Mantichora
Story by : Nona Violet
Rated : Mature
Starring : Haru Nakamura,Hikaru shinoda,Yuki Maeda
Genre : Horror, Gore, Romance.
Warning : Typos, Bloody scenes.
________________________________________________
Mantichora
Chapter V
.
.
Berlama-lama dengan murid yang kini sudah duduk cantik disampingnya sambil memperhatikan apa yang Haru terangkan dengan seksama, tak tau kenapa malah membuat Haru melupakan rencana awalnya. Rencana menjebak Yuki untuk dimangsa seperti gadis-gadis sebelumnya, perasaan aneh itu semakin menguat saat hidungnya mencium aroma wangi dari tubuh Yuki yang duduk disampingnya ini, aroma vanila yang manis aroma yang membuat sesuatu didalam tubuhnya menjadi meningkat. Perasaan itu tidak bisa dia artikan oleh Haru sendiri. Entah mengapa Haru merasa ingin menyentuh Yuki, memeluknya dan mencium wanginya dengan penuh perasaan lalu menanamkan benih dirahim wanita itu. Seperti saudara-saudaranya yang lain, Haru seharusnya juga cepat memutuskan untuk mencari ibu untuk anaknya, agar rasnya tidak punah. Tapi bukan Haru jika tidak bisa menahan dirinya sendiri. Haru tau wanita seperti Yuki tidak akan memohon dirinya untuk ditiduri seperti wanita-wanita lain, Haru bahkan masih ingat pandangan gadis ini saat teman-temannya mengelu-elukannya, gadis tomboy ini malah memandangnya dengan tatapan jijik. Jadi Haru harus bersabar, jika Haru menyentuhnya sedikit saja Yuki bisa lari dan tidak bisa dia dekati lagi.
"Jadi apa yang belum kau pahami Yuki-san? kuharap penjelasan singkat tadi cukup membantumu." Tanya Haru mencoba berinteraksi dengan Yuki.
"Ngg..." Wajah Yuki sedikit bingung, ada sesuatu yang ingin dia tanyakan tetapi ragu sekaligus malu.
"Ng???" Balas Haru dengan wajah bertanya-tanya. "Tanyakan saja, kau tidak mau kan jika apa yang ingin kau tanyakan ini muncul dilomba dan kau tidak tau jawabannya?"
Yuki masih tampak ragu-ragu, tapi dia harus bertanya untuk memuaskan hasrat ingin taunya.
"Maaf sensei, aku masih tidak mengerti kenapa penis itu bisa terangsang?" Pertanyaan yang membuat Haru sedikit kaget, itu terlihat dari wajahnya yang menegang. "Maksudku apa saja yang membuatnya bisa ereksi dan berubah menjadi keras?" Dengan polosnya Yuki meloloskan kalimat-kalimat yang membuat 'eeeh' senseinya jantungan.
"Eh itu...itu, eh Yuki-san kau yakin tidak tau hal itu?" Tanya Haru sedikit terbata. 'Oh ayolah Yuki bukankah kau gadis yang katanya pintar? tapi hal umum begini saja tidak tau??'
Yuki menggeleng dengan hati-hati. Sementara Haru sedikit sweet drops dibuatnya.
"Em baiklah, jadi rangsangan agar penis ereksi ya?" Ulang Haru meyakinkan pertanyaan Yuki dan diiyakan oleh anggukan gadis bermarga Maeda itu.
"Pada dasarnya penis yang ereksi
menandakan terjadi proses kimia di
dalam tubuh sebagai reaksi terhadap
adanya stimulasi seksual. Stimulasi
seks terbagi dua yaitu stimulasi fisik
seperti bersentuhan, berciuman atau
meraba alat vital, dan kedua stimulasi
mental seperti memikirkan wanita
cantik atau mengkhayal erotis." Jawab Haru sesimple mungkin, 'Iya seperti saat memandangimu, mungkin' batin Haru menyeringai tipis.
Yuki yang sedari tadi terlihat memperhatikan gurunya menerangkan ternyata pandangannya tak jauh berbeda dari Haru. Senseinya ini tidak buruk juga, tidak seperti dikelas tadi kali ini dia lebih lembut, dan lihat matanya yang tajam, hidungnya yang mancung dan bibir yang seksi itu membuat Yuki kurang konsentrasi. Pantas saja teman-temannya sangat tergila-gila padanya. Tapi stop dia pria yang mesum seperti Hikaru rekannya.
"Jadi kau paham Yuki-san??" Tanya Haru tiba-tiba menyadarkan Yuki dari kegiatan memandangi gurunya.
"Eh iiya!" Jawab Yuki sedikit gelagapan. Oh Yuki sudahlah, kau tau gurumu itu telah menangkap basah dirimu memperhatikannya?
"Ada yang ingin kau tanyakan lagi?" Tanya Haru masih berusaha bersikap normal walau hatinya bersorak senang karena Yuki sempat tidak berkedip menatapnya.
Yuki memeriksa catatannya kembali lalu bertanya, "Lalu jika ereksi adalah tanda laki-laki terangsang bagaimana dengan tanda wanita yang juga terangsang?, dan apakah tidak sakit saat Vagina dimasuki penis yang sudah ereksi?" Tanya Yuki kembali, dan membuat senseinya dengan susah menelan ludahnya sendiri mendengar pertanyaan Yuki.
"I-itu..." Oh ayolah Haru, kenapa kau tiba-tiba jadi gugup? Apa jatuh cinta itu membuat seorang monster juga bisa salah tingkah? ini menggelikan!
"Kenapa Sensei??" Tatap Yuki dengan wajah tidak mengerti. Baginya hari ini adalah kesempatan bertanya sebanyak-banyaknya pada senseinya itu. Hanya untuk persiapan lomba, padahal tidak ada lomba yang menanyakan pertanyaan cabul seperti itu kan.
"A...tidak tidak aku hanya, em memangnya kau belum pernah terangsang?" Akhirnya Haru bisa menguasai dirinya.
"A-aku tidak tau sensei...sepertinya tidak pernah." Jawab Yuki dengan pipi memerah. Memang seingatnya tidak ada hal yang membuatnya terangsang. Hal ini membuat otak licik Haru berputar mencari cara memanfaatkan situasi ini untuk sedikit bermain-main dengan Yuki.
"Wanita tidak jauh berbeda jika terangsang, biasanya ditandai dengan ujung payudaranya yang juga ereksi, dan keluarnya cairan kewanitaan dari vagina. Nah cairan itulah yang membuatnya tidak terasa sakit jika terjadi penetrasi." Tutur Haru sambil menatap lekat Yuki yang wajahnya tiba-tiba memerah. Menyadari hal itu Haru sengaja melanjutkan keterangannya. "Dan sama dengan pria, menstimulasi ujung dada dengan cara menyentuhnya dengan lembut juga bisa membuat wanita terangsang Yuki-san."
"E-e begitu ya?" Tanggap Yuki sedikit salah tingkah. Tanpa disadari Yuki pria yang dipanggilnya sensei itu sedikit gelisah oleh juniornya yang sedikit berontak didalam celananya.
"Kau yakin sudah mengerti Yuki-san??"
"Iya sensei, tapi aku masih kurang paham." Jawab Yuki sambil membetulkan posisi duduknya kembali menghadap depan.
"Biologi, Fisika, Kimia tidak akan jelas bahkan tidak akan mengerti jika tidak dipraktekan bukan?" Seringai Haru menatap Yuki dengan hasrat tertahan.
"P-praktek??" Yuki membelalakan matanya kaget.
Haru menggeser badannya agar semakin dekat dengan Yuki, ia tatap wajah Yuki dari samping. Lalu membelai pipi Yuki pelan. "Ya itu jika kau mau, lagipula itu demi lombamu nanti kan?" Ucap Haru lagi-lagi menggunakan kata lomba untuk merayu Yuki.
Dengan ragu Yuki membalas tatapan senseinya. "Apa tidak apa-apa?" Tanya Yuki yang terhipnotis mata indah Haru yang tajam.
Tanpa menjawab pertanyaan Yuki, dengan lembut Haru menyusupkan tangan kanannya keleher belakang Yuki, dan mendekatkan wajahnya keleher jenjang Yuki, mencium aromanya sebentar lalu mengecupnya pelan.
'Cuph'
"Sssh...ahn!" Desah Yuki kaget dan sedikit menjauh karena kegelian, seharusnya dia marah karena hal kurang sopan ini, tapi Yuki berusaha menahan diri, karena jujur saja ini sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
"Ne?? kenapa?" Tanya Haru tanpa melepaskan bibirnya dari leher putih itu, malah menggeser bibirnya keatas menuruti lekuk leher Yuki dan berhenti ditelinga kiri Yuki. "Praktek ini tidak akan melukaimu, percayalah..." Bisik Haru ditelinga Yuki, sensasi hembusan nafas hangat itu membuat Yuki memejamkan mata menahan geli yang berbeda.
Sedangkan pria yang menginginkannya ini tersenyum licik saat mendapati sang dewi es hanya mendesah tertahan dan tidak menolak saat lidah hangatnya mulai menggelitik pelan ditelinga kiri sang dewi. Siapapun tidak akan ada yang bisa menolak Haru pangeran Mantichora soraknya dalam hati.
"Yuki-chan? kau tadi bertanya soal bagaimana tanda seorang wanita terangsang bukan?" Tanya Haru melepaskan kegiatan menjilatnya pada Yuki. Dan hal itu membuat Yuki sedikit malu karena dia masih memejamkan matanya saat bibir lembut itu sudah tidak lagi berada dipermukaan lehernya.
"Em..i-iya sensei." Jawabnya sedikit kaku dan dibarengi dengan membuka matanya.
Haru masih mengelus pelan tengkuk Yuki dengan tangannya. "Aku akan menunjukkannya padamu semuanya, sampau kau bisa mengerti sendiri. Cup!" Satu kecupan hangat kembali mendarat dileher Yuki, dan kembali sukses membuat Yuki kegelian.
"Emh...sensei..."
"Yuki-chan, ini adalah leher." Bisik Haru sambil terus menghirup aroma vanilla yang berasal dari leher mulus Yuki. "Bagi wanita ataupun pria sama saja, jika leher mereka dijilat seperti ini."
"Ahh..." Suara desahan Yuki lebih terdengar seperti orang terkejut saat lidah Haru menyapu permukaan leher mulus Yuki.
"Maka rasanya tetap akan menimbulkan rasa yang menyenangkan bukan?" Lanjut Haru diiyakan dengan anggukan Yuki.
Lalu Haru kembali membawa bibirnya ketelinga Yuki dan kembali berbisik disana. "Ini adalah telinga, sama seperti leher pria dan wanita tetap saja akan terangsang jika telinga mereka diperlakukan seperti ini." Lidah Haru dengan seenaknya menerobos lekuk-lekuk telinga kiri Yuki membuat dada Yuki makin berdetak lebih kencang. Dan seperti sebelumnya Yuki mendesah tertahan saat ujung lidah kasar Haru mengorek-orek lubang telinganya.
"Ssshh...senseih..."
"Hm??? Kau suka Yuki-chan?"
"Hu'um." Jawab Yuki ditengah sensasi aneh yang melandanya.
Setelah puas menjilati telinga Yuki, kepala Haru sedikit menjauh hanya untuk melihat telinga Yuki yang putih itu menjadi kemerahan dan basah. Pemandangan itu membuatnya menyeringai menang.
Yuki kembali membuka mata lentiknya dengan pipi yang memerah. Saat mata saphire indah itu memberanikan diri menatap wajah Haru, disana sudah disambut oleh mata emerald yang tak kalah indah. Kedua mata unik itu bertemu kembali membuat jantung keduanya makin berdegup kencang, bedanya kali ini sorot mata sebiru langit itu lebih lembut dan bersahabat.
Haru memandangi wajah cantik Yuki, membingkai wajah itu dengan kedua tangannya lalu mengagumi semua yang terukir diwajahnya. "Kau cantik," Ucap Haru yang kemudian menempelkan bibirnya dibibir Yuki, membuat gadis itu melebarkan matanya tak percaya, untuk beberapa saat ia merasa pandangannya kabur, kepalanya pusing dan terasa terbang ke awang-awang. Ini adalah ciuman pertamanya wajar saja membuat gadis bersurai biru gelap ini merasa seperti itu.
Bibir Haru semakin menekan pelan bibir beraroma peach milik Yuki. Sepertinya Haru tak ingin terburu-buru memperlakukan Yuki lebih jauh, terbukti ciuman itu hanya sekedar menempel dan diiringi kecupan-kecupan kecil saja.
Haru menjauhkan wajahnya dan tersenyum pada Yuki yang wajahnya kemerahan seperti udang rebus. Lalu tatapannya menurun ke dada Yuki yang berukuran 38B.
"Yuki-chan maaf apa aku boleh menyentuhnya?" Haru meminta persetujuan Yuki untuk menyentuh dada besarnya yang tampak ranum itu.
"Eh??" Yuki tampak ragu.
"PRmu tadi salah kan dibagian soal gambar anatomi payudara??" Haru mengingatkan PR yang jawabannya salah tadi. "Bolehkah aku memberi tahumu dimana letak-letak kesalahanmu tadi?"
Tanpa menjawab Yuki hanya menganggukan kepalanya pelan tanda setuju.
Haru memegang dada kanan Yuki dengan hati-hati, berharap gadis itu tidak shock dan menolak. Lalu meremasnya dengan pelan yang ternyata diiringi lengkuhan tertahan Yuki.
Haru mendekatkan lagi wajahnya dan mencium telinga kiri Yuki, tangannya menyentuh dada Yuki yang masih terbungkus seragam dan meremasnya pelan. "Yuki-chan ini adalah payudara. Bentuknya cembung ke depan bervariasi," Tangan Haru mengikuti bentuk cembung dada kenyal itu dan meremasnya agak lama, sambil lidahnya bermain-main ditelinga lalu turun keleher mulus Yuki. Kembali Yuki dibuat memejamkan manik birunya dan meringis dibuatnya, nafasnyamemburu dadanya semakin berdebar. Haru yang menyadari itu semakin bersemangat menyentuh Yuki.
Sampai pada akhirnya Haru melepaskan kegiatannya lalu berpindah berlutut didepan Yuki, membiarkan Yuki tetap duduk disofa yang empuk. Yuki yang tidak mengerti hanya menatap heran pada guru yang tiba-tiba tampak begitu menggairahkan didepan Yuki.
Haru tersenyum dan membelai rambut Yuki, dipandanginya wajah Yuki yang masih terlihat tak mengerti, kemudian tangannya berpindah memegang kancing jas sekolah milik Yuki. "Boleh aku membukanya Yuki-chan?"
"I-iya." Entah kenapa tanpa berfikir panjang Yuki mengiyakan permintaan Haru. Mungkin karena sebagian tubuhnya mulai menyukai sentuhan Haru.
Merasa mendapat lampu hijau, Haru tak ragu-ragu lagi mulai membuka satu persatu kancing jas sekolah Yuki lalu membuangnya kesembarang tempat. Lalu melanjutkan membuka kancing kemeja panjang berwarna putih yang berhiaskan dasi berwarna merah bermotif kotak-kotak dengan garis orange dan hitam senada dengan rok pendeknya. Baru tiga kancing yang dibukanya, tampak pemandangan yang membuat Haru menelan ludahnya sendiri. Emeraldnya menangkap indahnya bongkahan dada dengan ukuran jumbo berhias bra berwarna merah, kontras sekali dengan dadanya yang seputih porcelain. Walau branya tidak berenda seperti wanita kebanyaakan karena Yuki tidak suka, tapi itu tidak mengurangi keindahan yang membuat celana Haru semakin menyempit.
"Se-sensei.." Tatap Yuki mengatakan jangan saat tangan Haru mulai membuka penutup payudaranya.
Seolah mengerti apa yang dirasakan Yuki, Haru menggenggam kedua tangan Yuki, "Tidak apa-apa, hanya aku yang melihatnya. Aku akan merahasiakan ini dari siapapun." Entah kenapa sorot mata dan setiap kata yang meluncur dari bibir Haru selalu membuat Yuki merasa aman dan tidak apa-apa, maka dari itu Yuki hanya diam tak menjawab itu cukup membuat Haru yakin dia mengijinkan Haru membuka branya.
"Yuki-chan aku akan menunjukan bagian-bagian payudara ini agar kau mengerti dan paham." Tangan Haru dengan cekatan menyingkiran kemeja Yuki dari badannya menampakan kulit putih nan lembut selembut salju, kini badannya hampir polos hanya tersisa bra merah lalu dibantu Yuki dengan melepaskan pengait branya yang dibelakang. Dengan hati-hati Haru membuka penutup terakhir dada Yuki dengan menyingkapnya keatas.
"W-wooah..." Gumam Haru dan berhenti bernafas saat dada berukuran 38B itu terpampang didepan manik hijau daun itu. Menelan ludahnya sendiri dengan susah karena terhipnotis dada besar dengan puting berwarna kemerahan seperti bibir bayi agak transparan, entahlah Haru belum pernah melihat dada seindah itu. Kalau boleh saat ini juga Haru akan menyergap benda sialan yang membuat kejantanannya tersiksa dibalik celananya itu. Menjilat dan menghisap dengan brutal benda bulat kenyal dengan ujung kemerahan itu sebagai balasan telah membuat Haru tersiksa. Tapi Haru cukup kuat menahan diri, kalau tidak dia tidak akan mendapatkan apa-apa.
"Eh" Sementara Yuki memalingkan wajahnya saat Haru terdiam memandangi dadanya, Yuki merasa sangat malu, ini pertama kali baginya menunjukan barang pribadi ke orang lain. Jantungnya pun masih berdebar hebat, tangannya dingin.
"Sensei jangan memandanginya begitu." Yuki tidak tahan lama-lama payudaranya ditatap mesum oleh gurunya itu, lalu menyilangkan kedua tangannya menyisakan pemandangan yang tak kalah seksi. Perutnya yang putih dan langsing dengan pusar sebagai hiasan alaminya malah menarik perhatian Haru.
Haru mendekatkan kepalanya disana dan mengecup pelan, membuat perut itu berjingkat geli atas perlakuan Haru.
"Ahhs...sensei."
Haru tersenyum melihat Yuki memejamkan mata dengan menutupi kedua payudaranya, "Kenapa ditutup?" Tangan Haru mencoba menyingkirkan tangan Yuki dari sana.
"Um..aku malu bentuknya jelek." Jawab Yuki tanpa menatap Haru, baginya ini terlalu memalukan.
"Tidak apa-apa, buka saja aku suka." Haru berhasil membuat dada itu kembali polos. "Dan tolong buka matamu, bagaimana kau mengerti saat aku menerangkan.Lihatlah saat aku menyentuhnya." Pinta Haru pada Yuki dan berlahan Yuki membuka matanya.
"Seperti yang aku katakan tadi," 'G-glek' Haru susah payah menelan ludahnya lagi. "Ini adalah payuda," Sentuh Haru pada dada kanan Yuki yang telah polos itu. Puting yang agak mengeras terasa ditelapak tangan Haru. "Dan ditengahnya terdapat putting susu yang terdiri dari kulit dan jaringan erektil." Jari Haru menyentuh puting Yuki.
"Aaah senseih..." Desis Yuki saat jari telunjuk Haru menari disana.
'Ah' seharusnya kau jangan mendesah dulu Yuki, kau fikir hanya kau saja yang ingin berteriak? kau tau ini membuat senseimu hampir kehilangan kendali.
"Payudara manusia berbentuk
kerucut tapi sering kali berukuran
tidak sama." Haru kini meremas kedua dada Yuki bersamaan, "Dan dadamu ini lebih besar yang kanan, yang aku remas ini." Terang Haru membuat Yuki menahan nafas.
"Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram." Terang Haru masih asyik meremas dan menekan mainan barunya tidak peduli gadis esnya itu menahan geli dengan wajah semerah tomat.
"Ada tiga bagian utama payudara,
yaitu Korpus atau badan, yaitu
bagian yang membesar ini," Haru menekan bongkahan kenyal itu dengan gemas. "Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah ini, tapi punyamu ini bukan kehitaman kurasa, tetapi kemerahan. Aku suka ini," Jari Haru bergerak-gerak melingkar mengikuti bentuk areola Yuki.
Haru menyeringai lebar melirik keatas mendapati Yuki kembali memejamkan matanya dengan bibir sedikit terbuka yang malah membuatnya semakin terlihat seksi.
"Lalu ini adalah papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara." Lanjut Haru sembari memencet puting Yuki pelan.
"Aaahhh ssensei..." Jerit Yuki yang sela-sela jarinya kini sudah terisi rambut pirang Haru karena menahan kepala Haru yang berada didepan dadanya. Yuki yang merasakan nikmat pada ujung payudaranya inipun mendesah lagi dengan nafas terengah, sedangkan Haru dengan sengaja malah memelintir kedua puting imut itu lebih lama agar Yuki semakin menggeliat seksi.
"Puting payudara ini mengandung ujung-ujung saraf perasa yang sensitif, dan otot polos yang akan berkontraksi bila ada rangsangan seperti ini." Haru menjilat pelan puting payudara kiri Yuki dan aroma khas vanilla dari tubuh Yuki kembali menyapa lembut indra penciumannya, sementara payudara yang kanan sudah ia remas dengan hati-hati yang langsung disambut desahan Yuki, desahan itu terdengar seperti melodi yang indah. Maka setiap desahan itu keluar dari mulut Yuki semakin membuat Haru bergairah untuk semakin menjilat, mengulum serta menggigit kecil puting Yuki. Puas menjilat puting Yuki, Haru kembali mencucup benda kecil menggairahkan itu, menghisap layaknya bayi yang kehausan, kanan kiri Haru memperlakukan kedua payudara itu secara adil. Meski begitu Haru melakukan semua itu dengan lembut, seakan tidak ingin melukai sedikitpun tubuh Yuki.
"Aaaahh...sensei, s-sudah...ah..." Dasah Yuki saat ujung lidah Haru bergerak cepat memainkan ujung putingnya yang sempurna mengeras, ia merasa perutnya sangat geli dan nikmat selain itu ia juga merasa kewanitaannya semakin basah, apakah ini yang namanya terangsang? entahlah yang jelas Yuki menyukainya.
Haru melepaskan mulutnya dari puting Yuki yang berubah warna menjadi semakin merah basah oleh liur Haru. Saat Haru melihat wajah Yuki lagi, gadis pemilik rambut selembut sutra itu tampak bernafas tersengal-sengal dengan bibir peach yang terbuka dan dada yang naik turun membuat Haru tak tahan dan langsung menyerang bibirnya.
Yuki sedikit gelagapan oleh penyerangan Haru yang tiba-tiba, namun itu tak berlangsung lama karena Haru mampu membuat Yuki merasa aman. Bibir keduanya saling kecup, dengan bantuan Haru tangan Yuki kini mengalung dileher Haru. Walau ragu-ragu Yuki memberanikan diri membalas kecupan Haru. Sampai Haru merasa ciuman itu membosankan, lantas Haru menjilat-jilat bibir Yuki, berlahan-lahan membuat bibir Yuki terbuka dengan lidahnya. Tidak lama bagi pria itu membuat mulut Yuki menerima lidahnya. Dengan kemampuannya Haru menjilati lidah Yuki dan mengajaknya menari, tapi tanpa pengalaman sebelumnya lidah Yuki hanya diam tak membalas.
Tak kehabisan akal akhirnya Haru yang bekerja sendiri, dengan penuh gairah dia kulum lidah Yuki. Lalu lidah Haru habis-habisan menginvasi mulut Yuki, memainkan lidahnya didalam tenggorokan Yuki, mengabsen satu persatu gigi gadis itu dengan lidahnya tanpa rasa jijik. Sedangkan Yuki masih memejamkan matanya menikmati permainan Haru.
"Yuki-chan?" Panggil Haru dengan lembut, entah sejak kapan panggilan san yang tadi berubah menjadi chan.
Yuki membuka matanya berlahan, kembali kedua mata indah itu bertemu. Walau pandangan Yuki menyipit karena horny, tidak menutupi keindahan bola matanya yang biru.
"Yuki-chan? balas ciumanku." Pinta Haru, merasa permainannya tidak imbang.
"Tap-tapi tapi ak_."
"Kau hanya perlu membalas seperti kau menjilati es krim Yuki-chan." Kembali Haru mengecup bibir Yuki tanpa mendengar alasan gadis tomboy itu. Lidahnya kembali memasuki mulut Yuki, menjilat lidah kasar Yuki untuk memancingnya menari bersama.
Tidak sia-sia usaha Haru, kini Yuki mulai membalas lilitan lidah Haru meski masih tampak malu-malu. Haru semakin menekan tubuh Yuki dan berusaha membuka kemejanya sendiri tanpa melepaskan ciumannya. Setelah kemeja biru polos milik Haru itu terlepas dari tubuhnya, kembali Haru meremas dada Yuki. Meremas-remas dan memainkan puting kecil Yuki sementara ciumannya semakin panas, saling mengigit dan menjilat, saling bertukar saliva dan menelannya. Sampai Yuki mendorong tubuh Haru karena kehabisan nafas.
"Sensei?? K-kenapa sensei melepas baju?" Cicit Yuki menalingkan wajahnya lagi merasa malu dan degdegan melihat tubuh tegap senseinya yang seksi.
"Kenapa malu sih? aku hanya menemanimu telanjang kan. Aku rasa tidak adil jika kau sendiri yang tidak pakai baju." Jawab Haru, lalu berdiri dan menarik pergelangan tangan Yuki untuk mengikutinya berdiri. "Aku tunjukan kau sesuatu." Yuki dengan tubuh setengah polosnya hanya menuruti permintaan Haru walau ada tanda tanya tersirat dari wajahnya.
Haru duduk disofa dan menarik lagi tangan Yuki untuk duduk dilantai sama seperti dirinya tadi dan Yuki masih menurut.
Kini wajah Yuki bisa melihat bebas perut kencang Haru, disana terdapat otot-otot yang kekar dan sedikit basah karena keringat, sebagai wanita normal Yuki hanya menelan ludahnya sendiri mengagumi keseksian laki-laki dihadapannya ini. Walau tidak sixpacks tapi itu cukup membuat Yuki tidak bernafas.
Haru mendekati wajah Yuki dan berbisik, "Bernafas Yuki."
"E-eh..." Yuki menundukan kepalanya malu dan Haru menyeringai lebar.
Lalu Haru menarik tangan kanan Yuki untuk menyentuh sesuatu dibalik celana hitamnya. Yuki agak kaget menyentuh benda keras milik senseinya itu.
"Tidak apa-apa ini namanya penis, alat reproduksi pria." Nafas Haru sedikit berat saat tangannya membimbing tangan Yuki untuk meremas benda itu. "Hhh...aku akan menunjukanmu bagian-bagiannya, bukalah." Pinta Haru pada Yuki, awalnya Yuki enggan membuka celana Haru. Tapi dengan sedikit rayuan akhirnya Yuki dengan tangan gemetaran memberanikan diri menurunkan resleting Haru.
Dadanya semakin berdegup kencang saat celana dalam senseinya itu tampak menggembung dibagian depannya. Sementara Haru memelorotkan celana panjangnya sendiri hingga terlepas menyisakan celana dalam berwarna cokelat.
"Sentuhlah Yuki.." Tidak sabaran Haru menarik lagi tangan Yuki untuk kembali meremas benda keras itu. "Hhh..ssh.." Pria berkepala pirang itu mendongak keatas saat tangan Yuki menyentuhnya, padahal tangannya sendiri yang menggerakan tangan Yuki, tapi sudah membuatnya mendesah.
"Sensei? kenapa keras begini? apa penis pria selalu begini?" Tanya Yuki dengan wajah polos.
"Hhhhah..." Haru tidak menjawab malah menurunkan satu-satunya penutup kejantanannya itu. Yuki melebarkan iris saphirenya saat benda berukuran 14 cm dengan diameter 4 cm itu sudah berdiri tegak dihadapannya, cukup besar memang untuk ukuran orang asia.
"Ssh...jadi ketika seorang pria medapat stimulasi seksual dan terangsang, saraf di sekitar penis akan menjadi aktif." Terang Haru sambil menuntun tangan Yuki menyentuh kejantanannya yang sudah polos tanpa penutup dan mengisyaratkan untuk menggenggam dan menggerakannya keatas dan kebawah. Yuki sedikit aneh saat merasakan benda hangat itu ditelapak tangannya. "Hal ini menyebabkan otot-otot sekitar pembuluh darah menjadi rileks sehingga darah mengalir lebih banyak ke dalam penis membuat penis kaku dan keras atau tegak seperti ini." Lanjut Haru menuntun tangan Yuki untuk mengocok juniornya lebih cepat dan membuatnya kembali menarik nafas dalam-dalam.
"Sensei kau kenapa? apa aku menyakitimu?" Tanya Yuki yang melihat senseinya terlihat seperti kesakitan.
"Emh...ini bukan kesakitan, tapi aku sedang bergairah Yuki-chan. Sama seperti saat aku memainkan lidahku dipuncak dadamu. Kau menikmatinya kan?"
"Uh..hu'uh" Yuki mengangguk mengerti.
"Aku akan sedikit menjelaskan bagian-bagian penis ini agar kau tidak menggambar cacing lagi suatu saat nanti." Ejek Haru yang dibalas Yuki dengan mengerucutkan bibirnya, dan Haru hanya terkekeh melihat ekpresi lucu Yuki. "Ini adalah Glans atau kepala penis," Haru menyentuhkan jemari Yuki pada benda yang mirip seperti kepala jamur itu. Walau sentuhan itu membuat Haru tersengat, tetapi dirinya berusaha menahan desahannya.
"Kepala penis berbentuk seperti kerucut. Kepala penis sangat sensitif dan biasanya tertutup oleh kulup kecuali pada penis yang ereksi. Kepala penis memiliki beberapa fungsi yaitu meningkatkan peluang untuk pembuahan telur, menciptakan gesekan saat berhubungan seks, dan bertindak sebagai penumbuk atau penekan di dalam vagina selama hubungan seksual." Terang Haru sambil menikmati kocokan pelan dari Yuki.
"Lalu selanjutnya Frenulum. Organ ini adalah salah satu area yang sangat sensitif pada penis, lokasinya terletak di bagian bawah glans, yaitu disini." Tangan Haru lagi-lagi menuntun jari-jari Yuki untuk menyentuhnya.
Yuki yang rasa ingin taunya besar itu lantas hanya memandangi benda yang semakin membengkak itu, Lalu mata sebiru langitnya mendapati ujung kejantanan senseinya itu mengeluarkan sebuah cairan bening. "S-sensei i-ini cairan apa?"
"Itu adalah cairan precum, Cairan Precum merupakan cairan yang mucul ketika seorang laki-laki sedang terangsang secara seksual. Cairan ini berwarna bening dan kental, berbeda dengan Cairan Sperma yang berwarna Putih Pekat. Cairan Precum ini dihasilkan dari Kelenjar Cowper pada organ reproduksi pria. Cairan ini baru akan muncul ketika sedang terangsang." Terang Haru dan hanya dijawab dengan anggukkan Yuki.
"Um...sensei, bagaimana rasanya?"
Tanya Yuki dengan tatapan polos yang membuat hati Haru luluh lantah.
"Tidak seperti sperma, cairan precum tidak berasa sama sekali. Cobalah." Harap Haru mendekatkan kepala Yuki ke penisnya dan Yuki menahan karena itu terlalu menjijikan buatnya.
"Kenapa? coba saja ini bersih dan terawat." Haru meyakinkan Yuki, dan sepertinya memang kata-kata Haru selalu berhasil menghipnotis Yuki untuk menurutinya.
Yuki menggenggam dengan lembut kejantanan milik senseinya dan mendekatkan mulutnya lalu menjilat ragu benda pribadi milik Haru.
Saat ujung lidah gadis itu menyentuh ujung batang yang sudah mengacung keras Haru memejamkan matanya, dan membiarkan gadis itu menjilat sekitar tiga kali jilatan.
"Ssh...bagaimana rasanya Yuki-chan?" Tanya Haru dengan mata menyipit menahan nikmat, dan tangannya mengusap lembut ujung kepala Yuki.
"Um rasanya tidak buruk sensei." Jawab Yuki membuat Haru tersenyum lega.
"Kau suka? Kau boleh memainkannya sesuka hatimu." Ucap Haru masih membelai rambut selembut sutra milik muridnya.
Mendapatkan kepercayaan dari senseinya, Yuki tersenyum manis lalu sambil menatap wajah senseinya dengan tatapan polos ia kembali menjilat kejantanan Haru. Setiap sapuan lidahnya membuat Haru melengkuh tertahan, itu membuat Yuki merasa senang. Dan semakin lama jilatannya menjadi kuluman lembut, semakin lama Yuki memainkan benda itu semakin geli pula rasa diperutnya. Yuki memasukkan kejantanan milik Haru kedalam mulutnya yang hangat dan basah. Dia memanga gadis pintar dan cepat belajar, walau giginya mengenai barang pribadinya Haru tidak ambil pusing, walau terasa ngilu tak apa rasa nikmat dibatangnya itu lebih banyak.
Haru juga tak tinggal diam diperlakukan istimewa oleh Yuki, ditengah erangannya ia masih berusaha membuat Yuki juga merasakan kenikmatan yang sama. Maka dari itu kedua tangan Haru menggapai buah dada yang tergantung bebas dibawah sana dan memainkan puting kecil yang menegang itu.
"Sensei??" Bisik Yuki menatap lekat wajah senseinya yang tampan dan tampak seksi dengan mata terpejam akibat menahan rangsangan yang diberikan Yuki.
Haru membuka matanya berlahan dan melirik kebawah dengan tatapan sayu, tersenyum pada Yuki. "Kenapa Yuki-chan?"
"A-apa kau suka dengan perlakuanku?" Tanya Yuki ragu-ragu.
"Apa yang kau tanyakan? tentu saja aku sangat menyukainya." Jawab Haru yakin.
"Syukurlah..." Yuki tersenyum lalu kembali memasukan kejantanan Haru kedalam mulutnya. Menjilat dan menggelitik ujung penis Haru membuat Haru semakin mendongak liar. Dalam hati Haru menjerit hebat, bagaimana bisa lidah Yuki begitu nikmat menyentuh kejantanannya.
Semakin lama Haru semakin tak tahan, spermanya sebentar lagi akan menyembur keluar, dia sudah tidak tahan lagi menahan semennya lebih lama. Tidak, dia tidak boleh keluar duluan. Dengan lembut Haru menjauhkan kepala Yuki dari kejantanannya membuat Yuki bertanya-tanya.
"Sudah cukup Yuki-chan, pelajaran kita belum selesai." Terang Haru, dan menarik Yuki dipelukkannya. Memeluk Yuki dengan hangat dada keduanya bergesekan menimbulkan sensasi yang mengisyaratkan keduanya ingin terus bersama.
"Yuki-chan...." Haru menghirup aroma leher Yuki yang unik dan memabukkan. "Pelajaran kita tinggal sedikit lagi." Kata Haru sambil meremas bongkahan pantat Yuki yang masih terbungkus rok sekolahnya. Entah mengapa mendengar pelajaran akan segera selesai membuat Yuki sedikit kecewa.
Haru melepaskan pelukkannya pada Yuki dan memposisikan Yuki kembali duduk disofa. "Duduklah," Haru mengusap kening Yuki yang berkeringat dan merapikan rambutnya yang lengket diwajah gadis manisnya itu lalu kembali duduk bersimpuh didepan Yuki.
Tangan kekar Haru mengusap lembut paha mulus Yuki, berlahan-lahan tapi pasti elusan lembut itu makin menyapu hingga ke paha dalam Yuki, dan mau tak mau membuat rok sekolah Yuki tersingkap keatas sehingga menampakan gundukan yang masih terbungkus celana dalam yang telah basah berwarna merah. Yuki menggigit bibir bawahnya menahan rangsangan yang kembali menyapa tubuhnya.
Tak cukup hanya sampai disitu tangan Haru mulai menarik celana dalam Yuki.
"Senseih!" Cegah Yuki, menahan tangan Haru yang mulai menarik penutup kewanitaannya.
"Kenapa? aku ingin lihat Yuki-chan."
"Tidak sensei!"
"Ayolah...aku akan terangkan bagian-bagiannya." Bujuk Haru.
"Tidak sensei, bentuknya jelek! aku malu!"
Haru terkekeh mendapat pengakuan Yuki. "Ayolah tidak apa-apa, aku janji tidak akan mengejekmu apapun bentuknya." Bujuk Haru.
"Sensei janji??"
"Janji muridku yang manis."
Tanpa menunggu lebih lama lagi Haru memelorotkan celana dalam milik Yuki dan langsung menampakan kewanitaan Yuki yang terdapat bulu-bulu halus yang tertata rapi. Meskipun tomboy sepertinya Yuki rajin mencukur bulu kemaluannya yang sudah basah oleh lendirnya sedari tadi membuat Haru menelan ludahnya.
Haru menyentuhkan jari telunjuknya dilipatan pribadi Yuki, membuat Yuki mendesah lagi. Haru memang sengaja menggoda Yuki.
Tidak puas hanya menyentuh kewanitaan Yuki, guru muda berusia 21 tahun menaikan kedua kaki Yuki keatas sofa yang tentu saja membuat Yuki keberatan. Tapi dengan kemampuan Haru merayu akhirnya Yuki berhasil dibuat mengangkangkan kedua pahanya, hingga terpampang jelas betapa merahnya lubang kewanitaan Yuki, persis seperti daging mentah.
Dalam hati Haru bersorak gembira, entah kenapa makhluk pendosa seperti dirinya masih diberi keberuntungan yang membahagiakan seperti ini. Tak henti-hentinya pria bermata hijau ini mengagumi pemandangan indah didepan matanya. Gadis dengan kulit seputih porcelain, berwajah cantik dengan mata yang sayu sedang memperlihatkan kewanitaannya yang sudah basah dan merekah.
Sedang asyik memandangi kewanitaan Yuki, tiba-tiba Yuki menutupnya dengan kedua tangannya. "Jangan lihat begitu sensei!!" Pekiknya malu. "Aku tau kau pasti tidak suka bentuknya kan!"
"Hei Yuki-chan...tenanglah..." Ucap Haru, sepertinya Yuki salah paham. Haru diam bukan karena tidak suka tetapi karena terperangah. "Aku suka bentuknya." Ucap Haru sambil menyingkirkan tangan Yuki. "Aku suka, aku sangat suka." Lanjut Haru lalu mendekatkan hidungnya menghirup aroma kewanitaan yang khas.
"Kyaaaaaa!!!!" Yuki menjerit dan spontan menjauhkan kepala Haru dari kewanitaannya saat lidah Haru menjilatnya pelan. Yuki tidak siap, dan menurutnya ini menjijikan karena dia tau milik pribadinya ini sedari tadi mengeluarkan lendir yang sangat banyak.
"Kenapa lagi??" Tanya Haru dengan wajah malas.
"I-itu kotor sensei! jangan sentuh!"
"Siapa yang sentuh? aku cuma menjilat."
"I-itu sama saja, menjijkkan!!"
"Aku tidak jijik, singkirkan tanganmu."