Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
hmm bener2 good meal ya seharian.. Itu si pengawas ujian bakal masuk jadi yg ketiga buat Ted nggak nih? Haha
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Chapter XXX
After Dinner




Malam ini masih awal, masih lama waktu kami untuk di habiskan bersama, tapi entah mengapa setiap bersama Nita, waktu terasa begitu cepat berlalu. Seolah takkan pernah cukup waktu di dunia ini jika ingin ku habiskan bersamanya, selalu kurang, selalu ingin terus bersamanya.

Bibir kami masih terus bertautan, saling memanu kasih, rasa hangat dari tubuh Nita terasa menghangatkan jiwaku. Lengan ku merangkul tubuhnya, mendekapnya dengan erat, lengan Nita melingkar di leherku menarik tubuhku semakin erat dan bibir kami saling mengunci. Gaun backlessnya membuat tanganku dapat merasakan langsung kulit Nita, terasa halus dan hangat. Rambutnya yang sudah terikat pun tidak lagi menggangu tanganku yang bertualang di punggungnya.

Aku kini mendorong tubuh Nita, membuatnya terbaring di sofa, Nita hanya pasrah menerima perlakuanku padanya. Aku kini menidihnya, kini Nita sudah tidak bisa bergerak dengan leluasa, tapi malah lengannya semakin menarik kepalaku, mengecupnya semakin erat dan dalam.

Aku berusaha menyelipkan tanganku melalui rok lebarnya, dan tentu saja dengan mudah aku berhasil meraih bokong sekal Nita. Nita menggeliat, berusaha mengangkat sedikit bokongnya agar lenganku lebih luasa meremasnya, benar-benar pacar yang pengertian. Awalnya aku mengira baju dan rok yang Nita kenakkan terpisah, ternyata merupakan satu kesatuan. Aku menyadarinya ketika tanganku berusaha mencari resliting rok itu, dan tidak menemukannya.

Akupun mengalihkan tanganku, bergerak menuju dadanya. Aku meremas dengan lembut payudara Nita, perasaan nikmat ini, perasaan yang lembut di tangan ini, memberikan perasaan surgawi dunia tersendiri. Terdengar suara desaha halus dari bibir Nita, walau bibir kami terus bertautan.

Tapi kemudian Nita menghentikanku, dia mendorong sedikit tubuhku, menatapku dengan tatapannya yang sayu, yang di terangi cahaya remang.

“Ted, i just want to say i am all yours do what you please”, lalu bibir kecilnya tersungging, tersenyum, dan Nita kembali memejamkan matanya menyambutku. Aku pun kembali merapatkan bibirku pada bibirnya, mengecupnya dengan mesrah. Terasa tnagan Nita tidak tinggal diam, dia berusaha menarik kemejaku keluar dan menyelipkan tangannya di bawah kemejaku. Terasa tangannya yang hangat yang menyelip melewati celah bajuku menyapu punggungku.

Aku kemudian menghentikan ciuman kami, baju ini terasa menggangu, akupun melepaskan kemeja, saat aku akan meraih kancingku untuk ku buka satu persatu, tiba-tiba Nita meraih tanganku dan mencengkram bajuku. Nita kemudian menyentakkannya dan membuat semua kancing baju itu terpental.

“I just want to do it”, sambil tersenyum lebar padaku.

“Itu sebabnya kamu menyiapkan baju ini’, sambil akupun tertawa kecil, melihat ulah Nita ini. Akupun lalu meraih pundak Nita dan memegangi bajunya. Aku kemudian juga langsung menariknya turun, cukup kencang, membuat payudara Nita seolah melompat keluar dari bajunya. Nita puun menjerit kecil karena itu, dan dia berusaha menutupi kedua payudaranya, mungkin karena terkejut. Nita kemudian menatapku dengan tatapan seolah sedang marah padaku dan menggigit bibir bawahnya.

Walau tidak berhasil merobek baju Nita, paling tidak payudara Nita sudah terexposes, karena baju tersebut lengan panjang, tidak seluruhnya baju itu terlepas, hanya hingga sikut nita saja. Hal itu juga membuat Nita kesulitan bergerak. Aku kemudian menarik lagi lengan baju Nita dan membuat kedua lengannya keluar dari bajunya, Kini Nita sudah topless. Karena bentuk gaunnya yang sekarang sedang menggelayut di bagian depan tubuh Nita, akhirnya Nita dengan sendiri melepaskan gaunnya itu dengan memelorotkannya turun. Akhirnya kini Nita hanya mengenakkan celana dalam di hadapanku.

Aku sendiri juga telah melepaskan kemeja tadi dan sekarang kembali mendekap tubuh Nita dalam redupnya cahaya lilin. Aku mengecup kening Nita lalu kembali kami berciuman, sentuhan kulit Nita di dadaku terasa hangat, gesekan kulit kami, membawa kehangatan bagi kami berdua.

Aku melepaskan ciumanku, kemudian beralih ke payudara Nita, ku julurkan lidahku dan bermain di sekitar putting kirinya, dan tangan kananku mulai membelai dan meremas payudara kanannya. Dari jilatan-jilatan kini berganti menjadi kecupan-kecupan dan hisapan-hisapan kecil di putting Nita. Kemudian berganti menjadi gigitan-gigitan kecil yang tentunya membuat Nita meringis halus, tapi bukannya menghentikanku, tapi semakin membenamkan wajahku dalam pelukannya dengan kedua tangannya. Sedikit sulit bernafas sih, tapi tetap saja nikmat. Aku mempercepat aktifitas ku di payudara Nita, bibir maupun tanganku, membuat dada Nita sendiri menjadi naik turun berusaha mengambil nafas.

Aku kemudian berhenti sejenak dan memandang wajah Nita, Nita terlihat masih berusaha mengumpulkan nafsnya dan perlahan membuka matanya dan memandangku, seperti bertanya mengapa aku berhenti. Kemudian aku meraih dagunya dan menyapu tanganku turun menuju lehernya yang jenjang dan mencengkram leher Nita. Nita mendesah halus lalu matanya membelalak, sepertinya dia sadar apa yang ku maksud. Nita kemudian meraih tanganku, melepaskannya dari lehernya lalu mengecup tanganku dan berdiri meninggalkanku.

Merogoh kedalam tas yang ia bawa, dan kemudian kembali dengan mengenakkan chocker pemberianku, sambil tersenyum dia berjalan melenggang kembali padaku.

“Maafkan aku Tuan, aku melupakannya tuan”, Nita pun bersimpuh di hadapanku yang sedang terduduk di sofa itu, tempat kami bergumul tadi. Masih dalam keadaan duduk, ku elus pipinya, lalu Nita menangkap tanganku dan mengecupnya serta menempelkannya di pipinya.

“Lalu hukuman apa yang cocok untuk budakku yang pelupa ini?”, sambil tetap membiarkan Nita bermain dengan tanganku. Tentu saja aku tidak akan benar-benar menghukumnya hanya karena chocker itu.

“Aku akan melaksanakn semua hukuman yang Anda perintahkan Tuan”, sambil Nita menatapku manja, seolah menunggu hukuman apa yang akan aku berikan padanya. AKupun berdiri dari sofa, dan melepaskan ikat pinggang yang aku kenakkan. Lalu aku berdiri dan berjalan ke belakang Nita dan menarik kedua tangannya kebelakang.



Aku mengenakkan ikat pinggang jenis micro-adjust (ikat pinggang tanpa lubang) sehingga dengan mudah dapat aku gunakan untuk mengikat tangan Nita. Cukup di kencangkan dan tangannya sudah tidak bisa bergerak lagi. Kini tangan Nita sudah terikat di belakang, dan Nita menoleh kebelakang dan sedikit tersenyum nakal padaku. Ku kencangkan ikatan itu, membuat Nita kembali meringis dan memejamkan matanya, dia terlihat menikmatinya.

Aku kembali berdiri di hadapan Nita, memegangi dagunya dan mengangkatnya, menatapku.

“Let’s see, what will be your punishment”

***
bersambunga
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Chapter XXX - 2
After Dinner 2


Kini mata Nita tertutup, ku tutup dengan salah satu dasiku yang berwarna hitam, tanggannya terikat di belakang karena ikat pinggangku, dan ku buat dasi dan ikat pinggang itu saling mengait, sehingga membuat wajahnya menengadah. Aku biarkan tubuh telanjang Nita menikmati dinginnya ac apartementku, membuat tubuhnya terasa sedikit dingin.

Aku diam tanpa suara, membuat Nita tidak tahu apa yang akan aku lakukan selanjutnya, terlebih matanya yang tertutup dantangannya yang terikat. Aku kemudian mengambil potongan es dari dalam kulkasku, mengambil beberapa keping dan ku letakkan dalam mangkuk.

Aku kemudian setengah mengendap menghampiri Nita. Dia masih tenang, sepertinya berusaha mendengarkan sekitarnya. Tapi tentunya langkahku di atas karpetku tidak akan mudah terdengar olehnya.

Aku kemudian berjongkok di belakang Nita, masih dengan memegangi mangkuk berisi es tersebut. Aku mengecup telinganya, membuat Nita terkejut dan menjerit kecil dan juga menggeliat, kemudian aku hanya tertawa.

“Ah….ah…” terdengan lenguhan panjang dari bibir Nita, ketika aku menempelkan es pertamaku di punggungnya. Nafasnya pun terbatah batah menahan kejutan dingin di punggungnya itu. Sentuhan es itu dan aliran air yang mengalir dari es itu membuat Nita semakin menggeliat. Dia berusaha berdiri, namun segera ku letakkan mangkukku dan ku tahan bahunya.

Nita mendesah dan berusaha melepaskan tubuhnya, mungkin dia kegelian, tapi aku tetap berusaha menahannya, membuat tubuhnya kini menggeliat hingga terbaring di atas karpet. Aku tetap menekan tubuh Nita, sehingga membuatnya tidak berdaya menahan serangan esku, terdengar juga tawa dari bibir nita, tapi juga di saat bersamaan terus mendesah.

Saat es pertamaku habis, Nita sepertinya tampak lega dan berhenti menggeliat, walau punggungnya masih basah, dan terasa dingin, setidaknya tidak akan sedingin es tadi. Nita kini berusaha mengatur nafasnya kembali dan menenangkan dirinya.

Aku kemudian menarik tubuh Nita untuk kembali berlutut, dan Nita seolah masih lunglai dan berusaha mengatur nafasnya. Lalu ku kecup bibirnya dengan buas, membuatnya kembali kesulitan bernafas. Aku mendekapnya walau tangannya masih terikat kebelakang dan lehernya tetap menengadah, itu memberikan kepuasan tersediri bagiku. Tubuhnya yang pasrah dan tidak berdaya ini, tubuh yang sepenuhnya milikku, bukan hanya tubuhnya tapi juga hatinya milikku sepenuhnya.

Aku menarik bibirku dari Nita, tapi bibir Nita masih terbuka lebar, masih menanti ciumanku dengan nafas yang masih memburu. Ku raih wajahnya dengan tangan kiriku dan kuselipkan dua jariku ke dalam mulutnya. Nita pun mengatupkan bibirnya dan mulai menghisap kedua jariku, dengan lidahnya yang bermain-main diantara jemariku itu. Ku masukkan jariku semakin dalam, hingga menyentuh pangkal lidahnya, membuatnya sedikit tersedak, lalu ku tarik lagi keluar, dan ku ulangi terus menerus. Jariku kini sudah di penuhi liur Nita, dan bahkan mengalir keluar dari bibirnya dan mulai membasahi dagunya. Akupun kemudian berdiri, tentunya dengan jariku masih bermain dengan bibir manis Nita.



“Are you ready for the main course?”, tanyaku pada Nita dengan suara yang berat dan keras.

“Yes, master”, jawab Nita dalam deru nafasnya, dia sudah di penuhi nafsunya, Nita benar-benar menikmati permainan ini. Sambil jariku tetap bermain di bibirnya, tangan kananku membuka celanaku, dan ku pelorotkan hingga selutut, begitu juga dengan celana dalamku. Penisku yang sudah tegang dari tadi kini telah bebas, dan siap memuaskan Nita.

Aku perlahan mendekat ke wajah Nita dan menempelkan penisku ke pipinya, Nita yang merasakan batang hangat itu menempel di pipinya melepaskan kulumannya pada jariku dan mulai menjilat sisi penisku. Seperti mendapatkan mainan favoritnya, mainan lainnya dia tinggalkan.

Nita yang mulai menjilati penisku, berusaha mencari dimana kepala penisku dengan lidahnya. Tentunya tidak perlu waktu lama untuk Nita menemukannya, kini dia berusaha memasukkan penisku kedalam mulutnya. Setelah memposisikan tubuhnya lebih baik dan tepat di hadapan penisku, Nita membuka mulutnya lebar dan menjulurkan lidahnya, dan berusaha memasukkan seluruh penisku kedalam mulutnya.

Walau tidak berhasil memasukkan seluruh penisku dalam mulutnya, penisku sudah mennyentuh seperti dinding dalam mulut Nita. Nita pun tersedak, tapi dia berusaha menahannya, dan berusaha menghisap penisku lagi. Nita benar- benar berusaha mengulum penisku, dia memang wanita yang pekerja keras.

Nita memaju mundurkan kepalanya perlahan, dan aku hanya berdiri tegak menunggu tiap hentakan kepalanya ke penisku. Rasa Nikmat ini, rasa mendominasi ini, rasa berkuasa akan Nita ini membuatku semakin terbuai dalam kenikmatan.

Liur Nita semakin mengalir keluar dari bibirnya dan juga membasi kantung zakarku, membuat nafas Nita juga semakin memburu, dan akhirnya dia harus melepaskan penisku dari kuluman bibirnya untuk mengatur nafasnya.

“Bagus sayang, mulutmu melakukan tugasnya dengan baik”, kupuji Nita dan ku belai rambutnya, dan terlihat senyuman di wajahnya, Nita benar-benar senang dengan pujian itu.

“Terima kasih tuan”, jawab Nita sambil menikmati elusan tanganku di rambutnya.

“Nita, sekarang katakan padaku, apa tugas mulut manismu ini?”, sambil ku belai bibirnya dan mencubit sedikit pipinya.

“Untuk memuaskan Tuan”, jawabnya dengan lembut dan lirih, tapi bukan itu yang ingin ku dengarkan Nita, aku ingin jawaban yang lebih nakal, lebih cabul dari bibir manismu.

“Bagaimana cara bibir ini memuaskanku sayang?”, sambi kembali ku tempelkan sedikit kepala penisku ke bibir lembut Nita, tapi ketika lidahnya menjulur ingin menjilatnya aku menarik kembali pinggulku. Terlihat raut kecewa di bibir Nita ketika dia tidak berhasil melakukannya, dan kembali ku tempelkan dan ku tarik kembali ketika dia berusaha menjilatnya lagi. Tentunya Nita wanita yang cerdas, dia tahu apa yang ingin aku dengarkan.

“Bibirku ini, untuk mengecup bibir mu, juga penismu, lidahku ini untuk menjilat p…”, aku menghentikan ucapan Nita dengan jariku di bibirnya. Kemudian ku tundukkan badanku mendekatkan bibirku pada telinganya dan berbisik padanya.

“Bukan penis sayang, Kontol”, bisikanku itu membuat Nita menarik nafas panjang, kami memang selalu memilih bahasa yang halus dan menggunakan bahasa yang sopan di lingkukan kerja dan keseharian kami.

“Jadi, apa tugas mulut manismu Nita?”, kembali ku tegakkan badanku dan bertanya pada Nita.

“Mulut ini, untuk mengulum KONTOL-mu Tuan”, jawaban dengan suara manis dan kata yang nakal dari mulut Nita, rasanya sangat senang mendengarkan itu, rasanya sangat puas telah mendengar itu dari mulutnya.

“Pakailah Mulutku Tuan, rajam Kontolmu dalam mulutku!”, sambung Nita dengan suara manjanya dan dia akhiri dengan gertakan giginya, lalu dia membuka lebar mulutnya dan menjulurkan Lidahnya.

“say please”, kataku pada Nita, aku ingin dia meminta dengan baik, semua permintaan harus di dasarkan kata tolong atau please tentunya.

“Please Maseter, use my mouth”, terdengar lirih dan manja disertai berakan tubuh Nita yang mengayun kekiri dan kekanan seperti memanja memohon padaku, aku menyukainya, karena itu akan kuberikan dia penisku.

Ku sentuhakn penisku kelidah Nita yang sudah menjulur lalu perlahan ku majukan, dan terus dan terus hingga hampir 2/3 dari penisku masuk dan tidak bisa lagi, dan terrasa Nita sedikit tersedak. Akupun menariknya mundur dan memajukannya kembali, kali ini pinggulku yang bergerak dan kedua tangaku menahan kepala Nita agar tetap di tempatnya.

Aku bergerak semakin cepat, dan cepat, sesekali Penisku berhasil masuk sepenuhnya dalam mulutnya, dan Nitapun tersedak, tapi tidak kupedulikan lagi, air liur nya dia biarkan mengalir keluar membasahi lehernya yang jenjang dan juga menetes hingga karpetku, penis ku juga sudah basah dan mengkilap karena liur Nita.

Tapi kalau seperti ini aku tidak akan mencapai puncakku, begitupun dengan Nita, akhirnya ku benamkan penuh penisku dalam mulut Nita, dan membuatnya kesulitan bernafas dan beberapa kali tersedak. Kini dia berusaha meronta, karena sepertinya penisku menutup jalan nafasnya, dan ku tarik dengan kencang penisku keluar dari mulut Nita, terdengar bunyi becek, dari penisku yang melesat keluar dari mulut Nita.

Nita kini berusaha mengatur nafasnya kembali, walau mulutnya tetap terbuka lebar, dan liurnya terus menetes, seperti dia akan muntah, tapi dia berhasil menahannya. AKu melihat penisku yang masih tegap juga penuh dengan liur Nita dan terasa hangat, dan penis ini masih berkedut, masih belum terpuaskan.

***
bersambung
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Wow... Hardcore kah?

Mantap update
Masih main softcore...
Sesekali kek pertamax... mosokbiosolar mulu...
Biosolar lebih mahal loh...

Mkasih updatenya om..

Meskipun ken...............tang
:pandapeace::pandapeace:
Updatenya masih pendek hu
kok tega ??? kok kentaaang😭😭😭
Masih berlanjut kentang...hahahaha....

Ada lanjutan ny, ijin baca dulu gan..
Lanjut lagi kokoo..
Silahkan di lanjutkan bacanya...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd