---------------------------------
Kisah 10 – Mbak Ris, Tetangga Kontrakan
Kisah ini adalah kisah yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu..
Hanya nama yang diganti untuk kenyamanan para aktor dan aktris sesungguhnya.
Ada seorang janda dengan 1 anak yang tinggal di kontrakan sebelah Parmin ngontrak.
Usiannya berkisar 28an, anak laki-lakinya sudah klas 5 SD.
Orangnya manis.. dengan postur tubuh cukup ideal, tinggi sekitar 157.. BB 48-an rambut sebahu dan bra 34.. entah cup-nya apa.
Sebut saja Mbak Ris.
Dia bekerja membantu sodaranya yang berjualan pakaian di pasar dekat kontrakan.
Dia menjanda sudah 3 tahun ini, suaminya kawin lagi dan entahlah kenapa belum juga berumah tangga lagi.
Selama ini Parmin sering main ke sebelah hanya sebagai tetangga kontrakan..
–meski otaknya sering ngeres juga.. hehehe..–
Sesatu hari Mbak Ris tidak masuk kerja.. karena ada urusan di sekolah anaknya.
Jam 9.30an sudah sampai di kontrakan.
Tumben.. jam segitu kok ada suara TV dari kontrakan Mbak Ris.. karena Parmin masuk siang.. sehingga dia tau jam segini harusnya kontrakan Mbak Ris kosong.
Rada penasaran.. maka Parmin ngetok pintu kontrakan Mbak Ris yang tertutup.
Dan tak berapa lama Mbak Ris sendiri yang bukain pintu.
“Ada apa Min..?”
“Loh, kok gak kerja mbak..?”
“Iya, abis dari sekolah Min..”
“Oo.. pantes mbak, kok jam segini ada suara TV, kirain lupa matiin TVnya..”
“Blom brangkat.. Min..?”
“Blom mbak, ntar jam 2..”
“Ayo masuk sini Min..”
Parmin masuk ke dalam dan duduk lesehan, karena memang tidak ada kursi di situ.
Suasana kontrakan yang lain memang sepi jam segitu.. naluri mesum Parmin langsung bangun..
Juga si otong pelan tapi pasti mulai menggeliat..
Hubungan Parmin dan Mbak Ris selama ini cukup akrab.. dan kebiasaan Parmin yang sering ngomong ceplas ceplos tidak pernah diprotes Mbak Ris.
Hehehe.. mungkin karena Mbak Ris sering minjam duit buat nutupin kekurangan bayar kontrakan.
Dan kebiasaan Parmin kalo urusan 50rb - 100rb gak pernah pelit. –hehehe sapa tau ntar dapet bonus..–
Setelah ngobrol sana sini, tiba-tiba Mbak Ris bilang.. “Min kamu ketombean ya..?”
“Iya nih mbak, susah nih ilangnya..”
“Ah.. lo aja yang jarang kramas. Coba liat deh..”
Parmin nunduk dan Mbak Ris langsung meriksa rambut Parmin.
Saat itu Parmin dan Mbak Ris duduk bersebelahan.. sehingga posisi muka Parmin ada di depan dada Mbak Ris..
Hmmm.. posisi yang sangat menjanjikan.
“Iiih.. banyak nih Min ketombenya, pakai shampo apaan kamu..?”
“Pakai celdamung mbak, yang katanya anti ketombe itu..”
“Nih di atas juga ada Min..” Sambil Mbak Ris menyibak-nyibak rambut Parmin.
Otomatis kepala Parmin makin nunduk.. dan tidak sengaja pipi Parmin menempel di gundukan dada Mbak Ris.
Parmin diam saja, sementara Mbak Ris masih meneruskan menyibak-nyibak rambut Parmin.
Otak kotor Parmin langsung bekerja keras mengambil keputusan paling jitu untuk kesempatan seperti ini.
Dia mulai coba gerak-gerakkan kepalanya.. sehingga pipinya menggesek-gesek dada Mbak Ris.
Parmin yakin Mbak Ris tau dan merasakan bahwa dadanya telah menempel dan Parmin mencoba menggesek-gesekkan dengan sengaja.
Tapi tidak ada gerakan yang mencoba untuk menghentikan hal ini.
Maka Parmin sekarang mencoba mulai menciumi gundukan itu..
Tangan Mbak Ris berhenti menyibak-nyibak rambuk Parmin.. tetapi berubah menjadi rabaan lembut di kepala Parmin.
Mendapat sinyal ini Parmin makin berani meneruskan aksinya.
Tangan kiri Parmin kini melingkar pinggang Mbak Ris.. sementara tangan kananya mulai meraba-raba gundukan itu.. diremas-remasnya gundukan itu.. lalu pelan dibukanya kancing daster Mbak Ris..
Sesaat kemudian tangan kanan Parmin telah lenyap di balik daster Mbak Ris yang kancing atasnya telah terbuka.
“Sshhh.. shhh.. shhh..” Mbak Ris mulai mendesah pelan.
Kini mulut Parmin telah menjilati puting Mbak Ris..
“Sshhh ahhh.. shhhh shhh..”
Desahan Mbak Ris makin sering.. disertai gerakan tubuhnya yang menggeliat menerima perlakuan kurang ajar mulut Parmin.
“Min.. gordennya tutup dulu Min..”
Memang saat itu gorden jendela masih terbuka.. mereka berdua tidak kelihatan.. karena duduk di karpet dan jendelanya ada di atas kepala mereka.
Parmin tidak mempedulikan hal itu, dia terus mengenyot-ngenyot puting Mbak Ris.. sementara tangan kanannya kini bergerilya menelusup di balik daster bawah.. merangkak pelan tapi pasti di antara dua paha halus milik Mbak Ris.
Seperti punya mata, tangan kanan Parmin berhasil menemukan buruannya.. tepat di pangkal kedua paha tersebut.
Tanpa membuang waktu langsung jari-jarinya menelusup di balik celana dalam yang ternyata sudah basah.. sah..
Hhmmm.. gak terlalu lebat hutan di balik celana dalam itu, dielus-elusnya hutan itu.. pohon-pohonnya dari jenis pohon yang lembut dan lurus, bukan jenis kasar dan keriting. Batin si Parmin menilai-nilai.. membanding-banding dengan yang milik perempuan-perempuan yang pernah ia lihat jembutnya.
Tanpa diminta.. Mbak Ris malah mengangkangkan kedua pahanya agar jari-jari Parmin leluasa menjelajahi hutan dan sumur pribadinya yang telah sekian lama tidak dijamah olah tangan dan jari lelaki.
Mbak Ris kini telah pasrah sepenuhnya.. karena hal ini sudah sangat dirindukannya.
“Sssshhh mmm.. shhh he em..”
Jari Parmin kini mencoba menyelam ke dalam sumur nan lembut itu..
Jari telunjuknya berhasil masuk.. lalu disusul jari tengah..
Lalu dia keluar-masukkan kedua jarinya itu pelan-pelan..
Clebb.. crebb.. clebb.. clebb.. konstan jari-jari nakalnya keluar-masuk sumur nikmat yang mulai merespon becek..
“Sshhh ahhh iya min.. shhh enak min.. terus min.. shhhh ahhh..”
Kini Mbak Ris benar-benar merasakan kenikmatan yang selama ini telah meninggalkannya.
Dia sudah tidak peduli lagi bahwa gorden jendelanya masih terbuka..
Yang dia tau hanya kenikmatan dari mulut dan jari-jari Parmin bakal membawanya ke puncak kenikmatan yang sangat dia dambakan..
Makin Dia buka pahanya lebar-lebar.. bahkan tangan kirinya membantu menyibakkan celana dalamnya.. agar jari-jari itu lebih leluasa menyodok-nyodok sumur kenikmatannya.. sementara tangan kirinya kini mengacak-acak rambut Parmin..
Kadang Parmin merasakan rambutnya dijambak oleh Mbak Ris.. tapi hal itu justru menambah brutal serangan jarinya yang keluar-masuk di sumur Mbak Ris..
Dengan 3 jarinya Parmin kini mengobok-obok sumur nikmat itu.. dia sodok-sodokkan dengan liar hingga timbul suara berdecak dari bibir sumur Mbak Ris..
Mbak Ris melawannya dengan mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya meski posisinya tidak terlalu nyaman.
“Sshhh.. min.. shhh.. shhhh mau nnnnyammpe Minnn.. shhhh..”
Parmin makin semangat mendengar desahan Mbak Ris.. dia makin kencang menyodok-nyodokan jari-jarinya dan dia gigit puting Mbak Ris..
“Ssshhhh.. achhh.. Achhhhhh..!”
Diiringai hentakan pinggul Mbak Ris dan dada membusung.. dicabutnya jari-jarinya dari sumur nikmat itu kemudian dia dekatkan di mulut Mbak Ris..
Tanpa diminta.. Mbak Ris melumat jari-jari Parmin yang telah belepotan cairan kenikmatan dari sumurnya sendiri..
Aahhh.. betapa sensualnya melihat dia melumat-lumat dengan mata terpejam..
Setengah lemas Mbak Ris kemudian beranjak.. beringsut naik jadi baringan lebih nyaman ke sofa.
"Ayo Min.. mari sini..” Meski terdengar agak ragu.. Mbak Ris mengajuk Parmin untuk mulai bergerak lebih nakal.
“Ngg.. beneran mau lanjut nih mbak..?” tanya Parmin pura-pura pilon.. namun tetap beranjak menghampiri mbak Ris yang udah pasrah-rela di sofa.
“Ngg.. Tapi tutup dulu dong gordennya tuh.. Mbak takut ntar kenapa-napa, gih..” ujar Mbak dengan suara bergetar.. entah gugup entah nafsu.
”Oiya ya..” Balas Parmin segera bergegas menutup gorden.. lantas langsung kembali menghampiri mbak Ris berada.
Selanjutnya Parmin bersimpuh agak serong di hadapan Mbak Ris yang kini dalam posisi duduk di sofa.
Mulanya Parmin masih pura-pura malu sambil nahan nafsunya membelai betis.. dirasakannya kulit halus dan lembut mbak Ris yang merinding bulu-bulu halusnya.
Belaiannya naik ke atas.. menyentuh lutut.. dirasakannya lagi bulu-bulu mbak Ris yang merinding itu.
Dengan lagak genit merayu tapi ragu.. Mbak Ris menarik dasternya sedikit ke atas.. kian menampakkan lagi sebagian pahanya.. seolah mengundang Parmin membelai lebih jauh.
Tak menyia-nyiakan ajakan tersebut.. belaian Parmin langsung naik sedikit ke atas.. berputar-putar.. kadang sedikit memijit.
Ke mana telapak tangannya bergerak.. Parmin meraba dirasakan bulu-bulu halus menegak.. merinding.
Parmin yang menunduk mencoba melirik ke atas.. dilihatnya wajah ayu yang kian tegang.. sambil sedikit menggigit bibirnya.
Parmin bertahan meraba di wilayah paha yang terbuka.. sedangkan yang masih tertutup daster tidak atau belum disentuhnya.
Mbak Ris yang udah lama nggak tersentuh laki-laki itu sudah berdebar-debar keruan-keruan.. walaupun otak sadarnya menyatakan itu perbuatan salah.. tetapi sensasi yang ditimbulkan belaian laki-laki.. ternyata lebih dahsyat mengguyur nafsunya yang lama terpendam dan ditahannya.
Refleks Mbak Ris terkaku tubuhnya.. menahan diri untuk tidak bergerak.
Agak lama dirasakannya tangan itu hanya berkutat di paha sedikit di atas lututnya..
Tampaknya pemuda ini masih ragu beraksi. Pikirnya dengan dada kian berdebar.
Padahal.. kalau saja dia tau.. betapa jam terbang dan pengalaman si Parmin dengan mbak-mbak dan perempuan dalam urusan lendir sudah tinggi.. pasti dia akan terkejut setengah mati. Hehe..
Mbak Ris yang secara belum sadar.. telah memancing ’gairah’ king cobra itu malah mendorong-dorong semangat Parmin..
Kembali mbak Ris menarik ke atas dasternya.. kini menampakkan sedikit celana dalamnya.. yang kini terlihat membasah di titik tengahnya.. rencananya sih mencoba memompa semangat dan keberanian tangan itu untuk maju lagi.
Jelas saja si Parmin langsung 'ngeh'.. Ia segera mematuhi instruksi tak langsung itu.. dengan berdisiplin tangannya beranjak sedikit ke atas.. hanya membelai sebatas wilayah yang ’diizinkan..’
Walaupun dia batasi sendiri.. belaian di pangkal paha mbak Ris itu sudah menimbulkan rangsangan dahsyat.. pada tubuh dan rasa mbak Ris yang mulai ditahannya setengah mati.
Apalagi saat tangan itu sesekali menyentuh sangat dekat ke pangkal pahanya.. memaksa Mbak Ris menahan nafasnya.
Ntar nyambung nyang Exe full-nya yaa..
-----------------------------