Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MENGEJAR SHINKANSEN [by Arczre + Nona Violet] [TAMAT]

Bimabet
akhirnya update jg
giliran ganArc ya next update ?

keren ceritanya sis, tapi apa alesannya Shin ngasih tau keiko ya :bingung:
 
namany jg udah fusion, ngena feel ny..
cuma ada satu yg kurang..

kurang lamaaa.a..... :(

jadi penasaran ma chap slnjtny, qr2 bs dpercepatkah updateny? (ngarep Mode : On) :D

semangat Fahmi, msh ad harapan..
eh, ap kbr rendangny kei?blm tw rasany :(
 
Tulisan yang bagus, sigh.... Bikin terharu...


:galau: :((

jangan aampe mewek ya.

No..comment 4 this chapt.. It feels so..:galau::((:suhu:

nice apdet little sistah..:kk:

#seneng bnget bkin menggalon, 11-12 sama ganArc.. :((
cep...cep...cep... #pukpuk
akhirnya update jg
giliran ganArc ya next update ?

keren ceritanya sis, tapi apa alesannya Shin ngasih tau keiko ya :bingung:

hehe...
um... iya itu ga diceritain yah. Shin gamau aja kalo keiko ternyata buat taruhan aja, gimanapun Shin nganngep Keiko adalah wanita yg harus dilindungi.
namany jg udah fusion, ngena feel ny..
cuma ada satu yg kurang..

kurang lamaaa.a..... :(

jadi penasaran ma chap slnjtny, qr2 bs dpercepatkah updateny? (ngarep Mode : On) :D

semangat Fahmi, msh ad harapan..
eh, ap kbr rendangny kei?blm tw rasany :(

Ahahaha... masa kurang lama sih? iya sih emang, bbrapa terkesan terburu2. Takutnya klo ditambah jd makin bengkak.
remdang keiko lagi dipanasin tuh ama emaknya :v
 
ikut merasa sedih dengan:galau:
penuturan cerita mu, Keiko...
kejadian ini semakin menjadi bukti, larangan orang tua bagai firasat yang perlu diperhatikan untuk di patuhi..
syukurlah nasib baik masih berpihak.
satu tindakan yang tepat:jempol:
memberi pelajaran buat musang berbulu ayam macam itu...pecah-pecah dech, itu kemenyan:hammer::hammer:

**Ikut hanyut terbawa:((:((
suasana dalam cerita
**​
 
um... iya itu ga diceritain yah. Shin gamau aja kalo keiko ternyata buat taruhan aja, gimanapun Shin nganngep Keiko adalah wanita yg harus dilindungi.

nah akhirnya terjawab jg pertanyaan ane,
jadi posisi Shin di sini protagonis ya
 
:Paws:
______:Paws:
____________:Paws:

:baca: sambil :kopi:
:Paws:
______:Paws:
____________:Paws:

:cendol: untuk sist vio dulu ya, om arci antri ya :jempol:
 
I Want You To Be My Girl

あなたが好きです

Aku menyukaimu

Ibu dan ayah sudah pulang lagi. Sementara aku sedang diburu waktu. Sebentar lagi waktunya habis. Ya, waktu batas taruhanku ama Mbak Nurul. Sigh, aku sih tak masalah kalau toh kalah. Aku sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tiap hari. Liburan setelah UAS telah usai dan aku kembali lagi melakukan aktivitas seperti biasa. Bagaimana kabar Keiko? Kami melewati liburan ini bersama-sama. Walaupun jarak kami jauh, waktu kami juga berbeda kami tetap bisa membagi keceriaan. Tidak ada hari yang kami lewatkan. Kami selalu online hampir setiap hari.

Setelah Keiko menangis waktu itu, sampai aku hibur dia aku akhirnya mengerti satu hal. Wanita itu butuh kenyamanan. Kami sekarang tak malu-malu lagi untuk bercanda. Bahkan segala aktivitas kami pun saling kami ceritakan hari itu. Karena komunikasi kami hanya melalui kamera, maka akan banyak hal konyol yang kami lakukan, seperti misalnya ketika aku sedang membaca novel. Keiko-chan sangat penasaran.

"Fahmi-kun, apa itu?" tanya Keiko. Aku tak menjawab, hanya menunjukkan sampulnya saja. "Rasukaru Peran-gi!? Novel?"

Tak perlu ditanya, kenapa Keiko bilang "Raskaru peran-gi". Ya, aku sedang membaca novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata. Aku hanya mengangguk kepada Keiko-chan.

"Boleh ikut baca?" tanyanya.

"Ini Novel berbahasa Indonesia, kamu mana bisa membaca?" kataku.

"Ayolah, ajari aku dikit-dikit!"

"Oke, bilang dulu huruf L!"

"Errruu.."

"Hahahahaha," aku ketawa.

"Fahmi-kun jahaaat!" Keiko-chan sekarang memasang tampang ter-cute yang pernah ada. Pipinya tembem dan bibirnya cemberut. Aku masih ketawa, tapi Keiko-chan tampaknya gambek. Ia membelakangiku.

"Kei-chan??"

Keiko tak menjawab. Oh tidak, dia beneran ngambek. Apa aku terlalu jahat yah?

"Keiko-chaan?? Gomen ne?" kataku.

Tapi Keiko tidak membalikkan badan.

"Keiko-chan, maaf. Maaf ya, ayolah jangan begitu! Kalau kamu ngambek aku akan menari Doraemon lagi lho."

Tiba-tiba punggung Keiko bergerak-gerak, ia ketawa. "Hahahaha, jangan lakukan hal konyol itu lagi. Itu konyol sekali!"

Syukurlah ia sudah tak marah lagi. Aku tersenyum.

"Kalau kamu bersedih, aku siap menari lagi"

"Sudah ah, sudah. Aku nggak mau melihatmu menari seperti itu lagi, konyoool... hahahahaha"

Keiko-chan sudah berbalik.

"Jadi, kamu takut aku sampai marah?"

"Begitulah, banyak wanita yang kalau marah pasti dia sulit dikendalikan."

"Otou-san dan Oka-san sudah di rumah sekarang, entah mereka pergi ke mana tapi sepertinya mereka senang banget hari ini. Tahu nggak kalau mereka berdua katanya bertemu dengan teman lama."

"Oh ya?"

"Iya, katanya dulu teman kuliah."

"Hmm, kamu jadi ke Hiroshima University?"

"Mungkin. Aku tak sanggup kalau harus ke Tokyo University, maklum kemampuanku pas-pasan."

"Tak apa-apa Kei-chan, semuanya ada batasnya. Kamu bisa jadi lemah di satu hal, tapi kamu bagus di lain hal."

"Kamu tahu, aku sangat ingin sekali belajar memasak. Aku payah dalam memasak. Makanya aku banyak belajar ke kamu. Aku heran kenapa kamu bisa memasak? Kamu seperti otou-san jago memasak. Kenapa tugas yang harusnya bisa dilakukan oleh kaum hawa begitu mudahnya kalian lakukan?"

"Hmmm... entahlah. Ngomong-ngomong ayahku pulang membawa Manju."

"Oh ya? Wah, ibuku menjual manju lho, rasanya cukup enak. Emangnya otou-san mu ke Jepang?"

"Tidak, tidak mungkin. Ayah pergi karena urusan bisnis koq. Mungkin dia beli di salah satu restoran Jepang sebagai oleh-oleh untukku. Rasanya cukup enak lho. Sayang sudah habis, aku dan kakakku berebut."

"Hahahaha, katanya kamu punya kakak perempuan? Siapa namanya?"

"Nurul, orangnya cerewet. Aku tak pernah akur dengannya."

"Hihihihi, mungkin beda dengan adikku Kaitaro. Aku yang selalu menjahilinya, habisnya dia berlagak sok cool gitu."

"Nee-chaan! Bisa minta tolong?" terdengar suara di belakang Keiko. Keiko menoleh ke belakang dia mendapati seorang anak lelaki sedang berada di pintu.

"Ada apa Kai-chan?" tanya Keiko.

"Sudah kubilang jangan panggil aku chan, aku sudah besar!" jawab Kaitaro.

"Konichiwa, Kaitaro!?" sapaku.

"Eh, siapa?" tanya Kaitaro.

"Oh, bukan siapa-siapa, teman one-chan," jawab Keiko.

"Whoaaa! Itu pacar one-chan!" Kaitaro menunjuk ke arahku.

"Heh? Pacar?" aku heran kenapa dia langsung menyebutku pacar. Kaitaro langsung menutup mulutnya.

"Bukaaann! Dia bukan pacar one-chan, dasar pergi kamu dari kamarku!" Keiko langsung mendorong adiknya untuk keluar.

"Tapi aku ingin pinjam kamus bahasa Inggris!" ujar Kaitaro.

"Pergi sana!"

"Tapi aku ingin pinjam kamus bahasa Inggris! Aku janji deh tak bilang ke otou-san sama oka-san kalau kakak sudah punya pacar. Dan pacarnya orang itu."

"Hentikaaan! Ihhh... sudah dibilang bukan pacar!" Keiko mengobrak-abrik mejanya kemudian melemparkan kamus tebal ke arah Kaitaro.

HAP! Aku melihat dari kamera bagaimana Kaitaro bisa menangkap kamus tebal itu. Whoaa... dia punya skill yang hebat, seperti kiper.

"Kiper kesebelasan Yamagata tidak akan terkalahkan!" ujar Kaitaro sambil menggerak-gerakkan alisnya.

"Pergi sana! Dasar!"

Setelah adiknya pergi dia kembali ke depan monitornya. Aku nyengir. Melihat polah tingkah mereka sepertinya menyenangkan sekali keluarganya. Keiko tersenyum kepadaku. Aahhh... senyumannya, plis jangan sampai senyum itu hilang. Aku ingin melihat wajah Keiko yang seperti ini.

"Kamu jangan dengerin kata-kata Kai-kun ya?" kata Keiko. "Entah dia kesambet apa, koq tiba-tiba nyebut kamu pacarku."

"Hehehehe," aku cuma nyengir. Beneran juga nggak apa-apa koq.

"Mi!? Mi rebus?!" aku dengar suara dari luar kamar. Mbak Nurul nih.

"Apa mbak?!" jawabku.

"Dicari temenmu tuh!" katanya.

"Siapa?"

"Ishan, katanya ingin ngopi tugas."

Oh iya, aku lupa. Ihsan ingin ngopi tugas. Hari ini ada tugas OOP, kebetulan tugas dari dosen aku dapat nilai bagus. Ia ingin mengcopy hasil karyaku untuk dipelajari.

"Kei-chan, kamu tunggu sebentar yah. Ada temanku yang sedang minta tolong untuk tugas dari kampus," kataku.

"Oh, apa aku mengganggu?" tanyanya.

"Tidak, tidak. Kamu tetap saja online," ujarku.

"Itu suara kakakmu?"

"Yep, itu suara one-chan."

"Chotto matte!" kataku. Segera bergegas mengambil beberapa lembar berkas yang ada di atas mejaku. Dari luar pintu aku bertemu Mbak Nurul.

"Oh, kukira nggak denger," katanya.

"Bawel, suara seperti geledek gitu koq nggak denger," kataku.

"Eh, lagi video call?" tanya Mbak Nurul sambil melongok ke dalam kamarku. "Hai, halo. Aku kakaknya Fahmi, kamu siapa?"

"Apaan sih?" aku segera menutup pintu kamarku. "Pergi sana!"

"Hihihhihi, cakep banget siapa dia? Targetmu? Udah jadi pacar? Dari mana? Rumahnya di mana?" tanya Mbak Nurul menyelidik. Aku memasang tampang aneh, seolah berkata "Mau tahu aja". "OK, OK, sorry. Good luck deh"

Aku pun segera ke ruang tamu. Di sana sudah aku dapati Ihsan.

"Woi, sam. Pa kabar?" sapaku.

"Baik," katanya. Dia menjabat tanganku. Kuberikan lembaran tugasku. Aku pun ikut duduk. Ihsan dengan seksama memeriksa tugas yang aku kerjakan. "Aku masih bingung sob, maksudnya Inheritance, Constructor, Overidding itu apa sih?"

"Inheritance itu turunan, jadi misalnya kalau kamu sudah punya class, nah class ini nantinya bisa diturunkan di coding yang lainnya. Jadi misalnya gini, aku punya class Orang. Class ini punya atribut nama, alamat, usia. Kemudian aku juga ingin bikin class Mahasiswa, biar aku tidak sibuk-sibuk lagi bikin atribut baru, aku tinggal menurunkan saja dari class Orang."

"Ohh..., jadi semacam dicopy gitu?"

"Bisa saja seperti dicopy, tapi class induknya tentunya ada variabel-variabel khusus yang bisa diprotect atau diprivate. Yang seperti itu tak akan bisa diakses oleh class turunannya."

"Hmm begitu."

"Nah, kalau Constructor itu bahasa mudahnya sebuah nilai default, nilai awal ketika object dibuat tanpa parameter, jadi misalnya di pemrograman java ini aku cuma meng-instankan class Orang dengan nilai default nama 'Fahmi', alamat 'Malang', usia '20', dan aku tanpa memberikan object tersebut nilai parameter, maka secara otomatis object itu nanti sudah punya nilai default tadi"

"Hmm..., kalau overidding?"

"Itu semacam gini, kan kamu udah ngerti tuh Inheritance. Nah, ketika class induknya punya method, dan kamu juga ingin memakai method yang serupa, kamu bisa membuat method dengan nama yang sama tapi perlakuan beda. Dan itu akan dikenali sebagai method dari class anaknya. Misalnya gini class Orang punya method jalan misalnya nilainya 'jalan kaki'. Tapi ketika aku membuat class Mahasiswa method jalan bisa jadi nilainya aku ubah jadi 'naik motor'"

"Oh, aku ngerti sekarang. Hahahah, aku udah dua kali nggak lulus mata kuliah ini bro. Moga aja kali ini lulus."

"Hehehehe, tenang aja sob. Sebenarnya ini mata kuliah yang mudah koq. Asalkan kita sering latihan saja."

"Hmm... ya deh, percaya ama kamu. Ya udah kalau gitu thank's ya, aku copy dulu"

"OK"

Ihsan pamit. Setelah itu aku naik ke kamarku lagi. Di kamar Keiko aku lihat masih menunggu sambil memegang ponsel. Ia tampak ketawa-ketiwi sambil melihat ponsel itu.

"Sedang bicara ama siapa?" tanyaku.

"Oh, bicara ama Shin," jawab Keiko-chan.

"Temanmu?"

Keiko mengangguk. "Dia sahabatku. Kapan-kapan aku ingin mengenalkanmu dengannya."

"Keiko-chan??!"

"Hhmm?"

"Jangan bersedih lagi ya? Kamu tahu kata-kata Onigiri di serial Air Gear bukan? Wanita itu sangat indah, satu senyuman mereka aja udah menjadi sebuah keajaiban"

Keiko menatap ke kameranya. Ia seolah-olah benar-benar menatapku. Aku menyentuh wajahnya di layar laptopku. Entah apakah dia melakukan hal yang sama. Perasaan ini, kapan aku ungkapkan kepada dia. Aku jujur kepada diriku sendiri, saat ini di layar monitorku ada seorang perempuan yang aku suka. Kalian tak akan tahu betapa aku membutuhkan dia. Menungguinya online seharian, hari-hari itu kami habiskan untuk bercanda, curhat, bicara tentang kesukaan kami tentu saja anime. Kami membahasnya panjang lebar. Bahkan sampai ke persoalan yang nyerempet ke arah sains. Keiko hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasanku, jelas ia nggak bakal mudeng. Tapi Keiko-chan anak yang cepat belajar. Aku mulai ketagihan, ketagihan kepada Keiko. Mungkin. Tahu bukan seperti lagunya Utada Hikaru - Adicted To You -, mungkin perasaanku sekarang seperti ini.

"Arigatou, Fahmi-kun," Keiko-chan mengembangkan senyumnya. "Terima kasih atas semuanya."

"Sama-sama," kataku sambil tersenyum.

"Fahmi-kun, boleh aku simpan fotomu?"

"Hmm? Silakan saja. Emangnya kenapa?"

"Jangan marah ya"

"Kenapa?"

"Aku ingin selalu melihatmu"

"Maksudnya?"

"Ah, lupakan."

Aku tak mengerti maksudnya.

"Aku off dulu ya," katanya.

"Baiklah," kataku. "Konbawa Kei-chan"

"Arigatou, Mi-chan"

"Eh? Mi-chan?"

"Hihihihi, kayaknya kamu cocok dipanggil Mi-chan"

"Mi-chan, terdengarnya seperti kucing"

"Hihihihi, kamu kan emang kucing. Doraemon dari Indonesia. Hahahahaha"

"Hei, itukan...," aku geli juga mendengarnya ia masih ingat aku menari-nari waktu itu. "Terserah kamu deh"

"Baiklah, itekimasu Mi-chan"

"Iterasai Kei-chan"

Setelah itu dia off.

DEG! DEG! DEG! DEG! DEG! Aku memegang dadaku. Perasaanku kepada Keiko makin hari makin kuat. Haruskah aku pendam ini lebih lama lagi? Bisa-bisa aku akan meledak. Di Jepang sana pasti sudah sore. Matahari yang aku lihat sekarang ini sudah dilihat Keiko lebih dulu. Aku menuju ke jendela, melihat matahari, sinarnya langsung menampar wajahku. Mungkin Keiko mengucapkan salamnya melalui matahari ini kepadaku. Keiko-chan, Bokuwa.... suki da..


~ o Mengejar Shinkansen o ~


Aku sibuk kuliah. Sudah hampir seminggu ini aku tidak online dengan Keiko-chan. Ia juga tidak online, mungkin sedang sibuk. Apalagi mungkin ia punya banyak pekerjaan rumah, mengingat para pelajar Jepang kalau liburan musim panas biasanya banyak pekerjaan rumah. Hari-hari aku lalui seperti biasa. Tapi tetap saja ada yang kurang. Di rumah sendiri hampir seluruh koleksi manga dan novelku sudah aku baca semuanya. Tapi tetap saja ada yang kurang dan sayangnya aku tahu itu apa. Itu adalah Keiko.

Aku pun mulai mengirimi dia email.

From: [email protected]
To: [email protected]
Subject: Apa Kabar?

Keiko-chan, apa kabar? Kamu baik-baik saja? Balas ya.

Sepi dan membosankan. Itulah hari-hariku setelah Keiko terakhir kali online. Aku pun langsung mengirimi dia chatt hangout. Menanyakan kabarnya, apakah dia sakit? Ataukah dia sibuk?

Sampai-sampai kedua orang tuaku pun bertanya-tanya tentang diriku.

"Kamu kenapa?" tanya ayahku ketika kami sedang makan malam.

"Eh, nggak ada apa-apa koq," jawabku.

"Direject lagi? Hahahaha," celetuk Mbak Nurul.

"Sok tahu, nggak ada apa-apa koq," sanggahku.

"Hei, ayahmu ini sudah lama tinggal ama kamu, biasanya kalau yang seperti ini kamu ada apa-apanya. Kelihatannya lesu banget. Nggak seperti kemarin-kemarin," kata ayahku.

"Iya, bunda juga bisa lihat itu," kata ibuku.

"Beneran nggak ada apa-apa," kataku. "Aku cuma capek aja."

"Eh iya, kamu lulusnya masih lama?" tanya ayah tiba-tiba.

"Emangnya kenapa yah?" tanyaku.

"Gini, ayah punya kenalan di Jepang. Kepengennya sih nanti ayah akan tempatkan kamu di kantornya kalau sudah lulus nanti, tapi asalkan kamu benar-benar berprestasi."

"Kerja di Jepang? Whew, aku bukan orang yang workaholic," ujarku.

"Bukannya kamu kepingin ke sana?"

"Iya juga sih."

"Hahahha, kalau kamu ke sana, aku jadi bebas, nggak ngurusi kamu lagi," celetuk Mbak Nurul.

"Emangnya aku masih bayi apa pake diurus segala?" gerutuku.

"Sudah, sudah, ini serius lho. Ayah sudah ngobrol ama teman ayah di Jepang sana. Dia satu kampus dulu sama ayah," lanjut ayah.

"Ah, Fahmi masih belum mikirin ke sana yah. Rencananya liburan semester depan mau ngambil kuliah semester pendek biar cepet lulus," kataku.

"Kamu mau melanjutkan project ayah?" kata ayahku.

"Project apa?"

"Ayah punya project tentang Geographical Disaster System Information, ini dulu adalah penelitian ayah waktu di Jepang di klub sains. Di Indonesia sudah ada tapi tidak seperti punya ayah. Kami bekerja sama dengan Badan Meteorologi untuk membuat ini. Alat pendeteksi gempa, bahkan lebih jauh lagi dengan sistem ini kita bisa memberitahukan kepada para korban kemana harus mengungsi ketika terjadi bencana, bahkan bisa memprediksi gempa setengah jam sebelum terjadi, tentunya alatnya tidak di sini, tapi kita punya simulasinya."

"Whoa, keren. Wajar sih, di Jepang sering ada gempa."

"Kalau kamu mau, nanti ayah kasih file-file pendukungnya"

"Wah, enak sekali ayah bantu Mi Keriting ini," Mbak Nurul protes.

"Lha, emang jurusanmu apa?"

"Hehehehe," Mbak Nurul nyengir. Jelas nggak nyambung ama jurusan dia kalau memakai penelitian ayahku. Mbak Nurul kuliah di jurusan psikologi berbeda dengaku yang jurusan Tehnik Informatika.

"Fahmi, kalau kamu ada masalah katakan saja, nggak perlu disembunyikan. Bukankah kita semua keluarga?" kata ibuku.

"Nggak ada koq, bunda. Kalau ada aku pasti ngomong," jawabku.

"Ya sudah, asalkan kamu baik-baik saja, berarti semuanya emang nggak ada apa-apa. Semoga nggak ada apa-apa," kata ibu.

Aku tak mungkin menceritakan Keiko kepada mereka sekarang. Belum saatnya. Terlebih saat ini hubunganku dengan Keiko masih menggantung. Semuanya karena aku belum bilang kepada Keiko tentang perasaanku yang sebenarnya. Lagipula aku tak mau tiba-tiba nembak dia. Ah, apa yang terjadi kepadaku sebenarnya.

Setelah makan malam aku beranjak ke kamarku. Sekali lagi aku duduk di pinggir jendela. Memandang langit. Memandang bintang-bintang. Apakah mungkin di Shinjuku sana Keiko bisa melihat bintang-bintang ini seperti aku? Apakah dia juga merindukanku? Ah, aku terlalu berlebihan. Mungkin ia tidak ada rasa kepadaku. Mungkin saja ada. Tapi aku tak tahu, tak pasti.

Aku kembali ke laptopku. Aku buka dan kunyalakan. Sekali lagi aku tak melihat Keiko online. Hangoutnya tetap mati seperti kemarin. Entahlah, aku kembali mengirimkan dia email.


From: [email protected]
To: [email protected]
Subject: Tidak online?

Keiko-chan,
sibukkah dirimu? Maaf mengganggu. Hanya saja, lama tak online. Ah, nggak juga baru beberapa hari saja koq. Hehehehe.
Semoga kamu sehat selalu di sana.


~ o Mengejar Shinkansen o ~


"Fahmi!?" panggil seseorang. Aku menoleh, kulihat Desi. Ngapain ia ada di Gedung fakultas Tehnik?

"Yap? Ada apa?" tanyaku.

"Nggak apa-apa, aku cuma... ingin memberi kamu ini. Kamu sudah makan siang? Aku sudah buatkan bekal buatmu," jawab Desi. Kulihat kedua tangannya membawa bekal dengan kotak berwarna coklat dan orange.

"Des, tak perlu seperti ini," kataku.

"Kumohon terimalah, anggap saja aku minta maaf. Pleaseee... nggak ada racunnya koq," katanya.

Aku menghela nafas. Aku ragu untuk menerimanya.

"Terimalah, paling tidak hargai kerja kerasku," katanya.

"Sebentar!" kulihat smartphoneku. Kubuka aplikasi email, tapi tak ada balasan dari Keiko. Aku pun mulai resah. "Baiklah, tapi hanya kali ini."

Kulihat wajah Desi berseri-seri. Ia tampaknya senang ketika aku menerima bekalnya ini. Kami pun mencari meja dan kursi yang biasanya ada di dekat kantin dan area hotspot. Setelah itu aku duduk di sana. Aku pun mulai membuka kotak bekal itu. Di dalamnya kulihat nasi yang dikerubungi lauk dan sayur yang ditata sedemikian hingga membentuk wajah tersenyum. Dengan telur sebagai rambut dan sayuran seperti topinya. Cukup menarik.

"Coba dirasain dong!" katanya.

Aku mengambil sendok yang dia bawa, berikutnya mulai aku cicipi. Sayurannya terlalu banyak garam. Lauknya daging itu terlalu matang alias overcook. Apakah Desi sengaja membuatnya demikian? Aku bukan seorang juri yang biasa menilai masakan seseorang, tapi boleh dibilang aku biasanya protes kalau ada masakan yang tidak enak mengena di lidahku. Tapi jujur dari semua orang di rumahku, semua masakan mereka mengena di lidahku dan rasanya pas. Ya, ayah, ibu dan Mbak Nurul pintar memasak semua.

Haruskah aku jujur?

"Masakan ini kamu yang buat?" tanyaku.

Desi menjawab, "Iya, aku yang buat. Nggak enak ya?"

"Garamnya terlalu banyak, lauknya juga overcook," jawabku.

"Oh, maaf," Desi mengambil kotak bekalnya. "Aku memang tak bisa memasak. Sebenarnya paling tidak aku ingin membuktikan kepadamu bahwa aku bisa melakukan sesuatu. Ternyata aku bodoh ya, mengambil hatimu saja aku tak bisa. Hahahaha."

Nada tertawanya Desi sangat datar. Aku tahu dia kecewa. Aku mengambil kotak bekalnya lagi.

"Eh, kenapa? Kan katanya nggak enak," kata Desi.

"Aku lapar, nggak apa-apa kan aku habiskan?" aku berbohong.

"Oh, i..iya."

Aku pun memakannya. Emang perutku lagi lapar koq. Desi menatapku yang makan bekalnya dengan lahap. Nggak masalah sih kalau cuma sebagai pengganjal perut.

"Kamu mau kan kita jadi sahabat?" tanya Desi.

Aku mengangguk, "OK, tak masalah."

Ponsel Desi berdering. Ketika melihat nomor ponsel yang menghubunginya raut wajahnya berubah. Ia menerimanya. Sementara itu aku melanjutkan acara makan siangku.

"Halo? Kenapa kamu menguhubungi aku?" tanya Desi.

"..."

"Kamu di sini? Di mana? Hei, jangan bertindak bodoh! Kita sudah berakhir! Kamu pengkhianat, tukang selingkuh. Buat apa kamu mencariku? Maaf? Maaf saja tak cukup. Buat apa kamu sampai mencariku di kampus? Iya, aku sudah pergi dari tempat kosku yang dulu, aku tak mau lagi bertemu denganmu."

"...."

"Sebentar Mi, kamu lanjutkan saja makannya. Ada orang yang ingin cari perkara di Fakultas Ekonomi," kata Desi.

Aku mengangkat alis. Kulihat Desi bergegas pergi dengan langkah sedikit terburu. Roknya berkibar tertiup angin. Aku segera menutup lagi bekalnya dan mengikutinya dari belakang. Sekilas tadi kulihat mata Desi sedikit sembab. Kenapa? Siapa yang menelponnya?

Selama perjalanan ke gedung Fakultas Ekonomi, Desi tak menoleh ke mana pun. Ia tak tahu kalau aku ikuti, ia pun bertemu dengan seseorang cowok. Cowok ini memakai kemeja berwarna biru, bajunya necis, sepertinya ia lelaki yang boleh dibilang penghasilannya gedhe.

"Desi, sayang. Maafin aku please, aku mohon maaf kepadamu!" katanya.

"Aku sudah bilang hubungan kita berakhir," kata Desi.

"Des, kumohon. Aku perlu dirimu, aku butuh dirimu. Aku minta maaf atas apa yang aku lakukan selama ini. Aku menyesal. Aku akan perbaiki semuanya, aku berjanji. "

"Kenapa kamu datang? Kamu dicampakkan dia? Rasain!" Desi membalikkan badannya sehingga ia melihatku. Ia agak terkejut.

"Des, aku mohon maaf. Aku sudah menyesal Des. Sangat menyesal. Tak bisakah kamu memaafkanku? Maafkanlah aku. Kamu mau mempercepat tanggal pernikahan, OK aku akan melakukannya." Lelaki itu pun berlutut di belakang Desi dan tangan perempuan itu dipegangnya. "Des, kumohon kembalilah. Tak akan ada lagi siapapun selain kamu di hatiku."

Aku menghampiri Desi. Aku pun sampai di depan dia.

"Nih, aku sudah," kataku. Desi menerima kotak bekalnya.

"Siapa dia?" tanya lelaki itu.

WHUUTT! BUK! Sebuah pukulan aku arahkan ke lelaki itu. Desi terkejut. Lelaki itu pun ambruk ke lantai. Orang-orang yang melihat hal itu tampak menghentikan aktivitas mereka sejenak. Ya, baru kali ini mereka melihatku memukul orang.

"Fahmi! Apa yang kamu lakukan?" tanya Desi.

"Aku melakukan apa yang harus aku lakukan. Seseorang lelaki yang membuat seorang wanita menangis harus dihajar sampai sang wanita menghentikan tangisnya," jawabku. "Dia harus tahu kamu kemarin menangis berjam-jam karena perbuatannya. Kamu sudah puas?"

"Sudah Fahmi hentikan!" Desi menghalangiku.

"Kamu tahu Desi masih mempedulikanmu, itu artinya ia masih ada rasa sama kamu. Sekalipun kamu mengkhianatinya tapi lihatlah dia! Dia tetap ingin melindungimu. Kamu sebagai lelaki harusnya malu, malu karena telah menyakiti hati wanita seperti Desi," kataku. "Aku dulu memang pernah suka ama dia, tapi sekarang dia sudah menjadi sarung pedangmu. Tomoe Yukishiro pernah berkata begini ketika dia mengorbankan dirinya untuk Kenshin Himura, 'Seorang istri adalah sarung pedang bagi suaminya'. Melihat Desi melindungimu, itu artinya dia sangat luar biasa menjadi seorang wanita. Sekarang berjanjilah bahwa kamu tidak akan pernah mengkhianati dia lagi."

Lelaki yang entah siapa namanya itu menatap ke arahku. Ia lalu menundukkan wajahnya. "Iya, aku berjanji. Untuk itulah aku kemari, meminta maaf kepadanya."

Desi menoleh ke arahku. "Kamu beneran Fahmi?"

"Bukan, aku hanya Kamen Rider yang sekedar lewat," kataku sambil meniru gaya Kamen Rider Decade.

Desi tersenyum.

"Semoga kalian bahagia," ujarku sambil meninggalkan mereka.

"Fahmi, terima kasih!" kata Desi.

Aku hanya melambaikan tanganku.


~ o Mengejar Shinkansen o ~


Seminggu lebih, dua minggu, dan akhirnya nyaris tiga minggu tak ada kabar dari Keiko. Aku kesepian. Rasanya nggak ada gairah hidup. Aku berkali-kali mengirimi dia pesan, tapi sepertinya tak dijawab. Aku khawatir, apakah Keiko sakit? Kalau sakit, dia bagaimana? Apakah berada di rumah sakit? Apakah dia baik-baik aja? Sakit apa? Apakah ia tak bisa online untuk sementara waktu?

Apakah Keiko ini hanyalah bidadari kayangan yang aku impikan? Apakah selama ini Keiko hanya sebuah fatamorgana? Ataukah aku berada di dunia paralel? Apakah dia hanya imaginary girl?

Aku pun kalah taruhan ama Mbak Nurul. Yap, kalah taruhan. Karena sampai saat ini aku tak punya cewek. Satu-satunya kesempatan Desi kemarin saja aku lepaskan. Entah bagaimana nasibnya sekarang. Hari ini aku sibuk, membersihkan rumah, beres-beres sampah dan mencuci semua peralatan dapur yang kotor. Sementara itu Mbak Nurul sedang santai-santai dan tertawa penuh kemenangan.

Hari ini tanggal 20 Juli. Ah, aku ingat kalau tanggal ini Keiko-chan ulang tahun. Di Facebooknya ada notifikasi ulang tahun. Apa aku kasih sesuatu buat dia? Tapi apa?

Pukul tujuh pagi, aku saat itu telah selesai menyapu dapur. Aku mendapatkan pesan di Hangout di ponselku. Aku pun terkejut, ini....Keiko-chan!

Segera aku menyapanya. Oh, dia mengajak video call. Oke.

"Fahmi-kun!? Gomen-nee," katanya sambil menunduk. Sepertinya ia memakai ponsel sama seperti aku.

"Keiko-chan, lama tidak ketemu. Kamu baik-baik saja?" tanyaku.

"Fahmi-kun, aku tak online selama ini karena belajar mati-matian untuk try-out ke Hiroshima University. Kamu tak marah kan? Maaf aku tak membalas emailmu semua, padahal tanganku gatal ingin membalas. Sekali lagi, gomen nasaai"

Aku lega, "Fiyuuhh... baiklah, nggak apa-apa. Aku kira kamu sakit, ternyata sedang persiapan try out. Baiklah, aku bisa menerimanya. Lalu bagaimana sekarang perasaanmu?"

"Awalnya aku suntuk, suntuk banget. Sebelum try out, aku iseng membuka pesan dan kubaca satu per satu. Banyak sekali pesannya ada seratus! Setelah aku selesai baca semuanya aku langsung menghubungimu, berharap kamu online."

"Iya, aku online Keiko-chan."

"Apa kabar? (tanya Keiko-chan dalam bahasa Indonesia)"

"Hahahaha, kapan kamu belajar bahasa Indonesia?"

"Hehehehe, baru saja. Iseng aku cari artikel tentang bahasa Indonesia. Aku coba saja."

"Oh, Eh, Keiko-chan. Aku ingin bilang sesuatu kepadamu. Takutnya kamu tidak online lagi."

"Hmm??"

"Aku ingin bertanya kepadamu sesuatu hal, kamu boleh menjawabnya nanti."

"Ada apa sih?"

"Keiko-chan, (あなたが好きです)anata ga suki desu," ya sodara-sodara aku nembak dia.

Untuk sesaat Keiko-chan terbengong. Aku menanti. Dia dan aku hanya saling memandang. Mungkin aneh karena aku hanya mengenal dia lewat online dan dia aku tembak. Keiko-chan menarik nafas dalam-dalam. Ia memegang dadanya.

"Kenapa Keiko-chan? Kamu tak apa-apa?" tanyaku.

"Boku wa....boku wa.... Gomen ne, Fahmi-kun. Aku tak tahu harus bilang apa," jawabnya.

"Tak apa-apa, kamu selesaikan try-out itu. Aku akan do'akan kau berhasil. Aku tak memaksamu untuk menjawab sekarang," kataku.

"Fahmi-kun....," mata Keiko berkaca-kaca. Entah apa yang ia rasakan sekarang.

"Semua peserta try out harap memasuki ruangan!" terdengar suara di sana. Sepertinya Keiko akan memulai.

"Baiklah, gomen nasai Fahmi-kun, aku harus pergi, nanti kita lanjut lagi."

"Hai, aku tunggu."

Setelah itu Keiko log off. Aku menghela nafas lega. Sebentar, bukankah ini hari ulang tahun Keiko?? Arrghh! Iya, ulang tahun, ulang tahun. Kenapa aku bodoh, aku harus beli kue. Aku lempar sapu yang ada di genggaman tanganku, segera aku pergi ke garasi mengeluarkan sepedaku. Kemudian aku kayuh sepedaku untuk membeli kue ulang tahun. Ya, kue ulang tahun.

Aku seperti orang kesetanan. Semua sepeda motor aku dahului, semua mobil aku lewati, aku tak peduli walau melawan arus hingga aku sampai di sebuah toko kue yang berada di pertigaan Jalan Adi Sucipto. Toko kue yang berada di pojokan yang cukup terkenal. Di sini ada dua toko kue, satu bernama Istana Kue, yang satunya Sinar Cahaya. Aku lebih memilih ke Sinar Cahaya. Kubeli sebuah kue dengan bentuk hati juga lilin, entah usia Keiko-chan sekarang berapa, tapi aku beli saja lilin seadanya. Kukayuh sepedaku pulang.

Kemudian aku menunggu di kamarku. Berharap-harap cemas. Bagaimana hasilnya, bagaimana hasilnya, bagaimana hasilnya. Sungguh aku seperti seekor beruang yang mondar-mandir.

"Mi Rebuuuuussss! Dapurnya masih kotooorrr! Kamu di manaaa!?" kakakku sudah berteriak-teriak di bawah sana. Bodo amat, aku sedang menunggu hasil try out dari Keiko-chan.

Kutunggu hingga sampai dua jam lamanya. Dan ketika tanda online di laptopku menyala, aku segera bersiap. Yap, Keiko men-callingku via video call.

"Fahmi-kun...," sapanya.

"Keiko-chan"

Dia tersenyum. Sungguh senyuman itu yang ingin ku dapatkan.

"Keiko-chan, omedeto otanjobi," kataku sambil membawa sebuah kue.

"Aaawwww....Fahmi-kun, kamu tahu ini ulang tahunku??? Arigatou...," mata Keiko berkaca-kaca. "Fahmi-kun, aku..."

"Sebentar-sebentar kita nyalakan dulu lilinnya setelah itu kamu tiup!" kataku. Kunyalakan sebatang lilin di atasnya. Keiko-chan tersenyum geli melihat tingkahku. Kemudian aku meberi aba-aba. "Silakan ditiup"

Keiko-chan pun seolah-olah meniup itu dari layar monitor. Aku membantunya meniup hingga apinya padam.

"Horeee... selamat buatmu, semoga kamu panjang umur," kataku.

"Arigatou Fahmi-kun. Engkau orang pertama yang ingat ulang tahunku, hikkss...hikss...," ujarnya.

"Keiko-chan, ucapkanlah permohonan!" kataku.

"Aku tak ingin apa-apa Fahmi-kun, aku tak ingin apa-apa."

"Setidaknya, kamu pasti punya keinginan bukan? Ingin keterima di Hiroshima University? Oh ya, bagaimana hasilnya?"

"Sejujurnya aku hari ini tidak semangat, tapi... berkat kamu semuanya berubah. Aku jadi semangat lagi, aku ingat bagaimana kamu menghiburku ketika aku bersedih waktu itu. Dan sekarang, ketika tadi kamu memberitahu kalau kamu menyukaiku....dadaku berdebar. 'Doki doki'. Fahmi-kun, aku lulus try out, aku berhasil. Terima kasih atas semangatnya."

"Syukurlah, Yokatta ne. Kamu hebat Keiko-chan kamu hebat!"

"Fahmi-kun..."

"Ya?"

"MI REBUUUSS! Kamu ngapain di kamar?!" Mbak Nurul langsung nyelonong masuk ke kamarku. Aku tak peduli, ketika ia melihatku sedang video call dengan Keiko-chan dia pun jadi ikut melihat.

"Fahmi-kun, watashi anata ga suki. Aku juga suka kepadamu. Jawabannya iya," kata Keiko-chan.

"YATTTAAAAA!" Aku langsung melompat kegirangan. Aku berbalik dan mendapati kakakku di sana sedang mengamatiku. Aku langsung menariknya agar Keiko juga melihat Mbak Nurul. Tentu saja Mbak Nurul agak bingung. "Keiko-chan ucapkan lagi biar kakakku dengar!"

"Fahmi-kun watashi anata ga suki!" kata Keiko-chan sambil malu-malu tampak pipinya memerah. "Sudah ah, aku malu. Gomen nasai!"

"Mbak Nurul dengar sendiri kan? Dia Keiko, sekarang dia jadi pacarku! YEEeeAAAAAAA, aku sudah bukan Fahmi Reject lagi!"

Keiko-chan tampak malu, terlebih Mbak Nurul, ia sepertinya tak mengerti apa yang terjadi. Mbak Nurul memang tak ngerti bahasa Jepang. Akhirnya ia mencoba pakai bahasa Inggris dan bertanya ke Keiko-chan.

"You and my brother???" Mbak Nurul nunjuk ke Keiko lalu ke aku.

"Hehehehe," Keiko-chan mengangguk. Ia tersenyum manis.

Aku lalu mengusap layar monitorku, "Keiko-chan....arigatou ne..."

"Ehmm...," Keiko-chan mengangguk.


(つづく)
 
Terakhir diubah:
Desi menoleh ke arahku. "Kamu beneran Fahmi?"

"Bukan, aku hanya Kamen Rider yang sekedar lewat," kataku sambil meniru gaya Kamen Rider Decade.

Desi tersenyum.

Hahaha! Yang ini buat gue ngakak abis sampe megangin perut.. Aduhhh mas bro.. Bisa aja elu buat gue ngakak.. Thanks bro..

#respect to you...
 
Apes bener itu pacarnya desi, udah kena pukul, di ceramahin lagi ama kamen rider
 
ngeralat tulisannya dulu ah :haha:

"Oh, kau ngerti sekarang. Hahahah, aku udah dua kali nggak lulus mata kuliah ini bro. Moga aja kali ini lulus."
harusnya kan aku ya ?

nah waktunya ngoment update kali ini, menurut insting ane ayahnya Keiko sama ayahnya Fahmi itu temen lama.
kemarin alesan urusan bisnis itu sebenernya ke Jepang aana, terus manju yg dibicarain itu manju buatan ibunya Keiko
demikian spekulasi ngawur dari ayas.

nuwus updatenya sam :beer:
 
:hore:
selamat yo, Mi...
sekarang sudah nggak
reject lagi:D
'
sempat kepikiran pas Keiko ngambek dan mbak Nurul berbuat curang gara-gara taruhan..
:ampun: sori ya mbak Nurul:maaf:
sudah sempat nyangka buruk...
hehehehehe:Peace:

Fahmi....yaa itu!:bingung:
jadi ingat pernah dengar nama Fahmi Sahab, penyanyi dangdut 90'an yang lagunya lumayan sukses di Jepang..
judulnya kopi dangdut:kopi::dance:
:D

 
Gw ngebayangi Fahmi & Keiko = Bro arci ama non vio, 'kemistri'-nya dapet 'jempol'
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd