Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri


Enam​

Semalaman ansel tidur telanjang buat dengan cece niaa, saat bangun posisi mereka berdua saling berpelukan seolah sepasang kekasih sungguhan.

“uhhmm, jam tujuh,” lenguh ansel menggeliatkan tubuhnya sebelum bangun, ia melihat cece nia masih tertidur pulas,

“empat satu, ternyata” gumamnya senyum kemenangan, ansel memang sering menghitung jumlah lawanmya saat klimaks. Dan kebanyakan dia sekali klimaks,

“udah lama gak tidur di tempat yang empuk gini” ansel bangun menarik selimut yang menutupi tubuh cece nia

“bodynya bagus juga, gue entot lagi marah gak yah” ansel siap-siap meregangkan kedua kakinya, saat mau melakukannya, ansel menghetikannya dan memilih ke kamar mandi buat mandi, ansel lupa dia harus menjual jam tangannya.

“Ohhh segarnyaaaaa” ia merasakan kehidupan sebelumnya kembali walau sesaat, tubuhnya terasa lebih segar sekarang.

“mau pulang lo?” suara cece nia yang masih telanjang di belakangnya.

“hmm, iah,” cece nia mendorong ansel saat mau keluar dari shower, dan kembali menyalakan showernya,

“nmcchh mcchb mcch” bibirnya langsung melumat bibirnya, ansel memabalas dengan remasan di pantatnya

“mau gue entot lagi?” bisiknya langsung meremas buah dadanya dengan pelan,

“siapa takut, “ ansel langsung membalikan tubuh cece niaa membelakangi tubuhnya, tangannya kembali meremas buah dadanya, dan satunya mengelus belahan vaginanya. Rasanya romantis melakukan hal seperti ini dengan siraman air dari shower, membuat sensasi sendiri.

“enggghh “ tubuh cece nia langsung di pepet ke tembok shower yang terbuat dari kaca. Pinggulnya di tarik sedikit,

“blesssssh” penis ansel perlahan masuk, terasa masih susah karena cece nia belum mengeluarkan cairan pelumasnya. Ansel berjongkok untuk melumat vaginanya, jari-jarinya juga bermain mencari klitorisnya.

“ohhhhhhh asialaann ngghh” racau cece niaa mendongakan kepalanya sambil berpeganan ke dinding kaca. Terasa sudah basah, ansel langsung memasang penisnya,

“nggggghhhhh aahh” lenguh nafas cece niaa saat penis ansel masuk secara perlahan,

“plaaakk” tamparan di bongkahan pantanya, sesekali ansel menghentakan penisnya dalam-dalam. Desahan dan lenguhan yang terdengar di kamar mandi. Ansel terus menekan tubuh cece nia sampai benar-benar tubuhnya terlihat tertekan dari luar kaca.

“aaahhhh, dikit lagii lagii ohh” racaunya, ansel langsung mencabut penisnya dan berjalan keluar shower.

“issh gila lo, nanggung banget” rengek cece nia pegang tangan ansel pas mau keluar.

“heehhe, mau diapain?” tanya ansel senyum.

“masukin lagiiii” lirihnya,

“oke, sebelum itu, soal anggit gimana?” ansel memeluk pinggang cece nia kembali ke dinding kaca.

“itu masalah gampang, gue cariin pengantinya, satu atau tiga hari udah ada” bisiknya menarik tangan ansel mengelus vaginanya yang terasa masih basah.

“dan syarat seratus potong?” jari-jari ansel kembali bermain di buah dada cece, dan juga vagiannya, sebelum menjawabnya cece niaa mendesah panjang.

“gue ilangin ngghhhh” ucapnya, ansel tiba-tiba langsung melumat bibirnya lembut, tangan kanannya mengangkat kaki cece nia, dan memasukan lagi penisnya perlahan.

“ohhh yeaahhhh,, “

“mau di apain?”

“entpttt gueeee” racau sudah tak karuan.

“yang kerasss dong” pinta ansel menggerakan penisnya yang hanya sebatas kepala penis aja. Walau sesekali ia menekannya dalam-dalam dan kembali mencabutnya sebatas kepala penis.

“ENTOTT GUEEEEE!!” jerit cece nia keras, ansel tersenyum mendengarnya langsung mengangkat kedua kakinya,

“oohhhh siiittthhhtt,, aahhhh” desahnyaa tak karuan saat dengan agak kasar ansel mengenjotnya agak cepat dengan posisi seperti ini.

“ohhh ya ya ya ya” tangan cece mrangkul leher ansel, yang tak lama langsung mulutnya langsung di sumpal oleh ansel dengan bibirnya. Dan akhirnya cece nia memeluk erat ansel, di ikuti tubuhnya yang begetar hebat, untungnya ansel bisa menahannya membiarkan cece nia menikmati klimaks di posisi seperti ini.

***​

“huaaaa kesiangan lagiii” pekik anggit melihat sudah jam delapan pagi, ia kembali buru-buru mandi, tapi untungnya dia tak lupa memakai dua lapis tangtop dan kaos.

Dan sesuatu yang gak di harapkan terjadi, jalanan kembali macet seperti kemarin-marin, anggit terpaksa turun dari angkot, walau masih setenah perjalan lagi.

Anggit memilih jalan kaki, sambil memberitahukan cece nia kalau dirinya bisa sampai jam sembilanan lewat, bahkan lebih.

Dari jembatan penyebrangan bisa di lihat kemacetan takarja yang semakin parah, tak bergerak sedikit pun. Dan tepat jam setengah sepuluh anggit sampai, hampir semua toko sudah buka, hanya tokonya yang belum buka.

Tak ada kabar cece nia, karena sudah hampir jam dua belas dia belum datang, apa mungkin karena kelelahan semalam, anggit memutuskan video call cece nia.

“di angkat” anggit langsng duduk,

“cece ada dimana?” tanya anggit pas sudah tersambung, tapi anggit melihat suasananya masih seperti di hotel.

“masih disini nggit hehe,” jawabnya dengan cairan putih membasahi wajahanya seperti malam, tapi cairan putihnya masih terlihat baru, bukan yang semalam.

“hee? Masih itu?”

“hehehe, gue gak ke toko kayaknya, lemas banget hari ini,” jawabanya sambil melumat penis,

“ohh gitu, ya udah ce, ada yang belanja”, anggit langsung mematikan videocallnya, kalau lebih lama bisa-bisa ia kembali horny,

Anggit mencoba kembali cara yang di lakukan ansel, ia menarik lagi meja untuk meletakan beberapa pakaiannya.

“masih ada enam hari lagi” ucapnya penuh kepercayaaan diri ia bisa melakukannya menjual 98 potong pakaian lagi.

“ayooo kakak, pakaiannya di pilih” teriak anggit dengan semangat, entah hasilnya bagaiamana, yang terpenting dia telah mencobanya.

Yang hal di pelajari hari ini oleh anggit, melakukannya sendiri benar-benar melelahkan. Dan apa lagi ucapan ansel yang mengatakan dirinya di peralat oleh cece niaa.

Dan sekarang sudah hampir dua jam melakukannya, hanya satu potong pakaian. Walau terlihat ramai tapi banyak yang hanya melihat ukuran dan tak jadi beli.

“buat lo, belum makan siang pasti” sosok yang buat anggit kaget lagi, yaitu ansel berdiri di sampingnya membawa kotak makanan.

“aaahh!”

“kenapa sih lo dateng dari samping gue terus!” omel anggit mengelus dadanya yang benar-benar terkejut.

“siapa suruh bengong, kayak bagong” anggit hanya mendesis kesal mengambil bungkusan makanan yang berisi nasi goreng.

“gimana hari ini?” tanyanya, membuat anggit menggerutkan dahi.

“issh, lo pikir lo boss nya nanya gitu?” sikap juteknya kembali muncul, ansel hanya tersenyum melihat anggit bersikap seperti itu. Ia langsung kembali melihat isi tasnya yang ternyata aman, anggit tak membukanya sedikit pun

“apaan itu?” tanya anggit yang di belakang ansel.

“hee?” ansel langsung menutup rapat-rapat tasnya.

“ya udah, gak mau kasih tau, gue gak nyalahin kalau gue buang nanti” ancam anggit dengan nada serius,

“ia iah, ini jam koleksi gue, nih liat”

“ingettt bbukan hasil maling oke!” potong ansel saat anggit mau berbicara, pasti anggit mau bilang kalau jam tangannya hasil dari maling.

“masa?”

“kalau hasil maling, gak bakal ada surat pembeliannya” tunjuk ansel ke surat pembeliannya, anggit hanya mengangguk, padahal ia tak paham apa maksudnya ansel.

“terus kenapa lo gak jual, buat bayar utang?” tanya anggit lagi jadi penasaran, ansel sendiri lupa alasan dia menghidar karena adanya hutang.

“ohh itu, gue udah bayar lunas tinggal bunganya,” ansel terlihat agak gugup, untungnya anggit mengangguk paham.

“oh ia, pulang dari sini, gue ketemu sama orang yang kemarin mau kejar lo” langkah ansel terhenti saat ia mau keluar toko.

“terus?”

“yah, kemungkinan besar lo bakalan ketemu, dan gue gak mau kebawa-bawa sama urusan lo” anggit menghela nafas panjang.

“iah,, gue janji, “ senyum ansel membuat anggit langusng menundukan kepalanya, ia merasa tatapannya bisa membuatnya salah tinggkah, tatapan seolah tulus dengan apa yang ia ucapakan tadi.

“oh ia, besok gue bantuin lo, hari ini capek banget gue rasanya, sekalian mau jual jam lagi” ansel melangkah tanpa menoleh ke belakang, ia benar-benar sangat lelah.

Dan kalau berbicara puas, ansel jarang merasa puas, di antar dua belas tantenya hanya ada satu tante yang bisa membuatnya puas. Yaitu tante sinta. Tapi untuk hari ini, kepuasan itu datang lagi dengan cece nia.

Penisnya terus berkedut dengan membayangkan pertempuran tadi malam dan pagi hari, selain itu terbayang juga wajah anggit.

“gak usah bantuin, kayaknya gue gak bakalan bisa pulang,” ansel tak menjawab, tatapan kosong seperti sedang mengkhayal.

“heellooo” lambaian tangannya di depan wajah ansel, tapi tak ada hasil.

“lo kenapa, senyum sendiri?” ansel lupa kalau ia masih di depan toko,

“ngak, ngak kok” ansel tersadar dari lamunannya langsung menggelengkan kepalanya, gak biasanya ia bisa melamun seperti ini.

“tadi ngomong apa?”

“gak usah bantuin, tahun depan aja gue pulangnya, “ senyum anggit seolah ucapannya sudah ia pikirkan matang-matang sebelum ia bicara.

“haa? Kenapa?”

“gak yakin ajah, gue gak bakalan bisa pulang ” senyumnya lirih, pasrah apa yang akan terjadi.

“kita taruhan, gue bisa buat lo pulang, dalam minggu ini” ansel menundukan kepalanya mendekatkan wajahnya ke anggit, wajah anggit langsung berubah merah saat wajahnya hanya beberapa centi.

“jadi jangan kwahtir oke” rambut anggit di usap-usap beberapa kali sampai rambutnya agak berantakan.

“isssshhh” kepalanya menggeliat sambil mendesis kesal di perlakukan seperti itu, anggit merasa ia seperti anak kecil yang di usap-usap rambutnya. Di saat itu juga ansel langsung pergi entah kemana.

Sedangkan anggit masih bingung dengan ucapan ansel, walau masih ada lima hari lagi. tetap saja itu hal yang mustahil.

“apa jangan-jangan di beli seratus potong?” bisa aja seperti itu, karena ansel mau menjual jam tangannya,

“gak bakalan gue terima kalau dia beli” anggit merasa itu bantuan yang tak di harapkan, andai benar, anggit benar-benar tak mau menerimanya. Walau ia benar-benar ingin pulang kampung,

***​

Ansel berjalan santai sebelum memasuki toko jam tangan yang kemarin ia menjualnya, kali ini ia berharap mendapat harga bagus karena jam yang akan di jual cukup mahal, ansel berencana menjual di seluruh mal yang berbeda untuk menghindari kecurigaan.

“siang mas”

“iah, ada yang saya bisa bantu?”

“ini, mas jam tangan yang saya bilang kemarin,” ansel langsung kasih box jam tangannya. Tak lama keluar seperti kepala toko yang membukanya. Dia melirik dengan tajam ke arah ansel.

“asli kok, ada nota nya, gak yang kayak kemarin” ucap ansel ketika orang itu ragu terhadapnya. Gak lama orang itu menelpon seseorang.

“tunggu sebentar yah, pemilik toko mau datang” ucapnya kasih minuman dingin.

“ok saya tunggu” ansel duduk menghadap pintu luar, disana ia melihat seperti dua orang satpam berjalan ke arah toko jam tangan.

“aduh, saya sakit perut mas, nanti saya balik lagi yah” ansel langsung mengambil box jam tangannya, dan berlari keluar seccepat mungkin.

“siaaal, harusnya gue jual ke mal lain, pasti di sangka gue maling” gumamnya kesal berlari sejauh mungkin, dan benar dua satpam langsung mengejar saat melihat ansel berlari keluar toko.

Entah kemana ansel berlari yang jelas kali ini udah aman, ansel sudah berada di luar mal, oke mal di depannya.

“haaa ... haa.. haaa” nafasnya terengah berlari tanpa arah.

“kalau begini caranya bakalan lama gue jualnya, setengah harga udah bagus,” desisnya memegang pingangnya mengambil nafas dalam-dalam.

Ansel langsng melihat mal lainnya, sepuluh menit dari mal sebelumnya, itu pun harus naik kendaraan umum lagi.

di lain sisi, anggit duduk tak bersemangat menawarkan pakaiannya. Bukannya karena ia percaya ucapan ansel, melainkan tak semangat ia harus menerima hasil ia tak bisa pulang kampung. Walau ansel sudah memberitahunya pasti membuatnya pulang kampung, tetep aja, ia tak percaya akan hal itu.

“dia gak pulang kesini kayaknya” anggit langsung mau menutup tokonya, tapi orang itu datang lagi,

“nia ada?” tanyanya dengan wajah seperti kemarin, panggil saja wajah mesum.

“cece, gak masuk, di rumahnya kayaknya” jawab anggit cuek.

“ohhh,” cowok itu mencegat saat anggit keluar dari tokonya,

“mau kemana?”

“pulang hehe”

“eitzzz,” cowok itu langsung mendekap anggit masuk ke dalam tokonyan, tanganya juga menutup mulutnyaa. Rolling door pun di tutup walau tak rapat, tapi cukup untuk orang tak curiga.

“mau apaaa... jangan macam-macam ya” anggit mempunyai feeling yang gak enak,

“inii” dia langsung menunjukan satu bungkus kondom,

“cece nia bilang, aku boleh main sama kamu” senyumnya langsung mendekati anggit yang mundur dengan perlahan.

“haa? Gak mungkin lah,”

“aku masih bocah tau, gak kayak cece nia” ucap anggit cukup panik.

“gak apa-apa masih sempit kok, itu cukup”

“aaaahhhh~~” jerit anggit, berusaha melepaskan kedua tanganya, cowok itu berusaha mencium bibirnya, tetapi dengan lincah anggit menghindarinya.

“rsaiin~~!” anggit berusaha menendang selangkangannya, tetapi itu hal yang sia-sia cowok itu menahan tendangannya.

“kecil-kecil ganas yah, pasti enak lepitannya” senyumnya semakin mesum, anggit terus berusaha. Sampai bibirnya mengecup, menjilat lehernya.

“aaasssshhhh” desahnya pelan, mendengar desahan dari anggit, cowok itu semakin beringas. Membaringkan tubuh anggit di lantai.

“tolonngggg~~~” jerit anggit,

“plaaaakk~~” tamparan cukup keras tepat di pipinya membuat anggit langsung terdiam, tubuhnya juga langsung seolah tak bertenaga.

“Diem, percuma lo teriak. Gk ada yang denger!!!,” ancamnya dengan tangan mau siap menampar lagi.
Pertama kalinya anggit merasakan tamparan di pipinya, rasan nyeri sampai ke dadanya. Matanya pun memerah.

“nah gitu, diam, biar cepet selesai” ucapnya lagi bersiap membuka celana anggit.

“sreeeeekkkkkkk” rolling door tiba-tiba terbuka, dengan tatapan kosong anggit melihat kearah ansel yang datanh tepat waktu.

“ngapain cewe gue lo? HAAAAA?” teriak ansel yang baru saja pulang, ia gagal menjual jam tangannya, karena tampangnya sekarang tak mendukung orang mempunyai duit.

“cih, sejak kapan ini bocah punya cowok?” cowok itu langsung berdiri.

“udah lama lah, emang dia punya cowok harus di umbar?”

“lagian udah guee entot, gak bakalan ngejepit tuh kontol lo” balas ansel tak kalah nyolot, ucapan bohongnya terasa seperti benar di kuping cowok itu.Ansel jalan mendekat ke arah anggit untuk berdiri.

“kenapa? Gak percaya, ha?” ansel langsung memeluk anggit dari belakang, tanganya meremas kedua buah dadanya, anggit langsung memejamkan matanya,

“acting aja, kayak kemarin” bisik ansel mencium tengkuk lehernya.

“aaahhh, beb jangan sekarang” ucap anggit begitu saja.

“percaya gak ha???” raut wajahnya begitu kesal, cowok itu berjalan keluar toko,

“lo pikir anggit masih perawan?? udah gue pake tiap malam!!!” ucap ansel keras, dan tersenyum saat melihat wajah kesal cowok itu, apa lagi anggit bisa acting sekarang.

“ayo beb kita ngentot sekarang” ansel terus mengompori sampai ia benar- benar keluar toko. dan sesekali menoleh kearahnya.

“aaawwwhhhhhhhhhh sakiittt” teriak ansel tiba-tiba, anggit menginjak kakinya. Karena tangan ansel terus meremas buah dadanya.

“issh galak banget sih” desisnya memegang kakinya.

“mau ambil kesempatan lagi ha?” kali ini anggit lebih berani, ia tak mau kejadian seperti kemarin terulang.

“yeee, kalau gak gitu, lo bakalan di perkosa kali” protes ansel, memegang kakinya yang terasa nyeri.

“isshh” desisnya kembali jutek. Tanpa sadar puting anggit terasa mengeras saat ansel meremasnya dengan lembut. Ia tau ini semua cuman acting semata.

“makasih” ucapnya pelan sampai tak terdengar, ia tak berani mengucapkan secara langsung. Andai ansel gak datang bisa aja anggit di perkosa, di dalam toko. Apa lagi teriakannya tak ada yang memperdulikannya.

“makasihhhh” ucapnya agak lebih keras, ini membuat ansel yang sibuk membongkar tasnya menoleh kearahnya.

“apa gak denger gue” ansel sengaja melakukannya.

“gue terima kasih soal tadi” kali ini lebih jelas, membuat ansel tersenyum

“jangan sekarang, terima kasih kalau ucapan gue beneran bisa buat lo pulang kampung” ansel berdiri di hadapannya. Anggit terpaksa mendongakan kepalanya sedikit.

“gak percaya,” jawabnya datar.

"pipi lo mereha kenapa?" elus ansel, dan anggit meringis, dengan cepat ia menepisnya.

"lo tampar?" anggit terdiam, ia menuduk pelan.

"anjingg,, bangsat kenapa gak bilang?? tadinya harusnya gue hajar itu orang!!"

"gak usah, gue gak mau terlibat masalah lagi, cukup sampai sini aja, kok" senyum anggit sambil memegang ujung baju ansel yang hendak mau mencari cowok itu.

"lo terlalu polos banget anggit, kalau bisa di bilang polos sama bego beda tipis" ansel seolah bisa apa anggit rasain,

"biarin, ini lebih baik daripada gue di perkosa kan?" senyumnya sambil menghela nafas panjang...

“kita taruhan” ucap ansel tiba-tiba

“apa?”

“kalau ucapan gue bener lo bakalan pulang kampung, lo harus kasih sesuatu ke gue”

“dan gue salah, gue bakalan turutin kemauan lo, gimana?” tawar ansel, ia tak mungkin menjelaskan soal anggit bakalan bisa pulang kampung.

“okeh,” jawab anggit pasti, entah ia paham atau ngak.

“deal” ansel berjabat tangan dengan anggit sebagai janji mereka berdua, anggit pun langsung keluar toko dan menutup rolling doornya. Sebelum pulang anggit masih berdiri di depan toko.

Tatapannya kini mengarah langit-langit, ia kembali mengingat yang terjadi hari ini. entah kenapa dia mau turutin ucapan ansel, walau memang demi hanya acting saja, tapi ia benar-benar tak keberatan melakukannya. Sama seperti saat di tangga ia, ia tak bisa menahannya.

“isssshhh gak mungkin, masa gue suka sama dia?” gumamnya memegang kepalanya berjalan turunin tangga. Setiap langkah bayangan ansel gak mau hilang.

Tiba tiba anggit merasakan perutnya mules memikiran ansel, dengan langkah cepat anggit langsung ke wc yang sudah terlihat gelap.

“Bodo amat lah.. Mulesss” gumamnya langsung masuk ke dalam wc.

“AAHHHHH, legaaaaaa” nafas leganya di ikuti pikirannya yang lebih tenang, seolah pikiran tentang ansel ikut keluar bersama tai. Perasaan yang campur aduk lebih baik di buang terlebih dahulu.

Dan kali ini pintu keluar mal tak ada dua orang itu, mungkin mereka akan datang satu atau dua hari lagi. tak ada yang ia kwahtirkan saat ini,

Kali ini Langit malam juga lebih teduh dari biasanya, bulan pun bersembunyi di balik awan. Senyum lepas anggit yang terpaksa memberitahukan mama nya soal ia akan pulang atau tidak,

Bersambung....


#note update dikit ya hu........ terima kasihh.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd