keluar dari penisku didalam liang kenikmatannya. Nafasnya tersengal-sengal sama sepertiku. Tangannya masih tetap memegangi pundakku. Dadanya berguncang naik turun seirama dengan tarikan nafasnya. Lelehan dari cairan kenikmatannya bercampur dengan spermaku terasa mengalir membasahi selangkangan.

“Hhhh… Udah keluar Kak? Tapi ini semua belum selesai. Mmmpphhh…” Seketika Anin menciumi bibirku dengan ganas saat nafasnya berangsur normal. Tangannya bergerak mengelusi wajahku ditengah cumbuan panas kami. Lidahnya masuk kedalam mulutku, meminta untuk dikulum. Kusedot kuat lidah mungil Anin. Ditariknya lidahku masuk kedalam mulutnya kemudian dikulum dan dihisapnya juga lidahku di dalam mulutnya. Kami pun terus memagut satu sama lain sampai Anin mengangkat tubuhnya dan penisku keluar dari vaginanya. Terlihat spermaku menetes keluar dari liang kewanitaannya.

Matanya masih tetap mengunci tatapan yang menggoda kepadaku sembari melepsas celana dalam hitam yang ia gunakan. kembali Anin mengarahkan penisku untuk masuk kedalam vaginanya. “Aaaahh… Aku udah bilang kan.. Ini hukuman buat kak Al... yang berani mikirin cewek lain selain aku...” Seketika Anin kembali menggoyang pinggulnya seperti kesetanan setelah penisku masuk sempurna kedalam vaginanya. Badannya mulai penuh dengan peluh. Payudaranya menempel di depan mulutku sementara tangannya mendekap kepalaku. Aku pun menjilati payudaranya yang bergoyang di depanku sebisa mungkin, karena kedua tanganku masih terikat erat. “Ah.. kak Al... ah... aku... bakal bikin... ahh.. kakak lupa.... sama Ci Desy... sama Kak Sinka... ah.. ah... ah.. kak Al, cuma bakal inget... ahh.. sama... aku aja..”

Aku hanya bisa merem melek menghadapi serangan bertubi-tubi dari Anin. Aku sendiri tidak menyangka semuanya berakhir seperti ini. Kenapa aku tidak bisa menahan nafsuku ketika melihat Sinka yang sedang bermanstrubasi. Kenapa juga aku membiarkan Desy menggodaku saat itu. Dan yang paling kusesali, kenapa aku bisa ceroboh membiarkan pintu terbuka ketika aku ingin menuntaskan seluruh nafsu yang telah menumpuk ini. Seluruh hal tersebut membawaku ke dalam situasi ini, situasi dimana Anin memergokiku sedang mengocok penis sambil memikirkan kedua temannya. Situasi aku dihukum seperti ini. Nikmat, namun ini terlalu berlebihan. Terasa penisku mulai perih karena terus menerus diserang seperti ini. Ditambah lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena diikat. Sementara kepalaku mulai terasa pusing karena diserang kenikmatan yang bertubi-tubi, tiba-tiba Anin mengejang.

“AAAAAHHHH KAK AAAAALLLL....!!!”

Anin pun ambruk diatas tubuhku. Terasa cairan hangat membanjiri penisku lagi. Anin kembali orgasme, entah orgasme yang keberapa. Rambutnya lepek berantakan. Kepalanya bersender didadaku. Selang beberapa menit, nafas Anin berangsur normal. Penisku benar-benar mulai terasa perih, namun entah kenapa, nafsuku masih belum mereda. Penisku pun masih berdiri tegak didalam vaginanya.

“haaah... hehe...” Anin tertawa kecil sambil terengah-engah. Dia mencabut penisku dari selangkangannya. Tampaknya dia mulai kelelahan. Kemudian berusaha berdiri dengan limbung sambil melepaskan ikat pinggang yang mengikat pergelangan tanganku. “Ingat ya kak... haha... kak Al cuma punyaku. Bukan punya Ci Des, bukan punya Kak Sinka, bukan punya Angel, punya Celine, ataupun siapapun... Cuma punyaku...” Dia kemudian mencium bibirku lembut untuk sesaat. Kemudian berbalik arah seraya mengenakan jubah mandi yang tergantung dan mulai melangkah menuju ke pintu keluar toilet.

Grep.

“Kak Al?” Anin menoleh. Dia tersadar tanganku menggengam tangannya.

Duggh

Aku mendorong Anin ke pintu keluar toilet. Anin terhimpit di pintu, kedua tanganku berada di samping kepalanya.

“Udah? Sekarang gantian ya, kamu yang dihukum” Ucapku datar kepada Anin sambil tersenyum. Anin hanya bisa membuka mulutnya dan terlihat terkejut.

“Mmmmmpphhh???” Seketika aku menciumnya, menyerang bibirnya yang ranum itu. Anin meronta mencoba mendorongku untuk melepaskan diri. Namun apa daya, dirinya yang sudah lemas untuk sekedar berdiripun akhirnya hanya bisa pasrah menerima cumbuan liarku sembari menutup mata ketika kedua tangannya berhasil kupegang diatas kepalanya dengan tangan kananku. Tangan kiriku mulai masuk kedalam jubah mandinya dan mulai meremasi bongkahan payudara ranum yang sedari tadi tidak dapat kunikmati dengan bebas.

“Mmmhhh…” Lenguh Anin tertahan ditengah cumbuan liarku di bibirnya ketika kupilin putingnya. Terasa rontaan tubuhnya sudah melemah, bahkan sekarang ia mulai membalas cumbuanku. Merasa Anin tidak akan melawan, kulepas dekapan tanganku dari kedua pergelangan tangannya untuk membuka jubah mandi yang ia gunakan dengan kasar. Kembali tubuh seksinya yang sungguh sangat menggoda terpampang polos dihadapanku.

Dengan posisi saling berhadapan, kuangkat kaki kiri Anin sembari kuarahkan penisku yang masih tegak untuk masuk kedalam vaginanya. “Aaaahhhh Kaaaaakk…” Desah Anin ketika penisku masuk dengan sempurna ke dalam vaginanya yang mulai kembali basah. Terlihat kakinya kanannya sedikit berjinjit. Langsung kugenjot vagina yang legit itu dengan kecepatan tinggi.

PLOKKK! PLOKK! PLOKK! PLOKK!!

“Aaaaaahhh… Aaahhh… Kaaaakk…” Anin hanya bisa meracau menerima kenikmatan disetiap genjotanku. Kepalanya menengadah keatas, lehernya yang putih bersih penuh peluh terlihat sangat menggoda. Kujilati leher dan payudaranya yang putih bersih itu. Sesekali puting payudaranya kuhisap dengan kuat. Sementara satu tanganku mengelus-elus dan meremas bongkahan pantatnya yang sekal. Vaginanya terasa mulai berkedut memijiti penisku. Nafasnya pun terdengar sangat berat.

“Aaawwwhhh kak akuuu… NNNGGGGHHH”

Anin kembali orgasme. tubuhnya terhentak beberapa kali, punggungnya melenting kearahku. Pinggulnya mengejan, terasa kembali vaginanya menyemprot penisku dengan cairan hangat. Namun aku tidak berhenti menggenjot. Vaginanya yang sudah memerah itu justru kugenjot semakin cepat.

PLOK! PLOK! PLOK! PLOK!

“Aaaahhh… Aaawwhhh… Ampuuunn kaaakkk… Aaaahhh…”

Anin hanya bisa meracau ketika kugenjot vaginanya tanpa ampun. Di tengah genjotan kasarku, kujambak rambutnya hingga kepalanya mengdongkak. Mulutnya terus mengucap ampun sembari mendesah terus menerus. Alih-alih berhenti, kutundukan badanku untuk menciumi tengkuknya yang bersimbah peluh, buah dadanya yang berguncang bebas pun tak luput dari serangan tanganku. Kuremas dan kupilin area sensitif tersebut yang terus berguncang akibat tubrukan antara selangkangan kami. Sesekali mulutku kembali menciumnya dengan liar, seakan ingin menyedot habis seluruh air liurnya.

Kembali, vagina Anin berkedut. Dinding vaginanya mulai bereaksi memijit-mijit nikmat penisku didalamnya. Kupercepat lagi genjotan penisku didalam vaginanya. Terasa kakinya yang sedikit berjinjit mulai goyah, aku menurunkan kakinya sehingga gadis itu sekarang setengah terduduk di lantai. Kedua tanganku melingkar erat di pinggang gadis itu sambil terus menggenjot dengan cepat dan dalam. Anin hanya dapat tergoncang-goncang pasrah mengikuti irama genjotanku seperti sebuah boneka. Kurasakan aku hampir mencapai puncak kenikmatan lagi.

PLOK! PLOK! PLOK! PLOK!

“AAAAAAAAahhhHHHHHHH!!!”

Anin mendesah panjang, punggungnya kembali melenting dan sesekali menghentak. Pinggulnya kembali mengejan, sementara vaginanya kembali memijit-mijit penisku dengan kuat. Pijitan dari vagina tersebut membuat pertahananku goyah. Dengan sekali hentakan kutusukan penisku dalam-dalam ke vaginanya dan kutembakan spermaku didalam. “Aaaarrgghhh…” lenguhku ketika kutembakan spermaku. Akal sehatku yang mulai kembali dan teringat Anin sedang dalam masa subur membuatku mencoba menarik penisku. Anin langsung tergeletak di lantai ketika aku menarik penisku. Sisa-sisa semprotan penisku kemudian mengenai wajah dan badannya yang sedang terkulai di lantai.

Akal sehatku kembali setelah nafsuku terpuaskan. Aku melihat Anin tergeletak tak berdaya di lantai. Terlihat lelehan sperma keluar dari vaginanya. Nafasnya pun terengah-engah. Badannya penuh peluh dan tetesan spermaku. Tatapan matanya kosong dan rambutnya berantakan. Kukenakan kembali segera celanaku dan kuhampiri Anin. Anin hanya bisa menatapku lemah tanpa berbicara sedikitpun.

Melihat keadaannya yang sudah tidak berdaya, aku segera mengambil handuk kecil dan membasahinya dengan air hangat. Kubersihkan peluh dan sisa-sisa sperma yang menodai tubuhnya, sambil ku elus-elus rambutnya yang sudah berantakan. Kupakaikan kembali jubah mandinya yang sudah tergeletak. Anin hanya terdiam ketika aku melakukan semua itu.

“Maaf Nin…” Lirihku sembari memeluknya pelan. Anin hanya mengangguk pelan sambil kembali memelukku dengan pelan. Cukup lama kami berdua terdiam dalam pelukan ini.

“Nin?” Ternyata gadis itu tertidur dalam pelukanku. Nampaknya dia sudah benar-benar sangat lelah. Kurengkuh dia dan segera ku bopong dia ke dalam kamarnya. Beruntung kami tidak bertemu Desy dan Sinka. Angel pun masih tertidur lelap. Aku pun segera membaringkan Anin di ranjang. Kukecup keningnya kemudian kuselimuti dia. Setelah itu aku pun pergi keluar dari kamar kedua gadis itu.

Aku menuju peraduanku di sofa. Tubuhku terasa sangat lelah. Kembali terbayang hal-hal gila yang terjadi hari ini. Desy dan Angel yang bermain dengan tiga orang pria. Sinka yang bermasturbasi. Aku yang dipermainkan oleh Desy. Hingga terbayang kembali pergumulanku dengan Anin tadi. Aku menyesal tidak dapat menahan birahiku. Tidak seharusnya Anin kuperlakukan seperti itu. Sama seperti saat aku melakukannya dengan Celine. Aku kehilangan kontrol. Dalam hanya waktu beberapa hari, sudah dua gadis aku tiduri. Anin dan Celine. Aku harus meminta maaf kepada Anin pagi hari nanti.

Banyak sekali hal yang telah terjadi. Hal-hal yang di luar nalar, hal-hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku sedikit bertanya-tanya, hal-hal apa lagi yang akan terjadi nanti. Akankah kami selamat dari semua kejadian-kejadian ekstrem ini. Kulirik arloji di pergelangan tanganku, Pukul 02.35. Kuputuskan untuk memejamkan mata. Aku membutuhkan tenaga untuk menghadapi berbagai kejadian yang akan kuhadapi pagi hari nanti.

Dan aku pun terlelap.




tbc
 
Chapter 5.5 udah tak update ya, mangga kakak kakak semua dinikmati. Mohon maaf kalo ceritanya kurang berkenan.

Ga akan kentang lagi da kalo buat part .5 mah, kalo part normal nya gatau

Ehehe

Semoga masih bisa update sebelum tanggal 5
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Wahh update,sedap 😁 komen dulu baru baca hahahaha.. Sblom puasa apdet 1 part lagi gan 😁
 
Status
Please reply by conversation.

Similar threads

Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd