Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Terimakasih atas update ceritanya suhu @zhuquejr92 ..
Wah Ansel udah "petik mangga", hehe..
Tinggal nunggu waktunya untuk nyodoknya,
Penasaran koq punya mobil segala Mamanya Anggit,

Terus koq lapornya ke Madam Erna?
Bisa disandera nikmat nanti Ansel sama madam erna..

Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Bimabet
Lima Belas

Kini ansel mulai terbiasa dengan ruinitas yang tak menentu, melakukan pekerjaan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Terutatama bangun pagi-pagi, menimba air, membuat api dari kayu bakar.

“oh ia ngit, besok gue mau anterin mobil,” ucap ansel yang sedang membantu anggit mengupas singkong buat makan nanti siang.

“mau gue temenin?”

“gak usahlah.. Takut gue gak balik lagi kesini? “

“isssh.. “ desisnya kesal melihat tajam kearah ansel yang serius mengupas singkong.

“ya siapa tau.. Lo gak betah disini. Dan biasa aja kan? “ wajah anggit kini berubah sedikit cemberut, berpikiran kalau ansel akan pergi darisini. Entah kenapa anggit mempunyai pikiran seperti itu.

“hahahaa.” Ansel tertawa lepas melihat sikap anggit yang cemberut seperti itu.

“gue bakalan balik kok, lagian cuman antar ke kota singkawang kok, gak perlu ke pontianak” senyum ansel mengelus pipinya. Seketika raut wajah cemberutnya berubah menjadi senyum kecil.

“kamu mau ke kota singkawang?” sambung mama anggit. Ansel langsung kembali posisi semula mengupas singkong.

“iaah tante, kenapa?”

“ohh, tadi tante mau ikut, mau beli beras, minyak, dan lainnya, tapi ribet pulangnya gak ada kendaraan juga” jelasnya,

“gimana sekarang aja,? Mumpung ada mobilnya gimana?” potong anggit melihat ansel denan senyum lebar. Ansel dan anggit saling lirik satu sama lain.

“boleh deh,” jawab ansel setelah melihat tatapan anggit seolah harus menuruti ucapannya

“ya udah tamte siap-siap”

“gak usah ma, aku aja sama ansel kesana, ya ya ya”

“terus siapa yang bawa sembakonya?”

“ansel, dia kan kuat tau ma, hehehe” sambung anggit, ansel tak bisa bebicara apa-apa atau pun memotong obrolan anggit dan mamanya.

“ya udah, mama tulisin dulu yah”

“pala lo kuat, kalau kuat enjot lo itu beda cerita” bisik ansel dengan senyum gemas menatap anggit.

“hahhahaa, kan sama-sama kuat weeee” anggit menjulurkan lidahnya dan menyusul mamanya ke dalam kamar, menyesuaikan kebutuhan dengan uang yang ada sekarang. Sedangkan ansel memakirkan mobil,

Mobil pun berjalan kembali melewati kebun karet, kalau siang hari perkebunan karet ini terasa adem, berbeda saat malam tiba, sangat menyeramkan.

“kita seriusan ke singkawang?”

“ya ngaklah, disini juga ada pasar kali, tapi lumayan jauh juga” jelas anggit, yang kembali mengecek lagi daftar belanjaannya.

“kemana emang?”

“pasar melayu”

“jauh?”

“deket kok”

“berapa lama?”

“dua jam” senyumnya mengecek kembali daftar belanjaan.

“gile lo ndrooo... seriuss?”

“iahlah, itu paling deket,” tapi memang benar itu satu-satunya pasar terdekat daerah sini. Maka dari itu kebanyakan warga desa memilih makan hasil kebun sendiri. Faktor jarak yang membuat terpaksa melakukannya.

“lo betah gak disini?” pertanyaan saat suasana menjadi hening,

“hmm lumayan kok, gue betah-betahin aja, demi lo beb” goda ansel sambil ketawa geli.

“huu... apa lagi gue kasih jatah yah?” senyum anggit membuka jaketnya menunjukan tangktopnya.

“remas saat kamu bosan” bisiknya anggit tertawa, hal itu membuat ansel sedikit hilang konstrasi saat menyetir. Untungnya jalannya raya disini sepi.

“gini?” ansel meremas buah dada kanannya dengan lembut, terasa puting kecilnya di ujung jarinya.

“engghh” anggit membiarkan tangan ansel terus menerus memainkannya. Itu membuat libidonya sedikit meninggi, tapi anggit bisa menahannya sampai ansel melepaskan remasannya.

***​

Tepat jam dua belas anggti dan ansel sampai di pasar melayu, “kreteekkkkkk” ansel meregangkan pinggangnya. Bunyinya benar-benar membuat yang mendengar terasa seperti ikut melakukannya.

“kita makan dulu” ajak anggit pegang tangan ansel seolah takut ia akan lepas.

“makan apa?”

“bubur pedas, disini terkenal tau”

“boleh” pertama melihatnya ansel sedikit ragu, tak terlihat seperti bubur dan pasti rasanya pedaas.

“uhhmm” satu suapan pertama,

“kenapa?” tanya anggit yang lahap makan buburnya. Bahkan hampir sudah setengahnya.

“enak juga hehe,” dari luar terlihat seperti lumut, rasanya tak terlalu pedas dan ternyata gurih. Bumbu rempahnya sangat terasa, apa lagi di tambah kacang goreng sama ikan teri.

“bang satu lagi” mereka berdua masing-masing tambah satu mangkok, memang karena perut keduanya memang keroncongan.

Selesainya, anggit kembali mengecek belanjaannya, di mulai dari terigu, minyak, gula, mie instan, dan beras. Kalau sayuran gak usah tanya, tinggal petik dan minta ke tetangga.

“dua puluh lima kilo aja, gak jadi satu karung” anggit mengecek sisa duitnya tak cukup. Uang yang di pakai belanja tak lain uang anggit sendiri.

“dua karung ya bang, sekalian antar ke mobil” ansel langsung bayar dua karung,

“kenapa lo yang beli?” tanyanya berbisik.

“kan gue numpang, masa ia gue tega gak bantuin lo”

“gue masih ada duit kok, tenang aja,” lanjut ansel mengelus kepalanya, dan kembali ke mobil menyusun semua belanjaan. hasilnya terisi penuh sampai kursi tengah.

Mobil pun berjalan tak terlalu cepat, anggit sesekali menoleh ke belakang, seolah tak percaya ia belanja begitu banyak, tiga kali lipat dari yang harus sebelumnya.

“nanti gue ganti yah” ucapnya.

“ganti buat apa?” anggit tak menjawab, hanya menoleh kearah belakang kurisnya.

“gak usah beb,” lanjut ansel, pasti ini karena belanja hampir melebihi muatan.

“isshhh, masa gitu, tau gitu jangan belanja banyak kayak gini” gerutunya menatap ansel. Ini benar-benar lebih dari yang perkirakan dari sebelumnya.

“ya gak apa-apa kali, gue kan cowok lo”

“ih beda cerita , ini berapa setengahnya?”

“kalau ganti setengahnya ,emang ada duitnya?”

“engak hehee, lagian ih jujur gue merasa gak enak aja, uhmm” anggit merasakan ada beban di hatinya, atau tepatnya anggit tak mau berhutang.

“terus ganti pakai apa?”

“ganti gue yang naik heheh” ansel hanya tertawa geli mendengarnya.

“gue gak mau, kalau gitu” ucap datar ansel, membuat anggit terdiam.

“terus?”

“kalau ucapan terima kasih, baru mau” elusan di kepalanya sambil sesekali menoleh senyum ke arah anggit yang terus menatapanya.

“wah jangan-jangan lo sengaja biar gue ngerasa gak enak, terus bisa entot gue kapanpun!?” tuduhan anggit membuat ansel tertawa lebar.

“ahahha gila ya, apa tampang gue kayak gitu?”

“ya kan? Ihh otak mesum lo gak ilang-ilang”

“ngak beb seriusan, gue ikhlas. “

“bab beb bab beb. Jawab dulu lo sengaja kan?”

“gue udah bilang kan, masa numpang di rumah lo gak bantuin stok,” alasan logis ansel membuat anggit kembali berpikir sejenak, ada benarnya kalau belinya hanya segitu dua minggu pasti habis makan bertiga.

“apa jangan-jangan lo gak anggap gue cowok lo?” sambung ansel.

“haa? Ngak kok, kalau bukan cowok gue, gak mungkin gue mau di entotin lo” jawab anggit membuang muka dari pandangan ansel yang melihat terus ke wajahnya.

“anggitt anggitt” tawa ansel mendengar ucapannya, setidaknya anggit melakukan perentotan tanpa paksaan.

“yaudah, kalau gitu deal?”

“iahh, deal” senyumnya sesekali menoleh ke ansel,

***​

Perjalanan lebih lama dari sebelumnya, hampir tiga jam lebih sampai ke rumah, ini karena ansel membawa mobilnya santai. Di tambah anggit yang ketiduran.

“sampai” tepat jam enam sore sudah sampai di rumah, anggit benar-benar kelelahn, terpaksa ansel membopongnya masuk ke dalam.

“kecil=kecil berat juga” desis ansel meletakannya di bangku panjang. Dan masuk ke dalam kamar ambil bantal untuk anggit.

“aarggghh” jerit mamanya yang mau berpakaiannya.

“maaf tante, aku gak liat apa-apa kok” ansel menutup mukanya, tapi bisa melihat sekilas tubuh polos mamanya.

“anggit kemana?” tanyanya pas keluar kamar, memakai baju tidur,

“itu tidur, kecapean tante,” ansel ke kamar mandi terlebih dahulu dan bersiap untuk bongkar tapi mamanya anggit terlebih dahulu ke mobil berniat untuk membawa belanjaan sendiri.

“anseell tolonnnggg’ teriak mamanya, ansel yang baru selesai kencing langsung setengah berlari ke arah mobil, dsiana mama anggit sedang manahan karung terigu dan gula yang miring.

“tangan tante gak kuat nahannya, kenapa belanjaannya sebanyaak ini!!” ucapnya .menahan dengan punggungnya.

“sebentar” kedua tangan ansel menahan karung paling atas dengan posisi saling berhadapan,

“glegg” matanya tertuju ke baju tidur mama anggit yang tersingkap sebelahnya, apa lagi gak memakai bra,

“heii, kok diam,” ucapnya lagi.

“hee?”

“kamu angkat karung paling. bukan bantuin nahan tau” pintanya, tapi jarak mama anggit dan ansel benar-benar dekat hampir mepet dengan tubuhnya.

“iaah tante” ansel sedikit salah tingkah, karena matanya seolah ada magnet yang harus melihat ke arah buah dadanya. mamanya tak menyadari baju tidur sedikit tersingkap, saat menurunkan karung gula paling atasnya, tak sengaja ujungnya karungnya menggesek baju yang tersingkap sampai benar-benar tersingkap sebelahnya, membuat buah dada kirinya terbuka.

“ansel buruan” jeritnya mama sadar baju tidurnya tersingkap. Ansel kembali menurunkan dua karungnya, dan dengan sigap langsung merapihkan baju tidurnya, rasa cangng kembali terasa terulang.

“lagian kenapa anggit bawa belanjaan banyak gini?,” tanyanya untuk mencarikan suasana karena kejadian tadi, apa lagi matahari sudah tenggelam.

“buat stok tante, aku yang nambahin, ehhe” jawab ansel

“ohh, pantes, emang kamu mau tinggal berapa lama?”

“ituu, hehehe, belum tau tante,” mamanya hanya tersenyum kembali membongkar sisa yang masih ada tengah mobil. Untungnya bagian tengah isinya yang ringan-ringan, seperti teh, mie instan, kerupuk. Dan lain-lain.

“nanti yang karungan kita masukin gudang ya ansel,” ucap mamanya yang istirhatan di bangku depan rumah, ansel masih gak menyangka kalau di susun seperti ini benar-benar banyak.

“iah tante, “

“tau gitu tante gak mandi dulu, keringetan lagi,” kata mamanya yang bangun bersiap mengangkat.

“ansel bantuin tante,” angguknya bersamaan memegang kedua ujung karung, di mulai dari yang berat yaitu beras.

Pandangan ansel kembali tertuju ke buah dada mamanya, yang terlihat dengan jelas mengantung, itu di karenakan posisi menganggkan sedikit membungkuk, dan kancing atasnya tak tertutup.

“Nah, sip”

“tante kancingnya ke buka” kata ansel ssat bersiap ke karung berikutnya.

“ohh, gara-gara tadi kesangkut sama karung, ilang satu” jawabnya santai,

“yuk” lanjutnya senyum dan membungkukan tubuhnya lagi bersiap mengangkat, tetap saaj itu menggangu ansel. Beberapa kali ia tersandung karena terus memandang buah dada yang mengangangtung.

“kamu kenapa? Grogi liaitn tante?” tanya tiba-tiba pas tangan ansel licin mengangkat satu karung beras lagi.

“hehe ia, keliatan jelas itunya bukitnya” jawabnya mencoba menahan ingin mengeluarkan goda-godaan nakal terhadap mamanya anggit. Ansel menggap mamanya tak jauh beda dengan tante-tante kesepian lainnya, dan ini sebuah kode secara gak langsung.

“kok bukit? Gunung dong, bukit mah kayak anggit” jawabnya dengan agak canggung dan berusaha santai menjadi satu.

“hu gerahhh” dengan sengaja mamanya membuka kancing satunya, hasilnya belahan buah dadanya terlihat.

“sama gerah, anginnya kehalang gunung sih” jawab ansel. Mendekati mamanya mau berjalan keluar.

“enggh, kenapa?” tanyanya saat tubuhnya di pepetkan ke tembok.

“mau pegang?” bisiknya menahan tangan ansel yang mau meremas, dengan polosnya ansel mengangguk.

“jawab dulu, kamu teman apa pacara anggit?”

“kalau teman, kamu boleh pegang,” sambungnya membuka satu kancingnya lagi. tangan ansel berhenti tepat di buah dadanya.

“ohh shittt” gumamnya memegang kepalanya dan pergi keluar, dan secara gak langsung ternuaya ansel adalah pacaranya anggit.

“ahh gila,, kesempatan banget itu,, shiitt.. "

"ya tuhan pilihan sulitt.... tapi gue harus ke anggit, gue udah janji” tarikan nafas setelah tak menyesali keputusannya. Andai bukan karena anggit, gak mungkin dia ada dsini.

Ansel menyelesaikan sisanya ke gudang, di saat itu juga kembali kecanggungan di antara mamanya.

Makan malam kali ini seperti biasa, sup jagung. Tapi untuk besok mungkin berbeda. Mama anggit kembali mandi dan memakai baju tidur yang tadi, bedanya kancing yang terlepas di kaitkan dengan peniti.

“selamat makan” kata ansel menyeruout sop jagungnya. Andai anggit mengetahui kejadian tadi pasti dia marah besar. Dan berusaha berskiap seperti biasanya ke mamanya.

***​

Malam semakin sunyi, anggit yang puas tidur matanya kembali terbuka. Ia menoleh ke kirinya mamanya sudah tertidur pulas. Begitu juga ansel.

Anggit merangkat pelan ke arah ansel, membuka celana kolornya di suasana yang remang-remang. Dengan samar anggit bisa melihat penis ansel yang tertidur.

“slrruuppssss” lumatan perlahan, penis yang tadinya tertidur mulai berdiri tegak. Lidahnya mulai lihai bermain di kepala penis ansel. Itu membuat ansel meringis.

“aasuh sslrruuppss” tangan kirinya mengelus selangkannya sambil terus melumat penis ansel yang semakin keras.

“anggitt ssshh ahh” desis ansel yang terbangun.

“ssttt” desis anggit agar ansel jangan berisik, dan melanjutkan melumat penisnya.

Anggit membuka celananya dan duduk tepat di penis ansel, perlahan ia menggesekan ke belahan vaginya yang sudah mulai basah.

“sesuai ucapan gue” bisiknya memposisikan kepala penis ansel di vaginanya,

“enggghh” anggit menutup mulutnya sendiri, di ikuti penis ansel yang mulai massukk..

“ogggghhhh” lenguh panjangnya sambil mendongak keatas, merasakan sekarang penis ansel sudah masuk sepenuhnya. Dengan perlahan anggit menggerakan pinggulnya.

“ngghh,, gnhhh” desahnya semakin cepat menggerakan pinggulnya, dengan leluasa kedua tangan ansel memainkan buah dadanya dari luar baju tidur yang anggit pakai.

“uggghhhhhhh “anggit merapatkan kedua kakinya, menekan pinggulnya. Tetap saja anggit klimaks lebih dulu.

“nekat yah ada mama lo” bisik ansel memeluk anggit yang sedang menikmati klimaksnya.

“lagi tidur kok,” jawabnya kembali bangun dan bersiap untuk menaik turunkan pinggulnya lagi. tetapi ansel menhentikanya.

Penis masih menancap di vagina anggit, tubuh anggit di angkat dan di rebahkan di samping mamanya. Mata melotot anggit kerah ansel. Sayang ansel tak melihatnya.

“eeennggghh, “anggit menutup mulutnya serapat mungkin saat ansel mengenjotnya perlahan. Anggit tak menyangka ansel melakukanya di samping mamanya.

“neeenggghhh” desah pelan anggit menikmati sodokan demi sodokan ansel yang semakin cepat.

“uhhh” anggit berusaha terus menutup bibirnya sebisa mungkin, karena kedua tangannya di tahan oleh ansel,

“plokk plok plok plok” suara yang cukup terdengar keras, tanpa anggit sadari ansel memperhatikan mamanya yang sedang tidur terlentang di sampingnya.

“ogghh” pekiknya kelepasan mereasakan dirinya klimaks dengan penis ansel yang menghentak-hentakan di sengaja.

Anggit terlentang lemas, tapi ansel belum klimaks, ia mengubah posisi anggit menjadi menungging,

“blesssh” penisnya perlahan masuk kembali ke vagina anggit.

“ihhh aahh” protesnya anggit, kedua tanganya di tarik ke belakang dengan posisi menungging seperti ini. secara gak langsung anggit tak bisa menutupi mulutnya dengan tangan.

“aaaahhhh~~~~~” desah panjang anggit yang tak sengaja keluar, membuat ansel semakin cepat menggerakan pinggulnya.

“ohhhh, dikit lagi”

“ohh, plok plok plok plok” ansel mencabut penisnya dan seperti biasa mengeluarkan di pinggung anggit sambil melihat kearah mamanya yang tak terbangun. Tapi sekilas ansel mereasakan matanya saling tatap satu sama lain,

“haa, efek gelap doang, kalau bangun pasti di pergokin gue sama anggit” ucapnya dalam hati, merasakan mama anggit menatapanya tadi.

Ansel kembali ke tempat tidurnya, anggit langsung keluar kamar, sekaligus membersiihkan sperma yang berceceran di punggungnya.

Senyum lebar ansel, merasakan kepuasan yang berbeda dari sebelumnya, ini di karena baru pertama kali ansel melakukannya di saat ada orang yang tidur di sampingnya apa lagi orangnya adalah mama anggit, pikirannya menjadi-jadi untuk



Bersambung....

#Note, Update hu.. semoga terhibur.. terima kasih.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd