Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Ketinggalan 3 apdetan... Kereeen paling suka sama pertarungan di ring nya.. ts ya kayanya jago beladiri deh,, bisa detail seperti itu...
 
Baru mau main malah di ganggu dan Woah ada misi rahasia, apakah ely yg dulu di kenal tedi polos berubah jadi Bagian mafia, kita tunggu di next episode ny..
 
so never trust anyone, even your self

World drives us crazy yeah :beer::Peace:
 
Ceritanya kereen... di pantau terus suhu.....
 
Chapter XXI
The Truth?


Senin 1 Juni 2015, fajar sudah menyingsing, hari ini aku sedikit telat bagun, sekarang sudah pukul 0600, biasanya, hari ini hari terjepit, karen besok libur lagi 2 Juni Waisak, jadi sebenarnya agak ogah juga ke kantor, tapi mesti bagaimana lagi.

Saat masih bermalas-malasan di atas ranjang, terdengan bunyi pintuku yang terbuka, lebih tepatnya bunyi numpad lock pintuku yang terbuka. Yang benar saja Nita sudah datang sepagi ini ke apartementku. Aku masih terlalu malas untuk bergerak, jadi aku biarkan saja dulu Nita di depan, aku masih ingin tidur.

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, aku berpura-pura masih tertidur, dengan posisiku yang melintang, aku merapatkan mataku. Samar-samar aku mendengar suara tawa kecil saat pintu kamarku terbuka, lalu bunyi kaki halus yang mendekati tempat tidurku.

Kemudian sesuatu yang hangat menyentuh bibirku, sebuah kecupan hangat mendarat di bibirku, aku pura-pura tidak sadar dan bibir itu terus melumat bibirku. Eh tunggu rasanya kok berbeda, tidak seperti bibir Nita biasanya, apakah dia mengganti lipsticknya? Bibir ini terasa lembut, dan kecil, tunggu bibir ini lebih kecil dari bibir Nita.

Aku lalu membuka mataku, ternyata benar itu bukan Nita, tapi Inggrid yang sedang melumat bibirku. Aku ingin mendorong tubuhnya, tapi rasanya tubuh ini tidak ingin, bibir Inggrit masih mengecup bibirku, dan matanya terpejam menikmatinya. Dia sepertinya sangat senang menyerangku saat aku tidur. Aku langsung memeluk tubuhnya dengan tangan kiriku, dan menariknya mendekatiku, dan membalas kecupannya, aku tidak tahu mengapa aku melakukan itu.

Mata Inggrid sempat terbuka saat aku mengecup dan memeluknya, lalu Dia pejamkan lagi. Dengan sekali tarikan aku menarik tubuhnya yang dari samping tempat tidur, tubuhnya yang mungil membuatku mudah melakukan itu, ku tarik dia naik ke atas ranjangku dan sekarang aku menindihnya. Dia menjerit kecil, dan kini aku berada di atasnya, mata kami saling tatap.

“How do you get in?”, aku penasaran bagaimana mungkin dia masuk kedalam apartementku, aku tidak pernah memberitahukan kunciku padanya. Inggrid malah ternyum dan merangkul leherku, dan menarik tubuhku turun mengecupnya.

“It’s your birthday”, lalu dia ternyum menatapku, memang benar sih pin ku itu adalah ulang tahunku, tapi Inggrid sepercaya diri itu datang ke apartementku sepagi ini dan menekan pinku dan masuk seperti ini. Ini bisa dilaporkan polisi juga ini, dasar Inggrid ini, penuh dengan kejutan.

“Sudah ah, nanti bajuku lecek”, kemudian Inggrid mendorongku menjauhinya, dia kini terduduk di atas ranjangku dan begeser kebawah untuk menuruni ranjang, dia hanya menggunakan rok sepaha dan kemeja putih, dia senang sekali mengenakkan kemeja putih ke kantor. Saat dia sudah berdiri di pinggir ranjang aku memperhatikannya, roknya tersingkap hingga kebokongnya yang sekal dan celana dalam hitamnya terlihat dengan jelas.

“Ups”, sambil mengucap itu Inggrid menatapku dan tersenyum, kemudian perlahan menarik roknya turun dengan tangannnya sambil menggerak-gerakkan pinggulnya, sexy.

“Kenapa kamu datang sepagi ini di apartementku Ling?”, kataku sambil turun juga dari ranjangku.

“Oh iya, Mama ada buat ayam masak obat, katanya sekalian buat Kokoh”, sambil dia merapikan bajunya, dan memeriksanya lagi, dia takut ada yang lecek.

“Maunya sih bawa ke kantor, tapi Elly, eh… Ling takut Ce Anita cemburu”, sambil dia berjalan menuju pintu untuk keluar kamar, dan tentu saja ku susul dari belakang.

“Ce Anita itu sepertinya suka banget loh sama kokoh, keliahatan dari cemburunya kemarin”, sambil Inggrid mulai menyiapkan mangkuk dan membuka termos rantang yang dia bawa. Lalu Inggrid mulai menuangkan sup ayam itu ke mangkuk yang telah dia siapkan.

“Ah sok tahu kamu”, lalu aku duduk di meja makan menunggu sajian dari Inggrid, rasa tuan banget nih.

“Intuisi wanita, terlihat kok juga di mata Ce Anita”, sambil memberikanku sup itu lengkap dengan sendok.

“Mau Ling suapi?”, sambil tersenyum padaku dan mendekatkan duduknya di sampingku.

“Ah ngak usah kali”, sambil mengambil sendok itu dan mulai makan, rasanya sudah lama tidak makan makanan tradisional seperti ini, rasanya membuatku kangen, rasanya sudah lama sekali sejak ibuku memasakkan ini, sudah lama sekali. Inggrid duduk di sampingku, menopang dagu dan menatapku dengan wajah yang imut.

Aku lalu mengambil sesendok lalu menyuapinya ke Inggrid, dia membuka mulutnya dan menyeruput sup itu, lalu dia pun tersenyum. Aku ingat dulu aku juga pernah menyuapinya, saat dia menjengukku di rumah sakit, saat aku di rawat karena kejadian itu.

Inggrid saat itu datang menjengukku karena khawatir padaku, kata dokter dia belum mau makan sebelum melihat keadaanku. Jadi saat dia menjengukku, sekalian saja aku suapi dia untuk makan dan aku sendiri makan bersamanya, rasanya saat itu aku baru saja mendapatkan seorang adik dalam hidupku.

Tapi wanita yang duduk di hadapanku saat ini entah aku anggap adik atau apa, rasanya sangat aneh, perasaan ini berkecamuk, sebenarnya apa yang ku rasakan terhadap Inggrid, dan apa yang Inggrid rasakan padaku.

Aku kemudian tersadar, kalau sebentar lagi bisa saja Nita datang, apa yang harus kulakukan apa yang harus ku katakan pada Nita agar tidak datang, atau bagaimana caraku membuat Inggrid pergi, atau bagaimana jika mereka bertemu di lift, gawat. Aku juga belum bersiap dan sekarang sudah pukul 0640, bisa berabe.

Saat aku mulai merasa khawatir, tiba-tiba LIN# ku berbunyi, rupanya dari Nita,
Nita : “Honey, aku baru bangun, aku tidak singgah ke apartementmu ya pagi ini”

Tedy: “Kamu kebablasan tidurnya J”

Nita : “Iya gara-gara kamu, aku siap-siap dulu”

Secepatnya ku balas dan tidak ku perlihatkan pada Inggrid tentunya, kemudan malah dia yang bertanya dari siapa sepagi ini, aku bilang dari Lin# Today, maaf ya Nita.

Akhirnya aku mengahabisi sup buatan Ai Xing, rasanya buat kangen rumah sebenarnya. Inggrid membantuku membersihkan kamarku saat aku sedang makan tadi.

“Ko Tedy, I want to ask you some think?”, wajahnya tampak serius dan dia berdiri depan pintu kamarku, sepertinya ada sesuatu yang aneh.

“Apa kamu beneran tidak punya pacar?”, dia menanyakan ku dengan nada serius, dan begitu pula dengan tatapannya. Apakah ada sesuatu yang dia temukan dalam kamarku yang mengarak kepada perempuan atau kepada Nita.

“Kokoh harus mencariku jika butuh sesuatu, karena aku menemukan sisa-sisamu dan menempel di sepraimu koh, buangnya pakai tisu jangan di gosok di kasur ah jorok”, katanya tiba-tiba menempel rapat padaku, dia menemukan bercak sperma di atas sepraiku. Aku kira hal lain yang mengerikan, untung saja dia hanya mengira aku masturbasi.

“Atau mau di bantu sekarang?”, sambil tangan Inggrid tiba-tiba memegang penisku yang masih terbungkus celana. Aku dibuatnya terkejut, dan menarik pinggulku mundur, awasnya nanti ku balas.

“Ling kamu masih punya hutang padaku, saat kamu menunggangiku”, aku sambil mengangkat dagunya dengan tangku, dan mengarahkan bibirnya untuk ku kecup. Inggrid dengan cekatan memutar tubuhnya menjauh dariku sehingga aku tidak hasil mengecupnya, sambil tersenyum dia mengambil tasnya dan menuju ke pintu apartementku.

“Kalau kokoh mau, nanti Ling kasih, tapi tidak sekarang”, sambil membelakingi ku dan menepuk bokongnya sendiri di hadapanku, dan berlari meninggalkan apartementku. Dia melakukannya lagi, sama seperti waktu itu, menginggalkanku begitu saja di apartermentku. She need to stop that.

Tapi kembali aku teringat pesan Pak Stanly kemarin malam, aku tetap harus berhati-hati dengan Inggrid, aku masih tidak tahu apa yang sebenarnya dia rencakan, mungkin tidak padaku, tapi pada tim ku saat ini, terutama pak Stanly.

***

Hari ini di kantor, tidak banyak aktifitas, dan tidak banyak kegiatan lainnya, kantor terasa lengang, karena banyak juga karyawan yang memanfaatkan hari ini untuk mengambil cuti karena memang hari terjepit. Hari ini juga tidak ada rencana penandatanganan apapun, atau pertemuan apapun jadi kami sebenarnya lebih terasa makan gaji buta.

“Ted, kamu ngak ambil cuti?”, tiba-tiba Boby bertanya padaku, out of no where.

“Besok kan waisak, kamu Buddhist kan?”, sambungnya lagi.

“Yes, but’ I’m not all kind of religues type”, jawabku dengan santai, ya aku memang bukan tipe religius, dan lebih tidak peduli sebenarnya. Tapi pertanyaan itu membuatnya teringat pergi ke biara itu lagi, untuk menemui bhiksu itu lagi.

“Kokoh besok Waisakka puja dimana?”, tiba-tiba Elly bertanya, aku lupa kalau Inggrid juga Buddhist, dan sejak pertanyaan itu terlontar dari mulut Inggrid, kepala Nita sudah terlihat melalui kubicalnya menatapku dan Inggrid bergantian. Aku harus memilih jawabanku dengan tepat, jika tidak ingin berakhir dengan penderitaanku.

“Aku tidak ke Vihara sepertinya, hanya menghabiskan waktuku menikmati liburan”, jawabku dengan santai saja.

“Ko Tedy sendiri kan disini, makanya malas ke Vihara, besok ikut keluargaku saja ke Vihara, biar ada yang nemenin…”, kata Elly kepadaku, cukup lantang dan keras hingga terdengar hingga meja Pak Stanly.

“Iya, denger tuh atheis, sekali-kali ke Vihara tuh, jangan cuman di KTP saja ada isinya”, tiba-tiba Pak Stanly nyeletuk dari mejanya, tanpa mengangkat kepalanya, dia sepertinya masih sibuk dengan laporan regional lain. Tapi ini sepertinya adalah komando terselubung dari Pak Stanly.

Aku mengalihkan pandanganganku dan bertatapan dengan Nita, matanya melotot menatapku, aku hanya menatapnya balik, tanpa berkata. Entah apa yang dipikirkan Nita, tampak dia mau marah tapi gimana lagi.

“Iya tuh Ted, sekali-kali kamu ibadahlah”, tiba-tiba terucap dari mulut Nita. Entah ini pertanda baik atau pertanda buruk. Mungkin Nita tidak ingin menunjukkan kecemburuannya pada Elly karena itu dia menyuruhku pergi.

“Kali saja di sana bisa nemu gadis yang seiman, atau mungkin sudah ada di depanmu ko”, sambung Elly, dengan nada centil di kubikal depanku, sambil tertawa cengengesan. Nita langsung berbalik ke arah Elly dan menatapnya, berusaha menahan perasaannya, lalu Elly balik menatap Nita, dan Nita langsung mengalihkan wajahnya, dan berusaha menjaga ekspresinya.

Entah apa yang dipikirkan Nita dengan jawabannya tadi, aku juga tidak habis pikir. Jadi akhirnya aku harus menjawab sekenanya dengan statement mereka semua.

“Ya udah liat saja besok kalau aku bangun”, jawabku ala kadarnya menenangkan keriuhan penonton ini.

“Elly besok bangunin deh pokoknya ko, kalau perlu Elly ke tempat kokoh”, jawabnya dengan centil lagi dan seperti melirik ke arah Nita, sepertinya dia memang sengaja mengumpan Nita. Nita tampak tetap tenang seperti sedang mengerjakan pekerjaannya, tapi entah perasaanku atau apa, terasa hawa mengancam dari Nita, seperti ketika aku sedang berhadapan dengan musuh di arena.

“Koh, rumahnya dimana?”, Elly pura-pura pula bertanya dimana alamatku, padahal sudah tahu, sudah pernah nyusup lagi.

“Ah ngak usah ah, nanti malah rusuh lagi kamu”, jawabku singkat, mencegah terjadinya pertumpahan darah.

***

Ted : “Sayang, aku tidak akan pergi berdua dengan Elly kok”

Nita : “Ngak papa juga kok, kan pergi ketempat ibadah”

Ted : “Kamu tidak cemburu?”

Nita : “Untuk apa cemburu, yang pasti hanya aku yang ada di hatimu, ya kan?”

Ted : “Iya sayang, hanya kamu Anita xxxxx yang ada di hatiku”

Chat ku dengan Nita setelah aku berada di apartementku, ya karena hari ini hari Senin aku bisa lebih bersantai di apartementku, tentu saja aku ingin menggunakan waktuku untuk merilekskan diri. Jam baru menunjukkan pukul 1800, aku masih punya banyak waktu untuk bersantai hari ini.

Sambil bermalas-malasan di sofa ruang tamu, dan mengganti-ganti chanel tvku, sebuah pesan masuk di WhatsApp-ku.

Inggrid : “Ko, besok kita bareng ya ke Vihara”

Inggrid : “Di panggil sama Papa Mama, katanya pengen ketemu ko Tedy”

Ini adalah statement yang paling sulit di tolak, ketika orang tua yang sudah memanggil akan sangat sulit bagi yang muda untuk menolak, sudah kultur kami, dan pasti akan sangat tidak enak.

Ted : “Besok kebaktian jam berapa?”

Ling : “Jam 10, jam 9 sudah di sini lah ko”

***

Akhirnya keesokan paginya, aku telah tiba di depan rumah Ling, Shu Yacob dan Ai Xing sudah siap untuk berangkat. Akhirnya kami berangak dengan menggunakan Mobil Shu Yacob, dan tentu saja aku yang menyupir.

Kami berkendara menuju ke Vihara yang berada di pinggiran kota, ke Vihara yang waktu itu aku kunjungi. Rupaya mereka juga sering ke Vihara ini untuk beribadah biasanya.

***


Hari Selasa Waisak ini, rasanya berbeda, karena biasanya aku sendiri tidak ke tempat ibadah untuk melakukan peribadatan, hari ini aku disini, bersama dengan keluarga Shu Yacob. Aku merasa menjadi bagian dari keluarga kecil mereka, penuh keceriaan, penuh rasa syukur dan khusuk. Aku menjadi berterima kasih akan hidupku yang indah, keluarga yang bahagia, dan selalu saling menjaga. Hal ini membuatku merindukan keluargaku.

Dalam hatiku aku merasa bersalah, karena aku mengatakan tidak akan pergi dengan Inggrid,tapi tidak sepenuhnya salah juga, karena yang ku katakan tidak akan berdua, ya kami berempat saat ini. Jadi aku tidak sepenuhnya berbohong, ya mungkin ini juga adalah logika untuk membenarkan diriku sendiri.

Setelah puja selesai, kami memutuskan untuk makan bersama terlebih dahulu, di salah satu restoran yang dekat dari sana. Kata Shu Yacob, tempat ini cukup enak dan agak tidak ramai, tapi entah kalau hari raya seperti ini.

Akhirnya kami tiba ke tempat makan itu, tempat yang cukup besar, terdiri dari beberap lantai, akhinya kami naik ke lantai dua, karena lantai satu sudah penuh. Tempat ini menyajikan chinese food, dan ada juga tempat karaokenya ala-ala, untuk para pengunjung yang ingin berkaraoke secara gratis.

Kami berbincang cukup banyak, bisnis Shu Yacob dalam distribusi bahan material maju sangat pesat sejak berada di sini, awalnya hanya toko sederhana, dan kini telah menjadi agen beberapa merek besar untuk propinsi ini, sehingga tidak heran Shu Yacob dan Ai Xing harus sering keluar kota untuk mengurusi bisnis mereka.

Inggrid sendiri setelah lulus SMA, memutuskan untuk bersekolah di luar kota, dan disana sempat bekerja sebentar dan akhirnya memperoleh pekerjaan di bankku sekarang ini, dan benar kota itu adalah regional pak Stephen. Akupun memastikan, bahwa apakah dia di interview oleh Pak Stephen di sana.

“jadi waktu itu yang interview kerjanya siapa di sana?”, tanyaku memancing Inggrid.

“Iya, waktu itu kalau tidak salah namanya Pak Stephan, dia yang interview, katanya untuk penempatan di sini ko”, jawab Inggrid dengan ringan.

“Karena sudah kangen rumah juga, akhirnya Ling terima saja”, sambung Inggrid, sambil melanjutkan makannya.

“Iya, jadinya bisa kumpul lagi”, sambung Ai Xing sambil menatapku.

“Mungkin takdir juga, Ling bisa kembali ke sini, dan bertemu dengan Tedy lagi”, sambil Shu Yacob menepuk bahuku, hal itu membuat Inggir tersenyum malu dan aku hanya bisa tertawa kecil mendengar itu.

Informasi saat ini, memang benar Inggrid di interview oleh Pak Stephen dari Regional 4, tapi dia tidak menutupi hal itu dariku, apakah memang ada sesuatu ataukah hanya ke kawatiran Pak Stanly. Masih terlalu awal untuk mengambil kesimpulan. Tapi saat ini aku tidak tahu apakah yang dikatakan Inggrid benar atau bohong.

***

Akhirnya kami telah tiba di rumah Inggrid, kedua orang Tua Inggrid masuk terlebih dulu, sambil aku memarkirkan mobil di temani Inggird di sebelahku.

“Ko, mungkin Ko Tedy udah dengar dari Pak Stanly”, tiba-tiba Inggrid membuka pembicaraan dengan wajah yang serius.

“Ada apa Ling?”, tanyaku padanya pura-pura bodoh.

“Mengenai posisiku di kantor”, jawab Inggrid.

“Aku tahu pak Stanly mencurigaiku, karena aku diterima oleh saingannya, Pak Stephan Region 4”, sambung Inggrid dengan santai. Aku hanya diam dan memperhatikannya.

“dan mengenai itu, kecurigaan Pak Stanly benar, Pak Stephen memintaku mencari informasi yang bisa menjatuhkan karir pak Stanly”, sambil Inggrid menatapku tajam, mata kami bertemu dan bertatapan, apa yang direncanakan Inggrid mengapa dia memberi tahuku.

“Apa yang diinginkan Pak Stephan?”, aku kembali berusaha mencari tahu apa yang di inginkan.

“Dulu, saat awal cabang ini berdiri, ada rumors di cabang bahwa Pak Stanly dan Mbak Claudia ada affair, sekitar 7 tahun yang lalu”, jawab Inggrid, hal ini cukup mengejutkanku juga, walau tidak bisa di pungkiri mereka berdua sejak dulu sudah satu tim sejak cabang ini berdiri, sedikit atau banyak mereka pasti memiliki ikatan.

“Ling sendiri masih mencari tahu hal itu, entah mereka menutupnya dengan rapi, atau memang tidak ada apapun di antara mereka”, sambil Inggrid merebahkan tubuhnya di Jok mobil, dan menatapku.

“tapi kini malah Ling yang terikat affair dengan mu ko”, sambil tersenyum manja padaku. Aku hanya membalas senyum Inggrid, entah kenapa perasaanku seperti berbunga melihat senyuman Inggrid, rasanya hangat.

Lalu Inggrid beranjak turun dari mobil, dan berjalan masuk ke rumah, yang kususul dengan segera.

***

Sore hari, aku sudah berada di Dojo, mulai melatih seperti biasanya, ada yang berbeda hari ini, karena banyak yang sedang liburan, jadi terasa lebih sepi. Namun hari ini di tambah kehadiran Inggrid di sini. Dia memperkenalkan dirinya kepada semuanya sebagai Elly, ya untuk alasan keamana dirinya saja, dan agar tidak ada identitas ganda.

Walau Inggrid baru mulai berlatih dengan sabuk putihnya, dia telah memiliki besik beladiri yang bagus, sehingga dia dapat belajar dengan cepat, walaupun ada beberapa posisi dan gerakan yang sulit dia sesuaikan, karena perbedaan prinsip dan teknik dasar, She’s doing it well.

Dasar-dasar beladiri Inggird, adalah tarung drajat, mungkin karena yang melatihnya adalah salah satu orang kepercayaan Ayah yang menjaga keluarganya dulu. Dia adalah salah satu body guard wanita yang luar biasa. Dia dulu sempat menjadi penjaga kakak perempuanku sebelum akhirnya di tugaskan menjaga keluarga Inggrid.

Walau tubuh Inggrid terlihat imut dan kecil, pukulannya efektif dan tegas pada targetnya, efisien dan mematikan. Keunggulan dari mereka yang bertubuh kecil tidak bisa dipungkiri adalah kecepatan dan kegesitannya menghindari serangan dan melontarkan serangannya. Hal ini sangat terasa dari gaya bertarung Inggrid saat aku mengetesnya saat awal latihan. Dan untuk latihan –latihan selanjutnya Inggrid akan ikut meramaikan Dojo.

***

bersambung Chapter XXII
 
Terakhir diubah:
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd