Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

Pagi menjelang, aku kembali pada rutinitasku tanpa Ayah dan Ibuku. Mandi, membuat mie instant dan kemudian bermalas-malasan. Menonton televisi dan yah hanya berlagak seperti seorang raja dirumah sendiri. Tapi raja yang selalu menyiapkan keperluannya sendiri. Setiap asap yang keluar selalu berbarengan dengan berjuta pertanyaan.

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Kemana aku harus pergi?

Berbagai petunjuk sudah aku dapatkan tapi tetap saja aku tidak bisa beraksi. Haruskan aku bertanya pada blue seperti dalam serial anak blue’s clues? Ataukah aku harus menunggu lampu kelelawar menyala dilangit malam seperti manusia kelelawar? Atau haruskah aku menunggu teriakan minta tolong dan kemudian berayun dengan jaring laba-labaku? Argh, posisiku saat ini sangat membingungkan sekali tak ada yang bisa aku lakukan sekarang.

Aduh buyung mengapa lupa padaku, selama engkau dirantau kutunggu-tunggu dirimu. Ringtone HP. Ibu.

“Halo bu”

“sayang maaf ya, kelihatannya ibu tidak bisa pulang dalam beberapa hari ini”

“kenapa bu?”

“Kakek dan nenek main kerumah tante ratna, nginep disini, kan kasihan tante ratna kalau mengurus keperluan kakek nenek sendirian, tidak apa-apa ya sayang?”

“iya bu, ndak papa, tapi bu...”

“iya...”

“Ibu sudah dapat kabar dari Dia, dimana atau sedang apa gitu bu?” (Dia disini adalah mahesa wicaksono)

“oia, setelah kamu telepon, ibu coba hubungi Dia, dari suaranya kelihatannya dia sedang dalam kegelisahan”

“maksud ibu”

“Sewaktu ibu telepon, suaranya seperti orang ketakutan, ibu tanya ke dia kapan pulang, tapi dia malah menjawab kalau tidak akan pulang dalam beberapa hari ini. Ibu juga sudah tawarkan mengenai liburan bersama keluarga besar kakek tapi dianya nolak. Bagus kan?”

“Okay bu, bisa arya jadikan informasi tambahan, ibu disana baik-baik ya”

“iya sayang, kamu juga harus hati-hati, ibu ndak mau ada apa-apa sama kamu, okay?”

“Okay mom”

“lebih hati-hati lagi dan jangan sampai ketahuan, ibu sebenarnya marah sama kamu nak, coba kalau kamu ketembak atau ketangkap bagaimana? Untung ada dian”

“iya bu iya... arya akan hati-hati lagi”

“ibu kok jadi kangen dian ya sayang?”

“ah ibu, sudah dong”

“iya... iya sudah, jangan lupa maem dan jangan sering begadang”

“oke bu” tuuuut

Dian lagi, dian lagi... apa ndak ada yang lain? Adakan cewek selain dian yang bisa ibu kangenin? Cewek lain? Emang siapa? Aku sendiri saja bingung. Ya memang cuma dia yang selama ini ibu kenal dekat ya walaupun jarang sekali bertemu. Sedang apa ya dia? Hei! Kenapa malah mikirin dia? Bodoh ah!

Selama 4 hari setelah tahun baru, kegiatanku benar-benar seperti pengacara rumahan. Bisa dibilang aku adalah pengangguran banyak acara, tapi Cuma dirumah saja. Ketika aku menghubungi koplak pun mereka sedang asyik dengan pacar mereka sendiri, ada yang berlibur ke puncak dan ngecamp disana. Ada yang ngajak pacaya indehoi di daerah wisata, dan masih banyak lagi. Aku? Pemelihara jomblo tapi selalu mndapat servis ha ha ha servis? Sudah ndak ada sekarang, terakhir mbakku tapi dia sekarang juga lagi sama pacarnya. Sama siapa coba?

Dihari keempat setelah aku bertemu dengan mbak erlina, aku menaiki si montok REVIA. Susah juga nyalanya, mau bagaimana lagi? 4 hari tanpa berpergian dan hanya bertapa digarasi. Mesin tidak pernah aku panaskan, sekali di nyalakan langsung mati mesinnya. Maklumlah mesin tua, keluaran di tahun milenium tapi belum injeksi. Selang beberapa menit setelah berjuang sekuat tenaga, akhirnya bisa juga nyala si REVIA montok ini. Lama aku panaskan mesin motor REVIA hingga sebatang dunhill habis menjadi asap dan tertinggal filternya. Setelah aku yakin panas dalam mesin sudah merambat keseluruh tubuh REVIA, aku menaikinya dan greeeeeeeeng.

Diatas dua roda yang berputar kini aku mencoba mencari suasana baru dalam kehidupanku. Menyetrika aspal jalanan didaerahku dengan kedua roda yang sudah lumayan halus ini. Kecepatan REVIA sama dengan kecepatan kursi terbalik dengan angka nol dibelakangnya. Kulihat kanan kiriku disetiap langkah revia mengantarkan aku. Beberapa orang sedang bercengkrama satu sama lain dipinggir jalan, saling melempar senyum kepada orang-orang yang mereka kenal. Adapula yang sedang menawar harga buah yang didagangkan dipinggir jalan. Berbagai ragam asal mereka tak menyurutkan mereka untuk saling bertegur sapa. Aku tahu mereka bukan dari daerahku, dan aku tahu bahasa ibu mereka tidak sama dengan bahasa didaerahku. Dari bentuk wajah, warna kulit , bahasa bahkan keyakinan mereka semuanya berbeda tapi mereka tetap satu. Tak kulihat pertengkaran ketika mereka sedang saling menawar harga. Tak kulihat bentak-bentakan ketika mereka sedang berbicara satu sama lain. Itulah negaraku, negara dimana selalu menghormati perbedaan, BHINEKA TUNGGAL IKA, walau beda kita tetap satu!

Kuputari semua jalan-jalan yang pernah aku telusuri, terkadang aku teringat akan masa-masa indah bersama wanita itu. Tapi segera aku lupakan tentangnya daripada aku memendam kemudian aku ungkapkan tapi kenyataanya dia tidak mau. Mau ditaruh dimana mukaku? Bokong? Tiba-tiba didepanku terlihat seorang kakek sedang memboncengkan kayu-kayu bakar yang diikat di belakang kursi kecil sepeda kerbaunya (istilah sepedha onthel didaerah ini). kakek itu kehilangan keseimbangan sehingga kayu-kayu itu jatuh dan berserakan. Segera aku hentikan laju motorku dan ku berlari membantu kakek itu untuk menata kembali kayu-kayunya. Sejenak kulihat mata kakek itu menyipit dan tersenyum kepadaku, dia kemudian duduk dipinggir jalan sambil mengibaskan topi yang dikenakannya. Aku kemudian duduk disampingnya.

“terima kasih ya nak” ucap kakek tersebut

“iya kek sama-sama, kakek merokok?” ucapku sambil menawarkan dunhill yang tinggal beberapa batang

“ha ha kalau rokok kaya gitu, 1 menit habis nak, kakek biasanya rokoknya ini” ucap kakek tersebur menunjukan rokok tingwe (linting dewe alias racikan sendiri) yang kemudian menyulutnya satu batang

“wah kalau saya gih mboten kulino kalihan rokok niku mbah (ya tidak terbiasa dengan rokok itu kek)” ucapku sambil menyulut dunhill mild

“ha ha ha ha... sedang jalan-jalan nak?” ucap kakek tersebut

“iya kek, nyari angin” ucapku

“angin kok dicari, memang dirumah ndak ada angin nak?” ucap kakek tersebut

“ya ada kek, maksudnya ya pengen jalan-jalan saja cari suasana baru” ucapku

“Nak, kakek tidak tahu siapa kamu, tapi kakek tahu kamu orang baik. Ada sebuah beban yang sangat berat dipundakmu maka selesaikanlah dan... sudah hampir siang hari kakek mau pergi dulu sudah ditunggu istri kakek untuk memasak” ucap kakek itu

“dan apa kek?” ucapku melihat kakek itu berdiri dan menaiki sepedanya, aku pun ikut berdiri dan berada dibelakang kakek itu

“wajar jika manusia pernah berbuat kesalahan, seperti halnya kakek juga pernah berbuat kesalahan, tapi apa salahnya keluar dan memperbaikinya. Selalu ada kesempatan bagi setiap manusia untuk meperbaikinya, dan satu hal lagi nak... kalau menolong orang jangan pilih-pilih” ucap kakek itu kemudian menjauh dari pandanganku sedangkan aku masih tertegun dengan ucapan kakek

“KAKEEEEEEEEK TERIMA KASIH” teriakku yang baru tersadar setelah kakek itu mengayuh sepeda kerbaunya menjauh dan hanya lambaian tangan kirinya yang menjawabnya

Apakah benar jika aku meperbaikinya dia akan mau menerimaku? Ah terlalu naif jika aku berpikiran seperti itu, dan terlalu bodoh bagiku jika aku harus kembali kepadanya. Aku sudah terlalu sering menyakitinya. Kakeeeeek kakek, baru saja ketemu sudah bisa baca situasiku. Apa jangan-jangan dia dukun? Ha ha ha ha... kulanjutkan perjalananku hingga tak sadar REVIA berbelok ke arah kampus tercintaku ini, tampak sepi dan lenggang. Hanya ada beberapa motor yang terparkir di tempat parkir.

Aku kemudian berjalan menyusuri tempatku menuntut ilmu, hingga akhnya aku sampai di depan kanto tata usaha fakultas. kulihat papan pengumuman disana, kubaca satu persatu informasi mengenai lomba, bea siswa dan beberapa informasi mengenai perkuliahan. Ketika aku menggeser kakiku untuk membaca pengumuman yang berada di pojok papan informasi.

Sreeeek... kakiku mengenai sesuatu di lantai

“eh... kunci siapa ini?” bathinku dan kuambil sebuah kunci

Kuamati kunci tersebut dan kulihat merek sebuah produsen sebuah kendaraan bermotor. Jika dilihat dari bentuknya ini bukan sebuah kunci motor, aku masukan dalam saku jaketku. Kulangkahkan kakiku menuju setiap gedung di fakultasku ini. melihat kesekeliling kampus yang tak bernyawa ini, sepi dan sepi hanya suara beberapa orang pegawai dan karyawan di fakultas ini yang terdengar samar. Lelah rasanya kaki ini berjalan, kusulut dunhill agar dia menemaniku kembali ke REVIA. Ketika aku berada disamping gedung Tata usaha, kudengar sebuah percakapan dan aku berhenti disamping gedung tata usaha.

“yuk, makan bareng” ucap seorang lelaki

“iya bentar... duluan saja, nanti aku susul” jawab seorang wanita

“oke, aku tunggu di warung depan tempat parkir ya” ucap seorang lelaki lain

“cepetan lho jangan lama-lama” ucap seorang wanita dengan suara yang lain menambahi agar wanita yang diajaknya segera menyusul

“iya... iya bentar...” ucap wanita yang diajak

Kudengar suara langkah wanita yang mondar-mandir didepan gedung Tata Usaha tapi aku tetap berada ditempatkuk berdiri. Hingga suara derap langkahnya menghilang, aku kemudian melangkah keluar dari samping gedung tata usaha menuju ke depan gedung. Tak kulihat lagi wanita yang suaranya baru aku dengar. Kulanjutkan langkahku menuju ke arah tempat parkir fakultas melewati depan gedung tata usaha. Kulihat seorang wanita sedang sibuk mencari sesuatu, tampak sekali dia sedang kebingungan. Kadang dia sedikit berjongkok dan melihat ke bawah mobil dengan harapan menemukan benda yang dia cari. Kudekati perlahan wanita tersebut tanpa menimbulkan suara.

“Sedang mencari ini bu?” ucapku pelan mengagetkan wanita tersebut, dia kemudian berdiri dan berbalik menghadap ke arahku

“Arya... eh mas...” ucap bu dian sedikit terkejut dengan kehadiranku

“iya mas, sedang nyari kunci kok bisa di mas?” ucapnya wajahnya kemballi datar setelahnya

“aku tadi menemukannya di depan papan informasi TU kok bu” ucapku

“terima kasih” balasnya datar

“Sama-sama, saya undur diri dulu bu” jawabku sembari melangkah meninggalkannya

“kok berangkat ke kampus?” tanyanya menghentikan langkahku

“Jalan-jalan bosan dirumah bu, anak-anak juga sedang piknik sendiri-sendiri” balasku

“Oh...” ucapnya yang sedikit tersenyum kepadaku

Entah mengapa kaki ini serasa berat meninggalkan wanita ini.

“Sudah ditunggu lho bu, kasihan cowoknya nunggu ibu di warung” ucapku dengan jempol tanganku menunjukan arah dimana dia sedang ditunggu. Sekejap aku baru tersadar akan nada suaraku yang, gimana ya....

“eh.. iya...” ucapnya sambil mengulurkan tangan kepadaku, aku malah kebingungan sendiri kenapa harus berjabat tangan?

“eh... iya bu” ucapku bergerak maju sembari mengulurkan tanganku meraih tangannya

“terima kasih sudah menemukan kunci mobilku” ucapnya sambil sedikit meremas tanganku lembut

“sama-sama bu” balasku

“aku pergi dulu mas” ucapnya, aku hanya menggguk dan..

Tiba-tiba tangaku ditariknya, kepalanya menunduk. Ditempelkannya punggung tanganku di pipinya.

Deg... deg... deg... deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg

Jantungku serasa mau keluar dari dada ini, dan berlari mencari air minum. Berlari mencari tempat teduh dengan semilir angin yang sepoi-sepoi agar bisa mengeringkan keringat yang keluar. Tanganku... tanganku... di tempelkan di pipinya... di pipi... arghh.... tanganku kaku, tak bisa aku gerakan ketika punggung tanganku menempel di pipinya... setelah terlepas dari pipinya pun tanganku masih kaku... kenapa ada apa ini? aku sedang di daerah tropis tapi kenapa tanganku membeku?

“aku maem dulu ya mas, mas hati-hati pulangnya” ucap bu dian

“i... i... ya...” ucapku sambil memandangnya berjalan pergi meninggalkanku, tubuhnya tak memperlihatkan sedikitpun keseksian namun caranya berjalan membuatku gila!

Aku masih memandangnya dengan tanganku tetap pada posisi kaku terangkat, seperti posisiku sewaktu arghh!

“oia mas, dia hanya teman...” ucapnya berbalik sebentar kemudian meninggalkan aku menjauh-menjauh tapi kenapa semakin dia jauh aku merasa semakin dekat? Aku hanya mengangguk walaupun dia tidak melihat anggukanku. Tapi terkadang dia menoleh ke arah samping mencoba melihatku yang berada di belakangnya walau tidak membalikan tubuhnya.

Akhirnya dia menghilang melewati tempat parkir dimana REVIA berada. Setelah hilangnya wanita itu, aku tersadar atas kebingunganku. Ada apa ini? aku bingung benar-benar bingung... dalam kebingungan aku berjalan menuju ke tempat parkir. Segera aku nyalakan REVIA dan keluar dari tempat parkir, kulihat seorang wanita sedang duduk bersama dua orang lelaki dan satu orang perempuan. dia menoleh ke arahku ketika aku keluar dan hendak menyebrang jalan. Tak ada senyum tapi tatapn mata itu menuju kearahku. Aku beranikan diriku tersenyum kepadanya namun tak ada balasan hingga akhirnya aku meninggalkannya.

Waktu menjelang malam dan aku masih sendiri di rumah ini. Ibu tidak pulang, sedangkan Ayahku tak tahu dimana. Dalam renungan keheningan diiringi waktu yang merambat menuju tengah malam, pikiranku kosong. Seakan semuanya menjadi buntu, wanita itu kadang hadir kadang hilang, kadang membawaku terbang kadang membawaku terjatuh. Kenapa selalu wanita itu yang hadir dalam setiap situasi burukku? Lamunanku membawaku kedalam dunia lelapku, namun tiba-tiba...

Can you take me higher?... (Creed). Ringtone HP. Mbak Ara

“Halo mbak huaaaammhhhh nyam nyam nyam....”

“Ar, kamu dimana? Aku ingin bertemu”

“Eh... kenapa mbak? Ada apa? Ini sudah terlalu larut untuk ketemuan”

“hiks hiks hiks ar, tolong ayahku....”

“Eh... “ (Aku terkejut ketika mendengar mbak ara tiba-tiba menangis, aku terbangun dan duduk dikasur nyamanku)

“Ar... Ayah Ar hiks hiks hiks”

“sudah mbak tenang dulu, kalau mbak menangis mbak ndak bakalan bisa cerita, jadi tolong mbak tidak menangis dulu”

“he’em hiks slurp....” (Sejenak kami dalam keheningan, kudengar tangisan mbak ara sudah mereda)

“Okay mbak sekarang mbak cerita, pelan dan santai tidak perlu menangis”

“iya.... huffffffftthhhh” (terdengar suara tarikan nafas panjang mbak ara)

“pelan ya mbak...”

“he’em ar.... hufthh.... begini ar, aku minta tolong selamatkan ayahku dia tadi hiks hiks hiks” (aduuuh nangis lagi)

“Kalau mbak terus nangis, dan mbak ndak cerita secara pelan-pelan, aku tidak mau tolong”

“iya, maaf jangan marah ar, aku kan cewek kalau dalam suasna seperti ini kan juga bingung”

“iya cerita sekarang...”

“begini ar, tadi ayah dapat telepon dari ayahmu, katanya akan ada pertemuan besok lusa malam”

“Lho kan hanya pertemuan mbak?”

“iya tapi kan bisa saja ayahku di habisi disana”

“Hm... “ (aku benar-benar bingung dengan situasi ini, jika harus menubruk mereka bersamaan)

“apakah mbak tahu dimana pertemuannya?”

“di bukit orang utan, Ayahku bercerita kalau dia akan di jemput oleh body guard ayahmu” (tidak, tidak mungkin pertemuannya diajukan jika dilihat lagi dari percakapan sewaktu di danau. Eh... tapi kenapa harus body guardnya yang menjemput? )

“Mbak, adakah informasi lain dari ayah mbak?”

“Ada, Ayahku pernah bercerita mengenai pertemuan besar dengan beberapa orang tetapi ayahku bilang kalau pertemuan itu tidak di bukit orang utan”

“Sebentar mbak berarti...”

“iya ar, kemungkinan ayahku akan disingkirkan di bukit itu hiks”

“kenapa Ayah mbak tidak menolak?”

“tidak bisa ar, terlalu membahayakan keluarga besar jika menolak, karena akan terlalu memperlihatkan kalau ayah mengkhianati mereka ditambah lagi salah satu dari mereka sudah mati”

“Okay mbak, jika besok lusa malam, masih ada waktu yang penting terus update informasi ke aku mbak, agar aku bisa menyusun rencana”

“iya ar, terima kasih, apapun maumu aku akan penuhi asalkan selamatkan ayahku ar”

“sudah mbak sudah... mbak istirahat dulu saja ya”

“he’em terima kasih ar” tuuuuuuuuuut...

Mereka sudah mulai gegabah dengan keadaan sekarang, apalagi setelah acara pengintaianku diketahui oleh mereka walaupun mereka tidak tahu tentang siapa aku pada saat itu. Analisaku mengenai Ayah mbak ara atau si buku adalah dia akan dihabisi karena mungkin komplotan ayah curiga dengannya. Tidak mungkin pertemuan dengan penjahat-penjahat besar bisa dimaju mundurkan dengan seenaknya, tapi bisa juga kalau dimajukan karena mungkin kejadian malam tahun baru itu. Tapi hei! Bukit orang utan... bukit dimana jalanan mendaki tak ada tempat untuk bisa berkumpul ataupun bertemu disanam. Bukit orang utan hanya sebuah bukit dengan hutan liarnya dan pemukiman warga yang sangat jarang, tidak mungkin mereka berada disana. Atau adakah tempat yang cocok untuk pertemuan besar? Besok pagi aku harus kesana, setelahnya mungkin aku butuh bantuan koplak, masa bodoh mereka masih piknik atau tidak. Setelah pemikiran panjang mengantarkan aku ke dalam alam bawah sadarku dan kini aku benar-benar tidak sadarkan diriku dan terlelap dalam senandung malam.

Pagi menjelang, aku segera bersiap-siap untuk melihat medan yang akan digunakan oleh komplotan ayah. Seingatku tak ada yang istimewa di bukit orang utan hanya pemandangan indah saja, pas untuk selpi dan berfoto-foto saja. Segera aku panaskan REVIA sambil menyulut sebatang dunhill di tangan kiriku, sedangkan tangan kananku membuka update status BBM.

Status Bu Dian
“Kemarin bedakku luntur gara-gara tangan”

Bedak? Luntur? Apakah karena tanganku menempel di pipinya? Entah rasa penasaran yang besar membuat aku memberanikan diriku meneleponnya dengan posisi nangkring di atas REVIA yang menyala. Ku cari kontak bu dian, dengan jempol sudah siap menyentuh gagang telepon berwarna hijau, sentuh tidak sentuh tidak sentuh tidak sentuh tidak sentuh!

Tuuuut tuuuut tuuuut... klek....

“Halo Ar” (Ar, tumben dia panggil aku ar biasanya mas)

“Pagi bu dian...”

“Pagi, tumben telepon ada apa? Bimbingan?” (judes amat sih ni cewek!)

“Eh ndak bu cuma anu...”

“anu kenapa? anumu ndak diservis? Terus mau cari tempat servisan yang lain lagi buat anumu biar kemana-mana bisa servis terus iya?” (Ini kenapa sih cewek! Telepon baik-baik malah nyolot! Oke aku tahu, aku memang kotor tapi ndak usah judes kenapa)

“Ndak bu, Cuma mau minta maaf saja, kalau kemarin tanganku buat bedak bu dian luntur”

“Terus?!” (jawabnya dengan nada sedikit keras, membuat aku semakin ndak betah telepon namun aku mencoba untuk tetap tenang)

“saya minta maaf untuk kejadian kemarin bu, mohon maaf, tolong dimaafkan” (dasar akunya saja yang mungkin ke ge-eran masalah bedaknya, mungkin saja dia mengusap pakai tangannya sendiri, bodoh kamu ar!)

“Ya, dimaafin, aku juga bingung kenapa juga kemarin bisa kaya gitu, bikin bedak luntur saja” (tenang ar, tenaaaang!)

“iya bu iya, maaf ya bu, dan mohon maaf menyita waktu ibu, saya undur diri dulu bu”

“mau mundur? Habis itu maju lagi gitu? Lagi diservis ya anu-nya!” (suaranya sedikit keras)

“terima kasih bu... mohon maaf mengganggu saya undur diri dulu” tuuuuuut

Tanpa menunggu peresetujuan darinya aku langsung menutup telepon. Hufth... kamu itu kenapa to ya ya? Kemarin saja manjanya minta ampun, kalau memang ndak mau salim ya sudah kenapa salim?
Kalau tahu bedak kamu luntur ya ndak usah salim kan bisa... hufth... mungkin dia lagi “M” jadinya judesnya setengah mati.

Tanpa undangan ka buatku kecewa (tenda biru). Ringtone HP. Bu Dian. aku terkejut dia menelepon balik.

“halo bu”

“kok ditutup?”

“saya kan sudah ijin tadi bu”

“sudah tergesa-gesa mau servis anumu ya?” (suaranya tampak judes sekali, argh!)

“.....” (aku hanya diam)

“kenapa kok diam? Sudah ndak betah?”

“,,,,,” (aku terdiam)

“lagi servis ya?”

“bu....”

“apa”

“Bu dian kenapa? kok kelihatanya sedang tidak senang?”

“Memang, terus kenapa? kamu juga sudah tahu pagi-pagi waktunya berangkat kerja kenapa kamu malah telepon? Itu namanya mengganggu!”

“Iya bu saya salah, maka dari itu saya tadi menutup teleponnya takut mengganggu ibu”

“terus kalau kamu menutup telepon, semua urusan sudah selesai begitu? Kamu tahu tidak kalau gara-gara kamu telepon saya jadi terlambat?”

“iya bu maaf...”

“memang maaf menyelesaikan masalah?”

“tidak bu...”

“Kenapa? kok ngomongnya cuma sekecap-sekecap saja? Lagi diservis ya? Enak ya diservis sambil ganggu orang yang lagi mau kerja”

“Eh...” (Aku terdiam, emosiku memuncak)

“Dasar bocah!” (Sudah cukup!)

“Iya bu saya memang bocah, saya hanya bermaksud meminta maaf karena kejadian kemarin, itu juga ibu yang menempelkan tangan ibu sehingga bedak bu dian luntur, saya disini menelepon ibu hanya untuk meminta maaf saja bu, dan mengkonfirmasi apakah benar karena kejadian kemarin jujur saja saya tidak bermaksud mengganggu bu dian”

“jadi kamu menyalahkan saya begitu? Dasar bocah...”

“...” (aku terdiam tak tahu apa yang akan aku katakan)

“kenapa diam lagi diservis ya?”

“bu, jika saya mengganggu ibu, kan ibu tidak perlu menelepon saya”

“Kamu itu sudah ganggu, terus aku harus menyalahkan siapa?”

“bu, sebenarnya salah saya apa bu? Kenapa ibu tiba-tiba marah kepada saya”

“banyak, kamu kesalahan kamu itu banyak sekali! Dan aku paling tidak suka dengan orang yang berbuat kesalahan terlalu banyak!”

“...” (aku tidak habis pikir wanita yang malam itu menyelamatkan nyawaku sekarang malah memarahiku habis-habisan)

“kenapa diam?! Sudah skripsi tidak selesai-selesai! Mengganggu orang dipagi hari! Suka servis disembarang tempat lagi!”

“terima kasih bu...” tuuuuut...

Ku diamkan telepon pintarku, kumasukan dalam saku celana. Hanya tak ingin tahu kalau ada telepon masuk. Servis disembarang tempat? Yang terpenting servisku bukan di bengkel abal-abal, semuanya sudah tersertifikasi ISO, masa bodoh sama kamu yan, mau ngomong apa terserah! Segera aku mengeluarkan motorku dan menutup pintu garasi. Kembali pada fokus masalah yang ada sekarang, ayah mbak ara atau mungkin lebi h dikenal sebagai si buku. Ku arahkan motorku menuju bukit orang utan untuk melakukan cek daerah, agar semua bisa dikondisikan pada saat ayah mbak ara di bawa. Kususuri setiap jalanan bukit orang utan bahkan setiap pemukiman aku masuki hanya untuk melakukan cek keadaan. Jalan bukit orang utan di awali dengan jalan bertebing dengan jalanan yang tepat dipinggirnya adalah jurang, setelah 15 – 20 km dari jalan masuk bukit baru ditemui pemukiman warga. Tak ada tanah lapang dan juga tempat pertemuan strategis didaerah ini. setiap kali aku masuk ke dalam pemukiman warga banyak mata yang memandangku dengan penuh senyuman dan anggukan, seakan mereka tak peduli kalau aku adalah orang asing disini. Akupun membalas setiap senyuman yang mereka lemparkan kepadaku. Hingga akhirnya aku berhenti di sebuah warung pinggiran yang menjual lotek (buah-buahan + sambal kacang) dan juga pecel serta ada beberapa minuman yang dikenal sebagai es cao (es campur).

“Jalan-jalan gih mas?” ucap nenek penjual

“inggih nek, jalan-jalan lihat-lihat pemandangan” ucapku

Kami kemudian terlinat pembicaraan panjang lebar mengenai daerah ini

“Kalau didaerah sini ya kalau malam mengerikan mas, tidak ada tempat buat kumpul-kumpul. Sekalipun ada ya dekat-dekat perumahan warga, kalau diluar itu tidak ada semuanya hanya hutan saja mas” ucap nenek

“Apa tidak ada tempat buat kumpul yang gimana ya nek, enak lah” tanyaku

“Ndak ada mas, kalau mas mau buat acara disini, bilang saja sama warga nanti akan dibukakan lahan” ucap nenek

“maksud nenek?” tanyaku

“ya lahan disekitar pemukiman warga yang ditumbuhi pohon-pohonan di bersihkan tapi tidak menebang pohon, jadi mas bisa kumpul-kumpul di bawah poho” ucap nenek tersebut

“berarti memang nihil jika ada pertemuan disini, yang ada hanya akhir dari si buku” bathinku

“ya sudah nek terima kasih, berapa saya habisnya?” ucapku

“3500 nak” jawab nenek tersebut

“ini, terima kasih ya nek saya pulang dulu” ucapku

“iya, hati-hati nak” ucap nenek tersebut

Akhirnya aku pulang dengan keyakinan bahwa waktu pertemuan mereka tidak akan dimajukan. Dalam perjalanan pulang aku berhent, mengirimkan sms ke grup BBM, grup koplak. Sebenarnya ada pesan BBM masuk dan beberapa panggilan tak terjawab tapi aku acuhkan.

To : all member koplak
“Kumpul”
segera setelah pesan itu masuk, layar LCD-ku bergerak dengan cepat

Selang satu menit aku melihat layar LCD sematponku

Aris
Ngupil dulu!
Sudira
Iiih arya gitu deh, pasti pas lagi asyik-asyiknya servis yayangku!
Anton
Siap 76!
Karyo
Kampret kamu cat, baru saja lagi buka BH!
Dewo
Memang anjing si cat!
Mau memasukan “bola” kok ya diganggu!
Parjo
Lha kampret, malah pada kenthu!
Tugiyo
Videone direkam ya, aku tak nonton ha ha ha
hermawan
aku telat, nembe “nyusu”!
udin
Bentar bro, masih banyak pembeli
Wongso
Kampret semua!
Segera datang, makan gratis!
Dan semua menjawab secara bergantian
ASEEEEEEEEEEK!
Wongso
MANUSIA GRATISAN!

Semua :
HA HA HA HA HA (y)
Ku arahkan motorku dengan sangat cepat melintasi jalanan di perbukitan. Sedikit rasa kesal yang aku lampiaskan pada gas motorku, kesal karena niat baikku untuk meminta maaf malah mendapat kemarahan darinya. Dengan menekuk-nekuk motorku, akhirnya aku sampai di warung wongso. Sambil berjalan ke rumah wongso yang berada dibelakang warungnya aku membuka kembali sematponku, ada beberapa panggilan tak terjawab yang masuk. Tapi masa bodohlah, ayah mbak ara lebih penting sekalipun dulu dia pernah akan memperkosa ibuku. walaupun seperti itu, mbak ara sudah bercerita banyak kepadaku mengenai ayahnya, yups sebuah kesalahan yan gbisa diperbaiki. Aku kemudian duduk di teras rumah wongso, selang beberapa saat wongso membawakan minuman dingin yang disebut dengan es teh, sebanyak jumlah koplak. Tak perlu aku ceritakan satu persatu bagaimana koplak datang. Yang jelas mereka datang dengan wajah yang sangat serius, senyum kebengisan yang aku lihat dari wajah mereka. setelah semuanya berkumpul dan duduk bersama, kami... ingat tanpa dira yang masih entah dimana.

“Ayo ngomong!” ucap karyo

“oke... begini...” ucapku dengan pandangan menyebar keseluruh manusia yang berada disekitarku saat ini. setelah aku selesai bercerita sepertiga luas alas kali tinggi sama dengan volume, tanpa menceritakan kejadian di cermin darat rembulan.

“nton...” ucap dewo

“okay, brother...”

“ar, jujur saja informasi yang kamu dapat lebih cepat dariku bahkan lebih komplit. Sekarang begini, jika dari cerita kamu memang benar tidak ada kemungkinan mereka akan melakukan pertemuan besar yang ada hanya mencoba menyingkirkan ayah mbak ara. Dan, apakah kamu ada informasi yang lain ar? Mungkin mengenai gelagat ayahmu atau bagaimana?” tanya anton dan aku hanya menggelengkan kepala karena memang aku belum ingin menceritakan kejadian di danau

“bagaimana rencanamu nton?” ucap tugiyo

“kita belum bisa memastikan rencananya seperti apa, kita saja belum tahu berapa orang yang akan membawa sibuku atau ayah mbak ara” ucap anton

“buat kemungkinan saja, kalau rencana dadakan ndak bagus tuh” ucap wongso

“okay sebentar, rokok su...” ucap anton

Kami semua memandang anton dengan serius, dia memikirkan semua penjelasanku...

“Bajingan! Kalau lihat aku jangan kaya gitu su! Emange aku penjahat!” ucap anton tiba-tiba

“memang, penjahat kelamin” ucap hermawan

“Ya, betul” ucap udin

“owalah diiiiin din, disekolahkan tinggi-tinggi Cuma bisa bilang ya betul ya betul terus dari kemarin” ucapku

“mikir utang paling” ucap aris menimpali

“ya betul” ucap udin

Ciiiiiiiiiit.... klek... semua pandangan mengarah pada mobil yang baru saja datang. Pintu depan terbuka dan keluarlah makhluk luar angkasa

“ASUUUUUUU!” teriak kami bersama-sama

Ya dira keluar dengan menggunakan kemben ketat memperlihatkan buah dada sintetisnya dan juga celana legging yang sangat ketat. Dan yang membuat kami terperangah adalah bagian selangkangannya sudah rata tak ada tonjolan seperti empunya kami.

“halo ganteeeeeeeng muach.... mau dira servis? Satu-satu ya? Tenang saja dira kuat kok kalau Cuma koplak hhi hi hi” ucap dira sambil berjalan layaknya berada di atas catwalk

“TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!” ucap kamu bersama-sama membuat kamu terjatuh dari duduk kami

“iiih... sebel deh” ucap dira sambil melengos layaknya seorang wanita

“paling yang doyan kamu yang ndak kenal sama kamu dir” ucap joko

“aku mending sama pacarku, satu ronde tak apalah daripada sama kamu” ucap parjo

“bodo amat weeeeekkkk....”

“bu... minum hangat, dan sehat” ucap dira ke ibu wongso

“owalah leeeee le(naaaak nak), dulu kamu itu lele sekarang kok malah jadi kolam lele” ucap ibu wongso sambil geleng-geleng diikuti gelak tawa kami

“Dira, ya ampuuuuun” ucap asmi yang keluar dari pintu warung belakang tepat dibelakang ibunya wongso

“eh asmi, halo cantik” ucap dira mendekat ke asmi

“iiih... punya kamu kok segitu terus, mau kaya aku ndak as” ucap dira sambil meraba payudara asmi dan membusungkan dadanya

“apaan sih kamu!” ucap asmi

Tiba-tiba...

“Bro... aku ada rencana!” ucap anton keras membuyarkan semua canda kami

“ini hanya rencana awal, jika ada informasi tambahan kita bisa memperbaikinya. He he he... beruntung kita punya dira” ucap anton, kamipun tersenyum melihatnya

“begini...” ucap anton kemudian menceritakan rencananya

“MANTAB!” teriak kami bersama

“iiih pasti deh akyu...” ucap dira yang masih bersama asmi

“cantik mau dong ya? nanti ndak cantik lagi lho kalau ndak mau?” ucap dewo

“iiih sebel deh, giliran rencana kaya gini dirayu, kalau pas ndak ada rencana di cuekin iiih sebel sebel sebel” ucap dira sambil bersedekap dan membelakangi kami

“jangan gitu dong dira cantik, ini kan demi kebaikan bersama ya ya ya” ucap wongso yang merangkul dira dan mentowel pipinya

“iiih sebel deh...” ucap dira yang ngambek

“mas wongso! Apaan sih! Ibuuuuuuuuuuuuuuuu mas wongso godain dira!” teriak asmi yang tiba-tiba keluar dari warung

“Lempar pakai panci saja As!” balas ibu wongso

“jangan-jangan...” ucap wongso sambil meminta ampun ke asmi

“HA HA HA HA” teriak kami bersama begitu pula dira, yah kami tahu dira hanya pura-pura saja tidak mau

Lama tak jumpa membuat kami rindu untuk bercengkrama kembali. Kami berkumpul beberapa piring dan gelas sudah berserakan di dekat kami. walaupun begitu kami tidak meninggalkan tanggung jawab kami untuk mencuci dan kadang kala membantu warung ketika pengunjung tambah ramai. Kebersamaan kami membuat kami lupa akan waktu, waktu mulali merangkak menuju malam hari. Waktu pula yang memisahkan kami semua, hingga akhirnya kami satu per satu pamit ke ibunya wongso.

“Pokoknya hati-hati, ndak usah ngebut!” ucap ibunya wongso

“Iya ibuuuuu...” teriak kami

Kami pulang hingga sampai pada tempat dimana kami biasa untuk tidur dan bercengkrama bersama keluarga. Dan aku? Masih sepi karena aku tahu ayah tak akan pulang, mungkin dia sedang menyusun rencana. Kini aku berada didalam kamarku, didalam kar penuh dengan memori kenangan bersama ibu tapi sekarang ibu sedang berada jauh disana. Aku berganti pakaian dan kemudian merebahkan tubuhku, tangan kiriku memegan guling dan tangan kananku memegang sematpon. Kubuka pesan BBM yang masuk dari dia, dian. tak kubalas dan hanya aku baca. Tiba-tiba...

From : Bu Dian
Kenapa ndak dibalas? Saking puasnya diservis terus ndak bisa balas BBM ya?
(tak kubalas, hanya aku baca)

From : Bu Dian
Dasar bocah!
To : Bu Dian
Iya saya tahu, ndak perlu bu dian bilang saya juga tahu kalau saya itu bocah
From : Bu Dian
Bagus kalau sudah sadar diri!
To : Bu Dian
Iya bu, selamat malam
Selamat beristirahat
From : Bu Dian
Oooo... gitu ya?
Memang bocah aneh! Sudah skripsi ndak selesai-selesai, sukanya anu-anu saja!
To : Bu Dian
Bu dian kenapa to? Dari tadi pagi marah-marah sama saya terus?
Cublak cublak suweng... ringtone HP. Bu Dian. mau tidak mau aku angkat

“Kamu tersinggung? Bagus kalau begitu, tersinggung dong, marah!”
“Bu maaf, saya tidak tahu alasan bu dian kenapa marah-marah ke saya”

“aku kan dah bilang kamu menggangguku tadi pagi, dan itu tidak bisa dimaafkan. Aku benar-benar kesal dengan keberadaan kamu tadi pagi, sudah skripsi ndak pernah diurus sukanya haya senang-senang saja! dasar bocah!” (sangat keras, terduduk dan satu tanganku mengusap wajahku)
“Aku benar-benar kesal dengan kamu, kenapa juga aku harus membimbing bocah seperti kamu! Dasar bocah tak bisa tahu dirinya sendiri! Kamu itu bocah yang ergh... kenapa harus ada bocah seperti kamu! kenapa kamu tidak bimbingan dengan yang lain? Kenapa harus dengan aku? Aku benar-benar tidak ingin bertemu kamu lag... eh” (aku terperanjat ketika mendengar kata-kata terakhir itu)
“terima kasih sudah mengatakan sebenarnya bu, anggap bocah itu...”

“tunggu dulu mak...” (ucapnya mencoba memotong pembicaraanku tapi aku terus berbicara di telepon)
“lupa akan janji-janjinya, anggap bocah itu sudah mati dan bu dan tidak perlu lagi bertemu dengan bocah itu. Akan aku usahakan bocah ini akan sesegera mungkin menjauhi bu dian, agar bu dian tidak merasa kesal dan terganggu lagi. Mohon maaf atas kesalahan sejak pertama kali bertemu bu dian dan hingga hari ini. terima kasih banyak”

“sebentar, aku...” tuuuuuut....
Segera aku buka aplikasi BBM, ada panggilan masuk dan langsung aku tolak. Ku cari nama Bu Dian dan.. Delete Bu Dian? Cancel.... Delete? Delete... dan tentunya juga dengan nomor kontak personnya juga. Aku sudah muak denganmu yan benar-benar muak! Aku letakan sematponku dan ku buat dalam mode diam, kuletakan di meja komputerku dan kusambungkan dengan charger. Aku berjalan menuju arah saklar lampu dan kumatikan. Tampak sekali LCD dari sematponku berkedip-kedip pertanda ada panggilan masuk. Tak kuhiraukan. Segera aku langkahkan kakiku dan kurebahkan tubuhku dalam tidurku. Itukah yang dia mau? Itukah yang dia inginkan? Mungkin memang dalam hidupku hanya butuh satu masalah saja, tidak lebih dan tidak kurang dan itu adalah Ayahku, Dian? mungkin harus segera diselesaikan!
 
Pagi menjelang kudapati beberapa panggilan di sematponku. Hanya ku lihat dan kuabaikan, segera ku mandi dan kupersiapkan diriku untuk nanti malam. Setelah semuanya siap dan sudah sarapan mie instan pagi ini, aku persiapkan barang yang perlu aku bawa. Tapi sebelumnya biasa megang sematpon dan juga teh tarik di depan TV. kubrowsing sebuah website ternama semprot.com dan kulihat foto-foto di forum IGO yang buat refreshing mata karena beberapa hari ini tidak dapat jatah.

Do mikado eska eskado eskado bea beo. Ringtone hp. Mbak ara.

“Halo mbak”

“ar, ayahku sudah memastikan kalau ayah akan dijemput oleh empat orang dalam satu mobil. Dan sebenarnya itu adalah permintaan ayah”

“Hm... mbak, apakah mbak menceritakan aku kepada ayah mbak?”

“eh... maaf ar, iya karena aku benar-benar butuh pertolonganmu”

“ndak papa kok mbak santai saja, okay kalau begitu pastikan ayah mbak hanya satu mobil tidak lebih” (aku tersenyum manis, karena ini sesuai dengan rencana)

“tapi kalau seandainya yang datang lebih dari satu mobil ar, bagaimana?”

“tenang... mbak, everything will be fine”

“eh... terima kasih ar”

“oia, apa alasan ayah mbak meminta satu mobil”

“ayahku mengatakan kalau itu hanya untuk keamanan saja agar tidak dicurigai, ayahku juga mengatakan kepada mereka kalau dirinya sedang dimata-matai, ayahku mengatakan itu agar mereka percaya dan mau”

“bagus, good reason, mbak tenang saja okay”

“iya ar, terima kasih”

“sama-sama, dah dulu ya mbak, aku mau berangkat”

“he’em” tuuuut

Segera setelah telepon dari mbak ara aku langsung menuju ke garasi dan kukeluarkan REVIA. Pelan tapi pasti akhirnya aku sampai di tempat wongso, sudah ada beberapa sahabatku yang berada disana. Sambil menunggu waktu malam tiba, satu persatu dari koplak akhirnya berkumpul. Setelah semua berkumpul aku kemudian menceritakan mengenai telepon dari mbak ara, yups senyum indah melekat di bibir kami. tepat pukul 17:00, mbak ara memberi kabar mengenai waktu ketika ayahnya akan dijemput. Dan setelah kabar dari mbak ara, kami langsung beranjak dari tempat kami dan mulai bersiap-siap.

“pokoknya hati-hati” begitu ucapan ibunya wongso yang kami balas dengan anggukan

18:30
Kami semua berangkat ke pos masing-masing. Kami terbagi dalam dua kelompok, satu kelompok menggunakan sepeda motor bebek hitam, pinjaman dari anton yaitu aku, wongso, dewo dan anton. Aku sebagai rider dan wongso memboncengku, di motor satunya lagi dewo rider dan anton yang membonceng. Sedangkan sisanya berada di mobil pick up hitam. Menyamar? Pastilah!

19:00
Kami berangkat menuju lokasi yang akan menjadi tempat perkara. Mbak ara kemudian mengirimkan sms yang memberitahukan kepada kami ciri-ciri mobil dan plat nomor yang menjemput ayahnya. Sebuah mobi sedan berwarna merah dengan plat nomor YES 1234 OH.

20:00
Kami sudah dipos masing-masing, aku bersama ketiga rekanku berada di semak-semak jalan masuk bukit orang utan.

20:30
Sebuah mobil dengan ciri-ciri yang sama melintas didepan kami.

“roger danuarta, mobil sudah lewat” ucap anton dalam mikropon yang ditujukan kepada mobil pickup

“diterima!” balas karyo

Setelah sedan itu melaju dan jarak terlihat jauh, kami kemudian keluar dari persembunyian kami dan mengikuti dari jarak kejauhan agar tidak dicurigai. Setelah beberapa saat, dari jauh mata memandang mobil yang ditunggangi oleh ayah mbak ara berhenti sejenak, karena mobil pick up sudah berada di depan dan berjalan lambat menunggu kedatangan mereka. Dari kejauhan aku melihat dua buah kepala keluar dari pintu depan mobil dan tidak marah. Aku semakin penasaran dengan apa yang terjadi di mobil bak terbuka itu, jujur saja tidak begitu terlihat jelas tapi yang jelas masih masuk dalam rencana. Perlahan tapi pasti aku kemudian mendekat ke arah mobil sedan tersebut, kini aku berada sedikit lebih dekat dengan mobil sedan yang menjadi target kami. Dan yang jelas rencana tetaplah rencana karena kelakuan koplak yang berada di atas mobil pick up benar-benar diluar ekspektasi kami berempat.

Posisi sekarang, pick-up, mobil sedan dengan jarak kurang lebih 1-2 meter dan dibelakang mobil sedan ada 2 motor bebek dengan jarak kurang lebih 3 meter dari mobil sedan. Aku, wongso, anton, dewo hanya bisa tepuk jidat didalam hati melihat tingkah laku mereka yang di pick-up. Pantas saja dua orang body guard tidak marah, setelah aku mendekat dan mobil pick-up diterangi oleh lampu jalan.

“Aseeeek goyang yo a... e.... a... e.... a... e.... a... e.... a... e....” teriak parjo sambil mengangkat botol minuman keras, tapi aku tahu dia tidak mabuk

Terlihat dira sedang bergoyang dengan lincah dan bahagia, menari berjoged ditengah-tengah kerumunan koplak yang lain. Laju mobil bak terbuka (pick up) pun bergoyang ke kanan kekiri seakan-akan memperlihatkan pengemudi yang mabuk. Sudira, SUka menjadI waRriA, sedang menari dengan celana hot-pants serta atasan berupa pakaian yang ketat seperti bra spot yang memperlihatkan separo payudara sintetisnya. Kedua orang body guard yang berada di jok depan mobil sedan bukannya marah, tapi mengeluarkan kepala sambil menggoda Sudira.

“Buka dong mbaaaaaaaaaaaaaaak” teriak pengemudi sedan

“yang bawah juga donng, aseeeeeeeeeeeek goyang terus” teriak laki-laki di pintu depan sebelah kiri sedan

“Goyang teruuuuuuuuuuuus!” teriak udin dan hermawan sambil duduk dan menggeleng-gelengkan kepalanya

“edan, kalian” ucap anton di mikropon yang terdenganr samar dan kalah dengan suara dangdut dari tape recorder tua yang memutar lagu

“tenang saja bro... lebih edan lebih koplak brother ha ha ha” balas karyo pengemudi mobil pick up

Kini mobil pick up terus berjalan zig zag, tak ada protes dari mobil sedan dibelakangnya. Mobil pick up yang berjalan zig-zag membuat mobil sedan setidaknya terpengaruh dan ikut membuntuti pergerakan mobil pick-up. Kini mobil sedan tersebut berjalan tepat ditengah jalan dan 2 motor bebek hitam berada tepat dibelakang mobil sedan. Tak diperkirakan, kedua orang yang berada dijok belakang ikut keluar bahkan membuka pintu kaca mobil belakang dan duduk di pintu mobil. Satu tangan dari masing-masing orang yang duduk di jok belakang berada diatap mobil sedan dan satu tangan dari masing-masing mereka menari-nari diatas udara mengikuti goyangan dira. Dari sinar lampu merah pick-up dan juga sinar lampu depan sedan yang terpantul dan menerobos ke dalam sedan dapat terlihat ada satu orang yang berada di jok belakang.

“Ternyata lebih mudah” ucap anton dari mikrophone

“Yo, nton... kamu kiri apa kanan?” ucap wongso

“kiri saja nton, lebih enak kayaknya” ucap dewo

“kita kanan cat” balas wongso, padahal di kanan kami adalah jurang

“oye...” ucapku

Dengan tarian dari Sudira yang semakin menggila, bahkan kadang menarik-narik BH bagian bawah. Mencoba memperlihatkan payudaraya kepada pengemudi sedan dan temannya. Membuat semua body guar teralihkan fokusnya. Aku bergerak ke kanan, dewo bergerak ke kiri.

“di alonke sithik bro mobilmu (dipelankan sedikit bro mobilmu)” ucap dewo kepada karyo

“diterima” balas karyo

Mobil pick up, kemudian melambat tanpa disadari mobil sedan itupun mengikuti.

“Sekarang!” teriak anton di mikrophone

Dua motor bebek melaju dengan kecepatan penuh.

BUGH... BUGH...

“HEI APA YANG KALIAN... BUGH.... BUGH” teriak pengemudi yang sempat akan menengok kebelakang menyadari apa yang kami lakukan

Ciiiittttt..... Brak! BRAKKK! Ciiiiiiiiiiiit....

“WASYU! (ANJING!)” teriakku dan wongso bersamaan

Mobil sedan yang dikendarai oleh bodyguard ayahku, dengan keempat orang bodyguard memperlihatkan kepala mereka. motor bebek bergerak dengan cepat kesamping kanan kiri mobil sedan tersebut, anton dan wongso yang sudah mempersiapkan pemukul memukul kepala dua orang yang dibelakang hingga tubuh bagian atas mereka rebah di atap mobil sedan. Dua orang yang didepan menyadari kedua temannya terjatuh, tapi terlambat ketika mereka hendak memasukan kepala mereka sudah terlebih dulu terkena pukulan dari anton dan wongso. Mobil sedan kehilangan kendali dan menabrak motor bebek yang aku kendarai sejurus kemudian mobil pick-up berhenti dan sehingga setelah menabrak motor bebekku, mobil sedan tersebut menabrak pick-up. Aku sempat kehilangan kendali akan motorku dan dengan sigap aku rem tepat didepanku pagar pembatas antara jalan dan jurang.

“hampir saja... hufthhh” ucapku

“duh gusti duh gusti... aku rung metengi asmi, ojo nyemplung sek (ya tuhan ya tuhan, aku belum menghamili asmi jangan jatuh dulu)” ucap wongso yang memelukku denga erta

“HA HA HA HA HA HA” teriak koplak di atas pick-up melihatku dan wongso berpelukan

“Dasar pasangan homo” ucap karyo

“AH MATAMU SU (NJING)” teriakku

“BAJINGAN, KANCANE MEH MATI MALAH DIGUYU! (Temannya mau mati malah ditertawakan)” teriak wongso

Jalanan tampak sepi, tak ada seorang yang berani malam-malam melewati bukit orang utan. Dengan langkah cepat tanpa menunggu, kami semua kemudian mendekati mobil sedan tersebut. Tampak seseoran keluar dari pintu belakang sedan, sehingga satu orang bodyguard terjatuh ke jalan. Orang setengah baya yang aku selalu ingat akan wajahnya kini berdiri, didepannya tergeletak tubuh body guard yang tidak sadarkan diri.

“terima kasih ar...” ucap lelaki setengah baya tersebut atau lebih dikenal sebagai si buku

Aku hanya tersenyum dan berjalan ke arahnya menepuk bahunya. Aku bersama koplak kemudian memasukan kembali tubuh yang kehilangan kesadaran itu ke dalam sedan. Anton kemudian menyupir sedan tersebut, dan si buku ikut ke rombongan pick-up. Tak ada lagi lagu dangdut yang menyertai perjalanan kami.

“tanyakan sama bapaknya, kemana tujuannya?” ucap anton,

“hutan setelah pemukiman warga” balas karyo

Mobil melaju dengan cepat dan sampailah kami semua ditanah lapang, kecuali dewo yang malah terlihat membalas pesan masuk ke sematponnya sehingga dia terlambat dibelakang. Setelah ditempat itu, kami semua turun begitu pula dengan si buku. Sibuku hanya diam, ketika kami semua berdiri didepan mobil sedan yang masih menyala lampu depannya.

“bagaima dengan mereka, bisa saja kita ketahuan kalau misi mereka gagal” ucap aris

“aku sudah pikirkan itu semua, tenang saja tapi memang ada kemungkinan mereka akan tahu kalau sibuku masih hidup” ucap anton

“Asal identitas kita tidak diketahui oleh mereka itu bagus” ucap wongso

“kita habisi mereka disini saja” ucapku

“tidak terlalu beresiko” ucap udin, dan membuat kami semua melongo

“Tumben bisa ngomong din?” ucap parjo yang menggenggam botol minuman keras

“Ah, MATAMU!” balas udin

“benar kata udin, terlalu beresiko jika kita menghabii mereka disini dan ini akan memperlihatkan bahwa bapaknya memang benar-benar berhubungan dengan pihak lain. Mereka akan berpikir kalau rencana mereka bocor karena bapaknya, itu membahayakan keluarga dari si bapak” ucap anton membuat kami manggut-manggut

Ciiiiiiit.... Dewo datang, langsung berjalan ke arah parjo

“Njaluk wedange, aku ngelak (minta minumnya, aku haus)” ucap dewo yang langsung menyerobot botol tersebut dan berjalan ke arah mobil sedan

“Wo... jangan aduh...” ucap parjo menepuk jidatnya, ketika melihat dewo menenggak sebotol minuman keras.

Glek glek glek glek glek glek glek glek glek... dewo meminum habis sebotol minuman tersebut dan bersandar disamping pintu depan mobil dengan kaca terbuka tersebut

“Aduh...” hanya itu ucap parjo

“kenapa jo?” ucapku

“itu minuman belum tak ganti isinya, masih cong yang (minuman keras)” ucap parjo

“HAH! WADUH!” teriak kami bersamaan dan menepuk jidat bersama-sama

“hyuk... hyuk... oh bulan... datanglah padaku huoooo... ooooo... “ dewo meracau mabuk

“waduh, ngurusi orang gila ini” ucap karyo

Kriiiiiiiiiing.... kriiiiiiiiing... suara ringtone telepon masuk dari dalam mobil

“Eh... yayang telepon, mana teleponnya” ucap dewo yang sudah mabuk tersebut memasukan setengah badannya ke dalam mobil

“CELENG (BABI HUTAN) dewo ditarik bro” ucap anton

Terlambat... sekalipun kami sudah menarik dewo keluar tapi telepon sudah diangkat oleh dewo. Mau bagaimana lagi, akhirnya aku dan anton mendekatkan kuping ketelepon yang diangkat dewo. Dewo dengan santai membalas setiap pembicaraan dari dalam telepon.

“Haliyoooooo... sayangku....” ucap dewo

“Sayang-sayang gundulmu! Kalian sedang apa! Sudah beres atau belum?” teriak seseorang dari dalam telepon

“beres? Sebentar ya sayang, tak tanyakan duyu.. hyuk... sudah beres belum hei... sudah ya? Oh iya sudah ya? hyuk... beres ketes ketes” ucap dewo yang sempat bertanya kepada kami semua dan kami hanya mengangguk

“Kamu mabuk?” ucap seorang dari dalam telepon

“mabuk hyuk... ndak mabuk Cuma sedikit mimi hyuk... biar enyaaaaaaaaaaaaaaaaaaak... biar ndak stlessssss... hyuk... mimik cucu he he he he” ucap dewo

“Argh! Cepat kembali!” ucap seseorang dari dalam telepon yang sedikit kesal

“kembali kepadamu? Oh cintaku... hyuk cintaku.... hyuk...” ucap dewo yang mulai tak sadarkan diri

“ARGH! Dasar bodoh! Cepat kembali!” teriak seseorang dari dalam telepon

“bodoh? Kamu yang bodoh hyuk... aku mah pintar SMA aku ranking satu hyuk dari belakang bodoh hyuk...” balas dewo

“AKAN AKU HUKUM KALIAN, CEPAT KEMBALI!” teriak seseorang kemudian menutup telepon

Dewo kemudian hampir terjatuh dan aku tangkap tubuhnya. Aku dan anton serta wongso kemudian saling berpandangan. Koplak yang lainpun tahu kalau ada rencana busuku didalamnya. Kami segera angkut dewo dan kami tidurkan di bak terbuka mobil. Anton kemudian memutarkan mobil tersebut dan berjalan ke arah pulang, aku dan wongso serta karyo membuntuti dengan kedua motor bebek. Setelah sudah agak jauh dari tempat kami berkumpul tadi anton, kemudian keluar dengan pintu mobil masih terbuka. Anton tampak masih mengotak-atik sesuatu karena tubuhya sebagian berada didalam mobil. Tiba-tiba mobil berjalan anton langsung menarik tubuhnya dan....

Ngeeeng....

Braaaaaak.....

Nguuuuuuuuuuuung...

Braaaaaak.....

Braaaaaak.....

DHUAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRR!

Aku dan tiga orang temanku kemudian berdiri di atas jurang melihat kebawah jurang dimana sebuah mobil terbakar. Pemandangan yang lumayan indah untuk malam yang dingin ini. Aku dan mereka bertiga kembali ketempat kami berkumpul tadi.

“Gimana?” ucap parjo sambil mengipas-ngipas wajah dewo

“Sip!” ucap anton

“untung saja” ucap aris dan tugiyo

“iya, kalau bukan karena dewa mabuk ini mungkin kita bakal buntu” ucap udin

“TUMBEN BISA NGOMONG YANG LAIN!” teriak kami meneriaki udin

“Celeng (babi hutan)” umpat udin

“Terima kasih... terima kasih... hiks hiks hiks...” teriak seseorang yang berlutut di belakangku, kami semua kemudian berbalik dan melihat kearahnya.

Aku hanya mendekatinya dan mengangkat tubuhnya serta menahannya agar tidak kembali berlutut dihadapan kami. Laki-laki ini, laki-laki yang dulu pernah hampir memperkosa ibuku kini sedang menangis dihadapanku. Kupandangi lelaki setengah baya dengan wajah yang masih dihujani air mata ini.
 
Dimalam dingin dan sunyi hanya bertemankan koplak, dan seorang lelaki yang sedang berusaha menghentikan air matanya. Dan satu orang dari kami menghiasi malam ini dengan dengkuran keras setelah menenggak minuman yang mengandung ethanol langsung satu botol tanpa jeda. Aku masih disini didepan lelaki setengah baya yang memberiku memori kebencian namun memori itu kini hilang entah kemana setelah aku melihat wajah penuh denan penyesalan ini. Beberapa sahabatku dibelakangku ada yang duduk di bak mobil pick-up ada juga yang duduk di motor.

“Sudahlah pak, tenang...” ucapku

“jujur bapak tidak habis pikir ar, kamu adalah anak yang dulu hiks hiks maafkan saya...” ucapnya

“itu adalah masa lalu dimana bapak masih terperangkap didalamnya, dan aku yakin dulu itu juga tidak masuk dalam rencana bapak. Sudah pak tenang, berterima kasihlah pada mbak ara karena dia, aku jadi tersadar bahwa semua orang pernah berbuat kesalahan dan akan memperbaikinya” ucapku, walau dalam bathinku masih bertentangan dengan apa yang aku ucapkan

“terima kasih... terima kasih... jika tidak ada kalian mungkin aku sudah menjadi tubuh tak bernyawa” ucapnya

“Rokok pak?” ucapku menawarkan sebungkus dunhill mild kepadanya

“bapak ndak merokok” ucapnya sambil mengusap air matanya

“iiih bapak, sini... sini dira peluk biar ndak nangis lagi” ucap dira mendekat

“Hati-hati pak itu cowok yang berubah lho pak tapi batangnya sudah hilang ha ha ha” ucap karyo yang diikuti gelak tawa kami

“Eh... beneran?” ucapnya

“iya pak” ucapku

“iiih buka kartu deh, padahal mau dira rokok si bapaknya... ketahuan dulu hi hi hi” ucap dira

“edan kamu dir” ucap udin

“eh... udah berapa kali udin mengucap dengan bahasa manusia” ucap wongso

“matamu wong” ucap udin sewot dan kami hanya bisa tertawa terbahak-bahak

“Ar, sekali lagi aku minta maaf atas kejadian waktu itu” ucapnya

“Sudah pak, lupakan saja asal ndak mengulang kan beres pak” ucapku

“sudah, acara keluarganya sudah selesai kah?” ucap anton, aku dan bapaknya mbak ara melihat kearah anton dan mengangguk

“Maaf mengganggu, bapak adalah media pertama, benar kan? Saya anton anggota IN” ucap anton sambil menyodorkan KTA-nya, membuat bapak mbak ara sedikit terkejut

“iya, aku adalah salah satu dari lima orang termasuk ayah dari si arya, namun beberapa tahun terakhir aku sudah tidak dilibatkan dalam aksi mereka karena aku dicurigai berkhianat. Bapak tidak menyangka akan bertemu dengan kalian semua ditambah lagi anggota IN” ucap pak Media

“Ya, inilah kami. em... maaf... apakah bapak punya informasi penting lainnya pak?” ucap anton tanpa memberi jeda kepada pak Media. Satu persatu teman kami mulai menyulut sebatang dunhill dan meminum kopi instan 98 degrees sambil memperhatikan dan mendengarkan anton yang mulai mengintrogasi.

“Yang bapak tahu, mereka akan mengadakan pertemuan dengan bandar-bandar besar di bulan kedua. Tapi sebelumnya ada pertemuan kecil di danau perumahan ELITE, bapak mendengar mereka diintai. Mereka kemudian menuduhku mengintai mereka tapi bapak membantahnya, dan mulai dari saat itu mereka mulai memandangku dengan sangat sinis, dan dimalam ini aku sudah mengira aku akan disingkirkan olehnya. Bapak sebenarnya bisa saja lari, namun jika bapak lari keluarga bapak akan menjadi sasaran mereka” ucap pak Media

“Ada yang mengintai?”ucap anton dan semua sahabatku melihat kearahku

“Iya... aku yang disana” ucapku sambil mengangkat tanganku

“Eh... jadi kamu orangnya? Bagaimana kamu bisa tahu keberadaan mereka?” ucap pak Media

“aku memiliki email dan sematpon KS yang mati dibunuh karena ingin bersaksi. Maka dari itu aku tahu apa rencana mereka” ucapku santai

Bugh... plak... bugh... plak... bugh... plak... bugh... plak... bugh...

“Ampuuuun bro... ampuuuun iya aku salah ndak ngajak kalian tapi itu berbahaya, aku hanya butuh informasi pertemuan besar mereka ampun brother” ucapku sambil mringkuk mendapat pukulan ringan dari koplak

“Anjing kamu, nanti kalau kamu ditembak bagaimana? Kalau kamu ketangkap bagaimana?” ucap anton

“mikir to ar mikiiiiiiiiiiir! Kamu ndak bisa menyelesaikan dengan sendirian bodoh! ******! Asu! Bajingan” ucap wongso

“wajah ganteng tapi gegabahan, asu tenan kamu ar!” bentak aris dan begitu pula yang lainnya menganiayaku satu persatu

“ya, betul...” ucap udin

“bahasa alien lagi” ucap hermawan

“asu kabeh (anjing semua), sakit tahu” ucapku sambil memegang pinggulku

“makanya kalau mau beraksi ajak-ajak, kalau K.O kan bisa bareng-bareng!” bentak tugiyo

“iya iya, besok aku beraksi bareng lagi” ucapku

“Jadi benar kamu ar, bapak sudah menduga. Karena memang ara pernah bercerita semua tentang kamu. dan apakah benar yang menghancurkan tukang adalah....” ucap pak Media terhenti

“ouh... itu kami Cuma mainan kembang api pak” ucap wongso

“tapi ndak mau naik keatas kembang apinya” ucap tugiyo

“nungsep kemarin kalau ndak salah kembang apinya” ucap aris

“Haaaaaaaassssh... akhirnya mereka berkurang juga, sekarang mereka Cuma bertiga” ucap pak Media menghela nafas panjang sambil kepalanya menengadah ke atas

“Apakah bapak bisa menceritakan kepada kami, tentang pertemuan besar itu? Dan tentunya dimana lokasinya” ucap anton yang tiba-tiba menyela

“Pak, kalau mau cerita sama anton buat perjanjian dulu! Awas kalau dia main game sendiri” ucap parjo yang masih mengipasi dewo

“eh... maksudnya?” ucap pak Media

“Maksudnya, saya tidak boleh beraksi sendirian dengan IN, dan harus melibatkan nyawa mereka. karena kami koplak tidak pernah menjadi kedua, harus yang pertama” jelas anton

Kemudian secara bertahap, pak media mulai menceritakan semuanya dari awal. Tak perlu pindah tempat kemana atau dimana cukup disini, dibukit orang utan. Tentang pertemuan besar dengan bandar-bandar, dan juga lokasi tempat pertemuan diceritakan semua oleh pak Media.

“Hm... okay, sip pak... mungkin kami harus menunggu” ucap anton

“ya, sekaligus melihat respon mereka mengenai anak buah mereka yang jatuh ke jurang” ucapku

“sekarang terserah pada kalian, bapak akan selalu mendukung kalian...” ucap pak Media

“Dan satu hal lagi... tapi aku ingin berbicara dengan arya saja, boleh?” ucap pak Media, dan semua rekanku mengangguk

Aku dan pak Media kemudian berjalan ke tempat yang agak jauh dari koplak

“Ar, bapak ingin bercerita, mungkin kamu sudah tahu rencana pertemuan besar mereka. tapi apakah kamu tahu kalau keluargamu menjadi sasaran mereka?” ucapnya

“aku sudah tahu, mereka membicarakannya ketika di danau” ucapku

“Ada sebuah alasan besar kenapa ayahmu ingin menghancurkan keluargamu” ucap pak Media

“Alasan?” ucapku

“Ya, ini semua karena wanita” ucapnya

“Maksud bapak?” ucapku
“Dulu ayahmu menyukai seorang wanita dan juga nicolas sahabat ayahmu. Tapi cinta itu ternyata tidak berbalas sama sekali, kedua wanita itu memilih menjadi istri-istri dari adik nenekmu. Selain lebih mapan, adik nenekmu lebih perhatian dan juga baik hati tidak seperti mahesa dan nico yang sejak kuliah sudah terlihat sangat kasar” ucapnya

“adik nenek? Yang mana?” ucapku

“Kamu lupa ya? Dulu kamu sering diajak jalan-jalan ke pantai waktu kamu masih SD. Mungkin kamu sudah lupa, tapi bapak tidak pernah melupakan itu. Dia begitu baik kepadamu padahal dia bukan saudara kandung dari nenekmu melainkan adik angkat ibumu, namanya Tian Tharno. Kakekmu itu masih sangat muda waktu itu jika dibandingkan ayahmu mungkin terpaut 2-3 tahun lebih tua kakekmu” ucap pak Media

“Eh... kakek Tian, iya aku ingat pak. Dia yang membelikan aku motor kesayanganku, REVIA, tapi aku tidak pernah tahu keberadaan kakek sekarang. Setiap kali aku bertanya mengenai kakek tian ke Ibu dan keluarga mereka selalu menjawab kakek sekarang berada diluar kota bersama kedua nenekku” ucapku

“Jelas kamu tidak tahu karena sebenarnya, dia sudah meninggal dunia” ucap pak Media

“Eh... tidak mungkin pak, beberapa tahun lalu aku baru saja bertemu” ucapku

“Memang benar tapi setelahnya dia mati dibunuh oleh... kamu tahu sendiri siapa” ucap

“Eh... Ayah.. HAH!” teriakku keras

“Kakekmu tahu semua tentang mahesa, ketika ayahmu datang bersama pak wicak dan bu mahesa. Pak tian, kakekmu itu sebenarnya sudah tahu niat busuk dari ayahmu. Pak tian kemudian mencari tahu mengenai lamaran dan perjodohan itu, hasilnya hanyalah rekayasa saja. Kakek tian memberitahukan kepada pak warno (kakek arya/ ayah dari diah) tapi semuanya sudah terlambat apalagi ibumu sudah mengandungmu karena dipaksa memuaskan nafsu ayahmu. Setelah kejadian itu, pak warno menyuruh pak tian untuk pergi dari daerah ini bersama kedua istrinya, ya karena kakekmu tahu mengenai perjalanan asmara adik iparnya itu. Hanya sekali saat itu, dia pulang dan mengajakmu bermain bersama om-tante (anak dari pak tian) kamu yang hampir seumuran dengan kamu. hingga akhirnya beberapa tahun lalu dia kembali ke daerah ini, pak tian membangun sebuah perumahan yang diberi nama perumahan ELITE. Selama pembangunan perumahan, semua berjalan biasa-biasa saja karena pak tian mengira semuanya sudah berakhir dan ayahmu melupakan kejadian mengenai percintaan masa lalunya. Tapi ternyata tidak, mahesa mendekati pak tian dengan embel-embel bisnis. Pak tian sebenarnya tahu itu hanya tipu muslihat mahesa tapi malang, ketika pak tian sudah mulai bergerak untuk menjatuhkan mahesa dia terbunuh terlebih dahulu” cerita pak Media

“Setelah terbunuh, dia dibuang entah kemana. Aku tidak berada di sana saat itu. Dan sebagai gantinya Kaiman dijadikan kambing hitam, dan membuat dia dijadi budak ayahmu dan komplotannya. Tentnag kedua nenekmu atau istri dari adik nenekmu, menghilang dan aku tidak tahu dimana mereka. Bahkan anak-anak dari pak tian tidak ada yang tahu keberadaanya. Sebenarnya pak warno sudah tahu mengetahui semua itu namun tak kuasa melawan karena beberapa hal yang membahayakan keluarganya.” ucap pak Media

“dan alasan kenapa ayahmu mengadakan pertemuan di perumahan elite adalah daerah itu dulu adalah tempat kenang-kenangan bagi ayahmu dan nico sebelum akhirnya dibangun perumahan. Sekarang perumahan itu berpindah tangan ke nenekmu, itu juga karena usaha keras dari nenekmu merebut kembali milik adiknya yang hampir saja jatuh ketangan ayahmu” ucap pak MEdia

“HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA! BAJINGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN!” teriakku sekerasnya, hingga aku tertunduk lesu. Menjatuhkan kedua tanganku ke tanah dan memukul-mukul bumi tempatku berpijak. Hingga akhirnya aku duduk bersimpuh dan memandang ke langit

Semua koplak melihat kearahku, mengerti akan kesedihanku. Mereka tahu akan posisiku saat ini, mungkin ada sesuatu yang sangat mengganjal dihatiku dan mereka bisa memahaminya. Ditambah lagi semua kegilaan ini dikarenakan oleh Ayahku. Dengan tubuh yang lesu aku berdiri dan bergerak kearah mereka, bersama dengan pak Media yang menemani langkahku.

“Keep Smile Cat! We always by your side” ucap udin

“Weidian, alien berbicara bahasa inggris bro” ucap wongso

“tumben-tumbenan bisa ngomong ha ha ha” ucap anton

“MATAMU SU!” umpat udin

Aku tak bisa menahan gelak tawa akibat percakapan mereka. mereka selalu ada ketika aku bersedih, selalu ada ketika aku kesulitan. Well, they are my best friend, forever. Tak henti mereka membuat aku tertawa terbahak-bahak, membuat aku melupakan sejenak permasalahanku. Setelah tawa bersama dan kegilaan bersama.

“Oia, pak Media, sebaiknya anda bersama kami untuk sementara sampai semua permasalahan menjadi reda” ucap anton

“Bapak terserah kalian, tapi tolong beritahukan kepada anak bapak kalau bapak diselamatkan oleh kalian” ucap pak Media

“Siiipz! Pak... tenang saja” ucap anton

“Arya, bapak ucapkan terima kasih banyak, sekali lagi terima kasih banyak atas bantuannya...” ucap pak Media

“Semuanya pasti akan baik-baik saja pak, pasti” ucapku

“yoi pasti pak” ucap parjo

“selalu baik-baik saja” ucap wongso

“Pasti baik” ucap aris

“Tidak pernah akan kata selain, baik” ucap tugiyo

“Setuju” ucap hermawan, udin, karyo, anton, sudira,

“Mimi cucu hyuk....” tiba-tiba dewo berucap

“HA HA HA HA HA HA” tawa kami bersama

Setelah malam ini, aku kembali ke khidupan semula. Pak Media, ayah dari mbak ara disembunyikan oleh anton dan IN. Aku kembali dirumahku yang sepi tanpa ada sesuatu didalamnya. Sesampainya di kamar, dadaku masih terasa sekali sesak karena takut jika ayahku mencurigai yang telah terjadi. Apakah dia akan menaruh kecurigaan kepadaku? Atau dia akan menganggap yang terjadi adalah karena kesalahan anak buahnya yang mabuk setelah menjalankan misi? Semoga saja, dan aku berharap kalau Ayah beserta komplotannya mengira itu adalah murni kecelakaan karena kecerobohan dari anak buahnya sendiri. Kurebahkan tubuhku malam ini di kamarku, hingga mata terlelap. Pikiranku melayang mengingat kejadian pagi tadi, mungkin aku memang harus segera mengambil tindakan agar aku bisa fokus pada satu masalah. Dengan rasa sedikit malas, aku membuka beberapa SMS yang masuk kedalam sematponku, ku sentuh lama dan kupilih pilihan hapus semua tanpa melihat isinya. Selang beberapa menit, mataku tertutup dan tenggelam dalam lautan lelah dengan kadar garam kantuk yang sangat pekat.

Pagi hari...

“ARGH! Sial aku kesiangan” ucapku melihat jam di dinding menertawakanku karena aku bangun tepat jarum pendek diangka 10 dan jarum panjang diangka 12

Segeraaku melompat menyambut pagi yang telah terlewati. Cepat, itulah kata-kata yang tepat untuk pagi hari ini. Mandi, membuat mie instan, membuat teh hangat dengan keadaan hanya bercelana dalam yang aku kenakan sedari tadi setelah mandi. Masa bodoh, tak ada orang dirumah! Aku terus beraktifitas, hingga akhirnya aku berlari menaiki tangga dengan dunhill berada ditangan kananku. Dengan masih bercelana dalam, aku membuka website dari kampusku, ku unduh sebuah format dokumen yang aku butuhkan. Segera aku mengetik dan segera mencetaknya sesuai dengan format yang aku unduh. Dengan cepat pula aku memakai pakaianku sembari menunggu cetakan pada printerku.

“Sial, sudah jam 11, argh! Harus lebih cepat lagi!” ucapku kepada diriku sendiri

Segera ku sambar cetakan yang telah selesai, dan kuraih tas punggung yang selalu menemani kuliahku. Dengan sangat tergesa-gea aku mengeluarkan REVIA dan segera menutup pintu garasi. Ku kunci dan ngeeeeeeeeeeng! Secepat kilat motorku melayang, tak pernah ku menghentikannya, motorku melaju dengan kecepatan penuh.

“Fyuh... akhirnya sampai juga” ucapku lirih sambil melihat jam pada sematponku menunjukan pukul 12.15 WIB

Semoga saja masih ada orangnya dan belum pulang, karena hari ini adalah hari yang sebenarnya jika dikatakan aktif juga belum aktif tapi pegawai dan karyawan tetap masuk. Biasanya kalau pulang mereka lebih awal, jadi kali ini aku berharap mereka semua belum pulang. Aku melewati tempat parkir pegawai dan karyawan, untungnya saja masih penuh jadi bisa aku pastikan masih ada orang di gedung jurusan. Segera aku berlari ke gedung jurusan dimana aku biasa mengurus keperluan kuliahku. Sesampainya di dalam gedung jurusan aku kemudian melanjutkan langkahku menuju tempat tujuanku.

Tok... tok... tok... tok... tok...

“iya masuk saja” ucap seorang wanita dari dalam

Kleeeek...

“selamat siang bu” ucapku kepada wanita tersebut yang tak lain adalah bu dian

“Eh... kamu ar, silahkan duduk...” ucap bu dian sedikit gugup

“Maaf bu, mengganggu waktunya saya kesini untuk menyerahkan ini” ucapku sambil menyerahkan ketikan yang tadi pagi aku cetak dan kumasukan dalam stofmap

“Apa ini?” ucap bu dian

“Hanya untuk mewujudkan keinginan bu dian saja” ucapku sedikit santai, yang sebenarnya dalam hati aku sudah benar-benar muak dengan keadaan antara aku dan dia. Perlahan dia memutar stofmap yang aku berikan. Dengan bersandar pada kursinya, dibukanya dan dibacanya dengan sedikit menunduk sehingga aku sudah tidak dapat melihat matanya.

“Sial, lama amat sih wanita ini baca, bukanya formatnya juga sudah sama dan isinyap pun sedikit kok lama sekali” bathinku

Kleeeeeeek... pintu terbuka, aku menoleh ke arah pintu tersebut dan bu erna masuk

“hiks... jahat kamu mas” ucap bu dian tiba-tiba membuatku terkejut, aku menoleh ke arah bu dian tampak air mata menetes di pipinya. Aku terkejut atas responnya. Kenapa malah seperti ini? bukannya dia menginginkan aku untuk pergi kemarin?

“lho, yan ada apa?” ucap bu erna mendekat tepat disebelah bu dian, aku seperti orang ling-lung. Kulihat bu dian menyeka air matanya

“Apa ini?!” ucap keras bu erna, diambilnya kertas itu dan...

Kreeek kreeek kreeek srsrsrk srsrsrsk... kertas itu disobek dan kemudian di remas-remas, dilemparkannya ke mukaku

“Dasar mahasiswa tidak tahu diri! Sudah dibantu kesana-sini malah mengecewakan dosbing kamu!” ucap bu erna dan aku masih terpaku dengan wajah bu dian yang menangis

“Eh... aku... saya... Cuma...” ucapku gugup

“Keluar kamu!” bentak bu erna

“ta.. ta.... tapi bu...” ucapku

“keluar ya keluar!” bentak bu erna kembali

Tanpa bisa membantah aku keluar dari ruang dosen tersebut. Aku tampak bingung dengan ekspresi wajah bu dian yang menjatuhkan air matanya. Aku jadi bersalah ketika otakku mengingat hal yang baru saja terjadi. Aku sangat ingat bagaimana dia marah kepadaku ditelepon waktu itu, dan membuatku menutup teleponnya. Jelas saja, aku tidak ingin mendengar kata-kata bentakan dari dia lagi. Ingatanku kembali memutar sejalan dengan kaki melangkah menjauhi gedung jurusanku. Dengan tenang aku mulai mengingat setiap kejadian yang terjadi padaku adakah yang salah denganku. Dimulai dari bagaimana dia merawatku setelah dikejar-kejar oleh body guard ayah, hingga telepon kemarin pagi. Dari telepon itu jelas dia sangat tidak menginginkanku tapi jujur saja semua yang terjadi di pagi hari bertolak belakang dengan kejadian malam itu. Tapi kenapa dia harus marah-marah kepadaku? Apa salahku? Haruskah aku mencari setiap kesalahanku kepadanya? Wanita-wanita kamu memang benar-benar sungguh membingungkan!

Dalam perjalanan pulang ku tengok sematponku berkali-kali mungkin ada sms yang masuk. BBM? Jelas tidak mungkin aku sudah menghapus kontaknya. Sms? Jelas saja aku juga tidak pernah hapal nomor HP bu dian, bahkan semua sms di inboxku sudah aku hapus. Daripada bingung mikir cewek coba-coba lihat bokep sajalah di internet sudah lama aku tidak melihat film biru semenjak aku sudah tidak pernah bertemu dengan Rahman. sial, dia pasti sedang indehoi disana.

Sesampainya di warung internet, aku mendapatkan bilik yang berada dipojok sendiri dengan tulisan smoking area. Membuka-buka website-website yang yuhuuuuu enak dipandang mata. Maklumlah namanya juga warnet mau pakai internet positif? Kagak bakalan laku dah warnet kalau pakai blokir-blokiran, biasa pengalaman he he he. Lama aku memilah dan memilih film favoritku dari jepang, banyak sekali yang aku download. Ku download tiga film berukuran 500 MB perfilmnya. Lumayan lama aku menunggu, sambil menunggu aku pesan ke operator warnet untuk memesan minuman hangat dan sebungkus rokok dunhill mild. Selang beberapa menit setelah aku kembali ke bilik warnet, operator warnet datang memberikan aku minuman hangat dan sebungkus rokok. Sambil menguap, aku menunggu film yang ingin aku simpan dikomputer rumahku. Dan...

“Ya halo bos, ada apa bos telepon siang?” ucap seorang lelaki disamping bilikku

“Oh, tenang bos, setelah aku selidiki kemarin ke tempat kecelakaan dan bertanya kepada polisi, kecelakaan murni kelalaian pengemudi bos karena ditemukan botol minuman keras di sekitar mobil yang terbakar” lanjutnya, aku mendengarkan dengan seksama

“benar bos, tidak ada kemungkinan kalau itu kecelakaan disebabkan oleh seseorang”ucapnya

“oke, oke bos, segera aku menuju ke tempat tujuan” lanjutnya

“Eh... apakah orang ini ada kaitannya dengan ayah?” bathinku, aku menunggu sebentar menunggu momen yang tepat untuk mengintip laki-laki yang baru saja menelruma telepon

Ting tung... (bunyi billing yang ditutup)

Aku langsung berdiri secukupnya, kulihat seorang lelaki dengan postur tubuh yang lumayan tinggi. Berbaju hitam, kacamata hitam dan kesemuanya penampilan laki-laki ini sangat misterius. Tak berlama-lama aku mengintip dan langsung kembali ke posisiku semula. Berarti benar, dan dapat dipastikan ayah menganggap kematian anak buahnya sebagai kelalaian mereka sehingga terjadi kecelakaan. Tanpa mempedulikan download filmku, beberapa saat kemudian kira-kira 5 menit setelahnya, aku langsung keluar dari bilik dan membayar tapi sial, orang itu sudah keburu hilang dari penglihatanku. Seperti monyet yang kehilangan pisang aku menoleh ke kanan dan kekiri di luar warnet tapi yang aku cari sudah tidak ada. Aku turunkan pantatku tapi tak kuletakan di tanah, dengan posisi jongkok aku masih mencoba mencari orang itu mungkin saja bisa menemukannya. Tiba-tiba sebuah mobil hitam yang aku kenal berhenti di seberang jalan, sedan berwarna hitam yang sudah tak asinng lagi bagiku. Dari mobil itu keluar seorang laki-laki berbaju serba hitam dari pintu dengan sebelah kanan mobil dengan tangan kirinya memegang telepon genggam, pastinya sedang menelepon seseorang. Aku masih dalam posisi jongkok dengan tidak melihat secara langsung orang yang berada di mobil tersebut. Lelaki disamping mobil kemudian melambaikan tangannya ke arahku, merasa lambaian itu mengarah kepadaku reflek tanganku hendak membalas lambaiannya tapi untunglah aku cepat sadar lambaian itu bukan untukku.
“Woi...” suara seorang lelakidari belakangku yang pernah aku dengar, aku menoleh kearah kebelakang. Ya, dia lelaki yang menelepon dari samping bilikku tadi.

“Sori bro, dari kamar mandi” ucap lelaki tersebut dengan langkah cepatnya

Sejurus kemudian lelaki tersebut mendatangi temannya yang berada disamping mobil. Tak lama kemudian mobil tersebut menghilang dari pandanganku. Dan tepat dugaanku, orang itu adalah orang suruhan Ayah dan komplotannya. Karena mobil sedan hitam itu adalah mobil milik om nico. Aku berdiri meninggalkan tempat “BAB” yang nyaman tadi dan berjalan ke arah REVIA yang menungguku disana. Segera aku pulang menuju kerumah dan ingin segera sampai dirumah, dalam perjalananku aku merasa lega dengan identifikasi dari lelaki tadi. Dan yang pasti, mereka mengira itu adalah murni kecelakaan bukan rekayasa.

“Yaelah lampu merah, 90 detik hufth...” bathinku ketika melihat lampu menyala merah dari lampu lalu lintas dari kejauhan. Kuhentikan REVIA tepat di samping kanan sebuah mobil, selang beberapa saat setelah REVIA berhenti aku menyulut dunhill kembali. Tepat setelah aku memasukan korek api kedalam saku jaketku, pintu kaca mobil itu terbuka. Aku menoleh ke arah mobil tersebut...

“Bu Dian” bathinku dengan dunhill nangkring di bibirku

Aku dan dia saling bertatapan, matanya sendu berwarna sedikit merah.

“Jahat!” ucapnya sedikit membentak dan hanya aku yang mampu mendengarnya dan langsung menutup kaca pintu mobilnya

“Bu Dian... bu dian... “ ucapku sambil mengetuk-ngetuk kaca mobilnya, semua orang melihat kearahku tapi aku tidak mempedulikannya. Tapi pintu kaca mobil itu tidak terbuka

Detik-detik berjalan... aku melirik ke arah detik lampu lalu lintas... 10 detik, kaca pintu terbuka

“yes...” bathinku

“Hati-hati” ucapnya dan langsung menutup pintu kaca mobilnya dan pergi meninggalkan aku

“Woi mas, cepet maju!” teriak seseorang, aku baru tersadar kalau lampu sudah berubah menjadi hijau

Segera aku memacu REVIA dan mengejar mobil bu dian. kenapa aku tidak sadar jika mobil yang berada disampingku adalah mobil milik bu dian. Aku terus mengejarnya posisiku masih di belakang bu dian. Tujuanku hanya satu, untuk mengetahui apa alasannya hingga dia bisa meneteskan air mata ketika aku menyodorkan kertas pegantian dosbing. Kulihat lampu belakang mobil bu dian menyala, sangat merah pertanda dia akan berhenti. Segera aku menghentikan laju motorku tepat di samping kanan mobil bu dian.

“Bu Dian... bu dian... tolong dibuka sebentar bu” ucapku sambil mengetuk kaca pintu mobil tapi tak dibukannya. Kulihat samar bu dian hanya menoleh ke arahku sebentar kemudian membuang muka.

Lama aku mengetuk pintu dan beberapa kali aku mendapatkan suara klakson dari beberapa pengemudi kendaraan bermotor. Dan akhirnya kaca pintu mobil terbuka tapi bu dian tidak menoleh ke arahku. Dia memperlihatkan seorang lelaki yang hendak masuk ke mobilnya dan masiih berada diluar mobil terlihat lelaki itu sedang menenteng seseuatu di tangan kanannya, dan dia adalah Anda. Tiba-tiba amarah menguasai diriku. Ketika laki-laki itu membuka pintu mobil bu dian dan belum masuk ke dalam mobil.

“Sini nda, masuk sini, panas kalau diluar” ucap bu dian yang terlihat memanjakan laki-laki itu dan dikeraskan seakan-akan dia ingin menunjukan kepadaku

“Dasar suka pamer!” ucapku sedikit keras dan dia langsung menoleh ke arahku

Tanpa menunggu momen anjing, momen sialan, momen kampret momen apalah! Yang akan terjadi selanjutnya. Aku langsung menarik gas REVIA dengan sangat dalam. Setiap motor yang aku dahului tepat disampingnya selalu aku tarik gas REVIA dalam dengan sedikit aku injak perseneleng motorku sehingga akan terdengar bunyi mesin motorku yang menderu-nderu. Aku sudah tak menghiraukan apa yang akan terjadi setelahnya, aku tancap gas tanpa melihat spion dibelakangku. Hingga ketika aku berada disebuah jalan menuju rumahku sebuah motor bertuliskan NINJA dengan dua orang diatasnya menghadangku didepan dan aku berhenti.

“BAJINGAN! MAU SOK JAGO KAMU!” teriak seorang lelaki yang turun dari NINJA beserta seorang lagi, aku diam. Ketika dua orang itu semakin dekat, aku turun dari REVIA.

Langsung aku tendang perut lelaki tersebut dan aku beri dia lututku. Seorang lagi yang berada dibelakang mencoba menyerangku dengan pukulan tangan kanan, segera aku hindari dan langsung aku beri upper cut tepat pada dagunya. Dua orang tersungkur, kulepas helmku ketika satu orang yang aku tendang tadi berdiri langsung aku beri ayunan helm SNI-ku. Dan seorang lagi aku beri telapak kakiku. Kulihat dua orang cecunguk ini kesakitan, aku tersenyum kemudian kembali ke REVIA. Kujalankan REVIA perlahan dan tepat disamping mereka.

“terima kasih untuk hiburannya, kalau mau cari aku, Arya Mahesa Wicaksono, si koplak” ucapku dan kedua orang itu yang kesakitan sedikit terkejut ketika mendengar namaku.
 
Segera aku tinggalkan mereka berdua dan melanjutkan perjalanan hingga kerumahku. Sesampainya di rumah, Kudapati mobil ayah di rumah dan dengan santai dan normal aku masuk kerumah. Kulihat Ibu sedang memasak didapur dan menyambutku dengan senyuman, sedang ayah sedang menonton televisi. Aku kemudian salim kepada ayah dan ibuku, tanpa berlama-lama aku kemudian membantu ibu didapur. Hingga malam tiba, aku dan ibu kini berada di teras rumah sambil mberbincang-bincang karena ayah berada diruang TV. sambil membuka pintu depan rumah agar aku dan ibu bisa tahu kegiatan ayah didalam.

“Mau cerita sayang?” ucap ibu, aku mengangguk dan menceritakan semua dari awal hingga akhir

“Iya, dia memang orang yang malam itu akan memperkosa ibu tapi kamu pukul balik. Sebenarnya setelah kejadian itu selang beberapa hari dia menelpon rumah dan meminta maaf kepada Ibu, Ibu memafkannya karena Ibu memandang kakek yang selalu dibantunya selama menjabat menjadi kepala daerah. Dan...” ucap ibu terputus

“dan apa bu?” ucap ibu

“mengenai kakek Tian” bisik ibu, yang kemudian mendekat kearahku. Kami berdua bersama-sama memandang pintu rumah kalau-kalau ayah datang.

“memang benar apa kata Media, sampai sekarang mayat kakek kamu tidak pernah diketemukan. Nenek-nenek kamu dan juga om tante kamu yang seumuran dengan kamu itu tidak pernah kelihatan batang hidungnya. Apakah mereka mati atau menghilang tidak ada yang tahu”

“perumahan ELITE itu milik nenek kamu, dan perlu kamu tahu satpam di perumahan elite adalah loyalis kakek kamu. jadi ketika kamu main kerumah kekasih kamu itu kakek dan nenek kamu tahu. Ibu juga sudah menceritakan sepak terjangmu kepada kakek kamu, ada baiknya kamu bertemu dengan kakek kamu sayang” ucapnya berbisik

“Kekasih? Lupakan! Dan untuk berbicara dengan kakek... Tidak bu, aku tidak ingin kakek terlibat. Cukup aku dan koplak” bisikku

“tapi, kamu butuh bantuan kakek karena ibu tidak ingin kamu bertindak sembarangan seperti malam itu” balas ibu berbisik

“mungkin nanti kalau waktunya sudah tepat bu” bisikku

“oia bu, kapan ibu dan keluarga berlibur? Karena arya khawatir akan keselatan kalian semua” bisikku

“besok lusa, ibu akan kembali kerumah kakek lagi karena ayahmu tadi bilang akan pergi dinas lagi dan menyuruh ibu kerumah kakek. Tapi ibu menolak kalau kerumah kakek, karena kakek sekarang masih dirumah tante ratna yang lebih aman” bisik ibu

“hmm....” aku kemudian termenung setelah ucapan ibu terakhir, pandanganku kosong melihat kearah teras rumah

“dian ya? Kamu terlalu gegabah sayang” ucap ibu dengan nada biasa karena sudah tidak membahas mengenai ayah

“eh... apaan sih ibu itu” balasku

“wanita marah kan ada sebabnya, makanya kamu pelajari dulu jangan asal ambil keputusan. Laki-laki itu punya logika,belajar dong... Wanita dimana-mana inginnya dimengerti jadi kamu itu harusnya lebih bisa bersabar” ucap ibu menasehatiku

“bodoh amat mikirin wanita jutek itu” balasku

“tapi kamu suka kan? Kamu ndak bisa membohongi ibu sayang” balas ibu

“bodoh ah, arya ngantuk” ucapku sambil berdiri dan langsung tanganku dipeluk ibu

Aku dan ibu kemudian masuk ke dalam rumah bersama-sama tak lupa kami menutup pintu. Layaknya seorang kekasih yang berjalan menyusuri lorong dalam rumahku. Sesampainya di ruang TV, kulihat ayah sudah mendengkur dengan sangat keras.

“sayang, perut ibu mulas, kayaknya beberapa hari lagi datang bulan. Ibu pengen itu tuh” ucap ibu sambil menunjuk ke arah selangkanganku

“he he he” balasku tersenyum

“tapi disini disamping bajingan itu, ibu tambah puas kalau sayang memuaskan ibu disampingnya” ucapnya

“ibu nakal ya” ucapku sambil tanganku menyibakan rok dan menyentuh vagina yang masih terbungkus celana dalam

“basah?” ucapku

“ibu sudah kangen kamu, pengen langsung dimasuki” ucap ibu tanpa basa-basi dan kami langsung berpagutan disamping sofa tempat ayah tertidur

Kedua tanganku melingkar dan meremas kedua bongkahan pantat ibu. kubalik tubuhnya menghadap kearah ayah. Ibu menoleh kearah belakang dan kami kembali berpagutan, tanganku beralih meremas kedua payudara seksi nan besar ini. ciuman kami semakin ganas membuat tanganku kehilangan kendali dan mulai mereas lebih brutal lagi.

“Mmmmmhh.... mhhhh.... mhhh...” suara dari mulut ibu yang tersumbat oleh bibirku

Kutarik keatas kaos yang lumayan ketat ini ke atas, terlihat kedua susu ibu yang masih terbungkus BH. Kembali tanganku memainkan aksinya dengan meremas lembut susu yang terbungkus BH ini. sambil menggoyang-goyangkan pinggul menabrakan dedek arya yan masih terbungkus rapi, tangaku terus meremas kedua susu ibu. kutarik kebawah penutup susu ibu sehingga susu ibu masih ditopang oleh BH-nya. Kumainkan puting itu dengan kedua tanganku, dan tetap sambil berciuman disamping sofa menghadap kearah ayahku yang sedang mendengkur. Kualihkan tangan kirku kebawah dan menyingkap rok ibu keatas, kutelusupkan tangan kiriku kedalam celana dalam ibu.

“Ayo sayang ibu sudah kangen, jangan dimain ehhh kan terus masukhhh kan...” ucapku

“tempik ibu sudah ndak tahan ya? Kontol arya juga muach” ucapku sambil mencium pipi ibu

Ku dorong ibu kedepan sehingga kedua tangnnya berada dipinngir sofa mmenopang tubuhnya menghadap ke ayah. Segera aku lorotkan celana dalam ibu kebawah hingga ke pahanya, dengan cepat aku tarik celana kolorku sekaligus celana dalamku. Kubuka pantat ibu, Lidahku menjulur dan menyapu vagina ibu.

“arh... sayang... ibu ingin kontolmu, kenapa owh... cepat masukan lidahmu... ergh... mainkan sesukamu... ergh... mmmmmhhhhh... sayang kontol sayang cepetan sayangku... jangan arghh arghhh“ racaunya

Aku menjilati setiap nanometer vagina ibu dengan jari tanganku masuk dan mengocok bagian dalam vagina ibu. Ibu semakin meracu, dengan satu tangannya dia menutupi mulutnya tepat di depan ayah yang masih mendengkur keras. Aku kemudian berdiri dengan satu tangan masih mengocok vagina ibu dan satu tanganku yang lain melorotkan celana kolorku beserta celana dalam. Kedua tanganku membuka pantat ibu, ibu tahu bahwa aku sudah siap untuk menghujamkan dedek arya kedalam.

Kuarahkan dedek arya ke liang vagina ibu,karena sudah sedikit basah perjalanan dedek arya mungkin lebih mudah. Sebagian kepala dedek arya sudah mulai membuka jalan untuk mempermudah tubuhnya masuk kedalam liang senggama ibu.

“yah... akhirnya kamu masukan kontol kamu sayang... kontol anakku didepan tempikku... yah sayang tekan sayang... pelaaaannhhhh...” racau ibuku ketika sebagian dari kepala dedek arya sudah mulai masuk kedalam liang vagina ibu

“ough... bu tempikmu memang nikmat, sangat sempit, kamu memang benar-benar indah bu... sangat indah tempikmu memberikan tekanan hebat untuk kontol anakmu bu” ucapku

“ibu merawatnya hanya untuk kamu sayangku, selama ini baru kamu yang paling sering memuaskan ibu dan membuat ibu selalu orgasme, lebih dalam lagi pelan... pelan sayang ugh... mmmhh...” ucap ibu seiring dengan dedek arya masuk kedalam vaginanya, kubungkukan tubuhku dan langsung kupeluk perut ibu

“sekarnag ibu katakan semua yang ada didalam hati ibu, dalam pikira ibu, arya ingin mendengarnya, jangan pernah dikatakan dalam hati bu...” bisikku di telinga ibu yang memejamkan manta ketika bisikanku membelai telinganya

“Ah... sayang... anakku... kamu memang pintar membuat ibu puas, apalagi kontol kamu yang selalu membuat ibu keluar terus-terusan” ucap ibu, tanganku kemudian melingkar di payudara besar ibu sambil meremasnya pelan

“Arghh... yah begitu sayang, ibu paling suka kalau puting ibu kamu mainkan” ucap ibu

“benarkah bu? Kenapa ibu selama ini tidak pernah bilang sama arya? ibu kok gitu sih sama arya?” ucapku yang kemudian menarik puting susu ibu kebawah dan menggoyangnya kekanan dan kekiri

“Aishhh.... erghhh enak banget seperti itu mainkan terus... arghhh... maafkan ibu sayang tapi lebih keras lagih ouwh... terus sayang hukum puting ibu kamu sayang... arghhh...” racaunya

“jadi ibu suka dimainkan putingnya atau disodok sama kontol tempiknya bu?” ucapku menggoda ibu

“arghh... dasar erghh anak nakal menggoda ibu, ibu mohon mainkan puitng ibu dan goyang pinggulmu sayang” ucap ibu

“didepan suamimu bu?” godaku

“He’emmmhhhhh... goyang dan setubuhi ibu didepan ayahmu yang bajingan itu oughh....” racaunya semakin menjadi-jadi

Tanganku kadang memlintir puting susu ibu, kadang tanganku meremas susu besarnya itu dengan keras. Pinggulku bergoyang terus menerus mengikuti alunan nafsu birahi kami berdua. Dinding vagina ibu memang selalu sempit karena ibu selalu merawatnya. Inilah yang membuat aku lebih suka bermain seks dengan ibu, jepitan vaginanya selalu bisa membakar birahiku. Pemandangan tubuh ibu dengan kaos yang terangkat keatas dan rok yang tersingkap hingga pinggangnya membuat aku semakin bernafsu. Tanganku berpindah ke kedua pantat indahnya dan kubuka lebar sehingga bisa lebih jelas lagi melihat vagina ibu disodok-sodok oleh dedek arya. terlihat lubang lain dan membuatku memasukan jempol ke anus ibu.

“Erghh... afthhh.... anus ibu kamu apakan... aghhh...” racaunya

“tapi enakan kan bu?” Ucapku masih sambil menggoyang dedek arya

“he’em... argh kedua lubangku dimainkan anakku, kamu ini sungguh memalukan tapi sangat enak sayang... enak sekali... ibu suka kamu perlakukan seperti ini, oughhh sayang buat ibu semakin liar lagi dihadapan kamu... ibu ketagihan kontol anak ibu, ketagihan kontol arya anakku ough” racau ibu

“yah begitu bu, keluarkan semua yang ada didalam pikiran dan hati ibu jangan di bathin bu” ucapku yang semakin menggila dalam menggoyang pinggulku

“Argh sayang ibu... ough ibu hampir dekat, lebih keras lagi sayang lebi keras buat ibu keluar di depan bajingan itu” racau ibu membuat aku semakin menggila lagi

“Erghhhhhhhhh....” teriaknya

Tubuhnya langsung jatuh kebawah dengan tangan masih berpegang pada pinggiran sofa, kening disandarkan pada pinggiran sofa. tubuhnya jatuh kebawah dengan lutut tertekuk, aku yang menyadari hal itu iku menurunkan pinggulku dan kini aku duduk bersimpuh. Kurasakan secara perlahan

“ah... ah... ah... kamu lebih hebat dari ayahmu sayang... kamu selalu egh egh egh buat ibu orgasme” ucapnya pelan, terdengar suara dengkuran ayahku yang keras mengiringi kegilaan kami. Kupeluk ibu, kucium tengkuk leher belakang ibu membuat tubuh bagian depan ibu semakin menggatung.

“arya juga suka bu, lama sekali tidak melihat ibu seperti ini” ucapku

“Jadikan aku pekerja seksmu sayang, ibu ingin jadi wanita pemuasmu, ibu mau kamu suruh melakukan apapun, dimanapun ah ah ah ah... tubuh ibu milikmu, suruh tubuh ibu untuk melayanimu sesuka hatimu semaumu, ibu mauhhhh owhh... ibu ingin merasakan kegilaan dengan kamu sayang lebih gila lagi... buat tubuh ini mengikuti perintahmu owh...” ucapnya

“baik bu, arya akan membuat ibu lebih puas malam ini” ucapkku sambil mencabut dedek arya yang mansih menancap di vaginanya dan kuarahkan ke anus ibu

“ah sayang istirahat dulu erghhhh” ucap ibu sambil menahan rasa sakit ketika dedek arya mulai menancapkan kukunya ke dalam anus ibu

“Kalau istirahat mending ndak usah diteruskan!” ucapku sedikit keras

“tidak sayang, teruskan sayang ibu kuat masih kuat, ayo sayang, masukkhhhhan lebihhhh dalammmhhhh erghhhh” ucapnya dan bles semua batang dedek arya masuk kedalam anus ibu

“ough sungguh nikmat dan sungguh sempit anusmu bu, tidak kalah dengan tempikmu yang wangi itu” ucapku

“pasti sayang, semua milikmu, milik ibu adalah milikmu erghhh... “ ucap ibu sambil menoleh sedikit kebelakang

“jangan dilihat sayang, ibu malu” lanjutnya

“kenapa malu ibuku sayangku, arya sudah lihat semua punya ibu” ucapku

“ibu maluhhh oghhh... mhhh... malu sayanghhh lihatnya jangan kaya gitu mmmhhh” ucap ibu yang aku teruskan dengan sodokan di anus ibu

“ibu makin lama makin nggemesin deh muach” ucapku

Aku menggoyang pinggulku, mengeluarkan dan memasukan dedek arya di anus ibu. Sebenarnya agak sedikit jijik bagiku tapi keliaran ibu setiap kali bertemu, bermain dengan semakin bertambah membuat aku semakin tergila-gila dengan tubuh putih langsing yang dihiasi oleh payudara besar “Big Tits”.

“oh sayang terus sayang lebih keras lagi, ibu ingin lebih dari kamu sayang ah ah ah ah... seks ya seks dengan kamu lebih kuat lagi ahhh sssss... fuck me harder honer more give me more honey... eh eh eh ehh...” racaunya

“ibu ah... ucap semuanya bu, wanita anggunku wanita yang selalu berkebaya sekarang aku kenthu kamu sayang, arya suka kenthu ibu oh yah...” balasku, tangan kananku kemudian melingkar dan memainkan klitoris ibu. posisi ini berlangsung cukup lama.

“ahh... ibu ingin lebih sayang oh... lebih keras lagi sayang emmhh... kontol ya kontol kamu Cuma kontol kamu yang ibu mauhhhh ohhhh...”

“sayang sayang.... mmmmmhhh egh egh egh egh” ucapnya dan kemudian tubuhnya mengejang beberapa kali

Tampak cairan keluar dari vagina ibu, dan kutarik dedek arya dari anus ibu. lubang anus ibu tampak terlihat lebih terbuka dengan tubuhnya masih mengejang beberapa kali. kupeluk perutnya dan kutarik kebelakang. Aku duduk di belakang ibu dengan ibu yang duduk dengan kaki tertekuk kebelakang. Kucium lehernya serta kuremas-kuremas susu ibu yang besar ini

“Ibu, jangan keras-keras nanti bajingan itu bangun sayang mmmmh” ucapku sambil menjilati leher ibu

“Erghh eh eh eh... masa bodoh dengan bajingan itu yang penitng adalah kamu bersama ibu, dan itu yang membuat ibu selalu ingin lebih dari kamu sayang” ucap ibu

“tambah sayang dan cinta sama ibu” ucapku

“Ibu juga ingin merasakan seperti yang dirasakan ima, ibu ingin lebih kadang ibu juga ingin menjadi pelacur kamu yang selalu kamu beri kepuasan dan memberimu kepuasan sayang” ucap ibu

“ibu jangan gitu ah, ibu ya ibu, masa...” ucapku terpotong

“ndak papa kan sayang, hash hash hash hanya dengan kamu ibu seperti ini. setiap kali jauh dari kamu ibu bisa mengontrol diri ibu, bahkan kehidupan ibu adalah kehidupan normal. Tapi setiap kali sampai dirumah ini ataupun ditempat lain dan itu ada kamu sayang. Susu ibu selalu mengeras dan tempik ibu gatal ingin sekali rasanya digaruk oleh kontol kamu, dan ibu tidak bisa mengendalikan tubuh ibu ketika kamu berada disamping ibu” ucap ibu

“benarkah itu bu?” tanyaku

“benar sayang, ibu ingin menjadi pemuasmu, pelacurmu, kekasihmu, istrimu, jadi sayang... jangan biarkan ibumu kering ketika ibu bersamamu” ucap ibu menoleh kebelakang dan mencium bibirku

“sayang, tunjukan bahwa kamu adalah rajaku yang selalu membuatku tunduk kepadamu” ucap ibu membuatku semakin bergairah, kumainkan puting susu ibu

“pasti bu akan aku jadikan kamu sebagai pelayan seksku dan akan kupuaskan dirimu” ucapku

“ahh... ya sayang katakan sesukamu, ibu menginginkan lebih dari kamu, i want more sex with you honey, more with your dick!” ucap ibu

“okay mom, i’ll give it more and i will hit your pussy harder!” balasku

“tapi ibu pipis dulu ya?” ucap ibu, dan aku tersenyum

Grook grook groook... suara dengkuran ayah yang tak pernah putus

“nanti dulu bu” ucapku yang kemudian berdiri dan mengangkat kursi makan.

Aku letakan kursi makan itu disamping dapur menghadapa ke arah ayah. Aku berjalan ke arah ibu yang menghadap kearahku, ku ulurkan tanganku dan diraihnya tanganku oleh ibu. kupeluk tubuhnya dari belakang dan kutarik mundur hingga aku duduk dikursi makan dan ibu masih dalam posisi berdiri.

“Ayo bu masukan kontol arya ke tempik ibu” ucapku

“tapi ibu mau pipis dulu sayang” ucap ibu yang berdiri membelakangiku dan sedikit membalikan tubuhnya untuk melihat kearahku. Kedua tangannya bersedekap menahan susu besarnya.

“Ayo sayang, arya Cuma ingin memuaskanmu, apa kamu mau menolaknya?” ucapku

Ibu tersenyum mendengar perkataanku, di dorong pantatnya ke belakang dan diarahkannya dedek arya ke vaginanya. Kurapatkan pahaku sehingg masih ada sisa tempat duduk sedikit di samping pahaku, kutarik kebelakang ibu dan kesua kakinya aku kangkangkan dengan kedua tanganku.

“ergh... sayang... kontolmu mencapai mulut rahim ibu ahhhh” desahnya

Kubuka kakinya semakin lebar dan kuarahkan kedua telapak kakiknya disamping pahaku. Kedua tangan ibu memegang kepalaku. Dan tangan kiriku meremas susunya sekaligus memainkan puting susu ibu yangn menegang tangan kananku memainkan klitoris ibu.

“ayo bu digoyang, bergoyanglah ibu, ini akan menjadi pengalaman ibu yang tak terlupakan” ucapku, dan ibu mulai menggoyang pinggulnya memompa dedek arya

“tapi... ugh... ibu mau pipis duluhh ohhh ibu mhoon sayanghhh...” ucapnya

“pipis saja, pipis didepan suaminmu itu, pipis didepan bajingan yang menelantarkanmu, ayo sayangku cintaku, ibu pasti akan lebih puas jika pipis dihadapannya dengan posisi disetubuhi oleh anak kesayangan ibu” ucapku

“oh... ya.. sayang ibu mau... ibu mau oh... ibu ingin pipis dihadapan dia, ah... ah... ah.... ah.... kontolmu terasa lebih dalam dan masuk kerahim ibu oh... oh... inikah rasanya seks... aku ingin lebih lagi sayang, buat aku merasakan semuanya... oh... oh... yah... aku ingin pipis...” teriak ibu tertahan

Dihentakannya keras kebawah pinggul ibu dan tubuhnya melengking kebelakang. Tangnnya memeluk erat kepalaku.

Crrt.. crrt... crrt...

Air seni ibu keluar tapi tertahan dengan dedek arya yang menancap di vagina ibu. Terus mengalir, membuat suasana hening dan hanya suara jatuhnya air seni ke lantai. Kedua tanganku menarik puting susu ibu kedepan sehingga membuat ibu melenguh lagi.

“egh... egh... egh... egh... egh... sayang... ibu puas, ibu ingin lagi... jangan pernah lepaskan kontol kamu dari tempik ibu... oh... jujur saja ibu jadi ingat cerita kamu tentanng ima... apakah dia juga melakakukannya dengan liar, dan lebih liar seperti ini?” ucap ibu membuatku terhenyak. Kupeluk erat tubuhnya dan kurebahkan kepalaku dipunggungnya, kedua tangan ibu layu disamping tubuhnya.

“bu, arya tidak ingin ibu seperti tante ima, dan arya tidak ingin memperlakukan ibu seperti tante ima. Apakah ibu ingin merasakan kontol lain seperti tante ima itu?” ucapku sedih

“tidak sayang, hanya ingin fantasi seks dari kamu yang lebih lagi dan lagi... bolehkan?” ucap ibu

“tapi tidak main diluar dengan kontol lain, ibu harus jujur sama arya!” ucapku semakin erat memeluknya

“iya sayang iya, kamu yang terakhir.... ayo dikeluarkan, kamu belum mejuhin ibu sayangku” ucap ibu

“he’em...” ucapku,

Aku berdirikan ibu, kurahakan tubuh depan ibu kemeja dapur dan kurebahkan diatasnya. Posisi ibu menungging dengan kaki dibawah sedikit berjinjit. Susunya tergencet oleh tubuhnya dan vaginanya sejajar dengan dedek arya. Kumainkan dedek arya dipintu vagina ibu

“Ayo sayang goyang kontol besar kamu itu, tunggu apa lagi... tempik ibu sudahpenuh dengan kotnol kamu” ucap ibu

Grook grook groook grook... suara dengkur ayah menghiasi persetubuhan kami

Goyangan pinggulku mulai memompa dedek arya di liang vagina ibu. suara derit meja dapur tak bisa dihindarkan, apalagi mellihat susu besar ibu tergencet oleh meja dan tubuhnya membuat aku semakin berimajinasi liar. Tak terbendung lagi...

“ibu suka kontol ini kan? Ayo bu bilang bu? Ibu ingin kontol anak ibu terus di tempik ibu kan?” ucapku sedikit keras

“iya ahhhh iya sayang ibu ingin kontol kamu... ibu mau kontol araya anak ibu, ohhh yahhh... ibu mau di kenthu kontol kamu terus... aahhh... benar kontol kamu besar, rahim ibu kena kepala kontol kamu ohhh... ya ibu suka ini, ibu suka kamu sodok dari belakang... ayo pompa terus vagina ibu sayangku... penuhi vagina ibu dengan pejuhmu sayang ohh... yahhhh” racaunya

“yah terus bu teruslah meracau arya suka sekali ohhh yahh terus tempik ibu menjepppphhhit kontol arya... sangat licin dan semphiiiittt” rcauku sambil terus menggoyang

“yah sayang terus oghhh... enak sekali kontol kamu didalam tempik ibu ouh yah terus penuh sekali besar sekali... sangat keras didalam sayang... lebih keras ibu... ibu... ibu... mau.” Racaunya

“aku juga bu, bersama-sama...” ucapku

Hingga akhirnya aku hentakan dan tekan keras kedalam liang vagina ibu, tubuh ibu melengking. Kusirami rahim ibu dengan spermaku, selang beberapa saat terasa cairan hangat dari dalam vagina ibu. aku memeluk tubuh ibu dan mencium rambutnya, kuelus-elus rambutnya untuk memeberikan rasa nyaman baginya. Kucabut dedek arya yang masih setengah tegang dari lubang vagina ibu dan kutarik kursi yang tadi aku pindah. Aku duduk dan melihat ibu menikmati sisa-sisa kenikmatan kami berdua. Cairan mengalir dari paha ibu, selang beberapa saat ibu mendekatiku dan duduk bersimpuh dibawahku. Diraihnya dedek arya, lidahnya menjulur menjilati batang dedek arya dengan wajah kepuasannya.

“dibersihkan... dikulum juga bu...” ucapku yang seketika itu dimasukannya dedek arya ke dalam mulutnya

Aku menengok kebelakang ke arah ayah yang masih tertidur pulas, entah yang kupikirkan saat ini adalah dia dalam pengaruh obat tidur. Karena suara kami berdua ketika bercinta lumayan keras dan dia tidak terbangun sama sekali. Setelah bersih aku disuruh ibu segera mandi dan bersih-bersih, ibu merapikan pakaiannya dan membersihkan lantai dan juga tempat-tempat cairan kami tumpah. Selesai mandi, aku keluar dari kamar mandi dan kudapati ibu berada didepan kamar mandi dengan memeluk pakaianyang dibungkus handuk. Aku peluk dan kucium bibirnya beberapa saat yang kemudian ibu masuk kamar mandi dan aku pergi ke kamarku. Setelah berganti pakaian, selang beberapa saat aku dengar kamar mandi terbuka dan ku intip dari pintu kamarku. Ibu berjalan keluar mengenakan kaos ketat dan celana payet, ibu melirik keatas dan terseyum kepadaku. Benar-benar seksi wanita ini. Ibu berlalu dan masuk kedalam kamar, aku keluar dari kamar kulihat ayah masih terbius dengan tidurnya. Aku kembali kekamarku dan saatnya untuk tidur.
 
Pagi menjelang, tepat jam 04.30 aku terbangun dari tidurku. Seluruh tubuhku terasa sangat pegal dan jam dinding di dinding seakan menertawakanku dengan detak detiknya. Kuelus keras leherku yang terasa sangat pegal, tak lama kemudian aku bangkit dan turun kebawah kulihat ibu sudah berada didapur sedangkan dengkuran masih terdengar dari ayahku. Ibu menoleh kearahku dan tersenyum kepadaku sambil menggenggam gelas air putih.

“pagi ibuku sayang... hoaaaam....” ucapku sembari memeluk ibu dari belakang

“iiih pagi-pagi kok sudah main peluk, ibu mau minum dulu” ucapnya, melihat ibu kemudian menenggak pil kedalam mulutnya

“pagi-pagi sudah minum obat to bu” ucapku

“ini jamu, biar kamu ndak jadi bapak dari adikmu sayang...” ucap ibu

“heh... fyuuuuh... “ aku terkejut kemudian lega

“hi hi hi kalau mau jadi bapak ya ndak papa, nanti sehabis kamu kenthu ibu, ibu ndak minum ini lagi” ucap ibu

“iiiiibuuuuuuuu...” ucapku manja

“iya... iya... ibu kan sudah bilang kalau rajin minum jamu biar tambah singset dan menggairahkan buat kamyuuh sayanghhh mmmmm cuuuuup...” ucap ibu yang berbalik kemudian mencium bibirku

“bu hari ini acara ibu apa?” tanyaku

“hmm... paling ya apa ya, Cuma main ke tetangga sebelah karena tetangga ada yang hajatan” ucapnya dengan memandang ke atas sambil satu jarinya mengetuk-ngetuk dagunya

“tapi jangan pakai pakaian ini lho bu” ucapku dengan nada cemburu, ibu pagi ini memakai kaos lengan panjang hanya saja bahunya dan sebagian dadanya terlihat. Kaosnya sangat ketat pada bagian tubuhnya sehingga payudaranya sangat menonjol apalagi putingnya kelihatan banget kalau ibu ndak pakai BH. Tapi pada bagian lengannya begitu longgar, huft ditambah ibu memakai celana yang bisa dikatakan celana dalam. So sexy!

“hi hihi cemburu nih yeee.... hi hi hi ya enggaklah, ibu pakai pakaian kaya gini juga kalau ada kamu saja, ntar kalau dia bangun, ibu juga langsung ganti pakaian yang lain. Malas banget ibu makai pakaian seksi kaya gini tapi dia yang lihat rugi, ibu kan beli online Cuma buat kamu sayang hi hi hi” ucap ibu menggodaku

“hmm... berarti boleh arya buka dong...” ucapku

“berani? Sudah pagi lho ntar ndak selesai-selesai kalau ibu mau-mau saja...” ucap ibu

“ntar saja lah... oh ya bu, itu manusia kok ngorok mulu?” ucapku

“ya iyalah ngorok, dikasih obat mau tadi malam kamu teriakpun juga ndak masalah dia ndak bakalan bangun. Mungkin dia akan bangun nanti siang hi hi hi” ucap ibu

“arya mau mandi dulu bu” ucapku

“mandi sendiri atau dimandiin sayang?” ucap ibu

“butuh jawaban bu?” ucapku tersenyum dan mengecup bibirnya

Jadilah pagi ini aku dimandikan ibu, punggungku digosoknya dengan payudara yang besar ini. Bahkan dedek arya mendapat servis tangan dari ibu. begitupula sebaliknya, aku juga memberika servis pada ibu tapi semuanya masih dalam batasan memandikan tidak sampai salah satu dari kami mengalami orgasme. Setelahnya, aku dan ibu keluar dari kamar mandi tepat ketika kami berada didepan pintu ayah terbangun dengan sangat berat dan mungkin bisa dikatakan belum sadar sepenuhnya. Ibu langsung jalan dengan santai menuju kamar tamu, sedangkan aku kembali ke kamarku. Entah kenapa ibu masuk ke kamar tamu.

Hari menunjukan pagi hari, aku turun bersiap-siap untuk sarapan dan main dihari ini. ibu sudah siap menyambutku di meja makan sedangkan ayah?

“dia tidur lagi tadi sayang, mungkin mimpi kalah judi hi hi hi” ucap ibu santai

“ouh... lha ibu kok tadi masuk ke kamar tamu? Ndak ke kamar ibu?” ucapku

“iiih kamu, ibu kan nyimpen pakaian khusus kamu di kamar tamu bukan di kamar ibu, bisa-bisa nanti ibu disuruh melayani dia! Ndak mau... kontol punya dia ndak pantes masuk ke tempik ibu hi hi hi” ucap ibu

“tapi punya arya pantes ndak bu?” godaku sambil mengelus paha ibu

“ndak... ndak pantes kalau ndak sering hi hi hi” ucap ibu

“berarti harus sering-sering ya bu?” ucapku

“he’em hi hi hi” ucap ibu

Kami kemudian bercanda hingga matahari sudah mulai memanas, tepat pukul jam 08.30 aku keluar rumah begitu pula dengan ibu yang kemudian main kerumah tetangga. Jujur saja payudara besar ibu tampak sangat apa ya? Kecil atau datar? Ketika aku tanyakan kepada ibu, ibu memakai korset agar tidak mengundang nafsu. Ah... pintar sekali wanitaku ini dalam mejaga miliku he he he...

Diatas bebek berwarna merah dengan sedikit hitam di bodinya aku melaju dengan kecepatan penuh. Penuh? Mungkin bisa dikatakan seperti itu. Aku mencari suasana baru karena ibu sedang sibuk dengan tetangga sebelah rumah. Daripada cokli dikamar karena nunggu ibu mending hang out sajalah. Ku putar-putar motorku disekitar kampus, entah kenapa hatiku walau terasa sedikit sakit karena hal kemarin tetap saja aku ingin melihatnya. Mulut bohonng tapi hati tidak, tubuhku mengikuti kata hatiku. Hingga akhirnya aku berada di kampus, sudah mulai sedikit ramai jika di bandingkan kemarin. Ya karena mungkin ini mendekati akhir dari liburan, jadi banyak yang sudah mulai berdatangan dan sok pintar sehingga main ke kampus.

“Woi bro... lama tak jumpa!” teriak seorang dengan tangan melambai, Rahman.

“woi kang, dari mana saja? Baru kelihatan?” teriakku kepada rahman yang disampingnya ada dua cewek. Kayaknya aku kenal dengan mereka.

“he he he biasa bro... nih lihat” ucapnya sembari memeluk dan bola matanya bergoyang ke kanan dan kekiri

“Hai ar, lama ya ndak jumpa?” ucap cewek disamping kanan rahman

“pasti lupa tuh” ucap seorang lagi yang disamping kiri rahman

“bentar-bentar... aku benar-benar lupa... maaf ya” ucapku

“yaelah... bro... bro... sama cewek cantik dan seksi kaya gini kok lupa, ana sama lestar bro...” ucap rahman

“ana? Lestari? Bentar...” ucapku sambil mengingat

“temen kos ajeng ar, kamu sih ndak pernah main ke kos jadinya lupa” ucap ana

“iya sombong mentang-mentang dah mau lulus” ucap lestari

“oh iya iya lupa lest, an maklum ndak pernah ketemu sama kalian berdua, tapi kok... hmmm...” ucapku sambil mengelus-elus daguku dan langsung aku tarik si rahman menjauhi mereka

“kang, itu kenapa dua cewek sama kamu?” ucapku

“yaelah, itu baru dua brother, belum yang dirumah baru ane... si Dwi sama septian terus ina mereka berlima akur kok kalau dirumah ane. Ditambah lagi mama ane, jadi tambah hot dirumah baru ane” ucap rahman

“maksudmu?” ucapku

“ya gimana ya ar, kalau Cuma mama ane ndak bisa ar menuhin kebutuhan kokon ane, eh ane ingat mereka berlima ane ajak aja kerumah baru ane dan ane suruh tinggal disitu mereka mau. Ssstt.. mereka selain butuh uang sudah tergila-gila sama kokon ane ar. Tapi saat itu... “ ucap rahman

“tapi apa?” ucapku

“tapi mereka akhirnya tahu mengenai hubungan ane dan mama. Awalnya mereka terkejut but you know! Aku punya enam istri broooooo... ha ha ha ha entar yang ane resmikan lima yang satu ndak bisa he he he he” ucap rahman santai

“kamu benar-benar .... mantabz dah!” ucapku tak bisa menyalahkannya, aku juga pernah merasakan tubuh ibunya

Aku dan rahman kemudian berjalan-jalan ke kampus bersama lestari dan ana. Mereka tampak mesra sekali, yang membuatku sedikit heran adalah kedua perempuan itu tampak akrab dan akur sekali. Rahman sudah tidak memikirkan mengenai skripsinya lagi, dia sangat beruntung dosbingnya perempuan dan tergila-gila dengan kokon-nya. Bagaimana dengan aku? Masa bodohlah. Rahman seperti halnya guide yang memperkenalkan kampusnya kepada ana dan lestari sedangkan aku disini adalah obat nyamuk, benar-benar obat nyamuk apalagi setipa kepulan asapku berada disekitar mereka. kami kemudian duduk-duduk ditaman fakultas di bawah pohon yang rindang. Rahman menjauhiku karena... dasar ndak tahu tempat! Walau Cuma kissing sih. Aku duduk di bawah pohon yang sangat rindang dengan suasana menjadi semakin membuatku merasakan ngantuk dengan hembusan-hembusan angin yang sepoi-sepoi.

“Ar...” ucap seorang yang tiba-tiba duduk di sampingku, membuatku terkejut hingga rokokku jatuh

“eh...” ucapku sedikit terkejut, aku menoleh kearahnya sembari mengambil rokokku yang masih setengah batang

“Owh... bu dian, bagaimana kabar ibu? baik-baik kah?” ucapku kembali duduk

“baik, bagaimana kabar kamu?” balasnya

“baik tapi sedikit ngantuk saja” ucapku

Hening...

“Ar, ayo makan...” teriak dari sudut taman

“yo’a bro!” ucapku melambaikan tangan ke arahnya sembari berdiri

“saya mau makan dulu bu” ucapku

“Rahmaaaan... arya ditinggal saja, sedang bimbingan” teriak kecil bu dian

“iya bu dian yang cantiiiiiiiiiiiik....” teriak rahman dengan acungan jempol

“makasiiiiiiiiiiiiih...” balas bu dian,

“dasar sok imut” bathinu

“siapa yang mau bimbingan bu?” ucapku

“kamu...” balasnya, sambil menarik tanganku hingga aku terduduk. Ku matikan rokokku dan kunyalakan lagi sebatang.

Kami hanya diam... tak ada sepatah kata dari kami terucap. Perlahan lingkungan taman fakultas mulai sepi.

“Ada yang nyari bu” ucapku sambil menunjuk ke arah seorang lelaki yang tersenyum dan berjalan ke arah kami berdua

“Yan... ayo makan, dah ditunggu sama teman-teman” ucap anda yang kian dekat langkahnya menuju kearah kami

“kalian dulu saja ndak papa, ntar aku susul” ucap bu dian

“makan dulu saja bu, kasihan lambungnya nanti mag lho” ucapku kemudian berdiri

“diajak makan saja mas kasihan bu dian tadi bilang belum makan” lanjutku

“iya ini, dosen kamu itu paling susah kalau disuruh makan” ucap Anda

“nanti saja aku susul nda” ucap bu dian mengelak

“lha ibu mau sama siapa disini kan bimbingannya sudah selesai?” ucapku santai

“eh..” bu dian memandangku dengan wajah kecewa

Bu dian kemudian berdiri...

“ayo makan, lagian ngapain disini juga lama-lama” ucapnya judes mungkin karena ada sesuatu yang mengecewakan disini

“nah... gitu, ayo...” ucap anda dengan mengulurkan satu tangannya dan digapainya oleh bu dian

“Ar...” ucap anda tepat didepanku dan bu dian

“ya mas” balasku

“tolong....” ucapnya penuh dengan maksud dan tujuan, dapat aku lihat dari matanya yang memandangku tajam

“jangan buat dian bersedih... aku tidak tahu apa hubunganmu dengan dian tapi yang jelas jangan buat dia bersedih. Setiap ada kamu, riangnya selalu berubah menjadi kesedihan, aku tidak ingin menjadi sedih. Jadi aku mohon...” ucap anda membuatku tertegun

“anda apa-apaan sih kamu? sudah ayo makan” ucap bu dian yang mulai melangkahkan kakiku

“tunggu yan, biar semuanya jelas” ucap anda, membuat langkah bu dian terhenti

“biarkan aku membahagiakannya dengan apa yang aku bisa ar... dan aku mohon keluarlah dari kehidupan dian, agar dia bisa kembali bahagia” ucap anda menyadarkan akan semua kesalahan yang aku buat kepada bu dian

“Nda, sudah hentikan, kamu tidak perlu membicarakan hal itu didepan arya” ucap bu dian

“Aku sudah lelah yan dengan kamu yang selalu bersedih, benar-benar lelah. Cobalah dalam satu hari saja kamu tersenyum bahagia dan jalan satu-satunya adalah arya menghiang dari kehidupanmu” ucap anda, aku masih tertunduk dan tersenyum

“Eh..” ucap bu dian

“Ar, aku mencintai dian dan menyayanginya... aku mohon dengan sangat, biarkan aku membahagiakannya...” ucap anda tenang dengan pandangan datar kearahku, senyumku menjadi kosong.

Aku melangkah mendekati mereka, tak perlu berlangkah-langkah hanya cukup satu langkah. Satu langkah saja aku sudah berada disamping Anda dengan posisi menghadap kebelakangnya. Satu tanganku menepuk pundaknya dan menggenggam lembut pundak laki-laki ini.

“Maaf...” ucapku pelan membuat pertengkaran mereka terhenti

“bukan maksudku merusak hubungan kalian... maaf... aku hanya seorang mahasiswa yang menuntut ilmu dan kelak bisa mencari pekerjaan seperti kalian berdua” ucapku

“ar... sudah kamu jangan...” ucap bu dian terpotong

“Setelah semuanya selesai aku pasti akan pergi, dan akan aku doakan yang terbaik untuk kalian berdua. Kalian tahu, kalian adalah pasangan yang sangat cocok, mungkin dulu ketika aku masih kecil aku pernah menyukai seorang perempuan yang selalu aku harapkan untuk hadir dalam mimpiku. Tapi karena kebodohanku mungkin perempuan itu sudah enggan datang lagi kedalam mimpiku, mungkin itu adalah jawaban yang terbaik untuk harapanku” ucapku, Aku melangkahkan kakiku ke arah bu dian, dan kini aku tepat dihadapan bu dian. kedua tanganku masuk dalam saku celana jeansku, tubuhku sedikit membungkuk

“Bu, Maafkan saya, arya mahesa wicaksono... yang selama ini selalu membuat hati bu dian sakit. Bukannya aku terlalu gede rasa jika disukai oleh dosen secantik bu dian, tapi selama ini akulah yang lebih sering menyakiti bu dian. bukan bu dian yang menyakitiku. Setelah semua yang telah terjadi, saya sadar tentang diri saya. Saya bukan apa-apa disini, dan bukan siapa-siapa. Bu dian dengan Anda adalah pasangan yang serasi, sama-sama seorang pekerja keras dan berdedikasi untuk pendidikan. Akhirnya setelah semua pertanyaan berdiskusi di otak saya, saya telah menemukan jawabannya. Ibu butuh kebahagiaan dan kebahagiaan itu adalah Anda. Ingatlah bu, saya bukan orang yang bersih, Anda lebih bersih”

“Lupakan bocah itu, anggap bocah itu sudah mati. Ibu memiliki masa depan yang lebih cerah bersama dengan lelaki yang memang pantas untuk ibu. kembalilah tersenyum kepada semua orang seperti halnya ketika ibu mulai mengajar, mungkin saat itu semua menganggap ibu menakutkan tapi mereka suka cara ibu mengajar dan selalu paham atas apa yang ibu ajarkan. Percayalah bu, Anda adalah masa depan ibu yang cerah, jangan berhenti melangkah karena masa lalu ibu. Bocah itu akan menjalani kehidupannya sendiri begitu pula dengan ibu, walaupun ibu dan bocah itu memiliki kenangan. Tapi, lilhatlah, ibu tidak bisa dan bocah itu juga tidak bisa... Bocah itu sudah memiliki kehidupan sendiri yang tidak ada satu orang pun menghentikannya... berbahagialah” Lanjutku

“Mas, tolong jaga bu dian... agar mas anda lebih tenang, beberapa bulan lagi aku akan mengajukan cuti sekaligus pindah universitas agar kalian bisa lebih tenang dalam menjalani hubungan kalian. Mohon maaf jika selama ini membuat kalian berdua selalu bertengkar” ucapku memandangnya tertunduk, aku kemudian berbalik dan melangkah

“terima kasih ar... aku akan selalu mengingatmu...” ucap anda, kau menoleh sebentar dan tersenyum kepada Anda

Aku berjalan menjauhi mereka namun tiba-tiba, bu dian berjalan mendahuluiku dan berdiri di depanku.

“mulai sekarang dan seterusnya... aku akan membencimu ar, pasti aku akan membencimu” ucap bu dian

“memang sepantasnya ibu membenci saya” ucapku dengan tersenyum

Ibu dian kemudian berbalik dan berjalan cepat menjauhiku, aku tak tahu apa yang dilakukan anda dibelakang sana. Aku berbelok mengambil jalan yang tidak dilalui bu dian, agar aku semakin bisa menjauh. Dalam langkahku aku, gumpalan daging lunak didalam kepalaku terus berputar. Ya, mungkin ini yang terbaik. Tak perlu mengharap jika itu tidak mungkin, tak perlu bersedih akan perempuan, tak perlu memikirkan senyumannya lagi, tak perlu memikirkan janji bodohku di masa lalu.

Aku adalah aku yang sekarang, tak perlu merubah sesuatu dari diriku yang sekarang. Jika memang aku harus jatuh tersungkur dan hancur karena hidup yang aku pilih itu adalah resiko dari kehidupanku. Jika aku harus menangis karena pilihan jalanku dan terperosok jauh dalam lubang jal yang aku pilih itu adalah sesuatu yang harus aku rasakan. Jika suatu saat setelah semua urusanku selesai dan ibu memutuskan untuk menghentikan semua, aku akan menerimanya. Jika mbak erlina yang selalu menyayangiku sebagai adiknya juga ikut pergi mungkin itu adalah jawaban dari kebodohanku. Aku adalah aku yang sekarang , yang telah memilih jalan yang salah. Entah kapan aku akan berjalan dijalan yang benar, entah kapan aku akan memperbaiki semua. Jika aku harus hidup sendiri karena kebodohanku di masa ini yang telah aku beli, ya karena itu adlah hal yang seharusnya aku bayar. Tak akan pernah menyesali dan akan terus aku jalani walau pedih dan sedih, walau gerah menjadi amarah, walau indah menjadi gundah, aku akan menjalaninya.

Aku Arya Mahesa Wicaksono akan mengakhiri kisah sedih yang telah dibuat oleh Ayahku. Harus segera aku akhiri agar cerita tentang kehidupanku segera menemukan jawaban yang pasti. Jawaban tentang apa yang akan aku lakukan setelah ini semua selesai. Aku akan memperbaiki hidupku tapi entah kapan tapi yang jelas bukan denganmu, itu yang aku tahu. Aku akan menertawakan kebodohanku entah kapan yang jelas itu juga bukan denganmu, itu yang aku tahu. Hanya itu yang aku tahu sampai saat ini, entah...

Langkahku akhirnya sampai di sebuah warung makan langgananku, disana ada bos besar dengan dua calon istrinya, Rahman.

“Mak, nasi rames pakai telur sama ayam goreng ditaruh dipiring kasih sendok sama garpu plus sambalnya. Minumnya es teh manis, harus manis pakai ditaruh di gelas plus sendok buat ngaduk” ucapku kepada si mbok warung

“Ediyan! Makan ya pakai piring, minum ya pakai gelas, gitu juga disebutin to mas-mas” ucap mbok warung

“Yeeee simbok protes mulu, namanya juga langganan” ucapku, sambil duduk di kursi makan

“biasa mbok lagi stress mungkin ha ha ha ha” balas rahman yang duduuk didepanku

“dasar PK! Diem aja kamu kang” ucapku dengan wajah nyengir

“ha ha ha ha... makanya kecebong dikeluarin, kalau terlalu lama jadi kodok tuh ha ha ha ha” canda rahman

“maksud kamu?” tanyaku yang tidak mengerti

“emang kamu mau, pas malam pertama yang keluar bukan cebong tapi kodok? Bisa-bisa istri kamu histeris ha ha ha” ucap rahman yang akhirnya aku mengerti

“Sialan kamu kang” ucapku

“Sudah ndak usah ditiru si item ini! kamu jalani hidup kamu sesuai jalannya” ucap simbok warung sambil meletekan makanan yang aku pesan

“Terima kasih simbok yang cantik yang telah membelaku” ucapku dengawajah terpukau

“Halah...” ucap si mbok meninggalkan aku

“makanya ar cari pacar, jangan jomblo terus yah” ucap ana

“he’em, ndak enak lho... kalau sudah punya pacar kan ada yang elus-elus hi hi hi” ucap lestari

“bodoh... aku makan dulu” ucapku

Kami terlibat obrolan-obrolan berat, hingga waktu menjelang gelap. Tak ada bosannyaami bercerita satu sama lain, apalagi yang diceritakan rahman adalah mengenai seks, seks dan seks. Dia tidak risih ketika bercerita mengenai hal itu, ditambah lagi ana dan lestari malah semakin menghangatkan suasana. Aku sendiri sampai menjadi bingung dan lebih banyak diamnya ketika mereka bercerita mengenai trisum, bahkan sampai orgy gila bener. Dan yang jelas tanpa penguatpun rahman bisa meladeni mereka berenam seklaigus. Geleng-geleng kepala mendengar itu semua, bahkan cerita ketika lima orang cewek rahman mengetahui persetubuhan rahman dengan ibunya diceritakan semua. Awalnya mereka tidak bisa menerima tapi karena sudah terlanjur cinta (katanya) akhirnya mereka menerima juga.

“dah ah kang, kamu cerita semuanya berbau kecebong terus, aku mau cabut dulu dah sore” ucapku

“oke, besok kapan-kapan main ke rumah ane” ucap rahman

“ngapain? Ngrekam kalian?” ucapku

“ntar kamu diiket terus nyaksiin kita main hi hi hi” ucap ana

“he’em.. hi hi hi” ucap lestari

“ediyan... kamu mau buat aku kena prostat apa?” ucapku sedikit judes

“ha ha ha ha” tawa mereka bertiga

Akhirnya kami berpisah, seperti hari-hari sebelumnya. Rahman, lelaki yang selama ini aku kenal dan sekarang malah lebih bagus nasibnya ketimbang aku. Punya enam istri lagi, yah walau satu istri tidak bisa diresmikan. Setelah pikiranku membandingkan aku dengan rahman, otakku kembali kosong tanpa pikiran sama sekali. Hingga aku sampai dirumah dan kembali menjadi seorang anak bagi ayah dan ibuku. Didalam ibu menemani ayah yang sedang nonton televisi, aku hampiri mereka berdua mencium tangan mereka.

Aku membersikan diriku dan kemudian membuat teh, kubawa ke pekarangan rumah dan duduk dibawah pohon. Ibu kemudian datang menghampiriku dan duduk disampingku. Senyumnya memang meluluh lantakan ketegangan dalam diriku. Dengan lembut ibu menarik kepalaku dan dirrebahkannya di dadanya.

“Ada apa?” ucap ibu

“biasa...” ucapku yang kuteruskan cerita mengenai bu dian

“Sudah... ibu sudah tidak akan memaksamu untuk bersama dian, kamu jalani hidup kamu. jika memang ada yang bisa menghentikan ini semua ibu akan berhenti jika belum ada, entah kapan semua ini akan berakhir. Yang jelas, ibu tidak akan meninggalkanmu dalam kesendirian” ucap ibu

“terima kasih bu...” ucap ibu

“sayang... kamu lagi kepengen ya?” ucap ibu

“eh... ndak juga” ucapku

“oh... masalahnya ibu lagi dapet hi hi hi nanti kalau tiba-tiba kepengen pakai ini saja yah” ucap ibu sambil mengangkat kepalaku dan menunjukan belahan dadanya

“he’em...” ucapku

“ayah bagaimana?” lanjutku bertanya

“tidak ada yang istimewa, kerjanya hari ini hanya tidur dan tidur saja. Ibu saja dianggap sebagai pembantu saja untuk menyiapkan makan, minum dan lain-lain, kerjanya hanya tidur makan saja hari ini” ucap ibu

“kalau ada informasi arya diberitahu ya bu, arya peen banget semuanya selesai” ucapku

“ibu juga sama...” balas ibu

Ibu kemudian mengelus-elus kepalaku kembali yang rebah di dadanya....

“oh iya nak, ibu lupa... tadi pagi waktu kamu sudah berangkat. Ibu kan ke tetangga terus ada yang ketinggalan ibu balik lagi, nah pas balik itu pas ada pesan masuk di sematpon ayahmu. Pas bunyi gitu ibu ambil dan ibu buka lok-skrin-nya, diatasnya itu ada notifikasi kan naik terus. Ibu baca itu mengenai pertemuan bulan kedua besok” ucap ibu, aku terperanjat

“apa itu bu?” ucapku mendesak ibu

“itu.. coba ibu ingat...

Hesa, kayanya untuk bulan kedua
Aku ambil dulu milikku
Nanti sisanya kalian berdua
Sudah pengen ngrasain darah ni he he he he

Begitu bunyinya sayang” ucap Ibu

“Eh... bentar bu, itu dari siapa?” ucapku

“ibu ndak ingat sayang, pas notifikasinya mulai terlihat ibu Cuma baca isinya saja, ndak jelas siapa yang ngirim, ndak fokus sayang... adakah yang berbahaya sayang?” ucap ibu

“aku juga masih bingung bu, nanti arya pikirkan lagi” ucapkku sambil merebahkan kepalaku di dada ibu dan menerima elusan kembali

“besok, ibu yang ngantar kamu saja ya. ibu sudah bilang sama ayah kamu” ucap ibu

“he’em...” balasku

Dalam hening pikiranku terus berputar mengenai siapa pengirim pesan itu dan apa maksdu dari pesan itu. Kenapa ketika dia menyebut darah diakhir pesan haru ada kata tertawa selengekan? Apakah pembunuhan? Tapi kenapa jika pembunuhan harus ada kata “sisa”? akh... aku jadi pusing memikirkan apa yang sebenarnya maksud dari pesan itu. Lama aku bersama ibu kemudian terdengar panggilan ayah, ibu segera masuk begitupula dengan aku. Aku langsung menuju kamarku sembari melihat ibu masuk kedalam kamar bersama ayah. Aku rebahkan tubuhku diatas kasur empuk ini.

Satu masalahku tentnag wanita sudah selesai. Dan sekarang masalahku hanya satu... Ayahku, Romoku... sebentar lagi aku akan mengakhiri perjalananmu...
 
Pagi menjelang aku terbangun dari lelap tidurku. Jam berdetak menunjukan pukul 08:00, aneh baru kali ini tidak dibangunkan ibu. Mungkin ibu tahu jika tubuh ini terlalu lelah, ku langkahkan kakiku menuju ke lantai bawah tak ada satupun orang disana. Segera ku mencuci mukaku dan menggosok gigiku sekaligus buang air kecil, ugh mantabz! Sekeluarnya aku dari kamar mandi kudapati ibu sedang berjalan masuk dari lorong rumahku.

“Sudah bangun sayang? Ibu dari mengantar ayahmu keluar dari rumah” ucap ibu

“baru saja, kok ibu ndak bangunkan arya?” ucapku

“karena kamu kelihatan terlalu nyenyak dan ibu tahu kamu sedang capek jadi ya ibu tidak bangunkan kamu sayang” ucap ibu yang berjalan kearahku kemudianmendaratkan ciuman dan pelukan

“ma’em ya?” ucap ibu aku mengangguk, kemudian mengikuti ibu dari belakang menuju dapur

Makan pagi bersama ibu di depan televisi, menontoon acara anak-anak yang membuat kami terpingkal-pingkal. Kalau dilihat sebenarnya ini film dewasa karena di komik keluaran pertama masih berbau hal-hal yang sedikit porno, tapi setelahnya di komik kedua menjurus ke anak-anak tapi masih sedikit dewasa. Film Shan-cin ini memang membuat aku terpingkal-pingkal bersama ibu padahal biasanya film ini diputar dihari minggu tapi tidak tahu kenapa dihari sabtu ini ada film kartun ini.

“eh bu, kalau dikomiknya dulu arya pernah baca sedikit agak parno lho bu?” ucapku kepada ibu

“masa?” ucap ibu

“benera, ada beberapa adegan yang dikomik yang menggambarkan hal-hal dewasa. Waktu itu kalau ndak salah ayah sama ibunya lagi gituan pas malam hari eh si shan-cin bangun terus lihat, bilang mama-papa aku ikutan gulat, kalau ndak salah begitu dialognya” ucapku

“tapi kalau ibu lihat juga ndak terlalu parno” ucap ibu

“kalau di komik volume keduanya sudah lebih mendingan, yang ditayangkan ditelevisi kan dipilih-pilih yang sesuai anak-anak bu” ucapku

“ouh... tapi ibu suuka sayang,lucu banget hi hi hi” ucap ibu

“ngomong-ngomong kamu ndak jalan-jalan atau tongkrong sama koplak atau teman kuliah kamu sayang” lanjut ibu

“ah ndak malas, koplak ada acara sendiri sama pacarnya. Kalau teman kuliah paling masih sibuk masalah skripsi” balasku

“lha skripsi kamu bagaimana?” ucap ibu

“belum tahu kelanjutannya, ibu tahu sendiri kejadian kemarin. Kalaupun harus mengulang dari awal dengan dosen yang berbeda, arya sudah siap” ucapku

“Hmmm... tapi sayangkan, penelitan kamu kan sudah selesai?” ucap ibu

“ndak papa bu,daripada menambah persoalan. Lebih baik seperti ini dulu, menyelesaikan satu masalah lagi, lagi pula arya juga belum menemukan jawaban dari sms yang kemarin. Kalau saja arya tahu siapa pengirimnya pasti arya sudah bisa menemukan jawabannya” ucap ku

“benar juga ya, hmmm... apa perlu nanti kalau ayahmu pulang ibu buka sematpon ayah kamu?” ucap ibu

“ndak usah bu, terlalu beresiko” balasku

“kamu tenang ya sayang, jangan gegabah lagi. Jalani dengan perlahan, semua pasti ada jawabannya” ucap ibu

“iya bu... eh bu, ibu sudah dengar cerita aku tentang rahman belum?” ucapku

“rahman? anaknya karima itu ya? bagaimana kabarnya?” ucap ibu

“punya enam calon bu, tapi yang satu ndak bakal bisa diresmikan” ucapku

“kok bisa?” tanya ibu

“yang lima itu teman kos ajeng, sedangkan yang satu ya tante ima sendiri. Yang lima sudah tahu mengenai hubungan rahman dan tante ima” ucapku

“kalau ibu disuruh menjalani seperti itu ibu ndak bisa, kenapa ima bisa ya? kalau kamu sayang?” ucap ibu

“tergantung ibu, tapi mungkin itu akan sulit bu... kalau tante ima itu semua dikarenakan om nico” ucap ku

“memang akan sulit, maka dari itu jika nanti telah datang waktunya kita benar-benar harus bisa menjadi seharusnya ya sayang. Kita harus bisa saling mendukung” balas ibu

“jika ibu bisa, arya bisa” jawabku

“Siiiipz!” balas ibu

“Kamu tadi sudah mandi apa belum?” tanya ibu tiba-tiba

“belum, tadi Cuma cuci muka sama gosok gigi kok bu” balasku

“iiiih jorok! Mandi dulu sana, bau tahu” ucap ibu

“bau-bau gini ibu juga suka weeeeek....” balasku

“MANDI!” perintah ibu

“iya, iya bu....” balasku yang kemudian berdiri dan melangkah ke belakang rumah mengambil handuk

Aku lanjutkan langkahku menuju ke kamar mandi dan segera untuk mandi daripada mendapatkan celoteh dari ibu. ah, segar... benar-benar segar berada didalam kamar mandi. Suasana dingin karena bak mandi yang dipenuhi air, aku langsung jongkok di sebuah lubang pembuangan. Sekilas pertanyaan dalam kepalaku mulai berputar lagi meminta jawaban dariku. Entah apa sebenarnya maksud dari notifikasi di sematpon ayah, apakah akan ada kejadian lain lagi setelah notifikasi itu? Entahlah... semua jawaban hanya ada didalam sematpon ayahku, tapi jika harus menunggu ayah kembali pulang kayaknya tidak mungkin sekali. Ini malam minggu, malam dimana besoknya adalah hari libur. Ayah tidak mungkin pulang kerumah dengan sangat cepat, kemungkinan besar dia sedang bermain-main di luar sana. Bagaiamana kabar tante wardani ya? apakah dia masih dijadikan budak oleh mereka berdua? Apakah dia akan terus dimainkan diluar seperti yang aku lihat waktu itu?

Dok dok dok....

“Eh... mandi kok lama sekali, ngapain hayo? Kalau mau dikeluarkan sini ibu keluarkan!” teriak ibu dari luar kamar mandi

“lagi BAB ibuuuuuuuuuuuuuu, kalau arya pengen keluarkan pasti jug aminta tolong sama ibu” balasku dari dalam kamar mandi

“oh ya sudah, kalau dikamar mandi pikirannya jangan kemana-mana. Fokus sama mandinya, kalau pengen lihat punya perempuan diluar sini tinggal dibuka hi hi hi” goda ibu

“Ibuuuu.... arya lagi B-A-B, ya wajar dong kalau pikirannya kemana-mana. Yang ndak boleh itu kalau sedang B-A-B diajak bicara bu” balasku

“hi hi hi... iya, iya... lekas mandinya, ntar teh tarik panasnya jadi dingin tuh. Ibu sudah buatkan untuk kamu. ibu mau keluar dulu ke toko depan ya, kalau nanti mau keluar tunggu ibu pulang dulu” ucap ibu

“oke bu...” balasku

“ibu, pergi dulu” teriak ibu

“ya...” balaskku

Terdengar suara langkah ibu menjauhi kamar mandi, terdengan sedikit ketika ibu membuka pintu depan rumah sebagai tanda ibu sudah tidak berada dirumah. Dalam posisi jongkok, pikiranku kembali melayang ke notifikasi sematpon ayah. Pengen darah dan kata sisa, hmmm... sebuah pernyataan yang aneh bukan. Darah dan sisa, ah masa bodoh ah, segera aku bangkit dari lubang pembuangan dan kemudian mandi. Setelahnya aku ke kamar berganti pakaian yang lebih bersih. Namun ketika hendak pergi keluar dari kamar langkah terhenti ketika melihat sebuah kalung monel berliontin cincin monel itu. Ku pandang dengan sinis kalung itu dan segera aku tinggalkan.

Aku kembali ke depan TV dengan mneyeruput teh tarik, ku pindah-pindah chanel televisi untuk menemukan acara yang lebih bermutu lagi. Dengan sebatang dunhill dan segelas teh tarik aku menikmati acara kartun disiang hari, doreamon, walau sebenarnya sudah sering diputar. Selang beberapa saat kemudian ibu datang dan duduk disampingku.

“beli apa bu?” ucapku

“tadi bayar hutang, kemarin setelah bantu-bantu tetangga ibu beli gula ditoko depan lupa bawa uang. Ini hari apa sih? Kok acaranya banyak acara anak-anak?” ucap ibu

“hari sabtu bu, biasa mungkin karena momen liburan sekolah. Kan acara TV ndak pernah terpengaruh libur kuliah” ucapku

“ya jelas dong, emang anak kuliahan pada suka acara kartun kaya gini kecuali kamu sayang hi hi hi” balas ibu

“ah ibu, ibu juga suka owk sama pilem kartun” balasku

“iya sih, buat hiburan hi hi ihi” ucap ibu

Aku rebahkan kepalaku dipangkuan ibu, sambil menonton acara TV. tak terasa wwaktu melewati tengah hari, aku dan ibu masih berada di depan TV. hingga tepat jam 1 siang.

TING... TONG....

TING... TONG....

TING... TONG....

“Ar, tamu itu, sana bukakan pintu?” perintah ibu

“hoaaam ngantuk bu” balasku dengan berbagai alasan

“kamu itu sayang hemmm.... awas ibu bukakan pintu dulu tamunya” ucap ibu

Aku angkat kepalaku dari pangkuan ibu, ibu kemudian berjalan meninggalkan aku menuju pintu depan. Selang beberapa saat...

“Arya...” teriak ibu dari depan

“Iya bu!” balasku

“ah apalagi sih” bathinku, ketika hendak bangkit dari posisi PW-ku

“Oh... ndak jadi, dah kamu disitu saja. Ini sudah kok” teriak ibu

“Yaelah ibu, Arya tiduran lagi” balasku kembali merebahkan tubuhku di sofa......

......
......
......

Nguuuuuuuuuuuueeeeeeenggggg.......

Aku pacu REVIA dengan kecepatan penuh menuju tempat dimana aku merasakan cinta. Dimana pertama kali aku mendapatkan kecupan yang membuatku terngiang hingga saat ini, mungkin aku selalu menolak perasaan ini tapi sebenarnya hatiku tak bisa menolaknya. Karena hati ini sudah mengucapkan janji yang tidak mungkin aku ingkari sendiri. Ku pacu motorku dnegan laju yang sangat cepat, tak aku pedulikan bahaya yang aku dapatkan ataupun bahaya yang aku timbulkan. Kenapa? kenapa aku selalu menyalahkan diriku sendiri? Padahal orang yang menginginkanku tidak pernah melihat kesalahan-kesalahanku, kenapa aku begitu egois.

Ciiiiiiiit.... sebuah deretan mobil panjang menghambat perjalananku...

“Ah sial, kenapa haru spada saat seperti ini?” bathinku kesal

“Pak ada apa to?” tanyaku kepada seorang pengendara motor disebelahku

“katanya sih ada truk yang muatanya ambrol mas, karena kelebihan muatan. Sudah hampir setengah jam belum selesai-selesai mas” jawab bapaknya

“oh, ya pak” balasku

“aku harus menunggu, aku tidak bisa memutar balik dan mengambil jalan alternatif. Aku sudah terjepit ditengah deretan mobil ini” bathinku, aku teringat akan apa yang terjadi dirumah barusan, telepon dari tante asih

0000000000000000000000000000000

Kejadian sebelumnya....

Setelah ibu memanggilku dan ternyata tidak jadi tadi, aku kembali merebahkan tubuhku disofa. Aku masih berada di sofa dengan gaya seorang raja, dengan tangan kananku memegang remot TV menyuruh TV mengganti acara sesuai keinginanku. Lama aku menonton acara-acara yang kadang sedikit bermutu kadang acara yang tidak bermutu aku tonton. Kurang lebih setengah jam lamanya aku berada di depan televisi, ibu datang dengan wajah tersenyum kepadaku. Entah itu adalah senyum kebahagiaan atau apa, tapi yang jelas ada sedikit rasa gelisah di wajah ibu.

“ada apa bu? Ibu senyum tapi kok suram begitu” ucapku kemudian duduk

“ibu bahagia sayang” balas ibu yang kemudian duduk disampingku

Kriiiing.... Kriiiing.... Kriiiing.... Kriiiing....

“sudah sekarang biar arya yang mengangkat” ucapku yang kemudian berdiri dan mengangkat telepon rumah

“Halo, dengan arya mahesa wicaksono bisa dibantu tu tu tu”

“Biasa saja ar, ini tante asih”

“eh tanteku, ada apa tan?”

“tante cuma mau ngomong saja ar, mungkin bisa jadi nasehat kamu juga”

“apa tante?”

“kamu masih ingat waktu kamu bawa ibu rani ke rumah sakit?”

“iya tan” (kulihat ibu tersenyum, kini wajahnya bertambah sumringah entah apa yang terjadi dengan ibu)

“kamu ingatkan, kalau Dian malam-malam pernah kerumah sakit”

“Ah dia lagi, arya ndak mau dengar”

“eh eh eh kalau berani nutup telepon ini, tante ndak akan bantu kamu lagi, biar semua keluarga kita mati!”

“eh ndak tan, iya arya dengar”

“oke, tante waktu itu ceritanya belum selesai”

“eh... maksud tante” (kucoba mengingat cerita tante tentang dian)

“sebenarnya ketika tante bilang pada dian, kalau tante tidak mengerti apa maksud dari kerusakan yang parah, tante hanya menbak-nebak. Mungkin mesin yang dia maksud adalah kamu”

“terus apa hubungannya mesin dengan arya”

“kamu dengarkan dulu ya arya keponakan tante tersayang, setelah dia berterima kasih dan meninggalkan tante, tante kemudian memanggilnya, dia berhenti dan...”

“iya dan apa tante” (tante kemudian melanjutkan cerita dirumah sakit yang ternyata belum usai)

-------

(cerita lanjutan yang tante asih potong, ketika dirumah sakit ketika mengantar ibu rani)

“terima kasih” ucapnya sembari membungkukan badan dan meninggalkanku

“Hei....” ucapku memanggilnya....

“Eh... iya mbak” ucap dian

“apakah kamu benar-benar mencintainya?” tanyaku kepada dian yang berbalik menghadap kearahku, aku mulai mengetahui kemana sebenarnya arah pembicaraan dian

“Sangat, sangat mencintainya... tapi aku tidak tahu harus bagaimana?” balas dian

“aku tidak tahu kerusakan mengenai lelaki itu, yang jelas aku tahu lelaki itu. Jika memang dia benar-benar mengalami kerusakan parah, yang menjadi pertanyaa adalah apakah kamu yakin dan mampu menerima dia serta yakin akan bisa memperbaikinya? Sekalipun kerusakannya sangat parah?” tanyaku

“eh...” dian hanya menunduk tanpa bisa berkata-kata

“kenapa diam? Kamu bilang kamu mencintainya, kenapa tidak menjawab?” tanyaku kembali dan dia masih tertunduk dan diam

“yan, mungkin selama ini aku selalu mengandaikan semuanya dengan mesin. Tapi ingat yang, mesin tidak memiliki perasaan, itu hanya ibarat saja. Dia manusia dan dia lelaki, mungkin dia bisa menundukan semua lelaki agar takut kepadanya, menundukan semua perempuan dihadapannya. Tapi dia manusia, dan laki-laki, dia juga butuh seorang perempuan yang benar-benar mencintainya” lanjutku

“aku mencintainya sangat mencintainya... benar-benar mencintainya, aku ingin bersama dia mbak, apapun itu...” ucapnya kemudian dia menjatuhkan diri hingga duduk bersimpuh. Aku melangkah mendekatinya

“jika kamu benar-benar mencintainya, kamu juga harus yakin bisa memperbaikinya separah apapun kerusakannya. Dia manusia, punya perasaan, separah apapun itu pasti bisa diperbaikinya. Jadi wanita jangan cengeng, judes itu juga perlu diar tidak dianggap remeh oleh lelaki. Sekarang aku tanya kepadamu, apa kamu yakin bisa memperbaikinya?” tanyaku kembali sambil memeluknya

“he’em... hiks.” ucap dian yang lepas dari pelukanku dan memandang tajam kearahku

“aku tidak mendengarya” balasku

“aku yakin mbak hiks” ucap dian sedikit keras

“aku tidak mendengarnya yan, apa kamu yakin mencintainya dan bisa memperbaikinya?” tanyaku sekali lagi

“AKU CINTA ARYAAAA DAN AKU PASTI BISA MENJAGANYA, MENJADIKANNYA MILIKKU HANYA UNTUKKU SELAMANYA! AKU PASTI BISA MERUBAHNYA MENJADI LEBIH BAIK LAGI, AKU PASTI BISA!” Teriaknya sangat keras aku tersenyum dan kupeluk dian yang tersengal-sengal karena menangis

“hei diam!” ucap seorag perawat anak buahku

“Sudah kamu pergi! Ini urusan saya!” bentakku menoleh ke arah lelaki dibelakangku

“eh... iya bu, maaf tidak tahu kalau itu bu asih, permisi bu” ucapnya aku hanya mengangguk, aku kembali menatap dian

“Sekarang, mulailah untuk bisa mengembalikan dia kepadamu... Arya itu orangnya mudah-mudah gampang, namanya juga lelaki. Lihatkan sehebat apapun arya dan teman-temannya, dia takut sama aku kan yan. Jadi kamu harus bisa memegang perasaannya dan logikanya, okay” ucapku

“he’em mbak doakan aku” ucapnya, kami berdua kemudian berdiri

“pasti” balasku, dian kemudian memelukku erat dan setelahnya dia meninggalkanku yang tersenyum bahagia

(Selesai)
------

“Eh....”

“dian tadi telepon tante, makanya tante telepon kamu, supaya kamu itu jangan terlalu keras sama cewek! Dan satu hal lagi, tane tidak tahu kerusakan macam apa yang terjadi pada dirimu tapi berilah kesempatan pada perasaanmu agar kamu bisa memandang masa depanmu”

“iya tante, akan arya coba”

“semoga kamu bisa membuka hatimu kembali, agar kamu bisa merasakan yang namanya CINTA”

“iya tante”

“dah arya keponakan tante tersayang, muach”

“apaan sih tante”

“Dah ya”

“iya tante”
000000000000000000000000000000000

Akhirnya setelah menunggu antrian karena muatan yang ambrol atau lebih tepatnya tumpah, aku bisa melewati jalan macet ini. aku lihat truk tersebut menumpahkan muatannya sangat banyak sekali, ya memang sangat jelas butuh waktu berjam-jam agar muatan tersebut bisa disingkirkan. Aku kembali menarik gasku dengan cepat. Sial, hampir satu setengah jam aku antri karena muatan yang tumpah tersebut dan matahari sudah mulai lelah menemaniku. Tante asih, ya dia yang telah membuatku sadar akan kebutuhan hatiku yang sebenarnya. Akhirnya aku sampai di perumahan ELITE, kuberhentikan REVIA disamping pos satpam.

“pak, saya mau ke...” ucapku

“dah jalan saja mas, langsung saja ndak usah ninggal KTP, dah sering lihat masnya” ucap pak satpam

“makasih pak” ucapku kembali menarik gas REVIA

Akhirnya aku sampai di depan rumah bu dian, kulepas helm tanpa menarik kunci motorku. aku turun dan langsung berlari kearah pintu gerbang rumah bu dian. Mobil bu dian tampak terparkir di sampig rumahnya sama persis ketika aku dikejar-kejar oleh bodyguard ayahku.

Teng... teng... teng... ku ketuk-ketuk pintu gerbang rumah bu dian

“BU DIAN... BU DIAN... AKU TAHU BU DIAN DI DALAM... BUKAKAN PINTU BU... AKU INGIN BICARA” teriakku tapi tak ada jawaban

Tanpa pikir panjang aku langsung menaiki pagar rumah bu dian dan langsung menuju pintu rumahnya.

“Bu Dian... Bu Dian... ini Arya bu, aku tahu bu dian didalam tolong bukakan pintu bu, maafkan aku bu... aku mohon bu, bukakan pintu...” teriakku sambil mengetuk-ngetuk pintu ribuan kali tapi hasilnya nihil

Aku lihat kedalam rumahnya dari kaca rumahnya, tampak sangat sepi. Aku jadi putus asa, kemana perginya dia? Aku duduk di kursi teras rumah bu dian, sambil berpikir kemana perginya aku sulut sebantang dunhill. Kulihat matahari yang mulai condong ke barat. Berbentuk bulat dan menyilaukan.

“eh bulan... aku tahu dimana kamu” bathinku, segera aku bangkit dan melompat pagar rumah bu dian

Ku naiki REVIA dan kutarik gas kembali, melewati pos satpam hanya dengan membunyikan klakson...

000000000000000000000000000
Kejadian sebelumnya.....

Setelah aku menerima telepon dari tante asih, aku melihat ibu tersenyum sumringah entah apa yang telah terjadi padanya. Tapi ada sedikit rasa gelisah dan takut didalam senyuman itu. aku letakan gagang telepon di tempatnya.

“The time has come” ucap ibu, aku terperangah ketika mendengar kata-kata itu

“Eh... What do you mean mom?” ucapku, sambil melangkah dan kemudian berlutut tepat dihadapan ibu yang duduk disofa

“tadi bukan tetangga tapi dian” ucap ibu

“eh... dian” ucapku

“Iya, dian” ucap ibu, kemudian menceritakan apa yang terjadi sebenarnya...

----------
(Cerita ketika ibu arya (Diah) membukakan pintu karena ada bel)

Hari ini setelah aku membayar hutang di toko depan aku kembali kerumah. Kupangku kepala arya dipangkuanku, karena dia lelaki yang selama ini selalu melindungiku. Hingga ada suara bel, aku suruh arya membukakan pintu tapi dasar karena mungkin dia sedang banyak masalah dia hanya bermalas-malasan saja. Aku kemudian melangkah kedepan dan membukakan pintu, betapa terkejutnya aku ketika melihat wanita yang selama ini sering aku singgung ketika ngobrol bersama anak semata wayangku. Dia dian.

“Dian” ucapku, dia hanya mengangguk kulihat matanya sembab mungkin karena menangis

“Arya...” teriakku dari depan

“Iya bu!” balas anakku, tiba-tiba dian memegang pergelangan tanganku dan menggelengkan kepala

“Oh... ndak jadi, dah kamu disitu saja. Ini sudah kok” teriakku

“Yaelah ibu, Arya tiduran lagi” balas anakku dari dalam

“Come ini?” ucapku, dia hanya menggeleng kepala

Aku kemudian duduk bersamanya dikursi depan rumah dan menutup pintu rumah.

“Ada apa?” ucapku memandangnya, dia menunduk dengan nafas sedikit tersengal. Dia hanya diam.

Aku seorang wanita, begitupula dian. ketika aku melihatnya aku merasakan rasa sakit yang dia rasakan, rasa ingin memiliki namun tak bisa. Seketika itu aku merasa sangat bersalah kepadanya, melihatnya saja aku sebenarnya tak sanggup. Apalagi dia sudah mengetahui hubunganku dengan anakku sendiri. Jantungku berdebar, apakah dia akan marah kepadaku? Tapi tidak, dari cara dia datang, lukisan diwajahnya aku menagkap dia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku.

“Can I...” ucapnya terpotong

“He’em” jawabku mencoba untuk tenang

“Can I...” ucapnya terpotong lagi

“He’em, iya...” jawabku tak mampu aku memaksanya untuk berbicara, aku bisa melihatnya sedang mengumpulkan keberanian

“Can I Replace your place?” ucapnya, dan membuatku sedikit gugup

“As his lover?” lanjutnya sambil memandangku dengan aliran air mata dipipinya, seketika itu pula hatiku luluh melihat keberanian dia menerima anakku yang telah melakukan hubungan yang salah

“Saya tahu, tante adalah Ibu yang cantik dan baik untuk arya, dan aku sudah tahu hubungan ibu dengan arya lebih dari hubungan ibu dan anak. Tapi bisakah ibu memberiku kesempatan kepadaku, hiks hiks...” ucapnya terpotong, kutahan air mataku mendengar keberaniannya

“untuk menjadi kekasihnya, saya sangat mencintai anak ibu, saya mohon berikanlah satu tempat itu untukku. Aku juga ingin menjadi anakmu, aku ingin menjaga anakmu, merubahnya menjadi seperti seharusnya. Aku tidak akan merebutnya hanya ingin bersamanya, mencintainya dan mengembalikannya kepada tante sebagaimana mestinya sebagai seorang anak. Biarkan dia menjadi milikku, saya mohon hiks hiks hiks... saya benar-benar mencintainya, sangat mencintainya sebagai seorang lelaki yang selama ini selalu dalam benak dan hatiku... saya memang pernah menjalin hubungan dengan orang lain tapi anak ibu, arya selalu berada dalam hatiku tak bisa tergantikan”

“Saya mohon dengan amat sangat, berikanlah hiks hiks satu tempat itu kepadaku... tempat sebagai kekasihnya, tempat sebagai pasangan hidupnya hiks hisk” ucapnya, aku berdiri dan berlutut dihadapannya, kupeluk erat dian, dangat erat. ingin rasanya aku menangis, tapi aku menahannya.

“Yes, you can... Maafkan tante karena telah mengambil tempatmu, maafkan tante sayang... tante akan mencoba mengakhirinya, tante sudah menunggu lama sekali kehadiranmu sayang... maafkan tante setelah ini dia pasti akan menjadi milikmu selamanya, dan menjadi anak tante, kita saling berusaha untuk bisa mengakhiri ini ya sayang” ucapku di telingan kananya, kutarik wajahku dan memandangnya. Dian mengangguk dan kuhapus air matanya

“Tante akan berusaha menyampaikannya kepada arya, dan tante harap kamu jug abisa bersabar ya sayang... pasti bisa, semua kegilaan antara tante dan arya pasti bisa diakhiri, karena kuncinya adalah kamu, terima kasih telah datang sayang...” ucapku, dian hanya mengangguk dan memelukku dengan erat

“apakah kamu ingin menemuinya?” tawarku kepada dian, dia hanya menggeleng

“baiklah, biar tante yang bicara kepada arya” ucapku

“Dian sayang tante hiks hiks hiks” ucapnya sambil memelukku erat, sangat erat sekali. Dari dulu hingga sekarang aku memang sangat merindukan seorang anak perempuan

“tante juga sayang dengan dian” ucapku

Setelah itu aku antar dian pergi dari rumahku, dian kemudian naik taksi langganan arya. setelah taksi itu menghilang, aku masuk kedalam rumah dan mendapati arya dengan gaya sok rajanya diatas sofa. setelahnya ada sebuah telepon, entah dari siapa tapi ketika arya mengankat dan berbicara, aku tahu dia asih.
------------

“Waktu itu telah tiba sayang, kita harus mengakhirinya” ucap ibu

“tapi bu...” balasku

“kita pasti bisa, kita sudah berjanji diawal kan sayang” ucap ibu sambil menitikan air mata

“tapi arya tidak bisa meninggalkan ibu sendirian” ucapku

“bisa, pasti bisa, karena kita tetap akan bersama sebagai seorang ibu dan anak” ucap ibu

“Sekarang kejarlah dia, kamu pasti dimana dia berada” ucap ibu,

Aku hanya mengangguk dan berlari kearah kamar berganti pakaian dan menambil apa yang seharnya aku ambil. Dengan sedikit tergesa-gesa aku turun dari tangga, ketika hendak keluar rumah ibu memelukku dari belakang.

“Maafkan ibu, tapi sebelum ayahmu benar-benar hilang dari kehidupan ibu. ibu tidak akan melepaskanmu, ibu masih butuh kamu sebagai anak dan juga kekasih ibu. setelah semuanya berakhir, ibu pasti akan melepaskanmu. Jangan kamu katakan kepada dian, tentang ini semua. Ibu tidak ingin menyakitinya lebih dalam lagi. Apakah kamu bisa sayang?” ucap ibu

“Bu, arya sudah berjanji kepada ibu. setelah semuanya berakhir, arya akan menjadi anak ibu dan ibu akan menjadi ibu arya kembali. Ya, setelah ayah hilang dari kehidupan kita” balasku

“terima kasih nak, sekarang kejarlah dia” ucap ibu, aku berbalik dan memeluk ibu, ku daratkan bibirku di bibirnya tapi dihalanginya oleh kedua jari kanan

“sedikit demi sedikit kita bisa menguranginya sayang” ucap ibu tersenyum

“okay, mom” jawabku, ditariknya kepalaku dan dikecupnya keningku

“Ayo sana cepat, kejar cintamu!” perintah ibu, dan aku mengangguk dan berlari menyusuri lorong rumahku

“SEMANGAT SAYANG!” Teriak ibu

“PASTI BU” teriakku sambil mengangkat tangan kananku

0000000000000000000000

Matahari sudah mulai tertidur dalam lelapnya malam. Tapi aku menarik gas REVIA dengan sangat dalam hingga membuat semua orang yang aku salip memaki-makiku. Tak kupedulikan apa yang mereka katakan. Beberapa saat kemudian tiba-tiba dua buah motor racing menghadangku didepan, membuat aku mengerem mendadak.

Ciiiiiiiit....

“BAJINGAN KALAU NAIK MOTOR HATI-HATI DASAR BANGSAT!” teriak seorang dari mereka, mereka berjumlah empat orang

“HAJAR SAJA!” teriak seorang lagi

“Ah, sial kenapa pada saat seperti ini ada saja gangguan” bathinku

“WOI, KAMU BERANI SENTUH DIA, MATI KAMU CACING!” teriak seorang yang aku kenal

“Bos Dewo sama bod karyo, mati kita” ucap seseorang dari mereka, aku menengok kebelakang

“Kamu tahu siapa dia?!” bentak karyo

“Ini Arya, dasar kalian ******! Ketua koplak tahu!” ucap dewo sambil membuka kaca helmku, sial kapan aku jadi ketua koplak, bukannya koplak tidak pernah ada ketuanya

“Eh... maaf bos, ndak tahu...” ucap seseorang dari mereka yang langsung tertunduk dan berjalan membungkuk meraih tanganku tapi aku menolak

“Ah, sudah... sudah... aku lagi terburu-buru wo, kar...” ucapku

“kalian singkirkan motor kalian, atau aku bakar disini” teriak karyo, langsung mereka singkirkan motor mereka

“Aku tinggal dulu, kar, wo ada urusan penting” ucapku

“Cinta ya? semangat!” ucap dewo

“Asyik gak jomblo lagi ha ha ha” canda karyo

“Eh...” aku menoleh ke arah mereka

“Sudah, ndak perlu aku ceritakan, sana cari bidadarimu itu!” teriak dewo

Tanpa meminta cerita dari dewo dan karyo, aku langsung menandap gas melewati keempat orang yang hendak menghajarku. Kulihat mereka menunduk dan ketika aku meleati mereka. dalam perjalanan menuju tempat itu, pikiranku berputar. Apakah dian juga bertemu dengan koplak sebelumnya? Masa bodoh mau bertemu atau tidak yang terpenting, aku sudah menemukan jawabannya. Kupacu lebih dalam lagi, tapi tetap seperti itulah REVIA. Tampak sekali REVIA mengejan menahan sakit karena setiap lubang jalanan dan jalan tidak rata aku tabrak begitu saja. Akhirnya aku sampai di tempat ini, tempat dimana aku selalu bertemu dengannya. Malam menghiasi, bulan purnama bersinar terang. Kuparkir REVIA dengan sangat tergesa-gesa. Kulepas helmku, kutaruh dikaca spion sebelah kanan tanpa mematikan mesinya.

“Kamu disini jangan kemana-mana ya?” ucapku pada REVIA, aku berbalik dan berlari tiba-tiba aku mendengar seru mesin REVIA berhenti, aku menoleh dan tersenyum ke arah REVIA seakan dia tahu bahwa aku pasti akan kembali lagi padanya.

Aku berlari...

Mendekati...

Ku dengar alunan lagu, dan semakin dekat semakin jelas...

Lagu dari sebuah sematpon yang mulai berganti...

Semakin dekat....

Dan kurang dari 5 meter aku berdiri disamping bangku, kulihat seorang wanita duduk dengan wajah bersinar cahaya rembulan. Wajahnya sembab, air matanya masih mengalir. Aku berjalan mendekatinya, selangkah demi selangkah. Aku tahu dia mengetahui kehadiranku...

“I Found you” ucapku tapi wanita itu tidak menoleh sedikitpun
 
Sudah tiga update nubie posting, sekarang nubie mau naik bukit dulu
nyari inspirasi berikutnya, mungkin cerita kedepannya ndak begitu semenarik atau segalau-galaunya tapi nubie usahakan ceritanya akan nubie buat semenarik mungkin dan galau? mungkin ha ha ha ha yang jelas akan ada sesuatu yang ada di hatimu sesuatu yang ada di benakmu sesuatu huoooooo...

:ngupil:

:ngacir:

mohon kritik dan saran sebagai bekal nubie naik bukit :D
 
Yeaah update malming. Makasih suhu DH..

Hadeh.. Kentang bngtz motongnya.. Arrgh..
 
Terakhir diubah:
Uanjriiuttttt... emang suhu DH yyeeee..
Setelah kasih nubie update yg joosss gandooozzz hingga terlena... malah di hdapkan pada :kentang:..

Sumpah ini :kentang: yg beneran bikin arrrgghhhh..... Dira mana dira ane mu iket suhu DH di kamar dira.. biar DH puas maen sama dira...

Suhu DH update nya :mantap: :jempol:
 
Anjir keren parah gan updatenya..
Masih ada typo dikit misal dian yg ngomong ko si arya malah jawab ya mas..
Ah tapi ketutup ama kerennya update agan..
Terbayar kontan deh nunggu update lama..
Ditunggu update selanjutnya gan..
Kalo bisa jgn lama2 gan greget nih haha..
 
suhu DH jahat nih....
terpaksa ane begadang buat baca long updatean yg sangat panjaaaaang & memuaskan ini....
 
Wuuih...... semua yang ane mau bilang udah dibilang srnua sama suhu suhu diatas ane......
Update kali ini mantab bener... ga cuma SS doank, tapi progress ceritanya juga mantab.
Combo update suhu DH melengkapi kebahagiaan awal bulan ane...

Thank you Suhu DH.
Untuk next update jangan lama lama yaah hu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd