Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Wild love????

maaf ya gan klo kita semua slalu comment updatenya lama....jng dianggap sbg pressure, tp anggap sbg "hadiah" bagi agan krn karya agan pantas untuk ditunggu...
 
Malam datang, begitupula dengan dingin malam yang terbawa oleh angin malam. Layaknya seorang greliyawan, kami memakai semua peralatan komplit dari anton. Entah dimana koplak yang lain, yang jelas aku hanya bisa mendengar instruksi anton dari dalam mikropon. Keberadaan anton pun tak ku ketahui, yang jelas dia berada dekat denganku. Koplak yang lain yang tidak berada satu lokasi denganku adalah tugiyo dan udin, mereka berada di lokasi depan gedung. Tak diketahui keberadaan mereka yang jelas, didepan geudng yang menjadi tempat pertemuan ini ada sebuah gedung tua yang dusah tidak dipakai lagi. Ah, Berada di belakang gedung, memandang sesuatu yang membuat jenuh. Mungkin saat ini yangpaling enak adalah minum teh hangat ditambah dengan sulutan dunhill.

“merokok dulu bro, ndak papa” ucap anton dari dalam mikropon ke semua koplak yang sudah pada posisinya

“dimana kamu?” ucapku

“dibelakang kalian, ditempat tinggi. Kalian dalam perlindunganku” ucap anton

“koyo kapten amerika kowe su! (seperti captain america kamu njing)” ucap parjo

“sudah tenang saja kalian, tunggu aba-aba dariku, kontol bro?” ucap anton

“tempiiik (siap-red)” ucap kami kompak, jelas saja kami sudah merasakan tempik semua

“iiih gatel deh... masa cewek cantik suruh masuk ke kebun” ucap dira

“cowok!” teriak kami semua bersamaan

“rese semua uh..” ucap dira

Waktu sudah menunjukan pukul 18:00, kami masih berada jauh dari gedung tersebut. Tapi kami belum melihat para Target kelihatan. Ada dua orang berjaga di pintu belakang gedung, terlihat mereka adalah dua orang yang menghajarku kemarin. Sebuah tanah lapang didepan kami, tempat yang cocok untuk parkir mobil. Lebarnya hampir bisa untuk parkir 5 mobil sedangkan panjangnya? A, itu sebuah jalan yang memutari gedung. Seandainya ada mobil datang mereka tidak perlu memutar balik, tinggal lurus dan berbelok ke kanan mereka sudah bisa keluar dari gedung.

“ingat, jangan bergerak sebelum aku memberi komando. Biarkan semua target masuk ke dalam gedung, setelahnya kita bisa masuk kedalam. Terlalu berbahaya jika sekarang kita masuk, bisa jadi target

“roger!” ucapkami semua

“bro, di sini gelap bro... ngeri... kayaknya angker nih gedung” ucap tugiyo

“halah... setan kok takut setan” ucap hermawan

“sssst... ada bayi lagi bobo” ucap karyo

“wakakakakakaka...” tawa kami bersama

Dari jam 6 sore hingga jam 8 malam, beberapa mobil berdatangan silih berganti. Yang pertama datang tepat pukul 19:00, mobil yang sudah pasti aku kenal mobil ayah dan om nico. Mereka berdua keluar dengan santainya dan berjalan menuju gedung. Sesampainya di pejaga, ayah kemudian bercakap-cakap sebentar. Satu orang kemudian berlari ke depan gedung, entah apa yang terjadi di depan gedung sana. Setelah ayah dan om nico masuk, satu orang penjaga keluar dan memani satu orang yang ditinggal tadi.

“ada mobil box masuk lewat pintu depan” ucap udin

“diterima, bisa kamu lihat sedang apa mobil box itu?” ucap anton

“tidak begitu kelihatan, mobil box itu masuk hingga ke dalam gedung” ucap udin

“oke... semua maju perlahan dan ingat jangan terlalu dekat, target belum semuanya datang” ucap anton

Kami perlahan maju mendekat, tanpa sepengeahuan dari penjaga pintu belakang. Setelah pukul 19:00, ada 1 mobil datang lagi dengan dua mobil di belakangnya. Diikuti oleh dua mobil yang diikuti 4 mobil dibelakangnya.

“kalian lihat, 3 mobil yang di jaga oleh 6 mobil” ucap anton

“ya..” ucapku

“3 mobil terdepan adalah 3 bandar yang sudah banyak beroperasi, tetapi sulit untuk ditangkap. 6 mobil adalah penjaga mereka, setiap bandar memiliki 2 mobil penjaga. Jadi 1 orang bandar akan dijaga oleh 6 orang, 2 orang bersama si bandar dalam satu mobil. Paham?” ucap anton

“paham sih paham, tapi buat apa menjelaskannya” ucap aris

“buat menghitung lawan koplak!” ucap anton

“nesu... (marah)” ucap aris

“dasar koplak” ucap anton, kami tertawa tertahan mendengar percakapan mereka berdua

Pukul 20:00 waktu setempat. Semua orag telah masuk hanya meninggalkan penjaga dibelakang gedung.

“Dir, maju...” ucap anton

“iya sayang...” ucap dira

Kami semua melihat ke arah dira, dengan gaya lari tergopoh-gopohnya menuju kearah para penjaga pintu. Melihat dira berlari, dua orang tsebut nampak bersiap-siap mengeluarkan senjata. Namun kemudian terdengar sebuah percakapan yang terdengar dari mikropon dira.

“tolong mas, saya dikejar-kejar satpol PP” ucap dira

“oh... ya ya ya...” ucap lelaki 1 sambil melihat ke arah lelaki 2

“sudah, mbaknya tenang saja disini ya. nanti biar kita yanng tangani” ucap lelaki 2, tampak lelaki 1 memainkan sematponnya.

“tolongin dong mas, aku dia upmetin gitu nanti kalau ketangkep ndak bisa ngobyek akunya” ucap dira

“iya mbak, tenang kalau nanti satpol PP-nya sampai sini. Kita akan jelaskan kepada mereka” ucap lelaki 2

Tiba-tiba pemandangan menjadi mencekam, lelaki 2 menarik kedua tangan dira kebelakang. Lelaki 1
Mengambil sebuah pistol dan mengarahkannya tepat ke kening dira. Dan munculah seorang lelaki lagi yang sudah tidak asing lagi.

“nton bagaimana ini? dira tertangkap!” ucap wongso

“kalian tenang saja, dira bukan sembarang cewek, ingat itu. jika memang terjadi hal yang buruk, segera menyerang. Ambush!” ucap anton. Kami hanya menunggu dira.

(percakapan yang terdengar dari di mikropon dira)

“ini yang kemarin membuatku loyo, bunuh saja dia” ucap lelaki 3 yang ternyata adalah korban dira ketika kami menggerebek rumah aspal. Tapi kenapa dia bisa lepas?

“lebih baik kita pakai dulu, lumayan kan ada cewek kaya gini” ucap lelaki 2

“iya nih bodi sintal juga” ucap lelaki 1

“******, bisa saja dia membawa teman!” ucap lelaki 3 yang berdiri disamping lelaki 1

“benar juga ya?” ucap lelaki 1 dan melihat kesekeliling

“tapi dimana mereka, kita harus hati. Lha terus ini cewek mau diapain?” ucap lelaki 2

Tiba-tiba saja wongso bergerak maju dan menimbulkan bunyi kresek-kresek tepat ketika lelaki 1 menoleh, menyapu sekeliling perkebunan yang rimbun ini mengamati yang terjadi. Aku tahan tubuh wongso yang bersamaku ini, Tiba-tiba saja dira menendang tangan lelaki satu yang memegang pistol. Pistol kemudian terlempar kearah perkebunan. Dengan sedikit melompat kebelakang dengan sandaran lelaki 2, dira menendang wajah lelaki 3. Tangan dira masih dipegang oleh lelaki 2, setelah menendang jatuh lelaki 3. Kepala dira dipukulkannya kewajah lelaki 2. Lelaki 2 mengaduh dan terlepas tangan dira, dira kemudian memutar tubuhnya melancarkan sebuah tendangan yang mendorong lelaki 2 hingga jatuh tersungkur. Sedikit merunduk dira maju, dan memberikan upper cut ke lelaki 1 hingga terjungkal. Tapi...

“mati kau...” ucap lelaki 3 yang menodongkan pistol, ke arah dira. Dira sudah tersudut dan tak bisa melakukan pergerakan lagi

Deg... deg... deg...

“Relax... this is my job” ucap anton

Jleb... lelaki 3 langsung jatuh. Tepat sebuah tembakan mengenai jidat lelaki.

“Bro... TOL...” ucap lelaki 1 yang mendekati lelaki 3

“Berani berteriak kalian mati!” ucap dira yang menodongkan dua buah pistol kearah lelaki 1 dan 2. kedua lelaki tersebut sudah tidak bisa bergerak lagi, hanya mampu melihat moncong pistol dira.

“semuanya maju...” ucap anton

“serahkan pistol kamu” ucap dira kepada lelaki 2, terdengar suara dira dari mikropon ketika kami mendekat

“wong, ambil pistolnya” ucap dira dengan nada lelakinya

“oke bos” ucap wongso

“darimana kamu dapat pistol” ucap dewo

Ceklek...

“ini korek api mas bro...” ucap dira

“ikat mereka, bius atau bunuh saja mereka. lelaki yang aku tembak tadi buang mayatnya ke kebun” ucap anton. Aku dengan dewo kemudian menyeret tubuh lelaki itu dan kubuang ke kebun.

“ada satu pintu disamping gedung, kalian harus lumpuhkan mereka dulu setelahnya masuk ke dalam. Cepat segera ke arah samping kegedung, pandanganku terhalang dari sini” ucap anton namun kami masih sibuk mengikat kedua orang ini setelah anton memberi instruksi.

“BODOH! Segera kesamping gedung, kalau nanti ada yang datang” ucap anton bertersiak di mikropon

“eh, iya...” ucap dewo yang kemudian berlari namun...

“HEH SIAPA KALIAN!” ucap dua orang bersamaan. Mereka terlihat setangah berlari, langsung mereka mengeluarkan pistol dan mengarahkan ke kami

“waduuuh... matilah kita...” ucap wongso

Jleb... jleb... dua orang tersebut langsung jatuh tersungkur tak bernyawa...

“tenan to su! Makane yen diandani iku manut su! (benar kan njing! Makanya kalau diberitahu itu nurut njing)” ucap anton marah

“ndes, anton nesu (ndes, anton marah)” ucap aris

Tiba-tiba keluar seorang dari kebun yang rimbun itu, tidak lain adalah anton. Dengan menenteng sebuah senapan laras panjang, eh... itu adalah alat tembak para penembak jitu. Dengan dunhill dimulutnya dian mendekati kami semua.

“ssst... kemari kalian” ucap anton, Kami kemudian jongkok memutar. Setelah kedua lelaki penjaga kami ikat dengan kuat, dan dua mayat lagi sudah kami buang ke kebun.

“kita sudah berada dibelakang gedung, aku akan mejelaskan sedikit mengenai gedung ini. Aku pertegas lagi, jika aku bilang kiri, kanan, depan, belakang adalah kiri, kanan, depan, belakang kalian ketika memasuki gedung dari belakang, okay paham?” kami semua mengangguk

“ingat, gedung ini terdiri dari dua bagian. Dengan 2 tingkat hanya pada bagian belakang gedung. Bagian belakang adalah ruangan dengan dua lantai dan itu yang akan kita masuki. Sedangkan bagian depan adalah ruangan sangat luas tanpa tingkat. Pada bagian depan terdapat ruangan berderet disamping kiri” jelas anton

“sssst... siksa mereka agar menunjukan dimana letak pertemuan” ucap anton kepada dewo

Dewo kemudian dengan kasar, mencekik leher lelaki yang sudah dibuka penutup mulutnya. dengan sangat ketakutan lelaki itu mengatakan letak pertemuan besar. Dan...

“Okay, sipz.... ikat dia kembali” ucap anton, setelah mengikat dewo kembali ke kerumunan

“aku lanjutkan... Bagian belakang, terdapat tiga jalur. Jalur 1 menuju ke samping kiri (ruangan berderet) pada bagian depan gedung ini. Jalur 2, ini adalah tempat tepat berada di belakang bagian depan, jadi yang akan ditugaskan menuju jalur dua harus membantu yang menuju jalur satu membereskan para bajingan. Dan jalulr 3 adalah jalur menuju tingkat atas”

“dan... apapun yang terjadi, frontman kita tetap dira” ucap anton, dan membuat kami menengok kearah sudira

“terserah, aku cewek kalau disebut cowok, ogah, aku mau narik dipinggir jalan sajahhhh” ucap dira berdiri sambil menata rambutnya

“tolong dong mbak dira, pleaaaaaaaaaaaaaaase...” ucap kami pelan tapi kompak

“gitchu dong, iya sayang nanti mbak tangani, ni mbak masuk dulu kan?” ucap dira

“iya mbak...” ucap anton dengan wajah cengengesan walau agak geli sendiri kami

“kawan semuanya... arya, wongso bagian depan kiri” ucap anton

“siap!” ucapku dan wongso

“Dewo, Aris denganku lantai 2” ucap anton kembali

“Inggih ndan!” ucap dewo dan aris bersamaan

“Karyo, joko, parjo, Hermawan... kalian amankan jalur 2 agar arya dan wongso ke jalur 1” ucap anton

“siap ndan!” ucap mereka berempat kompak

“din, yo, bagaimana didepan?” ucap anton

“beres! Kami sudah dipintu masuk, dua orang lumpuh tapi... eeee.... mati bro, gak papa ya?” ucap
Tugiyo

“sing mateni udin (yang membunuh udin)” ucap tugiyo tedengar dari mikropon kecil di telingaku

“gundulmu, kamu juga ngebnuh satu” ucap udin

“sudah, kalian jangan bertengkar. Yang penting jaga pintu depan. Ketika ada aba-aba dari aku, kalian langsung masuk, okay?” ucap anton

“Sebentar...” ucapku yang kemudian berdiri dan menuju ke mobil ayahku

“hei mau kemana?!” ucap anton

“sudah sebentar!” ucapku

Selang beberapa saat kemudian...

“jaga-jaga?” ucap anton

“kalau kita semua sekarat, aku masih bisa membuat dia mati kan?” ucapku

“terserah kamu, itu urusan keluargamu...” ucap anton

“Semuanya... masuk...!” ucap anton

Karena anton yang membawa senjata, maka dia yang berada didepan pintu sedangkan kami semua berada di samping pintu masuk. Anton masuk dengan mngacungkan pistol kecil dengan peredam mungkin tapi entah itu jenis apa, maklum saja aku tidak pernah tahu mengenai jenis-jenis senjata. Anton kemudian memberi aba-aba kepada kami untuk masuk semua, tepat sekitar 3 meter dari pintu masuk ada sebuah tangga naik keatas. Terdengar musik yang sangat keras dari bagian 1 gedung.

“Dewo, aris... ikut aku ke atas, kalian berenam dan juga dira ke jalur 2 dan 1. Jalan arah lurus kedepan, lihat didepan sana ada mengarah ke kanan setelahnya akan ada belokan kekiri. Tepat ketika kalian belok kekiri didepan kalian jalan akan bercabang. Ke kanan adalah jalur 2, kekiri adalah jalur 1. Dan ingat, kerja sama! mereka sudah tahu mengenai dira, front women memang dira tapi tidak melulu dira,okay? Dan....”

“jangan rame, nanti kita dibawa ke ruang BK lagi ingat!” ucap anton sedikit ada canda mengingatkan kami mengenai masa SMA kami, kami hanya mengacungkan jempol saja dan beberapa saat kemudian anton, dewo dan aris menghilang naik ke atas lantai 2

Anton, Dewo,Aris
“bro, aku dulu yang naik” ucap anton

“Okey... kalau kamu mati ntar aku pinjam pistolnya ya?” ucap dewo

“buat apa njing?” ucap aris

“ya paling tidak aku mati dengan bawa pistol, biar keren gitu” ucap dewo

“asu! (Anjing)” ucap anton

Anton maju kedepan menaiki tangga dengan gaya yang memang benar-benar seperti seorang agen terpercaya. sebuah pistol dengan peredam dan sebuah senapan laras panjang berada di bagian punggungnya. Anton, Menaiki tangga diikuti oleh dewo dan aris dari belakang yang selalu bersiap ketika ada sebuah pertarungan didepan. Tepat disebuah pintu anton kemudian menyuruh dewo dan aris menyandarkan tubuhnya disamping pintu. Anton tepat berada didepan pintu.

“sssttt... ingat setelah aku dobrak pintu tunggu aba-aba dariku, okay?” ucap anton dan dewo dan aris hanya mengangguk

“dan ingat jangan terlalu banyak suara” ucap anton sekali lagi

Tok... tok...

Kleeeeeek...

Dherb... (suara pistol yang diberi peredam), satu orang yang membuka pintu tepat didepan anton langsung terkapar ketika keningnya terkena tembakan. Pintu kemudian terbuka sangat lebar.

“Hah?! Siapa kam...” ucap lelaki berikutnya tidak sempat menyelesaikan ucapannya, dan dhreb... suara tembakan dari anton kembali terdengar membuat lelaki itu terjatuh.

Anton kemudian langsung maju, tapi tanpa disangka sebuah tendangan ke tangan anton. Pistol terjatuh dan tendangan ke dua langsung menghampiri kepala anton. Anton jatuh kesamping setelah memasuki ruangan, ketika lelaki yang menendang hendak menginjak kepalanya. Sebuah pisau belati melayang dan menancap di lehernya membuat lelaki itu jatuh, ya aris masuk dan melamparkan sebuah belati. Situasi semakin panas, seorang lelaki mencoba mengeluarkan pistol dari pinggang belakangnya. Namun dewo terlebih dahulu melempar belatinya dan tepat mengenai sasaran di leher lelaki tersebut. Anton yang bangkit kemudian langsung menubruk seorang lelaki yang mencoba mengeluarkan pistol, aris berlari dan menendang seorang lelaki yang tampak sedikit kebingungan dengan keadaan yang terjadi. Seorang lelaki dengan tubuh tinggi besar mengacungkan pistol ke arah anton, kemudian dengan sigap dewo melakukan sliding tekel plus hantaman pada kelamin lelaki tersebut hingga pistolnya jatuh entah kemana.

Lelaki yang ditendagng aris terjatuh, lelaki tersebut bangkit dan meraih sebuah botol congyang. Dihantamkannya ke aris namun aris dapat menangkisnya dengan tangannya hingga botol itu terpecah. Aris melancarkan sebuah tendangan ke perut lelaki tersebut hingga lelaki tersebut terjatuh ke lantai untuk kedua kalinya dan botol pecah yang digenggamnya jatuh. Lelaki itu kemudian berdiri menghadap ke aris, dan...

“Taichi... sial aku tidak pernah menghadapi seni beladiri ini, sial!” bathin aris

Perkelahian kembali berlanjut, gerakan lambat dari lelaki tersebut dan juga bisa menghidari semua serangan aris dengan tenang. Setiap pukulan aris bisa dihindari, bahkan sebuah serangan balik ke arah pertahanan aris yang terbuka membuat aris terjatuh. Aris berdiri kembali dan berdiri di atas kuda-kudanya.

“tenang, lambat, waspada, dan counter attack... sial! Sulit sekali masuk ke dalam pertahananya” bathin aris

Kembali aris mencoba melancarkan pukulannya dengan sigap si lelaki tersebut meraih tangan aris dan membanting aris. Bahkan cap sepatu jatuh diwajah aris, dipukulnya kaki lelaki tersebut hingga lelaki tersebut mundur. Aris kembali berdiri, mencoba memikirkan serangan ke arah lelaki tersebut.

“catenaccio.... hmmm... total Football, masa bodoh dengan pertahanan, pasti ada titik lemah dari cara bertahannya” bathin aris

Sekali lagi aris, menyerang membabi buta. Sekalipun terjatuh aris langsung bangkit dan melancarkan serangan kembali, beberapa kali tangan aris bisa diraih oleh si lelaki tersebut dan tubuhnya terkena hantaman keras dari si lelaki. Walaupun hantaman terus bersarang di tubuhnya, aris tetap menyerang an terus menyerang. Bahkan setiap pukulan yang dilancarkannya sudah keluar dari teknik beladirinya. Setiap serangan yang dilancarkan aris membuat lelaki tersebut mundur kebelakang. Mundur, mundur dan mundur hingga si lelaki tersebut tidak memperhatikan langkahnya. Kakinya sedikit terpeleset, pertahananya terbuka dan satu pukulan aris bisa masuk TELAK! ke wajahnya lelaki tersebut. Lelaki tersebut jatuh dan matanya terbelalak ke atas... tak bangkit lagi. Aris tampak sekali ngos-ngosan, heran akan lawannya tak bangun lagi didekatinya lawan tersebut.

“Botol makan tuan...” ucap aris dan duduk disebelah mayat lelaki tersebut

Anton, yang sebelumnya menubruk tubuh seorang lelaki mendapat hantaman sikut pada punggungnya. Anton langsung melepas pelukan dari tubuh lelaki tersebut, dengan sedikit pukulan ke wajah lelaki tersebut. Kini, 2 orang telah berdiri saling berhadapan. Mereka tampak sangat berhati-hati dalam mengambil langkah. Anton tampak lebih tenang daripada lelaki tersebut, si lelaki kemudian melancarkan sebuah pukulan, dengan teknik beladirinya anton dapat menangkis serangan. Tapi tak disangka, ketika serangan dari lelaki itu dapat ditangkis tubuh anton diraihnya dan dibanting oleh lelaki tersebut.

“Judo... sama berarti, tinggal mana yang lebih kuat” bathin anton ketika berdiri

Dan yup, di awal anton dan lelaki tersebut tidak memperlihatkan bahwa mereka menguasai judo. Tapi sekarang, dari kuda-kuda mereka sudah terlihat dua ahli beladiri judo akan menentukan siapa yang paling ahli. Kedua lelaki ini kembali ke medan pertempuran, masing-masing dari mereka mengeluarkan teknik yang sama. Saling membanting, tapi setiap kali dari mereka mencoba mengunci pergerakan lawan mereka tampak sekali mereka bisamenghindar.

“Sial, kalau begini terlalu lama” bathin anton

Anton kembali menyerang lelaki tersebut, begitu pula dengan si lelaki. Hingga akhirnya, anton dapat mengunci lelaki tersebut walau harus melarang aturan dari seni beladirinya. Dengan gerak yang cepat, anton dapat mengunci leher lawan. Dan klek... lelaki itu sudah tidak bernyawa.

Dewo, menghadapi lelaki bertubuh besar sama dengan dirinya bahkan bisa di bilang memiliki berat badan yang sama. Sama-sama menyerang tanpa mempedulikan pertahanan mereka masing-masing, setiap pukulan bersarang di wajah mereka.

“cuih... kuat juga dia ternyata, kalau begini caranya pakai cara karyo saja” bathin dewo

Dewo kini mengendurkan serangan menunggu dari si lawan untuk menyerang. Tepat ketika si lawan melancarkan pukulan tangan kanannya, dewo merunduk dan bergerak kesamping tapi masih dalam posisi menghadap ke lawannya. Dewo kemudian meraih tubuh lelaki tersebut, dipeluknya erat tepat dibelakang si lawan. Dengan sekuat tenaga dewo melakukan bantingan kebelakang ala pegulat.

Brughhh..... lawan yang tidak siap, kepalanya pada posisi tegak sehingga ketika kepalanya menyentuh lantai lehernya tidak dalam posisi menekuk. Sesaat itu hantaman keras kepala dan lantai menjadi satu membuat nyawa lelaki tersebut melayang.

“Hai... ada yang punya rokok” ucap aris, anton kemudian melempar sebungkus dunhill

“ris...” ucap dewo dan langsung aris melempar bungkus itu

“kamu itu anjing tenan ton, katanya ndobrak malah mertamu (bertamu)” ucap aris, dan hanya di senyumi oleh anton

Arya, Wongso, Karyo, Parjo, Hermawan, Joko, Dira
Ditikungan pertama, mereka bersandar pada tembok...

“bagaimana ini?” ucap wongso yang berada didepan

“aku juga bingung” ucap arya

“sudah-sudah minggir semua...” ucap dira, yang dengan santai melangkah maju dengan santai

“ndak ada apa-apa kok ya pada bingung, sini sayang jalan sama akyu” ucap dira, membuat semua bergetar jantungnya

“sial, ini waria ndak takut mati apa?” ucap karyo

“alah, pikir nanti saja itu” ucap parjo menarik karyo untuk maju

“hati-hati dir, masih ada tikungan ke kiri dan nanti baru ada cabang” ucap arya

Akhirnya 7 orang ini bergerak dengan cepat dan hati-hati. Dengan langkah mengendap-endap, terlihat didepan mereka sebuah jalan bercabang. Terdengar suara dentuman dari gedung bagian satu semakin terdengar jelas da KERAS!. Tapi tanpa diduga ketika sudah dekat dengan jalan bercabang itu, tiba-tiba ada satu orang muncul.

“siapa kalian!” ucap lelaki tersebut

“hei ada penyusup!” ucap lelaki kemudian, tapi setelahnya dira berlari dan melompat menendang kepala lelaki tersebut hingga terjatuh tersungkur

8 orang kemudian berlari ke arah temannya yang ditendang oleh dira, beruntungnya bagi kelompok pada jalur 2 dan 1 ini dikarenakan suara dentuman keras dari gedung bagian 1. 8 orang tersebut datang diikuti oleh 7 orang dibelakang mereka. 2 orang lelaki mencoba menyerenga dira tapi dengan santainya dira, melorotkan penutup dadanya. Kedua laki-laki itu tercengang dengan kedua kepala merunduk melihat payudara indah dira. Kedua tangan dira langsung memegang kepala mereka dan wajah mereka dihadiahi oleh lutut dira. Tapi tak disangka satu orang dibelakang memberi bogem mentah ke wajah dira. Wongso langsung maju dan memberikan pukulan dipelipis kiri lelaki tersebut hingga terjatuh.

Akhirnya terjadi perkelahian yang sedikitnya ramai, 4 orang dari lawan telah terjatuh. Tapi masih ada 12 orang lagi. Karyo langsug meraih salah satu tubuh dari lawa dan dibanting berulang-ulang hingga nyawa lelaki tersebut tidak bisa ditolong lagi. 1 gugur. Wongso mendapatkan tendangan setelah menendang orang yang memukul sudira. Arya muncul dan langsung menghajar orang tersebut, diikuti parjo yang melompati tubuh karyo setelah membanting dan menendang lawan yang akan menghujamkan pisau ke arah karyo.

Beberapa lawan juga menyerang joko dan hermawan, nampak sekali lawan-lawan mereka bukan ahli beladiri namun bisa berkelahi. Joko tertendang ke belakang dan menghantam ke tembok, sedangkan hermawan bisa menghindari tendangan dari seorang lelaki yang terbang. Setelah berhasil menghindari lawan, hermawan maju dan memberikan pukulan telak pada lelaki yang ada didepannya hingga terjatuh. Lelaki yang sebelumnya melompat menendang hermawan akhirnya bisa memberikan sedikit rasa sakit pada punggung hermawan dengan pukulannya. Joko yang sebelumnya terhantam ke tembok, langsung bangkit dan maju menghampiri lelaki yang menendangnya. Pukulan melayang ke arah joko namun joko menghindar dengan merunduk dan memberikan uppercut pada lelaki tersebut tepat didagunya. Setelah memberikan uppercut, Diambil sebuah belati dari perlengkapannya dan ditancapkan ke arah lelaki yang memukul hermawan dari belakang. 2 gugur.

Arya, setelah berhasil memukul terkena pukulan kayu dari seorang yang datang lagi hingga dia tubuhnya kehilangan keseimbangan tapi tak jatuh. Ditahanya tubuh arya oleh wongso, wongso kemudian bergerak maju dan memberikan sodokan pada alat kelamin lelaki tersebut hingga tubuhnya membungkuk memegang kemaluannya dan kayunya pun terjatuh. Kayu tersebut diraih oleh wongso, dan dipukulkan keras ke arah kepala lelaki tersebut hingga dara terciprat dari kepalanya. 3 gugur. Lelaki yang sebelumnya di lutut oleh sudira, hendak memberikan tendangan ke arah sudira yang duduk bersimpuh dan menangis karena wajahnya terkena pukul tapi karyo dengan tubuh besarnya langsung bergerak dengan sedikit melompat menubruk dua orang tersebut. Lelaki yang sebelumnya ditendang dira, bangkit dan hendak menyerang sudira juga tapi arya bergerak terlebih dahulu mengambil belati dari perlengkapannya dan ditusukan ke perut sebelah kiri lelaki tersebut. 4 gugur.

Joko kemudian berbalik lagi menghampiri lelaki yang baru saja mendapatkan upper cutnya, belum sempat berdiri joko menancapkan belatinya tepat pada perut bagian belakang dari lelaki tersebut. 5 gugur. Hermawan yang terpukul ada bagian punggungnya tersungkur kedepan dan langsung melancarkan bogem mentah pada lelaki yang baru saja dipukulnya sekaligus untuk menghindari pukulan dari lelaki lainnya lagi. Hermawan ikut jatuh diatas lelaki tersebut. Sambil berguling diraihnya belati pada perlengkapannya dan ditusukan di dada lelaki yang baru saja (6 gugur) lalu kedua tangannya menyilang menangkis tendangan dari lelaki yang baru saja dihindari pukulannya. Joko dengan cepat melihat pertahanan lelaki yang menendang hermawan terbuka, langsung di tusuk dengan belati yang baru saja membunuh seorang dari mereka. 7 gugur. Lelaki yang ditusuk joko terjatuh dengan lututnya muncul dua orang dari belakang melompat dan tepat mengenai dada joko. Joko terdorong kebelakang dan untuk kedua kalinya terhantam ke tembok. Hermawan bangkit dan menarik belati, dua lelaki yang baru saja menendang joko tidak sadar akan keberadaan hermawan. Ditusuk satu orang lelaki, dan ditendang satu orang lagi ke arah joko. Tepat ketika lelaki yang ditendang ke arah joko maju, dan jleb... pisau sudah menusuk ke perut lelaki tersebut. 9 gugur.

Dua orang dibawah karyo, kepalanya dijambak dan dibentur-benturkan kelantai dengan sangat keras hingga darat keluar dari kepala mereka. 11 gugur. Wongso dengan kayu keras ditangannya melihat dua orang lelaki terbang ke arahnya, terlambat untuk menghindar ataupun menangkis wongso terkena tendangan mereka berdua hingga hampir terjatuh dan ditahan oleh arya. arya, yang tadi sudah menusuk satu orang mencabut belatinya dan menahan tubuh wongso. Dilemparkan belati itu ke arah satu orang lelaki dan menancap pada leher lelaki. 12 gugur. Satu orang menendang wongso tampak kaget, wongso yang kemudian bergerak mengayunkan kayu keras itu ke arah kepala lelaki yang meendangnya barusan. Dengan sigap lelaki tersebut menahannya dengan tangannya, tapi rasa sakit setelah menahan membuatnya membuka pertahanan. Diayunkan untuk ke dua kalinya kayu tersebut kekepala sang lelaki dan bugh... jatuh ke arah lelaki yang lehernya terkena belati arya. arya maju dan di raihnya belatinya kembali dan ditusukannya beberapa kali ketubuh lelaki yang dihantam kayu oleh wongso. 13 gugur. 3 orang dibelakang melihat teman-temannya gugur, melangkah mundur dan berteriak minta tolong. Tapi apa mau dikata, suara dentuman musik terlalu keras dan tak ada satu pun yang mendengar.

Dhreb... dhreb... dhreb....

Tiga orang langsung terjatuh tanpa nyawa, pas 16 gugur. Semua orang menoleh kearas asal tembakan tersebut. Sudira.

“tidak boleh ada yang menyentuh wajah dira, kecuali yayang eko hiks... eko maafin dira, wajah dira lebam huuuuu” ucap dira sambil memegang pistol

“mbak, dapat dari mana pistol?” ucap arya

“****** saja mereka, tahu ada musuh malah miih berantem. Tuh dari yang kamu tusuk tadi... ih sebel deh masa wajah dira jadi jelek? Kan sayang operasinya hiks” ucap dira

“hasyuuuuu (anjing)... nanti di permak lagi mbak yang cantik” ucap karyo

“iiih... mas karyo, makasih nanti dira kasih anus deh...” ucap dira

“gundulmu, kariati masih enak ketimbang kamu dir!” ucap karyo

“ssssssttt.... sudah... sudah, kita keposisi masing-masing” ucap wongso

“Siap!” ucap mereka bersamaan

Kembali Ke arya
Benar-benar membahayakan malam ini, tapi aku lihat mereka sudah mulai terbiasa dengan istilah membunuh. Aku sendiri masih merasa jijik dan bersalah ketika harus melakukan ini semua. Tapi bajingan itu harus dihentikan.

“Ar, ayo ke jalur 1” ucap wongso mengajakku

“oke, kalian hati-hati” ucapku kepada teman-teman

“siap!” ucap mereka berlima

Aku kemudian ke jalur 1 bersama wongso, kulihat ruangan disamping bagian satu tak ada kaca hanya sebuah kusen-kusen yang masih terpasang dan juga sebuah kusen pintu tanpa pintu yang terpasang. Ruangan tersebut berada agak sedikit naik dari lantai pada bagian satu. Dentuman keras suara musik menggelegar di tempat ini. tampak sekali mereka sedang berpesta, tapi ada beberapa perempuan yang sedang menari erotis disana. Aku dan wongso mengendap-endap agar tidak terlihat dan setiap kali melewati kusen pintu kami selalu menunggu saat yang tepat. Dan hap... yap... jap... akhirnya kami berdua bisa berada disebuah ruangan yang langsung lurus ke tempat kejadian perkara. Aku bersandar dibelakang tembok tepatnya tembok disamping pintu yang mengarah langsung ke lantai bagian satu, sedangkan wongso berada disampingku.

“kalian sudah ada diposisi?” ucap anton

“sudah” balas kami semua bersamaan

“bagus, tunggu aba-aba” ucap anton kembali

“okay bro” balas kami semua

Nafas kami bersatu dengan ketakutan kami, entah apa yang akan terjadi. Kegelisahan kami bersatu dengan dentuman musik yang keras, namun tiba-tiba suara musik kembali berhenti. kami semua terdiam, mengatur nafas kami sepelan mungkin agar tidak terdengar oleh mereka. walau ebenarnya tidak mungkin mereka mendengar nafas kami.

“Well.. well buat para kawan-kawanku, aku persembahkan mainan untuk kalian” ucap om nico

“wah... wah... secepatnya!” ucap seorang lelaki yang menurut anton itu adalah bandar (bandar 1)

“kayaknya ada yang bagus ini, aku mau yang hasil operasi saja kelihatanya bodinya bagus, ayo cepat keluarkan” ucap bandar 2

“aku yang masih muda saja, katanya ada 2 atau tiga. Okelah kalau begitu” ucap bandar 3

“ha ha ha ha... semua kebagian” ucap ayah

“ayo... cepat suruh mereka semua masuk, seret saja anjing-anjing itu! ha ha ha ha” ucap ayah dengan suara sangat keras

“cepat! Dasar lonte!” teriak seorang lelaki yang tengah menyeret seorang perempuan

Aku dalam keadaan tidak mengintip apa yang terjadi, tapi hanya bersandar dan mendengarkan suara mereka. perlahan terdengar suara perempuan meminta ampun, seakan aku mengenal suara itu tapi entah kapan aku pernah mendengarnya. Kucoba sedikit mengintip dari kusen pintu tersebut kulihat empat orang wanita yang dilempar dan jatuh bersimpuh didepan ayah dan...

“itu kan... ah sial, aku tahu siapa dia tapi aku lupa, siapa dia sebenarnya...” bathinku

Bathinku semakin berkcamuk melihat empat orang wanita, dua diantaranya aku mengenal mereka tapi dua orang wanita setengah baya itu, argh... entah siapa dia aku tidak pernah mengetahuinya tapi aku pernah melihatnya. Wajah wanita setengah baya itu seakan membawaku kembali ke masa lalu tapi aku tidak ingat siapa mereka, wanita sangat ayu dan putih kulitnya. Dua orang wanita lagi kelihatanya dia seumuran denganku lebih tua sedikit, wajahnya ayu, muda dan dari wajahnya seakan aku pernah melihatnya. Argh, siapa mereka berempat kenapa otakku tidak bisa mengingat terutama dua wanita setengah baya itu.

“Ar...” ucap anton

“eh, ya...” balasku

“itu nenekmu, dua wanita itu adalah istri dari kakekmu, kakek tian. Pak media bercerita kepadaku dan aku juga sudah mencari biodatanya” ucap anton

“apa? Nenek?... “ bathinku, kucoba menengok lagi dan melihat kembali keempat perempuan itu, mereka semua mengenakan pakian ketat tanpa pakian dalam

“itu nenek iya, itu istri dari kakek tian, sekarang aku ingat... nenek laila dan nenek ifah. Tapi kenapa... benar aku sekaran ingat pak media pernah bercerita kalau setelah kematian kakek tian, tak ada kabar dari mereka tapi siapa dua orang perempuan muda itu...” bathinku, aku kembali bersandar

“Ar, tenang jangan gegabah okay?” ucap anton

“eh iya nton...” ucapku, tangan wongso kemudian menepuk pundakku pelan, aku menengok kearah wongso dan mengangguk

“ibuuu hiks hiks aku takut bu... hiks....” ucap seorang perempuan

Aku terkejut ketika mendengar kata-kata perempuan itu. aku menengok kembali ke arah dan mengintip kembali. Seorang perempuan muda memeluk nenek laila dan seorang perempuan lagi memeluk nenek ifah. Sebuah memori kembali terulang, mataku mendelik tajam. Dimataku tergambar sebuah bayangan masa lalu.

“nenek laila hiks mbak alsa jahat, es krimku di makan mbak alsa huuuu huuuu huuu...” rengekku ketika aku masih kecil (dipanggil mbak bukan tante, karena umur yang sama itu sering terjadi di keluarga, ketika seorang keponakan memiliki om/tante yang seumuran)

“iiih.... kamu cowok kok cengeng banget!” ucap mbak alsa

“sudah, alya kamu ndak boleh begitu dong” ucap nenek laila

“alsa, jangan dimarahin dong adik kamu itu. sudah jangan nangis nanti nenek belikan es krim lagi” ucap nenek ifah

“sudah... jangan nangis lagi arya, nanti kita akan makan es krim lagi semuanya okay” ucap kakek tian

“horeee... terima kasih kakek” ucapku

“yeee... dasar cengeng huuu...” ucap mbak alya

“bener, cowok kok cengeng weeeekkk” ucap mbak alsa

“yeee biarin, weeeeek...” candaku saat itu

Tiba-tiba saja air mataku menetes jatuh dipipiku, tak mengira aku akan bertemu dengan mereka lagi setelah sekian lama tak berjumpa. Aku kembali lagi dan bersandar di tembok bersama wongso, wogso mencoba menenangkan aku.

“itu tante-tanteku, anak dari kakek tian hiks” ucapku di mikropon, yang didengar oleh semua koplak

“eh... aku tidak mendapatkan data untuk itu, ar kamu jangan gegabah. Tenang ar...” ucap anton

“iya ton...” ucapku

“Hei mana yang dua lagi, seret saja!” ucap om nico

“lepaskan, dasar bajingan kamu! lepaskan! Dasar kalian bajingan semua!” teriak seorang perempuan

Deg... deg...

“ah... lepaskan dasar kalian semua bajingan!” teriak seorang perempuan itu lagi

“lepaskan dia, jangan sentuh dia” ucap seorang wanita

“aaaw....” teriak kesakitan seorang perempuan yang dihempaskan kelantai

Sedari awal aku mendengar suara wanita itu, hatiku berdetak sangat kencang. Sedari awal aku mendengar rintih kesakitan perempuan itu membuatku semakin tersayat. Aku kembali menengok ke arah mereka semua dan...

“Nico, lepaskan Arda!” teriak wanita itu, tante wardani

Plaaaaak...

“diam dasar lonthe!” teriak om nico yang menghempaskan tamparan ke pipi perempuan tersebut

“Wardaaaaa!” teriak tante wardani dan melepaskan pegangan seorang lelaki. Tante wardani berlari kemudian memeluk perempuan yang dia panggil Arda. Mataku terbelalak tak mungkin salah mata ini memandang, tak mungkin salah kalau hati ini berkata jika wanita itu adalah...

DIAN!
 
Terakhir diubah:
Sudah di update, untuk indeks menyusul dikarenakan koneksi lemot...
Dikarenakan banyak yang meminta update jadi saya update satu saja, karena memang lanjutannya belum selesai bahkan belum saya ketik
update berikutnya bakalan LAMA
jadi mohon bersabar, karena banyak kerjaan belum selesai dan "garis mati"-nya semakin dekat

terima kasih

:Ngupil:

:ngacir: ke tempat tertinggi dan tak akan membuka semprot sebelum meditasi membuahkan hasil... terima kasih
 
update terpendek nya suhu DH

tapi ampuun,, sumpah baca nya deg deg deg.....

ternyata bener anak nya penjaga losmen...
tinggal tunggu The Behind Scene OF Dian nich
 
Lhaaaa ikiiiiii!semoga Ardah/dian bukan anak mahesa deh..kalau g incest yg pedihhh:mati:
Aduhh si Arya apaen mobilnya Mahesa ya?takutnya tar tu mobil remnya di blongin trus mahesa kabur sambil nyandera dian, kabur pake tu mobill....ahhhh semoga happy ending
 
manthap suhu DH, tetep setia nunggu update nya lg sampe turun gunungnya dian, ehhhh:kacau:
 
Aduh.. Dian jd sandera..

Apdetnya malah bikin tambah penasaran.. Arrrghh..
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd