Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Prolog

Kota Takarja, 14.00

“haaa.. Haaaa.. Haaa Haaaa” suara dengus ansel yang terus berlari dari beberapa orang yang mengejarnya, entah berapa jauh ia berlari.

“siaaall, kenapa bisa keatuan begini” ansel berjalan tertatih sambil memegang dadanya yang terasa sangat sesak. Sambil sesekali ia menoleh kebelakang.

“Itu diaaaaa” Suara teriakan seseorang yang tadi mengejar ansel,

“bangsaatt, kasih gue waktu lah, baru ngerjar lagii” teriak ansel langsung berlari sekuat tenaganya, sampai ia berlari kearah belakang salah sastu mall yang besar

“aman,,, gak bakalan ikutin mereka kesini,”

“duit belum cair semua, udah ketauan. Haaa” ansel jalan perlahan, tapi sayang yang ia temui jalan buntu.

“haa, haa. Harus gue lompatin ini?” ansel tak yakin bila harus manjat ini tembok, tapi ini jalan satu-satunya kalau mereka tahu ansel berada disini.

“buat jaga-jagalah harus gue naikin, masa cewek bisa, ini tembok gak bisa” gumamnya mengambil ancang-ancang.

“huuuuggggh” ansel beberapa kali melompat selalu gagal,

“gilaa dikit lagi padahal” ansel sudah hampir sepuluh kali,

“haaaa. ittuu diaa.. ternyata bocahnya disini” ucap orang berkepala plontos berkulit hitam, dan berbadan kekar, kalau bisa di bilang lebih mirip preman.

“seettttttt daaahh,,, cepet amat ketauannya,” ansel kembali berusaha melompat, kali ini berhasil memanjat

“happppp” dengan sisa tenaganya. Ia pun duduk sembentar sambil melihat sekeliling, yang ternyata ini tempat parkiran sepeda motor untuk karyawan yang bekerja di mall. Untungnya tubuhnya yang tinggi cukup mebantu memanjat temboknya.

“byee byeee BOTAKKK!” teriaknya dengan percaya diri ansel melambaikan tangan ke orang botak plontos itu, karena tak ada jalan lain disini. Ansel pun bersiap untuk turun.

“ternyata cukup tinggi juga “ dengan ragu turun perlahan menjulurkan kedua kakinya seperti sambil kedua tanganya pegangan di pinggiran tembok. Dan siap melompat.

“srett” ansel tak sadar kantong celananya menyangkut di kawat besi yang ia tak lihat saat duduk. Dan kini ansel sudah siap melompat.

“AWASSSS” teriak ansel saat melepaskan tanganya, ia melihat seseroang wanita lagi berjalan membawa dua box makanan di mana ia akan lompat.

“aaaaggghhh buggg” jeritnya keras, ansel berusaha mengelak, tetapi sudah tak sempat, tubuhnya menghantam cewek itu sambil jatuh berbaring di atas ansel.

“asssshh sakittt” jerit cewek itu, saat ansel bangun,

“kamu gak apa-apa?” tanya ansel menjulurkan tangan membantu wanita itu berdiri.

“plaakk” wanita itu menampar tangan ansel sambil berdiri, sontak ansel langsung terdiam saat tangannya di tepak seperti itu. Cewek itu berdiri sendiri sambil membersihkan celananya,dan bajunya yang basah.

“Mata lo gak apa-apa!” suara omelannya yang begitu nyaring.

“ya sorry, gue tadi di kejar, terus gak sengaja lompat kesini, di tambah gak tau ada lo lewat” jawab ansel menunduk kepalanya, wanita itu ternyata lebih pendek dari dirinya. Hanya setengah dadanya aja.

Ansel melihat dari ujung kaki ke ujung rambutnya, wanit itu memaki sendal, celana pendek, jaket, dan kaos. Di tambah rambut yang di kepang kuda. Sekilas wajahnya seperti anak SMA atau di bawahnya. Tapi ada pembadangan yang terlewatkan, ceplakan puting kecil di kaosnya.

“wah masih bocah beneran” gumamnya dalam hati melihat buah dada cewek itu yang menurut kecil, karena ia tak memakai bra, hanya kaos di lapisi tantkotp, jadinya saat basah tercetak lumayan jelas.

“liat apa yang lo lakuin?” omelnya lagi sambil tunjuk ke arah kotak makanan yang berserakan di tanah. Dan baru sadar minumannya tumpah membasahi kaosnya.

“gantiin, gak mau tau!!” lanjutnya menjulurkan tanganya meminta ganti rugi.

“iah gue gantiin, berapa sih” ansel langsung membuka dompetnya, tanganya meraba-raba setiap kantongnya.

“Mana?? Gue lapor satpam, ada maling disini” ancam cewek itu. Raut wajahnya seolah kesal dengan sikap ansel.

“dompet guaaa ilangg,” ansel menunjukan kantong belakangnya robek sepertinya tersangkut saat dia berusaha turun. Dia pun langsung menoleh keatas tembok. Dan benar ada benda hitam nyangkut di kawat, dekat pinggiran tembok.

“isssh, ya udalah, anggap gua apes ketemu sama lo” dengus kesal cewek itu langsung pergi meninggalkan kotak makannya, sesekali ia memegangi sikutnya yang ternyata terluka

“tunggu lahh.., gue ganti kalau dompet gue udah di ambil” ansel mencoba mencegahnya.

“Gak perlu, Minggir”” cewek itu benar-benar kesal,

“sikut lo berdarah tuh” tunjuk ansel.

“jangan sok perduli, mendingan lo pergi, daripada gue apes lagi?” ansel pun terdiam saat cewek itu langsung pergi gitu aja, ansel hanya menghela nafas, dan sekarang dia memikirkan caranya untuk mengambil dompetnya.

Di dalam mall cewek itu berjalan lesu, kedua tanganya di gengam erat, seolah ia takut terkena omelan seseorang. Sambil sesekali menahan perih di kedua sikutnya.

“aku harus bilang apa ke cece yah” gumamya dalam hati, memikiran kejadian yang menimpanya tadi.

“mana makanan anggit?” tanya cewek yang ada di dalam toko, dari raut wajahnya umurnya setikar dua puluh empat, rambut di cat pirang, memakai celana pendek dan kaos agak ketat.

“itu tadi ce jatuh, di tiban orang pas beli”

“hee kok bisa?”

“terus di gantiin?” anggit menggelengkan kepalanya.

“yah, terus gimana?”

“anggit beliin lagi yah,”

“tapi uangnya cukup buat beli satu makanan ajah”

“ gak apa-apa,nanti potong dari ruang anggit yah ce nia” lanjutnya sambil senyum ia pun bersiap keluar toko.

“ya udah,, cepetan. Udah lapar nihh issh” ucapnya sedikit kesal dengan sikapnya itu

“iah aku beli dulu yah” anggit langsung berjalan keluar toko. ia sesekali memeriksa sikut yang yang terasa perih,

“beli dimall mahal, padahal tadi beli diluar lebih murah, gara-gara orang itu isssh:” gerutunya kembali kesal. Anggit langsung merogoh kantong celananya yang tersisanya hanya dua puluh ribu.

“nasi padang aja kali yah,” anggit langsung melangkah ke belakang mall lagi, disana ada kantin yang biasa karyawan mall makan, walau harganya lebih mahal dari di luar mall.

“semuanya duapuluh lima ribu neng” ucap abang nasi padangnya.

“haa dua lima?”

“iah, ayam, sama telor, aja, ayamnya lagi mahal neng,” ucap penjual nasi padangnya.

“tapi saya kerja di sini loh, bukan pengunjung” tawar anggit, kalau di luar mall harga segitu bisa dapat dua porsi. Di tambah kantin diisni emang agak mahal apa lagi tampangnya kayak pengunjung yang cari murah.

“yahh beneran deh neng segitu”

“ini bang lima ribunya,” ucap seseorang kasih uang lima ribu, anggit langsung menoleh kearah suara itu berasal.

“cihh,, dia lagi” desis kesal anggit melihat orang itu ternyata ansel.

“buat satu lagi bang, buat dia” ansel langsung membayarnya seharaga dua puluh lima ribu juga,

“gak perlu, gue dah makan” ucap anggit menolak mentah-mentah.

“krutuuyyujkk” suara perut anggit tiba-tiba berbunyi cukup keras sampai ansel mendengarnya. Anggit yang tadi menolak tiba-tiba langsung tediam

“makan disini aja bang” pinta ansel tak jadi di bungkus, anggit benar-benar lapar, ia tak bisa berkata-kata lagi, kecuali perutnya yang sesekali berbunyi. Walau tak sekeras tadi.

“makan aja, gue gak minta juga kali” ucap ansel saat anggit membuang muka, yang tetap menjaga image nya di hadapan ansel,

“dengan bergini kita impas” anggit hanya duduk berdiam diri, tak ada satu sendok makan pun yang masuk ke dalam mulutnya, walau terdengar suara perutnya kembali berbunyi cukup keras

Ansel langsung berdiri berjalan keluar kantin, tapi ansel tak benar-benar keluar dia duduk paling ujung sambil memperhatikan anggit.

Anggit menoleh ke kiri kanan, seolah memastikan kalau ansel sudah tak memperhatikannya.

“dasar cewek,” gumam ansel melihat anggit memakannya dengan ragu-ragu, satu suapan langsung ke mulutnya, suapan kedua dan ketiga, semakin lahap. anggit benar-benar lapar, tapi cara makannya berbeda dari cewek lain, dia makan dengan cara di comot. Padahal di sana ada sendok dan garpu.

***​

Masih jam lima sore, dia membuka ponsel untuk menghubungi salah satu temannya tapi nomornya tak bisa di hubungi sama sekali.

“ayoo ndraaa, angkat, gue butuh bantuan neehh” gumamnya terus menghubungi salah satu temanya bernama indra.

Sambil menunggu kabar, ia memilih duduk santai di strabuck. Memesan satu caramel macchiato, mengendus pelan aroma yang keluar dari kopinya.

“sslrruuppss” hisapan terakhir di gelas kopinya, dan sudah satu jam ia duduk disini, terus menghubungi indra.

“haaa.. ayolah, dia lagii” gumam ansel melihat dua orang yang bergerak gerik mencurigakan seperti mencari seseorang. Walau berbeda orang ansel yakin mereka masih satu gang yang sama buat mencarinya.

“pasti tuh orang yang sama,” ansel langsung memalingkan wajah ke jendela, berdiri sambil melangkah perlahan untuk keluar dari sana.

“please jangan masuk kesini” racaunya saat berjalan keluar. Ansel berdiri sekitar empat meter dari orang yang mencari, melangkahkan kakinya menyamping seperti kepiting berjalan.

“heehe, Hello” ucap ansel sambil tertawa kecil saat sudah di luar starbucks, tetapi ia langsung berpapasan dengan orang satunya. Wajahnya datar tak menjawab sapaan ansel.

“waduh dompet ketinggalan di dalam” ansel langsung membalikan tubuhnya, bersiap langsung berlari. Tetapi kerah jaket yang ansel pakai di pegang erat sama orang itu.

“slow, gue gak kabur kok bang, cuman mau ambil dompet” ucap ansel lagi, tak ada jawaban dari orang itu. Ia melirik orang yang di dalam sudah menyadarinya ansel sudah di dapatkan.

“sssett” ansel berlari melempaskan jaket yang ia kenakan, berlari secepat dan sejauh mungkin,

“permisssiii” teriaknya sambil terus berlari kearah keurmunan orang, ia berharap bisa mengecoh kedua orang itu. Sampai akhirnya ansel berhenti di wc mal.

“di wc perempuan aja kalau gitu” ansel mengendap pelan-pelan. Saat tak ada yang melihatnya ia masuk ke dalamnya mengunci pintu kamar mandi.

“semoga aman disini”

“breek breek” suara pintu beberapa kali di buka,

“ada orangnyaa?” ucap cewek,

“ssrrrrr srrrrr” ansel menjawab dengan menekan closed duduknya, agar terdengar ada orang di dalam kamar mandi. Ansel terus melakukan hal itu terus meneruts saat ada orang. Dan ini puluhan kali ia melakukannya.

“ya tuhan, kenapa wc perempuan banyak banget orangnya” racaunya merasakan pantatnya terasa pegal di tambah kakinya pun juga terasa kesemutan.

“aneh tau tadi ada orang bolak balik, di depan wc,”

“ish masa?”

“iah orangnya tinggi, kayak intel, mau sergap seseorang” obrolan dua cewek,

“harus ketangkep tuh, takutnya bikin onar disini” ansel semakin panik, kemungkinan orang itu benar ada di depan wc sekarang. Ia terus berdiam diri sampai ansel ketiduran di dalam wc.

Suara semakin sunyi setelah ia terlelap, sampai tak terasa sudah berjam-berjam ansel tertidur di dalam kamar mandi.

“kreeek krettkk” suara pintu tertutup di ikutin lampu kamar mandi yang di matikan.

“mampus gelap, gue dimana ini” ansel langsung tersadar setelah mereaskan suasanya menjadi sangat gelap dan sunyi. Dengan perlahan ia meraba-raba sampai ke pintu utama wc,

Suasan sudah remang -remang, termasuk Lorong arah wc, itu membuat bulu kuduknya sendiri, jam sudah menunjukan jam Sembilan lewat lima belas menit. Itu bearti ansel ketiduran di dalam kamar mandi cukup lama.

“ah pintu depannya udah di kunci” gerutunya melangkah cepat sambil menahan kaki kananan yang terasa kesemutan.

“mau gak mau lewat belakang lagi” suasanya tak segelap tadi, karena masih banyak orang yang baru tutup toko,

Ansel kembali mencoba menelepon indra, tetapi ponselnya ternyata mati kehabisan batrei.

“ahhh apesss bangett” ansel mengikuti kemana orang-orang berjalan keluar,

“awwhh” jerit seseorang menabrak dirinya saat diam sejenak melihat sekeliling, takut ada orang yang mengejarnya tadi.

“issh, lo laggiii!” ucap orang yang menabrak ansel, bukan lain adalah anggit.

“yeee, kalau jalan liat-liat lah,” jawab ansel

“lo yang tiba-tiba berdiri disini” ucap anggit gak mau kalah, anggit pun langsung mengambil ponselnya yang jatuh dekat kaki ansel.

“gue pinjam ponsel lo bentar dong” ansel melihat sebuah kesempatan karena ponselnya mati.

“ngaakk”

“please”

“ngaak, mau !!!!!“ anggit menatapnya dengan tatapan tajam,

“sekali aja, nih lo pegang ponsel gue buat yakinin gue gak nipu,” ansel langsung kasih ponsel Samsung galaxy fold nya.

“lagian mana mau gue tukeran sama ponsel butut gitu” gumamnya pelan.

“haa apa lo bilang?” ansel terkejut ucapanya yang pelan bisa di dengar sama anggit.

“ini maksudnya liat ponsel gue beneran apa mainan,”

“ini ambil, dan sini ponsel lo” lanjut ansel, karena ini cewek benar-benar keras kepala,

“okeh, tapi sebentar aja,” dengan ragu anggit langsung kasih ponselnya, dengan pengawasannya. Anggit juga menerima ponselnya ansel.

“eh eh tombol lo kenapa ini, pencet-pencet sendiri” ansel terlihat kaget saat touchscreen ponsel anggit ketekan sendiri.

“pelan-pelan touchscreennya udah erorr” jawab anggit sambil terus memperhatikan ponsel ansel yang bagus, tapi ia tak bisa menyalakannya.

“ini ponsel nyolong? Kok gak nyala?” tanya anggit ke ansel yang lagi focus ke ponselnya.

“enak aja, ponsel asli itu, cuman batre nya habis aja, kalau gak habis gue juga gak bakalan pinjem” jawab ansel yang terus menelepon indra, ia pun berjalan mondar mandir saat teleponya menyambung, tetapi tak di angkat. anggit pun mengikut ansel dari belakang yang mondar mandir di parkiran motor.

“udah belom?” tanya anggit, sudah sepuluh menit ikut mondar mandir di belakang ansel.

“belum”

“issh, dah malam gue mau pulang” ansel langsung menhentikan langkahnya saat teleponya udah di angkat, anggit yang ikutin di belakangnya kembali menabraknya lagi. tapi ansel tak memperdulikannya.

“haloo indra,, ini gue ansel, jangan di tutup..”Tapi tak sengaja ponsel anggit bergerak lagi membuat suaranya menjadi loudspeaker.

“lo sekarang dimana ?” tanya indra,

“lagi sembunyi, mereka gak ngerjar lo kan?”

“haloo ndraaaa” tak ada jawaban lagi dari indra membuat ansel curiga.

“oh sinyalnya jelek nsel,, “

“gimana kalau lo ke kost gue, lebih aman” ansel terdiam sejenak karena suara indra terbata-bata.

“kalau gak gw kesana, kasih tau alamatnya yah”

“pasti dia ada di belakang lo kan indra, gue tau dari nada ucapan lo,”

“Kaburrrr sejauh mungkin nsellll”

“Dan bertahan hiduplah lah,” suara indra cukup keras

“tu tuttt,.. tutt ,,ttuuttt” suara telepon langsung terputus, ansel menghela nafas panjang, karena tak ada yang bisa membantunya sekarang, massalah ini merembet kemana-kemana. Tentunya karena daging mentah.

Anggit yang tak sengaja mendengarnya pun ikut terdiam, dia tak percaya ada orang yang mengalami hal itu di depan matanya.

“haaaa, baiklah, kalau begitu” tarikan nafas ansel, karena harapan satu-satunya indra sudak tak ada harapan.

“ini ponsel lo” ucap ansel senyum lebar mengambalikan ponsel anggit, anggit pun langsung memberikan kembali ponselnya.

“sorry gue gak sengaja dengar tadi pembicaraan lo” ucapnya.

“gak masalah, udah biasa dan emang resikonya gitu” ucap ansel, ansel tak akan memberi tahu anggit apa yang terjadi,

“lo rampok orang?” tanya anggit langsung melangkah menjauh.

“haaa? Gak lah, gak mana mungkin”

“gue semakin yakin mereka anak buahnya suami tante sinta, bearti hubungan gue sama tante sinta udah ketauan” gumam ansel dalam hati

“dan gak mungkin bilang kalau gue ke ini bocah kalau gue jadi pemuas wanita kesepian” tatapan ke arah anggit yang masih berdiri.

“cihh, so ganteng” gumamnya terdengar oleh ansel,

“dasar bocah” celetuknya.

“haa bocah? Apa lo bilang?”

“yee emang bener tampang lo masih bocah,”

“mana tepos lagi” gumamnya dalam hati ansel teringat kejadian tadi siang, ia melihat buah dadanya yang tak terlalu menonjol.

“enak, aja gue udah enam belas tahun kali!” balasnya tak mau kalah. Ansel tertawa geli karena benar masih bocah.

“gue boleh minta tolong?’ ansel melirik anggit yang bersiap mau pergi.

“ngak” jawab anggit masih judes seperti biasanya.

“gue gak mau ikut urusan lo “ lanjutnya dengan tatapan sinis.

“yah, gue numpang tidur deh rumah lo, atau kost lo gitu?” ucap ansel langsung to the point,

“haa? Gak,, gak bisaa” anggit langsung menatap wajahnya ansel beberapa detik, matanya tak berkedip melihat kearah wajahnya.

“plak” ansel menepakan kedua tanganya di depan wajah anggit memohon kepadanya, sampai anggit tersentak kaget.

“apa?”

“malam ini gue nginap tempat lo, gue gak ngapain-ngapain kok, “

“tampang gue ada tampang bejat emang?” tanya ansel sambil tersenyum.

“gak ada, tapi adanya, tampang maling” anggit mencoba tidak kontak mata dengannya, itu membuat anggit sedikit salah tingkah.

“haaaa, okelah..,,” ansel menghela nafas panjang, dia juga tak terlalu banyak berharap ke anggit.

“tunggu, tapi semalam ini aja,” ucap anggit pas ansel sudah beberapa meter darinya, ansel langsung berbalik arah. Anggit merasa kasihan karena apa yang menimpa ansel, walau ia tak tau apa yang terjadi.

“seriusaan?” raut wajahnya tersenyum lebar sambil pegang pundah santi.

“ii iiah, tapi bukan di kost gue~!”

“terus dimana?”

“toko tempat gue kerja di mal sini” jawabnya langsung menggerakan tubuhnya agar ansel melepaskan kedua tanganya dari Pundak anggit.

“gimana?? Gak mau, gue pergi” anggit langsung berbalik badan melangkah pergi menjauh dari ansel.

“oke gue mau,” jawab ansel

“haa~, yang penting gak tidur di jalan” gumam ansel dalam hati, ia pun langsung mengikuti anggit naik ke lantai tiga mal, menaiki tangga karena lift sudah di matikan.

“aaah aahh aahh~” jeritan dan desahan di beberapa toko yang sudah tutup,

“itu suara itu kan?” senyum ansel melebar mendengar suara desahan.

“masuk,” anggit memotong ucapan ansel, yang mendengar suara desahan orang lagi having sex di toko. Anggit mencoba tak memperdulikannya.Ia langsung menyalahkan lampu toko,

“tidur disana aja,” tunjuk anggit ke meja belakang kasir, di mana tempat istirahatnya kalau tak ada pembeli.

“kamar mandi?”

“ngak ada, harus ke wc”

“kalau gue mau kencing?”

“tuh pakai botol bekas minum aja sementara” tunjuk anggit ke botol minteral yang kosong.

“kalau panas pakai kipas angin disana” tunjuknya lagi, kipas angin yang menempel di dinding.

“jangan lupa matiin lamput toko, takut ada yang curiga” lanjutnya.

“terus gue keluarnya?”

“pagi-pagi gue datang ke toko, takut cece nia duluan ketoko”

“kakak lo?”

“hmm yang punya toko” jawabnya ragu.

“ooh, ok okeh”

“oh ia, sebelum di kunci, gue mau tau nama lo siapa?” ansel berdiri di belakang anggit.

“anggit aja, “

“gue ansel” ucapnya, tapi anggit langsung menutup pintu tokoknya rapat-rapat.

“haaaa, cewek aneh”

“sikapnya beda dari umurnya yang jelas beda cukup jauh dari gue.“ ansel langsung rebahan di ubin toko, beralaskan tikar.

“semoga gak terjadi apa-apa sama si indra, bisa kacau semuanya” dari dalam toko pun ansel masih bisa mendengar suara desahan-desahan kecil, di ikuti rolling door yang tertutup. Suara itu mulai menghilang dan hening. Ansel pun perlahan memejamkan matanya.

Tubuhnya benar-benar lelah berlari seharian dari orang-orang itu, dan entah apa yang bakal dilakuin ke dirinya kalau tertangkap.

Bersambung.....
 
Terakhir diubah:
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd