Tujuh Belas
Jebakan
rey
Kamar udah kayak kapal pecah, seprei bantal tegeletak dimana-mana. Gue lupa tadi malam kita laluin malam yang panjang.
Ini salah donny, kenapa di ceroboh sampai shanty kira obat perangsang itu adalah gula. Hasilnya kita bertiga minum tanpa sengaja.
Sekarang donny menghilang entah kemana, shanty pasti tidur pulas padahal udah jam Sembilan. Tubuh shanty penuh sperma yang udah mengering.
Yang jelas, gue sama donny gak klimaks di dalam vagina shanty. Se nafsu-nafsu gue masih bisa atur untuk soal klimaks. Hasilnya dari wajah, leher, buah dada, perut paha, dan bongkahan pantat shanty penuh sperma.
“Ini gak akan terulang lagi, kejadian tadi malam pertama dan terakhir” bisik gue ke kuping shanty, walau fantasy shanty threesome, gue gak akan lakukan lagi.
Rasanya dengkul gue juga lemas, mungkin ini yang shanty rasain kena efek perangsang. Di paksa untuk selalu horny termasuk klimaks lebih dari biasanya.
“Panggilan tak terjawab” gue sempat terkejut karena yang telepon bukan dari donny, maupun thalita. Melainkan itu dari papa. Gak lama ponsel gue bordering lagi.
“hallo pa”
“Kamu dimana???”
“Masih liburan pa, kenapa?” suara papa sedikit seperti menahan sesuatu. Tepatnya menahan emosinya, atau ini ada hubungannya dengan perkejaan atau thalita.
“Cepat ke Novotel Bali Ngurah Rai Airport, Sekarang!!!!” nada papa benar-benar emosi, firasat gue ini ada hubungannya dengan thalita gue yakin. Pasti ada masalah cukup besar sampai papa ke susul ke bali.
Gue langsung mandi, terpaksa tinggalin shanty yang masih tidur nyenyak, “Love youu” bisik gue cium keningnya.
***
Pikiran gue kali ini terbagi dua, antara masalah dengan thalita sama shanty. Dan yang utama selesai dulu ke papa buat jelasin semuanya.
Dari kejauhan donny udah berdiri di lobby hotel,
“sorry rey, gue gak bisa bantu lagi.” kata donny memelas.
“Papa dimana?” gue cuman tepuk pundaknya, gue gak salahin donny juga.
“di kamarnya, mama lo juga ikut,”
“Thalita?”
“gak ada kok, dia lagi ke jalan-jalan keliling” jawab donny dengan ekpresi tegang. Langkah kaki gue terasa berat pas mau masuk kamar,
Papa udah duduk belakangin gue,” stop berdiri di situ” ucap papa tau gue yang datang, gak lama papa putar kursinya sampai saling berhadapan sama gue.
“Ada masalah serius?”
“BODOHHH,!” teriak papa sampai terdengar se isi ruangan.
“Rey benar-benar gak paham pa, ada apa?” gue gak ngerti kenapa papa bisa marah seperti itu.
“KAMU HAMILIN THALITA benarrr??” ucapan papa bikin gue terkejut, termasuk mama juga,
“Hamil??? Mana mungkin?” apa jangan-jangan saat gue mabuk, tapi gue masih sadar gue pakai pengaman saat itu.,
“iniii” papa lempar sesuatu, yang jelas ini alat tes kehamilan dan juga selembar kertas. Yang isinya thalita positif hamil.
“gak mungkin pa, rey benar malam itu sama thalita, dan lakuin hal itu, tapi rey sangat yakin gak buat thalita hamil”
“pasti ini kerjaan thalita, rey yakin, thalita pasti hamil dari lelaki lain!”
“Jangan bodoh reyy, kamu harus tanggung jawab perbuatanmu, kalau tidak harga diri papa jatuh gara-gara kelakuan bodoh kamu, paham?” nada papa sedikit berkurang. Dan gue tau kenapa papa bilang bodoh ke gue.
“Bulan depan kamu tunangan sekaligus menikah dengan thalita, sebelum perut thalita membesar,” kata papa Tarik nafas dalam-dalam.
“Tapi,, rey gak cinta sama thalita, “
“gak cinta?? Kenapa kamu hamilin kalau tidak cinta?”
“rey sama thalita cuman satu kali, itu juga dalam keadaan mabuk pa, tapi rey yakin pakai pengaman” jelas gue, gak mungkin gue salah.
“Mau gak mau kamu harus menikah sama thalita, keluarga thalita juga udah tau kalau dia hamil” entah kenapa dada gue terasa sesak saat dengar seperti itu.
“apa kamu punya cewek lain rey?” suara mama yang bikin suasan tegang jadi mencair sejenak.
“Iah, ma, rey ketemu satu yang bikin rey nyaman” jawab gue senyum ke mama.
“Perempuan itu?”
“papa tau?”
“donny yang kasih tau semuanya, termasuk rencana kamu sama donny” helaan nafas panjang gue
“Lebih baik besok kamu pulang, buat urus pernikahan kamu, lebih cepat lebih baik” lanjut papa,
“Rey butuh waktu pa”
“Tinggalin cewek itu, lebih baik dia tau sebenarnya. Lagian dia dari keluarga biasa-biasa aja”
“Papa setuju sama thalita karena perusahaan papa sama papanya thalita masih ada kerja sama beberapa tahun ke depan??” tanya gue
‘Lancang kamu bicara seperti itu??!!!” nada papa kembali tinggi.
“Shanty memang dari keluar biasa-biasa aja, tapi dia orang pertama yang bikin rey nyaman pa!”
“Beda sama thalita,”
“Dulu papa pernah cerita kan ketemu mama??”
“Mama saat itu dari keluarga orang kaya?, gak kan pa, sama dari keluarga biasa-biasa aja” jelas gue bikin papa terdiam, termasuk mama juga. Langkah papa menghampiri gue, pasrah apa yang bakalan papa lakuin ke gue setelah bilang seperti itu.
“Tapi kamu gak bisa hindarin rey, kamu harus menikah. Urusan suka gak suka kamu yang urus setelah kalian menikah.” Ucap papa tepat di hadapan gue.
“setidaknya lebih baik mendengar kalian tidak saling cinta, di banding terdengar kamu hamilin thalita” kata papa langsung jalan keluar dari kamar.
“Kamu harus jelasin ke namanya shanty, setidaknya dia harus tau. Dan kalau mau cinta sama dia yakinin dia sepenuh hati.” lanjut mama berdiri di depan gue.
“Ma, soal ini rey seriusan” kata gue dengan nada memelas,
“Dengar kata papa kamu, itu pilihan terbaik untuk saat ini rey” senyum mama elus rambut gue dan ikut keluar dari kamar.
***
Gak ada yang bisa gue lakuin sekarang, selain rebahan tanpa bisa bebuat apa-apa. Gue gak tau harus bicara apa sama shanty.
“masih disini rupanya” suara donny masuk ke kamar.
“failed semuanya rey,” ucap pelan donny duduk di samping gue.
“Kenapa lo bilang rencana kita sama shanty ke bokap gue?”
“Terpaksa rey, thalita laporin foto yang gue kirim semua ke bokap lo, mau gak mau gue harus jujur”
“kalau gak, gue bakal di mutasi ke perusahaan bokap gue. Gak kebayang gue kalau balik kepursaahannya, “
“kalau boleh jujur, gue lebih enak kerja di perusahaan lo rey, lo boss berjiwa leader. Gue akuin itu”
Gak lama suara pintu kamar kebuka, ternyata thalita yang masuk sambil membawa banyak barang,
“gue gak mau ikutan urusan lo sama thalita, “ donny langsung keluar pas thalita dekatin gue.
“Ini rencananya??” tanya gue langsung duduk tegak sambil pandang wajahnya dengan pandangan datar.
“jawab!!!”
“Berhasilkan?, tinggal satu masalah lagi yaitu pecun kamu” senyumnya
“Dia bukan pecun paham?”
“reyyy reyy.. aku udah hamil sama kamu, jadi lupain itu cewek, “ gue gak bisa bicara apa lagi, nuduh dia bohong gak bisa juga karena bukti dia positif hamil dari rumah sakit.
“Bisa aja itu hubungan hasil dari orang lain?”
“Rey, aku bukan cewek segampang cewek itu ya!!!, “ pekik thalita, tapi gak mungkin juga. Thalita pemilih soal cowok hampir mirip sama gue, tapi bedanya dia harus kelas atas.
“dan besok kita pulang,,,” lanjutnya,
“Gak mungkin, “
“telepon papa aja, tiketnya udah di pesan kok, siapa tau bisa di tunda” gue langsung telepon, tapi pas mau telepon thalita langsung ambil ponsel gue.
“thalita balikin” teriak gue, thalia jalan mundur kearah pintu dan langsung keluar.
“Thalita!!!!! Shitt!!!” pekik gue kesal, karena pintunya di kunci dari luar dan gue gak punya kuncinya.
“mau apa dia sama ponsel gue!!.” Masa ia gue harus keluar dari jendela, gak lucu banget, jangan sampai thalita lihat kontaknya shanty,
“THalita kalau kamu masih di luar, aku bakalan nikah sama kamu, tapi jangan ganggu shanty paham!!!” teriak gue dari dalam kamar sambil pukul-pukul pintu, berharap ada yang buka.
***
Udah mau malam, tanda-tanda ada orang masuk ke kamar. Thalita udah rencaian semuanya, termasuk telepon kamar yang dia putus.
“bukaaaaaaaaa” teriak gue pukul-pukul pintu pas ada suara orang di depan pintu.
“Krekkk”
“Reyy? Lo kok disini?”
“dimana thalita??”
“Dia pergi ke mall sama orang tua lo, dan shanty udah gue bawa kesini, sesuai permintaan lo” katanya.
“haa?? Kapan gue nyuruhnya?”
“Lo Chat gue, suruh bawa shanty ke hotel ini, karena lo mau jelasin empat mata, ke dia kan?”
“IDIOTTT!!!”
“Itu thalita!!!!, dia ambil ponsel gue,!!!!”
“serius?”
“Lo yang jemput??”
“iah, gue jemput dia dari villa, sesuai yang lo mau.” Rasanya gue mau berkata kasar saat ini juga.
“Sekarang shanty dimana?”
“Gue suruh di tunggu di taman dekat kolam renang belakang hotel, disana tempattnya cocok kalau buat teriak-teriakan”
“itu yang lo mau juga” lanjut donny.
“Itu thalita donnn,, bukan gue!!!”
“okeh, jadinya gimana?”
“Antar gue kesana, lo bilang shanty ketemu gue jam berapa?”
“jam setengah tujuh” gue langsung noleh udah setengah tujuh. Tanpa basa basi gue langsung lari, kearah taman dekat kolam renang yang donny maksud.
“lo tau tempatnya?”
“gue lupa dimana” donny juga kelihat panik, dan kali ini gue benar-benar panik. Gue gak tau apa yang bakalan thalita lakuin kalau ketemu shanty, yang jelas ini semua akan sangat rumit untuk di jelaskan.
“Mana gak ada donn” suasananya ramai, banyak yang berenang di sana sini, gue gak lihat dimana shanty berada, apa ini thalita mengelabui gue sama donny.
“Ponsel lo donn!!” gue langsung telepon thalita. Berharap di angkat. Dan benar di angkat
“Dimana kamu??”
“Hmmm… lagi jalan ini mau ketemu seseorang sayang” ucap manja thalita.
“Jangan sentuh shanty!!!!!” pekik gue gak perduliin orang sekitar langsung noleh kearah gue.
“Kenapa?”
“Aku nikahin kamu, tapi jangan pernah sentuh shanty.”
“Ssstt, ini urusan cewek yah, dan terima kasih kamu udah siap nikah”
“Sekarang kamu dimanaa thalita??” tanya gue benar-benar campur aduk.
“Di pantai,” jawabnya langsung tutup telepon.
“Kita ke pantai sekarang!!” gue langsung lari keluar hotel, dan cari pantai terdekat dari hotel.
“lo yakin dia di pantai?”
“gue yakin, gue bisa dengar suara ombaknya,” masalah akan bertambag besar sekarang. Dan semoga gue gak terlambat cegah tahlita. Atau gue terlambat akan kehilangan shanty tanpa penjelasan gue terlebih dahulu.
Bersambung...
#Note, update ya hu.. haha, bikin gak enak dulu.