Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[CHALLENGE] Mantichore

Bimabet
Ummm :bingung: yang rapuh bukan janinnya, tapi rahim manusia itu sendiri om.


"Benar, dan mengapa mereka memilih wanita muda? Karena bayi Mantichora hanya bisa hidup dirahim manusia yang belum pernah melahirkan." Terang Akimoto kembali.


Brarti kurang sesuai pengungkapannya...
Menurut nubi, lebih tepat dikatakan tidak mau berkembang.... Alasannya krn rahim itu sudah pernahndiisi janin.


Mohon maaf kalo nubi yang hina dina ini agak bawel
:ampun:
 
"Benar, dan mengapa mereka memilih wanita muda? Karena bayi Mantichora hanya bisa hidup dirahim manusia yang belum pernah melahirkan." Terang Akimoto kembali.


Brarti kurang sesuai pengungkapannya...
Menurut nubi, lebih tepat dikatakan tidak mau berkembang.... Alasannya krn rahim itu sudah pernahndiisi janin.


Mohon maaf kalo nubi yang hina dina ini agak bawel
:ampun:

Oohhh baiklah :D, makasih kakak om robot. segera dibetulkan. arigato ne^^ *bungkuk*
 
Baru kelar :baca:
Hmmmm :ngupil: ada pict yg bisa deskripin haru kayak apa gak non?
 
umm apa yah, semacam kalimat tertahan gitu. ah bingung juga jelasinya, misalnya cewek diperkosa klo liat jav itu, nah dia kan berontak2 gitu kan, saking takutnya ato gimana gitu suaranya jadi ga keluar gitu.
ah bingung deh, mungkin ada yang bisa bantu jelasin :D

cicit, mencicit : suara jeritan yang kecil tertahan (merajuk pada jenis suara tikus dsb)
 
Baru kelar :baca:
Hmmmm :ngupil: ada pict yg bisa deskripin haru kayak apa gak non?

Jadi aku blm brhasil bikin gambaran Haru kayak apa ya... :(

Aku pengennya sih dia kayak Cloud strife tp bermata hijau. Tapi klo pake dia disini takut jd kayak fanfiction.
tp gpp deh dikit aku bawa ksini :D

318966.jpg


cicit, mencicit : suara jeritan yang kecil tertahan (merajuk pada jenis suara tikus dsb)

Nah itu dia simplenya :D
 
mangap non, oon mode nih

chap 1 kan pada diartiin kata2 asingnya, kok yg laen kagak? semisal, kyaa, Urusai, keh, KUSSOYAROOO!!! dll

bnyk kosakata baru neh, ampe kudu bolak-balik tanya mbah google, spt surai, decik, cicit
 
Itu sih kosa kata lama gan.. Para pengarang novel di indo pada jamannya banyak yang menggunakan kosa kata itu..
 
mangap non, oon mode nih

chap 1 kan pada diartiin kata2 asingnya, kok yg laen kagak? semisal, kyaa, Urusai, keh, KUSSOYAROOO!!! dll

bnyk kosakata baru neh, ampe kudu bolak-balik tanya mbah google, spt surai, decik, cicit

Hehe maap, iya nanti aku kasih :D. makasih ya udah ngingetin gan :)


Itu sih kosa kata lama gan.. Para pengarang novel di indo pada jamannya banyak yang menggunakan kosa kata itu..

Hehe mungkin bnyk yg blm tau gan :) ,gpp nanti saya edit lagi :).
Btw tunggu yah chapter 4 nya, lagi dlm proses edit :)
 
P-pert......




Ehhh..kupikir uda apdet
:sendirian:
 
Mantichora
Story by : Nona Violet
Rated : Mature
Starring : Haru Nakamura,Hikaru shinoda,Yuki Maeda
Genre : Horror, Gore, Romance.
Warning : Typos, Bloody scenes.


Mantichora


Chapter IV
.

.


Empat hari telah berlalu dari kejadian heboh yang melibatkan sekolah Yuki yang menjadi lokasi pembunuhan siswa perempuan oleh Mantichora. Hari ini sepertinya berjalan biasa seperti hari-hari sebelumnya, setelah pihak sekolah dan kepolisian memutuskan untuk menghentikan kegiatan belajar mengajar selama beberapa hari. Ya walau kenyataannya tidak semudah itu membuat kejadian ini dilupakan begitu saja, sebagian siswa masih terus membicarakan kejadian mengerikan itu.

Disudut lain sekolah, seperti biasa, gadis bermata biru itu menatap awan pudar dari jendela kelasnya. Mengacuhkan segala aktifitas teman-temannya yang beberapa masih bersedih atas kematian Mayu dan Kirin, sebagian bergosip ria, sebagian sarapan dikantin, dan beberapa bersenda gurau diluar kelas sana. Gadis berusia 18 tahun ini memilih melamun sambil memikirkan kejadian demi kejadian yang menimpa kota kelahirannya ini.

Kalau difikir-fikir sudah lama sekali sebenarnya makhluk peneror itu ada diantara manusia. Bahkan saat dirinya masih duduk dibangku sekolah dasar dan harus kehilangan ibu satu-satunya orang yang dia miliki didunia ini. Ibunya tewas saat bertugas sama sepertinya, seorang pemburu Mantichora. Yuki sangat sedih atas kematian ibunya Sejak saat itu Yuki kecil mulai membenci makhluk buas itu. Dia kehilangan senyum cerianya, Yuki selalu menatap dingin lawan bicaranya untuk menutupi kesedihan hatinya. Yuki kecil memilih berdiam diri dengan membaca-baca buku yang dia pinjam dari perpustakaan sekolah.

Sejak kematian ibunya Yuki dirawat oleh yayasan milik kakak ipar Akimoto-san, karena gadis berzodiak Libra ini sangat cerdas dan berprestasi maka sejak saat itu pula dia selalu mendapatkan beasiswa hingga saat ini. Dan menginjak bangku SMA dia memilih tinggal sendiri dan membiayai hidupnya sendiri dengan bergabung dengan 'Eagle Corps' yang kebetulan dia bekerja bersama Akimoto sebagai leader teamnya.

Kembali pada cerita Mantichora yang meresahkan akhir-akhir ini, dahulu kala hanya sekitar dua sampai empat orang yang mati setiap bulannya oleh makhluk itu. Tetapi beberapa bulan belakangan ini mereka membunuh lebih dari 4 orang perharinya. Makhluk-makhluk itu terang-terangan membunuh, atau mungkin memang benar bahwa populasi mereka meningkat seperti kabar yang beredar.

Yuki menghela nafas panjang dan menghembuskannya berlahan, matanya terpejam dia tidak ingin semakin banyak korban berjatuhan karena makhluk buas itu. Maka dia bertekad akan terus memburu Mantichora, kalau perlu memusnahkan sampai ke akar-akarnya seperti cita-cita 'Eagle Corps' dari awal. Juga cita-cita Ibunya sebagai generasi awal pembentukan 'Eagle Corps'.

Eagle Corps sendiri adalah suatu kelompok resmi yang dibentuk oleh pemerintah khusus untuk menangani kasus makhluk yang dulu hanya dianggap mitos ini. Selain itu disana juga berisi orang-orang ahli, orang-orang profesional dibidangnya. Menembak, membunuh, ahli pedang dan lain-lain dengan bakat yang mengagumkan. Yuki sendiri adalah ahli memainkan pedang, bakat yang diturunkan dari ibunya. Dan tentu saja yang tak kalah hebat dari Yuki atau kelompok pemburu, yaitu kelompok yang terus mencari senjata-senjata super dari masa lalu.

"Ohayou."

Suara itu mebuyarkan lamunan Yuki, dan membuatnya melirik kesumber suara yang ternyata sudah berdiri dengan senyumannya yang khas didepan kelasnya.

"Ohayou Haru sensei..." Jawab teman-temannya serempak.

Entah sejak kapan guru muda itu sudah berdiri didepan sana. Mungkin karena terlalu banyak melamun, Yuki tidak sadar bel berbunyi dan Senseinya yang telah masuk kekelas. Agak terkejut memang, kenapa hari ini biologi lagi pikirnya? Dan baru tersadar lalu menepuk jidatnya sendiri, dia lupa sudah libur selama empat hari. Dan itu artinya hari ini memang pelajaran biologi, lebih parahnya lagi dia lupa mengerjakan PR biologi yang diberikan Haru lima hari yang lalu, walaupun dia pintar waktunya sudah tidak cukup untuk mengerjakan 20 soal itu.

"Bagaimana kabar kalian hari ini?" Tanya Haru basa basi dengan senyuman yang sengaja dia buat agak canggung, dan dijawab baik oleh seluruh siswanya.

"Walau saya baru disini, saya turut berduka cita atas kematian teman-teman kalian." Lanjutnya terus bersandiwara. "Jadi kalian sudah siap belajar hari ini?"

"Siap Sensei!!" Jawab semuanya.

"Baiklah, kalau tidak salah minggu lalu sensei memberi kalian PR bukan?"Haru duduk dan mulai memeriksa catatannya.

"Iya Sensei!!"

Memeriksa catatan PR yang dia berikan minggu lalu. "Ada yang tidak mengerjakan PR?" Tanyanya dengan alis yang naik sebelah.

'Deg'

Yuki mendadak pucat, dan menundukan kepalanya. Bagaimana pun kerasnya gadis itu, dia tetaplah takut pada Senseinya jika melanggar peraturan sekolah. Takut jika perbuatanya bisa mengakibatkan dicabutnya beasiswa yang diberikan untuknya.

Haru meneliti satu persatu wajah muridnya, sadar akan perubahan sikap Yuki, Haru mengernyitkan dahinya penasaran, Yuki sedari tadi hanya diam tidak ikut serta maju kedepan kelas menyerahkan tugasnya seperti teman-temannya.

"Yuki-san mana PRmu?" Pinta Haru dengan lembut.

"Eh...em..a-ano..." Wajah Yuki sedikit kebingungan, dia gugup. Haru hanya menatapnya heran.

"S-saya lu-lupa Sensei!" Akhirnya kalimat pengakuan itu meluncur dari mulutnya. Dan membuat teman-temannya saling menoleh sedikit heran, itu bukan kebiasaan Yuki.

Sementara Haru menyeringai licik dengan keadaan ini, merasa beruntung atau apalah, merasa ini adalah kesempatan untuk mendekati Yuki. Setaunya setiap ada siswa yang tidak mengerjakan PR akan dihukum oleh gurunya kan?. Haru belum memikirkan hukuman apa yang akan diberikan untuk muridnya yang waktu itu tidak bersikap baik padanya. Yang jelas hukuman yang menarik dan mengasyikan.


"S-Sensei maaf saya bersedia dihukum." Ucap Yuki pasrah dengan menundukan kepala ravennya itu, syukur-syukur Senseinya ini mau memaafkan kesalahan yang baru ia buat sekali.

Haru kembali menyeringai tipis, bersorak dalam hati mendengar kalimat yang terkesan pasrah itu keluar dari bibir Yuki sigadis dingin dengan tatapan tajam. Pasti jantung dan darah gadis ini terasa sangat istimewa pikirnya.

"Em Yuki-san yang tidak patuh memang harus dihukum kan?" Kalimat Haru barusan membuat sikepala raven itu merasa sudah tidak ada harapan lepas dari hukuman. "Kau boleh mengerjakan PRmu diluar kelas, dan jangan masuk kekelas sampai pelajaranku selesai, lalu serahkan tugasmu padaku saat aku keluar dari sini. Dan ambil bukumu kembali diruang guru sepulang sekolah nanti, karena aku tidak punya waktu untuk memeriksa PRmu setelah ini." Terang Haru dengan jelas, sengaja ingin membuat muridnya itu marah, karena bagi Haru muridnya itu sangat membuatnya penasaran. Semakin marah semakin menarik rasa penasaran Haru.

"Tapi Sensei." Hukuman itu menurut Yuki sangat memalukan untuknya, bagaimana bisa seorang Yuki dihukum diluar kelas. Perkiraannya hukuman untuknya adalah mengerjakan seratus soal atau lebih seperti Motohama sensei waktu itu. "Bisakah sensei menghukumku dengan cara yang lain?" Tawarnya, kini ia berani menatap gurunya.

"Yuki-san kau mau membersihkan toilet?" Tawar Haru menyeringai. "Kalau kau mau, kau boleh memilihnya sebagai hukumanmu." Haru yakin, Yuki tidak akan sudi.

"Cih!" Yuki membuang wajah kesamping mendengar itu, mengumpat dalam hati dan merutuki senseinya yang kali ini fix dia benci.

Dan binggo! Haru berhasil membuatnya marah, senang melihat ekspresi tidak suka dari gadis itu, sangat menarik.
"Jadi kau bisa keluar kelas sekarang dan selesaikan PRmu disana." Haru masih berusaha senyum seramah mungkin kepada Yuki, walau dia tau murid manisnya itu sedikit ngambek. Terlihat dari wajahnya yang mulus itu memerah karena menahan emosi.

Dan tanpa menunggu dua kali, Yuki berdiri dari tempat duduknya membawa buku dan alat tulisnya, dengan sebal dia meninggalkan kelas melewati bangku-bangku temannya yang menatap geli padanya. Telinganya masih sempat mendengar saat teman-temannya berbisik menertawakannya, sementara Haru menyeringai menang.

***

Mantichora

Nona Violet

"CHIKUSSO!!!" Kalimat umpatan itu keluar dari mulut Yuki yang kesal atas hukuman yang diberikan Haru, guru baru itu tau tidak sih siapa Yuki ini. Seenaknya menyuruh icon sekolah untuk mengerjakan PR diluar kelas. Ini namanya pencemaran citra baik seorang Yuki.

"Menyebalkan! menyebalkan! menyebalkan!!" Yuki sedikit frustasi oleh angan-angannya sendiri soal citra baik. Belum lagi nanti harus menyerahkan sendiri tugas ini ke senseinya yang sok tampan itu diruang guru, rasanya ingin sekali Yuki memukulnya dengan gagang pedangnya.

Dengan bibir yang mengerucut Yuki duduk dikursi disamping pintu depan kelasnya, untung saja ada kursi kalau tidak dia bisa pegal-pegal berdiri. Lalu membuka pekerjaanya, membaca satu persatu soal yang ada dikertas putih itu.

Mengernyitkan dahinya heran, bab ini dia belum menguasai benar bagaima dia harus menjawab tanpa buku panduan belajarnya yang sengaja dia tinggal didalam kelas. Mau menggambil pun Yuki sudah malas duluan dengan senseinya.

"Hn aku jawab saja sesuai dengan realita yang ada." Yuki memutuskan untuk menjawab soal-soal itu sesuai dengan pengetahuannya. Masalahnya pengetahuan Yuki soal bab Reproduksi sangat minim sekali, ini menyulitkannya. Meski begitu bukan Yuki namanya kalau menyerah dengan mudah.

***

Mantichora

Nona Violet

Jam telah menunjukan pukul 16.00 waktu setempat. Dan bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Tapi Yuki sigadis berambut raven ini malah menjatuhkan kepalanya dipermukaan meja. Rasa malas menghinggapi, tapi mau tidak mau dia harus menyerahkan tugasnya keruang guru sialan itu.

Satu persatu teman sekelasnya pergi meninggalkan kelas, kini hanya tersisa dia dan Haruka yang masih membereskan alat sekolahnya kedalam tas, gadis itu duduk disamping kiri Yuki.

"Yuki-chan? Kau kenapa? Apa kau sakit??" Tanya Haruka sedikit khawatir melihat Yuki tak bersemangat seperti itu.

Mendengar suara lembut dari temannya itu, Yuki membalik pipi kanannya dan bergantian menjadikan pipi kirinya yang menyentuh permukaan meja hanya untuk melihat wajah Haruka.

"Ne Haruka-chan...aku tidak apa-apa, hanya sedang malas." Jawabnya dengan nada yang memang menunjukan dia malas.

"Kalau begitu ayo pulang, jangan disini sendirian kau tidak mau kan menjadi korban binatang itu?" Haruka berdiri dari tempat duduknya.

"Haruka-chan kau pulang duluan saja, jangan menghawatirkanku aku yakin makhluk itu tidak berani kemari lagi, bukannya didepan sana keamanan ditambah?" Ucap Yuki mencoba membuat gadis dengan rambut ponytail itu tidak khawatir.

"Iya sudahlah kalau begitu, hati-hati ya Yuki-chan, aku pulang dulu." Pamit Haruka dengan wajah cemas terpaksa meninggalkan Yuki sendirian didalam kelas.

Setelah Haruka pergi dari hadapan Yuki, kini Yuki dengan malas bangkit dari tempat dia bermalas-malasan berniat menemui Senseinya diruang guru.

Sekolah tampaknya sudah benar-benar sepi sampai-sampai gadis bermata saphier ini berfikir Haru juga sudah pulang karena menunggunya cukup lama. Tapi dengan pertimbangan dirinya tetap melangkah keruang guru berniat menemui Senseinya.

Gadis itu berdiri didepan pintu ruangan bertuliskan 'Ruang Guru' dengan membawa tas dan buku bersampul cokelat itu didekapannya. Ragu dan juga malas, lagipula bagaimana dia masuk? apa diketuk, atau langsung masuk saja. Dengan perdebatan antara dirinya sendiri itu akhirnya Yuki memilih untuk mengetuk pintu kayu berwarna cokelat tua itu.

Kriiiieett...

"Eh?" Yuki yang siap mengetuk pintu, kaget saat pintu tiba-tiba terbuka dan hampir saja tangannya mengetuk dada sesosok pria tegap dihadapannya ini.

Wangi aroma cytrus menyapa hidungnya yang mancung karena kini badannya sangat dekat sekali dengan pria yang sesungguhnya ia cari itu. Karena tingginya hanya sebatas leher sipria dihadapannya ini, Yuki lantas mundur dan mendongak sedikit untuk melihat siapa yang hampir diketuknya ini.

"Eh sensei?" Buru-buru Yuki menurunkan pandangannya.

"Aku kira kau tidak akan datang Yuki-san, aku baru saja mau pulang." Haru tampak sedikit terkejut juga oleh kedatangan Yuki.

"Eem tentu saja saya datang sensei, maaf tadi saya harus ketoilet." Ucap Yuki bohong.

"Kalau begitu masuklah, biar kutunjukan kesalahan-kesalahan pekerjaanmu dan kau bisa capat pulang." Ajak Haru yang juga mempersilahkan Yuki masuk kedalam ruangan yang cukup luas itu. Sedangkan Yuki mengikuti senseinya yang membimbingnya menuju ruang disamping ruang utama guru.

Ruang ini berada disamping ruang guru, tidak terlalu luas memang hanya seukuran ruang tamu apartemennya, sepertinya ruangan ini dikhususkan untuk menerima tamu para guru atau sekedar ruang santai saat beristirahat. Karena disana terdapat televisi yang lumayan besar dan sofa yang empuk dan beberapa majalah dibawah meja pendek cokelat itu.

"Duduklah Yuki-san." Ucap Haru mempersilahkan Yuki untuk duduk, dan keduanya pun duduk bersebrangan diatas sofa berwarna pastel itu.

"Yuki-san, aku dengar kau adalah bintang disekolah ini?" Haru menatap penuh tanda tanya kepada Yuki.

"Memangnya kenapa sensei?"

"Tidak... aku hanya sedikit heran dengan pekerjaanmu ini. Dari duapuluh soal kau hanya menjawab sembilan yang benar." Terang Haru yang tentu saja membuat Yuki menautkan kedua alisnya.

"Benarkah?" Gadis bersurai biru gelap ini sedikit tak percaya, tetapi mengingat pelajaran itu memang belum dikuasainya akhirnya dia mengerti.

"Kau lihat saja." Memberikan buku pekerjaan Yuki dengan wajah kecewa dan buku itu segera diterima Yuki. "Jika kau masih seperti ini bagaimana kau akan mengikuti perlombaan dan menang lagi?" Lanjut Haru menatap lekat wajah Yuki yang menurutnya memang manis.

Yuki tampak meneliti lagi pekerjaannya dengan serius, memang beberapa sangat terkesan asal-asalan, seperti contohnya soal yang berbunyi 'Gambarkan anatomi sebuah penis', yang Yuki gambar adalah benda aneh berbentuk mirip cacing tanah, bukan mirip tapi memang itu kepala cacing tanah. Salahkan dirinya yang tak tertarik oleh film-film yang sering ditonton Hikaru pada saat santai. Seingatnya dia pernah melihat benda bernama penis itu milik bayi tetangganya yang berumur enam bulan, dan itu yang Yuki gambar pada tugasnya. Ya okelah Yuki kali ini sangat menyadari kesalahannya, ketinggalan pelajaran selama dua minggu saat terluka melawan Mantichora itu memang membuatnya sangat jauh ketinggalan materi tentang bab Reproduksi, yang kini membuatnya tampak benar-benar bodoh didepan gurunya.

Kegiatan memeriksa pekerjaannya itu menjadi kesempatan oleh Haru yang tampan ini untuk lebih leluasa mengamati tubuh Yuki yang cukup menarik, walau dirinya terkesan tomboy dan cuek namun tak dipungkiri pria manapun bahwa dia adalah wanita yang seksi.

Dadanya besar walau tertutup kemeja putih dan seragam blazzer hitamnya, Haru menafsir ukuran dada Yuki itu 38B, tidak cukup jika hanya menangkupnya dengan satu genggaman tangannya. Lalu bagaimana reaksi Yuki saat Haru meremasnya dengan lembut, kemudian menjilat ujung putingnya dengan ganas. Dan jangan lupa pada kulitnya putih mulus terlihat dari pahanya yang tidak tertutup rok pendeknya, lalu bagaimana jika tangan Haru yang membelai paha itu? pasti menyenangkan, Haru tersenyum penuh arti. Bibir wanita yang jarang sekali tersenyum itupun tampak menarik dengan warna peach yang segar.

'Menarik' Haru menyeringai, entah kenapa tatapan pria itu pada Yuki sulit diartikan. Dia sendiri juga kurang mengerti apa maunya. Tujuan awal memang hanya ingin merenggut jantung milik Yuki, tapi ternyata rasa menarik itu lebih dari sekedar ingin memakan jantung sigadis yang sombong itu. Lagipula untuk saat ini Haru tidak bisa ceroboh membunuh seorang siswi lagi dilingkungan sekolah.

Setelah menatap muridnya dengan pandangan sedikit liar, pria bermata hijau itu membetulkan posisi duduknya celananya terasa sedikit sempit karena sesuatu tiba-tiba menegang disana, rasa yang jarang sekali Haru rasakan saat bersama wanita.

"Em..maaf saya memang belum belajar bab ini lebih lanjut sensei, karena waktu itu saya sakit." Ungkap Yuki yang merasa tidak enak.

"Kenapa kau tidak belajar sendiri? Kau punya banyak waktu kan dirumah?"

"B-banyak tugas yang harus saya selesaikan sensei, jadi maaf saya melewatkan bab ini." Jawab Yuki sedikit gugup.

Haru menatap Yuki intens, memandangi wajahnya yang mulus, mata biru yang cantik, dan bibir tipis berwarna pink. Alih-alih untuk membuat gadis itu merasa bersalah, tetapi itu hanya alasan untuk menikmati setiap garis diwajahnya yang menawan.

"Kau tau lomba antar sekolah diadakan satu setengah bulan lagi Yuki-san?"

"Tau sensei."

"Bagaimana caramu mempelajari ketinggalanmu yang lumayan banyak ini?, Kau tau kan hadiah dari perlombaan ini? tabungan yang lumayan banyak." Haru mencoba mengingatkan Yuki.

"Em..." Yuki tampak sedang berfikir mencari jawaban, tidak mungkin dia memahami bab secepat itu dalam waktu singkat, belum lagi materi dari kelas 10 yang juga harus ia ingat kembali.

"Kalau kau tidak keberatan pulanglah agak sedikit malam, aku akan menjelaskanmu bab ini dengan singkat." Entah dapat ide darimana, Haru tiba-tiba menawarkan dirinya untuk memberi les khusus hari itu juga. Rasa ingin lebih berlama-lama dengan muridnya ini mungkin yang membuatnya melakukan hal itu.

"Eh harus hari ini ya sensei?" Tanya Yuki sedikit keberatan, itu dikarenakan malam ini dia harus memburu target yang sebenarnya ada dihadapannya ini bersama Hikaru.

"Maaf Yuki-san, ada banyak hal yang harus aku selesaikan dalam waktu singkat juga. Jadi sebagai senseimu, aku berusaha memberimu sedikit waktu, itupun kalau kau mau." Ucap Haru, sengaja membuat Yuki mau tak mau pasti menerima tawarannya.

Yuki menghela nafasnya panjang, "Baiklah sensei, apa boleh buat memang pendidikan lebih penting." Jawabnya setengah hati, bagaimanapun tugas yang diberikan Akimoto itu sangat penting, tapi Yuki yakin Hikaru bisa melakukannya sendiri atau mengajak yang lain untuk menggantikan Yuki. Entahlah biar saja nanti Yuki memberi kabar pada Hikaru atas bolosnya dia hari ini.

Haru tampak menyeringai menang mendengar jawaban Yuki, ini kesempatan emas untuk mendapatkan Yuki. Mendapatkan Yuki? entahlah pemuda itu juga kurang mengerti perasaannya, mendapatkan Yuki untuk apa, dimakan seperti Mayu dan Kirin atau bagaimana yang jelas saat ini dia hanya ingin berlama-lama dengan muridnya itu.

***

TBC

A/N
Karena ada usul buat catet kata asing ini saya kasih lagi :), sbenernya kata asing sih biasanya dibuat miring kalimatnya tp berhubung saya cuma hp ngetiknya jadi agak repot :) jd gini aja ya.
*Sensei : Guru (bisa juga sih dokter disebut sensei, tp buat org dluar jpn kyknya krg familiar)
*Ano = tidak ada arti, hanya semacam bunyi 'nggg' gagapnya org jpn.
*Chikusso = Bangsat.

Sepertinya saya terlalu bertele-tele, saya juga merasa membosankan, entahlah, sengaja perchapternya sedikit2 kan cerbungku ga panjang, sedangkan minimal harus 5 chapter. jdi sengaja dipotong2 : D ....saya sebenarnya ga jago bikin cerita :(. jadi gini deh....
 
Uhhmm.. Coba dr awal tokoh haru di bkin misterius dikit.. Psti lebih josss deh non..
Over all.. It's okay..:jempol:
 
tiada BBM di antara kita
Karena bbmnya mau naek yak ?

Buat writer.. Pemakaian surai.. Kalo warna emas/kuning/coklat mungkin pantes karena merujuk ke surai singa
Tapi kalo warna biru ermmm..koq kurang pas yah...
Soalnya surai itu bulu panjang di area tengkuk/leher singa...
Trus rambut raven ? Mangsutnya hitam laksana gagak ?(Raven=CROW=GAGAK)
 
Surai gak terbatas pada warna tertentu..itu pengembangan imajinasi penulis.. Tapi untuk rambut raven.. Ane setuju.. Ane jg belum dapet gambarannya nih..hehee..
 
Kentaaaaaaaaaaang,,, hikz

komeng dikit yak, ane emang kagak bisa ngarang crita, tapi ane tau mana crita yg enak dibaca mana yg kagak, klo ngebosenin ngapain jg dikasi komeng

horrornya dah dapet, timeline ga masalah pendek, yg paling penting SS nya harus polll, pembaca harus dibawa ke awang2 dulu baru dibanting, meski temanya horor tp ttp aja kan cerpan
 
Terakhir diubah:
Mantichora
Story by : Nona Violet
Rated : Mature
Starring : Haru Nakamura,Hikaru shinoda,Yuki Maeda
Genre : Horror, Gore, Romance.
Warning : Typos, Bloody scenes.


________________________________________________
Mantichora


Chapter V
.

.


Berlama-lama dengan murid yang kini sudah duduk cantik disampingnya sambil memperhatikan apa yang Haru terangkan dengan seksama, tak tau kenapa malah membuat Haru melupakan rencana awalnya. Rencana menjebak Yuki untuk dimangsa seperti gadis-gadis sebelumnya, perasaan aneh itu semakin menguat saat hidungnya mencium aroma wangi dari tubuh Yuki yang duduk disampingnya ini, aroma vanila yang manis aroma yang membuat sesuatu didalam tubuhnya menjadi meningkat. Perasaan itu tidak bisa dia artikan oleh Haru sendiri. Entah mengapa Haru merasa ingin menyentuh Yuki, memeluknya dan mencium wanginya dengan penuh perasaan lalu menanamkan benih dirahim wanita itu. Seperti saudara-saudaranya yang lain, Haru seharusnya juga cepat memutuskan untuk mencari ibu untuk anaknya, agar rasnya tidak punah. Tapi bukan Haru jika tidak bisa menahan dirinya sendiri. Haru tau wanita seperti Yuki tidak akan memohon dirinya untuk ditiduri seperti wanita-wanita lain, Haru bahkan masih ingat pandangan gadis ini saat teman-temannya mengelu-elukannya, gadis tomboy ini malah memandangnya dengan tatapan jijik. Jadi Haru harus bersabar, jika Haru menyentuhnya sedikit saja Yuki bisa lari dan tidak bisa dia dekati lagi.

"Jadi apa yang belum kau pahami Yuki-san? kuharap penjelasan singkat tadi cukup membantumu." Tanya Haru mencoba berinteraksi dengan Yuki.

"Ngg..." Wajah Yuki sedikit bingung, ada sesuatu yang ingin dia tanyakan tetapi ragu sekaligus malu.

"Ng???" Balas Haru dengan wajah bertanya-tanya. "Tanyakan saja, kau tidak mau kan jika apa yang ingin kau tanyakan ini muncul dilomba dan kau tidak tau jawabannya?"

Yuki masih tampak ragu-ragu, tapi dia harus bertanya untuk memuaskan hasrat ingin taunya.

"Maaf sensei, aku masih tidak mengerti kenapa penis itu bisa terangsang?" Pertanyaan yang membuat Haru sedikit kaget, itu terlihat dari wajahnya yang menegang. "Maksudku apa saja yang membuatnya bisa ereksi dan berubah menjadi keras?" Dengan polosnya Yuki meloloskan kalimat-kalimat yang membuat 'eeeh' senseinya jantungan.

"Eh itu...itu, eh Yuki-san kau yakin tidak tau hal itu?" Tanya Haru sedikit terbata. 'Oh ayolah Yuki bukankah kau gadis yang katanya pintar? tapi hal umum begini saja tidak tau??'

Yuki menggeleng dengan hati-hati. Sementara Haru sedikit sweet drops dibuatnya.

"Em baiklah, jadi rangsangan agar penis ereksi ya?" Ulang Haru meyakinkan pertanyaan Yuki dan diiyakan oleh anggukan gadis bermarga Maeda itu.
"Pada dasarnya penis yang ereksi
menandakan terjadi proses kimia di
dalam tubuh sebagai reaksi terhadap
adanya stimulasi seksual. Stimulasi
seks terbagi dua yaitu stimulasi fisik
seperti bersentuhan, berciuman atau
meraba alat vital, dan kedua stimulasi
mental seperti memikirkan wanita
cantik atau mengkhayal erotis." Jawab Haru sesimple mungkin, 'Iya seperti saat memandangimu, mungkin' batin Haru menyeringai tipis.

Yuki yang sedari tadi terlihat memperhatikan gurunya menerangkan ternyata pandangannya tak jauh berbeda dari Haru. Senseinya ini tidak buruk juga, tidak seperti dikelas tadi kali ini dia lebih lembut, dan lihat matanya yang tajam, hidungnya yang mancung dan bibir yang seksi itu membuat Yuki kurang konsentrasi. Pantas saja teman-temannya sangat tergila-gila padanya. Tapi stop dia pria yang mesum seperti Hikaru rekannya.

"Jadi kau paham Yuki-san??" Tanya Haru tiba-tiba menyadarkan Yuki dari kegiatan memandangi gurunya.

"Eh iiya!" Jawab Yuki sedikit gelagapan. Oh Yuki sudahlah, kau tau gurumu itu telah menangkap basah dirimu memperhatikannya?

"Ada yang ingin kau tanyakan lagi?" Tanya Haru masih berusaha bersikap normal walau hatinya bersorak senang karena Yuki sempat tidak berkedip menatapnya.

Yuki memeriksa catatannya kembali lalu bertanya, "Lalu jika ereksi adalah tanda laki-laki terangsang bagaimana dengan tanda wanita yang juga terangsang?, dan apakah tidak sakit saat Vagina dimasuki penis yang sudah ereksi?" Tanya Yuki kembali, dan membuat senseinya dengan susah menelan ludahnya sendiri mendengar pertanyaan Yuki.

"I-itu..." Oh ayolah Haru, kenapa kau tiba-tiba jadi gugup? Apa jatuh cinta itu membuat seorang monster juga bisa salah tingkah? ini menggelikan!

"Kenapa Sensei??" Tatap Yuki dengan wajah tidak mengerti. Baginya hari ini adalah kesempatan bertanya sebanyak-banyaknya pada senseinya itu. Hanya untuk persiapan lomba, padahal tidak ada lomba yang menanyakan pertanyaan cabul seperti itu kan.

"A...tidak tidak aku hanya, em memangnya kau belum pernah terangsang?" Akhirnya Haru bisa menguasai dirinya.

"A-aku tidak tau sensei...sepertinya tidak pernah." Jawab Yuki dengan pipi memerah. Memang seingatnya tidak ada hal yang membuatnya terangsang. Hal ini membuat otak licik Haru berputar mencari cara memanfaatkan situasi ini untuk sedikit bermain-main dengan Yuki.

"Wanita tidak jauh berbeda jika terangsang, biasanya ditandai dengan ujung payudaranya yang juga ereksi, dan keluarnya cairan kewanitaan dari vagina. Nah cairan itulah yang membuatnya tidak terasa sakit jika terjadi penetrasi." Tutur Haru sambil menatap lekat Yuki yang wajahnya tiba-tiba memerah. Menyadari hal itu Haru sengaja melanjutkan keterangannya. "Dan sama dengan pria, menstimulasi ujung dada dengan cara menyentuhnya dengan lembut juga bisa membuat wanita terangsang Yuki-san."

"E-e begitu ya?" Tanggap Yuki sedikit salah tingkah. Tanpa disadari Yuki pria yang dipanggilnya sensei itu sedikit gelisah oleh juniornya yang sedikit berontak didalam celananya.

"Kau yakin sudah mengerti Yuki-san??"

"Iya sensei, tapi aku masih kurang paham." Jawab Yuki sambil membetulkan posisi duduknya kembali menghadap depan.

"Biologi, Fisika, Kimia tidak akan jelas bahkan tidak akan mengerti jika tidak dipraktekan bukan?" Seringai Haru menatap Yuki dengan hasrat tertahan.

"P-praktek??" Yuki membelalakan matanya kaget.

Haru menggeser badannya agar semakin dekat dengan Yuki, ia tatap wajah Yuki dari samping. Lalu membelai pipi Yuki pelan. "Ya itu jika kau mau, lagipula itu demi lombamu nanti kan?" Ucap Haru lagi-lagi menggunakan kata lomba untuk merayu Yuki.

Dengan ragu Yuki membalas tatapan senseinya. "Apa tidak apa-apa?" Tanya Yuki yang terhipnotis mata indah Haru yang tajam.

Tanpa menjawab pertanyaan Yuki, dengan lembut Haru menyusupkan tangan kanannya keleher belakang Yuki, dan mendekatkan wajahnya keleher jenjang Yuki, mencium aromanya sebentar lalu mengecupnya pelan.

'Cuph'

"Sssh...ahn!" Desah Yuki kaget dan sedikit menjauh karena kegelian, seharusnya dia marah karena hal kurang sopan ini, tapi Yuki berusaha menahan diri, karena jujur saja ini sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

"Ne?? kenapa?" Tanya Haru tanpa melepaskan bibirnya dari leher putih itu, malah menggeser bibirnya keatas menuruti lekuk leher Yuki dan berhenti ditelinga kiri Yuki. "Praktek ini tidak akan melukaimu, percayalah..." Bisik Haru ditelinga Yuki, sensasi hembusan nafas hangat itu membuat Yuki memejamkan mata menahan geli yang berbeda.

Sedangkan pria yang menginginkannya ini tersenyum licik saat mendapati sang dewi es hanya mendesah tertahan dan tidak menolak saat lidah hangatnya mulai menggelitik pelan ditelinga kiri sang dewi. Siapapun tidak akan ada yang bisa menolak Haru pangeran Mantichora soraknya dalam hati.

"Yuki-chan? kau tadi bertanya soal bagaimana tanda seorang wanita terangsang bukan?" Tanya Haru melepaskan kegiatan menjilatnya pada Yuki. Dan hal itu membuat Yuki sedikit malu karena dia masih memejamkan matanya saat bibir lembut itu sudah tidak lagi berada dipermukaan lehernya.

"Em..i-iya sensei." Jawabnya sedikit kaku dan dibarengi dengan membuka matanya.

Haru masih mengelus pelan tengkuk Yuki dengan tangannya. "Aku akan menunjukkannya padamu semuanya, sampau kau bisa mengerti sendiri. Cup!" Satu kecupan hangat kembali mendarat dileher Yuki, dan kembali sukses membuat Yuki kegelian.

"Emh...sensei..."

"Yuki-chan, ini adalah leher." Bisik Haru sambil terus menghirup aroma vanilla yang berasal dari leher mulus Yuki. "Bagi wanita ataupun pria sama saja, jika leher mereka dijilat seperti ini."

"Ahh..." Suara desahan Yuki lebih terdengar seperti orang terkejut saat lidah Haru menyapu permukaan leher mulus Yuki.

"Maka rasanya tetap akan menimbulkan rasa yang menyenangkan bukan?" Lanjut Haru diiyakan dengan anggukan Yuki.

Lalu Haru kembali membawa bibirnya ketelinga Yuki dan kembali berbisik disana. "Ini adalah telinga, sama seperti leher pria dan wanita tetap saja akan terangsang jika telinga mereka diperlakukan seperti ini." Lidah Haru dengan seenaknya menerobos lekuk-lekuk telinga kiri Yuki membuat dada Yuki makin berdetak lebih kencang. Dan seperti sebelumnya Yuki mendesah tertahan saat ujung lidah kasar Haru mengorek-orek lubang telinganya.

"Ssshh...senseih..."

"Hm??? Kau suka Yuki-chan?"

"Hu'um." Jawab Yuki ditengah sensasi aneh yang melandanya.

Setelah puas menjilati telinga Yuki, kepala Haru sedikit menjauh hanya untuk melihat telinga Yuki yang putih itu menjadi kemerahan dan basah. Pemandangan itu membuatnya menyeringai menang.

Yuki kembali membuka mata lentiknya dengan pipi yang memerah. Saat mata saphire indah itu memberanikan diri menatap wajah Haru, disana sudah disambut oleh mata emerald yang tak kalah indah. Kedua mata unik itu bertemu kembali membuat jantung keduanya makin berdegup kencang, bedanya kali ini sorot mata sebiru langit itu lebih lembut dan bersahabat.

Haru memandangi wajah cantik Yuki, membingkai wajah itu dengan kedua tangannya lalu mengagumi semua yang terukir diwajahnya. "Kau cantik," Ucap Haru yang kemudian menempelkan bibirnya dibibir Yuki, membuat gadis itu melebarkan matanya tak percaya, untuk beberapa saat ia merasa pandangannya kabur, kepalanya pusing dan terasa terbang ke awang-awang. Ini adalah ciuman pertamanya wajar saja membuat gadis bersurai biru gelap ini merasa seperti itu.

Bibir Haru semakin menekan pelan bibir beraroma peach milik Yuki. Sepertinya Haru tak ingin terburu-buru memperlakukan Yuki lebih jauh, terbukti ciuman itu hanya sekedar menempel dan diiringi kecupan-kecupan kecil saja.

Haru menjauhkan wajahnya dan tersenyum pada Yuki yang wajahnya kemerahan seperti udang rebus. Lalu tatapannya menurun ke dada Yuki yang berukuran 38B.
"Yuki-chan maaf apa aku boleh menyentuhnya?" Haru meminta persetujuan Yuki untuk menyentuh dada besarnya yang tampak ranum itu.

"Eh??" Yuki tampak ragu.

"PRmu tadi salah kan dibagian soal gambar anatomi payudara??" Haru mengingatkan PR yang jawabannya salah tadi. "Bolehkah aku memberi tahumu dimana letak-letak kesalahanmu tadi?"

Tanpa menjawab Yuki hanya menganggukan kepalanya pelan tanda setuju.

Haru memegang dada kanan Yuki dengan hati-hati, berharap gadis itu tidak shock dan menolak. Lalu meremasnya dengan pelan yang ternyata diiringi lengkuhan tertahan Yuki.

Haru mendekatkan lagi wajahnya dan mencium telinga kiri Yuki, tangannya menyentuh dada Yuki yang masih terbungkus seragam dan meremasnya pelan. "Yuki-chan ini adalah payudara. Bentuknya cembung ke depan bervariasi," Tangan Haru mengikuti bentuk cembung dada kenyal itu dan meremasnya agak lama, sambil lidahnya bermain-main ditelinga lalu turun keleher mulus Yuki. Kembali Yuki dibuat memejamkan manik birunya dan meringis dibuatnya, nafasnyamemburu dadanya semakin berdebar. Haru yang menyadari itu semakin bersemangat menyentuh Yuki.

Sampai pada akhirnya Haru melepaskan kegiatannya lalu berpindah berlutut didepan Yuki, membiarkan Yuki tetap duduk disofa yang empuk. Yuki yang tidak mengerti hanya menatap heran pada guru yang tiba-tiba tampak begitu menggairahkan didepan Yuki.

Haru tersenyum dan membelai rambut Yuki, dipandanginya wajah Yuki yang masih terlihat tak mengerti, kemudian tangannya berpindah memegang kancing jas sekolah milik Yuki. "Boleh aku membukanya Yuki-chan?"

"I-iya." Entah kenapa tanpa berfikir panjang Yuki mengiyakan permintaan Haru. Mungkin karena sebagian tubuhnya mulai menyukai sentuhan Haru.

Merasa mendapat lampu hijau, Haru tak ragu-ragu lagi mulai membuka satu persatu kancing jas sekolah Yuki lalu membuangnya kesembarang tempat. Lalu melanjutkan membuka kancing kemeja panjang berwarna putih yang berhiaskan dasi berwarna merah bermotif kotak-kotak dengan garis orange dan hitam senada dengan rok pendeknya. Baru tiga kancing yang dibukanya, tampak pemandangan yang membuat Haru menelan ludahnya sendiri. Emeraldnya menangkap indahnya bongkahan dada dengan ukuran jumbo berhias bra berwarna merah, kontras sekali dengan dadanya yang seputih porcelain. Walau branya tidak berenda seperti wanita kebanyaakan karena Yuki tidak suka, tapi itu tidak mengurangi keindahan yang membuat celana Haru semakin menyempit.

"Se-sensei.." Tatap Yuki mengatakan jangan saat tangan Haru mulai membuka penutup payudaranya.

Seolah mengerti apa yang dirasakan Yuki, Haru menggenggam kedua tangan Yuki, "Tidak apa-apa, hanya aku yang melihatnya. Aku akan merahasiakan ini dari siapapun." Entah kenapa sorot mata dan setiap kata yang meluncur dari bibir Haru selalu membuat Yuki merasa aman dan tidak apa-apa, maka dari itu Yuki hanya diam tak menjawab itu cukup membuat Haru yakin dia mengijinkan Haru membuka branya.

"Yuki-chan aku akan menunjukan bagian-bagian payudara ini agar kau mengerti dan paham." Tangan Haru dengan cekatan menyingkiran kemeja Yuki dari badannya menampakan kulit putih nan lembut selembut salju, kini badannya hampir polos hanya tersisa bra merah lalu dibantu Yuki dengan melepaskan pengait branya yang dibelakang. Dengan hati-hati Haru membuka penutup terakhir dada Yuki dengan menyingkapnya keatas.

"W-wooah..." Gumam Haru dan berhenti bernafas saat dada berukuran 38B itu terpampang didepan manik hijau daun itu. Menelan ludahnya sendiri dengan susah karena terhipnotis dada besar dengan puting berwarna kemerahan seperti bibir bayi agak transparan, entahlah Haru belum pernah melihat dada seindah itu. Kalau boleh saat ini juga Haru akan menyergap benda sialan yang membuat kejantanannya tersiksa dibalik celananya itu. Menjilat dan menghisap dengan brutal benda bulat kenyal dengan ujung kemerahan itu sebagai balasan telah membuat Haru tersiksa. Tapi Haru cukup kuat menahan diri, kalau tidak dia tidak akan mendapatkan apa-apa.

"Eh" Sementara Yuki memalingkan wajahnya saat Haru terdiam memandangi dadanya, Yuki merasa sangat malu, ini pertama kali baginya menunjukan barang pribadi ke orang lain. Jantungnya pun masih berdebar hebat, tangannya dingin.

"Sensei jangan memandanginya begitu." Yuki tidak tahan lama-lama payudaranya ditatap mesum oleh gurunya itu, lalu menyilangkan kedua tangannya menyisakan pemandangan yang tak kalah seksi. Perutnya yang putih dan langsing dengan pusar sebagai hiasan alaminya malah menarik perhatian Haru.

Haru mendekatkan kepalanya disana dan mengecup pelan, membuat perut itu berjingkat geli atas perlakuan Haru.

"Ahhs...sensei."

Haru tersenyum melihat Yuki memejamkan mata dengan menutupi kedua payudaranya, "Kenapa ditutup?" Tangan Haru mencoba menyingkirkan tangan Yuki dari sana.

"Um..aku malu bentuknya jelek." Jawab Yuki tanpa menatap Haru, baginya ini terlalu memalukan.

"Tidak apa-apa, buka saja aku suka." Haru berhasil membuat dada itu kembali polos. "Dan tolong buka matamu, bagaimana kau mengerti saat aku menerangkan.Lihatlah saat aku menyentuhnya." Pinta Haru pada Yuki dan berlahan Yuki membuka matanya.

"Seperti yang aku katakan tadi," 'G-glek' Haru susah payah menelan ludahnya lagi. "Ini adalah payuda," Sentuh Haru pada dada kanan Yuki yang telah polos itu. Puting yang agak mengeras terasa ditelapak tangan Haru. "Dan ditengahnya terdapat putting susu yang terdiri dari kulit dan jaringan erektil." Jari Haru menyentuh puting Yuki.

"Aaah senseih..." Desis Yuki saat jari telunjuk Haru menari disana.

'Ah' seharusnya kau jangan mendesah dulu Yuki, kau fikir hanya kau saja yang ingin berteriak? kau tau ini membuat senseimu hampir kehilangan kendali.

"Payudara manusia berbentuk
kerucut tapi sering kali berukuran
tidak sama." Haru kini meremas kedua dada Yuki bersamaan, "Dan dadamu ini lebih besar yang kanan, yang aku remas ini." Terang Haru membuat Yuki menahan nafas.

"Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram." Terang Haru masih asyik meremas dan menekan mainan barunya tidak peduli gadis esnya itu menahan geli dengan wajah semerah tomat.

"Ada tiga bagian utama payudara,
yaitu Korpus atau badan, yaitu
bagian yang membesar ini," Haru menekan bongkahan kenyal itu dengan gemas. "Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah ini, tapi punyamu ini bukan kehitaman kurasa, tetapi kemerahan. Aku suka ini," Jari Haru bergerak-gerak melingkar mengikuti bentuk areola Yuki.

Haru menyeringai lebar melirik keatas mendapati Yuki kembali memejamkan matanya dengan bibir sedikit terbuka yang malah membuatnya semakin terlihat seksi.

"Lalu ini adalah papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara." Lanjut Haru sembari memencet puting Yuki pelan.

"Aaahhh ssensei..." Jerit Yuki yang sela-sela jarinya kini sudah terisi rambut pirang Haru karena menahan kepala Haru yang berada didepan dadanya. Yuki yang merasakan nikmat pada ujung payudaranya inipun mendesah lagi dengan nafas terengah, sedangkan Haru dengan sengaja malah memelintir kedua puting imut itu lebih lama agar Yuki semakin menggeliat seksi.

"Puting payudara ini mengandung ujung-ujung saraf perasa yang sensitif, dan otot polos yang akan berkontraksi bila ada rangsangan seperti ini." Haru menjilat pelan puting payudara kiri Yuki dan aroma khas vanilla dari tubuh Yuki kembali menyapa lembut indra penciumannya, sementara payudara yang kanan sudah ia remas dengan hati-hati yang langsung disambut desahan Yuki, desahan itu terdengar seperti melodi yang indah. Maka setiap desahan itu keluar dari mulut Yuki semakin membuat Haru bergairah untuk semakin menjilat, mengulum serta menggigit kecil puting Yuki. Puas menjilat puting Yuki, Haru kembali mencucup benda kecil menggairahkan itu, menghisap layaknya bayi yang kehausan, kanan kiri Haru memperlakukan kedua payudara itu secara adil. Meski begitu Haru melakukan semua itu dengan lembut, seakan tidak ingin melukai sedikitpun tubuh Yuki.

"Aaaahh...sensei, s-sudah...ah..." Dasah Yuki saat ujung lidah Haru bergerak cepat memainkan ujung putingnya yang sempurna mengeras, ia merasa perutnya sangat geli dan nikmat selain itu ia juga merasa kewanitaannya semakin basah, apakah ini yang namanya terangsang? entahlah yang jelas Yuki menyukainya.

Haru melepaskan mulutnya dari puting Yuki yang berubah warna menjadi semakin merah basah oleh liur Haru. Saat Haru melihat wajah Yuki lagi, gadis pemilik rambut selembut sutra itu tampak bernafas tersengal-sengal dengan bibir peach yang terbuka dan dada yang naik turun membuat Haru tak tahan dan langsung menyerang bibirnya.

Yuki sedikit gelagapan oleh penyerangan Haru yang tiba-tiba, namun itu tak berlangsung lama karena Haru mampu membuat Yuki merasa aman. Bibir keduanya saling kecup, dengan bantuan Haru tangan Yuki kini mengalung dileher Haru. Walau ragu-ragu Yuki memberanikan diri membalas kecupan Haru. Sampai Haru merasa ciuman itu membosankan, lantas Haru menjilat-jilat bibir Yuki, berlahan-lahan membuat bibir Yuki terbuka dengan lidahnya. Tidak lama bagi pria itu membuat mulut Yuki menerima lidahnya. Dengan kemampuannya Haru menjilati lidah Yuki dan mengajaknya menari, tapi tanpa pengalaman sebelumnya lidah Yuki hanya diam tak membalas.

Tak kehabisan akal akhirnya Haru yang bekerja sendiri, dengan penuh gairah dia kulum lidah Yuki. Lalu lidah Haru habis-habisan menginvasi mulut Yuki, memainkan lidahnya didalam tenggorokan Yuki, mengabsen satu persatu gigi gadis itu dengan lidahnya tanpa rasa jijik. Sedangkan Yuki masih memejamkan matanya menikmati permainan Haru.

"Yuki-chan?" Panggil Haru dengan lembut, entah sejak kapan panggilan san yang tadi berubah menjadi chan.

Yuki membuka matanya berlahan, kembali kedua mata indah itu bertemu. Walau pandangan Yuki menyipit karena horny, tidak menutupi keindahan bola matanya yang biru.

"Yuki-chan? balas ciumanku." Pinta Haru, merasa permainannya tidak imbang.

"Tap-tapi tapi ak_."

"Kau hanya perlu membalas seperti kau menjilati es krim Yuki-chan." Kembali Haru mengecup bibir Yuki tanpa mendengar alasan gadis tomboy itu. Lidahnya kembali memasuki mulut Yuki, menjilat lidah kasar Yuki untuk memancingnya menari bersama.

Tidak sia-sia usaha Haru, kini Yuki mulai membalas lilitan lidah Haru meski masih tampak malu-malu. Haru semakin menekan tubuh Yuki dan berusaha membuka kemejanya sendiri tanpa melepaskan ciumannya. Setelah kemeja biru polos milik Haru itu terlepas dari tubuhnya, kembali Haru meremas dada Yuki. Meremas-remas dan memainkan puting kecil Yuki sementara ciumannya semakin panas, saling mengigit dan menjilat, saling bertukar saliva dan menelannya. Sampai Yuki mendorong tubuh Haru karena kehabisan nafas.

"Sensei?? K-kenapa sensei melepas baju?" Cicit Yuki menalingkan wajahnya lagi merasa malu dan degdegan melihat tubuh tegap senseinya yang seksi.

"Kenapa malu sih? aku hanya menemanimu telanjang kan. Aku rasa tidak adil jika kau sendiri yang tidak pakai baju." Jawab Haru, lalu berdiri dan menarik pergelangan tangan Yuki untuk mengikutinya berdiri. "Aku tunjukan kau sesuatu." Yuki dengan tubuh setengah polosnya hanya menuruti permintaan Haru walau ada tanda tanya tersirat dari wajahnya.

Haru duduk disofa dan menarik lagi tangan Yuki untuk duduk dilantai sama seperti dirinya tadi dan Yuki masih menurut.

Kini wajah Yuki bisa melihat bebas perut kencang Haru, disana terdapat otot-otot yang kekar dan sedikit basah karena keringat, sebagai wanita normal Yuki hanya menelan ludahnya sendiri mengagumi keseksian laki-laki dihadapannya ini. Walau tidak sixpacks tapi itu cukup membuat Yuki tidak bernafas.

Haru mendekati wajah Yuki dan berbisik, "Bernafas Yuki."

"E-eh..." Yuki menundukan kepalanya malu dan Haru menyeringai lebar.

Lalu Haru menarik tangan kanan Yuki untuk menyentuh sesuatu dibalik celana hitamnya. Yuki agak kaget menyentuh benda keras milik senseinya itu.

"Tidak apa-apa ini namanya penis, alat reproduksi pria." Nafas Haru sedikit berat saat tangannya membimbing tangan Yuki untuk meremas benda itu. "Hhh...aku akan menunjukanmu bagian-bagiannya, bukalah." Pinta Haru pada Yuki, awalnya Yuki enggan membuka celana Haru. Tapi dengan sedikit rayuan akhirnya Yuki dengan tangan gemetaran memberanikan diri menurunkan resleting Haru.

Dadanya semakin berdegup kencang saat celana dalam senseinya itu tampak menggembung dibagian depannya. Sementara Haru memelorotkan celana panjangnya sendiri hingga terlepas menyisakan celana dalam berwarna cokelat.

"Sentuhlah Yuki.." Tidak sabaran Haru menarik lagi tangan Yuki untuk kembali meremas benda keras itu. "Hhh..ssh.." Pria berkepala pirang itu mendongak keatas saat tangan Yuki menyentuhnya, padahal tangannya sendiri yang menggerakan tangan Yuki, tapi sudah membuatnya mendesah.

"Sensei? kenapa keras begini? apa penis pria selalu begini?" Tanya Yuki dengan wajah polos.

"Hhhhah..." Haru tidak menjawab malah menurunkan satu-satunya penutup kejantanannya itu. Yuki melebarkan iris saphirenya saat benda berukuran 14 cm dengan diameter 4 cm itu sudah berdiri tegak dihadapannya, cukup besar memang untuk ukuran orang asia.

"Ssh...jadi ketika seorang pria medapat stimulasi seksual dan terangsang, saraf di sekitar penis akan menjadi aktif." Terang Haru sambil menuntun tangan Yuki menyentuh kejantanannya yang sudah polos tanpa penutup dan mengisyaratkan untuk menggenggam dan menggerakannya keatas dan kebawah. Yuki sedikit aneh saat merasakan benda hangat itu ditelapak tangannya. "Hal ini menyebabkan otot-otot sekitar pembuluh darah menjadi rileks sehingga darah mengalir lebih banyak ke dalam penis membuat penis kaku dan keras atau tegak seperti ini." Lanjut Haru menuntun tangan Yuki untuk mengocok juniornya lebih cepat dan membuatnya kembali menarik nafas dalam-dalam.

"Sensei kau kenapa? apa aku menyakitimu?" Tanya Yuki yang melihat senseinya terlihat seperti kesakitan.

"Emh...ini bukan kesakitan, tapi aku sedang bergairah Yuki-chan. Sama seperti saat aku memainkan lidahku dipuncak dadamu. Kau menikmatinya kan?"

"Uh..hu'uh" Yuki mengangguk mengerti.

"Aku akan sedikit menjelaskan bagian-bagian penis ini agar kau tidak menggambar cacing lagi suatu saat nanti." Ejek Haru yang dibalas Yuki dengan mengerucutkan bibirnya, dan Haru hanya terkekeh melihat ekpresi lucu Yuki. "Ini adalah Glans atau kepala penis," Haru menyentuhkan jemari Yuki pada benda yang mirip seperti kepala jamur itu. Walau sentuhan itu membuat Haru tersengat, tetapi dirinya berusaha menahan desahannya.

"Kepala penis berbentuk seperti kerucut. Kepala penis sangat sensitif dan biasanya tertutup oleh kulup kecuali pada penis yang ereksi. Kepala penis memiliki beberapa fungsi yaitu meningkatkan peluang untuk pembuahan telur, menciptakan gesekan saat berhubungan seks, dan bertindak sebagai penumbuk atau penekan di dalam vagina selama hubungan seksual." Terang Haru sambil menikmati kocokan pelan dari Yuki.

"Lalu selanjutnya Frenulum. Organ ini adalah salah satu area yang sangat sensitif pada penis, lokasinya terletak di bagian bawah glans, yaitu disini." Tangan Haru lagi-lagi menuntun jari-jari Yuki untuk menyentuhnya.

Yuki yang rasa ingin taunya besar itu lantas hanya memandangi benda yang semakin membengkak itu, Lalu mata sebiru langitnya mendapati ujung kejantanan senseinya itu mengeluarkan sebuah cairan bening. "S-sensei i-ini cairan apa?"

"Itu adalah cairan precum, Cairan Precum merupakan cairan yang mucul ketika seorang laki-laki sedang terangsang secara seksual. Cairan ini berwarna bening dan kental, berbeda dengan Cairan Sperma yang berwarna Putih Pekat. Cairan Precum ini dihasilkan dari Kelenjar Cowper pada organ reproduksi pria. Cairan ini baru akan muncul ketika sedang terangsang." Terang Haru dan hanya dijawab dengan anggukkan Yuki.

"Um...sensei, bagaimana rasanya?"
Tanya Yuki dengan tatapan polos yang membuat hati Haru luluh lantah.

"Tidak seperti sperma, cairan precum tidak berasa sama sekali. Cobalah." Harap Haru mendekatkan kepala Yuki ke penisnya dan Yuki menahan karena itu terlalu menjijikan buatnya.

"Kenapa? coba saja ini bersih dan terawat." Haru meyakinkan Yuki, dan sepertinya memang kata-kata Haru selalu berhasil menghipnotis Yuki untuk menurutinya.

Yuki menggenggam dengan lembut kejantanan milik senseinya dan mendekatkan mulutnya lalu menjilat ragu benda pribadi milik Haru.

Saat ujung lidah gadis itu menyentuh ujung batang yang sudah mengacung keras Haru memejamkan matanya, dan membiarkan gadis itu menjilat sekitar tiga kali jilatan.

"Ssh...bagaimana rasanya Yuki-chan?" Tanya Haru dengan mata menyipit menahan nikmat, dan tangannya mengusap lembut ujung kepala Yuki.

"Um rasanya tidak buruk sensei." Jawab Yuki membuat Haru tersenyum lega.

"Kau suka? Kau boleh memainkannya sesuka hatimu." Ucap Haru masih membelai rambut selembut sutra milik muridnya.

Mendapatkan kepercayaan dari senseinya, Yuki tersenyum manis lalu sambil menatap wajah senseinya dengan tatapan polos ia kembali menjilat kejantanan Haru. Setiap sapuan lidahnya membuat Haru melengkuh tertahan, itu membuat Yuki merasa senang. Dan semakin lama jilatannya menjadi kuluman lembut, semakin lama Yuki memainkan benda itu semakin geli pula rasa diperutnya. Yuki memasukkan kejantanan milik Haru kedalam mulutnya yang hangat dan basah. Dia memanga gadis pintar dan cepat belajar, walau giginya mengenai barang pribadinya Haru tidak ambil pusing, walau terasa ngilu tak apa rasa nikmat dibatangnya itu lebih banyak.

Haru juga tak tinggal diam diperlakukan istimewa oleh Yuki, ditengah erangannya ia masih berusaha membuat Yuki juga merasakan kenikmatan yang sama. Maka dari itu kedua tangan Haru menggapai buah dada yang tergantung bebas dibawah sana dan memainkan puting kecil yang menegang itu.

"Sensei??" Bisik Yuki menatap lekat wajah senseinya yang tampan dan tampak seksi dengan mata terpejam akibat menahan rangsangan yang diberikan Yuki.

Haru membuka matanya berlahan dan melirik kebawah dengan tatapan sayu, tersenyum pada Yuki. "Kenapa Yuki-chan?"

"A-apa kau suka dengan perlakuanku?" Tanya Yuki ragu-ragu.

"Apa yang kau tanyakan? tentu saja aku sangat menyukainya." Jawab Haru yakin.

"Syukurlah..." Yuki tersenyum lalu kembali memasukan kejantanan Haru kedalam mulutnya. Menjilat dan menggelitik ujung penis Haru membuat Haru semakin mendongak liar. Dalam hati Haru menjerit hebat, bagaimana bisa lidah Yuki begitu nikmat menyentuh kejantanannya.

Semakin lama Haru semakin tak tahan, spermanya sebentar lagi akan menyembur keluar, dia sudah tidak tahan lagi menahan semennya lebih lama. Tidak, dia tidak boleh keluar duluan. Dengan lembut Haru menjauhkan kepala Yuki dari kejantanannya membuat Yuki bertanya-tanya.

"Sudah cukup Yuki-chan, pelajaran kita belum selesai." Terang Haru, dan menarik Yuki dipelukkannya. Memeluk Yuki dengan hangat dada keduanya bergesekan menimbulkan sensasi yang mengisyaratkan keduanya ingin terus bersama.

"Yuki-chan...." Haru menghirup aroma leher Yuki yang unik dan memabukkan. "Pelajaran kita tinggal sedikit lagi." Kata Haru sambil meremas bongkahan pantat Yuki yang masih terbungkus rok sekolahnya. Entah mengapa mendengar pelajaran akan segera selesai membuat Yuki sedikit kecewa.

Haru melepaskan pelukkannya pada Yuki dan memposisikan Yuki kembali duduk disofa. "Duduklah," Haru mengusap kening Yuki yang berkeringat dan merapikan rambutnya yang lengket diwajah gadis manisnya itu lalu kembali duduk bersimpuh didepan Yuki.

Tangan kekar Haru mengusap lembut paha mulus Yuki, berlahan-lahan tapi pasti elusan lembut itu makin menyapu hingga ke paha dalam Yuki, dan mau tak mau membuat rok sekolah Yuki tersingkap keatas sehingga menampakan gundukan yang masih terbungkus celana dalam yang telah basah berwarna merah. Yuki menggigit bibir bawahnya menahan rangsangan yang kembali menyapa tubuhnya.

Tak cukup hanya sampai disitu tangan Haru mulai menarik celana dalam Yuki.

"Senseih!" Cegah Yuki, menahan tangan Haru yang mulai menarik penutup kewanitaannya.

"Kenapa? aku ingin lihat Yuki-chan."

"Tidak sensei!"

"Ayolah...aku akan terangkan bagian-bagiannya." Bujuk Haru.

"Tidak sensei, bentuknya jelek! aku malu!"

Haru terkekeh mendapat pengakuan Yuki. "Ayolah tidak apa-apa, aku janji tidak akan mengejekmu apapun bentuknya." Bujuk Haru.

"Sensei janji??"

"Janji muridku yang manis."

Tanpa menunggu lebih lama lagi Haru memelorotkan celana dalam milik Yuki dan langsung menampakan kewanitaan Yuki yang terdapat bulu-bulu halus yang tertata rapi. Meskipun tomboy sepertinya Yuki rajin mencukur bulu kemaluannya yang sudah basah oleh lendirnya sedari tadi membuat Haru menelan ludahnya.

Haru menyentuhkan jari telunjuknya dilipatan pribadi Yuki, membuat Yuki mendesah lagi. Haru memang sengaja menggoda Yuki.

Tidak puas hanya menyentuh kewanitaan Yuki, guru muda berusia 21 tahun menaikan kedua kaki Yuki keatas sofa yang tentu saja membuat Yuki keberatan. Tapi dengan kemampuan Haru merayu akhirnya Yuki berhasil dibuat mengangkangkan kedua pahanya, hingga terpampang jelas betapa merahnya lubang kewanitaan Yuki, persis seperti daging mentah.

Dalam hati Haru bersorak gembira, entah kenapa makhluk pendosa seperti dirinya masih diberi keberuntungan yang membahagiakan seperti ini. Tak henti-hentinya pria bermata hijau ini mengagumi pemandangan indah didepan matanya. Gadis dengan kulit seputih porcelain, berwajah cantik dengan mata yang sayu sedang memperlihatkan kewanitaannya yang sudah basah dan merekah.

Sedang asyik memandangi kewanitaan Yuki, tiba-tiba Yuki menutupnya dengan kedua tangannya. "Jangan lihat begitu sensei!!" Pekiknya malu. "Aku tau kau pasti tidak suka bentuknya kan!"

"Hei Yuki-chan...tenanglah..." Ucap Haru, sepertinya Yuki salah paham. Haru diam bukan karena tidak suka tetapi karena terperangah. "Aku suka bentuknya." Ucap Haru sambil menyingkirkan tangan Yuki. "Aku suka, aku sangat suka." Lanjut Haru lalu mendekatkan hidungnya menghirup aroma kewanitaan yang khas.

"Kyaaaaaa!!!!" Yuki menjerit dan spontan menjauhkan kepala Haru dari kewanitaannya saat lidah Haru menjilatnya pelan. Yuki tidak siap, dan menurutnya ini menjijikan karena dia tau milik pribadinya ini sedari tadi mengeluarkan lendir yang sangat banyak.

"Kenapa lagi??" Tanya Haru dengan wajah malas.

"I-itu kotor sensei! jangan sentuh!"

"Siapa yang sentuh? aku cuma menjilat."

"I-itu sama saja, menjijkkan!!"

"Aku tidak jijik, singkirkan tanganmu."
 
"Tapi Sensei..." Rengek Yuki.

"Kita coba sekali saja, jika kau tidak suka. Kau boleh menghentikannya." Pinta Haru dengan wajah memelas.

Lagi-lagi Yuki kalah dalam mempertahankan pendapatnya, mungkin memang sudah garisnya jika seorang guru selalu menang melawan muridnya.

Haru menyentuhkan jemarinya ke kewanitaan Yuki, "Yuki-chan kau pasti tau ini adalah vagina, alat reproduksi wanita kan?"

"Hu'uh.." Jawab Yuki menahan geli saat tangan hangat itu menyentuh milik pribadinya.

"Ini adalah Pubik, Pubik adalah jaringan lemak yang ditumbuhi rambut kemaluan." Ucap Haru sambil mengelus rambut-rambut kewanitaannya.

"Lalu ini adalah Labia minora, ini daging yang tidak berbulu yang terletak di kedua sisi lubang masuk vagina. Labia minora ini bertemu di bagian atas dan memebentuk penutup klitoris." Sentuhan Haru kembali membuat Yuki mendesah.

"Lalu ini Bibir bagian luar atau Labia Majora. Labia majora adalah bagian empuk berlemak yang terletak di kedua sisi vagina."

"Eemmh..." Jawab Yuki, yang haru yakin penjelasannya dari awal tidak didengar baik oleh muridnya yang terangsang ini.

"Lalu yang terakhir adalah klitoris"

"Aah!! sensei!" Yuki menjerit saat jari senseinya menyentuh klitorisnya.

"Klitoris adalah organ kecil yang sangat sensitif, yang sangat penting dalam reaksi seksual wanita seperti ini." Haru menggerak-gerakan jarinya lebih cepat, hingga membuat Yuki mendesah menggeliat-liat membusungkan dadanya yang seksi dengan puting yang menguncup.

"Lalu ini adalah Glans atau kepala klitoris, dapat terlihat dari luar, mencuat seperti benjolan kecil dan berwarna merah. Ukuran klitoris berbeda dari satu wanita ke wanita yang lainnya," Haru masih saja bercerita padahal dia tau Yuki sudah mulai kehilangan akalnya. "Seperti halnya ukuran penis yang berbeda pada setiap pria." Lanjut Haru sambil melirik Yuki yang mendongak seksi membuat seringaian Haru kembali melebar.

Kini sepertinya Haru sadar, Yuki sudah pasti tidak mendengar penjelasannya lagi karena sempurna dia telah dikuasai oleh hawa nafsunya.
Maka dari itu Haru yang sudah tidak tahan ingin mencicipi daging kecil ditengah-tengah kewanitaan Yuki ini mememanfaatkan kesempatan. Langsung saja kepala pirangnya mendekat keselakangan Yuki dan menjulurkan lidahnya, menyapu pelan permukaan benda basah itu.

"Ssshhh...aaahh...Haru senseih..." Desah Yuki mencengkeram kepala senseinya yang sedang asik menjilati kewanitaannya.

Desahan demi desahan mengalun bagai melodi yang indah, suaranya membuat Haru semakin rakus menjilati kewanitaan Yuki yang terus mengeluarkan cairan cintanya.

"Aaahhh... Sensei...kimochii" Yuki terus meracau merasakan tubuh bawahnya dinikmati senseinya, dia merasa terbang keawan saat ujung lidah Haru menggelitik klitorisnya kemudian mencucuk-cucuk lubang kewanitaannya dan mencucup sekaligus menelan cairan asin milik Yuki.

Sampai beberapa saat kemudian Haru masih bernafsu bermain divagina Yuki, sepertinya Haru sangat menyukai rasa cairan cinta milik Yuki. Tidak peduli Yuki yang sudah meronta-ronta menikmati siksaan yang nikmat itu, pria pemilik mata sehijau daun itu masih saja menggelitik klitoris Yuki dan memasukan satu jarinya kedalam lubang merah itu. Rasanya bagaikan ribuan sayap kupu-kupu menggelitik perut ratanya, Yuki bergerak liar saat sesuatu akan meledak dari dalam tubuhnya.

"Aaahh...Yamette kudasai senseiiih!!" Pinta Yuki untuk menghentikan kegiatannya, tp Haru pura-pura tuli dan terus menyerang Yuki. Sampai akhirnya Yuki benar-benar tidak bisa membendung orgasme pertamanya. Tubuhnya melengkung keatas dan kejang saat badai kenikmatan menerpa tubuhnya dan mengalirkan cairan panas yang langsung ditelan Haru.

"Ennggghhh...senseih..." Erang Yuki merasa tulang-tulangnya telah lolos dari tubuhnya. Dia tidak bisa bergerak perasaan nikmat yang baru saja menerpanya telah menguras seluruh tenaganya.

Haru tersenyum menang mendapati Yuki tak berdaya disofa yang telah basah oleh lendir Yuki. Lalu Haru dengan kejantanannya yang mengacung pelan-pelan membuat tubuh Yuki terbaring disofa kemudian menindihnya.

Diciuminya wajah Yuki yang masih terpejam, bibir, mata, pipi tak luput dari ciuman Haru. Sampai akhirnya Yuki membuka kedua kelopak saphiernya.

"Sensei??" Sebutnya saat kedua mata itu bertemu pandang. "Apa tadi itu sensei??" Tanya Yuki heran sekaligus malu mengingat dia begitu bergairah saat senseinya menjilati kewanitaannya.

Haru tersenyum hangat dan mengecup bibir Yuki, "Itu yang disebut orgasme, bagaimana?? kau suka??" Tanya Haru sembari mengecup lagi leher Yuki.

"Iyah sensei...tapi apa sensei juga?"

"Aku belum Yuki-chan, lihat saja." Tangan Haru membawa tangan Yuki untuk menyentuh kejantanannya yang masih keras.

"Kenapa tidak sensei??"

"Karena aku mau kau merasakannya sebelum aku." Jawab Haru lalu mengecup leher Yuki, menjilatinya lagi membuat Yuki memejamkan matanya lagi.

Haru mulai merangsang Yuki kembali, dengan posisi Yuki yang terbaring dibawah tubuh tegap Haru itu memudahkannya untuk menyentuh dan meraba Yuki.

Haru memulai dengan menjilati dan menghisap leher Yuki, meninggalkan beberapa tanda kepemilikannya disana. Lalu ciumannya turun dikedua bukit Yuki yang telah dia jelajahi sebelumnya, menjilat, menghisap dan menggigit kecil puting merah itu.

"Sensei...aaahhh..." Desah Yuki mulai terangsang lagi.

Lalu bibir Haru naik keatas, mencium bibir Yuki yang mengkilap. Kemudian keduanya saling melumat dan bermain lidah. Bisa Yuki cium aroma kewanitaannya dari bibir Haru.

Tidak hanya itu, tangan kanan Haru juga bekerja meremas dan memilin bergantian kedua payudara Yuki, membuat Yuki semakin terbakar api gairah.

Cukup panjang permainan mereka berdua, karena saat mata Haru melirik jam dinding ternyata sudah pukul 20.09. Itu tandanya mereka bergumul sudah tiga jam lebih.

Tidak mau menunggu lebih lama lagi, Haru memegang kejantanannya dan menggeseknya dibelahan merah Yuki. Yang direspon Yuki dengan desahan tertahan. Kemudian Haru berusaha melesakkan juniornya itu berlahan, tapi Yuki menahan dengan tatapan khawatir.

"Aku akan pelan-pelan," Bisik Haru membuat pegangan tangan Yuki mengendur, dan itu artinya Haru bisa meneruskan pekerjaannya. Menggesek dan berusaha memasukan kejantanannya kedalam tubuh Yuki.

"Katakan jika sakit," Ucap Haru sambil mencium bibir Yuki dan mulai menggerakkan tubuhnya.

Yuki meringis kesakitan saat benda tumpul milik Haru itu berlahan memasuki lubangnya yang sempit. Baru setengah dan Yuki sudah menitikan air matanya.

"Sakit??" Bisik Haru, mengahpus air mata Yuki.

"Hu'uh...ittai da yo," Jawab Yuki kesakitan.

Haru mencium lagi bibir Yuki, mengajaknya bermain lidah lagi hanya untuk mengalihkan perhatian Yuki dari kewanitaannya yang sakit. Saat Yuki sudah terlihat menikmati ciumannya, Haru bersiap melesakkan kejantanannya dengan sekali sentakan.

"Aaaahh!! Ittai!!" Jerit Yuki kesakitan saat kejantanan Haru berhasil menerobos pertahanan Yuki. Sebagai laki-laki sejati Haru menenangkan Yuki dengan mengusap-usap keningnya, mencium pipinya sampai Yuki kembali tenang dan penyatuan mereka sempurna.

Haru menggerakan pinggulnya berlahan, dia sangat memperlakukan Yuki secara hati-hati, memperlakukan Yuki layaknya barang yang mudah pecah ketika dia menekannya dengan keras. Maka pergerakannya sangat lembut namun menggairahkan.

"Ahh...ah...sensei..." Desah Yuki saat kejantanan Haru menghujam kewanitaannya yang basah, rasa sakit beberapa waktu yang lalu kini lumayan hilang berganti nikmat yang tiada tara.

"Yuki-chan...sebut namaku..
sebut namaku.." Pinta Haru saat menghujam lipatan merah yang menjepitnya itu.

"Haru-kun..emmmh...kimochii...kimochii..." Yuki mendesahkan nama Haru disela-sela percintaannya, membuat Haru semakin bernafsu menyetubuhi Yuki.

"Sebut namaku!...oohh...Yuki-chan, Yuki-chan kau nikmat sekali." Ceracau Haru merasakan sebentar lagi akan orgasme.

"Haru-kun...emmh...ikkeh!..ahhmm..kimochiiiii!! Kimochii!!" Teriak Yuki merasakan gelombang orgasme keduanya hampir menerjang.

Tak mau kalah denga Yuki Haru juga semakin menggila, "Aahhhh...Yuki-chan!!" Haru semakin cepat menggerakan pinggulnya menjemput orgasme yang juga akan melanda.

"Aaaaaahhhhh Haruuuu!!!" Yuki kembali mendapat orgasmenya.

"Iyaaah!! aku datang Yuki-chan...akuh...ah...ah...aaahh!!" Lengkuhan panjang mengakhiri sentakan dikewanitaan Yuki, yang dia rasakan hanyalah semburan sesuatu yang hangat didalam perutnya.

Keduanya terkapar lemas diatas sofa yang kini basah oleh keringat mereka berdua. Yuki tertindih tubuh Haru yang tegap.

'PING!!!'

Suara ponsel Yuki berbunyi yang langsung membuat Yuki membuka matanya. Kaget saat tubuh Haru tanpa busana tengah menindih tubuhnya yang juga hanya tersisa rok sekolahnya.

Dia dorong tubuh Haru begitu saja seakan baru sadar oleh pengaruh hipnotis.

"Yuki-chan kau kenapa?" Tanya Haru yang kemudian duduk melihat Yuki yang terlihat marah. Tapi Yuki hanya diam dan memunguti pakaiannya yang berserakan.

Haru mencoba membantunya berpakaian tapi ditolak dengan kasar oleh Yuki, sepertinya sifat asalnya telah kembali.

"Yuki-chan" Haru mencoba menyentuh pundak Yuki.

"Jangan sentuh aku sensei!!" Teriak Yuki yang tampak menangis saat menatap Haru, "Aku tidak mau mengingat ini semua sensei!!" Teriak Yuki lalu cepat-cepat pergi meninggalkan Haru dengan pakaian yang tidak rapi.

Haru menepuk dahinya heran. "Yuki-chan...gomenne.." Bisik Haru yang kembali membanting tubuh telanjangnya disofa.

TBC
 
Terakhir diubah:
Ntah kenapa yah kalo cewe buat cerita bisa terasa lain rasa coba kalo cowo widih terkadang serem plus agresif banget belum apa2 udah anal.treesome***ngbang.n creampie. .
Tapi baca ni tread dari awal sisi SSnya bikin meremang bulu kuduk. .
Walaupun sisi SS ga' ditonjolin banget tapi itu aja udah buat merinding. . .
Manteb deh "tapi kalo si yuki hamil pasti mokad dong dia n walaupun haru mati next generasi masi ada. . .?" yah mudah2an ga' gantung deh endingnya. .
Coz. . .2 cerita berprefik punya ending sama. . .
 
Bimabet
Ntah kenapa yah kalo cewe buat cerita bisa terasa lain rasa coba kalo cowo widih terkadang serem plus agresif banget belum apa2 udah anal.treesome***ngbang.n creampie. .
Tapi baca ni tread dari awal sisi SSnya bikin meremang bulu kuduk. .
Walaupun sisi SS ga' ditonjolin banget tapi itu aja udah buat merinding. . .
Manteb deh "tapi kalo si yuki hamil pasti mokad dong dia n walaupun haru mati next generasi masi ada. . .?" yah mudah2an ga' gantung deh endingnya. .
Coz. . .2 cerita berprefik punya ending sama. . .

Hehe...makasih loh ya... btw 2 cerita berefek ending sama??gimana tuh?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd