LDR
Ini semua terasa sangat lucu dan tidak mungkin. Aku dan Fahmi-kun resmi menjadi seorang kekasih? Hahaha... mungkin aku terdengar sangat putus asa karena lebih memilih menjalin hubungan dengan pria yang belum pernah aku temui sebelumnya. Tapi siapa peduli, aku nyaman bersama Fahmi-kun. Bukankah kenyamanan itu lebih penting dari hanya sekedar perasaan cinta, bahkan banyak pasangan yang selingkuh dengan alasan nyaman tak hanya satu atau dua orang.
Dia pemuda yang baik dan apa adanya. Kecintaannya pada manga dan Anime membuat kami saling terhubung satu sama lain, dia juga sangat peduli padaku. Selalu menghiburku saat aku bersedih, sama seperti Daichi, Fahmi-kun juga tidak suka melihatku meneteskan airmata kesedihan.
Sekarang dia sedang berada didepanku. Lebih tepatnya di layar monitorku, dia disana dengan seorang gadis cantik yang dia kenalkan sebagai kakak perempuanya, namanya Nurul. Sebenarnya ini memalukan, Fahmi-kun memintaku untuk mengatakan bahwa aku juga menyukainya didepan kakaknya itu. Tapi sepertinya kakak perempuan Fahmi-kun tidak mengerti bahasa jepang, syukurlah.... \^o^/
Tapi wajahnya menatapku penuh tanya sambil sesekali menoleh ke Fahmi-kun meminta kejelasan, kakak perempuan Fahmi-kun tidak menyerah untuk mengobrol denganku.
Dia menggunakan bahasa inggris. Lucu, aku tidak terlalu mengerti apa yang dikatakan kakak perempuan Fahmi-kun. Kuakui bahasa Inggrisku memang sangat buruk, aku hanya tau sedikit. Hanya sekedar kata sapaan seperti Halo, good morning, good night, tak jarang itu juga kadang-kadang masih suka terbalik.
"You and Fahmi?" Ia menggunakan bahasa isyarat tangan saat menyadari bahasa Inggrisku tak selancar itu, sambil menunjukku dan Fahmi-kun kemudian Nurul Onee-san mensejajarkan kedua telunjuknya , yang kutau itu adalah sebuah pertanyaan tentang hubunganku dengan Fahmi-kun. Yaa... kakak Fahmi-kun memang terlihat sangat penasaran tentang hubungan kami.
"Heh sudah cukup mbak... ayook lah keluar," setelah beberapa saat kemudian Fahmi-kun menghalang-halangi kakak perempuannya untuk mengobrol lebih lama lagi denganku, mereka berebut menggunakan bahasa Indonesia yang hanya bisa kudengar tapi tak kuketahui.
Aku hanya tertawa melihat mereka seperti itu, saling menghalangi untuk duduk didepan monitor yang langsung bisa bertatapan denganku, sesekali Fahmi-kun nyengir ke arahku seolah berkata "Maafkan kekacauan yang disebabkan kakakku ini ya,". Lucu, meski aku tidak tau apa yang sedang mereka debatkan.
"Mbak udah cukup! ayoook... cepetan keluar ih ganggu aku ini lho mbak," kata Fahmi-kun menarik-narik kakak perempuannya yang berusaha ia jauhkan dari layar monitor masih dengan bahasa Indonesia.
Lalu kakak perempuan Fahmi-kun membalas sambil berusaha menyingkirkan tangan Fahmi-kun dari lengannya. "Iya sebentar Miiiii! itu anak lucu banget lho wajahnya, mulus gitu, mbak mau nanya merk bedaknya apa biar makin putih kayak dia."
"Mbak itu gak bakal bisa putih kayak dia, udah terima nasib aja. Ayok lah cepetan keluar, mau nanti aku gantian gangguin mbak sama mas Guntur!"
"We'e'e...... sembarangan aja kamu! emangnya siapa yang pacaran sama Guntur ha!?" pipi kakak Fahmi-kun memerah, entah apa yang membuatnya seperti malu-malu begitu. Mungkin seseorang yang bisa membuat hatinya berdebar, sama seperti aku saat berbicara dengan Fahmi-kun.
"Ya mbak lah masa aku? mbak kan tau sendiri itu pacarku,"
"Halaaaah... palingan juga seminggu kamu udah putus lho Mi!"
"Mbak rese' ah, ayolah sekarang minggir dulu!"
"A-ano... Fahmi-kun jangan perlakukan kakakmu seperti itu, aku mengatakannya. Aku khawatir Fahmi-kun akan menyakiti tangan kakaknya kalau ditarik-tarik seperti itu.
Fahmi-kun menoleh dan kembali nyengir kearahku, Ini sudah biasa kami lakukan, tidak bahaya tenang saja. Kemudian dia menatap kakaknya sebal, sambil berbicara dengan bahasa Indonesia lagi, baru aja ketemu udah ada yang belain kamu mbak, nyebeli tenan lho!
Dia ngomong apa mi? belain mbak gimana?
Dia pengen mbak pergi, katanya suara mbak itu bikin dia pusing.
Ah serius kamu Mi?
Ngapain aku bohong sama mbak coba?
Waaah... gak bisa didiemin nih bule Jepang,
Ya makanya mbak keluar dulu ayok laaah...
Tapi Miii...
Udah mbak... ayook... Fahmi-kun menarik lagi tangan kakaknya, kali ini ia berhasil membuat tubuh kakak perempuannya berpindah dari kursinya. Sedangkan aku masih terus tertawa meski aku sangat tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan, melihatnya saja lucu, kakak Fahmi-san terlihat galak sih tapi lucu.
Miiii....dia ketawa loh mi, ngetawain mbak ya... kakak Fahmi-kun masih saja beribicara meski kini ia sudah berhasil ditarik Fahmi-kun keluar kamarnya.
BLAM! pintu ditutup oleh Fahmi-kun ketika ia berhasil membuat kakaknya keluar kamar, tapi dari balik pintu aku masih mendengar samar suaranya meneriaki Fahmi-kun yang nyengir kearahku.
Maaf ya kakakku sangat berisik, dia memang selalu begitu, Fahmi-kun berjalan kearahku dan kemudian duduk lagi dikursinya.
Tidak apa-apa, seharusnya kau tidak boleh seperti itu. Diakan hanya ingin ngobrol denganku, balasku sambil mengerucutkan bibirku.
Hehehe... kau bisa mengobrol dengannya lain kali, kalau bahasa Inggris atau bahasa Indonesiamu sudah lancar, katanya. Sambil menatapku, tatapan yang... errr tidak pernah kulihat sebelumnya. Kenapa dia jadi sok keren seperti itu sih? Menyebalkan.
Ja-jadi kau meremehkan kemampuan bahasa Inggrisku?! aku berseru. Sengaja seolah aku tersinggung oleh pernyataannya.
Hahahaha... begitu saja marah, memangnya bahasa Inggrismu sudah lancar?
Huum! Kenapa?! jawabku penuh percaya diri, kupasang wajah se-meremehkankan mungkin agar Fahmi-kun percaya.
Ummm... okay lets try it. Now please introduce your self Keiko-chan,
Ha? Bisa kau ulangi?
Kenalkan dirimu menggunakan bahasa Inggris,
Siapa takut, kalau hanya berkenalan saja kurasa aku masih bisa, Um... okay. Mai- namu- is- Fujiwara Keiko desu! Ai-am-ngggg....seven-ten-years oldo!
Ahahahahaha! Seven ten? Tujuh sepuluh? Tujuh ratus sepuluh tahun? Ahahahaha! Tak kusangka kau setua itu, Fahmi-kun menertawakanku. Menyebalkan! Bahkan dia tidak menyadariku kalau wajahku kini sudah tertekuk dengan bibir manyun menahan sebal.
Kau menyebalkan! Aku mau putus! teriakku kesal dengan mata tertutup.
Eh? Maaf-maaf... begitu saja marah, kan baru saja kita pacaran, maaf ya? Iya aku tau bahasa Inggrismu sangat keren,
Kau bohong!
Aku serius...
Aku masih diam, tentu saja tidak mau menatap wajahnya yang sedang memelas. Aku tidak tega kalau ada seorang pria yang tengah memelas seperti itu. Tapi Fahmi-kun itu sedikit menyebalkan!
Bagaimana kalau kita membuat sesuatu untuk merayakan hari jadi kita? Sesuatu yang romantis, ucapnya berusaha membuatku luluh.
Apa? aku menoleh kepadanya.
Dan Fahmi-kun hanya tersenyum menatapku, kenapa sih senyuman Fahmi-kun semakin membuat dadaku berdebar. Kalau dia terus-terusan seperti itu bisa-bisa jantungku over denyut dan membuatku mati muda, sangat tidak keren!
Satu hal kecil untuk merayakan hari spesial ini,
MENGEJAR SHINKANSEN
Aku sedang merias diriku secantik mungkin dikamar, karena malam ini aku ada janji makan malam dengan seseorang yang spesial. Aku menatap pantulan diriku dicermin meja riasku, make-up yang hampir sempurna untuk gadis sepertiku, tidak mencolok, hanya bedak bayi tabur, eyeliner, sedikit liptint berwarna peach, lipgloss untuk memberikan efek basah alami dipermukaan bibirku.
Aku tersenyum puas melihat hasil karyaku sendiri, hampir tak percaya aku bisa secantik itu kalau sedang memakai make-up, terlebih lagi aku hampir tidak pernah menyentuh alat-alat make-up milikku. Sehari-hari hanya bedak bayi dan lipbalm, aku tidak pernah berganti bedak sejak aku bayi, hehehe...
Tapi hasilnya tidak buruk juga, untuk gadis yang tidak pernah membaca, menonton tutorial atau mengoleksi majalah make-up dan Fashion sepertiku, hasil make-up ku ini tidak terlihat aneh. Bahkan saat aku mengirim fotoku kepada Momoko, dia sangat terkejut dan bertanya darimana aku belajar merias diri. Hahahah! Aku menjawabnya dengan jawaban bohong, aku les make-up padahal aku hanya meniru cara bermake-up para Idol group kesukaanku itu, yang natural tapi tetap cantik mempesona.
Setelah kurasa cukup, kemudian untuk sentuhan akhir kusapukan blush on berwarna pink ke garis tulang pipiku, kanan kiri masing-masing kusapukan tipis-tipis saja. Aku tidak mau terlihat seperti Maiko kalau terlalu tebal.
Ummm... senyumku sudah sempurna, bajuku juga bagus. Gingham dress hitam putih selutut, anting dan kalung yang tidak terlalu mencolok, hair pin berbentuk pita dikepala kananku, untuk pemanis rambutku yang kembali kupotong pendek seleher untuk membuang kesialan. Ya aku tau itu hanya mitos, tapi aku percaya. Aku benar-benar menjadi gadis yang manis saat ini, tapi saat kutengok jam tangan putih ditanganku ternyata aku hampir menghabiskan 2 jam hanya untuk make-up sederhanaku.
Aku tidak mau membuat seseorang yang spesial itu menungguku lebih lama, lalu kuputuskan untuk mengiriminya sebuah pesan yang berisi aku akan segera datang ketempat yang telah kami pesan sebelumnya. Kemudian aku bersiap-siap pergi, tak lupa aku kenakan coat sepanjang lutut untuk menutupi penampilanku malam ini, karena aku yakin Ayah dan Ibu pasti akan curiga. Aku tidak mau acaraku ini gagal. Tapi sore tadi aku sudah berpamitan sih kalau mau pergi bersama Momoko.
Setelah kurasa semuanya sudah sempurna, aku mengambil tas selempangku lalu pergi meninggalkan kamarku. Diruang keluarga sudah pasti Ayah dan Ibu sedang berada disana sedang menonton televisi acara komedi dan lagu-lagu kenangan saat mereka muda dahulu.
Keiko-chan kau jadi pergi bersama Momoko-chan? tanya Ibu yang tengah duduk disofa bersama Ayah, sadar dengan hawa keberadaanku. Padahal mereka sedang membelakangiku, yaah... aku memang tidak seperti Kuroko Tetsuya yang mampu menghilangkan hawa keberadaannya.
Aku berhenti sambil menggengam erat selempang tas yang menyilang didepan dadaku, gugup karena sepertinya Ibu curiga. A-aa-tentu saja, kami sudah berjanji sejak dua hari yang lalu, jawabku tentu saja bohong.
Kemudian Ibu menoleh kearahku dan tersenyum, waaah... kau terlihat sangat cantik, jangan pulang terlalu malam ya,
Aaaahh.... Yokatta! Ibu tidak berfikir yang macam-macam, Ha-hai aku akan segera pulang, apa Ibu mau menitip sesuatu? tanyaku berusaha bersikap biasa saja.
Tidak, mungkin adikmu? kemudian Ibu menoleh kearah Kaitaro yang sedang asik duduk dilantai sambil menyusun ikan-ikan kecil di Aquarium mainannya, ikan dari karet yang berisi udara dan mampu berenang di air. Nee... Kai-chan, kau mau menitip sesuatu pada Onee-san? tanya Ibu dan langsung dijawab dengan gelengan cepat Kaitaro. Hemm... dia memang selalu asik dengan mainan yang sedang ia mainkan, tidak peduli pada sekitar.
Baiklah kalau begitu aku pergi, Tousan, Kaasan, Kai-chan! pamitku dan melangkah pergi setelah Ayah dan Ibu mengatakan hati-hati.
Mungkin aku hanya menghabiskan waktu selama 30menit untuk sampai ke Restoran yang telah seseorang pesankan untukku. Saat aku memakir sepedaku diluar, aku melihat kedalam restoran sepertinya ramai pengunjung. Kalau diingat ini memang malam minggu dimana para pekerja muda dan beberapa pasangan muda tengah menghabiskan waktu mereka.
Kemudian kulangkahkan kakiku kedalam restoran bernama Maid and Butler Restaurant, dipintu masuk aku disambut ramah oleh pelayan yang berpenampilan rapi ala butler. Aku hampir lupa menanyakan dimana mejaku, untung saja orang itu bertanya apa aku sudah memesan tempat apa belum. Beruntung dia juga bersedia mengantarkanku ketempat yang sudah kami pesan.
Restoran ini dibagi menjadi tiga bagian kelas, kelas 1 menyediakan makanan-makanan Eropa dan makanan Jepang dengan harga premium, biasanya diisi kalangan bisnis. Kelas 2 hanya masakan Jepang yang bisa dikatakan masakan yang agak mahal dan biasanya diisi karyawan, kadang juga ada pelajar sepertiku.
Aku mendapat tempat dipojokan dengan lampu yang temaram, dimeja-nya sudah ada lilin disebuah gelas kaca kecil, tidak terlalu penuh karena kami memesan kelas 3 yang bisa dikatakan kelas dengan harga makanan yang terjangkau kantung pelajar sepertiku. Meja yang disediakan sekitar 10, hanya terisi 4 meja termasuk aku. Mereka semua berpasangan.
Lalu jangan tanya dimana seseorang yang tengah mengajakku makan malam disini, aku baru saja akan mengiriminya pesan bahwa aku sudah sampai ditempat yang telah dipesan. Kukeluarkan Laptopku dan meletakannya dimeja, setelah aku menyalakannya beberapa saat kemudian aku membuka Skype milikku.
Aku tersenyum senang saat orang yang spesial itu ternyata sudah menungguku disana, dilayar monitorku, dia tersenyum padaku. Senyuman khas yang beberapa waktu ini selalu membuatku berdebar dan ingin terus melihatnya. Siapa lagi kalau bukan kekasih baruku, Fahmi-kun pria antik dari Indonesia.
Ya, dialah yang mengajakku makan malam disini. Memesan tempat untukku, tadinya kurasa ini ide yang sangat gila dan berlebihan, tapi katanya dia ingin bersyukur dan juga merayakan hari paling spesial dalam hidupnya ini. tak hanya aku yang harus repot-repot membawa Laptop kedalam restoran, karena dia juga melakukan hal yang sama. Aku tak tahu dia berada direstoran apa, tapi katanya kemarin itu adalah kafe langganannya.
Malam ini Fahmi-kun terlihat sangat beda, dia mengenakan Jas hitam dengan Inner kemeja putih tanpa dasi dan membiarkan kedua kancing paling atasnya terbuka. Tatanan rambutnya juga dibuat sedikit tak rapi, tapi terkesan basah, mungkin karena Gel rambutnya. Penampilan seperti itu sedang tren disini.
Konbanwa Keiko-chan? Apa kau sakit? Pipimu memerah, tanyanya dengan nada tak berdosa.
Ah... nani? Pipiku? A-ano... mungkin aku hanya terlalu banyak memakai blush on, Chikusso! Memangnya semerah itukah pipiku sampai aku dikira demam? Okay! Aku memang merasa panas, tapi bukan karena aku demam! Tapi karena melihatnya yang sangat mempesonaku.
Kau sudah memesan makanannya? tanyanya lagi.
Be-belum,
Kalau begitu pesanlah, apa saja kau pilih sesukamu,
Memangnya kau punya uang kalau akau pesan sesukaku?
Hehehehe... tenang saja, aku sudah browsing semua harga makanan di kelas 3, dan kurasa tabunganku selama tiga bulan cukup untuk mentraktirmu sampai kenyang,
Memangnya siapa yang mau menyiksamu selama itu! Aku bisa membayar sendiri! jawabku dengan wajah kubuat semenggemaskan mungkin.
Ahahahahaha! Sudahlah hanya sekali saja, kau boleh ganti mentraktirku lain kali, jawabnya lagi, serius mau membayar makananku. Memang kabarnya pria Indonesia sering membayar semua biaya kencan mereka, yang hal itu tidak kami lakukan disini. Selama ini jika aku berkencan, aku dan mantan pacarku akan membayar sendiri-sendiri makanan kami, tidak ada traktir mentraktir. Yah... hanya sesekali sih mereka mentraktirku.
Baiklah karena tidak baik menolak kebaikan orang lain, akhirnya aku memesan makananku. Setelah kupanggil gadis dengan seragam Maid aku memilih menu yang ditawarkannya padaku, aku memilih Karubi dan Beef bowl tanpa nasi, sedangkan minumannya aku memesan jus lemon yang berisi biji selasih dan kelapa muda.
Tidak menunggu terlalu lama, mungkin hanya sekitar 10 menit. Dan bagiku itu waktu yang sangat singkat karena aku mengobrol dengan Fahmi-kun yang selalu membuatku tertawa. Dia juga berkali-kali memuji penampilanku malam ini yang beda dari biasanya. Makanan datang beserta minuman yang kupesan, pesanan Fahmi-kun disana juga sudah datang. Dia hanya memesan Spaghetti dan segelas jus Strawberry.
Untuk beberapa saat kami menghabiskan makanan yang telah kami pesan sambil mengobrol, dia banyak bercerita tentang keluarga dan teman-temannya. Semakin lama aku banyak tau tentangnya, semakin aku jatuh cinta pada Fahmi-kun. Aku ingin bertemu dengannya secara langsung, aku ingin menyentuhnya dan membiarkannya menggenggam tanganku. Aku ingin terbang kesana atau meminjam pintu ajaib Doraemon hanya untuk menemui Fahmi-kun!
Kau sudah selesai? tanya Fahmi-kun padaku, dan kuanggukan kepalaku sambil menyeka bibirku dengan tisu sebagai jawaban atas pertanyaannya. Aku boleh menggengam tanganmu? lanjutnya kemudian. Dan aku hanya menautkan kedua alisku sebagai pertanyaan bagaimana bisa? Tapi Fahmi-kun malah tersenyum.
Hanya lakukan ini, katanya. Sambil mengulurkan kedua tangannya seolah menunggu tanganku untuk digenggamnya. Aku yang sudah mengerti apa maunya lantas membuat kedua tanganku juga menyambutnya, kemudian aku tersenyum terkikik geli dengan hal bodoh ini.
Tapi lama-kelamaan ada sesuatu yang sangat sakit didalam dadaku. Aku... aku bahagia dengan pria didepanku ini, tapi aku juga sangat merasa sedih dengan keadaan ini. Apa kami satu-satunya makhluk menyedihkan yang tidak punya pasangan hidup yang bisa kami sentuh? Apa hanya kami satu-satunya pasangan gila yang mau repot-repot untuk melakukan ini. Sebegitu ironisnya kah hidup kami ini?
Aku menundukan kepalaku, kurasa aku semakin hari semakin cengeng. Hal seperti ini saja membuatku menangis, memangnya kenapa kalau aku hanya pacaran melalui jejaring sosial? Memangnya kenapa kalau aku tidak akan pernah bertemu dengannya? Tapi... aku juga hanya gadis biasa yang ingin mengenalkannya kepada teman-temanku, pergi dengannya jalan-jalan ke tempat rekreasi.
Apa yang kau pikirkan? suara Fahmi-san terdengar kecewa. Seharusnya malam ini adalah malam yang menyenangkan, tapi sepertinya aku merusaknya karena perasaan lemahku.
I-iiee... jawabku masih menunduk menyembunyikan airmataku.
Katakan, apa aku membuatmu tidak suka? ulangnya. Aku hanya menggeleng cepat.
Kimi ni aitai Fahmi-kun... isakku tak terbendung. Iya... aku sangat ingin bertemu dengannya, mungkin aku egois. Sudah dikirimkan pemuda baik seperti Fahmi-kun yang mau menerimaku apa adanya, tapi aku meminta lebih untuk bertemu dengannya.
Nee... keiko-chan, lihat aku.
Pelan-pelan aku mengangkat kepalaku dan menatap Fahmi-kun yang ternyata sedang tersenyum manis padaku. Kau harus percaya padaku, kita memang tidak pernah saling menggenggam tangan. Tapi aku punya janji yang khusus hanya untukkmu, aku akan berjanji kita akan bertemu. Dan jika saat itu tiba, aku akan menggengam tanganmu dan tak akan pernah aku lepaskan lagi.
Aku hanya diam sambil memandang agak terkejut mendengarnya, aku mendengarnya seperti sebuah janji yang tak akan ia ingkari. Atau aku yang terlalu naif, putus asa dengan hidupku dan memilih mempercayai kata-kata dari Fahmi-kun yang terlihat beda dengan pemuda lainnya.
Jangan khawatir seperti itu, kita akan terus terhubung sampai kita benar-benar bertemu.
Fahmi-kun gomenne... aku merusak acara makan malam kita, aku...aku percaya kita akan bertemu, ucapku penuh sesal.
Kemudian dia mengusap layar monitornya, sudah kubilang kan aku tidak suka basahan dipipimu itu. Aku lebih suka lengkungan kedua sudut bibirmu keatas, katamu kau gadis yang kuat.
Hehehe... iya aku tau. Aku hanya sedang terbawa perasaan saja,
Dasar baper!
Nani?! Wafer?
Ahahahaha... sudahlah jangan dibahas Keiko-chan, apa kau sudah ingin pulang?
Umm... sepertinya iya. Aku sudah janji pada Okaasan tidak pulang terlalu malam, tapi aku masih ingin bersamamu, jawabku manja.
Kalau begitu baiklah, kita bisa meneruskan obrolan kita nanti dirumah. Aku juga tidak mau kau pulang terlalu malam, itu terlalu berbahaya untukmu.
Umm... kau tidak usah terlalu khawatir, tingkat kejahatan disini tidak terlalu tinggi. Sepanjang jalan ada pos pihak berwajib kau tenang saja Fahmi-kun. Jawabku yakin. Sebenarnya aku tidak terlalu heran kenapa Fahmi-kun terlalu khawatir padaku, kabarnya tingkat kejahatan di Negara yang terkenal dengan pulau Bali-nya itu memang mempunyai tingkat kejahatan yang tinggi, terutama pada wanita dan anak-anak. Mengerikan!
Hehehe... tentu saja, iya sudah kau putuskan saja sambungannya. Aku akan menghubungimu lagi nanti kalau sudah dirumah.
Yakusoku yo... aku merengek memintanya berjanji seperti anak kecil yang akan ditinggal Ibunya dan meyakinkan bahwa akan ada permen yang dibawanya nanti.
Janji! Iya aku akan menghubungimu lagi nanti, Fahmi-kun menjawabnya dengan tersenyum. Seketika hatiku sangat lega, paling tidak... nanti aku bisa lebih lama mengobrol dengannya.