Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Bimabet
Terimakasih atas update ceritanya suhu @zhuquejr92 ..
Waduh untung Ansel datang,
Kalau ga udah diperkosa itu si Anggit,
Mana ditampar terus ga ada perlawanan lg..
Masih bingung dengan penyelesaian Ansel dengan Tante Sinta?
Apa harus pindah ke luar kota?
Atau ke desa, desanya Anggit?

Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Tujuh



Hari ini terasa lebih berat dari sebelumnya, anggit berjalan dengan lesu keluar dari kontrakannya.

“mendung” ucapnya pelan seolah suasana hatinya sudah di wakili dengan langit yang mendung. Ia masih memikirkan kejadian tadi malam di toko,

“mas beli lima ribu” anggit membeli lima kue kacang. Dengan kue itu ia mengganjal perutnya sampai nanti siang.

Bukannya ia tak mau sarapan, tapi tepatnya sarapannya tak setiap hari. Itu anggit lakukan demi menabung membeli tiket pesawat, dan uang tabungannya selama berkerja disini untuk mamanya nanti.

“kue kacang pun terasa hambar” lenguh nafasnya saat selesai makan satu kue. Anggit menyimpannya untuk di toko.

Anggit membuka toko lebih awal, melihat ansel yang masih tertidur sambil mendengkur cukup keras.

“biarin aja, tiga puluh menit lagi.” tangan anggit yang bersiap menarik tumpukan kaos sebagai alas kepala ansel. Tapi niatnya di urunngkkan memilih rapih- rapih tokonya, termasuk mengeluar kan patung manekin tanpa membangunkan ansel.

“yah di tindihin tangannya pula” anggit mencari satu tongkat kayu yang ujungnya di kaitkan dengan paku untung memajang pakaian di atas tokonya, tapi saat ketemu ansel menindihnya di tangan kanannya

Pelan-pelan anggit berjongkok dan merangkak kearahnya, tanganya mengangkat tangan kanannya, yang ternyata berat. Lebih berat daripada patung.

“waah, tanganya lebar” gumamnya menempelkan telapak tangannya ke telapak tangan ansel, Tangannya begitu kasar dan lebar, dari sini anggit bisa melihat jari-jari tanganya yang panjang, sesuai dengan tingginya.

“ngapain lo sama telapak tangan gue?” suara ansel tiba-tiba, ia pun langsung mengangkat tubuhnya posisi duduk tegap, membuat wajah mereka hanya bekisar beberapa centi.

“brukkk” anggit yang kaget langsung memundurkan tubuhnya sampai jatuh terduduk, ia menganggap ansel mau menciumnya. Anggit langsung berdiri mengambil tongkat kayu di samping ansel dan berjalan keluar melanjutkan pekerjaannya.

Ansel tertawa kecil melihat tingkah laku anggit seperti itu, sebelum keluar ia menemukan kue di kantong plastik yang di atas meja kasir.

“punya gue, enak aja di makan tanpa izin!!!!” anggit yang menyadari ansel memakan kuenya, langsung teriak.

“minta satu, pelit amat, lapar tau” jawab ansel dengan satu caplokan habis setengahnya, rasanya seperti kacang, tapi tak terasa kacang. Ia pernah memakannya, kue yang biasa ada di warung-warung.

“lo sarapannya ini?” tanya ansel dengan mulut yang masih penuh kue.

“iah, kenapa? Makan dua aja kenyang kok” jawab anggit mengambil kuenya dan mengikatnya erat, seolah takut ansel memakannya lagi,

“haa, bener-bener irit ini bocah” kini mulutnya sangat lengket, kue nya menyebar di seluruh rongga mulutnya.

“bearti selama ini lo makan gituan doang?” tanya ansel lagi penasaran, anggit langsung terdiam

“gak juga, kadang-kadang,” jawabnya buang muka, masuk kembali ke dalam toko. Ansel memilih cari sarapan di luar mal, habis itu menjual jam tangannya ke mal lain, sebelum itu harus berpenampilan rapih untuk meyakinkan.

“semangatt anggit, gak boleh sedih, gak bisa pulang” senyum lirih anggit menatap keluar toko. Saat cece nia masuk ke dalam toko, anggit yang duduk depan kasir langsung berdiri bergegas merapihkan apapun yang belum rapih.

“cece, kemarin cece sakit?” tanya anggit,

“ngak, lemes aja hehe, habis di gempur, hhihihi” ketawa cekikikan membuat anggit penasaran siapa orangnya yang membuat cece nia seperti itu.

“oh ia, cece, kemarin cowok cece ke toko, ”

“ohh, dia, udah putus tadi malam, jadi kalau ada pakai nama gue, jangan percaya” jelasnya, angguk anggit. Masih berdiri di depan meja kasir, ia mau mengatakan sesuatu soal tadi malam ia hampir kena oleh cowoknya.

“cece,”

“apa?” cece nia masih fokus sama ponselnya.

“soal, penjualan seratus potong, itu hal yang berat buat aku, hehe, bisa di kurangin liama puluh aja?” anggit menggigit bibirnya, ini memilih membahas soal target penjualannya.

“lo bener-bener mau pulang?” angguk anggit pelan.

“ya udah, pulang aja, “ jawabnya santai.

“besok juga ada penganti lo kok,” lanjutnya noleh kearah anggit,

“haaa?, ta ta pi soal seratus potongnya?”

“lupain aja,” senyum cece nia

“seriuss?”

“iaah anggit, lo mau gue tarik kata-kata gue?” raut wajah anggit yang tadi murung kini tersenyum lebar mendengarnya. Dan tiba-tiba seyumnya menjadi datar lagi.

“apa ini karena dia ce, dia beli seratus potong?” tanya anggit ragu-ragu. Ini pasti kerjaan ansel. Tak mungkin cece nia bisa bicara seperti itu dengan mudah.

“dia?? Siapa?”

“hmm,.. ansel,” jawabnya lirih, anggit lupa dia tak mengenal ansel,

“ansel?”

“cowok kamu?” anggit mengangguk, daripada ia mencurigai ansel lebih dalam, yang ada cece nia menarik ucapannya.

“ohh ngak kok, dia gak bantu apa-apa, gue kenal aja ngak,” jawab cece nia dengan entengnya, ansel yang memintanya seperti itu, karena ansel memberikan ekstra saat pagi sampai siang kemarin.

“ohh, aku kirain, tapi kenapa cece nia berubah pikiran?”

“yah karena gue puas sama kinerja lo, selama ini,” cece nia berdiri menedekati anggit. Dan langsung memeluknya.

“sory kalau gue banyak salah ya anggit, gue suka semena-mena sama lo” cece nia memeluk anggit, pelukan hangat tak seperti biasanya. Ia tak tau semua ini karena ansel juga, ansel yang memaksa cece niaa berbicara seperti itu.

“iah cece, maaf juga yah kalau anggit banyak salah selama ini” anggit tersenyum lega, karena ini yang ia harapkan dari cece nia sejak dulu.

“jadi pulangnya kapan?”

“hmm, belum tau, belum pesan tiket juga,”

“ouh, ya udah, kabarin kalau dapat tiket, gue beliin, anggap aja hadiah dari gue” dan ini juga permintaan ansel, tapi ia melakukannya dengan uang ansel, bukan murni uang cece nia.

“jangan nolak, okeh,” angguk anggit, memeluk erat cece nia, anggit benar-benar tak menyangka cece nia bergitu berubah dalam beberapa hari, ia penasaran apa yang terjadi, atau ada yang salah dengan kepalanya.

***​

Senyum ansel menyeringai saat pemilik toko jam menuliskan cek tunai, senilai dua ratus juta rupiah. Untuk dua jam tangannya. Walau harganya setengah dari harga jualnya, bahkan lebih murah.

“ini asli?” tanya ansel, saat orang setengah baya mencap dengan stampel tokonya.

“gak percaya?, monggo bawa balik lagi jam nya” ucapnya membuat ansel menarik perkatannya tadi, dan mengambil cek tunainya.

“jadi kapan aja bisa di cairin kan?” angguknya langsung meminta karyawan memasukan dua jam tangan ansel.

“masih ada tiga lagi, gak mau di borong, setengah harga juga deh” tawar ansel lagi,

“gak, saya butuh itu aja, harganya terlalu mahal, walau setengah harga” senyumnya langsung berdiri menepuk pundak ansel, dan kembali masuk ke dalam.

“sisa tiga lagi” ansel menyimpan cek nya dengan baik-baik, ia menyimpanny di dompet, tidak di dalam tasnya.

Sebelum pulang ansel memilih makan di KFC, dan membelikan satu bucket kfc buat anggit nanti.

“Pasti suka itu bocah” ansel ketawa geli membayangkan anggit makan kfc, mungkin sama tulang-tulang nya di makan juga.

Tak terasa sudah mau jam sembilan, ansel berjalan kearah belakang mal, tepat saat sebelum masuk. Ada empat menghadang di pintu belakang masuk mal, mereka berempat seperti menunggu seseorang.

“sial, beda orangg lagi” gumam ansel menyadari ke empat orang itu pasti sedang mencarinya, walau mereka berpakaian pada umumnya, gerak geriknya benar- benar mencurigakan

Ansel memilih menjauh, kecurigaannya benar. Saat ansel lari menjauh salah satu mereka menyadarinya dan membuat ke empat orang itu langsung mengejar ansel.

“mampuss,lah, siapa lagi mereka~” ansel berlari dengan kencang entah kemana ia berlari, yang jelas harus bisa kabur dari mereka berempat.

Ansel masuk ke gang ruko, dan sialnya dia sudah di cegat dua orang di mulut gang, ansel mengencangkan tasnya dan juga genggaman tangannya memegang box kfc.

“mau apa lo?” mereka tak menjawab ansel menoleh ke kiri dan kanan, tak ada jalan lain, cuman ada satu tembok yang cukup tinggi, tapi ada tong sampah terbuat dari kaleng di dekatnya, itu cukup buat tumpuan.

“haaappp” ansel langsung melompat, pas mereka berempat mulai mendekat, tanganya sudah menggapai ujung tembok, saat mau menarik tubuhnya, ada dua tangan yang memegang kakinya,

“sreettttttt”

“bukkkkkk” ansel langsung di tarik kebawah sampai tubuhnya menimpa tong sampah sampai penyok.

“engggghh” dadanya terasa sesaak sesaat karena menimpa tong sampah. Nafasnya menjadi sangat pendek. Rasa sesaknya seperti terkena bola kencang di bagian dada.

“dia bukan orangnya?” tanya salah satu dari mereka berempat, ansel masih terbaring merasakan nyeri di dadanya setelah menimpa tong sampah. Tak lama salah satu dari mereka menngangkat kepala ansel, dan mencocokan dengan foto di ponsel.

“bener, dia,”

“hajarrr!” tanpa hitungan detik, tiga orang langsung menendang membabi buat ansel yang terkapar.

“bugg bug bugg” ansel langsung menekukk lutut nya dan memegang kepalanya agak tak terkena pukulan. Setidaknya mengurangi cidera yang akan dia alami.

“buggg bugg bugg bugg” tak hanya tendangan pukul mendarat di kepalanya punggungnya,, setelah melihat ansel tak berdaya, dua orang memaksa ansel berdiri,

“halo pak, saya sudah mendapatkan orangnya” satunya menelpon, dan tak lama langsung video call, menunjukan ke wajah ansel yang meringis.

“mukanya kok belum babak belur?” ucap orang itu, penampilannya bekarisma seperti seorang atasan polisi atau jendral dengan wajah yang tegas.

“siap pak,”

“buggggg, “ satu pukuluan tepat di pipi kirinya,

“bugggggg!”satu pukulan lagi pipi kanannya,

“bugg” pukul tepat di wajah depan ansel, tak lama darah segar mengalir dari hidungnya, dan di ulangi beberapankali sampai darah menetes dari hidung mulut ansel.

“saya mau bicara” pinta orang itu, mendekatkan wajahnya dengan ponselnya,

“kamu liat kan orang yang berani main-main sama saya” ucap pria itu, ansel pun terkejut melihat wajah di ponsel itu adalah tante sinta yang sedang di dogy style yang tak lain oleh suaminya.

“ampunnn ,, paa, ahhhh aahh~” teriaknya saat suaminya memainkan dengan kasar, ansel menatapnya dengan pasrah. Yang dia hadapi memang suaminya tante sinta yang seorsng jendral.

“kamu ingin dia hidup apa mati?” tanyanya ke tante sinta dengan menepuk pantatmya dengan kasar, ansel hanya mendesis menahan sakit di perut, punggung, dan juga wajahnya.

“tak jawab, bearti artinya.habisi aja” video call langsung tertutup,

“dan?”

“tunggu, tunggu, kita bagaimana kita buat perjanjian,” ucap ansel, saat salah dari mereka mau memukul lagi.

“di tas gua, ada jam mahal, lo boleh ambil, dan biarin gue pergi, auhukk ahukk.” ucapnya sambil terbatuk-batuk. Salah satu dari mereka langsung mengeceknya.

“benar bos, jam rolex, mahal ini” orang yang di hadapanya terdiam sambil melihat ke tiga orang lainnya. Dan menangguk bersamaan.

“Gimana? Lo bagi berempat, gue gak nipu kok, itu asli, kalian udah kelarin tugas kalian dan dapat jam mahal juga, belum tentu bos kalian kasih segitu walau gue mati” dua orang yang memegang tangan ansel pun melepaskan tubuhnya dan ansel jatuh tersungkur.

“jangan berdiri, gue mau foto,” ucapnya yang pasti di ketuanya, ia pun menempelkan kaki di kepala ansel yang tersungkur.

“oke, kita cabut, dan satu hal, jangan berani menyentuh keluarganya lagi, andai kita ketemu dengan masalah yang sama nyawa lo pasti ilang” ancamnya.

“iahh” jawab lemas ansel, yang masih tersungkur di tanah. Mereka berempat pun pergi meninggalakannya dengan membawa sisa jam tangannya yang tak terjual.

Matanya terlelap sebentar, ansel merasakan rasa nyeri di sekujur tubuhnya, hampir lima belas menit tertidur, ansel kembali tersadar,

Dia bersusaha bangun, dengan memegang tembok, berjalan perlahan membawa satu bungkusan kfc yang belum terlalu hancur. Karena ikut di tendang.

“haaa, sialan, duit gue ilang juga dan suruhan suami tante sinta, ternyata gak tanggung- tanggung” gumamnya menghela nafasnya yang sangat berat. Nafasnya juga masih terasa sesak..

“andai kejual semua barang gue habis pasti, nyawa gue juga” gumamnya memegang dadanya.

“hhaaa~” ansel memilih duduk bersandar di pinggir jalan, tepatnya di depan ruko yang sudah tutup. Matanya melihat langit yang terasa gelap.

“apa ini rasanya mau mati yah” tawanya sambil menahan nyeri di dadanya yang semakin menjadi. Matanya pun mulai terlelap lagi.

“tak tak tak tak”suara langkah kaki semakin dekat kearahnya, dan berhenti tepat di sampingnya, ansel tak bisa membuka matanya yang terasa berat sekarang.

“Bansel, lo kenapa?” suara samar-samar terdengar seperti anggit,

“heii bangunn,, “ suaranya benar-benar anggit, tapi ia tak bisa membuka matanya sekarang, terasa dua tanganya memegang wajahnya, seketika ansel dengan mudah membuka matanya. Dan itu benar, anggit yang ada di hadapnya.

“anggit?” ucapnya pelan,

“lo kenapa, jadi gini?”

“buat lo hehe” ansel memberikan satu bucket kfc yang remuk di kantong plastik,

“gila lo, lo nyolong kfc?” tanya anggit lagi,

“hahaha , awh uhukk uhukk” tawa, nyeri, dan batuk menjadi satu,

“issh gila lo, bikin masalah ajah ihh,, sebentar gue minta bantuann” anggit setengah panik, dan setengah kesal terhadap ansel.

“gak usah,” ansel memegang tangannya agar tak pergi, tapi anggit tak menurutinya, ia langsung pergi memanggil taksi, yang tak jauh dari sana. Ansel pun pasrah saat supir taksi dan anggit membantunya masuk ke jok belakang.

“ke rumah sakit neng?”

“iah”

“gak usah” ucap pelan ansel,

“issh nyebelin banget, mati lo ntar, gue yang repot” ucapan pedas anggit membuat ansel tertawa pelan.

“gak mungkin gue bawa ke mal,” lanjut anggit, tak lama ansel pun kembali memejamkan matanya, ia kembali pingsan.

“pak, bawa ke klinik terdekat aja ya pak” anggit memberitahukan alamat kliniknya, yang tak jauh dari kontrakannya, karena di sekitar sini tak ada klinik.

***

Tangan anggit bergetar melihat uang yang akan di bayarkan, sekitar dua ratus ribu, apa lagi di tak pegang uang sekarang, anggit langsung merogo kantong ansel, menemukan uang satu juta yang masih utuh. Dan membayarkannya dengan uang ansel.

“pak tolong, banatuin bawa masuk” ansel benar-benar tak sadarkan diri, untungnya ada dua orang di klinik bantu mengangkat ansel masuk ke dalam.

“ apa dia mati dokter?” tanya anggit polos ke dokter yang ada dklinik langsung periksa kondisi ansel yang tak bergerak sedikit pun.

“masih hidup dong, tapi ada luka lebam di dadanya” dokter langsung menyingkap kaos yang di pakai ansel, dan benar ada luka lebam di dada, di tambah hidung ansel masih mengeluarkan darah.

“issshhhh” Anggit meringis ketika dokter menyeka lukanya yang ada di pungungnya, luka sobek yang cukup panjang,

“issh” perasaan merinding di tengkuknya ketika lukanya langsung di jahit dengan dua puluh jahitan. Bearti luka benar-benar tak bisa di sepelekan.

“tenang aja mbak, cowok mbak, baik-baik aja kok, cuman lukanya cukup dalam, jadinya harus di jahit” ucap dokter itu, anggit hanya mengangguk saat anggit di sangka cowoknya.

Anggit menyelesaikan pembayarannya, termasuk taksi, ia duduk di samping ansel yang belum sadar. Ansel terbaring dengan telanjang dada. Itu membuat anggit cukup kagum karena tubuh ansel termasuk six pack, walau tak seperti binaragawan.

Tepat jam dua belas malam, ansel mulai membuka matanya perlahan,

“surgaa kah?” gumamnya saat sinar lampu menyorot matanya. Sampai akhirnya menyadari di terbaring di suatu tempat.

“awsh awhh” seketika ansel merasakan nyeri di sekujur tubuhnya saat mencoba menggerakan tubuhnya dan menyandatrkan tubuhnya.

“ssssshhhh” desisnya kesakitan di bagian punggungnya yang sudah di perban.di samping anggit yang tertidur dengan posisi duduk, kepalanya di letakan di atas kedua tangganya penganti bantal.

“Uhukk.. Uhukkm. “ batuknya lumayan keras membuat anggit terbangun.

“Lo udah bangun? “ tannya spontan melihat ansel sudah posisi seperti itu.

“ belom,” jawabnya singkat sambil menahan ketawa melihat cairan putih bening alias iler mengalir dari bibir ke pipinya.

“ada yang lucu?. Lo hampir mati tadi peaa” gerutu anggit kesal menggerutkan dahinya. Ansel pun menjulurkan jarinya mengusap iler di pipinya tanpa jijik sedikit pun dan menunjukan ke anggit.

“hahahah, assh awh awh assh” ketawanya bercampur nyeri saat wajah anggit berubah menjadi merah.

“Lo bisa jalan?” angguk ansel,

“Tapi belom bayar pemgobatannya”

“udah gue bayar kok, gak usah ganti” anggit langsung kasih kaos yang ansel pakai, noda darahnya sudah ia bersihkan. Dan sementara tak masalah.

“kenapa?”

“soalnya pake duit lo, taksi, klinik, sama beli nasi goreng” ansel langsung merogoh kantongnya dan benar uang yang ia pisahkan tak ada.

“ini sisanya, gak bakalan gue tilep duit segitu” anggit memberikan sisanya lengkap sesuai pengeluarannya. Sekitar tiga ratus empat puluh empat lima ratus rupiah.

“gue utang kalau gitu, lo gak iklas duit gue pake buat beli nasgor” sindirinya sangat halus terhadap ansel sampai

“ikhlas kok, makasih banget malah” ansel langsung mengusap rambutnya.

“gue bukan bocah kali. Di usap gitu”protesnya langsung menggerakan kepalanya ke kiri ke kanan agar ansel menyudahinnya.

Dengan sedikit tertatih ansel berjalan keluar klinik, kaki kananya terasa sakit saat menapak sepenuhnya.

“Yakin lo bisa jalan” tanya anggit lagi

“Ia. Bisa pelan-pelan” tubuhnya sedikit sempoyongan. Anggit dengan sigap menopang tubuhnua.

“jangan sok kuat deh,, sok banget jaga image di depan gue” omongan anggit benar- benar membuat ansel tak bisa berkata apa-apa. Memang ia memaksa berjalan agar di depan mata anggit dia cowok yang kuat. Tapi hasilnya berbeda sekarang.

“kita kemana?” Tanya ansel sambil di topang anggit menarah ke kontrakannya.

“ke kali buat buang lo, biar gak nyusahin gue lagi” jawabannya spontan.,

“lo marah gara- gara nasi goreng?” anggit tak menjawab,

“Ya tuhan.. Beneran ikhlas gue.. “ desisnya

“Sssttt.. Jangan berisik ah, udah mau sampai” potongnya saat masuk ke gang dan masuk ke lokasi kontrakan yang berjajar dari ujung ke ujung.

“pegangan ke tembok dan jangan berisik’ pinta anggit merogoh kantongnya membuka kunci kontrakannya.

“sampai,” gumamnya ke ansel, ia kembali menopang ansel dan langsung merebahkan di kasurnya, dengan perlahan. Ia baru sadar ansel gak memakai sendal. Tanpa sadar Anggit memeperhatikan dari atas sampai bawah, terutama wajahnya yang kini mulai membiru cukup banyak di wajah ansel.

“Heee, langsung tidur lagi? “

“terus aku tidur dimana” memang kasur anggit cukup satu orang aja. Di tambah ansel berbaring disana sudah tak ada tempat tersisa.

“oh ia lupa” anggit di titipan salep luka lebab oleh dokter klinik. Ia meminta mengoleskan saat luka memar sudah mulai terlihat.

“issh.. Kenapa gue yang jadi rempong ngurusin dia” protesnya ke diri sendiri saat ia mau mengoleskan salep nya. Walau akhirnya anggit melakukannya, mengoleskan.

“ish tuh dokter nyebelin juga ya, kenapa gak sekalian di bersihin mukanya” protes anggit lagi sebelum mengoleskan salep, ia membasuh dengan kain basah.

Orang bilang kalau mau melihat wajah asli seseorang harus lihat pas dia tidur. Anggit terpaku melihat wajah ansel yang terlelap.

“Ganteng juga” gumamnya pelan, tangannya dengan perlahan menyeka wajahnya. Dan terlihat bersih anggit langsung mengoleskannya.

“Ssshhh” tiba-tiba ansel meringis pas anggit mengoleskan salep di dekat bibirnya, anggit melakukan lagi untuk membuktikan kalau ansel pura-pura terlelap atau ngak.

“awas aja boong, aku teken semua itu yang biru-biru” anggit langsung menekan luka lembam di pipinya. Tapi tak ada reaksi sama sekali. Dan di bibir pun sama tak ada ringisan. Bearti ansel benar- benar tertidur.

Bersambung...



#Note, update sedikit ya huu.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd