Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisah Parmin (CoPasEdit dari Tetangga)

Bimabet
Simple, jelas dan mantab
Semoga cepet update nih cerita.

Haaaa.. Trims Adul +Komengnya ya Brada..
Ntar deh.. Nubi juga sedang usaha... ngedit + nambahi cerita SS-nya.
Ntar kalo dah kelar.. Nubi segera apdet..

Oya.. Trims Adul + Komengnya ya Brada... :beer:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ayo bos d update... g sabar nunggu updatenya
 
---------------------------------

Kisah 10 – Mbak Ris, Tetangga Kontrakan

Kisah ini adalah kisah yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu..
Hanya nama yang diganti untuk kenyamanan para aktor dan aktris sesungguhnya.

Ada seorang janda dengan 1 anak yang tinggal di kontrakan sebelah Parmin ngontrak.
Usiannya berkisar 28an, anak laki-lakinya sudah klas 5 SD.

Orangnya manis.. dengan postur tubuh cukup ideal, tinggi sekitar 157.. BB 48-an rambut sebahu dan bra 34.. entah cup-nya apa.
Sebut saja Mbak Ris.

Dia bekerja membantu sodaranya yang berjualan pakaian di pasar dekat kontrakan.
Dia menjanda sudah 3 tahun ini, suaminya kawin lagi dan entahlah kenapa belum juga berumah tangga lagi.

Selama ini Parmin sering main ke sebelah hanya sebagai tetangga kontrakan..
–meski otaknya sering ngeres juga.. hehehe..–

Sesatu hari Mbak Ris tidak masuk kerja.. karena ada urusan di sekolah anaknya.
Jam 9.30an sudah sampai di kontrakan.

Tumben.. jam segitu kok ada suara TV dari kontrakan Mbak Ris.. karena Parmin masuk siang.. sehingga dia tau jam segini harusnya kontrakan Mbak Ris kosong.
Rada penasaran.. maka Parmin ngetok pintu kontrakan Mbak Ris yang tertutup.

Dan tak berapa lama Mbak Ris sendiri yang bukain pintu.
“Ada apa Min..?”
“Loh, kok gak kerja mbak..?”

“Iya, abis dari sekolah Min..”
“Oo.. pantes mbak, kok jam segini ada suara TV, kirain lupa matiin TVnya..”

“Blom brangkat.. Min..?”
“Blom mbak, ntar jam 2..”

“Ayo masuk sini Min..”
Parmin masuk ke dalam dan duduk lesehan, karena memang tidak ada kursi di situ.

Suasana kontrakan yang lain memang sepi jam segitu.. naluri mesum Parmin langsung bangun..
Juga si otong pelan tapi pasti mulai menggeliat..

Hubungan Parmin dan Mbak Ris selama ini cukup akrab.. dan kebiasaan Parmin yang sering ngomong ceplas ceplos tidak pernah diprotes Mbak Ris.

Hehehe.. mungkin karena Mbak Ris sering minjam duit buat nutupin kekurangan bayar kontrakan.
Dan kebiasaan Parmin kalo urusan 50rb - 100rb gak pernah pelit. –hehehe sapa tau ntar dapet bonus..–

Setelah ngobrol sana sini, tiba-tiba Mbak Ris bilang.. “Min kamu ketombean ya..?”
“Iya nih mbak, susah nih ilangnya..”

“Ah.. lo aja yang jarang kramas. Coba liat deh..”
Parmin nunduk dan Mbak Ris langsung meriksa rambut Parmin.

Saat itu Parmin dan Mbak Ris duduk bersebelahan.. sehingga posisi muka Parmin ada di depan dada Mbak Ris..
Hmmm.. posisi yang sangat menjanjikan.

“Iiih.. banyak nih Min ketombenya, pakai shampo apaan kamu..?”
“Pakai celdamung mbak, yang katanya anti ketombe itu..”

“Nih di atas juga ada Min..” Sambil Mbak Ris menyibak-nyibak rambut Parmin.
Otomatis kepala Parmin makin nunduk.. dan tidak sengaja pipi Parmin menempel di gundukan dada Mbak Ris.

Parmin diam saja, sementara Mbak Ris masih meneruskan menyibak-nyibak rambut Parmin.

Otak kotor Parmin langsung bekerja keras mengambil keputusan paling jitu untuk kesempatan seperti ini.
Dia mulai coba gerak-gerakkan kepalanya.. sehingga pipinya menggesek-gesek dada Mbak Ris.

Parmin yakin Mbak Ris tau dan merasakan bahwa dadanya telah menempel dan Parmin mencoba menggesek-gesekkan dengan sengaja.
Tapi tidak ada gerakan yang mencoba untuk menghentikan hal ini.
Maka Parmin sekarang mencoba mulai menciumi gundukan itu..

Tangan Mbak Ris berhenti menyibak-nyibak rambuk Parmin.. tetapi berubah menjadi rabaan lembut di kepala Parmin.

Mendapat sinyal ini Parmin makin berani meneruskan aksinya.
Tangan kiri Parmin kini melingkar pinggang Mbak Ris.. sementara tangan kananya mulai meraba-raba gundukan itu.. diremas-remasnya gundukan itu.. lalu pelan dibukanya kancing daster Mbak Ris..

Sesaat kemudian tangan kanan Parmin telah lenyap di balik daster Mbak Ris yang kancing atasnya telah terbuka.

“Sshhh.. shhh.. shhh..” Mbak Ris mulai mendesah pelan.
Kini mulut Parmin telah menjilati puting Mbak Ris..

“Sshhh ahhh.. shhhh shhh..”
Desahan Mbak Ris makin sering.. disertai gerakan tubuhnya yang menggeliat menerima perlakuan kurang ajar mulut Parmin.

“Min.. gordennya tutup dulu Min..”
Memang saat itu gorden jendela masih terbuka.. mereka berdua tidak kelihatan.. karena duduk di karpet dan jendelanya ada di atas kepala mereka.

Parmin tidak mempedulikan hal itu, dia terus mengenyot-ngenyot puting Mbak Ris.. sementara tangan kanannya kini bergerilya menelusup di balik daster bawah.. merangkak pelan tapi pasti di antara dua paha halus milik Mbak Ris.

Seperti punya mata, tangan kanan Parmin berhasil menemukan buruannya.. tepat di pangkal kedua paha tersebut.
Tanpa membuang waktu langsung jari-jarinya menelusup di balik celana dalam yang ternyata sudah basah.. sah..

Hhmmm.. gak terlalu lebat hutan di balik celana dalam itu, dielus-elusnya hutan itu.. pohon-pohonnya dari jenis pohon yang lembut dan lurus, bukan jenis kasar dan keriting. Batin si Parmin menilai-nilai.. membanding-banding dengan yang milik perempuan-perempuan yang pernah ia lihat jembutnya.

Tanpa diminta.. Mbak Ris malah mengangkangkan kedua pahanya agar jari-jari Parmin leluasa menjelajahi hutan dan sumur pribadinya yang telah sekian lama tidak dijamah olah tangan dan jari lelaki.

Mbak Ris kini telah pasrah sepenuhnya.. karena hal ini sudah sangat dirindukannya.
“Sssshhh mmm.. shhh he em..”

Jari Parmin kini mencoba menyelam ke dalam sumur nan lembut itu..
Jari telunjuknya berhasil masuk.. lalu disusul jari tengah..
Lalu dia keluar-masukkan kedua jarinya itu pelan-pelan..

Clebb.. crebb.. clebb.. clebb.. konstan jari-jari nakalnya keluar-masuk sumur nikmat yang mulai merespon becek..

“Sshhh ahhh iya min.. shhh enak min.. terus min.. shhhh ahhh..”
Kini Mbak Ris benar-benar merasakan kenikmatan yang selama ini telah meninggalkannya.

Dia sudah tidak peduli lagi bahwa gorden jendelanya masih terbuka..
Yang dia tau hanya kenikmatan dari mulut dan jari-jari Parmin bakal membawanya ke puncak kenikmatan yang sangat dia dambakan..

Makin Dia buka pahanya lebar-lebar.. bahkan tangan kirinya membantu menyibakkan celana dalamnya.. agar jari-jari itu lebih leluasa menyodok-nyodok sumur kenikmatannya.. sementara tangan kirinya kini mengacak-acak rambut Parmin..

Kadang Parmin merasakan rambutnya dijambak oleh Mbak Ris.. tapi hal itu justru menambah brutal serangan jarinya yang keluar-masuk di sumur Mbak Ris..

Dengan 3 jarinya Parmin kini mengobok-obok sumur nikmat itu.. dia sodok-sodokkan dengan liar hingga timbul suara berdecak dari bibir sumur Mbak Ris..
Mbak Ris melawannya dengan mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya meski posisinya tidak terlalu nyaman.

“Sshhh.. min.. shhh.. shhhh mau nnnnyammpe Minnn.. shhhh..”
Parmin makin semangat mendengar desahan Mbak Ris.. dia makin kencang menyodok-nyodokan jari-jarinya dan dia gigit puting Mbak Ris..

“Ssshhhh.. achhh.. Achhhhhh..!”
Diiringai hentakan pinggul Mbak Ris dan dada membusung.. dicabutnya jari-jarinya dari sumur nikmat itu kemudian dia dekatkan di mulut Mbak Ris..

Tanpa diminta.. Mbak Ris melumat jari-jari Parmin yang telah belepotan cairan kenikmatan dari sumurnya sendiri..
Aahhh.. betapa sensualnya melihat dia melumat-lumat dengan mata terpejam..

Setengah lemas Mbak Ris kemudian beranjak.. beringsut naik jadi baringan lebih nyaman ke sofa.

"Ayo Min.. mari sini..” Meski terdengar agak ragu.. Mbak Ris mengajuk Parmin untuk mulai bergerak lebih nakal.

“Ngg.. beneran mau lanjut nih mbak..?” tanya Parmin pura-pura pilon.. namun tetap beranjak menghampiri mbak Ris yang udah pasrah-rela di sofa.

“Ngg.. Tapi tutup dulu dong gordennya tuh.. Mbak takut ntar kenapa-napa, gih..” ujar Mbak dengan suara bergetar.. entah gugup entah nafsu.

”Oiya ya..” Balas Parmin segera bergegas menutup gorden.. lantas langsung kembali menghampiri mbak Ris berada.

Selanjutnya Parmin bersimpuh agak serong di hadapan Mbak Ris yang kini dalam posisi duduk di sofa.

Mulanya Parmin masih pura-pura malu sambil nahan nafsunya membelai betis.. dirasakannya kulit halus dan lembut mbak Ris yang merinding bulu-bulu halusnya.

Belaiannya naik ke atas.. menyentuh lutut.. dirasakannya lagi bulu-bulu mbak Ris yang merinding itu.

Dengan lagak genit merayu tapi ragu.. Mbak Ris menarik dasternya sedikit ke atas.. kian menampakkan lagi sebagian pahanya.. seolah mengundang Parmin membelai lebih jauh.

Tak menyia-nyiakan ajakan tersebut.. belaian Parmin langsung naik sedikit ke atas.. berputar-putar.. kadang sedikit memijit.

Ke mana telapak tangannya bergerak.. Parmin meraba dirasakan bulu-bulu halus menegak.. merinding.

Parmin yang menunduk mencoba melirik ke atas.. dilihatnya wajah ayu yang kian tegang.. sambil sedikit menggigit bibirnya.

Parmin bertahan meraba di wilayah paha yang terbuka.. sedangkan yang masih tertutup daster tidak atau belum disentuhnya.

Mbak Ris yang udah lama nggak tersentuh laki-laki itu sudah berdebar-debar keruan-keruan.. walaupun otak sadarnya menyatakan itu perbuatan salah.. tetapi sensasi yang ditimbulkan belaian laki-laki.. ternyata lebih dahsyat mengguyur nafsunya yang lama terpendam dan ditahannya.

Refleks Mbak Ris terkaku tubuhnya.. menahan diri untuk tidak bergerak.
Agak lama dirasakannya tangan itu hanya berkutat di paha sedikit di atas lututnya..

Tampaknya pemuda ini masih ragu beraksi
. Pikirnya dengan dada kian berdebar.
Padahal.. kalau saja dia tau.. betapa jam terbang dan pengalaman si Parmin dengan mbak-mbak dan perempuan dalam urusan lendir sudah tinggi.. pasti dia akan terkejut setengah mati. Hehe..

Mbak Ris yang secara belum sadar.. telah memancing ’gairah’ king cobra itu malah mendorong-dorong semangat Parmin..

Kembali mbak Ris menarik ke atas dasternya.. kini menampakkan sedikit celana dalamnya.. yang kini terlihat membasah di titik tengahnya.. rencananya sih mencoba memompa semangat dan keberanian tangan itu untuk maju lagi.

Jelas saja si Parmin langsung 'ngeh'.. Ia segera mematuhi instruksi tak langsung itu.. dengan berdisiplin tangannya beranjak sedikit ke atas.. hanya membelai sebatas wilayah yang ’diizinkan..’

Walaupun dia batasi sendiri.. belaian di pangkal paha mbak Ris itu sudah menimbulkan rangsangan dahsyat.. pada tubuh dan rasa mbak Ris yang mulai ditahannya setengah mati.

Apalagi saat tangan itu sesekali menyentuh sangat dekat ke pangkal pahanya.. memaksa Mbak Ris menahan nafasnya.
Ntar nyambung nyang Exe full-nya yaa.. :Peace:
-----------------------------
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kisah 11 – Mbak Har, Tetangga Samping Sumur

Rumah Parmin dan Mbak Har saling bertolak belakang..

Hanya berjarak 10 meter saja.. itupun tanpa pagar.. sehingga segala aktivitas di luar rumah terutama urusan belakang –cuci, mandi– keluarga Mbak Har harus nebeng di sumur si Parmin.. yang berada di antara kedua rumah itu.

Hal ini sudah terjadi bertahun-tahun.. tapi entahlah kenapa pada saat itu Parmin terusik ingin ngintip Mbak Har kalo pas mandi di bilik dekat sumur yang hanya dibikin dari bambu.

Mungkin hal ini karena akhir-akhir ini Mbak Har selalu mandi malam karena sekarang harus pulang malam kerjanya, tidak seperti dulu-dulu yang bisa pulang jam 4 sore.
Sementara kalo malam rumah Parmin selalu sepi dan juga suasana memungkinkan.

Bilik tersebut hanya berpenerangan bohlam 10w, tapi cukup terang untuk aktivitas mandi.. kalo be’ol terpaksa masih harus ke kali meskipun malam.. maklum masih tergolong desa.
Tiap jam 8 malam Parmin selalu mendengar orang sedang mandi di biliknya.

Tidak seperti biasanya.. kebetulan kamar Parmin ada di ujung.. sehingga menghadap langsung ke bilik tersebut yang hanya berjarak 5m saja.
Melalui celah papan daun jendela kamar.. Parmin bisa mengintip ke arah bilik tersebut..

Dia jadi tau.. ternyata yang mandi adalah Mbak Har.
Tetangga belakang rumah yang berumur 35an..
Dengan kulit agak putih rambut sebahu dan wajah lumayanlah untuk ukuran desa Parmin.
Postur tubuhnya pun sedang2 saja t 160an berat 55kg.. malah bisa dikatakan padat berisi.. BH 36 dan telah turun mesin 2x..
Secara keseluruhan nilainya cukup membuat bujangan-jangan di desa Parmin mengantri kalo urusan ngentot Mbak Har.

Hari pertama kedua.. Parmin cuma ngintip dari celah jendela saja..
Tapi hari ketiga.. Parmin mencoba taktik lain.

Dia dari jam 7.30 dah ngumpet di belakang bilik bambu itu, setelah sebelumnya Parmin membuat beberapa lubang didinding bilik itu.. tepatnya memperbesar beberapa lubang.. karena kalo dari balik celah jendela Parmin hanya bisa melihat kepala Mbak Har saja. tapi Parmin kini pengin lihat yang lebih.

Setelah menunggu lebih dari 15menit, nongolah Mbak Har sambil menenteng alat mandi dan hanya berbalut handuk saja.
Di luar bilik suasananya gelap karena kanan kiri rumah Parmin dipagari oleh pagar tanaman yang tingginya hampir 2m.. pun halaman belakang Parmin dan Mbak Har juga ditumbuhi banyak pohon pisang dan singkong.. sehingga bilik tersebut nyaris tidak bakal terlihat dari jalan kampung Parmin.

Mbak Har lalu menimba air.. setelah mengisi 2 ember besar Mbak Har membawa ke dalam bilik.. seperti biasa Mbak Har langsung membuka handuk yang melilit tubuhnya..
Seketika itu juga detak jantung Parmin memompa 4x lebih cepat.. karena ternyata Mbak Har tidak mengenakan apapun di balik handuk tersebut.

Kini Mbak Har berdiri hanya berjarak tak lebih dari 1meter di hadapan Parmin.. toples tanpa selembar benangpun yang menempel..
Parmin menempelkam mukanya di dinding bilik yang terbuat dari bambu itu.. sambil menehan nafas agar tidak terdengar oleh Mbak Har..
Sementara itu Mbak Har tanpa curiga sedikitpun melakukan ritual mandinya.. seperti biasa..

Cahaya Bohlam 10 watt itu cukup terang untuk menerangi lekuk-lekuk tubuh dan putihnya kulit Mbak Har.. dan tentu saja dua buah payudara Mbak Har yang berukuran 36 itu.. terlihat jelas.. padat.. bulat.. meski agak kendor sedikit.

Dan yang membuat Parmin tak tahan untuk melakukan onani saat juga adalah.. sekumpulan bulu-bulu hitam lebat yang entah kenapa musti pada ngumpul di tengah-engah pangkal paha Mbak Har yang bersih itu..

Apalagi saat tangan Mbak Har mulai membelai-belai bulu-bulu hitam itu dengan sabun..
Tangan Parmin makin cepat melakukan gerakan mengocok di si otongnya.. sehingga sebelum Mbak Har selesai mandi Parmin sudah mengejang-ngejang.. dan menyemprotkan cairan-cairan kenikmatannya.. yang mendarat di bilik bambu tersebut..

Sambil berusaha menahan suara sekuat mungkin.. tapi tetap saja Parmin mengeluarkan suara tertahan.. “Uughh ughh ughh..” seiring semprotan maninya dari senjatanya yang dikocok-kocok sendiri..

Sesaat kemudian Mbak Har berhenti menyiram tubuhnya..
Dia diam saja seakan-akan mencoba menajamkan indra pendengarannya..
Lalu Mbak Har menyapukan pandangan matanya ke sekitar bilik tersebut.

Sepertinya Mbak Har sayup-sayup mendengar suara ughh.. ughh.. ugh.. tersebut..
Tapi antara mendengar dan tidak.. karena berbarengan dengan bunyi guyuran air dari gayungnya.

Parmin diam tak bergerak bagaikan patung.. bahkan untuk bernafas saja dia ta berani, keringat dingin mulai meleleh dari dahinya.. detak jantungnya makin berdegup kencang..
Ya.. Parmin dilanda ketakutan.. ketakutan akan ketahuan aksi ngintipnya..
Parmin tak kuasa harus menahan malu jika aksinya ketahuan.. apalagi jika nanti dilaporkan orangtuanya..

Parmin mulai beringsut pelan-pelan.. menjauh dari bilik itu.. bersembunyi dalam selimut kegelapan malam dan berlindung di balik batang-batang pohon pisang yang banya tumbuh di dekat bilik itu..

Mbak Har lalu bergerak keluar dari bilik sambil masih telanjang bulat. mengitari bilik tersebut.. tapi tidak menemukan siapapun..
Lalu Mbak Har meneruskan mandi hingga selesai.. berlalu ke rumahnya.. masuk melalui pintu belakang yang terbuka.. lalu pintu itu tertutup..

Parmin menghela nafas panjang.. lalu keluar dari persembunyiannya..
Berjalan menuju pintu belakang rumahnya yang tidak terkunci karena td dia keluar juga dari pintu itu.

Saat Parmin membuka pintu belakang.. seketika itu juga pintu belakang Mbak Har terbuka lagi..
Mbak Har melongokkan kepalanya.. melihat langsung ke arah Parmin..

Bagaikan terkena sengat listrik beribu-ibu volt.. Parmin kaku tak mampu bergerak..
Hanya tatapan matanya melekat erat ke arah mata Mbak Har..
Sesaat kemudian Mbak Har menutup pintu itu.. lalu sunyi..

Malam itu Parmin tak mampu memejamkan matanya.. gambaran-gambaran menakutkan berlalu lalang di pikiran Parmin.. dia takut.. dia malu.. dia tak mampu memutuskan harus bagaimana.. besok pagi..?
———————————–

Pagi itu Parmin tidak keluar kamar.. hingga jam menunjukkan pukul 11 siang, barulah Parmin keluar kamar lalu kekali untuk mandi dan buang hajat..
Memang sudah menjadi kebisaan anak-anak laki-laki di kampung Parmin mandi dan berak di kali yang jernih.. bahkan masih banyak perempuan tua muda juga melakukan hal yang sama.

Hingga sore hari tak ada kejadian apapun.. lalu Parmin berpikir lagi..
Kalo Mbak Har marah.. pastinya saat itu juga dia akan memarahi Parmin.. tapi kenapa kok cuma diam saja..?
Ahhh.. bingung dah.. si Parmin..

Malam itu Parmin nekad akan melakukan lagi aksinya.. selain karena ingin melihat tubuh mulus Mbak Har.. dia juga ingin tahu akan bagaimana sikap Mbak Har nantinya.
Jam 7.30 Parmin seperti malam sebelumnya, dia telah bersembunyi di balik bilik bambu itu.. menunggu..

Sekitar 15 menit Mbak Har nongol dari pintu belakang rumahnya..
Seperti kemarin.. hanya berbalut handuk putih dan menenteng alat mandi..
Mbak Har kemudian menimba air dan mengisi 2 ember besar.. lalu masuk ke bilik..

Seperti malam kemarin.. Parmin juga mulai mengloco si otongnya.. sambil melihat aksi live Mbak Har sedang mandi..
Tapi.. sepertinya ada yang berbeda dari malam kemarin..
Kali ini Mbak Har menyabuni memeknya sambil kakinya diangkat sebelah dan berpijak di bibir ember air.. sehingga lebih hot.. lebih menantang..!
Parmin kaget dengan hal ini.. tapi sekaligus senang juga..

Parmin sambil melototin lubang tersebut tangannya makin cepat mengocok otongnya..
Sementara Mbak Har melakuan gerakan menyabunin memeknya makin hot saja..
Ternyata Mbak Har juga melakukan hal yang sama dengan Parmin..

Ya.. Mbak Har bermastrubasi dengan menggunakan tangannya.. tangannya bergerak mengesek-gesek memeknya..
Bahkan 2 jarinya kini sudah mulai keluar-masuk ke dalam lubangnya.. sambil mengeluarkan desahan-desahan pelan.. sangat merangsang orang yang mendengarnya..

Siapa lagi yang mendengarnya.. selain Parmin yang sedang mengocok kontolnya di luar bilik sambil melototin Mbak Har yang sedang bermastrubasi juga..
Parmin tak kuasa menahan gejolak yang bergerak dari dalam kontolnya..

Kali ini Parmin tidak berusaha menahan suaranya.. sehingga semprotan air mani kali ini diiringi suara kenikmatan dari bibir Parmin..
‘Aghhh aghhh aghh..”
Dan berhamburanlah air mani Parmin.. dan pasti Mbak Har mendengar suara Parmin..

Mbak Har lalu menghentikan masturbasinya.. melanjutkan mandinya lalu handukan dan.. sambil keluar dari bilik Mbak Har mengucapkan kalimat.. ”Enak yo Min..?” kemudian berlalu ke dalam rumahnya..
Kali ini Parmin sengaja, sebelum masuk ke dalam rumah.. Parmin menunggu sambil melihat pintu belakang Mbak Har..

Lalu yang ditunggu terjadi juga.. Mbak Har membuka pintunya..
Maka Parmin dan Mbak Har saling pandang lagi.. kali ini tersungging sebuah senyuman dari bibir Mbak Har.. dan terlontar kata.. ”Enak..?”

Malam itu Parmin tidur dengan senyum di bibirnya..
———————–

Pagi itu Parmin bangun jam 6.. lalu dia membawa ember yang penuh dengan pakaian kotornya.. tetapi tidak seperti biasanya Parmin mencuci pakaiannya ke kali.. kali ini dia ke sumur belakang rumah.. menimba air.. lalu merendam pakaian kotornya dengan sabun cuci.. lalu..

Parmin hanya menunggu.. tak lama kemudian nongollah Mbak Har sambil membawa handuk dan peralatan mandi.. juga 2 buah ember yang berisi pakaian kotor.. karena Mbak Har sejak bekerja ini selalu nyuci di sumur belakang rumah Parmin ini.

Sambil berjongkok berhadapan mereka mencuci bersama..
Mbak Har tersenyum ke Parmin, yang dibalas juga oleh Parmin..

“Gimana Min..? Enak..?” Mbak Har agak berbisik.
“Enak mbak..” sahut Parmin.

Lalu Mbak Har masuk bilik dan terdengar bunyi.. serrrrr..
Ternyata Mbak Har pipis.. lalu keluar lagi dan berjongok lagi di hadapan Parmin..

Tapi kini Parmin kaget karena di hadapannya kini terpampang paha mulus Mbak Har yang ternyata pangkal pahanya tidak dibalut lagi oleh celana dalam.. sehingga jelas terlihat bulu-bulu hitam memek Mbak Har..

Ternyata selain pipis Mbak Har juga sengaja melepas celana dalamnya..
Dan kini Mbak Har dengan sengaja memberikan tontonan nikmat ke Parmin.. hanya berjarak 1.5 meter saja..

Tanpa sungkan-sungkan lagi Mbak Har jongkok dengan paha terbuka..
Sehingga kini lipatan memeknya pun terlihat jelas oleh Parmin..

Tampak rekahan merah muda di tengah-tengah lebatnya bulu-bulu hitam itu..
Parmin melotot tak berkedip dibuatnya.. dadanya bergetar.. kontolnya berontak.. menggeliat berusaha membebaskan diri dari ketatnya celana kolor Parmin dan celana dalam Parmin..

Karena Parmin tinggal hanya bertiga dengan kedua orangtuanya..
Sementara anak-anak juga suami Mbak Har telah berangkat sekolah dan kerja..
Juga orangtua Parmin sudah ke ladang jam segini.. maka.. praktis sumur itu bakal sepi.. kecuali mereka berdua.. hal inilah kenapa Mbak Har berani berbuat demikian..

Lalu Parmin beranjak ke bilik.. tak lama Parmin keluar lagi.. sembari melemparkan celana dalamnya ke dalam cuciannya..
Parmin jongkok di depan Mbak Har.. dan tersembullah kontol Parmin dari celah paha kanannya..

Mbak Har melotot melihat kontol Parmin yang ternyata berukuran lumayan besar dibandingkan dengan punya suaminya.. dengan ujung yang masih kemerahan.. mengacung tepat ke arah Mbak Har..

Kemudian Parmin mengelus-elus kontolnya sambil dilihat Mbak Har yang kini melotot sambil tersenyum senang menyaksikan ulah Parmin..
Sambil masih mengucek cucian.. Mbak Har menyipratkan air ke arah kontol Parmin yang tengah dielus-elus oleh Parmin..
“Iih.. gede banget Min..!”
“Mosok gede mbak..? Ama punya yang di rumah gede mana mbak..?”

“Gede itu Min.. mmm gimana rasanya yah.. hihihi..” Mbak Har tertawa pelan..
“Dicoba aja mbak.. gratis kok mbak.. mau??”

“Bener nih min.. boleh nyoba..?”
“Bener mbak.. kapan..”

“Sekarang boleh gak, Min..”
“Boleh mbak.. di mana dong..”

“Di kamar kamu aja ya Min.. kan sepi to..”
“Sepi mbak.. ayok..”

“Iihh.. selesai nyuci yah, Min..”
“Ahh mbak.. keburu keluar loh mbak..”

“Ga apa Min.. keluarin aja.. aku pengin lihat..“
“Bantuin dong mbak..”

“Ogah ah Min.. aku juga mainin punyaku ya Min.. Tapi kamu gak boleh pegang ya..”
“Aayay.. mbak..”

Kini mereka berdua saling mengocok milik mereka masing-masing..
Parmin kini mengangkangkan kakinya.. sehingga kontolnya bebas mengacung dan leluasa untuk dikocok.

Sementara.. Mbak Har juga mengangkang sambil 2 jarinya bergerak keluar-masuk ke dalam memeknya.. terdengar desahan-desahan pelan dari keduanya.. desahan nikmat..

Mereka baru kali ini merasakan sensasi yang sangat berbeda dalam mengarungi kenikmatan itu..
Ternyata sensasi luar biasa itu membawa mereka berdua cepat mencapai ujung kenikmatan dunia..

“Mbak.. mau keluar mbak..”
“Aku juga min.. enak banget Min..”
“Mbakkk.. aaaghhh aghhhh..”

Crett.. crett.. crett.. “Erghh..”
Parmin menyemprotkan maninya.. dan terlontar tepat di muka Mbak Har yang tengah mengerang merasakan kenikmatan itu..

“Aku juga min.. ahh-ahh-ahh-ahh.. ahhhh enak Min..”
Serr.. serr.. serr..

Mbak Har berkejat tubuhnya beberapakali.. akibat disergap orgasmenya sendiri..
Cairan nikmat memeknya meleler di sepanjang paha dan di bawah pantatnya.

Parmin lantas tersandar lemas di bibir sumur..
Mbak Har terduduk di lantai.. sama lemasnya.

Segera tersadar.. mereka berdua bergegas menyelesaikan ‘job’ masing-masing.
Berberes.. seakan tak ada kejadian apa-apa yang barusan terjadi.
Lantas satu-satu ngeloyor balik ke rumah masing-masing.
----------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd