Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Delapan



“ngghh” desis ansel merasakan wajahnya cenat cenut bergantian di setiap lukanya. Hal itu membuat ansel terbangun.

“anjirrr nyeri bangettt..asssshh “ semakin di rasakan, rasa cenat cenutnya semakin terasa. Dengan perlahan ansel bangun dan bersandar di tembok.

“Asshh perihh” ia juga merasakan perih di punggungnya.

“jam tiga pagi” ucapnya pela, Ansel menyadari anggit tidur di samping kasurnya sendiri dengan beralaskan kain dan bantal kepala.

Ansel merangkak untuk duduk di pinggir tempat tidur, ia kembali merasakan punggungnya semakin terasa panas dan nyeri. Merasa membaik ansel mengangkat tubuh anggit ke kasurnya.

“Kecil-kecil berat banget badannya” bukan berat melainkan kondisi ansel yang membuatnya terasa berat. Anggit langsung di rebahkan di ujung kasur.

“Gak pake bra ternyata” anggit hanya tidur menggunakan tangtop dan celana pendek. Hawanya sedikit gerah karena hanya pakai kipas angin.

Ansel melihat sekeliling kontrakan anggit yang tak terlalu lebar. Sekitar tiga meter persegi dengan dua ruangan. Ruangan kamar mandi sekaligus dapur dan ruang buat tidur seperti ini menjadi satu.

“Jadi inget dulu” senyumnya mengingat masa lalu yang pernah mengalami seperti ini. Bahkan lebih buruk dari ini. Ansel langsung membaringkan tubuhnya di samping anggit, ia membatasinya dengan bantal guling. Walau terasa sempit, tapi ini cukup.

Pagi pun tiba.. kini sudah menunjukan jam enam pagi,

Di lain sisi kebiasaan anggit saat tidur adalah gak mau diam. Termasuk sekarang, kini tangannya merangkul leher ansel yang tidur terlentang.

“buburnya yang buanyak ayamnyaaa” racaunya terus memepetkan kepalanya sampai wajahnya menempel di pipi ansel

Ansel membuka matanya perlahan, ia terbangun karena merasakan ada sesuatu seperti meniup-niup pipinya. Saat ia menoleh bibirnya menyentuh bibir anggit beberapa detik. Ia mendiamkan sebentar menatap anggit yang masih tertidur pulas.

“anak baik, ucucucucucum nyam nyam” anggit kembali menggiau sambil mengussap-usap kepala ansel, ansel memejamkan matanya sejenak, tak ada tanda-tanda ia kembali membuka matanya, dan melumat lagi bibirnya pelan,

“kalau di lihat cakep juga ini anak, toketnya juga udah lumayan,” ansel tersenyum mengingat kembali tangannya meremas buah dada anggit sebanyak dua kali, tanganya reflek kembali meremas buah dadanya,

“aawwhh shittt,” tiba-tiba pergelagan tanganya terasa nyeri saat di gerakan, ansel memilih menyudahinya, ia langsung bangun kembali perlahan, menahan rasa nyeri lagi yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Dengan bertumpu di tembok, secara perlahan ansel berhasil berdiri. Ansel merasakan berdiri saja seperti seperti berlari seratus meter, keringetnya mengucur dari dahinya.

“aah shitt, sakit bangett” racaunya memakai bajunya yang ia lepas tadi, ansel berjalan keluar kontrakannya untuk mencari sarapan.

“kerrurkk rrurrkk” walau tubuhnya sakit, tapi perutnya masih normal, perutnya keroncongan melihat abang bubur yang baru saja sampai.

“bang aw awh” memanggil orang pun terasa nyeri, dengan tertatihh ansel memaksan diri untuk menghampirinya.

“bang satu, makan sini” ucapnya meringis.

“habis di gebukin mas? Tanyanya.

“ngak bang, habis ngejar layangan” jawab ansel, abang bubur hanya tertawa kecil mendengarnya.

“satu bang di bungkus, lengkap pake tusukan”

“oke siap” semakin agak siang, semakin ramai. Ansel cepat-cepat mengabiskannya, untungnya saat mengunyah tak merasakan nyeri, hanya bagian pipinya saja menjadi nyeri.

“dua puluh mas” ansel berjalan tegap, menahan kaki kanannya yang sakit saat beberapa wanita muda melewati kearahnya menuju abang bubur. Seolah dirinya sudah sebmbuh. Setelah tak ada yang lihat ansel kembali tertatih menuju kontrakan anggit lagi.

“kreeekk” sebelum ansel membuka pintunya, anggit lebih dulu membukanya, wajahnya seperti panik.

“issshh” desisnya menarik tangan ansel masuk ke dalam.

“ada yang liat gak tadi?”

“ngak tau, kenapa?, muka lo panik gitu? Cariin gue?” tanya ansel

“ihh geer, gue takut ibu yang punya kontrakan liat lo masuk ke kontrakan gue, itu aja kok, ngapain panik liat lo pergi” seperti biasa anggit menjaga imagenya sambil membuang muka.

“ohh, ini bubur ayam, gue butuh perjuangan tau beliin buat lo” senyum ansel sebentar, dengan ragu-ragu aggit mengambilnya.

“makasih”

“sama-sama”

“eeh ehh ngapain jangan di buka perbannya” pinta anggit, saat ansel membuka perban di punggungnya.

“gateeelllll~~”

“lo gak tau? Itu luka sobek, punggung lo di jait,”

“serius di jait?”

“iah, makanya jangan di buka, nanti gue suruh dokter jait pake jarum karung!!” anggit langsung makan buburnya dengan lahap. Ansel kembali mengingat kejadian tadi malam, saat ia terjatuh menimpa tong sampab dan ada seseorsang membalikan tubuhnya, sekaligus menyeretnya. Itu penyebabnya punggungnya sobek.

“kretakk bruugg” pintu kamar mandi anggit copot pas ansel mau membukanya,

“kenapa itu?” tanya anggit.

“hehe pintunya copot, tadi agak keras, gue dorong dikit copot deh” jawab ansel dengan wajah berusaha senyum, lagi pula memang ansel tak memakai tenaga mendorong pintunya.

“boong lo gak pake tenaga” protesnya,

“ini liat, engeselnya udah karatan, wajar aja copot, udah tua”

“kayak lo tuaa,” sahut anggit kembali melanjutkan makan,

“lo bocah”

“gue udah enam belas tahun, udah gak bocah yahh”

“gue dua puluh empat tahun. Gak tua ya”

“ya udah tua lah, beda umur aja delapan tahun” ansel menarik nafas dalam-dalam walau agak sesak. orang yang berani berdebat dengannya, kebanyakan wanita yang berdebatnya di selesaikan di ranjang.

“lagi marah gitu lebih cakep, “ gumamnya sebelum masuk ke kamar mandi,

“ssserrrrrrrrr” suara air kencing masuk ke lobang closet. Anggit tak sengaja melihat cukup jelas penis ansel yang setengah tertidur, walau hanya setengah penisnya yang terlihat itu cukup membuat anggit berbalik arah, pura-pura kembali tak melihat.

***

“gue mau kerja dulu, lo jangan keluar kontrakan sampai gue pulang oke” pinta anggit saat sudah rapih, ansel mengangguk pelan. Pemandang yang terlewatkan saat anggit memakai pakaianya di dalam wc, padahal ansel sudah berpura-pura tidur agar bisa mengintip anggit berpakaian.

Angit berangkat agak was-was, meninggalkan ansel di kontrakannya sendirian pikirannya soal dia yang akan bongkar isi lemarinya,

“gak mungkin, dia babak belur gitu, mana bisa bongkar, awas aja kalau acak-acak,” anggit mencoba menenangkan dirinya sendiri,

Anggit melakukan pekerjaan seperti biasanya, ada yang berbeda, cece nia datang dengan dua orang baru, cewek cowok,

“ini mereka yang gangtiin kamu anggit, jadi jangan pikirin disini oke” senyum cece nia. Angggit langsung berkenalan dengan mereka berdua, anna dan joni,

“oh ia kamu udah tentuin jadwalnya?”

“belum cece, hari ini anggit cari” angguknya, angit langsung membantu dua orang barunya soal harga, Untungnya mereka punya pengalaman di toko pakaian, jadi hanya harga yang anggit beri tahu.

Di sela-sela membantu, anggit mencari jadwal pernerbanganya ke seberang pulau, yaitu kalimantan. Dan hari ini belum menemukan harga yang cocok dengan kantongnya.

“aahhh pegel, pulang dulu” anggit menggeliatkan badannya, hari ini tak terlalu lelah karena kerjaan anggit hanya duduk seharian. Dan bisa meninggalkan toko tanpa harus menutupnya. senyum anggit merasakan posisi cece nia sementara.

“haa dua orang itu lagi kan??” anggit terkejut saat mereka melangkah kearah tokonya, ia berjalan cepat memutar ke arah tangga darurat,,

“aah aahh aahh ssh aaah” suara desahan cukup keras, anggit mulai turun perlahan, ia melihat cece nia sedang berpegangan di pinggiran tangga dengan kaki di angkat satu.

Anggit langsung berbalik arah, tetapi dua orang itu sudah berada di belakangannya, menatap angggit dengan tajam.

“permisi” keberuntungan berpihak kepadanya, dua orang itu tak mencurigai anggit lagi, mereka berdua langsung menuruni tangga kearah cece nia dan cowok barunya.

“AAHHHH siapa lo” suara teriakan cowok, dan juga teriankan cece nia, anggit dengan langkah setengah berlari langsung keluar dari mal, anggit merasa orang itu masih mencari ansel.

Sesampai di kontrakan anggit langsung menutup pintunya rapat-rapat, itu membuat ansel terkejut karena ia baru saja bersih-bersih dan hanya memakai handuk.

“aaahhh,!!!” anggit menjerit sambil menutup matanya, ansel pun segera masuk kembali ke kamar mandi,

“buggggg” suara ansel jatuh begitu keras sampai anggit membuka tangannya, setengah tubuhnya di luar pintu kamar mandi.

“lo gak apa-apa?” tanya anggit tak sengaja menoleh,

“ahh auuhhhhh” jerit ansel, handuk yang ansel pakai ternyata menyangkut di engsel yang copot, kini ansel terjatuh tanpa mengenakan handuk salam sekali. Ansel hanya meringis memegang pinggulnya.

Sambil membuang muka, anggit menutup selangkangan ansel yang terlihat sangat jelas, penis yang setengah terbangun dengan kepala penis yang botak mengkilap.

“salah lo sendiri, rusakin engesel pintu, jadinya kena sendiri” ucapnya meposisikan ansel duduk di depan pintu kamar mandi.

“kok gue?, lo yang datang tiba-tiba, apa lagi ini handuk kekecilan pula” balas ansel, melilitkan handuknya lagi, dengan bantuan anggit ansel bisa berdiri sambil berpegangan tembok.

“ya salah sendiri” anggit benar-benar tak mau di salahkan, kalau ansel tak merusak engsel pintunya, kerjadian ini tak akan pernah terjadi.

“lo ada celana atau kaos gak?”

“gak ada,” jawabnya masih kesal ke ansel,

“ ya udah gue telanjang aja” ansel memasang aba-aba membuka handuknya.

“mau apa lo? Jangan gila deh,” protesnya melihat tangan ansel benar-benar membuka ikatan handuknya.

“aahh,, iah ada ada, “ pekik anggit cukup keras, saat ansel benar-benar membuka handuknya. Menunjukan penisnya yang tertidur.

“mana?”

“ada kantong plastik” ucap anggit sekenanya mengintip dari sela-sela jari yang menutup wajahnya,

“ya udah gue telanjang!” ancamnya lagi, memutar-mutar pinggangnya sampai terlihat oleh anggit penisnya berputar-putar.

“ada di lemari, hot pants mau lo?” desisnya antara gak mau liat dan penasaran menjadi satu.

“tutup, lah burung lo, gimana gue mau cari” anggit berjalan ke arah lemarinya dengan tangan di atas dahinya untuk menutupi. Saat ia mengintip dikit, ansel udah memakai handuknya lagi.

“ihhss dasasr cowok, gak tau malu” omel anggit sambil mencari hotpants yang sering ia pakai saat malam, sampai ia menemukan ukuran agak besar.

“okelah gak apa-apa,” ansel langsung mengambilnya dan langsung memakainya diam-diam di belakang anggit yang lagi cari kaosnya.

“ini kaosnya” anggit sedikit kaget ansel sudah memakai hotpantsnya, tapi itu terlalu ketat, ada tonjolan cukup besar di hotpants yang ansel pakai.

“kecil amat” protes ansel,

“bawel ihh, besok dari toko gue beliin kaos sama celana lo,” anggit membantu ansel saat ia kesusahan memakai kaos punyanya yang kecil,

“pelan-pelan, tangan gue masih sakit, punggung gue juga” anggit tak perduli memaksa sampai kaosnya masuk ke badannya. Ukurannya benar-benar kecil, membuat kaosnya di paksa mengikuti bentuk tubuhnya ansel. Tapi itu membuat anggit ada rangsangan di kepalanya.

“aneh ya?” tanyanya pas anggit melaumun memperhatikan ansel.

“iah, kayak banci” anggit menggelengkan kepalanya, membuyarkan pikiran yang membayangkan ansel menggodanya dengan menunjukan otot-ototnya,

“jahatnyaa~”

“bodo amat”

“oh ia terus gimana, target udah sampai berapa?” ansel memilih rebahan lagi kasur, tentunya sambil memegang perutnya. Anggit diam sejenak, antara ragu memberiitahukan kalau cece nia mengizinkan pulang.

“aah, gue tau udah jawbaannya” angguknya seolah tau jawaban anggit adalah hanya menjual beberapa potong, ansel sendiri berharap cece nia memenuhi janjinya,

“hmm, cece nia batalin targetnya, dia boleh gue pulang kampung” ucap anggit pelan,

“oh ya?? Kok bisa?”

“entah, gue curiga apa yang lo lakuin ke cece nia?” pertanyaan secara gak langsung menuduh ansel yang melakukannya.

“yee.. mana gue tau. Tanya aja cece nia, kenal gue apa ngak” jawab ansel bersusaha santai, sebenarnya jantung berdebar, tak menyangka anggit mencurigainya langsung.

“hmm.. tapi lo kan tampang bejat, siapa tau godain dia,” ucapnya

“tapi kalau lo yang bantu gue pulang kampung, gue gak bakalan tepatin janji gue” anggit mengerutkan dahinya.

“buktinya? Gak ada kan?” insting anggti benar-benar tajam, ansel sedikit terkejut anggit bukan cewek yang lugu seperti ia bayangkan, dia lebih dewasa beberapa tahun dari umurnya, ansel tersenyum melihat anggit seperti itu.

“tapi ucapan gue benerkan? Dan janji adalah janji?”

“iah, gue tepatin kok, gue bukan orang yang suka ingkar janji,” anggit menyilangkan kedua tanganya di dadanya.

“tapi sebelum itu, gue mau tau siapa lo sebenarnya, apa hubunganya sama dua orang itu, yang terus datang ke mal, dan lo yang babak belur”

“ha? Dua orang orang yang kemarin itu?” ansel benar-benar terkejut, bearti dua orang kemarin bukan suruhan suaminya tante sinta, melainkan ada orang lain.

“ya, orang yang kemarin kejar kita, datang lagi” jawab singkat anggit, ansel kembali tertegun karena hanya tante sinta yang mengejarnya tak ada orang lain, apa mungkin tante lainnya juga melakukan hal yang dengan suami tante sinta

“kalau gue jawab jujur, lo mau kasih apa? Bantu gue kabur dari sini?” suasana kini menjadi serius,

“tergantung, jawaban lo, gue gak mau bawa buronan” jawabnya membuat ansel pesimis, tapi dia tak bisa berbohong terus menerus. Dan pastinya anggit gak akan membantunya sekarang.

“gue bohong, gue bukan kabur dari renternir” raut wajah anggit berubah menjadi serius sekarang.

“terus?”

“gue kabur dari orang suruhan tante sinta, “

“tante sinta, siapa lagi itu?”

“haaaaa~” dengan berat ansel akan memberitahunya.

“kerjaan gue sebenernya sebagai hadiah arisan tante-tante kaya” anggit langsung melotot mendengarnya.

“hadiahnya gue puasin mereka dalam waktu satu bulan, tampai arisan di kocok ke tante-tante berikutnya”

“tapi apes, saat giliran tante terkahir, arisan kebongkar ke suami tante sinta, dan orang suruhannya cari-cari gue diaman pun berada, termasuk menyita barang gue, termasuk mobil, credit card, apartemen” jelas ansel.

“dan jam tangan sisa barang lo?” angguk ansel, anggit terdiam sebentar kini jelas apa yang maksud pembicaraanya saat meminjam teleponnya saat itu.

“cihh,,, salah nolongin orang gue” tiba-tiba anggit merasakan rasa kecewa ke ansel, entah kenapa ia merasakan hal itu, secara gak langsung anggit sudah menyukainya.

“memang, kalau gak gitu, gue gak bakalan bisa kabur”

“ucapan lo bener, gue terlalu lugu, dan gue di begoin sama lo” ucapnya menggigit bibirnya sendiri.

“gue gak begoin lo, lo yang terlalu baik jadi orang, gue gak mau buat prang sebaik lo di manfaatin orang kayak cece niaa, atau lainnya”

“lo juga manfaatin gue!” ansel berusaha bangun dari tempat tidur. Anggit tak bergeming dari tempat ia duduk.

“lo mau kemana?” tanya anggit melihat ansel berjalan berpegang ke tembok mengarah ke pintu kontrakannya.

“lo mau gue keluar kan sekarang juga?,” perasaaan anggit campur aduk, antara kesal, sedih, dan bersyukur menjadi satu. Ia tak bisa mengekpresikan apa yang ia rasakan sekarang. Yang jelas ia gak mau ansel keluar dari sini.

“gue gak nyuruh, gue belum ngomong apa-apa” ansel pun berdiri di dekat pintu kontrakannya. Udah terlanjur, ansel sendiri gak tau ekpresi anggit itu bagaimana. Ia melakukannya karena orang seperti anggit pasti kecewa dan menginginkan dia pergi.

“kenapa lo lakuin itu”

“gue gak bakal usir lo, kalau lo jujur, ini semua ulah lo kan?”

“ha haa, hahaa” ansel tertawa geli, anggit benar-benar orang keras kepala, instingnya benar-benar hebat, ansel mengakuinya soal itu.

“iah, gue yang lakuin, biar lo bisa pulang kampung, gak di manfaatin sama cece nia lagi”

“gue cuman mau balas budi, kebaikan lo, mau bantu gue walau lo bukan siapa-siapa gue” jawaban jujur dari ansel, membuat anggit terdiam. Ia teringat kembali sikap ansel yang tak memperlihatkan merugikan dirinya, tapi sebaliknya ia membantunya.

“jadi, lupain aja, soal lo mau ke kasih sesuatu, yang penting gue udah balas budi” senyumnya. Anggit merasa ucapan ansel benar-benar jujur,

“bearti, malam itu, lo sama cece nia lakuin itu di hotel?”ucap pelan anggit, ansel benar-benar tak habis pikir, harusnya ini anak jadi detektif, insting sama keras kepalanya beda tipis.

“iah, gue makaing love sama cece nia, buat lo”

“heeee, beartiii” anggit langsung menutup wajahnya, ia teringat soal manstrubasi saat video call dengan cece nia

“hahahaa, gue dah liat kok body lo remas-remas sendiri” celetuk ansel, padahal ansel tak melihatnya,

“issshhhh” pekiknya mengeeleng-gelengkan kepalanya sambil terus menutup mukanya dengan tangannya. Kondisi sekarang berbalik, anggit merasakan itu hal yang sangat memalukan sama sekali.

“lo bilang, gue masih bocah?” jawabnya. Perasaannya yang tadinya campur adik kini menjadi rasa malu sangat terhadap ansel. Entah ia gak bisa marah kali ini.

“kalau lo masih bocah, gak mungkin lo bisa mantrubasi, terus mau di perkosa kan?” anggit kembali mentutup wajahnya lagi.

“itu wajar, lo udah gede, dan gue gak berniat ngerusak lo, kayak cece nia yang emang awalnya udah doyann” sambung ansel.

“udah berapa cewek dah lo ituin”

“entah, udah banyak, selama itu hasilin duit, gue gak perduli” jawabnya santai.

“orang tua lo?”

“gak ada, gue gak punya, sejak lahir gue udah di buang ke panti asuhan,”

“ini sekarang satu-satunya barang yang berharga dari gue lahir pemberian pemilik panti asuhan, sebelum gue di adopsi” ansel menunjukan liontin bulat bewarna hijau.

“umur empat tahun gue, hampir ngebakar panti asuhan, di adopsi sama orang cukup kaya, yang ternnyata bandar narkoba”

“umur enam tahun, gue jadi kurir *****, sabu, dan lainnya,”

“delapan tahun ketauan sebagai kurir, dan kasih tau tempat bandar itu berada, yang akhirnya gue di bebasin karena sebagai kurir aja, dan masih di bawah umur”

“umur dua belas tahun, gue yang nawarin diri jadi kurir lagi,”

“umur enam belas tahun, gue ketauan sama bandarnya kasih info ke polisi, dan masuk ke tahanan anak, karena gak sengaja tikam bandar sampai tewas”

“ umur dua puluh tahun, gue cari kerjaan, dan dapat tawaran jadi pelayan sebuah bar”

“pemilik bar, mulai suka sama gue, karena tubuh gue tinggi, dan proposional dari cowok asia kebanyakan”

“dan umur segitu gue pertama kalinya namanya making love,”

“umur dua puluh dua, gue jadi gigolo di bar itu,”

“dan mulai dari sana, gue kehilangan diri gue sendiri, lakuin apa yang gue lakuin, modif mobil beli barang mahal, dan lainnya”

“umur dua puluh tiga sampai sekarang, gue jadi hadiah arisan tante-tante” senyum ansel, mengingat kehidupannya masa kecilnya yang benar-benar suram.

Selama jadi kurir, ia tak dapat makanan yang layak, tak sebanding dengan resikonya. Dan itu alasan ansel masuk penjara dan membunuh bandar narkoba, ia datang mengakui yang telah melakukan pembunuhan kepada polisi.

Anggit hanya menunduk mendengar kisah hidup ansel, ia seperti merasakan hal yang lebih susah darinya sekarang,

“kenapa lo ceritain kehidupan lo selama ini ke gue?” ucap pelan anggit. Rasanya berubah menjadi rasa penasaran.

“udah gue bilang, udah banyak gue liat orang di manfaatin gitu, terutama cewek dengan iming-iming uang”

“termasuk lo, gue gak mau aja”

“bohong” potong anggit membuat ansel menoleh kearahnya dan hanya tetawa kecil.

“Iah gue bohong, “

“gue selalu bilang masa lalu ke orang yang gue suka, biar gue langsung tau ekpresi orang itu” senyumnnya.

“haaa? Apa lo bilang?” anggit terlihat terkejut mendengarnya, ia seperti salah mendengar ucapan ansel.

“atatataaa,, sakit sakittt, uuhhhh” ansel yang bersandar di tembok mengeser tubuhnya menjadi rebahan ke kasur.

“gue jadi ngantuk, selamat malam” anggit masih terdiam, mendengar ucapannnya. Pasti ini hanya akal-akalannya saja.

“isshh” desisnya kesal.

Ansel pura-pura terpejam, ia tak bohong mulai menyukainya, ini karena anggit tak mempunyai rasa ilfeel terhadapanya setelah menceritakan kehidupannya, kebanyakan yang ansel ceritakan menghilangs satu persatu.

“terus lo gak ada tempat buat pulang?”

“he. eh” jawabnya pelan seolah-olah ansel sudah setengah sadar.

“lo bilang itu ke gue, biar gak gue usir kan?” ansel terdiam, membuat anggit terus berpikiran soal ucapannya sampai jam dua belas malam.



Anggit rebahan di samping ansel, hanya bantal guling pembatas mereka berdua. Anggit masih memandang langit-langit walau suasananya menjadi remang-remang. Ansel pun demikian ia tak tidur dari tadi, matanya juga sama menatap langit-langit.

“aneh, orang kayak lo bisa suka sama gue?” ucapnya pelan sambil mengangkat bantal gulingnya, melihat wajah ansel yang tertidur, menyadari itu ansel berpura-pura mendengkur,

“oh ia, belum di olesin salep” anggit bangun langsung mengoleskan salep di luka lebam ansel. Kali ini anggit melakukanya dengan lebih lembut dari kemarin dan sesekali ia memandang wajah ansel.

“hmm apa ini cuman akal-akalan dia pasti” gumamnya menepuk pipinya beberapa kali di lain sisi anggit memang tak tegaang ke orang yang sudah baik sama dirinya, termasuk ansel, walau masa lalu ansel yang suram.

“ah auh ahh...” anggit menutup wajahnya lagi dan berusah tidur.


Bersambung...


#note, update dikit ya hu... terima kasih...
 
naiiiis update hu..
dengan begini saya jadi tau tentang ansel..
mudah2an ansel mendapatkan ketabahan yg berlimpah..
serta anggit juga diberikan kesabaran dalam menghadapi ansel..
dan bilamana ansel dan anggit melakukan pergulatan diatas kasur..
mudah2an dilakukan dengan aman..
#sekian..

:main: :main: :main:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd