Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Tiga Belas


Tepat sudah jam setengah satu pagi, mereka sampai. Ansel tak beranjak dari mobil karena udaranya yang dingin. Sebelas dua belas dengan bandung kalau malam hari.

“tokk.. tokk tokkk tokk” ketukan beberapa kali.

“maaaaa. Ini anggit... maaaa” ucapnya cukup keras sampai terdengar dari dalam mobil.

Tak lama keluar seseorang perempuan membawa lampu Dian, lampu tradisonal di kebanyakan desa-desa terpencil,

“anggitt, loh, kok kamu gak bilang sihh” anggit langsung memeluknya erat, rasa rindu selama dua tahun akhir terobati,

“hehe, sengaja, biar kejutan” anggit tak melepaskan sampai beberapa menit,

“kamu naik mobil itu? Sama siapa?” tanyanya mamanya melihat mobil terpakir di depan rumahnya.

“ouhh.. itu,, hehe, temen anggit, dari takarja” lirikannya mencoba melihat ke dalam mobil, tapi tak terlalu jelas.

“ohh ya udah, suruh masuk,” angguk anggit langsung kembali ke mobil,

“anselll.... ” ketukan beberapa kali jendela, anggit melihat ansel tertidur bersandar di jok mobil. Untungnya pintu mobil gak terkunci, anggit langusng membuka pintunya.

“brrrrrrrr” udara dari luar yang dingin membuat ansel terbangun menggigil,.

“masuk, gue udah bilang mama gue kok” ucapnya, sebelum turun ansel meregangkan tubuhnya sebelum keluar dari mobil.

Langkah pelan ansel memasuki rumah anggit, yang ternyata dalamnya lebih gelap dari pada di depan pintu,

Di dalam benar-benar masih pakai penerangann tradisional, hanya di bagian depan yang ada listriknya. Suasana desanya benar-benar terasa. Dan hawanya tak terlalu dingin seperti di luar.

“siapa namanya?” tanya mama anggit.

“ansel tante” ansel sendiri tak bisa melihat dengan jelas karena suasananya seperti ini. anggit tak lama muncul membawa kopernya yang lupa di bawa. Begitu pun ansel memilih mengambil tas nya.

“teman kamu suruh tidur di bangku aja yah, kamar kan cuman satu” kata mamanya berbisik merasa tak enak.

“iah, nanti anggit bawain selimut”, mamanya kembali ke kamar untuk tidur,

“lo tidur di bangku yah” tunjuk ke bangku yang sedikit kusam karena termasuk bangku lama. Tapi masih ada busa nya, jadinya tak terlalu keras.

“oke, dimana ajalah, udah ngantuk banget..” panjang bangku pas dengan tubuh ansel, jadinya ini cukup nyaman, di banding tidur di dalam toko. Awalnya agak risih karena suasana seperti ini, tetapi matanya langsung terpejam di suasana sunyi ini.

***​

Pagi hari, tepat jam enam pagi, udara dingin lebih terasa membuat ansel kembali menggigil, sampai ia membuka matanya.

Dari kejauhan ansel melihat seseorang wanit memakai baju tidur sedang melakukan sesuatu di meja, tubuhnya lebih tinggi dari anggit dan lebih berisi.

“wow, siapa tuh” gumamnya dalam hati melihat dengan jelas seorang wanita yang masih trlihat muda, dengan rambut pendek.

“apa anggit punya kakak?” ansel memejamkan matanya lagi cukup lama sampai ansel kembali tertidur lagi.

“udah siang, teman kamu gak kamu bangunin ngit?” tanya mamanya yang memakai apron bersiap untuk ke kebun belakang.

“biarin ma, kasian capek” anggit memilih beres-beres koper. Mamanya pun melewati ansel yang mendengkur, di tatapanya sebentar dan langsung berjalan keluar.

“bangun... ansel,, heii” tepukan beberapa kali di pipinya, sampai akhirnya angggit mencium bibirnya. Itu pun berhasil ansel terbangun.

“huaaaahh,,,, jam berapa sekarang??’ tanya meregangkan sleuruh tubuhnya. Udara kali ini tak terlalu dingin,

“jam sepuluh”

“seriuss?”

“tidur aja lagi, kalau masih capek” bisiknya.

“anggit, boleh tanya?”

“apa?”

“cewek tadi pagi-pagi yang pakai baju tidur siapa?” tanyanya pelan seolah takut ada yang dengar.

“mama gue, kenapa, tua ya?” tanyanya tanpa ekpresi.

“ngak lah, masih muda segitu, kayak umur tiga limaan hehee” walau hanya seklias ansel bisa menebak usianya, ini ia dapatkan dari pengalamannya beberapa tahun.

“uhmm,, mungkin,,”

“tapi seriusan itu mama lo??” angguknya.

Anggit tiba-tiba hilang, membuat ansel memilih melihat-lihat rumahnya, yang cukup besar, dan dinding terbuat dari kayu dan triplek, lantainya pun tak ada ubin, hanya pakai semen.

foto-foto bayi terpajang di dekat bangku ansel tidur, disana terlihat wanita yang sangat muda menggendong bayi, tapi hanya dia berdua tak ada suaminya. Itu membuat pikiran ansel kemana-kemana,

“papa gue gak ada” ucap anggit seolah tau apa yang di pikiran ansel.

“hee?” gue gak maksud kepo kok” ucap ansel kaget karena anggit tiba-tiba muncul.

“itu bukan kepo kok, gue kasih tau yang sebenarnya ke lo,” senyum anggit.

“udah meninggal?” tanya ansel.

“entah, gue gak lihat pas dari lahir,”

“bearti mama lo nikah muda yah” angguknya,

“seenggaknya lo masih punya mama,” elusan di rambut anggit.

“eeehemmm” suara deheman membuat ansel menyudahi elusan di kepalanya, terlihat mama anggit memegang celurit berjalan ke arahnya.

“saya gak apa-apain anak tante kok” jawab ansel panik melihat celurit.

“tadi ada sarang laba-laba” lanjutnya

“sumpahh, jangan celurit saya ya” lanjut ansel benar-benar takut, tapi raut wajah mama anggit langsung tertawa.

“hahahahahaah. Kamu kira saya mau bacok kamu/” tanyanya, ansel hanya mengangguk berdiri agak jauh dari anggit.

“oalahh, ada-ada aja ya teman kamu angit, orang mama dari kebun, habisi panen singkong” lanjutnya ketawa geli melihat ansel,

“sini ma, anggit langsung membantu membawa beberapa batang singkok yang udah di ember. Ansel hanya menyeringai menahan malu.

“kamu gak capek apa baru sampai udah bantuin gini?” mama anggit langsung membersihkan singkong,

“udah biasa kok, kerja disana juga capek, ma, hehe,”

“ini mau di buat sekarang?”

“iah, makan singkong sama kelapa, gak apa-apa kan?” angguk anggit senyum.

“hehee iah” memang sebelum ke kota takarja, anggit dan mamanya sering makan singkong dari kebunnya sendiri, di banding makan nasi. Ini di karenakan faktor tempat yang jauh dari kota.

Tak hanya anggit dan mamanya, hampir seluruh penduduk di desa ini demikian, singgkong makanan pokoknya.

“segini cukup ma?” parutan kelapa yang cukup banyak, anggit sudah biasa memarut kelapa sebelumnya,

“cukup kok, kamu temanin sana teman kamu, sebentar lagi juga jadi” senyumnya. Anggit mengangguk langsung pergi ke dalam.

Dari kejauhan ansel mengintip dari pintu, melihat mereka masak masih dengan kayu bakar, walau tak jauh darinya ada gas dan kompor.

“ngapain lo?”

“liatin lo masak, kok masih pake kayu bakar gak gas?” tanya ansel penasaran.

“gas kalau keadaan darurat aja,”

“lagian lo tau sendiri dari sini ke kota aja lama, jadi harus irit-irit” sambungnya menarik tangan ansel masuk kedalam rumah.

“dah mandi sana, sebentar lagi makan siang” pintanya.

“iah beb” kedipan mata ansel, tanganya juga meremas pantatnya pelan.

“plak” tamparan di punggungnya cukup keras. Itu terasa sampai lukanya, dan cukup membuat ansel meringis.

“isshh, awas lo panggil gitu, gue usir dari rumah” ancamnya dengan wajah yang serius, ansel hanya ketawa kecil, mengambil tasnya bersiap untuk mandi.

***​

Ansel ke kamar mandi melewati dapur, dimana mama anggit masih sibuk potong-potong singkong.

“permisi tante,, mau mandi” ucap ansel

“oh ia silahkan,”

“di timba dulu ya kalau air nya habis” ucapnya.

“iah, tante,” ansel pun langsung masuk ke kamar mandi yang memiliki dua pintu dengan tembok dan kayu di bagian pintunya, satu pintunya lagi buat buah air besar. Walau begitu ansel masih bisa melihat keluar di celah-celahnya kayu yang memang di buat berjarak.

“waduh, mana airnya” bak mandi yang terbuat dari semen, tapi di dalamnya ada ember. Ansel sudah terlanjur telanjang, terpaksa memakai handuk.

“tante,... nimbanya dimana ya?”

“ehh” jeritnya kaget melihat ansel hanya memakai handuk,

“itu disana, ada sumur, kamu timba disana” tunjuknya sambil menghalangi pandanganya dengan tangan satunya agar tak meliahat kondisi ansel yang hanya memakai handuk.

Tepat di depan sumur, ansel langsung menimba air dengan ember yang sudah di ikat dengan tambang. Dengan susah payah akhirnya ember terisi setengah, ansel pun menarikya perlahan.

“bisa gak? Tanya mama anggit tepat di samping.

“bisa kok ttante, hehe ini?” ansel menjukan ember yang terisi setengah, tetapi tanganya tergelincir menahan ember, membasahi bajunya.

“maaf, tante,licin tangannya” pandangan ansel tertuju ke buah dadanya, yang terlihat bulat kencang, di tambah lekukan bra nya terlihat cukup jelas. Dan ini bukan di sengaja karena ansel baru pertama kali melakukan namanya menimba.

“hati-hati dong” ansel berniat utuk menyekanya dengan tanganya,, untung refleknya bisa ia tahan. Bisa-bisa kena gampar atau semacamnya.

“lain kali, bawa embernya dulu,” sambung mama anggit menyeka bajunya dengan kedua tangannya, tanpa sepengetahuannya ansel memperhatikan buah dadanya yang seperti membal naik turun.

“iah tante, hehehe” ansel yang ceroboh kembali membuat masalah, kali ini handuknya tersangkut di bambu yang tak jauh dari sumur, itu membuat tubuhnya langsung telanjang bulat di depan mama anggit,

Dengan cepat ansel memakainya lagi, langsung masuk ke kamar mandi mengambil ember, dna kembali untuk menimba air. Tanpa sepengatauahn ansel, mama anggit tak sengaja melihat penisnya yang tertidu.

“gilaaa, mandi aja butuh perjuangan, ” desis ansel yang kini embernya terisi penuh dan memasukannya ke dalam bak mandi sampai penuh.

“huaahh sgerrrrrr” gumamnnya merasakan air yang sejuk membasuh tubuhnya. Sensasi mandi yang tak ia bayangkan, ia juga baru sadar kamar mandi tak ada atapnya, dengan jelas bisa melihat langit.

Selesai mandi ansel mengintip dari celah-celah pintu, tak sengaja ia melihat mama anggit membuka pakain yang basah sambil menoleh ke kiri kanan, seperti takut ada yang melihat. Padahal kamar mandi ke tempatnya lurus tanpa halangan.

“bodynya mirip yuni shara,” hanya beda dari potongan rambutnya,

“gua yakin masish umur tiga limaan mamanya” penisnya tiba-tiba bangun melihat pemandangan itu, mama anggit mencobotnya bra yang ia pakai, kemudian memeras kaosnya yang basah, dan memakainya lagi tanpa bra.

Ansel pun langsung buru-buru keluar dengan menggunakan handuk, ansel dan mamanya saling tatap membuat kecanggunan soal kejadian tadi.

“permisi tante, hehe” ucap ansel melirik mamanya menutupi buah dadanya dengan piring.

“iah” jawabnya tak berani melihat ke arahnya, untungnya anggit tak melihat kejadian ini. dia sendang sibuk di menyapu halaman depan.

“ah gila,, janda memang puya daya tarik sendiri .. damn” pikiran mesum memenuhi pikirannya saat ini, .

Makan siang pun sudah tersedia, walau hanya urap singgkong sekarang, mama anggit sudah berganti pakaian dan terlihat memakai bra, sedangkan anggit sama seperti sebelumnya cuek memakai tangtop dan celana pendek.

“ini silahkan, seadaanya” senyum mama anggit.

:”iah gak apa-apa tante, ini juga enak kok” ansel membalas senyum ke anggit dan mamanya, dengan cepat ansel melahapnya.

Rasanya enak, walau ia pertama kali makan makanan seperti ini, perutnya tak menolaknya, asal masih termasuk makanan.

“enggggh” dahak ansel mandakan ia telah kenyang.

“mama mau ke tetangga yah, mau barter singkong sama sayuran”

“iah ma,” mama anggit pun keluar dengan membawa urap singkong yang sudah di bungkus.

“lo tiap hari makanan gini?” bisik ansel,

“hehe, iah, kadang barter sih sama sayuran lainnya, soalnya kondisi orang sini sama kayak mama,” senyumnya berusaha menutup rasa sedih di hadapan ansel.

“jadi lo gara-gara ini merantau ke takarja?”

“iah, gue maksa ikut keluar dari sini, buat cari suasana baru, yang ujung-ujunngnya lo tau kan?” senyum anggit.

“pasti lo gak nyaman kan tinggal disini?” lanjut anggit.

“gak juga kok, sepertinya gue betah disini, selama ada lo” ansel mencium bibirnya pelan, sampai mereka saling melumat berpangkuang beberapa menit.

“jangan macem-macem dsini!!, apa lagi sodok gue” bisik anggit.

“ya gue sodok mama lo” ledeknya.

“aaaah aahh aah ia ha haaa iah ngaakkk isssh” reflek angit mencubit membabi buta setiap tubuh ansel,

“makanya jangan kegenitan!” desisnya kesal turun dari pangkuan ansel.

***

Anggit mengajak ansel jalan-jalan sekitar kebun dekat rumahnya, ansel takjub dengan luas tanahnya, benar-benar luas,

“kalau di kota udah di bangun mall ini”

“masa?”

“luas bangett gile, ini kebun mama lo semua?”

“iah, semuanya sampai batas sana, dan sana” tunjuk anggit, apa lagi jarak satu rumah ke rumah berjauhan. Petakan tanah seolah sudah di bagi dengan rata di desa ini,

“disini kebanyakan cewek yah yang berkebun?”

“uhmm iah, hehe, semuanya di desa ini cewek”

“haaaa?”

“serius?”

“iah, janda semua hhaha, kenapa kaget?”

“uaaaahhh” decak kagum membuat anggit kembali mengeluar seribu cubitan ke arahnya, dengan sigap ansel langsung kabur.

“awas lo,,,!!!” kejarnya.ansel masih belum percaya gak mungkin di desa ini isinya ceewek semua, apa lagi janda, tanpa sepengetahuan anggit, ansel mengenitip ke kebun sebelahnya, dan benar hanya ada wanita sedang mencangkul tanah.

Dan terlihat mama anggit sedang berbincang dengan salah satu pemilik rumahnya, menukar urapnya dengan jagung.

Ansel memilih kembali, ke rumah, tetapi tak ada anggit di rumah,

“isshh, kemana tuh anak, larinya kayak maling, jangan-jangan nyari janda lagi”

“harusnya gue gak bilang yah,” desis anggit berjalan keliling desa, yang benar sebagaian besar janda, anak lelaki pergi merantau, anak perempuan mau tak mau tinggal disini membantu pekerjaan sehari- hari,

Di mulai dari mencangkul, bajak tanah, panen sayuram, buah-buahan, dan sebagainya, pekerjaan para lelaki juga di kejarkan, kecuali urusan listrik,

Makanya setiap rumah minim pencahayaan lampu, hanya di luar rumah saja, mereka takut kestrum karena berurusan dengan listrik. Dan tak mengertii tentang kelistrikan.

Anggit memilih menyapa orang-orang yang ia temui, banyak yang terkejut kalau ia sudah pulang dari takarja.

Kali ini ansel mencari anggit, tetapi desa ini benar-benar luas, ansel mengendap-endap saat ada seseorang sedang berjalan,

“gak putih-putih kayak orang kota, tapi cakep juga jandanya” ansel memperhatikan satu-satu wanita yang ia temui, sampai saat ini ansel belum menemui pria sedikit pun. Ini menandakan ucapan anggit benar. desa ini isinya para janda dan anak prempuannya.

“andai bisa cicipin semua huahaha,” gumamnya dengan otak mesumnya, tapi ia mengeleng-gelengkan kepalanya seolak tak memikirkan nafsunya saja, kini dia harus mencari anggit di desa yang cukup luas ini.


Bersambung...


#Note, update dikit ya hu....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd